You are on page 1of 8

Model CIPP dalam Pelayanan… (Rosita, Merry Wijaya, Panji Fortuna)

Model CIPP dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Di Kota Bandung

CIPP Model of Youth Care Health Service in Bandung City

Rosita1*, Merry Wijaya2, Panji Fortuna2

1
Program Studi Diploma Tiga Kebidanan, STIKes Dharma Husada Bandung, Jawa Barat,
Indonesia
2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran,
Bandung, Jawa Barat, Indonesia

*Korespondensi penulis : rositasdhb@gmail.com


No. Kontak : 0812 2079 3264

Penyerahan : 30-11-2020, Perbaikan 11-07-2021, Diterima 22-08-2021

ABSTRACT
The evaluation of the Youth Care Health Service Program is expected to provide results
that can be used as input for decision makers in determining policy alternatives in the
sustainability of program activities. By using the CIPP (Context, Input, Process, Product)
model the resulting evaluation will be more comprehensive. This study aims to analyze and
evaluate program implementation. The research method used is qualitative with a case
study approach. There are three groups of resource persons consisting of every
representative of public health service center capable of PKPR. The first group is officers
holding the PKPR program, the second group is the head of the public health service center
and the third group is youth as recipients of PKPR services. The results of the study refer
to the CIPP model, namely in the context evaluation, several important themes were
obtained, including the initial formation of the program in each community health center.
Input evaluation obtained is limited human resources, inadequate infrastructure and
funding sources from health operational costs. The process evaluation obtained was that
the implementation of the PKPR program in the field was appropriate, community
participation supported, and the absence of a visit by the Health Office as an effort to
monitor the achievement of the PKPR National Standard. The product evaluation obtained
was the number of visits that increased, the impact on adolescents both behavior change
and disease control. It is hoped that there will be an increase in the quality of services both
from human resources, health media and the supervision system implemented by the
health department in order to maximize services to adolescents.

Keyword : CIPP models ; Youth Care Health Service

ABSTRAK
Evaluasi Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) diharapkan menyajikan hasil
yang dapat digunakan sebagai masukan bagi pengambil keputusan dalam menentukan
alternatif kebijakan dalam keberlanjutan kegiatan program. Dengan menggunakan model
CIPP (Context, Input, Process, Product) evaluasi yang dihasilkan akan lebih komprehensif.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan
program. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Terdapat tiga kelompok narasumber yang terdiri dari setiap perwakilan puskesmas

205
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 2, April 2021, hal. 205-212
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Model CIPP dalam Pelayanan… (Rosita, Merry Wijaya, Panji Fortuna)

mampu PKPR. Kelompok pertama merupakan petugas pemegang program PKPR, kelompok
kedua merupakan kepala puskesmas dan kelompok ketiga adalah remaja sebagai
penerima pelayanan PKPR. Hasil evaluasi context didapatkan beberapa tema penting
diantaranya awal pembentukan program ditiap puskesmas berbeda-beda, hal ini
dikarenakan kesiapan tiap masing-masing puskesmas berbeda, tujuan pembentukan
program karena permasalahan pada remaja semakin meningkat terutama di wilayah kerja
Puskesmas. Evaluasi Input yang didapatkan adalah keterbatasan SDM, sarana prasarana
yang tidak memadai dan keterbatasan sumber pendanaan dari biaya operasional
kesehatan. Evaluasi process yang didapatkan adalah pelaksanaan program PKPR di
lapangan sudah sesuai, partisipasi masyarakat mendukung, dan belum adanya kunjungan
oleh Dinas Kesehatan sebagai upaya pemantauan pencapaian Standar Nasional PKPR.
Evaluasi product yang didapatkan adalah jumlah kunjungan yang meningkat, dampak bagi
remaja baik perubahan perilaku dan pengendalian penyakit. Saran dalam penelitian ini
diharapkan adanya peningkatan kualitas pelayanan baik dari sumber daya manusia, media
kesehatan dan sistem supervisi yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan agar dapat
memaksimalkan pelayanan pada remaja.

Kata Kunci : Model CIPP; Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

PENDAHULUAN bagian dari program prioritas


Hasil survey Badan Pusat Statistik pemerintah. Departemen Kesehatan
(BPS), Bappenas dan UNFPA tahun RI memperkenalkan Pelayanan
2010, sebagian dari 63 juta jiwa Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di
remaja di Indonesia rentan puskesmas yang diadopsi dari WHO
berperilaku tidak sehat (Afiandi, sejak tahun 2003. Jenis kegiatan
2017). Sebanyak 56% remaja pernah dalam PKPR adalah pemberian
melakukan hubugan seksual, 5,7% informasi dan edukasi, pelayanan
menderita HIV/AIDS adalah remaja klinis medis termasuk pemeriksaan
dengan penularan terbesar melalui penunjang, konseling, pendidikan
jarum suntik, penggunaan narkoba keterampilan hidup sehat, pelatihan
sekitar 43%, penyakit menular peer counselor/konselor sebaya dan
seksual 3,7%, merokok 63%, dan pelayanan rujukan sosial dan medis
alkohol 6%. Dari kasus tersebut hanya (Kemenkes, 2013)
12,1% yang ditangani oleh puskesmas Kementerian Kesehatan Republik
Kota Bandung pada tahun 2012 Indonesia pada tahun 2014
(SDKI, 2012). Hal ini yang akan mengeluarkan pedoman Standar
menimbulkan permasalahan di masa Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli
akan datang, dan hal ini dapat Remaja (SNPKPR), sebagai acuan bagi
merugikan baik individu, masyarakat penanggung jawab program baik di
dan negara (Ariani, 2010;Irianto, tingkat Pusat, Provinsi,
2015) Kabupaten/Kota khususnya bagi
Melihat berbagai permasalahan pengelola program PKPR di puskesmas
sebagaimana diuraikan diatas, maka (Kemenkes, 2016) Penilaian PKPR
sudah seharusnya pembinaan berdasarkan SNPKPR dilakukan
kesehatan remaja dijadikan sebagai dengan menilai tiga komponen yaitu

206
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 2, April 2021, hal. 205-212
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Model CIPP dalam Pelayanan… (Rosita, Merry Wijaya, Panji Fortuna)

komponen input, proses, dan output komprehensif sebagai landasan untuk


yang ada dalam rangkaian kegiatan menghasilkan sebuah kebijakan dan
PKPR (kemenkes, 2013). Berdasarkan perbaikan yang dapat meningkatkan
SNPKPR yang ditetapkan oleh kualitas pelayanan bagi remaja.
Kemenkes tahun 2017, dari 30
Puskesmas PKPR di Kota Bandung 3 METODE
diantaranya dinyatakan berkualitas Penelitian ini menggunakan desain
paripurna, 20 optimal dan 7 minimal. kualitatif dengan pendekatan studi
Berdasarkan data Dinas Kesehatan kasus hal ini bertujuan untuk
Kota Bandung pada tahun 2017 rata- menyelidiki secara cermat
rata kunjungan remaja ke puskesmas pelaksanaan program PKPR di Kota
PKPR tiap tahunnya hanya 15%, Bandung. Dengan menggunakan
dengan keluhan terbesar adalah pendekatan case study, dalam
masalah rokok dan anemia(Dinkes penelitian ini terdapat beberapa
Kota Bandung, 2016;Masunah, 2011). komponen yang diteliti yaitu context,
Evaluasi program PKPR sangat input, proces, product. Teknik
penting untuk dilakukan, dengan pengumpulan data pada penelitian ini
melakukan evaluasi program dapat adalah peneliti berinteraksi langsung
diketahui kekurangan dan kelebihan dengan informan melalui teknik FGD,
program tersebut, yang akhirnya indepth interview dan studi dokumen.
dapat menentukan apakah program Diambil tiga grup yang terdiri dari
yang telah dilaksanakan dapat petugas PKPR, kepala puskesmas dan
mencapai hasil yang sudah remaja di puskesmas mampu PKPR di
ditentukan. Hal ini dapat digunakan Kota Bandung dengan kualitas
sebagai bahan pertimbangan bagi paripurna, optimal dan minimal untuk
pengambil keputusan dalam membandingkan tiap-tiap komponen
menentukan alternatif kebijakan untuk menghasilkan informasi tentang
(Muryadi, 2015). Salah satunya pelaksanaan program PKPR. Masing-
dengan menggunakan model contexs, masing narasumber memberikan hasil
input, proces dan product (CIPP). pendapat dan pengalamannya
Kelebihan dari model ini dapat masing-masing selama melaksanakan
membantu proses pengambilan tugas menjadi petugas PKPR, kepala
keputusan yang berguna bagi puskesmas mampu PKPR dan
kepentingan lembaga dalam hal ini penerima hasil layanan PKPR yaitu
lembaga kesehatan (Warju, 2016). remaja.
Sedangkan kekurangannya
dibandingkan dengan SNPKPR dari HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemenkes RI model ini terlalu Context : Dalam komponen ini
mementingkan bagaimana proses terdapat tema penting diantaranya
seharusnya daripada kenyataan terbentuknya program PKPR, dan
dilapangan dan terkesan terlalu top tujuan pelaksanaan program PKPR.
down dengan sifat manajerial dalam Para puskesmas membentuk program
pendekatannya. Dalam penelitian ini PKPR terbentuk setelah pukesmas
diharapkan memiliki wawasan yang merasa siap dengan segala
207
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 2, April 2021, hal. 205-212
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Model CIPP dalam Pelayanan… (Rosita, Merry Wijaya, Panji Fortuna)

pemenuhan dan kebutuhannya, baik remaja tentang kesehatan reproduksi.


dari para petugas yang sudah Hasil SKRRI 2002 – 2003
melaksanakan pelatihan PKPR dan menunjukkan bahwa sekitar 6 dari 10
sarana prasarana yang sudah remaja laki-laki merokok setiap hari,
memadai. Kementerian Kesehatan RI sedangkan 8% pernah menggunakan
telah mengembangkan Program narkoba. Ancaman HIV/AIDS
Kesehatan Remaja di Indonesia menyebabkan perilaku seksual dan
dengan menggunakan pendekatan kesehatan reproduksi remaja muncul
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ke permukaan, diperkirakan 20 – 25%
(PKPR) sejak tahun 2003 (Kemenkes, dari semua infeksi HIV di dunia terjadi
2013). Sosialisasi pembentukan pada remaja. Demikian pula dengan
program PKPR sudah dilaksanakan kejadian PMS, yang tertinggi adalah
oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung remaja khususnya remaja perempuan
cukup lama, hanya saja setiap (Depkes RI, 2015 ; Aryani, 2010)
puskesmas merasa belum mampu Melihat besaran berbagai
melaksanakan program tersebut permasalahan sebagaimana diuraikan
karena kendala petugas yang belum di atas, seharusnya pembinaan
terlatih dan penyediaan sarana kesehatan remaja dijadikan sebagai
prasarana yang menunjang. bagian dari program prioritas
Diharapkan dengan pembentukan pemerintah. Namun di lapangan jenis
program PKPR yang baik akan informasi yang sering diperoleh
meningkatkan kualitas remaja sehat remaja hanya bahaya penyalahgunaan
dan penanganan kasus remaja yang NAPZA, bahaya minum minuman
terjadi pada saat ini. beralkohol dan tentang HIV-AIDS
Sedangkan untuk tujuan pelaksanaan termasuk penggunaan kondom untuk
program PKPR berdasarkan hasil pencegahan penularannya (Kusmiran,
wawancara dan diskusi dapat 2012).
disimpulkan remaja memerlukan Input : Hasil penelitian, dalam
pendampingan khusus yang di awasi komponen input didapatkan beberapa
oleh orang yang terampil, tentu saja tema diantaranya sumber daya
petugas yang kompeten dalam manusia, sarana prasarana dan
program PKPR. Para petugas sumber pendanaan. Belum
seringkali menemukan berbagai kasus tercukupinya tenaga untuk
yang menimbulkan risiko yang besar melaksanakan program PKPR menjadi
bagi remaja. Hal ini menimbulkan salah satu masalah pelaksanaan
keresahan bagi masyarakat terutama program PKPR. Dengan perencanaan
orang tua yang mempunyai anak dan tujuan yang baik tentu saja akan
remaja yang mungkin rentan terpapar berpengaruh pada aspek yang lain,
hal-hal tersebut. Tentu saja tidak pada tahap input akan terlihat
hanya puskesmas tapi berbagai pihak kesiapan tenaga pelaksana program
turun tangan untuk menangani kasus PKPR untuk melaksanakan program
tersebut. Salah satu langkah preventif tersebut. sebagian besar para petugas
pihak puskesmas melakukan kesehatan merasakan kurangnya SDM
pembinaan bagi siswa-siswa dan yang tersedia bagi program PKPR,
208
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 2, April 2021, hal. 205-212
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Model CIPP dalam Pelayanan… (Rosita, Merry Wijaya, Panji Fortuna)

karena memegang beberapa program sangat terbatas dan petugas PKPR


yang lainnya yang secara umum jauh yang membuat dan menyediakan
lebih penting. Seperti contohnya salah sendiri jika ingin menggunakan media.
satu petugas puskesmas selain Dinas Kesehatan sendiri tidak
memegang program PKPR, petugas menyedikan media yang dapat
tersebut juga harus bertugas sebagai menunjang kegiatan PKPR. Masih
bidan jaga di PONED. kurangnya media yang menarik untuk
Hal inilah yang menjadi salah satu dapat dimanfaatkan oleh petugas
kendala para petugas untuk dapat ataupun puskesmas sebagai sarana
melaksanakan pelayanan remaja penyuluhan dan promosi kesehatan
secara optimal. Kompetensi petugas bagi remaja. Sementara untuk sumber
PKPR dapat diperoleh dari pelatihan dana yang digunakan dalam kegiatan
yang terakreditasi terkait SN PKPR PKPR, puskesmas masih
oleh Kementrerian Kesehatan RI memanfaatkan dana yang
(Kemenkes, 2013) Tujuan evaluasi dialokasikan dari pemerintah atau
yang dicapai yaitu informasi tentang pengeloaan anggaran internal
metode baru untuk memecahkan puskesmas. Apabila dari anggaran
masalah, bahwa pelatihan merupakan yang tersedia tidak mencukupi maka
hal terpenting yang harus puskesmas akan bekerjasama dengan
dilaksanakan untuk memenuhi program lain untuk pelaksanaan
kompetensi pengelola porgram dalam kegiatan yang belum dilaksanakan.
melaksanakan pelayanan kesehatan Dalam kenyataanya anggaran PKPR
remaja sesuai SNPKPR sehingga tidak dapat mengcover semua
bermanfaat untuk keberlangsungan kegiatan yang memang sudah
program (Marshall, 2005 ; Muryadi, direncanakan sebelumnya.
2015). Diharapkan terbentuklah Process : Dalm komponen ini
masukan bagi puskesmas agar terdapat tema jenis layanan,
pengelola program PKPR, yang partisipasi masyarakat dan sekolah,
mempunyai pengetahuan, sikap dan dan pemantauan Oleh Dinas
keterampilan untuk melaksanakan Kesehatan. Secara keseluruhan
layanan PKPR sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan sudah
remaja berdasarkan pedoman menjadi berjalan dengan baik. Hanya saja
pengelola program yang terlatih dan petugas merasa belum dapat melayani
mampu memberikan pelayanan remaja setiap hari. Remaja yang
konseling yang peduli, peka, harus menyesuaikan waktunya
bersahabat dan tidak menghakimi dengan petugas, sedangkan
remaja sesuai dengan standar dan permasalahan remaja bisa datang
pedoman yang berlaku. kapanpun, sedangkan remaja rata-
Dalam tema sarana prasarana, rata mempunyai waktu panjang hanya
dalam penggunaan ruangan beberapa di akhir pekan saja. Mayoritas remaja
puskesmas masih secara bergantian datang dikarenakan ada permasalah
dalam penggunaanya, dan belum ada yang serius mengenai kesehatan
ruangan khusus pelayanan PKPR. reproduksi atau ada prilaku yang
Penyediaan media promosi masih menyimpang. Remaja mengganggap
209
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 2, April 2021, hal. 205-212
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Model CIPP dalam Pelayanan… (Rosita, Merry Wijaya, Panji Fortuna)

bahwa puskesmas sebagai tempat pelayanan yang peduli remaja,


berobat, mereka belum memahami mengingat karakteristik PKPR merujuk
bahwa PKPR memberikan pemberian WHO yang menyebutkan agar
informasi mengenai seputar kesehatan Adolescent Friendly Health
remaja. Pelayanan kesehatan remaja Services (AFHS) dapat terakses
merupakan pelayanan yang kepada semua golongan remaja,
komprehenshif, melibatkan lintas layak, dapat diterima, komprehensif,
program dan lintas sektoral. efektif dan efisien (Kemenkes, 2013).
Dalam hal pemantauan oleh dinas Dalam hal tersebut memerlukan
kesehatan selama kegiatan PKPR kebijakan peduli remaja yang
berlangsung para Kepala Puskesmas memenuhi hak remaja,
menyatakan hal yang sama bahwa mengakomodasi remaja yang
belum ada kunjungan dari pihak Dinas beragam termasuk kelompok yang
Kesehatan ataupun puskesmas lain rapuh dan rawan, tidak membatasi
yang datang untuk melakukan pelayanan karena kecatatan, etnik,
supervisi. Implementasi Standar rentang usia, dan stataus, selanjutnya
Nasional PKPR perlu terus menerus memberikan perhatian pada keadilan
dipantau dan dinilai. Pemantauan dan dan kesetaraan gender dalam
penilaian yang dilakukan secara menyediakan pelayanan, menjamin
sistematis dan terencana akan privasi dan kerahasiaan,
menjamin terpenuhinya standar mempromosikan kemandirian remaja,
tersebut dan terselenggaranya PKPR tidak mensyaratkan persetujuan orang
dengan mutu yang tetap dan merata tua, dan memberikan kebebasan
di seluruh wilayah Republik Indonesia berkunjung, dan menjamin biaya yang
(Kemenkes, 2013). terjangkau/gratis. Perlu kebijakan
Product : Dalam komponen ini pemerintah daerah misalnya
didapatkan tema penting diantaranya pembebasan biaya untuk kunjungan
adalah hasil pelaksanaan meliputi remaja.
kunjungan remaja dan dampak pada Sedangkan untuk dampak pada
remaja. Rata-rata kunjungan remaja remaja, hampir rata-rata menyatakan
ke puskesmas meningkat terutama bahwa dengan adanya program ini
jumlah remaja yang mendapat KIE menunjukan adanya perubahan yang
(perorangan, dalam kelompok, luar baik, dilihat dari sisi kemandirian dan
ruangan, dalam gedung). juga perubahan prilaku. Kesadaran
Konseling dapat dilakukan secara akan perubahan atau masalah yang
individual atapun kelompok. Konseling terjadi pada remaja, mereka sudah
kelompok melibatkan lebih dari 1 klien mau bertanya dan datang ke fasilitas
(biasanya 6 − 12 orang) yang pelayanan kesehatan. Kunjungan
memiliki kesamaan tema, tingkat remaja ke puskesmas bertambah
permasalahan, tujuan dan tetapi bukan spesifik mengenai
usia/kematangan. Konseling kelompok permasalahan kesehatan
bisa dilakukan dalam bentuk fokus reproduksinya, melainkan kunjungan
grup diskusi, hal tersebut dapat gangguan penyakit secara umum.
didukung oleh kebijakan dan prosedur Dampak bagi remaja akan sangat
210
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 2, April 2021, hal. 205-212
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Model CIPP dalam Pelayanan… (Rosita, Merry Wijaya, Panji Fortuna)

dipengaruhi oleh layanan yang masih merasa ragu untuk


diberikan oleh petugas, semakin aktif menyampaikan pendapatnya, hal ini
dan berkolaboratif petugas maka bisa menjadi bias karena informasi
semakin banyak remaja yang dapat yang didapatkan terbatas. 3) Metode
terjaring dalam kegiatan PKPR penelitian menggunakan kualitatif,
(Pratiwi, 2017). data yang diperoleh akan semakin
baik jika menggunakan metode mixs
KESIMPULAN metode.
Perilaku remaja salah satunya
dipengaruhi oleh pengetahuan yang DAFTAR PUSTAKA
baik. Jika para petugas dan pihak Afandi Thohir. Bonus Demografi 2030
sekolah terus menerus memaparkan - 2040 : Strategi indonesia
tentang pentingnya menjaga terkait kerenagakerjaan dan
kesehatan reproduksi, maka semakin pendidikan Kementerian.
meningkatnya pengetahuan dan Perencanaan Pembangunan
berubahnya perilaku remaja tersebut. Nasional/Bappenas. Jakarta;
2017
SARAN Aryani. Kesehatan Remaja Problem
Diharapkan pelayanan kesehatan dan Solusinya. Jakarta; Salemba
remaja menjadi peluang untuk Medika. 2010.
menciptakan generasi penerus bangsa Badan Pusat Statistik, Badan
yang berkualitas (Friskarini, 2016). Koordinasi Keluarga Berencana
Kualitas generasi yang akan datang Nasional, Departemen Kesehatan
ditentukan oleh peran semua sektor RI. Survei demografi dan
pemerhati remaja pada saat ini, tentu kesehatan Indonesia (SDKI).
dengan intervensi yang tepat. Dengan Jakarta: Depkes RI; 2012.
melakukan Upaya Pelayanan Depkes RI, UNFPA, BKKBN, Depsos,
Kesehatan Remaja kita telah Depdiknas. Menteri Negara
berinvestasi terhadap aset bangsa. pemberdayaan perempuan.
Jakarta: Departemen Kebijakan
Aspek Etik Penelitian : Aspek etik dan Strategi Nasional Kesehatan
penelitian ini telah dinilai oleh Komisi Reproduksi Indonesia; 2015.
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Friskarini K, Manalu H, Implementasi
Kedokteran Universitas Padjajaran Program Pelayanan Kesehatan
Bandung dan ditandai dengan Peduli Remaja (PKPR) Di Tingkat
dikeluarkannya surat keterangan Puskesmas DKI Jakarta. J Ekologi
persetujuan etik dengan nomor : Kesehatan Vol. 15 No 1, Juni
1109/UN6.KEP/EC/2018. 2016:66-75. 2016
Irianto K. Kesehatan Reproduksi, Teori
Keterbatasan Penelitian : 1) Tidak dan Praktikum. Bandung ;
dilakukannya wawancara pada pihak Alfabeta. 2015.
pemangku kebijakan seperti Dinas Kementrian Kesehatan RI. Pedoman
Kesehatan khususnya pemegang standar nasional pelayanan
program PKPR. 2) Informan remaja kesehatan peduli remaja (PKPR).
211
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 2, April 2021, hal. 205-212
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Model CIPP dalam Pelayanan… (Rosita, Merry Wijaya, Panji Fortuna)

Jakarta: Kementrian kesehatan Muryadi D Agustinaco. Model evaluasi


RI. 2013 program dalam penelitian
Kusmiran E. Kesehatan reproduksi evaluasi. J tunas pembangunan
remaja dan wanita. Jakarta: kesehatan. 2015
Salemba Medika; 2012. Pratiwi. Analisa Implementasi Program
Marshall, W. Kreuter. Health Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Planning An Education on Remaja (PKPR) di Puskesmas
Ecological Approach. Rollins Kota Palembang. J Aisyiyah
Scholl of Public Health of Emory Yogyakarta. 2017
University 2005. Profil Kesehatan Kota Bandung In:
Masunah J. Profil Pendidikan, Bandung DKK, editor.: Dinkes
Kesehatan, dan Sosial Remaja Kota Bandung; 2016.
Kota Bandung : Masalah dan Warju. Educational program
Alternatif Solusinya. Policy Brief evaluation using CIPP model. J
Pusat Penelitian dan Innovation of vocational
Pengembangan Kependudukan. technology education.
2011. 2016;XXI:1;36 – 42

212
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 2, April 2021, hal. 205-212
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index

You might also like