You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Persepsi Akseptor KB MOP dalam Penerapan Program KB


di Kecamatan Gayamsari Kota Semarang

Anggy Dwi Putriandani *)

*) mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Diponegoro

Koinforman penelitian : anggydwiputriandani@gmail.com

ABSTRACT

Indonesia's fertility Rate is 2.6 and still be above the average TFR ASEAN
countries, i.e. 2.4. In the Sub-District of Gayamsari did not escape the program
policy KB, but men participants in this region is too little, until August 2014 man
KB user use the MOP method only 76 people from 11.824 users of/PUS in the
area, it means more or less the only 0.6% from total users in Gayamsari. The
purpose of this study was to describe the application of Perception within the
Program Aseptor KB MOP KB in district of Gayamsari, Semarang. This research
uses descriptive qualitative approach to the subject of research as the main
informant as much as 8 KB MOP aseptor in district of Gayamsari, as well as the
triangulation PLKB informants in the region. Data collection is done with the
interview in depth. The research results show the behavior of the application of
the research KB MOP subjects is poorly because lack of the subject's self-
awareness and motivation research even wearing it, not doing a follow-up
counselling because being lazy and not interested, the subjects are not doing
promotions to disseminate information about KB as embarrassed if many people
know their participation as a aseptor, and roles PLKB Prio Utomo in the region
who are not really supportive for the cause. The behavior of the subjects of the
research are strongly influenced by their perception of the role of men in the KB
program were knowledge, the perceived susceptibility, perceived seriousness,
the perceived barriers, as well as the perceived benefits of the subject of
research in the application of KB program in men.

Keywords: Perception, Akseptor KB MOP, Application of KB Program


Libraries: 51, 1976 – 2014

PENDAHULUAN
Di antara Negara ASEAN, pembangunan keluarga adalah
Indonesia dengan luas wilayah upaya mewujudkan keluarga
terbesar tetap menjadi negara berkualitas yang hidup dalam
dengan penduduk terbanyak, lingkungan sehat; dan Keluarga
dengan Angka Fertilitas 2,6, Berencana. UU ini mendukung
Indonesia masih berada di atas rata- program KB sebagai salah satu
rata TFR Negara ASEAN, yaitu 2,4. upaya mewujudkan keluarga sehat
3
dan berkualitas.4 Pengaturan
Berdasarkan Undang- Kehamilan dalam program KB
Undang Nomor 52 tahun 2009 dilakukan dengan menggunakan alat
tentang Perkembangan kontrasepsi. 5
Kependudukan dan Pembangunan Data Badan Kependudukan
Keluarga menyatakan bahwa dan Keluarga Berencana Nasional
860
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

(BKKBN) menunjukan bahwa pada yaitu baru sekitar 6,34 persen.8


tahun 2013 ada 8.500.247 Adapun Undang-Undang Nomor 25
Pasangan Usia Subur (PUS), yang tahun 2004 tentang Tentang
merupakan peserta KB baru. Perencanan Pembangunan Nasional
Dengan rincian pengguna 8 persen. 5 Kecamatan Gayamsari
kontrasepsi Suntik 4.128.115 Kota Semarang merupakan suatu
peserta (48,56%), Pil 2.261.480 wilayah sasaran program Keluarga
peserta (26,6%), Implant 784.215 Berencana Nasional. Dalam rangka
peserta (9,23%), IUD 658.632 kesetaraan gender, peran serta pria
peserta (7,75%), Kondom 517.638 dalam program KB pun mulai
peserta (6,09%) MOW 128.793 digalakkan.15 Seiring dengan
peserta (1,52%), dan MOP 21.374 perkembangan jaman, kini mulai
peserta (0,25%).8 tersedia alat kontrasepsi pria berupa
Di Jawa Tengah tahun 2012 vasektomi atau Medis Operatif Pria
jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) (MOP). Namun di wilayah
sebanyak 6.738.688 meningkat Kecamatan Gayamsari, peserta
dibanding tahun 2011 6.549.125. Akseptor KB pria di wilayah ini
Partisipasi masyarakat sebagai kurang, sampai bulan agustus 2014
Peserta KB baru tahun 2008 pengguna KB pria hanya
sebesar 1.031.019 (15,3%) dari menggunakan metode MOP hanya
jumlah PUS sebanyak 6.738.688, 76 orang dr 11.824 jumlah PUS di
MOP sebanyak 2,4%. Dengan wilayah tersebut, hanya 0,6 % nya
perincian sebagai berikut: KB Suntik saja.
558.812 peserta (54,2%), Pil Berdasarkan pernyataan penelitian
171.149 peserta (16,6%), Implant tersebut diatas, kemudian
128.877 peserta (12,5%), IUD selanjutnya dapat dirumuskan
94.853 peserta (9,2%), Kondom pertanyaan penelitian:
52.581 peserta (5,1%), MOW 24.744 Bagaimanakah Persepsi Akseptor
peserta (2,4%), dan MOP 2.062 KB MOP dalam Penerapan
peserta hanya (0,2%).9 Program KB di Kecamatan
Di Kota Semarang pada Gayamsari, Kota Semarang?
tahun 2013 jumlah Pasangan Usia
Subur (PUS) sebanyak 163.862 MATERI DAN METODE
menurun dibanding tahun 2012 Jenis penelitian yang
259.120. Partisipasi masyarakat digunakan dalam penelitian ini
sebagai Peserta KB baru tahun 2013 adalah deskriptif dengan
sebesar 35.125(13,3%) dari jumlah menggunakan pendekatan kualitatif
PUS sebanyak 163.862, MOP yang dimaksudkan untuk
sebanyak 0,44%. Dengan perincian mendeskripsikan persepsi Akseptor
sebagai berikut: KB Suntik 13.263 KB MOP dalam Penerapan
peserta (37,75%), Pil 6.080 peserta Program KB di Kecamatan
(17,31%), IUD 5.550 peserta Gayamsari Kota Semarang.
(15,8%), Implant 5.090 peserta Dalam penelitian ini subyek
(14,5%), Kondom 3.732 peserta penelitian utama yaitu akseptor KB
(10,6%), MOW 1.264 peserta MOP di wilayah Kecamatan
(3,6%), dan MOP 154 peserta hanya Gayamsari yang berjumlah 8 orang,
(0,44%).10 sedangkan informan triangulasi
Secara nasional metode adalah 1 PLKB di kecamatan
pengguna kontrasepsi kaum pria Gayamsari.
pada tahun 2013 juga masih rendah
861
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Variabel – variabel yang melakukan promosi untuk


digunakan dalam penelitian ini menyebarluaskan informasi
meliputi : mengenai KB karena merasa
a. Variabel bebas (umur, tingkat malu jika banyak orang
pendidikan, pengetahuan , mengetahui keikutsertasaanya
Kerentanan yang dirasakan sebagai akseptor,dan peran prio
(Perceived susceptibility) , utomo dan peran PLKB di
Keseriusan yang dirsakan wilayah tersebut yang kurang
(Perceived seriousness), mendukung menjadi faktor
Hambatan yang dirasakan utama penerapan program KB
(Perceived barriers), Manfaat tersebut kurang berjalan baik.
yang dirasakan (Perceived Perilaku subyek
benefits) . penelitian tersebut sangat
b. Variabel terikat yaitu perilaku dipengaruhi oleh persepsi
akseptor KB MOP dalam mereka terhadap peran pria
penerapan program KB. dalam program KB, diantaranya
pengetahuan, perceived
HASIL DAN PEMBAHASAN susceptibility, perceived
A. Perilaku Penerapan Pria dalam seriousness, hambatan yang
Pelaksanaan Program KB dirasakan, serta manfaat yang
Dari penelitian Badan dirasakan subyek penelitian
Kependudukan dan Keluarga dalam penerapan pria dalam
Berencana Nasional (BKKBN) program KB.
menunjukan bahwa pada tahun B. Karakteristik Informan
2013 hanya ada 21.374 (0,25%) Penelitian
peserta MOP 8.500.247 Adapun subyek penelitian
Pasangan Usia Subur (PUS), dari penelitian ini sebagai
yang merupakan peserta KB informan utama sebanyak 8
baru. Menurut penelitian Zaini, (delapan) orang, yang berinisial
hal ini dikarenakan penerapan N, AW, A, HS, D, H, W, dan SR.
dari Akseptor KB MOPnya Hasil yang diperoleh dari
sendiri kurang baik. Perilaku wawancara mendalam dengan
penerapan KB MOP adalah kedelapan informan utama yaitu
tindakan perventif yang : Umur subyek penelitian
diaplikasikan dalam kehidupan diantara 48 tahun sampai
sehari-hari yang bertujuan untuk dengan 52 tahun. Umur
menurunkan kemungkinan merupakan salah satu faktor
masalah terkena akibat seseorang untuk menjadi
berperilaku tidak ber-KB yang akseptor kontap, sebab umur
berupa penerapan KB MOP. berhubungan dengan potensi
perilaku penerapan KB reproduksi dan juga untuk
MOP subyek penelitian kurang menentukan perlu tidaknya
baik karena motivasi serta seseorang melakukan vasektomi
kesadaran diri subyek penelitian dan ubektomi sebagai cara
tidak ada walaupun sudah kontrasepsi 45 . Sebagian besar
memakainya, subyek penelitian pendidikan terakhir subyek
tidak melakukan konseling penelitian adalah SMP, hanya
lanjutan setelah tindakan karena ada 3 subyek penelitian yang
malas serta tidak berminat, tingkat pendidikannya SMA.
subyek penelitian juga tidak Pendidikan merupakan salah
862
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

satu faktor yang dapat D. Kerentanan yang dirasakan


mempengaruhi pengetahuan dan Perceived Susceptibility
sikap tentang metode (kerentanan yang dirasakan)
kontrasepsi. Orang yang adalah suatu proses
berpendidikan tinggi akan mengorganisasikan dan
memberikan respon yang lebih menafsirkan stimulus individu
rasional daripada mereka yang mengenai tingkat
berpendidikan rendah, lebih kecenderungan tentang
kreatif dan lebih terbuka penerapan akseptor KB pria
terhadap usaha-usaha dalam program KB.
pembaharuan Berdasarkan hasil wawancara
C. Pengetahuan mendalam dengan subyek
Sebagian besar subyek penelitian, mengenai Perceived
penelitian belum mempunyai Susceptibility(kerentanan yang
pengetahuan yang cukup baik dirasakan)
tentang penerapan pria dalam Mengenai Perceived
program KB. Diantaranya subyek susceptibility (kerentanan yang
penelitian belum mempunyai dirasakan) dalam penerapan
pengetahuan yang cukup baik program KB dalam penelitian ini
tentang tujuan dan manfaat KB, dapat disimpulkan bahwa
belum mempunyai pengetahuan sebagian besar subyek
yang cukup baik tentang jenis- penelitian masih mengalami
jenis KB, belum mempunyai kerentanan dalam penerapan
pengetahuan yang cukup baik program KB. Berdasarkan
mengenai KB MOP, serta penelitian kerentanan yang
penelitian tidak mengetahui dirasakan subyek penelitian
mengenai peran pria dalam KB. diantaranya subyek penelitian
Pengetahuan di bidang tidak setuju bahwa peran pria
kesehatan merupakan dasar dalam program KB penting,
ilmu untuk selanjutnya menjadi subyek penelitian setuju
pedoman serta dasar tindakan mengenai tradisi leluhur yang
dalam perilaku penerapan menyebutkan “ Banyak anak
program KB, tetapi jika banyak rejeki “,subyek penelitian
pengetahuan tersebut belum setuju saat agama
cukup baik, maka akan berpandangan jika
mempengeruhi akseptor KB menggunakan KB merupakan
dalam penerapan program KB. perbuatan zina, dan subyek
Menurut penelitian Supyanti, penelitian merasakan
pengetahuan dibidang kenyamanan berhubungan
kesehatan merupakan satu hal subyek penelitian dengan
yang penting sebelum timbulnya pasangan kurang saat
perilaku kesehatan, akan tetapi menggunakan KB.
perilaku kesehatan tidak akan E. Keseriusan yang dirasakan
muncul kecuali adanya dorongan Penilaian individu
yang kuat sehingga mampu mengenai seberapa serius
menggerakkan seseorang untuk kondisi dan konsekuensi yang
berperilaku ditimbulkan oleh masalah
penerapan akseptor KB dalam
program KB

863
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Perceived seriousness stakeholder terkait kurang


(keseriusan yang dirasakan) merata memberikan penyuluhan
tentang penerapan dalam mengenai KB pria, stakeholder
program KB sebagian besar terkait jarang memberikan
subyek penelitian masih penyuluhan serta informasi baik
mengganggap serius tentang berupa slebaran, pamphlet,atau
penerapan pria dalam program papan pengumuman mengenai
KB. Misalnya : tingkat psikologis alat kontrasepsi dan fungsinya,
menjadi keseriusan yang syarat yang harus dipenuhi
dirasakan saat belum ber-KB terlalu banyak, dan terlalu surit,
sehingga kondisi psikologis banyak mengisi formulir, dan
seseorang menjadi yang menjadi hambtan
pertimbangan dalam memilih selanjutnya dalam penerapan
serta menggunakan alat pria dalam program KB adalah
kontrasepsi, keadaan ekonomi syarat yang harus mengikuti
keluarga yang kurang cukup konseling setelah tindakan, ada
menjadi alasan seorang pria subyek penelitian yang merasa
untuk berpatisipasi dalam keberatan karena konseling
penerapan program KB, mengganggu waktu bekerja.
mengatur jumlah anak yang G. Manfaat yang dirasakan
berlebihan sebagai akibat dari Perceived benefit adalah
pasangan yang belum Keuntungan yang dirasakan
menggunakan alat kontrasepsi, serta didapat responden
kesehatan keluarga terutama mengenai program KB , hal
anak-anak yang kurang menjadi halapa apa saja yang
resiko yang harus diterima, bermanfaat perilaku penerapan
kualitas pendidikan rendah anak- akseptor KB MOP dalam
anak yang rendah merupakan program KB .
resiko yang harus diterima, Manfaat yang diperoleh
karena kondisi ekonomi yang subyek penelitian dalam
kurang dan kebutuhan lainnya penerapan program KB yaitu :
juga harus dipenuhi. Manfaat kesehatan yang
F. Hambatan yang dirasakan dirasakan subyek penelitian yaitu
Hambatan adalah tidak adanya kematian dan
penilaian individu mengenai angka kesakitan (efek samping
besar hambatan yang ditemui kesehatan), tingkat
untuk mengadopsi perilaku kesejahteraan sosial serta
kesehatan yang disarankan, ekonomi akseptor KB menjadi
seperti hambatan finansial, fisik, lebih baik dikarenakan mereka
dan psikososial dari penerapan sudah tidak mempunyai anak
dalam program KB. lagi dan tanggungan untuk
Hambatan yang ditemui mencukupi kebutuhan anak-anak
dan yang dirasakan subyek yang masih kecil baik pendidikan
penelitian dalam penerapan dan kesehatan juga berkurang,
program KB diantaranya : respon biaya yang dikeluarkan sangat
teman sebaya yang kurang efisien, tidak terjadi pendarahan
mendukung terhadap penerapan dan tidak cacat, sangat efektif
program KB, peran media yang untuk mencegah seseorang
kurang dalam menginformasikan hamil kembali.
penerapan program KB MOP,
864
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

SIMPULAN subyek penelitian dengan


1. Perilaku penerapan KB MOP pasangan kurang saat
subyek penelitian kurang baik menggunakan KB.
karena tidak melakukan 5. Perceived seriousness
konseling lanjutan setelah (keseriusan yang dirasakan)
tindakan, tidak melakukan tentang penerapan dalam
promosi untuk menyebarluaskan program KB sebagian besar
informasi mengenai KB karena subyek penelitian masih
merasa malu jika banyak orang mengganggap serius tentang
mengetahui keikutsertasaanya penerapan pria dalam
sebagai akseptor,dan peran prio pelaksanaan program KB,
utomo dan peran PLKB Di misalnya : kondisi psikologis
wilayah tersebut kurang seseorang menjadi
mendukung pertimbangan dalam memilih
2. Subyek penelitian dari penelitian serta menggunakan alat
ini sebagai informan utama kontrasepsi, keadaan ekonomi
sebanyak 8 (delapan) orang. keluarga yang kurang cukup
Umur subyek penelitian diantara menjadi alasan seorang pria
48 tahun sampai dengan 52 untuk berpatisipasi dalam
tahun. Sebagian besar program KB, mengatur jumlah
pendidikan terakhir subyek anak yang berlebihan sebagai
penelitian adalah SMP. akibat dari pasangan yang belum
3. Sebagian besar subyek menggunakan alat kontrasepsi,
penelitian belum mempunyai kesehatan keluarga terutama
pengetahuan yang cukup baik anak-anak yang kurang serta
tentang penerapan pria dalam kualitas pendidikan anak-anak
program KB. Diantaranya subyek yang rendah merupakan resiko
penelitian belum mempunyai yang harus diterima.
pengetahuan yang cukup baik 6. Hambatan yang dirasakan
tentang tujuan dan manfaat KB, subyek penelitian diantaranya :
jenis-jenis KB KB MOP, serta respon teman sebaya yang
tidak mengetahui mengenai kurang mendukung dalam
peran pria dalam KB. penerapan program KB, peran
4. Perceived susceptibility media yang kurang dalam
(kerentanan yang dirasakan) menginformasikan penerapan
sebagian besar subyek program KB MOP, stakeholder
penelitian masih mengalami terkait kurang merata
kerentanan dalam penerapan memberikan penyuluhan
program KB, diantaranya subyek mengenai KB pria serta
penelitian tidak setuju bahwa informasi berupa media
peran pria dalam program KB tambahan, syarat yang harus
penting, subyek penelitian setuju dipenuhi terlalu banyak, dan
mengenai tradisi leluhur yang syarat yang harus mengikuti
menyebutkan “ Banyak anak konseling setelah tindakan
banyak rejeki “, subyek karena konseling mengganggu
penelitian setuju saat agama waktu bekerja.
berpandangan jika 7. Manfaat yang diperoleh subyek
menggunakan KB merupakan penelitian yaitu : tidak adanya
perbuatan zina, dan merasakan efek samping kesehatan, tingkat
kenyamanan berhubungan kesejahteraan sosial serta
865
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ekonomi akseptor KB menjadi KEPUSTAKAAN


lebih baik, biaya efisien, tidak 1. BKKBN. Makalah Perkumpulan
terjadi pendarahan dan tidak Keluarga Berencana Indonesia.
cacat, sangat efektif. http://www.bkkbn.go.id/Webs/upl
oad/infoprogram-KB.pdf.diakses
SARAN pada 29 September 2014
1. Bagi pemerintah serta dinas 2. Iswarati, dkk. Kesehatan
kesehatan terkait Reproduksi, Gender dan
a. Dibutuhkan untuk diadakan Pembengunan Kependudukan.
kegiatan sosialisasi Jakarta : BKKBN, STARH. 2003.
kesehatan yang rutin, merata 3. World Health Organization.
dan terus berlanjut tentang World Population Data Sheet.
informasi-informasi KB 2013.
terutama KB pria, 4. Undang-Undang Republik
penambahan serta Indonesia Nomor 52 Tahun 2009
pemberian media promosi Tentang Kependudukan dan KB,
kesehatan untuk menunjang 2009.
informasi seperti (brosur, 5. Undang-Undang Republik
pamphlet, lembar balik, Indonesia Nomor 25 tahun 2004
video, iklan) tentang KB pria Tentang Perencanan
sehingga dapat memberikan Pembangunan Nasional, 2004.
informasi lebih bagi 6. Deputi bid KB & Kes Pro. KB dan
masyarakat. Kesehatan Reproduksi :
2. Bagi akseptor KB Kebijakan, Program dan
a. Sebaiknya tidak Kegiatan tahun 2005 – 2009.
mempercayai mitos-mitos Jakarta : BKKBN, 2009.
mengenai KB pria yang 7. Departemen Kesehatan RI,
beredar di masyarakat Riskesdas, Laporan Hasil Riset
meliputi pandangan agama Kesehatan Dasar Provinsi Jawa
yang mengungkapkan KB Tengah. 2012.
adalah zina jika dilakukan (http://www.depkes.go.id/resourc
pria, kenyamanan es/download/general/HasilRiskes
berhubungan terganggu, dan das2012.pdf)
banyak anak banyak rezeki 8. BKKBN. Data Badan
yang sebenarnya merupakan Kependudukan dan Keluarga
informasi yang belum tentu Berencana Nasional (BKKBN) .
benar. 2013.
b. Meningkatkan pengetahuan, 9. DEPKES. Profil Kesehatan
khususnya tentang KB pria, Provinsi Jawa Tengah. 2012.
agar pengetahuan akseptor 10. Dinas kesehatan Kota
KB semakin baik. Semarang. Profil Kesehatan
c. Tidak malu menjadi akseptor Kota Semarang. 2013.
KB MOP sehingga bisa Ikut (http://dinkeskotasemarang.files.
mempromosikan KB MOP di wordpress.com/2012/07/profil-
wilayah tempat tinggalnya. kesehatan-kota-semarang-
2013.pdf diakses 25 Oktober
2014)
11. Harmadi.SHB. Jurnal Keluarga,
Pencapaian Program KB, Edisi
Desember. 2012.
866
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

12. Muryanta A. Menggapai Target Ketimpangan Gender.


MDGs Dalam Program KB Yogyakarta : Pustaka Sinar
Nasional. 2010 Harapan.1996.
13. Kementerian Perencanaan 23. BKKBN. Buku Saku Kontrasepsi
Pembangunan Nasional Mantap Untuk PPLKB dan
Bappenas. Arah dan Kebijakan PLKB. Jawa Tengah:
DAK Bidang KB Tahun 2014 dan Perkumpulan Kontrasepsi
Rencana 2015. 2014. Mantap Indonesia. 1989.
14. BKKBN. Pemantauan Pasangan 24. BKKBN. Visi dan Misi
Usia Subur Melalui Mini Survei Pembangunan dan Gerakan KB
Indonesia Tahun 2011. Badan Nasional. BKKBN. Jakarta. 2000.
Kependudukan dan Keluarga 25. BKKBN. Keluarga Berencana.
Berencana Nasional. Puslitbang Jakarta; BKKBN. 2001
Keluarga Berencana dan 26. Arjoso, S. Rencana Strategis
Keluarga Sejahtera. Jakarta. BKKBN. 2005.
2011. 27. Anonim. Petunjuk Pengayoman
15. Subhan. Kesetaraan Pasangan Medis Pelayanan Kontrasepsi di
Usia Subur (PUS) dalam Lapangan. Jakarta: Direktorat
Pengambilan Keputusan KB di Bina Kesehatan Keluarga. 1985.
Kabupaten Gresik. Yogyakarta : 28. Murbawani, Etisa Adi. Alat KB
Fakultas Kedokteran Umum Mana yang
UGM; 2001. Cocok.http://www.suaramerdeka.
16. Hartanto, Hanafi. Keluarga com/harian/0211/23/ragama4.ht
Berencana dan Kontrasepsi, FK m., diakses 25 Oktober 2014
UNPAD. 2004. 29. Saifuddin, Bari A . Buku
17. Winarni, Endah. Partisipasi Pria Panduan Praktis Pelayanan
dalam ber KB. Jakarta : BKKBN. Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan
2005 Bina Pustaka Sarwono
18. PLKB. Rekapitulasi Laporan Prawirohardjo. 2004.
PLKB Kecamatan Gayamsari 30. Anonim. Direktorat Peningkatan
Kota Semarang. 2014. Partisipasi Pria. Bunga Rampai
19. BKKBN. Umpan Balik Hasil Saleh Satu Kontrasepsi Pria
Pelaksanaan Program KB “Vaksetomi”, BKKBN. Jakarta.
Nasional Provinsi Jawa Tengah 2002.
Bulan Desember 2012. Jawa 31. Anonim. Buku Panduan Praktis
Tengah. 2012. Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2.
20. BKKBN. Peningkatan Partisipasi Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Pria dalam Keluarga Berencana Prawirohardjo. Jakarta. 2006.
dan Kesehatan Reproduksi. 32. Becker, M.h . ed. “The Health
Jakarta. 2003. Belief Model and Personal
21. Flourisa Juliaan. Unmet Need Health Behaviour.” Health
dan Kebutuhan Pelayanan KB di Education Monographs. 1974. p.
Indonesia (Analisa Lanjut). 324–473.
Puslitbang KB dan Kesehatan 33. Strecher, V. J. and RIM. “ The
Reproduksi, Badan Health Belief Model .” In: K.
Kependudukan dan Keluarga Glanz, F. M. Lewis and BKR,
Berencana Nasional (BKKBN). editor. In Health Behaviour and
Jakarta. 2009. Health Education: Theory,
22. Wahid, Abdurrahman, dkk.. Research, and Practice. San
Seksualitas, Kespro dan Francisco; 1997.
867
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

34. Entjang, Indah. Pendidikan 4/No.2/Agustus 2009. Partisipai


Kependudukan dan Keluarga Pria dalam keluarga Berencana
Berencana. Penerbit Alumni. di Kecamatan Jetis. Yogyakarta.
Bandung. 1986. 2009.
35. Zaini A. Implementasi Kebijakan 45. Purwoko. Tesis Penerimaan
Program Keluarga Berencana di Vasektomi dan Sterilisasi Tuba.
Kabupaten Batang Studi Kasus Fakultas Kedokteran Undip.
Peningkatan Kesertaan KB Pria Semarang. 2000.
Di Kecamatan Grinsing. 2013. 46. Supyanti, Dkk. Jurnal Pendidikan
36. BKKBN. Peserta KB Pria yang Bidan (The Journal of Midwefery
Puas, Motivator yang Handal. Education) MO-KTI-0612-2012.
BKKBN : Pusat Informasi Gambaran Faktor Karakteristik
Peningkatan Partisipasi Pria. Dan Pengetahuan Pria
2013 Mengenai Metode Operasi Pria
37. Hadriah O,. Telaahan Hasil-hasil (MOP) di Desa Cisarandi
Penelitian Peningkatan Kecamatan Warungkondang
Partisipasi Pria dalam KB & Kes Kabupaten Cianjur. 2012.
Pro di Indonesia. Jakarta : 47. BKKBN, Operasionalisasi
Puslitbang KB & Kespro, Program dan Kegiatan Strategis
BKKBN. 2002 Peningkatan Partisipasi Pria
38. Anonym. Kapita Selekta dalam Keluarga Berencana dan
Peningkatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi, Jakarta,
Kontrasepsi. Jakarta : BKKBN. 2002 .
1995 48. Trismiati. Jurnal PSYCHE.
39. Undang-Undang Republik Perbedaan Tingkat Kecemasan
Indonesia Nomor 10 Tahun Antara Pria Dan Wanita Akseptor
1992. Tentang Perkembangan Kontrasespi Mantap Di RSUP
Kependudukan dan Dr. Sardjito Yogyakarta. Vol.1
Pembangunan Keluarga NO.1, Juli: 2014.
Sejahtera, dalam pasal 12 ayat 49. Imron Ali. Kontruksi Sosio
3. 1992 Kulturural Terhadap Vasektomi:
40. Dwijayanti, Riski. Analisis Studi Kasus DI Jombang, jawa
Respon Masyarakat Desa Timur. Program Studi Sosiologi,
terhadap Program KB dalam Fakultas Ilmu Sosial. Universitas
Rangka Peningkatan Kualitas Negeri Surabaya: 2012.
Sumber Daya Manusia di desa 50. Murniati. Jurnal Riset
Cihideung Udik kabupaten Keperawatan: Faktor-Faktor
Bogor. 2006 Yang Mempengaruhi Motivasi
41. Notoatmodjo, S. Promosi Pria Melakukan Vasektomi Di
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Kecamatan Ngrampal
Rineka Cipta.2007. Kabupaten Sragen. Program
42. Lexy J. Moleong. Metodologi Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
penelitian kualitatif. PT . Remaja Kedokteran Universitas
Rosdakarya Bandung. 2011 Diponegoro. 2012
43. Saryono MD. Metode Penelitian 51. Pertiwi PI. Implementasi
Kualitatif dalam Bidang Program Keluarga Berencana
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medis Operasi Pria (MOP)
Medika; 2010. Dikecamatan Tenayan Raya
44. Budisantoso SI. Jurnal Promosi Kota Pekanbaru.tahun 2011.
Kesehatan Indonesia Vol
868

You might also like