You are on page 1of 4

PROSIDING: SEMINAR MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN NASIONAL DAN CALL FOR PAPER

“E-Health Dalam Pelayanan Kesehatan”

MANAJEMEN PROGRAM POSBINDU DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

Nunik Maya Hastuti1, Reni Pupitasari2 , Sri Sugiarsi3


Prodi D3 RMIK STIKes Mitra Husada Karanganyar
1

Email : Nunikmaya21@mail.com
2
Prodi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar
Email : renni.puspita@ymail.com
3
Prodi D4 MIK STIKes Mitra Husada Karanganyar
sri_sugiarsi@yahoo.com

ABSTRACT
Reports from WHO show that Non Trasmitted Diseases is leading cause of death in the world, representing
63% of all annual deaths. Non Trasmitted Diseases kills more than 36 million people every year (WHO,
2008). Integrated Development Post cadres are volunteers who are seen as having more ability than other
communities. The activeness of the cadres shows the quality of Integrated Development Post cadre services
and community satisfaction with the services provided. The purpose of this study was to determine Integrated
Development Post of Non Trasmitted Diseasesdata management in Jaten. Research conducted at Integrated
Development Post of Non Trasmitted Diseases in four villages is regularly scheduled every month, but
for Integrated Development Post of Non Trasmitted Diseases Jetis village does not yet have a definite
schedule of implementation. This research is a qualitative research. Data collection techniques were carried out,
namely: in-depth interviews (indepth interview), observation, and documents. This qualitative data analysis is
inductive. Integrated Development Post of Non Trasmitted Diseases management seen from the aspect of
its implementation has not run optimally. This is because the implementation has not been routine, there is no
cross-sectoral collaboration, the implementation of stage 5 services has not been optimal. It was influenced by
several things, namely resources, motivation of cadres & society, bureaucratic structure. Communication between
DKK and cadres was hampered because of the change in training participants between Posbindu PTM and one
other. This problem made some cadres did not understand the calculation of IMT. Meanwhile, communication
with the target is not optimal.

Keywords : Management, Development Post of Non Trasmitted, Non Trasmitted Diseases

ABSTRAK
Laporan dari WHO menunjukkan bahwa PTM sejauh ini merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang
mewakili 63% dari semua kematian tahunan. PTM membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahun (WHO,
2008). Kader posbindu merupakan relawan yang dipandang memiliki kemampuan lebih dibanding masyarakat
lainnya. Keaktifan kader menunjukkan kualitas pelayanan kader posbindu dan kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen data Posbindu PTM di
Puskesmas Jaten. Penelitian dilaksanakan di Posbindu PTM di empat desa telah terjadwal setiap bulan secara
rutin, tetapi untuk Posbindu PTM Desa Jetis belum memiliki jadwal pasti pelaksanaan.Penelitian ini merupakan
peneltian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan, yaitu: wawancara mendalam (indepth interview),
observasi, dan dokumen. Analisis data kualitatif ini bersifat induktif. Manajemen Posbindu PTM dilihat dari
aspek pelaksanaannya belum berjalan secara optimal. Hal Ini dikarenakan pelaksanaan belum rutin, belum ada
kerjasama lintas sektoral, pelaksanaan tahapan 5 layanan belum optimal. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu sumber daya, motivasi kader & masyarakat, struktur birokrasi. Komunikasi antara DKK dan kader
terhambat karena adanya pergantian peserta pelatihan antara Posbindu PTM satu dan yang lain.Permasalahan
ini membuat sebagian kader belum memahami perhitungan IMT. Sedangkan untuk komunikasi dengan sasaran
belum optimal.

Kata kunci : Manajemen, Posbindu, PTM

30 30
Nunik Maya Hastuti, Reni Pupitasari , Sri Sugiarsi. Manajemen Program Posbindu di Wilayah ...

PENDAHULUAN kegiatan posbindu PTM(Umayana and Cahyanti,


Salah satu masalah yang dihadapi dalam 2015).
pembangunan kesehatan saat ini adalah terjadinya Berdasarkan perkembangan Posbindu PTM belum
pergeseran pola penyakit dari penyakit menular mencapai target, hal ini berarti manajemen Posbindu
ke penyakit tidak menular.Laporan dari WHO PTM belum berfungsi secara optimal. Oleh karena
menunjukkan bahwa PTM sejauh ini merupakan itu perlu dilakukan penelitian mengapa manajemen
penyebab utama kematian di dunia, yang mewakili Posbindu PTM Belum Berjalan dengan baik.Tujuan
63% dari semua kematian tahunan.PTM membunuh penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen
lebih dari 36 juta orang setiap tahun(WHO, 2008). data Posbindu PTM di Puskesmas .
Peningkatan PTM juga terjadi di Kabuapten
Karanganyar dimana tahun 2015 (2.750 kasus), tahun METODE
2016 (3.150 kasus), dan tahun 2017 (3.805 kasus)
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
(Kemenkes, 2013).
Data hasil penelitian kualitatif merupakan hasil
Upaya Penanggulangan PTM di Indonesia intepretasi datayang ditemukan di lapangan. Dalam
dilakukan melalui posbindu PTM dan pandu PTM penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai
menjadi salah satu target dan indikator pengendalian instrumen penelitian. Teknik pengumpulan data yang
PTM. Kegiatan posbindu PTM di masyarakat dan dilakukan, yaitu: wawancara mendalam (indepth
pandu PTM di puskesmas merupakan upaya promotif interview), observasi, dan dokumen. Analisis data
dan preventif melalui deteksi dini faktor resiko PTM. kualitatif ini bersifat induktif, yaitu suatu analisis
Hasil penelitian(Rusdiyanti, 2018); pemberdayaan berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan fakta-
kader dalam kegiatan program kesehatan akan fakta di lapangan, selanjutnya dikembangkan menjadi
memberikan keuntungan antara lain adalah kemudahan hipotesis atau teori. Aktivitas dalam analisis data
koordinasi dan penekanan biaya program kesehatan di kualitatif dilakukan secarai interaktif dan berlangsung
Inggris.(Febriyanti, 2017)menyebutkan bahwa kader secara terus menerus sampai tuntas yaitu reduksi,
posbindu merupakan relawan yang dipandang memiliki display dan conclution.
kemampuan lebih dibanding masyarakat lainnya.
Merekam mempunyai andil yang besar terhadap
HASIL DAN PEMBAHASAN
pelaksanaan program posbindu. (Laksita Pranandari et
al., 2017)melaporkan bahwa mayoritas kader mampu Berdasarkan hasil wawancara mendalam, proses
melakukan komunikasi yang baik dalam pelaksanaan pelaksanaan program Posbindu PTM Wilayah Kerja
posbindu lansia, hal karena kader telah dibekali materi Puskesmas Jaten di Kabupaten Karanganyar, waktu
melalui pelatihan dan berpengalaman. Ada hubungan pelaksanaan Posbindu PTM di empat desa telah
yang signifikan kemampuan berkoordinasi dengan terjadwal setiap bulan secara rutin, tetapi untuk
keberhasilan pelaksanaan posbindu. Berbeda halnya Posbindu PTM Desa Jetis belum memiliki jadwal pasti
dengan hasil penelitian kurangnya inisiatif kader untuk pelaksanaan. Hal tersebut karena masih terkendala
mengajak masyarakat ke posbindu menyebabkan oleh koordinasi waktu antar kader, koordinasi tempat,
rendahnya kunjungan pospindu. Keaktifan kader dan sasaran. Selain itu, ada ketergantungan antara
menunjukkan kualitas pelayanan kader posbindu anggota kader dengan ketua kadernya. Apabila ketua
dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang kader berhalangan hadir dalam Posbindu PTM maka
diberikan.(Nugraheni and Hartono, 2018) bahwa program tidak berjalan. Ketergantungan kepada ketua
strategi penguatan program posbindu adalah adanya kader ini juga disebabkan pelatihan yang diterima
dukungan kader posbindu oleh petugas puskesmas baik dari puskesmas maupun DKK belum sepenuhnya
dan Dinas Kesehatan untuk mengembangkan program tercakup oleh seluruh kader yang ada di desa (hanya
yang bersifat preventif dan promotif; deteksi dini atau perwakilan saja). Dengan demikian, hanya ketua
pemeriksaan penyakit untuk mampu menarik minat kader saja yang tahu bagaimana proses pelaksanaan
masyarakat agar tetap konsisten hadir dalam program Posbindu PTM. Akibatnya, pelaksanaan menjadi tidak
posbindu. Peran dan fungsi kader posbindu adalah rutin setiap bulannya apabila ketua kader tidak ada.
sebagai pelaksana pengendalian faktor resiko PTM Padahal sesuai dengan pedoman penyelenggaraan
bagi masyarakat di sekitarnya melalui posbindu PTM. Posbindu PTM ini diselenggarkan minimal satu bulan
Fungsi lainnya adalah koordinator penyelenggaraan sekali dan rutin(Hermansyah and Mudatsir, 2017).
posbindu PTM,penggerak masyarakat untuk mengikuti Akibatnya kegiatan pemantauan faktor risiko penyakit
posbindu PTM, pemantauan pengukuran faktor resiko tidak menular juga tidak rutin dilakukan. Sedangkan
PTM, konselor peserta posbindu PTM, pencatat hasil pelaksanaan Posbindu PTM di Desa Jaten II telah

31
PROSIDING: SEMINAR MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN NASIONAL DAN CALL FOR PAPER
“E-Health Dalam Pelayanan Kesehatan”

memiliki tempat yang sudah disepakati dan menjadi memahami bagaimana pengukuran IMT. Selain itu,
tempat rutin pelaksanaaan kegiatan. jumlah kader dan waktu pelaksanaan juga terbatas.
Posbindu PTM dilaksanakan diantaranya di Tahapan pemeriksaan faktor risiko PTM telah
gedung pertemuan kampung, balai desa, dan rumah dilakukan Posbindu PTM di Desa Jaten, yaitu
warga.Posbindu PTM Desa Jaten II dan Desa Jati telah pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, dan gula.
memiliki kemitraan, khususnya dalam hal penyediaan Untuk pemeriksaan faktor risiko, tiga Posbindu telah
dana dan alat habis pakai. Kemitraan di Desa Jaten melakukan pemeriksaan sendiri oleh kader dengan
II dan Jati terjalin dengan pihak pemerintah Desa. diawasi oleh Petugas Puskesmas. Sedangkan untuk
Posbindu PTM Desa Ngringo juga menjalin kemitraan Posbindu Desa Ngringodan Jetis, pemeriksaan
dengan kampus swasta. Sedangkan untuk dua desa gula darah dan kolesterol dilakukan oleh petugas
lainnya yaitu PTM Desa Jetis dan PTM Desa Sroyo Puskesmas/medis. Hal ini telah sesuai dengan pedoman
belum menjalin kerja sama dengan pihak lain. Hal bahwa sesuai pedoman pemeriksaan gula darah,
tersebut karena terkendala birokrasi, administrasi, dll. kolesterol total, dan trigliserida dilakukan oleh tenaga
Padahal kemitraan ini penting dalam penyelenggaraan kesehatan. Sedangkan, pemeriksaan tekanan darah
Posbindu PTM, khususnya dalam dukungan dana, dilakukan oleh kader yang terlatih.Hambatandalam
tenaga, sarana-prasarana untuk pengembangan pelaksanaan pemeriksaan di Posbindu PTM di dua
kegiatan. Keberhasilan pelaksanaan Posbindu PTM desa ini adalah adalah ketergantungan kader dengan
sangat ditentukan oleh keterlibatan dan peran aktif Puskesmas. Hal ini karena alat pemeriksaan FR PTM
dari berbagai pihak mulai dari pemerintah, organisasi ini masing-masing desa sudah memiliki alat, tetapi
masyarakat, organisasi profesi, swasta dan lain-lain. untuk pemeriksaan masyarakat harus membayar
Kemitraan dengan lintas sektor ini sebenarnya dapat sendiri. Akibatnya tidak semua masyarakat melakukan
memanfaatkan potensi yang ada di desa, misalnya pemeriksaan layanan di meja 4 karena disesuaikan
dengan klinik keluarga, bidan praktek mandiri,
dengan dana yang dimiliki.
apoteker, tenaga kesehatanlainnya(sarjana kesehatan
masyarakat, perawat, ahli gizi, dll). Tahapan selanjutnya yaitu identifikasi faktor
risiko, konseling, dan rujukan/tindak lanjut. Tahapan
Pelaksanaan Posbindu PTM menggunakan sistem
ini hasil dari wawancara, pengukuran dan pemeriksaan
5 meja ataulayanan, meliputi kegiatan Pendaftaran
faktor risiko PTM dilakukan tindak lanjut dini berupa
dan wawancara,Pengukuran Faktor Resiko PTM,
Pemeriksaan Faktor Resiko PTM (Cek Laboratorium pembinaan secara terpadu dengan peningkatan
: Gula Darah, Kolesterol, Asam Urat), Konseling dan pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang
Pencatatan.Kegiatan pendaftaran dilakukan pencatatan cara mengendalikan faktor risiko PTM melalui
identitas di KMS dan buku catatan Posbindu PTM. Hal penyuluhan secara masal, dialog interaktif, konseling,
tersebut telah sesuai dengan pedoman penyelenggaraan hingga rujukan apabila diperlukan(Kementerian
Posbindu PTM. Penulisan di KMS berfungsi untuk Kesehatan RI, 2014)Posbindu sudah melakukan
memudahkan memonitoring FR PTM masing-masing tahapan ini oleh Bidan Desa atau Petugas Puskesmas
individu, sedangkan buku pencatatan Posbindu PTM yang hadir. Terkait rujukan sendiri mekanismenya
untuk surveilans secara keseluruhan peserta(Kemenkes diberikan kartu catatan ke puskesmas oleh kader.
RI, 2014).HasilWawancara ini rata-rata dilakukan Tahap ini masih belum optimal karena terbatasnya
satu kali pada saat awal mendaftar PosbinduPTM. jumlah kader, kemampuan berbicara kader, dan
Padahal berdasarkanpedoman penyelenggaraan, waktu pelaksanaan yang terbatas. Komunikasi antara
wawancara dilakukan saat pertama kali kunjungan DKK, puskesmas, dan kader sudah dilakukan secara
dan berkala sebulan sekali. Dampaknya pemantauan formal melalui pelatihan dan sosialisasi. Hambatannya
dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular undangan pelatihan terlambat disampaikan kepada
kurang optimal. kader sehingga kader tidak mengikuti pelatihan
Tahapan selanjutnya adalah pengukuran secara lengkap. Selain itu, adanya pergantian peserta
faktor risiko PTM.Berdasarkan buku pedoman pelatihan antara Posbindu PTM satu dan yang lain.
pengukuran FR PTM, pengukuran yang dilakukan Hal ini karena wilayah kerja puskesmas cukup luas.
adalah berat badan, tinggi badan, lingkar perut, dan Hal ini juga berakibat hanya kader yang mengikuti
perhitungan IMT dilakukan 1 bulan sekali(Kemenkes pelatihan yang tahu. Sedangkan untuk komunikasi
RI, 2014) Tiga Posbindu PTM telah melakukan dengan sasaran. Permasalahan ini membuat sebagian
pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kader belum memahami perhitungan IMT. Meskipun
perut. Sedangkan untuk pengukuran IMT (indeks secara konsistensi, penyampaian Posbindu PTMnya
masa tubuh) dua Posbindu PTM belum melakukan, tidak berubah.
yaitu : Posbindu Desa Jetis, dan Sroyo. Pengukuran Tahapan terakhir adalah pencatatan, semua
IMT tersebut belum dilakukan karena kader belum Posbindu sudah melaksanakan system pencatatan oleh

32
Nunik Maya Hastuti, Reni Pupitasari , Sri Sugiarsi. Manajemen Program Posbindu di Wilayah ...

kader. Semua data direkap dijadikan satu buku dan Ini dikarenakan pelaksanaan belum rutin, belum
nantinya dilaporkan kepada pihak Puskesmas. Data yang ada kerjasama lintas sektoral, pelaksanaan tahapan
direkap yaitu : Tanggal bulan Posbindu, Nama, Umur, 5 layanan belum optimal. Hal itu dipengaruhi oleh
TB, BB, Lingkar Perut, Lemak Tubuh, Lemak Perut, beberapa hal yaitu sumber daya, motivasi kader &
IMT, Tensi Darah, Glukosa Darah, Kolesterol Darah, masyarakat, struktur birokrasi. Komunikasi antara
Asam Urat, Merokok, Kurang Makan Sayur dan Buah, DKK dan kader terhambat karena adanya pergantian
Kurang Aktifitas Fisik, Konsumsi Alkohol, dan Stres. peserta pelatihan antara Posbindu PTM satu dan
Sumber daya yang terdiri dari sumber daya yang lain.Permasalahan ini membuat sebagian kader
manusia, dana, sarana-prasarana, informasi, belum memahami perhitungan IMT. Sedangkan untuk
dan wewenang belum sepenuhnya mendukung komunikasi dengan sasaran belum optimal.
terlaksananya implementasi program Posbindu PTM.
Apabila dilihat dari SDM, beberapa Posbindu PTM DAFTAR PUSTAKA
belum mencukupi secara kemampuan, khususnya Febriyanti (2017) ‘Implementasi Pelaksanaan Pos
dalam perhitungan IMT. Dana sampai saat ini masih Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (
mencukupi karena masih mendapatkan bantuan dari POSBINDU PTM )’, PUBLIKA, 5(5).
Puskesmas, Pemerintah Desa, dan pihak Swasta.
Sarana-prasarana untuk pemeriksaan faktor risiko PTM Hermansyah, M. and Mudatsir (2017) ‘Komunikasi
berupa strip pemeriksaan belum mencukupi dan ada Dan Koordinasi Kader Dengan Pelaksanaan
perbedaan alat ukur timbangan BB. Informasi sudah Posbindu Lansia’, Jurnal Ilmu Keperawatan,
tersedia dan mudah untuk diakses kader. Selain itu, 5(2).
sudah ada wewenang terkait peran dan tanggung jawab Kementerian Kesehatan RI (2014) Riset Kesehatan
antara kader selaku pelaksana program, Bidan Desa dan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Tim Pembina Wilayah di Puskesmas maupun DKK. Pengembangan Kesehatan. Tersedia di: http://
Sikap/disposisi kader selaku pelaksana dan www.depkes.go.id/resources/download/general/
puskesmas setuju dan menerima program Posbindu Hasil%20Riskesdas%202013.pdf [Sitasi 19
PTM. Hal ini ditunjukkan dengan komitmen dalam Setember 2018].
pelaksanaan Posbindu PTM. Komitmen anggota kader _____. (2014) Petunjuk Teknis: Penyelenggaraan Pos
dalam pelaksanaan Posbindu PTM masih bergantung Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular.
pada Ketua Kader. Hal ini karena masing-masing kader Jakarta.
belum mengetahui peran dan tanggung jawabnya.
Motivasi para pelaksana Posbindu PTM berasal dari Laksita Pranandari, L. et al. (2017) Analisis
diri sendiri, puskesmas, DKK, dan masyarakat dalam Implementasi Program Pos Pembinaan Terpadu
rangka meningkatkan kesehatan di sekitar. Akan Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM) di
tetapi, komitmen dari puskesmas selaku tim pembina Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul.
Posbindu di wilayah kerja masing-masing masih Available at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.
kurang. Hal ini ditunjukkan dari Puskesmas yang php/jkm.
tidak selalu mendampingi kader dalam pelaksanaan Nugraheni, W. P. and Hartono, R. K. (2018) ‘Strategi
Posbindu PTM Penguatan Program Posbindu Penyakit Tidak
Apabila dilihat dari struktur birokrasi, struktur Menular’, 9(29), pp. 198–206.
organisasi secara tertulis belum dibuat. Akan tetapi, Rusdiyanti, I. and Kalimantan, P. U. (2018) ‘Faktor
koordinasi antara kader, puskesmas, dan DKK sudah - Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan
berjalan dengan baik baik secara formal maupun Posbindu’, 1(2), pp. 51–58.
informal. Terkait SOP, pedoman dan petunjuk teknis
Posbindu PTM sudah diberikan kepada semua Umayana, N. T. and Cahyanti, W. H. (2015) ‘Dukungan
implementor, SK pembentukan Posbindu PTM sendiri Keluarga dan Tokoh Masyarakat Terhadap
belum dibuat. Pembagian tugas dan tanggung jawab Keaktifan Penduduk ke Posbinduu Penyakit Tidak
kader masih belum optimal di layanan identifikasi Menular’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1),
faktor risiko PTM dan konseling. Sedangkan, supervisi pp. 96–101.
masih belum dilakukan secara optimal. WHO (2008) ‘Integgrated Health Service -’, (1), pp.
1–10.
SIMPULAN
Manajemen Posbindu PTM dilihat dari aspek
pelaksanaannya belum berjalan secara optimal. Hal

33

You might also like