You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 8, Nomor 3, Mei 2020


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN KEGIATAN PROGRAM KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS KOTA


SEMARANG (Description of Mental Health Activities in Community Health Center
Semarang City)

Kezia Albertha1, Zahroh Shaluhiyah1, dan Syamsulhuda B. Musthofa1


1Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

kezialbertha@gmail.com

ABSTRACT
Mental health disorders not only pose a huge psychological, social and economic burden on the
community but also increase the risk of physical illness. Mental health program activities are activities
carried out to help the community to have complete health, which includes promotive, preventive,
curative, and rehabilitative activities. This study aims to analyze the description and exploration of
mental health program activities in Community Health Center Semarang City.
This study uses a qualitative approach and the unit of analysis is taken by using purposive sampling of
4 community health centers out of 37 community health centers in Semarang City with data collection
techniques using in-depth interviews.
The results showed that the implementation of promotive, preventive, curative, and rehabilitative mental
health activities in Community Health Center Semarang City was influenced by collaboration between
health workers, training that had been attended by health workers, funds allocated for the
implementation of mental health program activities, prioritized activities of community health center, and
involvement of community health center's network in outreaching mentally ill patients cases.
Keywords: Mental Health, Community Health Center

PENDAHULUAN Undefined burden merujuk kepada beban sosial


Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu dan ekonomi keluarga, masyarakat dan negara.
permasalahan kesehatan yang signifikan di Penyakit mental mempengaruhi fungsi dan
dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data proses berpikir seseorang, mengurangi peran
WHO regional Asia Pasifik (WHO SEARO) sosial dan produktivitas penderita di
tahun 2015, Indonesia menempati urutan masyarakat. Penyakit mental juga
terbanyak kedua setelah India yaitu 9.162.886 melumpuhkan dan berlangsung selama
kasus atau 3,7 dari populasi.(1) Data Riset bertahun-tahun, serta mengambil kemampuan
Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan prevalensi emosional dan sosial ekonomi dari kerabat yang
gangguan mental emosional di Indonesia yang merawat pasien, terutama ketika sistem
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kesehatan tidak dapat menawarkan perawatan
kecemasan pada penduduk umur ≥ 15 tahun dan dukungan pada tahap awal. Hidden burden
mencapai sekitar 14 juta orang atau sebesar 6,0 merujuk kepada beban yang berhubungan
persen dari jumlah penduduk Indonesia. dengan stigma dan pelanggaran hak asasi dan
Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat di kebebasan manusia. Stigma dapat didefinisikan
Indonesia, seperti skizofrenia mencapai sekitar sebagai tanda rasa malu, aib atau
400.000 orang atau sebesar 1,7 per 1000 ketidaksetujuan yang menyebabkan seseorang
penduduk.(2) Data Riset Kesehatan Dasar 2018 dijauhi atau ditolak oleh orang lain.(6)
menunjukkan Indonesia memiliki prevalensi Data Riset Kesehatan Dasar 2013
gangguan mental emosional pada penduduk prevalensi gangguan mental emosional pada
umur ≥ 15 tahun yaitu sebesar 9,8 persen dan penduduk umur ≥ 15 tahun di provinsi Jawa
prevalensi gangguan jiwa Skizofrenia/Psikosis Tengah sebesar 4,7 dan dalam data Riset
sebesar 7,0 per 1000 penduduk.(3) Kesehatan Dasar 2018 mengalami kenaikan
Adanya gangguan pada kesehatan jiwa menjadi 8. Prevalensi rumah tangga dengan
tidak hanya menjadi beban besar psikologis, anggota rumah tangga gangguan jiwa
sosial dan ekonomi masyarakat, namun juga Skizofrenia/Psikosis di provinsi Jawa Tengah
meningkatkan risiko penyakit fisik.(4) Beberapa mengalami kenaikan yang signifikan yaitu pada
penelitian telah mengungkapkan hubungan tahun 2013 sebesar 2,3 per mil dan termasuk
multi arah antara kesehatan jiwa, fisik, dan dalam provinsi terbanyak jumlah psikosis secara
penyakit.(5) nasional, pada tahun 2018 menjadi 9,0 per mil.(3)
WHO Media Centre menyatakan bahwa Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
masalah kesehatan jiwa memiliki 2 beban, yaitu dilakukan peneliti di Bidang Pencegahan dan
undefined burden dan hidden burden. Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas

440
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Kesehatan Kota Semarang, prevalensi kasus kegiatan program kesehatan jiwa), kegiatan
kesehatan jiwa di Kota Semarang mengalami preventif (yang meliputi deteksi dini, outreach
kenaikan yaitu pada tahun 2013 sebesar 1,1 per pasien jiwa, dan pencegahan pemasungan),
mil dan pada tahun 2018 menjadi 7,2 per mil. kegiatan kuratif (yang meliputi sistem rujukan,
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan pelayanan rawat jalan, dan pelayanan
Republik Indonesia Nomor kedaruratan psikiatri), dan kegiatan rehabilitatif
406/Menkes/SK/VI/2009 tentang Pedoman (yang meliputi kunjungan rumah pasien jiwa).
Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas, terdapat
6 komponen pelayanan yang dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
diselenggarakan di fasilitas kesehatan tingkat Karakteristik Unit Analisis
primer, meliputi penyuluhan, deteksi dini, Seluruh puskesmas tidak mendapatkan
pelayanan kedaruratan psikiatri, pelayanan kegiatan peningkatan kualitas tenaga
rawat jalan, pelayanan rujukan, dan pelayanan kesehatan, tidak melibatkan jejaring puskesmas
kunjungan rumah (home visit). yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di program kesehatan jiwa. Hampir seluruh
seluruh puskesmas di Kota Semarang, adapun puskesmas tidak melibatkan tenaga kesehatan
puskesmas yang telah melaksanakan 5 lain, tidak mendapat alokasi dana, dan tidak
komponen pelayanan tersebut yaitu Puskesmas memanfaatkan sarana puskesmas yang dapat
Bandarharjo dan Puskesmas Rowosari. mendukung pelaksanaan kegiatan program
Terdapat 11 puskesmas yang telah kesehatan jiwa. Hal ini dikarenakan kesehatan
melaksanakan 4 komponen dan 24 puskesmas jiwa tidak menjadi prioritas kegiatan puskesmas
yang melaksanakan 2-3 komponen dari 6 pada hampir seluruh puskesmas. Hanya
komponen pelayanan kesehatan jiwa yang Puskesmas Bandarharjo yang melibatkan
dapat diselenggarakan di fasilitas kesehatan tenaga kesehatan lain, sarana, dan alokasi dana
tingkat pertama. yang lebih tinggi persentasenya dibandingkan
Data Dinas Kesehatan Kota Semarang puskesmas lainnya. Hal ini dikarenakan
tahun 2018, adapun puskesmas dengan kegiatan program kesehatan jiwa di Puskesmas
kunjungan tertinggi gangguan jiwa yaitu Bandarharjo merupakan prioritas kegiatan
Puskesmas Kedungmundu dengan 176 puskesmas.
kunjungan dan kemudian diikuti Puskesmas
Pudakpayung dengan 132 kunjungan. Kegiatan Promotif
Puskesmas Kedungmundu telah melaksanakan a. Penyuluhan Kesehatan Jiwa
4 komponen dan Puskesmas Pudakpayung Hampir seluruh pelaksana kegiatan
telah melaksanakan 3 komponen dari 6 promotif kesehatan jiwa merupakan pemegang
komponen pelayanan kesehatan jiwa yang program kesehatan jiwa, hal ini dikarenakan
dapat diselenggarakan di fasilitas kesehatan pemegang program kesehatan jiwa mempunyai
tingkat pertama. kompetensi untuk melakukan penyuluhan
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di kesehatan jiwa, sehingga kegiatan program
atas, dapat dirumushkan pertanyaan penelitian kesehatan jiwa tidak melibatkan tenaga
sebagai berikut, “Bagaimana gambaran kesehatan lainnya. Tenaga kesehatan lainnya
kegiatan program kesehatan jiwa di Puskesmas menyatakan tidak percaya diri dalam
Kota Semarang?” menyampaikan informasi kesehatan jiwa.
Peningkatan kesadaran akan masalah
METODE PENELITIAN kejiwaan oleh petugas kesehatan masyarakat
Penelitian ini menggunakan pendekatan cenderung membantu masyarakat yang
deskriptif kualitatif. Unit analisis yaitu mengalami gangguan jiwa untuk mengakses
Puskesmas Bandarharjo, Puskesmas Rowosari, perawatan dan meningkatkan kualitas
Puskesmas Kedungmundu, dan Puskesmas pelayanan yang masyarakat terima.(7)(8) Petugas
Pudakpayung. Unit analisis diambil dengan kesehatan yang berbekal pengetahuan dan
metode purposive sampling dan teknik keterampilan untuk mendukung masyarakat
pengambilan data dengan wawancara yang mulai mengalami masalah kejiwaan
mendalam atau in-depth interview. merupakan bentuk dari pertolongan pertama
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang dalam mengatasi masalah kejiwaan.(9)
digunakan untuk menganalisa gambaran Pelatihan kesehatan jiwa bagi tenaga
kegiatan program kesehatan jiwa di puskesmas, kesehatan mampu meningkatkan kompetensi
diantaranya kegiatan promotif (yang meliputi dan sikap tenaga kesehatan pada fasilitas
penyuluhan kesehatan jiwa dan penyuluhan kesehatan tingkat pertama terhadap gangguan

441
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kejiwaan dan perawatannya pada fasilitas promosi kesehatan agar promosi kesehatan
kesehatan tingkat pertama.(10) Pelatihan menjadi lebih efektif melalui kemitraan.(13)
dibutuhkan untuk memperlengkapi tenaga Implementasi kemitraan yang dapat dibangun
kesehatan dalam melakukan kegiatan promotif yaitu perluasan penjangkauan pasien jiwa, hal
kesehatan jiwa. ini dilakukan melalui pelaporan pasien jiwa yang
mengikuti pengobatan di jejaring puskesmas.
Kegiatan Preventif c. Pencegahan Pemasungan
a. Deteksi Dini Seluruh puskesmas tidak menjalankan
Seluruh puskesmas menjalankan kegiatan kegiatan pencegahan pemasungan sebagai
preventif, yang meliputi deteksi dini, yaitu kegiatan preventif, hal ini dikarenakan sudah
skrining jiwa menggunakan lembar Self-Report tidak ada kasus pemasungan di masyarakat.
Questionnaire. Namun pelaksanaan skrining Lemahnya pengetahuan, tidak adanya
jiwa tidak maksimal karena skrining jiwa tidak mobilitas, dan perilaku agresif pasien jiwa,
menjadi prioritas tugas Gasurkes P2P di memiliki pengaruh sangat positif terkait dengan
masyarakat. pemasungan.(17) Keluarga pasien jiwa memiliki
Penelitian sebelumnya menyatakan peran yang berpengaruh terhadap perawatan
percobaan skrining meningkatkan pengetahuan pasien jiwa di rumah dibandingkan dengan
masyarakat dengan masalah kejiwaan yang perawatan di pelayanan kesehatan.(18) Keluarga
sebelumnya tidak terdiagnosis untuk terhubung pasien jiwa merupakan pihak yang memimpin
dengan penyedia layanan kesehatan jiwa agar dalam pengambilan keputusan untuk perawatan
menerima perawatan.(11) pasien jiwa.(19)
Tenaga kesehatan yang tidak memberikan Salah satu tujuan kegiatan preventif
skrining jiwa kepada masyarakat menyebabkan kesehatan jiwa di puskesmas ditujukan untuk
masyarakat tidak mampu untuk mengenali mencegah terjadinya masalah kejiwaan.
masalah kesehatan jiwa dalam diri sendiri Adapun salah satu bentuk kegiatan preventif
maupun dalam diri orang lain dapat kesehatan jiwa di lingkungan keluarga yaitu
menghambat perilaku mencari pelayanan pengembangan pola asuh yang mendukung
kesehatan.(12) pertumbuhan dan perkembangan pasien
Puskesmas berfungsi sebagai pusat jiwa.(14)
penggerak pembangunan berwawasan Dalam upaya peningkatan kemandirian
kesehatan, salah satunya yaitu mengutamakan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan keluarga memerlukan bantuan pelayanan
penyakit.(13) Salah satu tujuan kegiatan preventif seperti bantuan sosial, rehabilitasi, dan
kesehatan jiwa di puskesmas ditujukan untuk pendidikan kesehatan dengan tujuan
mencegah terjadinya masalah kejiwaan yaitu memfasilitasi keluarga supaya memiliki
skrining jiwa.(14) kemampuan merawat anggota keluarganya
b. Outreach Pasien Jiwa yang sakit saat tidak ada tenaga kesehatan.(20)
Hampir seluruh puskesmas menjalankan
outreach pasien jiwa melalui pelaporan kasus Kegiatan Kuratif
jiwa oleh masyarakat tanpa pelibatan jejaring a. Sistem Rujukan
puskesmas. Seluruh puskesmas telah melaksanakan
Intervensi penjangkauan pasien dalam pelayanan sistem rujukan. Saat memasuki
mempromosikan kesehatan mampu ruang Poli Umum, seluruh puskesmas
meningkatkan kunjungan tatap muka pasien menanyakan kepentingan pasien atau keluarga
dengan penyedia layanan kesehatan.(15) pasien jiwa datang ke puskesmas, kemudian
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa pasien jiwa atau keluarga pasien jiwa diberikan
intervensi penjangkauan pasien dengan surat rujukan untuk melakukan kontrol rutin di
menyediakan sarana berkomunikasi dapat rumah sakit.
meningkatkan pengetahuan dan perilaku sehat Dalam Keputusan Menteri Kesehatan
masyarakat.(16) Republik Indonesia Nomor
Adanya pilihan fasilitas pelayanan 585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman
kesehatan jiwa di masyarakat membuat tidak Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
semua pasien jiwa memanfaatkan kegiatan Puskesmas, petugas kesehatan puskesmas
program kesehatan jiwa di puskesmas. Oleh harus meluangkan waktu untuk berkomunikasi
karenanya dalam meningkatkan derajat dengan pasien yang datang ke puskesmas
kesehatan masyarakat di suatu wilayah, sebagai bagian dari kegiatan promosi
diperlukan implementasi strategi dasar utama kesehatan di dalam gedung puskesmas, salah

442
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

satunya yaitu Poli Umum. Pihak yang paling kuratif, yaitu pelayanan rawat jalan, dan
berpengaruh terhadap pasien yang berkunjung sebaliknya.
ke puskesmas adalah orang yang c. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
mengantarkannya ke puskesmas, yaitu Dari keempat puskesmas, hanya
keluarga pasien. Hal ini dikarenakan pihak Puskesmas Bandarharjo yang melakukan
tersebut tidak dalam keadaan sakit sehingga pelayanan kedaruratan psikiatri, hal ini
memungkinkan untuk mendapatkan informasi dikarenakan pelayanan kedaruratan psikiatri
kesehatan yang diberikan atau tersedia di merupakan prioritas kegiatan Puskesmas
puskesmas. Bandarharjo. Ketiga puskesmas lainnya
Keluarga memainkan peran penting dalam menyatakan tidak memiliki kualitas tenaga
promosi, perlindungan dan pemeliharaan kesehatan dan sarana yang mendukung
kesehatan jiwa. Keluarga memelihara pelaksanaan pelayanan kedaruratan psikiatri.
kesehatan anggota keluarga sepanjang waktu Dalam penelitian sebelumnya, tenaga
dan melewati serangkaian masa sehat & sakit. kesehatan yang diteliti menguraikan beberapa
Promosi kesehatan jiwa oleh dan untuk keluarga faktor yang mempengaruhi kualitas layanan
sangat penting karena keluarga lebih banyak rawat jalan pada sebuah fasilitas kesehatan di
mengasumsikan bahwa tanggung jawab untuk Tanzania. Hal ini meliputi faktor ekstrinsik yaitu
mencegah masalah kejiwaan dan merawat tingkat kemampuan tenaga kesehatan.(24)
anggota keluarga dengan masalah kejiwaan Persepsi akan jaminan keamanan dan
adalah milik keluarga. Advokasi perlu diberikan kesiapan tenaga kesehatan untuk menyediakan
kepada keluarga agar keluarga secara mandiri pelayanan kedaruratan psikiatri bagi penyedia
mampu menentukan peran tiap anggota layanan kesehatan menjadi alasan untuk tidak
keluarga dalam membangun kesehatan menyelenggarakan pelayanan kedaruratan
keluarga dalam kehidupan sehari-hari.(21) psikiatri.(25) Tidak adanya wadah untuk
b. Pelayanan Rawat Jalan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan untuk
Hampir seluruh puskesmas yang melayani melakukan pelayanan kedaruratan psikiatri
sistem rujukan tidak menyediakan pelayanan membuat hampir seluruh puskesmas tidak
rawat jalan. Hanya Puskesmas Bandarharjo dapat menyediakan pelayanan kedaruratan
yang memberikan pelayanan rawat jalan bagi psikiatri.
pasien jiwa, sedangkan ketiga puskesmas Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
lainnya khawatir puskesmas tidak dapat pelaksanaan kegiatan kuratif, yaitu pelayanan
memenuhi pengobatan rutin pasien jiwa, meski kedaruratan psikiatri dipengaruhi oleh prioritas
puskesmas di seluruh Kota Semarang sudah kegiatan puskesmas. Puskesmas yang tidak
dapat mengajukan permohonan ketersediaan menjadikan kegiatan program kesehatan jiwa
obat jiwa kepada Instalasi Farmasi Dinas sebagai prioritas kegiatan puskesmas, tidak
Kesehatan Kota Semarang. menjalankan kegiatan kuratif, yaitu pelayanan
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kedaruratan psikiatri.
stigma yang dimiliki penyedia layanan
kesehatan menjadi salah satu pengaruh pada Kegiatan Rehabilitatif
keputusan penyelenggaraan layanan kesehatan a. Pelayanan Kunjungan Rumah (home
untuk masyarakat dengan masalah kejiwaan.(22) visit)
Terdapat kemungkinan bahwa persepsi Hanya Puskesmas Rowosari yang
kepatuhan pengobatan memediasi hubungan konsisten melakukan kunjungan rumah pasien
antara stigma penyedia layanan kesehatan dan jiwa setiap bulan. Puskesmas Kedungmundu
keputusan layanan kesehatan. Penyedia tidak melaksanakan kunjungan rumah pasien
layanan kesehatan memiliki stigma bahwa jiwa dengan maksimal, karena lebih
masyarakat dengan masalah kejiwaan memfokuskan pada kunjungan ibu hamil dan
cenderung tidak mematuhi pengobatan yang lansia. Kedua puskesmas lainnya tidak
direkomendasikan.(23) menjadikan kunjungan rumah pasien jiwa
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sebagai prioritas kegiatan puskesmas.
kegiatan pelayanan rawat jalan kesehatan jiwa Dalam penelitian sebelumnya menemukan
ditentukan oleh kebijakan tiap puskesmas. bahwa anggota keluarga memiliki pembagian
Puskesmas yang menjadikan kegiatan program tugas, tujuan, rasa memiliki, dan kasih sayang
kesehatan jiwa sebagai prioritas kegiatan dalam kehidupan berkeluarga sehari-harinya.
puskesmas, akan menyelenggarakan kegiatan Kesehatan pada tiap anggota keluarga saling
program kesehatan jiwa dalam bentuk kegiatan mempengaruhi satu sama lain. Kemampuan
anggota keluarga untuk memberi dukungan

443
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

terhadap anggota keluarga yang mengalami kegiatan program kesehatan jiwa tidak
kesakitan sangat beragam.(20) melibatkan tenaga kesehatan lainnya.
Keluarga memainkan peran penting dalam 5. Hanya sebagian puskesmas yang
promosi, perlindungan dan pemeliharaan memberikan materi penyuluhan
kesehatan jiwa. Keluarga memelihara pencegahan stres, yaitu Puskesmas
kesehatan anggota keluarga sepanjang waktu Bandarharjo dan Puskesmas Rowosari.
dan melewati serangkaian masa sehat & sakit. Sebagian puskesmas lainnya hanya
Promosi kesehatan jiwa oleh dan untuk keluarga memberikan pelaporan kasus jiwa, sistem
sangat penting karena keluarga lebih banyak rujukan, jenis masalah kejiwaan, dan
mengasumsikan bahwa tanggung jawab untuk perawatan pasien jiwa tanpa penyuluhan
mencegah masalah kejiwaan dan merawat pencegahan stres. Hal ini dikarenakan
anggota keluarga dengan masalah kejiwaan pemegang program kesehatan jiwa adalah
adalah milik keluarga. Advokasi perlu diberikan seorang perawat yang berfokus pada
kepada keluarga agar keluarga secara mandiri layanan kuratif dan rehabilitatif.
mampu menentukan peran tiap anggota 6. Dalam kegiatan preventif, puskesmas
keluarga dalam membangun kesehatan berfokus kepada penjangkauan pasien jiwa
keluarga dalam kehidupan sehari-hari.(21) melalui pelaporan masyarakat. Hal ini
dikarenakan adanya pendataan Program
KESIMPULAN Indonesia Sehat dengan Pendekatan
1. Seluruh puskesmas tidak mendapatkan Keluarga, yaitu penderita gangguan jiwa
kegiatan peningkatan kualitas tenaga mendapatkan pengobatan dan tidak
kesehatan, tidak melibatkan jejaring ditelantarkan.
puskesmas dalam kemitraaan yang dapat 7. Hal yang dapat dibenahi dalam
mendukung pelaksanaan kegiatan program pelaksanaan kegiatan preventif, yaitu
kesehatan jiwa. Hampir seluruh puskesmas skrining jiwa dan pencegahan pemasungan
tidak melibatkan tenaga kesehatan lain, yang dapat dilakukan melalui strategi dasar
tidak mendapat alokasi dana, dan tidak utama promosi kesehatan yang meliputi
memanfaatkan sarana puskesmas yang pemberdayaan dan kemitraan.
dapat mendukung pelaksanaan kegiatan 8. Pelaksanaan skrining jiwa di seluruh
program kesehatan jiwa. Hal ini dikarenakan puskesmas tidak maksimal karena tidak
kesehatan jiwa tidak menjadi prioritas semua wilayah pernah menerima skrining
kegiatan puskesmas pada hampir seluruh jiwa. Hal ini dikarenakan skrining jiwa tidak
puskesmas. menjadi prioritas pelaksanaan tugas
2. Dalam kegiatan promotif, tenaga kesehatan Gasurkes P2P di masyarakat.
selain pemegang program kesehatan jiwa 9. Hampir seluruh puskesmas sudah
tidak memiliki kepercayaan diri dalam menjalankan outreach pasien jiwa melalui
menyampaikan informasi kesehatan jiwa. pelaporan kasus jiwa oleh masyarakat.
Hal ini dikarenakan tidak adanya Puskesmas Pudakpayung tidak
kompetensi yang dimiliki tenaga kesehatan menjalankan outreach pasien jiwa, hal ini
selain pemegang program kesehatan jiwa dikarenakan tidak ada pelaporan
tentang kesehatan jiwa. masyarakat akan pasien jiwa yang tidak
3. Hal yang dapat dibenahi dalam rutin mengikuti pengobatan.
pelaksanaan kegiatan promotif adalah 10. Dalam kegiatan kuratif, puskesmas
peningkatan pengetahuan tenaga promosi berfokus pada pelayanan rujukan. Hal ini
kesehatan dan Gasurkes P2P agar memiliki dikarenakan puskesmas tidak
kepercayaan diri dalam menyampaikan memprioritaskan pelayanan kesehatan jiwa
informasi kesehatan jiwa kepada sehingga puskesmas memilih untuk
masyarakat karena tiap tenaga kesehatan merujuk pasien jiwa.
harus memiliki pengetahuan dalam 11. Hal yang dapat dibenahi dalam
menyampaikan informasi kesehatan jiwa. pelaksanaan kegiatan kuratif, yaitu
4. Hampir seluruh pelaksana kegiatan promotif pelayanan rawat jalan sehubungan dengan
kesehatan jiwa merupakan pemegang puskesmas dapat mengajukan obat jiwa
program kesehatan jiwa, hal ini dikarenakan kepada Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
pemegang program kesehatan jiwa Kota. Ketersediaan pelayanan rawat jalan di
mempunyai kompetensi untuk melakukan puskesmas bagi pasien jiwa dapat
penyuluhan kesehatan jiwa, sehingga membantu pasien jiwa dengan mobilitas
rendah untuk memperoleh pengobatan jiwa.

444
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

12. Seluruh puskesmas melakukan kegiatan 19. Hal yang dapat dibenahi puskesmas dalam
kuratif yaitu pelayanan sistem rujukan bagi perawatan pasien jiwa melalui keluarga
pasien jiwa. Hampir seluruh puskesmas pasien jiwa adalah melakukan kunjungan
yang melayani sistem rujukan tidak rumah pasien jiwa, hal ini ditujukan agar
menyediakan pelayanan rawat jalan. Hanya keluarga mampu mencegah kekambuhan &
Puskesmas Bandarharjo yang memberikan menangani pasien jiwa yang berperilaku
pelayanan rawat jalan bagi pasien jiwa, agresif saat tidak ada tenaga kesehatan.
sedangkan ketiga puskesmas lainnya tidak 20. Hal yang dapat dibenahi puskesmas dalam
memberikan karena khawatir tidak dapat perawatan pasien jiwa melalui masyarakat
memenuhi pengobatan rutin pasien jiwa. adalah pemberian informasi kesehatan jiwa
13. Dari keempat puskesmas, hanya agar masyarakat dapat menjalankan peran
Puskesmas Bandarharjo yang melakukan sosial bagi pasien jiwa dalam mewujudkan
pelayanan kedaruratan psikiatri, hal ini lingkungan masyarakat yang mendukung
dikarenakan pelayanan kedaruratan kesembuhan pasien jiwa.
psikiatri merupakan prioritas kegiatan
Puskesmas Bandarharjo. Ketiga SARAN
puskesmas lainnya menyatakan tidak 1. Bagi Puskesmas di Kota Semarang
memiliki kualitas tenaga kesehatan dan a. Memperlengkapi tenaga kesehatan
sarana yang mendukung pelaksanaan yang dilibatkan dalam kegiatan program
pelayanan kedaruratan psikiatri. kesehatan jiwa dengan informasi
14. Dalam kegiatan rehabilitatif, puskesmas kesehatan jiwa agar kegiatan promotif
tidak menjalankan pelayanan kunjungan tidak hanya mengandalkan pemegang
rumah pasien jiwa. Hal ini dikarenakan program kesehatan jiwa.
puskesmas berfokus pada pelayanan b. Memfokuskan pemberian informasi
kunjungan ibu hamil dan lansia. promotif dan preventif pada pemberian
15. Hal yang dapat dibenahi dalam penyuluhan kesehatan jiwa di
pelaksanaan kegiatan rehabilitatif adalah masyarakat.
alokasi kunjungan rumah oleh Perkesmas. c. Memberdayakan kader kesehatan
Pelayanan kunjungan rumah pasien jiwa sebagai perpanjangan tangan dalam
mempengaruhi kemampuan keluarga kegiatan promotif dan pelaksanaan
pasien jiwa untuk merawat anggota deteksi dini, yaitu skrining jiwa di
keluarga yang memiliki masalah kejiwaan. masyarakat, hal ini ditujukan agar
16. Hanya Puskesmas Rowosari yang jangkauan puskesmas semakin luas.
konsisten melakukan kunjungan rumah d. Membangun kemitraan dengan jejaring
pasien jiwa setiap bulan. Puskesmas puskesmas dalam kegiatan preventif
Kedungmundu tidak melaksanakan kesehatan jiwa, yaitu penjangkauan
kunjungan rumah pasien jiwa dengan pasien jiwa. Hal ini dapat berbentuk
maksimal, karena lebih memfokuskan pada intervensi terhadap pelaporan pasien
kunjungan ibu hamil dan lansia. jiwa yang diberikan jejaring puskesmas
17. Sebagian pemegang program kesehatan kepada puskesmas.
jiwa menyatakan terdapat stigma pada e. Memaksimalkan strategi pengajuan
masyarakat dalam menjalani pengobatan obat kepada Instalasi Farmasi Dinas
jiwa di puskesmas yaitu pelayanan Kesehatan Kota agar obat jiwa selalu
kesehatan jiwa yang dilakukan bersama tersedia & tidak terbuang, sehingga
pelayanan kesehatan fisik membuat puskesmas dapat memberikan
masyarakat malu untuk berobat jiwa di pelayanan rawat jalan bagi pasien jiwa.
puskesmas. f. Memperjelas alokasi pelayanan
18. Pemegang program kesehatan jiwa yang kunjungan rumah oleh Perkesmas, hal
memiliki latar belakang keperawatan ini ditujukan agar tidak ada
psikiatri tidak memiliki stigma dalam ketimpangan yang signifikan antara
perawatan pasien jiwa di puskesmas kunjungan rumah pada pasien penyakit
sehingga menjalankan kegiatan program fisik dan pasien jiwa.
kesehatan jiwa sebanyak 5 dari 6 komponen 2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang
layanan kesehatan jiwa yang dapat a. Melengkapi kebutuhan tenaga
dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat kesehatan dengan kemampuan untuk
pertama. memberikan informasi kesehatan jiwa
kepada masyarakat, terutama kepada

445
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

tenaga gasurkes yang berinteraksi 9. Kitchener BA, Jorm AF. Mental Health
dengan masyarakat dalam bentuk First Aid Training for The Public:
kunjungan rumah warga untuk Evaluation of Effects on Knowledge,
melakukan skrining jiwa, sehingga Attitudes and Helping Behavior.
tanggung jawab kegiatan promotif 2002;6:1–6.
kesehatan jiwa tidak menjadi tugas 10. Gureje O, Abdulmalik J, Kola L, Musa E,
tenaga promosi kesehatan atau Yasamy MT, Adebayo K. Integrating
pemegang program kesehatan jiwa mental health into primary care in
puskesmas. Nigeria: Report of a demonstration
b. Memperjelas ketentuan pemberian obat project using the mental health gap
jiwa oleh puskesmas, hal ini action programme intervention guide.
dikarenakan masih terdapat puskesmas BMC Health Serv Res [Internet].
yang beranggapan obat jiwa hanya 2015;15(1):1–8. Available from:
dapat diberikan oleh dokter spesialis http://dx.doi.org/10.1186/s12913-015-
jiwa. 0911-3
3. Bagi Peneliti Selanjutnya 11. Wang PS, Berglund PA, Olfson M,
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut Kessler RC. Methods Delays in Initial
mengenai peran puskesmas sebagai Treatment Contact after First Onset of a
penggerak kegiatan promotif dan preventif Mental Disorder. 2002;393–416.
dalam kegiatan program kesehatan jiwa di 12. Tay JL, Tay YF, Klainin-Yobas P.
masyarakat. Mental health literacy levels. Arch
DAFTAR REFERENSI Psychiatr Nurs [Internet].
1. World Health Organization. Mental 2018;32(5):757–63. Available from:
Health Action Plan 2013 – 2020. http://dx.doi.org/10.1016/j.apnu.2018.04
Geneva: World Health Organization; .007
2013. 13. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan
2. Balitbang Kemenkes RI. Riset Menteri Kesehatan Republik Infonesua
Kesehatan Dasar. Jakarta; 2013. Nomor: 585/MenKes/SK/V/2007 tentang
3. Balitbang Kemenkes RI. Riset Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan Dasar. Jakarta; 2018. Kesehatan di Puskesmas.Pdf [Internet].
4. World Health Organization Collaboration Pedoman Pelaksanaan Promosi
with The Prevention Research Centre of Kesehatan di Puskesmas. 2007. p. 1–
The Universities of Nijmegen and 36. Available from:
Maastricht. Prevention of Mental http://www.depkes.go.id
Disorders : Effective Interventions and 14. Kemenkes RI. Undang-Undang
Policy Options. World Health. Geneva: Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
World Health Organization Collaboration 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. Jakarta:
with The Prevention Research Centre of Kemenkes; 2014.
The Universities of Nijmegen and 15. Brown T, Lee JY, Long T, Shah S,
Maastricht; 2004. 68 pags. Sanchez T, Persell SD. Community
5. Prince M, dkk. No Health Without health center patients’ response to and
Mental Health. Lancet. beliefs about outreach promoting clinical
2007;370(9590):859–77. preventive services. Prev Med Reports
6. Mental Health Problems: The Undefined [Internet]. 2017;5(November 2013):71.
and Hidden Burden [Internet]. WHO Available from:
Media Centre. [cited 2019 Mar 20]. http://dx.doi.org/10.1016/j.pmedr.2016.1
Available from: 1.014
https://www.who.int/mediacentre/factshe 16. Bang KS, Chae SM, Lee I, Yu J, Kim J.
ets/fs218/en/ Effects of a Community Outreach
7. Jorm AF. Mental Health Literacy: Public Program for Maternal Health and Family
Knowledge and Beliefs about Mental Planning in Tigray, Ethiopia. Asian Nurs
Disorders. Br J Psychiatry. 2000; Res (Korean Soc Nurs Sci) [Internet].
8. Jorm AF, Barney LJ, Christensen H, 2018;12(3):223–30. Available from:
Highet NJ, Kelly CM KB. Research on https://doi.org/10.1016/j.anr.2018.08.00
Mental Health Literacy: What We Know 7
and What We Still Need to Know. Aust 17. Hofmann H, Hahn S. Characteristics of
N Z J Psychiatry. 2006; nursing home residents and physical

446
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

restraint: A systematic literature review.


J Clin Nurs. 2014;23(21–22):3012–24.
18. Scheepmans K, Dierckx de Casterlé B,
Paquay L, Van Gansbeke H, Milisen K.
Restraint Use in Older Adults Receiving
Home Care. J Am Geriatr Soc.
2017;65(8):1769–76.
19. Scheepmans K, Dierckx De Casterlé B,
Paquay L, Van Gansbeke H, Boonen S,
Milisen K. Restraint use in home care: A
qualitative study from a nursing
perspective. BMC Geriatr.
2014;14(1):1–7.
20. Mahamba ND. Factors Influencing
Relapse of Psychiatric Outpatients in
The Rural Communities of The Eastern
Cape Province. 2009;(November).
21. The FORCE Society for Kids’ Mental
Health. Families Matter : A Framework
for Family Mental Health in British
Columbia.
22. Jones S, Howard L, Thornicroft G.
“Diagnostic overshadowing”: Worse
physical health care for people with
mental illness. Acta Psychiatr Scand.
2008;118(3):169–71.
23. Thornicroft G, Rose D, Kassam A.
Discrimination in health care against
people with mental illness. Int Rev
Psychiatry. 2007;19(2):113–22.
24. Khamis K, Njau B. Health Care
Worker’s Perception about The Quality
of Health Care at The Outpatient
Department in Mwananyamala Hospital
in Dar es Salaam, Tanzania.
2016;18(1):1–9.
25. Parker CB. Psychiatric Emergencies in
Nonpsychiatric Settings: Perception
Precludes Preparedness.
Psychosomatics [Internet].
2019;60(4):352–60. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.psym.2019.03.0
06

447

You might also like