You are on page 1of 4

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No.

4, Juli 2003

SIFAT ANTIOKSIDAN DARI BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) DAN


PERLINDUNGAN TERHADAP HATI DARI KERACUNAN CCl4
Mohammad Sadikin, Sri Widia A. Jusman, dan Indriati P. Harahap
Bagian Biokimia FKUI, Salemba Jakarta
Abstract
Unlike garlic (Allium sativum L) or even shallot (Allium ascalonicum L.), which is well known in
popular medicine and widely studied, leek (Allium fistulosum L.) is hardly heard in the
traditional medicine, it is better known as spice. However, in vivo studies revealed, that leek has
also some pharmacological effect. Leek juice was made by blending 100 g leek in 100 ml distilled
water and filtered through a flannel cloth. The experiments were conducted by using 21 male
Wistar rats of 3 months old. The animals were divided randomly into 3 equal groups. Group I,
received neither the juice nor CCl4, was a normal or reference group. Group II, received only
CCl4 in a dose of 0.55 g/kg BW (Body Weight), was a control group. Group II, received the same
dose of CCl4, after a pretreatment with the leek juice for 8 days. The juice was given orally in a
dose equal to 20 g leek/kg BW. Two days after CCl4 administration, rats were scarified, plasma
were collected for GPT assays, whereas the lipid peroxides (as malonaldehyde, MDA), and
reduced glutathion (GSH) were measured in the liver. It was observed, that the leek could protect
the liver against the toxic effect of CCl4, as indicated by mean GPT level, which was 30.478.59
U in group III and practically the same with the normal group (22.95.9 U) and much lower than
CCl4 poisoned group (163.6929.49 U). The liver MDA contents went in parallel with the plasma
GPT activities (1086.65173.35 nmol/g protein in group I, 2480.39147.54 nmol/g protein in
group II, and 1248.8262.0 nmol/g protein ini group III). On the other hand, the liver GSH
contents were high in group I as well as in group III (44.154.30 mol/g protein and 43.717.53
mol/g protein respectively) and much lower than in the group II (29.486.25 mol/g protein). It
could be concluded that the hepatoprotective effect of leek was due to its antioxidant properties.
Keywords: Leek, hepatoprotective effect, antioxidant, GSH, GPT, MDA.
PENDAHULUAN
Keluarga
bawang-bawangan
banyak
dikonsumsi, terutama sebagai bahan penyedap
masakan. Keluarga bawang-bawangan yang dipakai
untuk tujuan tersebut adalah bawang putih (A.
sativum L.), bawang bombay (A cepa L.), bawang
merah (A. ascalonicum L.), bawang prey (A.
fistulosum L.), bawang sop (A. porrum L.), kucai (A.
tuberosum L.), dan lokiu (A. schoenoprasum L.).
Sebagian dari keluarga bawang-bawangan ini juga
dikenal sebagai obat yang paling terkenal serta yang
paling banyak dipelajari khasiat farmakologi dan
metabolitnya, yaitu bawang putih. Bahkan preparat
bawang putih kini sudah mencapai tingkat produk
yang dipasarkan dan telah mengalami uji klinik.
Sejumlah khasiat bawang putih sudah terungkap
melalui berbagai penelitian, misalnya dalam
memperbaiki metabolisme karbohidrat (1,2) dan
lipid (3). Khasiat lain dari bawang putih adalah
dalam menurunkan tekanan darah (4,5), mencegah
agregasi trombosit (6) dan melindungi hati dari
bahan-bahan toksik (7). Sifat yang terakhir ini
kelihatannya berhubungan dengan kemampuan
antioksidan dari bawang putih. (8).
Bawang merah, yang juga dikonsumsi
secara luas sebagai penyedap masakan, dikenal pula

dalam
pengobatan
tradisional.
Penelitian
laboratorium juga telah banyak dilakukan, walaupun
belum seluas bawang putih. Seperti bawang putih,
bawang merah juga dapat memperbaiki metabolisme
karbohidrat (9) dan lipid (10). Dalam penelitian ini,
diperlihatkan adanya sifat hepatoprotektif dari
bawang merah (11), yang kelihatannya juga
disebabkan oleh kemampuan antioksidan dari
tanaman ini (12).
Bawang daun atau bawang prey (A.
fistulosum L.), adalah jenis bawang ketiga yang luas
dikonsumsi. Bawang ini tidak terkenal dalam
pengobatan awam dan tradisional. Karena itu
agaknya khasiat bawang ini sedikit sekali yang telah
dilaporkan, antara lain kemampuan metaboliknya
(13,14). Akan tetapi suatu hal yang menimbulkan
pertanyaan ialah sebagai salah satu anggota bawangbawangan, apakah bawang daun mempunyai khasiat
yang sama dengan kedua kerabatnya tadi. Untuk
menjawab pertanyaan ini, dipelajari kemungkinan
adanya salah satu khasiat yang telah dibuktikan pada
bawang putih dan bawang merah, yaitu kemampuan
hepatoprotektif dan antioksidan.

113

Sifat Antioksidan dari (Mohammad Sadikin dkk..)

METODOLOGI
Eksperimen
dilakukan
dengan
menggunakan tikus putih galur Wistar sebagai
hewan coba, yang diberi CCl4 dan dibandingkan
dengan tikus yang diberi CCl4 setelah lebih dahulu
dilindungi dengan sari air bawang daun. Parameter
yang diamati adalah aktivitas enzim glutamat piruvat
transaminase (GPT) serum, kadar peroksida lipid
(POL) hati dalam bentuk malonildialdehid (MDA),
kadar glutation tereduksi (GSH) hati dan serum.
Untuk membuat sari air bawang daun, 500
g tanaman yang sudah dibersihkan dihancurkan
dengan blender dan volume dibuat 500 ml dengan air
suling. Selanjutnya disaring dengan memerasnya
melalui kain flannel. Volume filtrat dibuat menjadi
500 ml dengan menambah air. Sari air bawang daun
ini selanjutnya disimpan dalam lemari beku (-20oC).
Sejumlah tikus Wistar dengan berat sekitar
150 g dibagi rata dalam 3 kelompok secara acak.
Kelompok I tidak mendapatkan perlakuan apapun.
Kelompok II mendapat CCl4 dalam dosis 0,55 mg/kg
BB per oral. Kelompok III lebih dahulu diberi sari
air bawang daun dalam dosis 20 g/kg BB sekali
sehari selama 8 hari, per oral menggunakan sonde
lambung. Pemberian CCl4 baru diberikan pada hari
terakhir. Makanan diberikan secara ad libitum. Tikus
dibunuh 2 hari setelah pemberian CCl4,
menggunakan anestesi eter. Pengukuran aktivitas
GPT serum dilakukan dengan cara Plaster dan
Chusman (16), GSH diukur menurut cara Ellman
(17), sedangkan protein jaringan diukur dengan cara
Lowry (18).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas GPT serum disajikan dalam Tabel
1. Aktivitas GPT rata-rata kelompok I adalah
22,915,93 U/L. pemberian CCl4 dalam dosis yang
digunakan menyebabkan kerusakan sel parenkim
hati, seperti diperlihatkan oleh kelompok II dengan
aktivitas GPT rata-rata yang melonjak tinggi (163,
9629,49 U/L). Pemberian sari air bawang daun
ternyata melindungi hati dari kerusakan senyawa
toksik tersebut seperti yang diperlihatkan oleh
aktivitas GPT rata-rata kelompok III (30,478,59
U/L).
Kadar POL hati yang diukur sebagai MDA,
disajikan dalam Tabel 2. kadar MDA rata-rata hati
tikus kelompok I adalah 1086, 65173,75 nmol/g
protein hati. Pemberian CCl4 meningkatkan kadar
rata-rata MDA yaitu 2480,39147,54. bila binatang
coba lebih dahulu mendapat sari bawang daun
sebelum CCl4, maka kadar MDA kembali turun
mendekati normal yaitu 1284,4262,00.
Kadar GSH hati tikus dari ketiga kelompok
percobaan disajikan dalam Tabel 3. Tampak
gambaran berlawanan, baik dengan perubahan GPT

114

maupun dengan perubahan MDA. Kadar GSH ratarata hati tikus kelompok I adalah 44, 154,30 mol/g
protein hati. Kadar ini menurun pada keracunan
CCl4, seperti yang diperlihatkan oleh kelompok II
(29,486,25). Pemberian sari bawang daun sebelum
CCl4 menaikkan kembali kadar GSH hati, seperti
diperlihatkan oleh kelompok III (43,717,53).
CCl4 sudah lama diketahui sebagai senyawa
yang dapat merusak hati dan sering digunakan dalam
penelitian tentang kerusakan jaringan ini dan caracara untuk melindunginya dengan berbagai senyawa
atau bahan alam. Kerusakan dapat dinilai antara lain
dengan mengukur aktivitas GPT, enzim metabolisme
antara asam amino yang mempunyai aktivitas
spesifik sangat tinggi di dalam hati. Seperti yang
diperlihatkan oleh kelompok II, pemberian bahan
toksik ini merusak sel parenkim hati, sehingga isi
sitoplasma, antara lain GPT tercurah ke dalam aliran
darah. Pemberian sari bawang daun atau bawang
prey mengembalikan aktivitas GPT serum mendekati
nilai normal. Ini berarti pemberian sari air bawang
daun sebelum CCl4 melindungi hati dari kerusakan
yang dapat ditimbulkan oleh senyawa hepatotoksik
ini. Dengan demikian, sifat hepatoprotektor dari
bawang daun diperlihatkan.
Tabel 1. Aktivitas GPT rata-rata (U/L)
Tikus No

Kel I

Kel II

Kel III

1
2
3
4
5
6
7

21,24
18,17
26,07
33,18
19,75
26,07
15,80

118,48
189,57
166,67
135,07
160,35
174,57
203,00

19,75
22,91
45,02
30,02
31,60
37,13
26,86

Rata-rata

22,915,93

163,9629,49*

30,478,59**#

Keterangan: *
**
#

p < 0,01 terhadap I


p < 0,05 terhadap I
p < 0,01 terhadap II

Sifat hepatotoksik hati dari CCl4 tampaknya


terjadi melalui kemampuannya untuk menimbulkan
radikal bebas, yang selanjutnya merusak lipid
membran sel. Hal ini tampak pada pengamatan POL,
yang biasanya berbentuk sebagai hasil reaksi radikal
bebas dengan lipid, yang dalam hubungannya dengan
sel lipid membran. Kadar POL, diukur sebagai
MDA, meningkat tajam pada hati tikus kelompok II.
Sebaliknya bila terlebih dahulu diberi perlindungan
maka MDA akan sangat berkurang dan mendekati
normal. Perubahan MDA ini sejajar dengan
perubahan GPT serum. Bila yang satu naik, yang lain
juga naik, begitu pula sebaliknya. Ini berarti
tercurahnya GPT yang berada dalam sitoplasma sel
hati disebabkan oleh rusaknya membran sel tersebut

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 4, Juli 2003

oleh radikal bebas yang terbentuk karena adanya


keracunan. Bila kerusakan ini dapat dikurangi, maka
baik GPT maupun MDA juga akan menurun. Bahan
yang mengurangi aktivitas oksidan dari radikal bebas
tersebut yaitu anti oksidan, yang dalam hal ini sari
air bawang daun. Bahwa dalam keracunan CCl4
terjadi proses oksidasi oleh radikal bebas diperkuat
oleh berkurangnya kadar GSH hati pada pemberian
CCl4. Ini berarti, dalam usaha sel mengatasi beban
oksidasi tersebut, cadangan GSH dikerahkan
sehingga kadarnya menurun. Ini menyebabkan
terjadinya fenomena yang berlawanan dengan GPT
dan MDA. Ini menjelaskan mengapa perubahan GPT
dan MDA berjalan sejajar sebaliknya perubahan
GSH berjalan berlawanan dengan kedua parameter
tersebut. Fenomena ini menegaskan sifat antioksidan
bahan yang diamati yaitu bawang daun.
Tabel 2. Kadar rata-rata MDA hati
Tikus No
1
2
3
4
5
6
7
Rata-rata
Keterangan: *
**
#

Kel I

Kel II

1108,12
2387,83
1118,83
2603,98
1246,91
2510,11
1313,82
2719,81
879,45
2428,22
894,03
2443,30
976,79
2269,51
1086,85
2480,39
173,75
147,54*
p < 0,01 terhadap I
p < 0,05 terhadap I
p < 0,01 terhadap II

Kel III
1361,78
1223,27
1200,01
1246,44
1300,62
1213,73
1186,07
1248,42
62,00**#

Pengamatan GSH serum menunjukkan hasil


yang sama dengan GSH hati, seperti yang tampak
dalam Tabel 4.
Tabel 3. Kandungan rata-rata GSH hati
(mol/g protein jaringan)
Tikus No

Kel I

Kel II

1
45,68
29,69
2
50,13
33,88
3
48,36
36,13
4
44,39
35,27
5
41,09
29,77
6
37,96
21,82
7
41,44
19,90
Rata-rata
44,154,30
29,486,25*
Keterangan: *
p < 0,01 terhadap I
** p < 0,05 terhadap I
#
p < 0,01 terhadap II

Tabel 4. Perubahan konsentrasi GSH serum


(g/ml)
Tikus No

Kel I

Kel II

Kel III

1
2
3
4
5
6
7
Rata-rata

0,69
1,05
1,19
1,29
0,95
0,79
0,52
0,920,28

0,16
0,65
0,63
0,24
0,77
0,42
0,42
0,420,28

0,79
0,65
0,65
0,61
0,67
0,67
0,61
0,680,07

Konsentrasi GSH serum tidak turun secara


mencolok pada pemberian CCl4. Demikian pula
perlindungan dengan bawang daun juga tidak
menyebabkan pemulihan konsentrasi GSH yang
mendekati nilai yang normal. Perlu diingat
metabolisme CCl4 yang menghasilkan senyawa
radikal yang berbahaya berlangsung di dalam sel,
terutama dalam sel hati dan bukan di dalam plasma
atau serum. Dengan demikian perubahan yang terjadi
di dalam serum dapat dikatakan merupakan cerminan
dari apa yang terjadi dalam jaringan hati. Kandungan
GSH serum sendiri dapat dikatakan cukup rendah
seperti yang tampak pada kelompok I. Meskipun
demikian pengaruh bawang daun terhadap GSH yang
utamanya terjadi di sel hati tetap tampak dengan
jelas dalam serum.
Tabel 4. Rekapitulasi perubahan GPT, MDA dan
GSH akibat pemberian CCl4 dan daun bawang
Parameter

Tanpa CCl4

GPT Serum
MDA hati
GSH hati
GSH serum

N
N
N
N

Dengan
CCl4

Bwg daun +
CCl4
N
N
N

Kel III

Sebagai ikhtisar sifat antioksidan dari


bawang daun ini dapat dilihat pada Tabel 5.

40,47
42,73
42,73
40,72
38,65
35,07
55,10
43,717,53**#

KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa sari air bawang daun bersifat hepatoprotektif
dan sifat ini disebabkan oleh kemampuan bawang
daun mencegah sifat oksidan dari agen hepatotoksik
yang digunakan yaitu CCl4 yang ditunjukkan oleh
GPT, MDA dan GSH yang berubah dalam arah
berlawanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brachnahari, HD., dan Augusti KT., 1962,
Orally Effective hipoglycaemic agents from

115

Sifat Antioksidan dari (Mohammad Sadikin dkk..)

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

116

plants, J. Pharmacol and Pharmacy, 14:254255.


Jain RC., dan Vyas CR., 1975, Garlic in
alloxan-induced diabetic rabbit, Amer. J. Clin.
Nutr. 28:685-690.
Adamu, I., Joseph PK., dan Augusti KT., 1982,
Hypolipidemic action of onion and garlic oils in
suchrose fed rats over two months period,
Experientia 38:899-901.
Amin-Malik Z., dan Siddiqui S, 1981,
Hypotensive effect of freeze-dried garlic (Allium
sativum) sap in dog, J. Pkistan Med. Asoc.
31:12-13.
Sial, A.Y., dan Ahmad, S.I., 1982, Study of The
Hypotensive Action of Garlic Extract in
Experimental Animal, J. Pakistan Med. Assoc.
32: 237-239.
Harenberg, J., Giese C., dan Zimmermann R.,
1988, Effect of Dried Garlic in Blood
Circulation, Fibrinolysis, Platelet Aggregation
and
Cholesterol
in
Patients
with
Hyperlipoproteinemia, Atherosclerosis 74: 247249.
Hikino, H., Tohkin M., Kiso Y., Namiki T.,
Nishimura S., dan Takeyama K., 1986,
Antihepatotoxic Action of Allium sativum
Bulbs, Planta Medica 3: 163-168.
Sadikin M, Jusman, Sri Widia A., Harahap I.P.,
dan Azizahwati, 1999, Antioxidant Properties of
Garlic (Allium sativum) and Shallot (Allium
ascalonicum), In: Free Radical Related
Diseases and Antioxidant in Indonesia, Gardez
Verlaag, St. Augustine, 143-147.
Augustine, K.T. dan Benaim, M.E., 1975, Effect
of Essential Oil of Onion (allyl propyl
disulphide) on Blood Glucose, Free Fatty Acid
and Insulin Levels of Normal Subject, Clin.
Chem Acta 60: 121-123.

10. Sebastian K.I., Zacharias N.T., dan Philip B.,


1979, The Hypolipidemic Effect of Onion
(Allium cepa Linn) in Sucrose Fed Rabbits, Ind.
J. Physiol. Pharmac. 23: 27-30.
11. Harahap, I.P., Sadikin M., Rahmawati E., dan
Azizahwati, 1995, Daya Proteksi Bawang
Merah (Allium ascalonicum L) terhadap
Keracunan CCl4 pada Tikus, Majalah
kedokteran Indonesia 45: 680-684
12. Harahap, I.P., Sadikin M., Susanti E., dan
Azizahwati, 1996, Daya Hepatoprotektif
Bawang Merah (Allium ascalonicum L),
terhadap Efek Destruksi Radikal Bebas pada
Tikus Keracunan CCl4, Majalah kedokteran
Indonesia 46: 237-241.
13. Jusman, Sri Widia A., Purwanto A., Sadikin M,
dan Azizahwati, 1991, Bawang Prei dan
Metabolisme: 1 Efek terhadap kadar lemak
plasma tikus yang diberi diet Sukrosa, Acta
Biochem Indon 4: 22-31.
14. Jusman, Sri Widia A., Purwanto A., Sadikin M,
dan Azizahwati, 1993, Bawang Prei dan
Metabolisme: 2. Efek terhadap kadar gula darah
tikus, Majalah Kedokteran Indonesia 43: 40-43.
15. Reitman S., dan Frankel S., 1967, A
Colorimetric Method for The Determination of
Serum Glutamic Oxaloacetic and Glutamic
Pyruvic Transaminase, Am. J. of Clin. Pathol.
28: 57-63.
16. Placer, Z.A., Chusman LL. Dan Johnson CB.,
1966, Estimation of Product of Lipid
Peroxidation (Malonyl dialdehyde), Analyt
Biochem 16: 359-364.
17. Ellman GL., 1959, Tissue Sulfhydryl Groups,
Arch Biochem Biophys 82: 70-77.
18. Lowry OH., Rosenbrough NY., Farr AL., dan
Randall RJ, 1951, Protein Measurement With
The Folin Phenol Reagent, J. Biol Chem 193:
265-271.

You might also like