You are on page 1of 7

Elya, et al, Hubunga Pemberian Informasi Sebelum Dilakukan Tindakan Invasif Dengan ...

Hubungan Pemberian Informasi Sebelum Dilakukan Tindakan Invasif Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Rawat Inap Di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso
(The Correlation Between Nurses Motivation With the Implementation of 12 Principles of Right in
Medicine
Giving in Inpatient Wards Of dr. H. Koesnadi
Hospital In Bondowoso)
Aulia Royyani Elya, Retno Purwandari, Hanny Rasni
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Telp./Fax (0331) 323450
e-mail korespondensi: auliaelya@rocketmail.com
Abstract
Nurse is the most appropriate medical staff to give medicine and vacate their time for the
patients. In giving medicine, nurse also must concern on the given prescription must be
appropriate, the exact qualification of dosis that is given and always applying 12
principles right away. This condition might cause the occurrence of interaction between
the characteristic of a nurse that is her motivation and his work. The purpose of the
research is to analyze the relation of nurses motivation and applied of 12 principles of
right in giving medicine in inpatient wards of dr. H. Koesnadi hospital in Bondowoso. The
design of this research that is used is observational analysis with cross sectional and
sample approach used 51 corespondences. Data collection technique is sample
probability with simply random sampling. The result of the data analysis used chi square
test. The result show that P value 0.005 (0.005< =0.05) means that there is relation
between nurses motivation and the applies 12 principles of right in giving
medicines.having this researc, hopefully for the institution of the hospital for increase
even more the nurses motivation in working by giving reward and punishment to the
nurses and give them special seminar related to 12 principles of right in giving medicines.
Keywords: nurses motivation, 12 principles of right in giving medicines, inpatient wards
Abstrak
Perawat merupakan tenaga perawat kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat
dan meluangkan sebagian waktunya ke pasien. Perawat dalam memberikan obat juga
harus memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada
dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 12 benar. Kondisi
seperti ini akan menyebabkan terjadinya interaksi antara sifat seorang perawat, yaitu
motivasi yang ada pada dirinya dengan kinerjanya. Tujuan dalam penelitian ini adalah
menganalisis hubungan motivasi perawat dengan pelaksanaan prinsip 12 benar dalam
pemberian obat di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso. Desain
penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional dan sampel yang digunakan 51 responden. Teknik pengambilan sampel
menggunakan probability sampling dengan cara simple random sampling. Hasil analisis
data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P value 0.005
(0.005 < =0.05) berarti ada hubungan antara motivasi perawat dengan pelaksanaan
prinsip 12 benar dalam pemberian obat. Dari penelitian ini diharapkan kepada institusi
rumah sakit untuk lebih meningkatkan motivasi perawat dalam bekerja dengan cara
memberikan reward dan punishment kepada perawat dan memberikan seminar khusus
terkait prinsip 12 benar dalam pemberian obat.
Kata kunci: motivasi perawat, prinsip 12 benar dalam pemberian obat, ruang rawat inap
Pendahuluan
Menurut SK Dirjen Yanmed tahun 1997
tentang hak dan kewajiban perawat dan bidan
di Rumah Sakit menyebutkan bahwa perawat
mempunyai kewajiban memberikan informasi
yang adekuat tentang tindakan keperawatan
atau kebidanan kepada pasien dan atau

e- Journal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun

keluarganya
sesuai
dengan
batas
kewenangannya.
Dalam
menajalankan
tugasnya perawat memandang pasien tidak
hanya aspek fisik saja namun secara holistik
yang terdiri atas bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual (Kusnanto,2004). Penatalaksanaan
perawatan yang dilakukan di rumah sakit

Elya, et al, Hubunga Pemberian Informasi Sebelum Dilakukan Tindakan Invasif Dengan ...

cenderung didominasi pada penanganan


penyakit fisik pasien saja, sehingga respon
psikologis pasien seperti cemas sering
terabaikan.
Pasien yang masuk rumah sakit sering
mengalami kecemasan dari tingkat ringan
sampai berat. Pasien sering bertanya tidak
tahu tempat pelayanan dan prosedur tindakan
yang akan dilaksanakan, sebaliknya pasien
yang mendapat penjelasan menunjukkan
respon yang positif. Penyebab dari kecemasan
diperkirakan
karena
perawat
belum
melaksanakan tugasnya secara optimal
(Wellem & Oktaviana, 2013). Gejala-gejala
penyakit yang dirasakan pasien dapat
menimbulkan rasa cemas pada pasien. selain
itu prosedur medis yang harus dijalani
terkadang sangat kompleks dan membuat
pasien menjadi takut dan khawatir. Rasa
cemas dan takut ini dapat menjadi parah
apabila pasien tidak mengetahui hal-hal yang
berkaitan
dengan
penyakit
dan
pengobatannya sehingga pasien bereaksi
secara berlebihan (McGhie dalam Nuralita &
Hajam, 2007).
Perasaan cemas seringkali berhubungan
dengan
kekurangan
informasi
tentang
prosedur tindakan pengobatan dan perawatan,
ketidaktahuan aturan dan kebijakan Rumah
Sakit
(Wong
dalam
Saputro,
2011).
Kecemasan merupakan perasaan subjektif
yang dialami karena pengalaman baru yang
dialaminya, pada pasien yang dirawat inap
kecemasan dialami saat akan mengalami
tindakan invasif seperti pembedahan, selain itu
pasien mengalami cemas karena hospitalisasi,
pemeriksaan dan prosedur tindakan invasif
yang menyebabkan perasaan tidak nyaman
(Hardhiyani, 2013).
Kecemasan merupakan salah satu faktor yang
dapat memperburuk penyakit dan tingkat
kesembuhan yang disebabkan hormon kortisol
yang dihasilkan akan menekan sistem
pertahanan tubuh sehingga menurunkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit atau kesakitan.
Kecemasan pasien sangat berpengaruh untuk
menghambat atau mendorong kesembuhan
pasien dari penyakit, hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh tingkat kecemasan yang
dialami oleh pasien (Hardhiyani, 2013). Upaya
yang dapat dilakuan oleh perawat untuk
mengurangi
kecemasan
pasien
yaitu
memberikan dukungan dan semangat serta
informasi kepada pasien agar dapat menjadi
jalan keluar yang positif bagi pasien untuk
menerima dengan tenang dan berani atas
beban penderitaan yang dialami (Hardhiyani,
2013).

e- Journal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun

Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan


perawat mendapatkan hasil bahwa perawat
memberikan informasi sebelum melakukan
tindakan invasif sesuai dengan format
informed consent yang sudah ditetapkan.
Namun untuk pemasangan infus tidak ada
informed consent yang diberikan oleh
perawat. Perawat berkomunikasi dengan
pasien sebelum melakukan tindakan yaitu
dengan menjelasakan manfaat dan tujuan
dilakukannya tindakan tersebut. Perawat
memberikan informasi sesuai dengan tindakan
yang akan dilakukan pada saat itu. Tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat Di
RSU dr. H. Koesnadi memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang sudah
ditetapkan oleh rumah sakit baik itu SOP
tindakan invasif maupun tindakan non invasif
memiliki SOP. Namun kebijakan penggunaan
SOP di serahkan pada setiap ruangan. Di
setiap SOP dijelaskan bahwa salah satu
prosedur yang harus dilakukan adalah
persiapan pasien yang mana dalam persiapan
pasien perawat harus menjalaskan tindakan
yang akan dilakukan baik kepada pasien
maupun kepada keluarga pasien.
Berdasarkan uraian fenomena diatas dapat
disimpulkan bahwa kewajiban perawat dalam
memberikan dan menjelaskan informasi
tindakan masih belum sepenuhnya dilakukan
oleh perawat. Dari fenomena yang ada
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan pemberian
informasi sebelum tindakan invasif dengan
tingkat kecemasan pasien dalam menjalani
perawatan Di RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten
Bondowoso.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian observasional analitik dengan
pendekatan
cross
sectional.
Teknik
pengambilan sampel yang digunakan oleh
peneliti adalah non probability sampling
dengan cara consecuitive sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 63 responden. Alat
pengumpul data dalam penelitian ini
menggunakan
kuesioner
yang
berisi
pemberian informasi oleh perawat dan
kuesioner yang berisi tingkat kecemasan
pasien rawat inap. Data dianalisis dengan
menggunakan uji spearman.
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Gambaran distribusi karakteristik pasien
berdasarkan lama hari rawat pasien di
ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi
Bondowoso 2014 (n=63)

Elya, et al, Hubunga Pemberian Informasi Sebelum Dilakukan Tindakan Invasif Dengan ...

Karakteristik pasien

Mean

Median

Lama Hari rawat (hari)

3,68

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata


lama rawat dirata-rata 3,68 hari, dengan lama
rawat paling singkat adalah 3 hari dan lama
rawat paling lama adalah 9 hari.
Tabel 5.2 Gambaran distribusi karakteristik pasien
berdasarkan umur, jenis
kelamin,
pekerjaan dan tingkat pendidikan
pasien di ruang rawat inap RSU dr. H.
Koesnadi Bondowoso 2014 (n=63)
Karakteristik
pasien
1
Umur
a. Dewasa muda
(18 40
tahun)
b. Dewasa tengah
(41 60
tahun)
c. Dewasa lanjut (
>60 tahun )
Total
2
Jenis kelamin
a. laki laki
b. perempuan

No

Frekuensi
(orang)

Persentase
(%)

18
40
5

28,6
63,5
7,9

Tabel 5.3 Gambaran distribusi pasien menurut


pemberian
informasi
sebelum
dilakukan tindakan invasif di ruang
rawat inap RSU dr. H. Koesnadi
Bondowoso 2014 (n=63)
Pemberian Informasi

63

100

36
27

57,1
42,9
100

Total
Pekerjaan
a. PNS
b. wiraswasta
c. Petani
d. tidak bekerja

63

Total
Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT

63

1,60
33,3
36.5
28,5
100

33
23
5
2
63

52,4
36,5
7,9
3,2
100

Total

orang (1,6%), wiraswasta sebanyak 21 orang


(33,3%), dan yang berprofesi sebgai petani
sebanyak 23 orang (36,5%) dan sisanya tidak
bekerja sebanyak 18 orang (28,5%).
Tingkatan
pendidikan
diukur
berdasarkan lulusan pendidikan terakhir
yang telah ditempuh oleh pasien. Data
menunjukkan persentase tertinggi pada
jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD)
sebanyak 33 orang (52,4%), Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebanyak 23
orang (36,5%), dan pada jenjang pendidikan
SMA sejumlah 5 orang (7,9%), dan persentasi
terendah adalah jenjang pendidikan perguruan
tinggi sebanyak 2 orang (3,2%).

1
21
23
18

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa 18


pasien (28,6%) berada di rentang usia dewasa
awal, kemudian dari 40 pasien (63,5%) berada
di rentang usia dewasa pertengahan dan 5
pasien (7,9%) berada direntang usia dewasa
lanjut. Distribusi karakteristik pasien jenis
kelamin menunjukkan hasil dari 63 pasien
yang telah diteliti diketahui bahwa sebagian
besar jenis kelamin laki-laki yaitu 36 orang
(57,1%) dan sisanya adalah jenis kelamin
perempuan yaitu 27 orang (42,9 %).
Distribusi karakteristik pasien untuk
pekerjaan di kelompokan menjadi PNS,
wiraswasta, petani, tidak bekerja, bedasarkan
tabel 5.2 menunjukkan hasil bahwa pasien
yang berprofesi sebagai PNS sebanyak 1

e- Journal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun

Frekuensi (orang)

a.

Kurang

10

b.

Cukup

40

c.

Baik

13
Total

63

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat


disimpulkan bahwa 10 pasien (15.9%) menilai
pemberian informasi yang dilakukan oleh
perawat dikategorikan kurang, dan sebanyak
40 pasien (63,5%) menilai pemberian
informasi yang dilakukan oleh perawat
dikategorikan cukup, dan sebanyak 13 pasien
(20,5%) menilai pemberian informasi yang
dilakukan oleh perawat dikategorikan baik.
Tabel 5.4 Distribusi pasien menurut
pemberian
informasi
dilakukan tindakan invasif
rawat inap RSU dr. H.
Bondowoso 2014 (n=63)
Indikator
Variabel
Pemberian
Informasi
a. Akurat
b. Tepat
waktu
c. Relevan

indikator
sebelum
di ruang
Koesnadi

Kurang

Cukup

Frekuensi
(orang)

Persentase
(%)

Frekuensi
(orang)

Persentase
(%)

16

25,4

18

20,6

12,7

32

50,8

16

25,4

33

52,4

Tabel
5.4
menunjukkan
bahwa
pemberian informasi pada indikator akurat
sebagian besar dikategorikan baik yaitu
sebanyak 29 pasien (46%), sedangkan
pemberian informasi pada indikator tepat

Elya, et al, Hubunga Pemberian Informasi Sebelum Dilakukan Tindakan Invasif Dengan ...

waktu dikategorikan cukup yaitu sebanyak 32


pasien (50,8%), dan pemberian informasi pada
indikator relevan sebagian besar dikategorikan
cukup yaitu sebanyak 33 pasien (52,4%).
Tabel 5.5 Gambaran distribusi pasien menurut
tingkat kecemasan pasien di ruang rawat inap
RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso 2014 (n=63)

dengan
kecemasan

tingkat

Dari hasil diatas diperoleh nilai p=0,074


yang menunjukkan bahwa korelasi antara
hubungan pemberian informasi dengan tingkat
kecemasan pasien adalah tidak bermakna.

Pembahasan
Karakteristik Responden
a. Ringan
0
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
pasien rawat inap yang menjadi pasien telah
b. Sedang
46
dirawat selama 4 hari dan standar deviasi atau
c. Berat
17
sebaran datanya sebasar 0,964. Semakin
rendah standar deviasi, semakin rendah
Total
63
penyimpangan data dari rata-rata hitungnya,
sehingga dikatakan data memiliki variabilitas
Berdasarkan
tabel
5.5
diatas
rendah. Artinya data lama hari rawat pasien
mennunjukkan hasil bahwa pasien mengalami
rawat inap di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso
kecemasan sedang sebanyak 46 orang (73%)
pada bulan September Oktober
2014
dan pasien yang mengalami kecemasan berat
adalah homogen. Lama perawatan akan
sebanyak 17 orang (27%) dan tidak ada
membentuk suatu pengalaman bagi pasien
pasien yang mengalami cemas ringan.
tentang pelayanan yang di terima selama
menjalani perawatan. Pengalaman tersebut
Tabel 5.6 Distribusi pasien menurut indikator tingkat
akan membentuk suatu persepsi pada layanan
kecemasan di ruang rawat inap RSU
keperawatan yang ia terima Pengalaman dari
dr. H. Koesnadi Bondowoso 2014
pasien merupakan bagian penting dan
(n=63)
bahkan sangat menentukan bagi kondisi
mental individu di kemudian hari (Kaplan &
Indikator
Ringan
Sedang
Sadock dalam Lutfa, 2008).
Frekuensi Persentase Frekuensi
Variabel
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(orang)
(%)
(orang)
Tingkat
sebagian
besar pasien yang menjalani
Kecemasan
perawatan
berada di rentang usia dewasa
a. Fisik
1
1,6
50
pertengahan 40 pasien (63,5%) dan jumlah
b. Kognitif
1
1,6
33
pasien yang sedikit berada direntang usia
c. Emosional
2
3,2
44
dewasa lanjut 5 pasien (7,9%). Umur
berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan
berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman
hasil bahwa memaparkan keberagaman data
dan pandangan terhadap suatu penyakit atau
mengenai
indikator
tingkat kecemasan
kejadian sehingga akan membentuk persepsi
pasien. Mayoritas jumlah respon fisik terkait
dan sikap. Kematangan dalam proses berpikir
kecemasan berada pada kategori sedang yaitu
pada individu yang berumur dewasa lebih
sebanyak 50 orang (79,4%) dan terendah
memungkinkannya
untuk
menggunakan
pada kategori ringan 1 orang (1,6%),
mekanisme
koping
yang
baik
dibandingkan
sedangkan jumlah respon kognitif terkait
kelompok
umur
anak

anak
(Lukman,
2009)..
kecemasan mayoritas berada pada kategori
Karakteristik
jenis
kelamin
pasien
ini
sedang yaitu 33 orang (52,4%) dan terendah 1
dapat
mempengaruhi
penelitian,
berdasarkan
orang (1,6%). Jumlah respon emosional terkait
karakter serta perbedaan hormonal maupun
kecemasan mayoritas berada pada kategori
kondisi psikologis antara laki-laki dan wanita
sedang yaitu sebanyak 44 orang (69,8%) dan
sehingga dapat
menyebabkan perbedaan
terendah 2 orang (3,2%).
karakteristik emosi di antara keduanya, maka
wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih
Tabel 5.7 Analisis Bivariat Hubungan Pemberian
tinggi dibanding pria. Kahn (dalam Fanani,
Informasi Sebelum Dilakukan Tindakan
Invasif Dengan Tingkat Kecemasan
2010) menyatakan bahwa wanita mempunyai
Pasien Rawat Inap Di RSU dr. H.
kehangatan emosionalitas, sikap hati-hati dan
Koesnadi Kabupaten Bondowoso (n=63)
sensitif serta kondisi yang tinggi daripada lakilaki dan wanita dinilai sensitif serta memiliki
Hubungan
Pemberian Koefisien korelasi (r)
jiwa yang lemah serta tidak menyukai kondisi
0,567
Informasi
sebelum
emosi
yang
tidak
menyenangkan.
dilakukan tindakan invasif
Distribusi karakteristik pasien untuk
Tingkat Kecemasan

Frekuensi (orang)

e- Journal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun

Elya, et al, Hubunga Pemberian Informasi Sebelum Dilakukan Tindakan Invasif Dengan ...

pekerjaan di kelompokan menjadi PNS,


wiraswasta, petani, tidak bekerja, hasil
penelitian menunjukkan hasil bahwa pasien
yang yang tidak bekerja sebanyak 18 orang
(28,5%). Pasien yang tidak bekerja maka
terjadi penambahan kebutuhan seperti biaya
rumah sakit namun pemasukan dalam
keluarga tetap bahkan berkurang, jika yang
sakit adalah anggota keluarga yang mencari
nafkah. Kondisi seperti itu dapat menimbulkan
stresor tersendiri oleh pasien sehingga dapat
menyebabkan kecemasan. Hal ini sejalan
dengan pendapat yang menyatakan bahwa
faktor
sosial
dan
ekonomi
seperti
lingkungan
sosial,
tingkat
pendapatan,
pekerjaan, dan ketahanan pangan dalam
keluarga merupakan faktor yang berpengaruh
besar pada penentuan derajat kesehatan
seseorang (Blum dalam Notoatmojo, 2002).
Karakteristik pasien berdasarkan tingkat
pendidikan. Pasien penelitian memiliki tingkat
pendidikan tingkat pendidikan terendah
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 33 pasien
(52,4%). Karakteristik pasien ini dapat
mempengaruhi penelitian, karena pendidikan
yang baik dapat meningkatkan kematangan
intelektual seseorang dan merupakan faktor
penting dalam proses penyerapan informasi.
Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka
semakin
mudah
menerima
serta
mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
Peningkatan wawasan dan cara berfikir
selanjutnya akan memberikan dampak, salah
satunya terhadap persepsi seseorang dalam
mengambil keputusan untuk berperilaku
(Nugroho, 2008).
Pemberian Informasi Sebelum Dilakukan
Tindakan Invasif
Pemberian Informasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah penilaian pasien
tentang perilaku perawat dalam memberikan
penjelasan tindakan invasif yang akan
dilakukan kepada pasien. Penilaian pada
layanan keperawatan dilakukan berdasarkan
pada
persepsi
pasien
pada
layanan
keperawataan tersebut.
Pemberian informasi diruang rawat inap
RSU dr. H. Koesnadi masih dalam kategori
cukup dimungkinkan perawat cenderung
memberikan informasi masih belum tepat
waktu, hal ini sesuai dengan hasil kuesioner
yang menunjukkan hasil bahwa informasi yang
diberikan perawat secara tepat waktu masih
dalam kategori cukup (50,8%). Hal ini kurang
sesuai dengan pendapat Kusrini (2007) yang
menyatakan bahwa informasi yang datang
pada penerima tidak boleh terlambat. Di dalam
pengambilan keputusan, informasi yang sudah
usang tidak lagi bernilai. Bila Informasi datang
terlambat sehingga pengambilan keputusan

e- Journal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun

juga terlambat untuk dilakukan, hal itu dapat


berakibat fatal dan merugikan pasien.
Analisa
dari
indikator
relevan
didapatkan
bahwa
perawat
kurang
memberikan informasi tentang resiko yang
terjadi jika pasien menolak tindakan yang akan
diberikan. Dari jawaban kuesioner untuk
indikator relevan banyak pasien yang
menyatakan
bahwa
perawat
kurang
menjelasakan resiko dari tindakan dari alat
alat medis yang dipasangkan ke tubuh pasien
dan bagaimana cara perawatannya. Misalnya,
perawat tidak memberi tahu bagaimana resiko
dan cara perawatan selang infus ketika sudah
dipasangkan ke tubuh pasien sehingga
setelah alat dipasangkan ke tubuh pasien tidak
kooperatif. Keadaan ini masih belum sejalan
dengan pendapat dari Sarimin (2006) yang
menyatakan bahwa resiko dan akibat yang
tidak menyenangkan akibat prosedur medis
harus diberitahukan perawat kepada pasien.
Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap
Kecemasan
merupakan
suatu
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
yang berkaitan dengan perasaan yang tidak
pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 46
pasien (73%) yang mengalami kecemasan
sedang dan 17 pasien (27%) yang mengalami
kecemasan berat dan tidak ada pasien yang
mengalami kecemasan ringan.
Respon
kecemasan individu berbeda-beda tergantung
dengan koping adaptasi masing-masing
individu
terhadap
stressor
penyebab
kecemasan (Stuart, 2007). Penggunaan
mekanisme koping menjadi efektif bila
didukung oleh kekuatan lain dan adanya
keyakinan pada individu yang bersangkutan
bahwa mekanisme koping yang digunakan
dapat mengatasi kecemasannya (Asmadi,
2008). Sehingga tidak setiap pasien dengan
respon fisik menunjukkan kecemasan sedang
respon
yang
lain
juga
menunjukkan
kecemasan sedang.
Tingkat kecemasan pada pasien rawat
inap memiliki 3 indikator yaitu respon fisik,
kognitif dan emosioanal. Respon fisik yang
biasanya muncul pada cemas sedang adalah
sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan
tekanan darah meningkat, mulut kering,
anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala,sering
berkemih dan letih (Asmadi, 2008).
Hasil analisa respon fisik yang sering
ditunjukkan oleh pasien yaitu sakit kepala
mendadak. Hasil wawancara dari salah
seorang pasien mengatakan bahwa ia mulai
merasa sakit kepala ketika perawat datang
akan melakukan tindakan seperti injeksi obat

Elya, et al, Hubunga Pemberian Informasi Sebelum Dilakukan Tindakan Invasif Dengan ...

dan biasanya tercium bau obat yang membuat


mereka pusing. Respon kognitif yang
ditunjukkan oleh pasien adalah rasa takut
akan nyeri dari tindakan invasif yang
dilakukan.
Kegagalan
perawat
dalam
menginfus yang menyebabkan pasien harus
mengalami
beberapa
kali
penusukan
merupakan salah satu pengalaman yang tidak
menyenangkan
yang
menyebabkan
kecemasan. Hasil kuesioner menunjukkan
bahwa respon yang sering ditunjukkan pasien
adalah tegang dan khawatir atas tindakan
yang akan dilakukkannya. Meskipun dari hasil
kuesioner juga menunjukkan bahwa pasien
percaya akan kemampuan perawat dalam
melakukan tindakan namun mereka masih
merasa tegang ketika jarum menyentuh tubuh
mereka. Selain itu, meskipun banyak dari
pasien yang menyatakan mereka merasa takut
jika akan disuntik namun tidak sampai mereka
menolak untuk dilakukan tindakan oleh
perawat.
Hubungan Pemberian Informasi Sebelum
DIlakukan Tindakan Invasif Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Rawat Inap Di RSU dr.
H. Koesnadi
Perawat
memiliki
peran
untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya. Salah
satu peran perawat adalah sebagai pendidik
(educator) yang diartikan sebagai perawat
membantu klien meningkatkan kesehatannya
melalui pemberian pengetahuan yang terkait
dengan keperawatan dan tindakan medik yang
diterima
sehingga
klien/keluarga
dapat
menerima tanggung jawab terhadap hal-hal
yang diketahuinya (Kusnanto, 2004).
Hubungan
pemberian
informasi
sebelum dilakukan tindakan invasif dengan
tingkat kecemasan pasien rawat inap di RSU
dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso,
dianalisis
dengan
uji
spearman
dan
didapatkan nilai p=0,074 > =0,05 yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara hubungan pemberian
informasi sebelum dilakukan tindakan invasif
dengan tingkat kecemasan pasien rawat inap.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan ketika pasien
diberikan
informasi
sebelum
dilakukan
tindakan invasif dengan penurunan tingkat
kecemasan yang dialami pasien.
Kecemasan pasien juga dapat terjadi
karena cara penyampaian informasi yang
diberikan kurang tepat. Penjelasan dengan
menggunakan bahasa medis yang tidak di
mengerti oleh pasien atau penjelasan yang
menyebabkan ketakutan dapat mempengaruhi
tingkat kecemasan pasien. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Sarimin (2006) yang

e- Journal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun

menyatakan bahwa proses penyampaian


informasi hendaknya dilakukan dengan
sedemikian rupa sehingga pasien dan
keluargannya dengan acuan informasi yang
diterimanya dapat mengambil suatu keputusan
apakah setuju atau menolak tindakan yang
akan
dilakukan.
Selain
itu
dalam
menyampaikan informasi perawat harus
menggunakan komunikasi terapeutik karena
pasien sangat membutuhkan penjelasan yang
baik dari perawat. Komunikasi yang baik
diantara
mereka
akan
menentukan
pengobatan selanjutnya. Pasien yang cemas
saat akan menjalani pengobatan kemungkinan
mengalami efek yang tidak menyenangkan
bahkan akan membahayakan (Lutfa, 2008).
Saran
Saran yang ditujukan kepada instansi
pelayanan kesehatan adalah diharapkan
rumah sakit dapat meningkatkan pelaksanaan
pemberian informasi dengan cara komunikasi
terapuetik dengan mengadakan pelatihan
kepada
perawat.
dan
untuk
peneliti
selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi penyampaian informasi
dengan mengukur bahasa non verbal perawat.
Daftar Pustaka
Fanani. 2010. Stres Dan Disfungsi Seksual.
[serial Online]. http://worpress.com, [8
Oktober 2014].
Hardhiyani, R. 2013. Hubungan Komunikasi
Terapuetik Perawat dengan Motivasi
Sembuh Pada Pasien Rawat Inap Di
Ruang Melati RSUD Kalisari Batang.
http://lib.unnes.ac.id/17243/1/1550408044
.pdf [12 Maret 2014].
Kusnanto. 2004. Pengantar Praktek dan
Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC
Kusrini., Koniyo, Andri. 2007. Sistem Informasi
Akutansi dengan Visual Basic dan
Microsoft SQL Server. Yogyakarta: C.V
ANDI OFFSET.
Lukman.2009. Ansietas Pada Fraktur [19
Agustus 2014].
Lutfa, U. & Maliya, A. 2008. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien
Dalam Tindakan Kemoterapi Dirumah
Sakit
Dr.
Moewardi
Surakarta.http://publikasiilmiah.ums.ac.id/
bitstream/handle/123456789/509/4g.pdf?
sequence=1 [18 Maret 2014 ]
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Elya, et al, Hubunga Pemberian Informasi Sebelum Dilakukan Tindakan Invasif Dengan ...

Nugroho, A. 2008. Studi Korelasi Karakteristik


Dengan Perilaku Keluarga Dalam
Upaya Penanggulangan Malaria Di
Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah
Laut Propinsi Kalimantan Selatan
[Serial
Online].
ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/articl
e/.../2255 [8 Oktober 2014].
Nuralita, A. dan
Hadjam, N. R. 2002.
Kecemasan Pasien Rawat Inap Ditinjau
dari
Persepsi
Tentang
Layanan
Keperawatan
di
Rumah
Sakit.
http://nrochman.staff.ugm.ac.id/wp/wpcontent/uploads/anima-vol-17-2002hal150-160.pdf [28 Februari 2014].
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan
Jiwa edisi 5. Jakarta: EGC.
Saputro, A .H. Hubungan Pemberian Informed
Consent Dengan Tingkat Kecemasan
Orang Tua Anak Yang Mendapatkan

e- Journal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun

Tindakan Invasif (Pemasangan Infus) Di


Bangsal
Anak
RSUD
Pariaman.
http://masgungkti.blogspot.com/2011/12/hubungapemberian-informed-concent.html
[27
Februari 2014].
Wellem & Oktaviana. 2013. Pengaruh
Orientasi Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien yang Di Rawat Di Ruangan
Internal RSUD Kabupaten Papua Barat.
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12
012010/article/view/894
[28
Februari
2014]

You might also like