You are on page 1of 18

Scenario A Blok 12

Mr. Hypertension, 62 years old came to Primary Health Care (PHC) physician to control his
hypertension which have suffered for 6 years later. At present, given antihypertensive therapy is
consisting of enalapril and hydrochlorothiazide. He also suffered chronic obstructive pulmonary
disease (COPD), peptic ulcer and chronic low back pain. On physical examination were found
blood pressure (BP) 165/95 mmHg; heart rate (HR) 85x/min, respiratory rate (RR) 18x/min,
while laboratory examination showed data serum creatinine: 1.5 mg/dl, K+ : 5.0 mEq/L. Based on
these data, the physician will provide omeprazole, enalapril, hydrochlorothiazide, acetaminophen
and metoprolol as adjuctive agent.
I.

II.

KlarifikasiIstilah
1. Hipertensi = tingginyatekanandaraharterisecarapersisten
2. COPD
=
sekumpulanpenyakitparu-paru
yang
menghambataliranudaraketikamenariknapasdanmenimbulkankesulitansaatbernapas
3. Peptic ulcer = tukaklambung, ulkus yang terjadi di membrane
mukosasalurancernabiasanya di lambungatau duodenum
4. Enalapril
=
angiotensin
converting
enzyme
inhibitor,
digunakanuntukperawatangagaljantungdenganmenurunkantekanandarah
5. Hydrochlorothiazide
=
diuretic
golongan
thiazide
yang
digunakanuntukterapihipertensidan edema
6. Creatinine
=
suatuanhidridakreatin,
hasilakhirmetabolismefosfokreatin,
pengukuranlajuekskresinyalewaturin,
dipakaisebagai
indicator
diagnostic
fungsiginjaldanmassaotot
7. Omeprazole
=
obat
yang
memilikiefekmenghambatsekresiasamlambungdengancaraberikatanpadapompa H+dan
K+ ATPase danmengaktifkannyasehinggaterjadipertukaran ion kaliumdan ion
hydrogen dalam lumen sel
8. Acetaminophen = analgesic danantipiretik yang mempunyaiefekserupadengan aspirin
tetapihanyasedikitmemilikiefek anti inflamasi
9. Metoprolol
=
agenpenyekat
beta
1
adrenergik
yang
digunakandalambentukgaramsuksinatdantartratdalampengobatanhipertensi
angina
pectoris kronikdaninfarkmyocard
10. Antihipertensi = obat yang menurunkantekanandarahtinggi
Identifikasimasalah
1. Mr. Hypertension, 62 years old,control his hypertension which have suffered for 6
years later. At present, given antihypertensive therapy is consisting of enalapril
and hydrochlorothiazide
2. Mr. Hypertension suffered chronic obstructive pulmonary disease (COPD),
peptic ulcer and chronic low back pain.

3. On physical examination were found blood pressure (BP) 165/95 mmHg; heart
rate (HR) 85x/min, respiratory rate (RR) 18x/min, while laboratory examination
showed data serum creatinine: 1.5 mg/dl, K+ : 5.0 mEq/L.
4. The physician provides omeprazole, enalapril, hydrochlorothiazide,
acetaminophen and metoprolol as adjuctive agent.
Main
Problem
:masalah
no
2,
denganalasanbahwa
yang
perluditanganiterlebihdahuluadalahkeluhan COPD, peptic ulcer dan chronic low
back pain, sementarahipertensinyaterkontrol.
III.

AnalisisMasalah
1. Mr. Hypertension, 62 years old,control his hypertension which have suffered for 6
years later. At present, given antihypertensive therapy is consisting of enalapril
and hydrochlorothiazide.
a. Bagaimanapatofisiologihipertensi?1
b. Apadampakdarihipertensi yang lama?1
c. Mengapapenderitahipertensiharusselalumengkonsumsiobathipertensi?1,2
Pada dasarnya pengobatan dengan antihipertensi itu penting agar pasien
dapat mencapai tekanan darah yang dianjurkan, dengan kata lain agar
tekanan darah penderita tetap terkontrol karena apabila tekanan darah di
biarkan tinggi akan kemungkin besar akan menimbulkan penyakit lain
yang menyertai hipertensi.
d. Apahubunganusiadanjeniskelaminpadahipertensi? 1
e. Golongan/jenisobatapasaja yang diberikanpadapenyakithipertensi?2
1. Diuretik
Diuretik ini dibagi menjadi 3 tebagi menjadi 3 yaitu:
Golongan thiazid ,Contoh: HCT dan indapamid
Golongan diuretik kuat,Contoh: furosemid, torasemid, asam etakrinat
dan bumetamid.
Golongan diuretik hemat kalium, contohnya : triamteren, amilorid,
dan spironolakton.
2. Alfa blockers
Alfa blockers nonselektif, contoh : fentolamin
Alfa 1 blockers selektif, contoh : prazosin, terazosin. Doksazosin dll.
3. Beta blockers
Contoh: atenolol, metoprolol, labetolol dll.
4.Agonis alfa 2
Contoh: klonidin
5. Antagonis kalsium
Contoh : nifedipin, nikardipin, verapamil, dll.

6. Panghambat RAS (Renin Angiotensin Sysem)


Contoh : kaptopril, losartan, benazepril, dll.
7. Vasodilator
Contoh : hidralazin dan monoksidil.
Pada kasus ini obat yang diberikan adalah obat jenis diuretit yaitu HCT
dan penghambat RAS yaitu enalapril.
f. Bagaimanamekanismekerjaenalaprildan HCT?4,6
g. Apadampakdanefeksampingdarimengkonsumsienalaprildan
hydrochlorothiazide dalamwaktu yang lama?4,6
2.Mr. Hypertension suffered chronic obstructive pulmonary disease (COPD),
peptic ulcer and chronic low back pain.
a. Apahubunganobat
yang
dikonsumsi
(obathipertensi)
denganketigakeluhan Mr. Hypertension?9, 8, 2
Dalam kasus ini penggunaan obat HCT di kombinasi dengan enalapril
dari golongan ACE, dari kombinasi ini dapat menyebabkan efeksamping
berupa gangguan pada ginjal dalam kasus ini gangguan pada ginjal dapat
menyebabkan nyeri pada punggung bagian belakang.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Bagaimanaanatomidariregiopunggungpada low back pain?9


Bagaimanaanatomidanhistologiparupada COPD?9
Bagaimanaanatomilambungpada peptic ulcer?9
Bagaimanapatofisiologi COPD?9
Bagaimanapatofisiologi peptic ulcer?9
Bagaimanapatofisiologi low back pain?9

3.On physical examination were found blood pressure (BP) 165/95 mmHg; heart
rate (HR) 85x/min, respiratory rate (RR) 18x/min, while laboratory examination
showed data serum creatinine: 1.5 mg/dl, K+ : 5.0 mEq/L.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik? (dan mekanismenya)8
normal
interpretasi
keterangan
Blood Pressure
120/80 mmHg Hipertensi II
Heart Rate
60-100
x/ Normal
menit
Respiratory Rate 16-24 x /menit normal
Dalam tubuh terdapat suatu mekanisme yang dapat mengatur tekanan
darah, sehingga dapat menyuplai sel-sel darah dan oksigen yang cukup.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiostenin
II dari angiostenin I oleh Angiostensi I-Converting Enzyme (ACE).
ACE memegang peranan fisiologis penting dalam pengaturan tekanan
darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiostenin I. Oleh ACE yang terdapat di dalam paruparu, angiostenin I diubah menjadi Angiostenin II. Angiostenin II inilah

yang memiliki peranan kunci dalam menaikan tekanan darah melalui dua
cara.
Pertama adalah meningkatkan sekresi hormon Antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitary) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan kelur tubuh,
sehingga menjadi pekat dan osmolalitasnya tinggi. Untuk
mengencerkanya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler akibatnya volume darah
meningkat, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.
Cara kedua adalah dengan menstimulasi sekresi aldosteron dari kortek
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang akan mengurangi
eksresi NaCl (garam) dengan cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada giliranya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
b. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium? (cara
pemeriksaan dan mekanismenya)8
Normal
Interpretasi
Keterangan
Kreatinin serum
0,5-1,3 mg/dL (laki- Tinggi
laki)
K+
3,5-5,0 mEq/L
Batas atas normal
c. Mengapa dilakukan pemeriksaan kadar serum creatinine dan K+ pada
kasus ini?8
Pemeriksaan kreatini dan K+ pada kasus ini adalah untuk mengetahui
apakah ada gangguan pada ginjal.
4.The physician provides omeprazole, enalapril, hydrochlorothiazide,
acetaminophen and metoprolol as adjuctive agent.
a. Bagaimanamekanismekerja,
farmakodinamikdanfarmakokinetikdari
omeprazole?3
b. Bagaimanamekanismekerja,
farmakodinamikdanfarmakokinetikdari
acetaminophen?7
c. Bagaimanamekanismekerja,
farmakodinamikdanfarmakokinetikdarimetoprolol?5
Mekanisme kerja metoprolol
Metoprolol merupakan obat beta blocker (selektif -1) kerjanya dengan cara
memblok katekolamin sehingga tidak berikatan dengan reseptornya yaitu reseptor
1, sehingga adelinat siklase tidak aktif sehingga cAMP tidak terbentuk dan
menghasilkan efek relaksasi otot jantung.
Farmakodinamik Metaprolol

a. Efek pada Sistem Kardiovaskular


b. Efek pada saluran napas
Antagonis 1 misalnya metoprolol memiliki keunggulan dibandingkan dengan
non-selektif ketika diinginkan blokade reseptor 1 di jantung tanpa blokade
2. Obat ini dihindari untuk orang dengan asma. Di pihak lain pasien PPOK
dapat mentoleransi obat-obat jenis ini.
c. Efek pada mata
Farmakokinetik metaprolol
Beta bloker yang mudah larut lemak (metoprolol), diabsorbsi dengan baik
(>90%)dari saluran cerna, tetapi biovailabilitasnya rendah (tidak lebih dari 50%)
karena mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif di hati. Eliminasi
melalui metabolisme di hatu sangat ekstensif sehingga obat utuh yang dieksresi
melalui ginjal sangat sedikit (<10%).
Pada kasus ini metoprolol diberikan untuk mengurangi gejala PPOK pada Mr.
Hypertension.
d. Apadasarpemberianobat-obattersebutkepada Mr. Hypertension?8, 2
Pemberian obat pada Mr. Hypertension berdasarkan tigkat hipertensi yang di
derita Mr. Hypertension,
IV.

Learning issue
1. Hipertensi
(management
terhadaphipertensi
:
diet,
lifestyle,
farmakotherapy)AtikahAuliaJojop Sandra
2. Antihypertensive agent (DOC, caramenulisresep, interaksiantarobat)Mei Dian
SiscaNining
2.1 Antihipertensi
2.1.1 Definisi
Antihipertensi adalah obat obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi.
Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke
maupun miokard infark. Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari
modifikasi gaya hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan, mengurangi
konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok, mengurangi stress dan berolahraga.
Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah sistolik
140/90 mmHg. Pasien dengan kondisi stroke atau miokard infark ataupun
ditemukan bukti adanya kerusakan organ tubuh yang parah (seperti
mikroalbuminuria, hipertrofi ventrikel kiri) juga membutuhkan penanganan
segera dengan antihipertensi.15
2.1.2 Tujuan
Pada dasarnya pengobatan dengan antihipertensi itu penting agar pasien dapat
mencapai tekanan darah yang dianjurkan. Level tekanan darah yang diharapkan
pada pasien hipertensi yang tidak disertai komplikasi adalah 140/90 mmHg atau

lebih rendah bila memungkinkan, sedangkan pada pasien mengalami insiden


kerusakan organ akhir atau kondisi seperti diabetes, level tekanan darah yang
diharapkan adalah 130/90 mmHg, dan pada pasien proteinuria (>1 g / hari)
diharapkan tekanan darah di bawah 150/75 mmHg.
Adapun tujuan pemberian antihipertensi yakni
1. Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul
akibat gagal jantung.
2. Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih parah
dan mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.
3. Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien yang
sudah terkena serangan serebrovaskular.
4. Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan hipertensi
maternal.
2.1.3 Klasifikasi
Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (blocker), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor),
penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan
antagonis kalsium.
2.1.3.1 Diuretik
Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan
garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu : (1)
Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah jantung kembali
ke ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga berkurang. Contoh
antihipertensi dari golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide,
Hydrochlorothiazide, Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.
2.1.3.2 Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (-Blocker)
Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian -blocker dapat
dikaitkan dengan hambatan reseptor 1, antara lain : (1) penurunan frekuensi
denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung;
(2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan
Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis,
perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan
peningkatan biosentesis prostasiklin. Contoh antihipertensi dari golongan ini
adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol,
Acebutolol, Penbutolol, Labetalol.
2.1.3.3 Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor)

Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik


untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Mekanisme kerja : secara
langsung menghambat pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan
meningkatkan jumlah bradikinin. Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang,
berkurangnya natrium dan retensi air, dan meningkatkan vasodilatasi (melalui
bradikinin).20 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Kaptopril, Enalapril,
Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril.
2.1.3.4 Penghambat Reseptor Angiotensin
Mekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1).
Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali
tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin. 20 Contoh antihipertensi dari
golongan ini adalah Losartan, Valsartan, Candesartan, Irbesartan, Telmisartan,
Eprosartan, Zolosartan.
2.1.3.5 Antagonis Kalsium
Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot
polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium
terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi.
Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi,
terutama bila menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan
Diltiazem dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik
negatif langsung pada jantung. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah
Amlodipine, Diltiazem, Verapamil, Nifedipine.
2.1.4 Efek Samping
Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa -Blocker
dapat menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan
kehilangan sensasi pada lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACEinhibitor dan
penghambat reseptor angiotensin II pernah diimpliksikan bahwa keduanya
menyebabkan angioedema pada rongga mulut pada sekelompok 1% dari pasien
yang mengonsumsinya. Meskipun oedema pada lidah, uvula, dan palatum lunak
yang paling sering terjadi, tetapi oedema larynx adalah yang paling serius karena
berpotensi menghambat jalan nafas.
Efek samping obat obatan antihipertensi pada rongga mulut adalah xerostomia,
reaksi likenoid, pertumbuhan gingiva yang berlebih, pendarahan yang parah,
penyembuhan luka yang tertunda.Sedangkan efek samping yang sistemik yang
paling sering dilaporkan adalah konstipasi, batuk, pusing, mengantuk, letih,
frekuensi berkemih yang meningkat, berkuranya konsentrasi, disfungsi seksual
dan rasa tidak enak pada perut.

Tabel Interaksi Obat

No

Obat A

Mekanisme
Kerja Obat
A

Thiazide
diuretics

Diuretik
Hidroklortia
zid

Penghamba
t
Adrenergik

blockers

blockers

Adrenol
itik Sentral

Alpha
blockers

Alpha
blockers

Meningkatk
an ekskresi
Na, Cl, dan
air melalui
penghambat
an transport
ion Na
melalui
epitel tubuli
ginjal.

Menghamba
t reseptor
A1 sehingga
menyebabka
n
vasodilatasi
arteriol dan
venula
sehingga
menurunkan
resistensi
perifer

Obat B

Mekanisme
Kerja Obat B

Interaksi Obat

Obat
Antihiperte
nsi dan
diuretik

Sesuai dengan
mekanisme
antihipertensi
dan diuretik

Menimbulkan efek aditif (efek


samping hipotensi ortostatik).

Trimethoprim
(TMP)
memblok
produksi asam
tetrahydrofolic
dengan
menghambat
enzim
reduktase
dihydrofolate.

Kadar natrium yang sangat


rendah terlihat pada beberapa
pasienyang
menggunakanhidroklorotiazid
dengan amiloride atau
triamterene
saat pasien diberitrimetoprim
atau
kotrimoksazol.Trimethoprim d
apat menyebabkan
hiperkalemia dan
inimenyebabkan aditif
dengan diuretik hemat
kalium, termasuk antagonis
aldosteron.

Trimetopri
m

ACEinhibitors

Beta
Blockers

Menghambat
enzim
Angiotensin
Converting
Enzyme
(ACE)
sehingga
pembentukan
Angiotensin II
yang
diindikasikan
sebagai
vasokonstrikto
r kuat
terhambat
Menghalangi
norepinephrin
dan epinephrin
(adrenalin)
dari
pengikatan
pada reseptorreseptor beta

Peningkatan efek hipotensif


oleh ACEis. Sinergis :
Enalapril (ACEis) +
Bunazosin. Potensiasi :
Alfuzosin, Prazosin, dan
terazosin + ACEis

Peningkatan efek hipotensif


(pada umumnya potensiasi
karena terdapat beberapa kasus
dimana pasien pingsan karena
penggunaan kombinasi ini)

pada sarafsaraf

Calciumchannel
blockers;
Diltiazem

Beta Bloker

Beta Bloker

Klonidin

Menghalang
i
norepinephr
in dan
epinephrin
(adrenalin)
dari
pengikatan
pada
reseptorreseptor
beta pada
saraf-saraf.

Bekerja
pada
reseptor A2
di SSP
dengan efek
penurunan
simpathetic
outflow

Fenitoin

ACEinhibitor

Mendepresi
fungsi nodus
SA dan AV,
juga
vasodilatasi
arteri dan
arteriol
koroner serta
perifer
Bekerja di
korteks motor
dalam
menghambat
penyebaran
aktivitas
kejang.
Mungkin
bekerja dengan
mempromosik
an pengeluaran
natrium dari
neuron,
sehingga
menstabilkan
ambang
terhadap
hyperexcitabili
ty. Juga
menurunkan
post-tetanic
potentiation di
synapse.
Menghambat
enzim
Angiotensin
Converting
Enzyme
(ACE)
sehingga
pembentukan
Angiotensin II

Efek bradikardia dari beta


blockers dapat aditif dengan
keterlambatan dalam konduksi
melalui node atrioventrikular
(AV node) disebabkan oleh
diltiazem. Hal ini
menguntungkan karena
meningkatkan efek antianginal
pada kebanyakan pasien, tetapi
beberapa efek ini dapat
memperburuk kelainan
jantung.

Adisi efek depresan jantung

Potensiasi efek hipotensif


apabila kombinasi ini
digunakan

Antipsikoti
k;
Haloperido
l

Klonidin

Vasodilator

Diazoksid

Hidralazin

membuka
kanal
kalium
sensitif ATP
(ATPdependent
pottasium
channel)
dengan
akibat
terjadinya
effluks
kalium dan
hiperpolaris
asi
membran
yang diikuti
oleh
relaksasi
otot polos
pembuluh
darah dan
vasodilatasi
merelaksasi
secara
langsung
otot polos
arteriol

Hidralazin

Beta
Blocker

yang
diindikasikan
sebagai
vasokonstrikto
r kuat
terhambat
memblok
reseptor D2 di
mesolimbik,
mesokortikal,
nigostriatal
dan
tuberoinfundib
ular

merelaksasi
secara
langsung otot
polos arteriol

Menghalangi
norepinephrin
dan epinephrin
(adrenalin)
dari
pengikatan
pada reseptorreseptor beta
pada saraf-

Efek samping hipotensi dari


penggunaan antipsikotik dapat
menghasilkan adisi efek
hipotensif dengan
kombinasinya bersama
klonidin

Bersifat adiksi dan dapat


menyebabkan hipotensi akut
pada beberapa kasus.

Terjadinya peningkatan level


plasma dari beta bloker
(bersifat adiksi)

Kaptopril
ACEinhibitor
dan ARB

Lisinopril

Menghamba
t enzim
Angiotensin
Converting
Enzyme
(ACE)
sehingga
pembentuka
n
Angiotensin
II yang
diindikasika
n sebagai
vasokonstri
ktor kuat
terhambat

felodipine

Antagonis
Kalsium
CaChannel
blockers

Mendepresi
fungsi
nodus SA
dan AV, juga
vasodilatasi
arteri dan
arteriol
koroner
serta perifer

Tiazida

saraf
Meningkatkan
ekskresi Na,
Cl, dan air
melalui
penghambatan
transport ion
Na melalui
epitel tubuli
ginjal.

Efek antihipertensif yang aditif

Menurunkan
tekanan darah

efek antihipertensif yang aditif


bahkan mampun menyebabkan
pasien kehilangan kesadaran.

alcohol

Kemungkinan Hipotensi
postural meningkat dengan
meningkatnya efek
antihipertensif. Efek
antihipertensif biasanya
bersifat aditif

Alpha
blocker

Menghambat
reseptor A1
sehingga
menyebabkan
vasodilatasi
arteriol dan
venula
sehingga
menurunkan
resistensi
perifer

Menurunkan tekanan darah


secara aditif

Garlic
capsule

KLASIFIKASI TEKANAN DARAH


Hipertensi merupakan pengukuran tekanan darah di atas skala normal (120/80 mmHg).
Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi dalam tiga klasifikasi yakni normal, pre-hipertensi,
hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (tabel 1). Klasifikasi ini berdasarkan pada nilai rata-rata
dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang baik, yang pemeriksaannya dilakukan pada
posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat.
Tabel 1. Klasifikasi Dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi Pada Orang Dewasa*
Klasifikasi
Tekanan
Darah

TDS*
mmHg

TDD* Modifikasi
mmHg Gaya Hidup

Obat Awal
Tanpa
Indikasi

Dengan Indikasi

Normal
PreHipertensi
Hipertensi
Stage 1

< 120
120-139

< 80
80-89

Anjuran
Ya

140-159

90-99

Ya

Hipertensi
Stage 2

>160

>100

Ya

Tidak Perlu
menggunakan obat
antihipertensi
Untuk semua kasus
gunakan diuretik
jenis thiazide,
pertimbangkan
ACEi, ARB, BB,
CCB, atau
kombinasikan
Gunakan kombinasi
2 obat (biasanya
diuretik jenis
thiazide dan
ACEi/ARB/BB/CCB

Gunakan obat yang


spesifik dengan
indikasi (resiko).
Gunakan obat yang
spesifik dengan
indikasi
(resiko).Kemudian
tambahkan obat
antihipertensi
(diretik, ACEi,
ARB, BB, CCB)
seperti yang
dibutuhkan

Keterangan:
Darah Sistolik; TDD, Tekanan Darah Diastolik
Kepanjangan Obat: ACEi, Angiotensin Converting Enzim Inhibitor; ARB, Angiotensin Reseptor Bloker; BB, Beta
Bloker; CCB, Calcium Chanel Bloker
* Pengobatan berdasarkan pada kategori hipertensi
Penggunaan obat kombinasi sebagai terapi awal harus digunakan secara hati-hati oleh karena hipotensi ortostatik.
Penanganan pasien hipertensi dengan gagal ginjal atau diabetes harus mencapai nilai target tekanan darah sebesar
<130/80 mmHg.

3. Mekanismekerja,
farmakodinamikdanfarmakokinetik
omeprazoleDavinBibiSaveroSelly
4. Mekanismekerja, farmakodinamikdanfarmakokinetik HCT AtikahAuliaJojop
Sandra
5. Mekanismekerja,
farmakodinamikdanfarmakokinetikmetoprololMei
Dian
SiscaNining
Mekanisme kerja metoprolol
Metoprolol merupakan obat beta blocker (selektif -1) kerjanya dengan cara
memblok katekolamin sehingga tidak berikatan dengan reseptornya yaitu reseptor
1, sehingga adelinat siklase tidak aktif sehingga cAMP tidak terbentuk dan
menghasilkan efek relaksasi otot jantung.
Farmakodinamik Metaprolol
-bloker menghambat secara kompetitif efek obat adrenergik, baik norepineprin
dan epineprin endogen maupun obat adrenergik eksogen, pada adrenoresetor .
Potensi hambatan dilihat dari kemampuan obat ini dalam menghambat takikardia
yang ditimbulkan oleh isoproterenol atau exercise.
e. Efek pada Sistem Kardiovaskular
Obat menghambat beta yang diberikan jangka-panjang akan menurunkan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi. Obat penghambat 1 dan nonselektif menekan pengeluaran renin yang disebabkan oleh susunan saraf
simpatis.

f. Efek pada saluran napas


Antagonis 1 misalnya metoprololmemiliki keunggulan dibandingkan dengan
non-selektif ketika diinginkan blokade reseptor 1 di jantung tanpa blokade
2. Obat ini dihindari untuk orang dengan asma. Di pihak lain pasuen PPOK
dapat mentoleransi obat-obat jenis ini.
g. Efek pada mata
Mengurangi tekanan intraokuler khususnya pada glaukoma.
Farmakokinetik metaprolol
Beta bloker yang mudah larut lemak (metoprolol), diabsorbsi dengan baik
(>90%)dari saluran cerna, tetapi biovailabilitasnya rendah (tidak lebih dari 50%)
karena mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif di hati. Eliminasi
melalui metabolisme di hatu sangat ekstensif sehingga obat utuh yang dieksresi
melalui ginjal sangat sedikit (<10%). Kelompok ini mempunyai waktu paruh
eliminasi yang pendek, yakni berkisar antara 3-8 jam, kecuali karvedilol dapat
mencapai 10 jam.
Distribusi ke dalam SSP sejajar dengan kelarutannya dalam lemak, metoprolol
termasuk yayng mudah masuk ke dalam otak.metoprolol dimetabolisme terutama
oleh CYP2D6 yang mengalami polimorfisme genetik. Karena itu waktu paruh
eliminasinya berkisar 3-4 jam pada extensive metabolizer sampai 7-8 jam untuk
poor metabolizer. Resiko efek samping meningkat pada poor metabolizer.
6. Mekanismekerja,
farmakodinamikdanfarmakokinetikenalaprilDavinBibiSaveroSelly
7. Mekanismekerja,
farmakodinamikdanfarmakokinetik
acetaminophenAtikahAuliaJojop Sandra
8. Anatomidanfisiologi nervous system tubuhterhadapobatMei Dian SiscaNining
Sistem otonom ini dibagi menjadi sistem simpatis dan parasimpatis secara
anatomi, fungsional, dan alasan farmakologis yang luas.
Secara anatomis, sistem saraf simpatik memiliki motor cell station di substansia
gresia lateral torakalis dan dua segmen teratas lumbal dari sumsum tulang
belakang. Sistem parasimpatis berjalan sepanjang saraf kranial III, VII, IX dan X,
dan sakral outflow, dengan cell station di segmen kedua, ketiga kadang-kadang
segmen keempat sakral.
Menurut fungsinya, sistem saraf simpatis berhubungan erat dengan reaksi stress
tubuh. ketika saraf ini dirangsang, terjadi pupil dilatasi, konstriksi pembuluh
darah perifer, penigkatan pemakaian oksigen dan denyut jantung, dilatasi bronkus,
menurunkan aktivitas viseral dengan menghambat peristaltik dan peningkatan
kekuatan sfingter, proses glikogenolisis dihati, menstimulasi medula supradrenal
dan berkeringat dan piloereksi. saraf simpatik pelvis menghambat kontraksi
vesika urinaria .
Aliran darah koroner meningkat, sebagian disebabkan oleh efek langsung simpatis
dan sebagian disebabkan oleh faktor tidak langsung yang termasuk kontraksi
jantung yang kuat, menurunnya sistole, diastole relatif meningkat dan
peningkatan konsentrasi metabolit vasodilator.

Sistem saraf simpatis berefek antagonis terhadap sistem simpatis.


perangsangannya menyebabkan konstirksi pupil, penurunan frekwensi, hantaran
dan respon rangsangan otot jantung, peningkatan peristaltik usus dengan relaksasi
spingter . tambahan pada sistem parasimpatis pelvis menghambat spingter internal
vesika urinaria.
sistem saraf simpatis mempunyai efek yang luas, menstimulasi banyak organ yang
menimbulkan respon yang bervariasi. berbanding terbalik dengan aktivitas
parasimpatis yang biasanya tidak menyeluruh dan terlokalisir. perbedaan ini dapat
dijelaskan, setidaknya sebagian, oleh perbedaan secara anatomi yang telah
diterngkan sebelumnya.
ssistem saraf perifer dapat bekerja secara sinergis contohnya reflek penurunan
detak jantung sebagian disebabkan oleh rangsangan vagal dan sebagian karena
penurunan rangsangan simpatis. beberapa organ mendapat inervasi otonom hanya
dari satu sistem contohnya medulla supradrenal dan arteriol kutan hanya oleh
saraf simpatis, sedangkan sekresi lambung neorogenik seluruhnya dikontrol oleh
sistem para simpatis melalui saraf vagus

perbandingan efek stimulasi simpatis dan parasimpatis

Mata
Kelenjar air mata
Jantung
Paru
Kulit
Kelenjar saliva
GIT
Asam lambung
Pancreas
Hati
Suprarenal
Vesika urinaria
Uterus

Simpatis
Dilatasi pupil
Vasokontriktor
Peningkatan frekwensi
Hantaran
Eksitabilitas
Dilatasi bronkus
Vasokontriksi, pilo ereksi,
sekretomotor kelenjar keringat
Vasokonstriktor
Menghambat peristaltic

Glikogenolisis
Sekretomotor
Menghambat detrusor,
stimulasi sfingter
Kontraksi uterus,
vasokonstriksi

Parasimpatis
Konstriksi pupil
Sekretomotor
Menurunkan
Kontriksi, sekretomotor
mukus

Sekretomotor
Menigkatkan peristaltic,
sfingter relax
Sekretomotor
Sekretomotor

Stimulasi detrusor,
menghambat sfingter
vasodilatasi

Secara farmakologi, terminal postganglion simpatis melepaskan adrenalin dan

noradrenalin, dengan satu pengecualian pada terminal di kelenjar keringat, secara


umum semua terminal postganglion parasimpatis melepaskan asetilkolin
Beberapa contoh obat yang bekerja pada sistem saraf otonom
Simpatomimetik
:
1. Amfetamin
Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metil-Fenetilamin atau beta-fenilisopropilamin, atau benzedrin, adalah obat golongan stimulansia (hanya dapat
diperoleh dengan resep dokter) yang biasanya digunakan hanya untuk mengobati
gangguan hiperaktif karena kurang perhatian atau Attention deficit hyperactivity
disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak. Juga digunakan untuk
mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada
siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan kronis
2. Efedrin
Efedrina (En: Ephedrine; EPH) adalah simpatomimetic amine yang umumnya
dipakai sebagai stimulan, penekan nafsu makan, obat pembantu berkonsentrasi,
pereda hidung tersumbat dan untuk merawat hypotensi yang berhubungan dengan
anaesthesia. Efedrina mempunyai struktur yang sama dengan turunan sintetis
amphetamine dan methamphetamine. Secara kimia, senyawa ini adalah alkaloid
yang diturunkan dari berbagai tumbuhan bergenus Ephedra (keluarga
Ephedraceae).
Bahan
ini
secara
umum
dipasarkan
dalam
bentuk hidroclorida dan sulfat
Simpatolitik
1. Propanolol
Propranolol adalah non-selektif beta blocker terutama digunakan dalam
pengobatan hipertensi . Merupakan blocker beta pertama yang berhasil
dikembangkan. Propranolol tersedia dalam bentuk generik sebagai propranolol
hidroklorida.
Parasimpatomimetik
1. Neostigmin
Neostigmin merupakan antikolinesterase yang digunakan untuk relaksasi otot
sampai relaksasi otot non depolarisasi (anastesi). Anti kolinesterase melawan efek
obat pelemas otot non depolarisasi (kompetitif) seperti pankuronium, tetapi
antikolinesterase memperlama kerja pelemas otot depolarisasi suksometonium.
Neostigmin lama kerjanya lebih lama daripada endrofonium. Neostigmin adalah
obat spesifik untuk melawan blokade non depolarisasi (kompetitif). Neostigmin
bereaksi dalam 1 menit pada injeksi IV dan bertahan selama 20 -30 menit,
mungkin diperlukan dosis kedua. Neostigmin juga dikombinasikan dengan
atropin untuk mencegah bradikardia dan saliva berlebihan. Miastenia gavis adalah
sindroma yang ditandai dengan lemah otot yang berat sehingga menyerupai
kelumpuhan otot progresif tanpa gangguan perasaan atau atropi yang dapat
menyerang setiap otot, terutama otot kelopak mata, otot tengkuk, otot kunyah,
otot pipi dan otot anggota badan. Digunakan untuk mengobati Miastenia gravis
ketika obat oral tidak memungkinkan. Distensi sesudah operasi dan retensi urin

sesudah penyumbatan mekanik. Memperbaiki efek blok neuromuskulus non


depolarisasi sesudah operasi
Parasimpatolitik
1. Atropin
Atropin adalah senyawa alam terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin
adalah antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L,
Datura stramonium L dan tanaman lain keluarga Solanaceae. Meringankan gejala
gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos
(antispasmodic); mydriasis dan cyclopedia pada mata; premedikasi untuk
mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan
anestesia inhalasi; mengembalikan bradikardi yang berlebihan; bersama dengan
neostigmin
untuk
mengembalikan
penghambatan
non-depolarising
neuromuscular, antidote untuk keracunan organophosphor ; cardiopulmonary
resucitation.
2. Trihexyphenidil
Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat
daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson.
Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan
eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis
rendah dan mendepresi pada dosis toksik.

9. Hubunganhipertensidan antihypertensive agent dengan COPD, peptic ulcer dan


low back painDavinBibiSaveroSelly

Sumber :
Katzung, G Bertram, Farmakologi dasar dan klinik vol. 1 edisi 12, 2014,EGC.
Syarif, Amir. Estuningtyas, Ari. Setiawati, Arini. DKK. Farmakologi dan terapi edisi 5.2012.Jakarta. Badan Penerbit FKUI
Anistya. 2010.Anatomi,Fisiologi dan Farmakologi Sistem Saraf Otonom http://easthomas.blogspot.com/2010/10/sistem-otonom-inidibagi-menjadi-sistem.html#ixzz3HYibSRFS di akses pada 29 Oktober 2014

Musthofa, Kharis. 2011.https://id.scribd.com/doc/227365988/Metoprolol-MerupakanGolongan-Obat-Beta-Blocker diakses pada 29 Oktober 2014


Riswanto.2010.http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/kreatinin-darahserum.html diakses pada 29 Oktober 2014
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=interaksi+obat+hipertensi+dengan+obat+lain&source=web&cd=5
&cad=rja&uact=8&ved=0CDkQFjAE&url=http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/articl
e/download/1207/1112&ei=NehQVML5D9Dz8gXl2YDACg&usg=AFQjCNFUJqWPWV87
SaFAkWJaiTd6covomQ&sig2=3cRT_ptcbcr7H4dqrzxyJA&bvm=bv.78597519,d.dGc

You might also like