You are on page 1of 10

HUBUNGAN ANTARA KEPEMILIKAN JAMBAN

DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA KARANGAGUNG


KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN
Latrine Ownership and Incidence of Diarrhea at Karangagung, Palang, Tuban
Dya Candra MS Putranti dan Lilis Sulistyorini
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
lilissulistyorini@gmail.com
Abstract: Based on data 2008 from the Public Health office Tuban regency, Palang Public Health Center has a most
number higher incidence of diarrhea of 1.956 people from the total population 42.876 people (4.56%). The highest
number diarrhea outbreak village in the area of Palang Clinic workplace is Karangagung village with 543 inhabitants from
the population of 8.545 people (6.36%). This study aims to analyze assosiation the diarrhea occurrence and toilet. This
research was conducted with a cross-sectional design. Observation and uisioner charging on 100 respondents. The
sampling method was used simple random sampling in systematic random. The free variables are latrine ownership and
utilization, the occurrence variable was bound diarrhea and the moderator variables include food sanitation, clean water,
drinking water, waste handling, fly control, and personal hygiene, and also education, work and knowledge. Interpret
data using interpretation table and chi-square test to prove the truth hypothetical. From the results of the chi-square test
of the relationship with the occurrence and diarrhea toilet in the Karangagung village, Palang district, Tuban regency
generate significant with p = 0.004 while the use is 5% or 0.05. So 0.05 > 0.004 mean H0 rejected. The conclusion
there was relationship between toilet ownership with diarrhea outbreak in the Karangagung village, Palang district, Tuban
regency. Therefore the participation of the community on toilet ownership needs to be improved through counseling
activities and for those who have is provided counseling so their toilet has used well.
Keywords: Toilet ownership, diarrhea incidence
Abstrak: Berdasarkan data tahun 2008 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban Puskesmas Palang memiliki angka
kejadian diare paling tinggi sebesar 1.956 jiwa dari jumlah penduduk sebesar 42.876 jiwa (4,56%). Desa paling tinggi
angka kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Palang adalah Desa Karangagung sebesar 543 jiwa dari jumlah
penduduk 8.545 jiwa (6,36%). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kepemilikan jamban dengan
kejadian diare. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan cross sectional. Observasi dan pengisian kuesioner
pada 100 responden. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan acak sistematis. Variabel bebas terdiri dari
kepemilikan jamban dan pemanfaatan, variabel terikat adalah kejadian diare serta variabel moderator meliputi sanitasi
makanan, penyediaan air bersih, penyediaan air minum, penanganan sampah, pengendalian lalat, dan personal
hygiene, serta pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan. Dalam penyajian data menggunakan interprestasi tabel dan uji
chi-square untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Dari hasil uji chi-square terhadap hubungan kepemilikan jamban
dengan kejadian diare di Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban menghasilkan signifikan dengan
p = 0,004 sedangkan yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Jadi 0,05 > 0,004 berarti H0 ditolak. Kesimpulannya
adalah adanya hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare di Desa Karangagung Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban. Oleh sebab itu partisipasi masyarakat terhadap kepemilikan jamban perlu ditingkatkan melalui
kegiatan penyuluhan dan bagi yang memiliki jamban diberikan penyuluhan agar jamban yang dimilikinya dimanfaatkan
dengan baik.
Kata kunci: Kepemilikan jamban, insiden diare

PENDAHULUAN

faktor lingkungan fisik yang sangat berpengaruh


terhadap kesehatan manusia adalah rumah,
oleh karena itu maka rumah harus memenuhi
persyaratan pokok sebagai rumah sehat.
Di antara syarat rumah sehat adalah harus
memenuhi sarana kesehatan lingkungan yaitu
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran,
pembuangan air limbah, dan pembuangan
sampah. Pembuangan kotoran dalam hal ini

Derajat kemasyarakatan menurut Blum


(1974), dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,
dan keturunan. Dari 4 faktor tersebut faktor
lingkungan memegang peranan paling besar.
Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor fisik,
kimia, biologi, dan sosial. Salah satu unsur

54

55

D C M S Putranti dan L Sulistyorini, Kepemilikan Jamban dan Kejadian Diare

pembuangan tinja atau ekskreta manusia


merupakan bagian yang penting dari sanitasi
lingkungan. Pembuangan tinja manusia yang
terinfeksi yang dilaksanakan secara tidak
layak tanpa memenuhi syarat sanitasi dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan
sumber penyediaan air bersih. Di samping itu
juga akan memberi kesempatan bagi lalat dari
spesies tertentu untuk bertelur, bersarang, makan
bagian tersebut serta membawa infeksi, menarik
hewan ternak, tikus serta serangga lain yang
dapat menyebabkan tinja dan kadang-kadang
menimbulkan bau yang tidak enak.
Tujuan dilakukan penanganan pembuangan
tinja yang memenuhi persyaratan sanitasi
adalah untuk merangsang serta mengisolir tinja
sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya hubungan langsung maupun tidak
langsung antara tinja dengan manusia dan
dapat dicegah terjadinya penularan Faecal
Borne Diseases dari penderita kepada orang
sehat maupun pencemaran lingkungan pada
umumnya.
Prosedur pembuangan tinja yang dapat
dilakukan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang ada di masyarakat, baik
faktor nonteknis yang berupa sosial ekonomi dan
budaya serta sosial masyarakat maupun faktor
teknis yang berupa tersedianya bahan dan tenaga
terampil yang tersedia di masyarakat.
Menjangkitnya muntaber bukan saja karena
Vibrio cholera tetapi juga karena kebiasaan
masyarakat yang menggunakan sungai, laut,
tanah, lahan kosong sebagai tempat segala
aktivitas pembuangan akhir bahan pencemar
(Waste disposal) baik faeces dan urine (Excreta),
air limbah (Sewage) maupun sampah (Refuse).
Oleh karena itu program penanggulangan
masalah kesehatan harus mencakup aspek
edukatif yang menangani perilaku dan aspek
medis teknis yang memerlukan penanganan
epidemiolog.
Berdasarkan data tahun 2008 dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Tuban angka kejadian
diare dari 33 Puskesmas di Kabupaten Tuban
yang menunjukkan angka kejadian yang paling
tinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Palang
Kecamatan Palang sebesar 1.956 jiwa dari jumlah
penduduk sebesar 42.876 jiwa (4,56%). Di Wilayah
Kerja Puskesmas Palang terdapat 10 Desa angka
kejadian diare Desa Karangagung menduduki
peringkat 2 dari 10 Desa. Berdasarkan data
tahun 2008 dari Dinas Kesehatan Tuban mulai

bulan Januari sampai bulan November tahun


2008 angka kesakitan diare di Desa Karangagung
sebesar 543 jiwa dari jumlah penduduk sebesar
8.545 jiwa (6,36%). Berdasarkan data tahun 2008
dari Puskesmas Palang jumlah jamban keluarga
yang ada di Desa Karangagung sebanyak
525 rumah dari 2.457 rumah, serta jumlah rumah
sehat sebanyak 554 rumah dari 2.457 rumah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian observasional
analitik yang dilakukan dengan secara cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh rumah di Desa Karangagung, Kecamatan
Palang, Kabupaten Tuban yaitu sebesar 2.457
rumah. Besar sampel dalam penelitian ini
adalah 100 rumah dengan penetapan sampel
secara acak sistematis. Lokasi penelitian
di Desa Karangagung yang merupakan
wilayah kerja Puskesmas Palang, Kecamatan
Palang, Kabupaten Tuban. Pengambilan data
dilaksanakan pada bulan Mei 2009. Analisis
data menggunakan uji statistik chi-square
untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang
digunakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian mengenai hubungan
kepemilikan jamban dengan kejadian diare di
Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten
Tuban diperoleh dua karakteristik responden yaitu
pendidikan dan pekerjaan.
Pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir responden yang
tidak tamat SD sebesar 4 (4%), responden yang
berpendidikan SD sebesar 45 (45%), responden
yang berpendidikan SMP sebesar 18 (18%), dan
Tabel 1.
Pendidikan terakhir responden di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Tahun 2009
Pendidikan terakhir
Tidak tamat SD

SD

45

45

SMP

18

18

SMA

25

25

100

100

Perguruan Tinggi
Jumlah

56

Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1 Juli 2013: 5463

yang berpendidikan SMA sebesar 25 (25%), serta


responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi
sebesar 8 (8%). Dari uraian diatas menunjukkan
bahwa di Desa Karangagung Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban kebanyakan mengenyam
pendidikan sampai tingkat SD.
Pekerjaan
Dari 100 responden yang memiliki pekerjaan
sebagai PNS sebesar 4 (4%), responden yang
memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebesar
24 (24%), responden yang memiliki pekerjaan
sebagai nelayan sebesar 46 (46%), dan sebagai
karyawan sebesar 25 (25%), serta responden
yang bekerja sebagai buruh sebesar 1 (1%).
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa di
Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten
Tuban kebanyakan bermata pencaharian sebagai
nelayan karena daerah tersebut merupakan
daerah pesisir pantai.
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah
sebagai pengetahuan responden tentang jamban
keluarga. Berdasarkan penelitian dari segi
kesehatan lingkungan menunjukkan bahwa setiap
rumah harus memiliki jamban agar tidak terjadi
penyebab atau penyebaran suatu penyakit serta
mengotori lingkungan permukiman.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
dari 100 responden yang memiliki jamban sebesar
Tabel 2.
Pekerjaan responden di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Tahun 2009
Pekerjaan
PNS

Wiraswasta

24

24

Nelayan

46

46

Karyawan

25

25

100

100

Buruh
Jumlah

Tabel 3.
Tingkat pengetahuan responden di Desa
Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban
Tahun 2009

35 responden dengan tingkat pengetahuan kriteria


baik sebesar 16 (4 5,71%), dengan kriteria cukup
sebesar 19 (54,29%). Sedangkan responden yang
tidak memiliki jamban sebesar 65 responden
dengan tingkat pendidikan kriteria baik sebesar
33(50,77%), dengan kriteria cukup sebesar
32 (49,23%).
Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban telah
memiliki pengetahuan yang baik tentang jamban
akan tetapi perilaku dalam pembuangan tinja di
jamban masih kurang.
Kepemilikan Jamban
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
kepemilikan jamban yang memiliki sebesar 35
(35%) responden dari 100 responden sedangkan
responden yang tidak memiliki jamban sebesar 65
(65%) responden dari 100 responden.
Hasil penelitian menunjukkan dari 100
responden dalam pengisian kuesioner yang
memiliki jamban sebanyak 35 responden (35%),
sedangkan yang tidak memiliki sebanyak
65 responden (65%). Dari hasil diatas Desa
Karangagung maka banyak rumah tidak
memenuhi syarat kesehatan karena rumah
yang sehat salah satu syaratnya adalah adanya
jamban sebagai tempat pembuangan tinja.
Menurut Joseph (1985), dengan jamban maka
tinja yang dikeluarkan oleh manusia tidak
menimbulkan bau, pandangan tidak sedap dan
mencegah kemungkinan timbulnya bahaya
terhadap kesehatan serta bahaya penyebaran dan
penularan penyakit yang ditimbulkan oleh tinja.
Pemanfaatan Jamban
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa
dari 100 responden yang memiliki jamban sebesar
35 responden, yang memanfaatkan sebesar
21(60%) dan yang jarang memanfaatkan sebesar
14 (40%). Sedangkan dari 100 responden yang
Tabel 4.
Jumlah dan persentase responden terhadap
kepemilikan jamban di Desa Karangagung Kecamatan
Palang Kabupaten Tuban Tahun 2009
Kepemilikan Jamban

Tingkat Pengetahuan

Memiliki

35

35

Baik

49

49

Tidak memiliki

Cukup

51

51

Jumlah

Jumlah

100

100

65

65

100

100

57

D C M S Putranti dan L Sulistyorini, Kepemilikan Jamban dan Kejadian Diare

Tabel 5.
Jumlah dan persentase responden terhadap
pemanfaatan jamban di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Tahun 2009
Pemanfaatan jamban

Memanfaatkan jamban

21

21

Jarang memanfaatkan

14

14

Tidak memanfaatkan

65

65

100

100

Jumlah

sembarangan menimbulkan penyakit yaitu salah


satunya diare. Menurut Sunoto (1986), penyebab
penyakit diare dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: a) Keadaan hygiene perorangan yang masih
kurang; b) Perilaku masyarakat (ketidaktahuan,
kepercayaan); c) Kondisi rumah; d) Keadaan
status sosial ekonomi; e) Besar keluarga;
f) Tingginya angka kejadian Kekurangan Energi
Protein serta penyakit infeksi.
Hubungan Kepemilikan Jamban dengan Diare

tidak memanfaatkan dikarenakan tidak memiliki


jamban sebesar 65 responden.
Dari hasil penelitian 100 responden yang
memiliki jamban sebanyak 35 responden,
dari responden yang memiliki jamban yang
memanfaatkan sebanyak 21 (60%), yang memiliki
tetapi jarang dimanfaatkan sebanyak 14 (40%).
Sedangkan dari 100 responden yang tidak
memanfaatkan karena tidak memiliki sebanyak
65 responden. Kebanyakan masyarakat yang
tidak memanfaatkan jamban adalah masyarakat
yang tidak memiliki jamban dan dari masyarakat
yang telah memiliki jamban sebagian belum
memanfaatkannya dengan baik itu dikarenakan
kesadaran masyarakat kurang tentang menjaga
lingkungan dan sulitnya masyarakat untuk
meninggalkan kebiasaan membuang hajat di
sembarang tempat.
Kejadian Diare
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
kejadian diare sebesar 55 (55%). Sedangkan
responden yang tidak sakit diare sebesar
45 (45%) responden.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
kejadian diare sebesar 55 responden. Sedangkan
responden yang tidak sakit diare sebesar
45 responden. Karena banyaknya masyarakat
yang belum memiliki jamban serta memanfaatkan
jamban dengan baik. Maka tinja yang dibuang

Tabel 6.
Jumlah dan persentase kejadian diare di Desa
Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban
Tahun 2009
Kejadian diare

Ya

55

55

Tidak

45

45

100

100

Jumlah

Dari Tabel 7 kepemilikan jamban tetapi sakit


diare sebesar 55 responden, pada responden
yang memiliki jamban tetapi sakit diare sebesar
12 (21,82%), sedangkan yang tidak memiliki
jamban tetapi sakit diare sebesar 43 (78,18%).
Kepemilikan jamban tetapi tidak sakit diare
sebesar 45 responden, yang memiliki jamban
tetapi tidak sakit diare sebesar 23 (51,11%),
sedangkan tidak memiliki jamban tetapi tidak sakit
diare sebesar 22 (48,89%). Dari hasil uji statistik
terhadap hubungan kepemilikan jamban dengan
kejadian diare di Desa Karangagung Kecamatan
Palang Kabupaten Tuban menghasilkan signifikan
dengan p = 0,004 sedangkan yang digunakan
adalah 5% atau 0,05. Jadi 0,05 > 0,004 berarti
H0 ditolak, sehingga kesimpulannya adalah ada
hubungan antara kepemilikan jamban dengan
kejadian diare di Desa Karangagung Kecamatan
Palang Kabupaten Tuban.
Kuman penyebab diare biasanya menyebar
melalui fecal-oral antara lain melalui makanan/
minuman yang tercemar tinja dan atau kontak
langsung dengan tinja penderita. Perilaku
buang air besar tidak pada tempatnya dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan terjadinya diare. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepemilikan jamban secara
optimal berhubungan terhadap terjadinya diare.

Tabel 7.
Hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian diare
di Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten
Tuban Tahun 2009
Kepemilikan
jamban

Kejadian diare
Diare

Tidak diare

Memiliki

12

21,82

23

51,11

Tidak memiliki

43

78,18

22

48,89

Jumlah

55

100

45

100

58

Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1 Juli 2013: 5463

Tempat pembuangan tinja juga merupakan


sarana sanitasi yang penting berkaitan dengan
kejadian diare selain sumber air minum. Tempat
pembuangan tinja yang tidak saniter akan
memperpendek rantai penularan penyakit diare.
Hasil penelitian menunjukkan secara statistik
terdapat hubungan yang bermakna antara
penggunaan jamban dengan kejadian diare.
Penggunaan jamban tidak memenuhi syarat akan
meningkatkan risiko terjadinya diare dibandingkan
dengan penggunaan jamban memenuhi syarat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Tjitra (1994), yang menyimpulkan bahwa anak
yang hidup dalam rumah tangga tanpa akses
jamban yang memenuhi syarat mempunyai risiko
terkena diare 1,54 kali lebih besar dibanding anak
dengan akses jamban yang memenuhi syarat
dan hasil pengkajian peran sumber air minum
dan kakus saniter dalam pemberantasan diare di
Indonesia oleh Atmosukarto yang menyimpulkan
bahwa tingkat penggunaan jamban mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan angka
kesakitan maupun angka kematian diare.
Penelitian dengan hasil serupa juga dilakukan
oleh Meddings dkk (2004), yang menunjukkan
bahwa program perbaikan jamban pada rumah
tangga merupakan faktor protektif untuk terjadinya
diare pada balita dan penelitian Daniel dkk
(1990), yang menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik antara
penggunaan jamban dengan kejadian diare pada
anak balita.
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman
khususnya pada pembuangan tinja merupakan
salah satu dari berbagai masalah kesehatan
yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan
sarana pembuangan tinja masyarakat terutama
dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena
menyangkut peran serta masyarakat yang

biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku,


tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian
khusus karena merupakan satu bahan buangan
yang banyak mendatangkan masalah dalam
bidang kesehatan dan sebagai media bibit
penyakit, seperti diare, typhus, muntaber,
disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan pada
sumber air dan bau busuk serta estetika.
Jamban keluarga adalah suatu bangunan
yang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga
yang lazim disebut kakus atau WC. Syarat jamban
yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan
adalah tidak mencemari sumber air minum,
tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh
serangga maupun tikus, air seni, air bersih dan
air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar
olehnya itu lantai sedikitnya berukuran 11
meter dan dibuat cukup landai, miring ke arah
lobang jongkok, mudah dibersihkan dan aman
penggunaannya, dilengkapi dengan dinding dan
penutup, cukup penerangan dan sirkulasi udara,
luas ruangan yang cukup dan tersedia air dan
alat pembersih. Tujuan program JAGA (jamban
keluarga) yaitu tidak membuang tinja di tempat
terbuka melainkan membangun jamban untuk diri
sendiri dan keluarga
Hubungan Pemanfaatan Jamban
dengan Diare
Dari Tabel 8 kejadian diare yang sakit diare
sebesar 55 responden, yang memiliki jamban
dimanfaatkan tetapi sakit diare sebesar 6 (10,91%),
yang memiliki jamban jarang dimanfaatkan
tetapi sakit diare sebesar 6 (10,91%), dan yang
tidak memanfaatkan sama sekali karena tidak
memiliki jamban tetapi sakit diare sebesar 43

Tabel 8.
Hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban
Tahun 2009
Kejadian diare
Pemanfaatan jamban

Diare

Tidak diare

Memanfaatkan

10,91

15

33,33

Jarang memanfaatkan

10,91

17,78

Tidak memanfaatkan

43

Jumlah

55

78,18
100

22
45

48,89
100

59

D C M S Putranti dan L Sulistyorini, Kepemilikan Jamban dan Kejadian Diare

(78,18%). Sedangkan kejadian diare yang tidak


sakit diare sebesar 45 responden, yang memiliki
jamban tidak dimanfaatkan tetapi tidak sakit diare
sebesar 15 (33,33%), memiliki jamban jarang
dimanfaatkan tetapi tidak sakit diare sebesar
8 (17,78%), dan yang tidak memiliki memanfaatkan
jamban sama sekali karena tidak memiliki jamban
tetapi tidak sakit diare sebesar 22 (48,89%).
Dari hasil uji statistik terhadap hubungan
pemanfaatan jamban dengan ke jadian diare di
Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten
Tuban menghasilkan signifikan dengan p = 0,007
sedangkan yang digunakan adalah 5% atau 0,05.
Jadi 0,05 > 0,007 berarti H0 ditolak, sehingga
kesimpulannya adalah ada hubungan antara
pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di
Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten
Tuban.
Perilaku buang air besar tidak pada
tempatnya dapat menyebabkan penyebaran
kuman enterik dan meningkatkan terjadinya diare.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
pemanfaatannya secara optimal berhubungan
terhadap terjadinya diare dan secara statistik
menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0,05). Di
samping memiliki jamban, pemanfaatan jamban
juga berhubungan dengan terjadinya diare karena
jika memiliki jamban tetapi tidak memanfaatkan
akan berpengaruh terhadap meningkatnya
kasus diare. Penelitian ini serupa dengan
penelitian Suwantoro di Boyolali pada tahun 2006
yang menyimpulkan bahwa ketersediaan dan
pemanfaatan jamban menunjukkan risiko yang
bermakna untuk terjadinya diare.
Tempat pembuangan tinja juga merupakan
sarana sanitasi yang penting berkaitan dengan
kejadian diare selain sumber air minum.
Tempat pembuangan tinja yang tidak saniter
akan memperpendek rantai penularan penyakit
diare. Hasil penelitian menunjukkan secara
statistik terdapat hubungan yang bermakna
ant ara penggunaan jamban dengan kejadian
diare. Penggunaan jamban tidak memenuhi
syarat akan meningkatkan risiko terjadinya
diare dibandingkan dengan penggunaan
jamban memenuhi syarat. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Tjitra (1994), yang
menyimpulkan bahwa anak yang hidup dalam
rumah tangga tanpa akses jamban yang
memenuhi syarat mempunyai risiko terkena diare
1,54 kali lebih besar dibanding anak dengan
akses jamban yang memenuhi syarat.

Pemanfaatan jamban keluarga sangat


dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan
kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA
(jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja di
tempat terbuka melainkan membangun jamban
untuk diri sendiri dan keluarga. Penggunaan
jamban yang baik adalah kotoran yang masuk
hendaknya disiram dengan air yang cukup,
hal ini selalu dikerjakan sehabis buang tinja
sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara
periodik mangkuk, leher angsa dan lantai jamban
digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan
pada jamban cemplung lubang harus selalu
ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar tidak
kemasukan benda-benda lain. Faktor yang harus
diperhatikan dalam menentukan jarak jamban dan
sumber air bersih adalah kondisi daerah, datar
atau miring, tinggi rendahnya permukaan air, arah
aliran air tanah, sifat, macam dan struktur tanah.
Pemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik
adalah lantai jamban hendaknya selalu bersih dan
tidak ada genangan air, membersihkan jamban
secara teratur sehingga ruang jamban selalu
dalam keadaan bersih, di dalam jamban tidak ada
kotoran terlihat, tidak ada serangga (kecoa, lalat)
dan tikus berkeliaran, tersedia alat pembersih dan
bila ada kerusakan segera diperbaiki.
Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Makanan
Dari Tabel 9 diketahui bahwa penyediaan
air bersih baik sebesar 49(49%), dan cukup
51(51%). Hasil penelitian di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban penyediaan
air bersih dalam kriteria baik sebesar 51 (51%),
kriteria cukup sebesar 49 (49%). Data tersebut
menunjukkan bahwa ketersediaan air bersih
yang digunakan untuk pembuangan tinja
dalam kategori baik, tetapi hal ini juga perlu
diperhatikan ketika musim kemarau ketersediaan
air juga berkurang. Maka pemerintah daerah
selalu memberikan ketersediaan air yang cukup
dengan cara membuatkan tandon air yang

Tabel 9
Jumlah dan persentase penyediaan air bersih
dengan kejadian diare di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Tahun 2009
Penyediaan air bersih

Baik
Cukup

51
49

51
49

Jumlah

100

100

60

Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1 Juli 2013: 5463

dapat digunakan sebagai cadangan air bersih


ketika musim kemarau yang sumbernya dapat
berasal dari menampung air hujan ketika musim
penghujan serta memasok air melalui mobil tangki
yang diambilkan dari daerah yang lebih tinggi dan
banyak sumber air bersihnya.
Dari Tabel 10 diketahui bahwa sanitasi
makanan baik sebesar 47 (47%), cukup
46 (46%), dan kurang sebesar 7 (7%). Dari Tabel
11 sanitasi makanan terhadap kejadian diare yang
terjadi sakit diare sebesar 55 responden dengan
sanitasi makanan baik sebesar 26 (47,27%),
sanitasi makanan cukup sebesar 26 (47,27%),
dan sanitasi makanan kurang sebesar 3(5,46%).
Sedangkan sanitasi makanan terhadap kejadian
diare yang tidak terjadi sakit diare sebesar 45
responden dengan sanitasi makanan baik sebesar
21 (46,67%), sanitasi makanan cukup sebesar
20 (44,44%), dan sanitasi makanan
kurang sebesar 4 (8,89%). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai Mann-Whitney
antara sanitasi makanan dengan adanya
kejadian diare adalah sebesar 0,819
(p > 0,05). Tidak ada hubungan antara sanitasi
makanan dengan kejadian diare.
Dari Tabel 12 diketahui bahwa penyediaan
air minum dengan kategori baik semua sebesar
100 (100%).
Tabel 10.
Jumlah dan persentase sanitasi makanan
dengan kejadian diare di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Tahun 2009
Kejadian Diare

Saitasi makanan

Baik

47

47

Cukup

46

46

Kurang

Jumlah

100

100

Tabel 11.
Sanitasi makanan dengan kejadian diare
di Desa Karangagung Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban Tahun 2009
Kejadian diare
Sanitasi makanan

diare

Tidak diare

Baik
Cukup
Kurang

26
26
3

47,27
47,27
5,46

21
20
4

46,67
44,44
8,89

Jumlah

55

100

45

100

Tabel 12.
Jumlah dan persentase penyediaan air minum
dengan kejadian diare di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Tahun 2009
Penyediaan air minum

Baik
Cukup
Kurang

100
0
0

100
0
0

Jumlah

100

100

Tabel 13.
Penyediaan air minum dengan kejadian diare
di Desa Karangagung Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban Tahun 2009
Kejadian diare
Penyediaan air minum

diare

Tidak diare

Baik

55

55

45

45

Jumlah

55

55

45

45

Tabel 14.
Jumlah dan persentase penanganan sampah
dengan kejadian diare di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Tahun 2009
n

Baik
Cukup
Kurang

Penanganan sampah

46
42
12

46
42
12

Jumlah

100

100

Dari Tabel 13 penyediaan air minum terhadap


kejadian diare pada responden menunjukkan
penyediaan air minum baik semua dengan
responden yang terjadi sakit diare sebesar
55 (55%) sedangkan responden yang tidak terjadi
sakit diare sebesar 45 (45%).
Penanganan Sampah dan Pengendalian Lalat
Dari Tabel 14 diketahui bahwa penanganan
sampah baik sebesar 46 (46%), cukup 42 (42%),
dan kurang sebesar 12 (12%). Dari Tabel 15
penanganan sampah terhadap kejadian diare
yang terjadi sakit diare sebesar 55 responden
dengan penanganan sampah baik sebesar 24
(43,64%), penanganan sampah cukup sebesar
25 (45,45%), dan penanganan sampah kurang
sebesar 6 (10,91%). Sedangkan penanganan
sampah terhadap kejadian diare yang tidak
terjadi sakit diare sebesar 45 responden dengan
penanganan sampah baik sebesar 22 (48,89%),
penanganan sampah cukup sebesar 17 (37,78%),

61

D C M S Putranti dan L Sulistyorini, Kepemilikan Jamban dan Kejadian Diare

Tabel 15.
Penanganan sampah dengan kejadian diare
di Desa Karangagung Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban Tahun 2009
Penanganan
sampah

Kejadian diare
diare

Tidak diare

Baik
Cukup
Kurang

24
25
6

43,64
45,45
10,91

22
17
6

48,89
37,78
13,33

Jumlah

55

100

45

100

Tabel 16.
Jumlah dan persentase pengendalian lalat
dengan kejadian diare di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Tahun 2009
Pengendalian lalat

Baik
Cukup
Kurang

27
47
26

27
47
26

Jumlah

100

100

Tabel 17.
Pengendalian lalat dengan kejadian diare
di Desa Karangagung Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban Tahun 2009

diare sebesar 45 responden dengan pengendalian


lalat baik sebesar 14 (31,11%), pengendalian lalat
cukup sebesar 17 (37,78%), dan pengendalian
lalat kurang sebesar 14 (31,11%). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai chi-square antara
pengendalian lalat dengan adanya kejadian
diare adalah sebesar 0,245 (P > 0,05). Tidak ada
hubungan antara penyediaan air bersih dengan
kejadian diare.
Higiene Perorangan
Dari Tabel 18 diketahui bahwa higiene
perorangan baik sebesar 48 (48%), cukup
35 (35%), dan kurang sebesar 17 (17%). Dari
Tabel 19 higiene perorangan terhadap kejadian
diare yang terjadi sakit diare sebesar 55
responden dengan personal hygiene baik sebesar
26 (47,27%), higiene perorangan cukup sebesar
19 (34,55%), dan higiene perorangan kurang
sebesar 10 (18,18%). Sedangkan higiene
perorangan terhadap kejadian diare yang
tidak terjadi sakit diare sebesar 45 responden
dengan higiene perorangan baik sebesar
22 (48,89%), higiene cukup sebesar 16 (35,56%),
dan personal higiene kurang sebesar 7 (15,55%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
chi-square antara higiene perorangan dengan

Kejadian diare
Pengendalian lalat

diare

Tidak diare

Baik
Cukup
Kurang

13
30
12

23,63
54,55
21,82

14
17
14

31,11
37,78
31,11

Jumlah

55

100

45

100

Tabel 18.
Jumlah dan persentase higiene perorangan
dengan kejadian diare di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Tahun 2009
Personal hygiene

dan penanganan sampah kurang sebesar


6 (13,33%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai chi-square antara penanganan sampah
dengan adanya kejadian diare adalah sebesar
0,735 (p > 0,05). Tidak ada hubungan antara
penanganan sampah dengan kejadian diare.
Dari Tabel 16 diketahui bahwa pengendalian
lalat baik sebesar 27 (27%), cukup 47 (47%),
dan kurang sebesar 26 (26%). Dari Tabel 17
pengendalian lalat terhadap kejadian diare
yang terjadi sakit diare sebesar 55 responden
dengan pengendalian lalat baik sebesar
13 (23,63%), pengendalian lalat cukup sebesar
30 (54,55%), dan pengendalian lalat kurang sebesar
12 (21,82%). Sedangkan pengendalian lalat
terhadap kejadian diare yang tidak terjadi sakit

Baik
Cukup
Kurang

48
35
17

48
35
17

Jumlah

100

100

Tabel 19.
Higiene perorangan dengan kejadian diare
di Desa Karangagung Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban Tahun 2009
Kejadian diare
Personal hygiene

diare

Tidak diare

Baik
Cukup
Kurang

26
19
10

47,27
34,55
18,18

22
16
7

48,89
35,56
15,55

Jumlah

55

100

45

100

62

Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1 Juli 2013: 5463

adanya kejadian diare adalah sebesar 0,941 (p >


0,05). Tidak ada hubungan antara penyediaan air
bersih dengan kejadian diare.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kepemilikan jamban di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban masih
kurang.
Untuk pemanfaatan jamban di Desa
Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten
Tuban bagi yang telah memiliki sudah dapat
dikatakan baik akan tetapi masih ada yang belum
memanfaatkan. Dan yang belum memiliki secara
langsung mereka belum memanfaatkan jamban
untuk keperluan membuang tinja.
Angka kejadian diare di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban masih
dikategorikan tinggi karena dari 100 responden
61 responden pernah mengalami penyakit diare
ini terjadi karena kurangnya kepemilikan serta
pemanfaatan jamban.
Karakteristik responden dilihat dari tingkat
pendidikannya masyarakat di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban kebanyakan
hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SD.
Dilihat dari pekerjaannya di Desa Karangagung
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban sebagian
besar bermata pencaharian sebagai nelayan.
Dan dilihat dari pengetahuan masyarakat di Desa
Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten
Tuban telah memiliki pengetahuan yang baik
tentang jamban akan tetapi perilaku dalam
pembuangan tinja di jamban masih kurang.
Penyediaan air bersih (PAB) sudah baik
akan tetapi masih banyak masyarakat yang tidak
memiliki jamban dan bagi yang memiliki tidak
memanfaatkan jamban untuk membuang hajat.
Faktor-faktor yang memengaruhi (sanitasi
makanan, penyediaan air minum, penanganan
sampah, pengendalian lalat dan personal
higiene) dengan kejadian diare berarti secara
statistik keempat variabel pendukung tersebut
tidak berhubungan dengan kejadian diare pada
Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten
Tuban.
Hubungan kepemilikan jamban dengan
kejadian diare dari hasil menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara kepemilikan
jamban dengan adanya kejadian diare

Hubungan antara pemanfaatan jamban


dengan kejadian diare dari hasil menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna. Pemanfaatan
jamban berpotensi untuk menurunkan risiko
terjadinya diare.
Bagi petugas P uskesmas setempat
hendaknya lebih meningkatkan bimbingan dan
penyuluhan tentang pentingnya kepemilikan
jamban.
Petugas Puskesmas setempat mengadakan
kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan
kepemilikan jamban yang dibantu kader melalui
program misalnya arisan jamban bagi mereka
yang belum memiliki jamban.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., Uloli, R., Liputo, R., Mansyur, E., Buhang, S.
2006, Penyelidikan KLB Diare di Wilayah Puskesmas
Mananggu Kabupaten Boalemo. Berita Epidemiologi,
Edisi Juni 2006: 112.
Daniels, D.L. Cousens, S.N., Makoae, L.N., Feachem,
R.G. 1990. A Case-Control Study of Impact of
Improved Sanitation on Diarrhoae Morbidity in
Lesotho. Bulletin of The World Organization, 68(3):
455463.
Irianto, J., Soesanto, S., Supartini, Inswiasri, Irianti, S.,
Anwar, A. 1996. Faktor-faktor yang Memengaruhi
Kejadian Diare pada Anak Balita. Buletin Penelitian
Kesehatan, 24(2&3): 7796
Krisnawan, I.K.B., Supardi, S. 1996. Faktor-faktor Risiko
yang Memengaruhi Kejadian Diare Berdarah pada
Usia Balita di Kabupaten Klaten. Berita Kedokteran
Masyarakat, XII(2): 3040.
Lubis, I.Z., Pasaribu, S., Lubis, M., Lukman, H., Lubis,
C.P. 1991. Risiko Terjadinya Diare: Identifikasi Faktor
pada Bayi. Medika, 17(2): 106109.
Lwanga, S.K., Lemenshow, S. 1991. Sample Size
Determination in Health Studies A Practical Manual,
World Health Organization, Geneva.
Meddings, D.R., Ronald, L.A., Marion, S., Pinera, J.F.,
Oppliger, A. 2004. Cost Effectiveness of a Latrine
Revision Programme in Kabul, Afghanistan. Bulletin
of the World Health Organization, 82(4): 281289.
Pertiwi, H. 2006. Hubungan Higiene Pribadi dan Sanitasi
Lingkungan dengan Diare pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Tempel I Kecamatan Tempel
Kabupaten Sleman. Skripsi. Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta.
Pradono, J., Budiarso, R. 1999. Prevalensi dan Perawatan
Diare pada Balita SDKI 1991, 1994, dan 1997. Buletin
Penelitian Kesehatan. 26(4):145152.
Sander, M.A. 2005. Hubungan Faktor Sosio-Budaya
dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro
Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Medika Jurnal
Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga. 2(2):
163193.

D C M S Putranti dan L Sulistyorini, Kepemilikan Jamban dan Kejadian Diare

Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2002. Dasar-Dasar


Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-2, Sagung
Seto, Jakarta.
Tjitra, E., 1994, Faktor Risiko yang Memengaruhi Kesakitan
Diare pada Balita, Diakses dari http://digilib.litbang.
depkes.go.id. (Sitasi 23 Januari 2007).

63

Wibowo, T.A., 2003, Faktor-faktor Risiko Kejadian


Diare Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman.
Tesis. Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

You might also like