You are on page 1of 9

PENGARUH PHBS TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA

MASYARAKAT PERKEBUNAN KARET PTPN XII


KECAMATAN RENTENG KABUPATEN JEMBER

THE EFFECT OF PHBS ON DIARRHEA EVENTS IN RUBBER PLANTATION


COMMUNITY PTPN XII RENTENG DISTRICT, JEMBER DISTRICT

Ilvinatul Mumtaz *1, Shalsabiila Alkatiri*2, Faiz Afif Lutfir R*3,


Dewi Farakh M*4, Adinda Jasmine R*5, Fifiyatus Sholehah*6,
Amalia Nurfaradzila*7, Ainiyatur Rohmah*8, Helena R. Taran*9.
1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keshatan Masyarakat, Universitas Jember,
Jl. Kalimantan no.37 68121 Jember, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRACT
Diarrhea is still a public health problem and a major cause of infant and toddler mortality.
Based on data obtained from the Monthly Report (LB1) Program and Information Sub-Division of
Jember District Health Office, that the number of visits of Puskesmas in Jember Regency in 2016 was
1.108.198 visits with the occurance of diarrhea in the fifth position with a total of 40.501 visits. This
study aimed to analyze the relationship between Clean and Healthy Behavior (PHBS) patterns with the
incidence of diarrhea in the Renteng rubber plantation community in Jenggawah District, Kabupaten
Jember This type of research is observational analytic and uses cross sectional approach. The population
in this study was the community of Renteng Plantation workers in RW 1, Loncatan Hamlet, Mangaran
Village, Ajung District, Jember Regency as many as 135 families. The sample used in this study was
obtained by calculation using the Lemeshow method so that a sample of 100 households was obtained in
which 1 family member was chosen as a family member as a research respondent provided that the
family members were workers at Renteng Rubber Plantation. The sampling technique used in this study is
probability sampling with simple random sampling technique or random sample selection. From the
results of research related to effect of PHBS on the incidence of diarrhea in rubber plantation
communities in PTPN XII in Renteng District, Jember Regency, it can be concluded that the PHBS
indicators that have an influence on the incidence of diarrhea are an exclusice breatfeeding
knowledge, hand washing habits after the use of pesticides, washing habit hands after washing
the baby and the distance of the toilet.

Keywords: diarrhea, PHBS, Plantation community

ABSTRAK
Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan merupakan
penyebab utama kematian bayi dan balita. Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Bulanan (LB1)
Subbag Program dan Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, bahwa jumlah kunjungan di
puskesmas se-Kabupaten Jember Tahun 2016 adalah 1.108.198 kunjungan dengan kejadian diare yang
berada pada posisi kelima dengan jumlah 40.501 kunjungan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada
masyarakat perkebunan karet Renteng Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang
digunakan adalah observasional analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat pekerja Perkebunan Renteng di RW 1, Dusun Loncatan, Desa

1
Mangaran, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember sebanyak 135 KK. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dengan penghitungan menggunakan metode Lemeshow sehingga didapatkan
jumlah sampel sebanyak 100 KK yang pada setiap KK dipilih 1 anggota keluarga sebagai responden
penelitian dengan ketentuan anggota keluarga tersebut adalah pekerja di Perkebunan Karet Renteng.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan
teknik simple random sampling atau pemilihan sampel secara acak. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan terkait pengaruh PHBS terhadap kejadian diare pada masyarakat perkebunan karet di wilayah
PTPN XII Kecamatan Renteng Kabupaten Jember dapat di simpulkan bahwa indikator PHBS yang
memiliki pengaruh terhadap kejadian diare adalah pengetahuan ASI eksklusif, kebiasaan mencuci tangan
setelah penggunaan pestisida, kebiasaan mencuci tangan setelah menceboki bayi dan jarak jamban.

Kata kunci: Diare, PHBS, Masyarakat Perkebunan

PENDAHULUAN Program dan Informasi Dinas Kesehatan


Kesehatan adalah kunci produktivitas manusia. Kabupaten Jember, bahwa jumlah kunjungan di
Masyarakat yang sehat adalah titik kritis menuju puskesmas se-Kabupaten Jember Tahun 2016
pengurangan keiskinan, pertumbuhan ekonomi adalah 1.108.198 kunjungan. Dari jumlah
dan perkembangan ekonomi jangka panjang. kunjungan tersebut diperoleh gambaran 10
Masyarakat sehat, bangsa ini akan kuat. (Gani, penyakit utama tahun 2016 diantaranya infeksi
2011). WHO menyatakan sehat adalah salah satu akut saluran pernafasan, hipertensi primer,
hak dari individu untuk dapat melaksanakan gastritis, nyeri kepala dan diare yang berada
segala bentuk kegiatan atau rutinitas sehari-hari. pada posisi kelima dengan jumlah 40.501
Agar hidup sehat dapat terlaksana, maka setiap kunjungan. Dan berdasarkan data dari Balai
orang harus mampu memiliki perilaku yang Kesehatan Kebun Renteng sendiri didapatkan
baik, yaitu Perilaku Hidup Bersih dan sehat. bahwa terdapat 27 kasus diare pada masyarakat
PHBS merupakan strategi yang digunakan untuk perkebunan renteng selama bulan Oktober 2019.
menciptakan kemandirian dalam menciptakan Angka kesakitan diare di Indonesia
dan meraih kesehatan dan merupakan suatu berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh
perilaku yang diterapkan berdasarkan kesadaran program untuk tahun 2000 diperoleh hasil
yang merupakan hasil dari pembelajaran yang sebesar 301 per 1.000 penduduk, angka ini
dapat membuat individu atau anggota keluarga meningkat bila dibandingkan dengan hasil
bisa meningkatkan taraf kesehatannya di bidang survey yang sama pada tahun 1996 sebesar 280
kesehatan masyarakat.. Hingga saat ini, masih per 1.000 penduduk (Kemenkes RI, 2010).
terdapat banyak penyakit yang menjadi fokus Kasus diare di Kabupaten Jember cenderung
untuk segera dilakukan upaya pemberantasan menurun dari tahun 2012 hingga 2015 namun
penyakit, diantaranya TB paru, kusta, terjadi peningkatan jumlah kasus diare di tahun
HIV/AIDS, DBD, polio, pneumonia, malaria 2016. Berdasarkan data yang dapat dihimpun
dan diare. (Depkes RI, 2010). melalui 50 Puskesmas di Kabupaten Jember
Penyakit diare sampai kini masih tercatat sebanyak 51.512 orang namun terjadi
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan peningkatan kasus pada 2016 menjadi 59.824
merupakan penyebab utama kematian bayi dan orang (Profil Dinkes Jember, 2016). Berdasa
balita. Meskipun secara umum angka kesakitan data khususnya pada wilayah Perkebunan
masih cenderung berfluktuasi dan kematian Renteng Kecamatan Jenggawah Kabupaten
akibat diare yang dilaporkan oleh sarana Jember, didapatkan data prevalensi infeksi
pelayanan kesehatan mengalami penurunan, saluran pencernaan sebagai penyakit ketiga dari
namun penyakit diare ini masih sering 10 kasus tertinggi. Secara umum, penyakit diare
menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan sangat berkaitan dengan higiene sanitasi dan
menimbulkan kematian. Berdasarkan data yang perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga adanya
diperoleh dari Laporan Bulanan (LB1) Subbag

2
peningkatan kasus diare merupakan cerminan atau narasi serta tabel yang kemudian ditarik
dari perbaikan kedua faktor tersebut. kesimpulan yang menggambarkan hasil
PHBS harus dilakukan oleh individu penelitian.
atau keluarga yang dimulai dari bangun tidur
sampai dengan tidur kembali. Penerapan PHBS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
di lingkungan tempat kerja merupakan dalah Tabel 1 Distribusi Berdasarkan Karakteristik
satu upaya strategis untuk menggerakkan dan Responden
memberdayakan para karyawan atau pegawai Variabel Jumlah %
untuk hidup bersih dan sehat. Kebiasaan gaya Usia
hidup sehat merupakan salah satu faktor yang < 45 tahun 54 54
dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan. ≥ 45 tahun 46 46
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah Total 100 100
penerapan perilaku kesehatan oleh seseorang Jenis Kelamin
atau sekelompok orang secara sadar dengan Laki-laki 45 45
tujuan untuk meningkatkan kesehatan (Depkes, Perempuan 55 55
2012). Gaya hidup sehat dapat dibentuk dengan Total 100 100
menerapkan PHBS yang merupakan faktor tidak Status Perkawinan
langsung dan berkaitan dengan terjadinya infeksi Menikah 92 92
Cerai mati 8 8
dimana secara langsung masalah gizi juga
Total 100 100
berkaitan dengan penyakit infeksi. Kebiasaan
Tingkat Pendidikan
mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan
Tidak/belum sekolah 16 16
sabun sebelum makan serta setelah dari kamar Tamat SD sederajat 34 34
mandi, melakukan aktifitas fisik, mengkonsumsi Tamat SMP sederajat 17 17
buah dan sayur setiap hari dan tidak merokok Tamat SMA sederajat 29 29
dapat meminimalisir terhindar dari penyakit Tamat D1-D4 3 3
infeksi (Kemenkes, 2011). Tamat Perguruan Tinggi 1 1
Total 100 100
Jenis Pekerjaan
METODE PENELITIAN
Tidak Bekerja 17 17
Jenis penelitian yang digunakan adalah Karyawan 18 18
observasional analitik denganpendekatan cross Petani 36 36
sectional. Penelitian analitik ini digunakan untuk Wiraswasta 29 29
menggambarkan hubungan, memprediksi Total 100 100
hubungan antar variabel bebas dan variabel Pendapatan
terikat. Penelitian ini dilakukan di Dusun < Rp. 2.170.917 70 70
Loncatan, Desa Mangaran, Kecamatan Ajung, ≥ Rp. 2.170.917 30 30
Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Total 100 100
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Berdasarkan hasil observasi dapat
November 2019. Populasi dalam penelitian ini diketahui bahwa responden dalam penelitian ini
adalah masyarakat pekerja Perkebunan Renteng sebagian besar berjenis kelamin perempuan
di RW 1, Dusun Loncatan, Desa Mangaran, yang berada pada rentang usia produktif. Selain
Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember sebanyak itu, dapat diketahui bahwa mayoritas responden
135 KK dan, sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki status perkawinan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 KK. sudah menikah dengan rata-rata tingkat
Teknik analisis data dalam penelitian ini pendidikan terakhir tamat SD sederajat. Jenis
menggunakan metode statistik deskriptif dan pekerjaan yang dimiliki sebagian besar
statistik inferensial non parametrik. Pengolahan responden adalah petani perkebunan dengan
data menggunakan beberapa tahapan yakni pendapatan rata-rata kurang dari UMR.
pemeriksaan data atau editing, pemberian skor, Tabel 2 Distribusi Berdasarkan Riwayat
entry data, tabulasi. Data yang diperoleh dari Penyakit Diare
hasil kuisioner akan disajikan dalam bentuk teks Variabel Jumlah %

3
Riwayat Diare (1 Tahun Terakhir) Tabel 4 Hubungan antara Pemberian ASI
Ya 50 50 Eksklusif dengan Penyakit Diare
Tidak 50 50 Pemberian Penyakit Diare Sig. (2
Total 100 100 Total r
kolostrum Ya Tidak Sided)
Frekuensi Diare (dalam 1 hari) Tidak 21 17 38
< 3x sehari 18 36 0,415 -0,082
Ya 29 33 62
> 3x sehari 32 64 Total 50 50 100
Total 50 100 Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa
Lama Diare tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI
< 2 minggu (akut) 45 90 eksklusif terhadap penyakit diare. Hal ini tidak
> 2 minggu (kronis) 5 10 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Total 50 100 Analinta (2017) yang menyatakan bahwa
Tinja diare berbentuk encer
terdapat hubungan yang bermakna antara ASI
Ya 48 96
eksklusif dengan diare.
Tidak 2 4
Total 50 100
Tabel 5 Hubungan antara Pemberian Kolostrum
Diare disertai pusing dengan Penyakit Diare
Ya 22 44 Pemberian Penyakit Diare Sig. (2
Total r
Tidak 28 56 kolostrum Ya Tidak Sided)
Total 50 100 Tidak 22 17 39
0,310 -0,103
Ya 28 33 61
Diare disertai dehidrasi
Ya 33 66 Total 50 50 100
Tidak 17 34 Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa
Total 50 50 tidak terdapat hubungan antara pemberiaan
Diare disertai sakit perut kolostrum pada bayi dengan penyakit diare. Hal
Ya 48 96 ini tidak sejalan dengan penelitian Rizki et.all
Tidak 2 4 (2015) yang menyatakan bahwa terdapat
Total 50 100 hubungan bermakna antara penberian kolostrum
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui dengan penyakit diare.
bahwa setengah dari total responden dalam 2. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan
penelitian ini pernah mengalami diare dalam 1 Sabun
tahun terakhir dengan mayoritas masuk kategori Tabel 6 Hubungan antara Kebiasaan Cuci
diare akut. Gejala klinis yang dialami sebagian Tangan Ketika Menyiapkan Makanan dengan
responden adalah tinja berbentuk cair, pusing, Penyakit Diare
sakit perut hingga mengalami dehidrasi. Kebiasaan cuci Penyakit Diare
tangan sebeulum Sig. (2
Total r
menyiapkan Ya Tidak Sided)
Hubungan PHBS dengan Kejadian Penyakit makanan
Diare Tidak 4 3 7
1. Pemberian ASI Eksklusif 0,699 -0,039
Ya 46 47 93
Tabel 3 Hubungan antara Pengetahuan ASI Total 50 50 100
Eksklusif dengan Penyakit Diare Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa
Pengetahuan Kejadian Diare Sig. (2 tidak terdapat hubungan antara mencuci tangan
Total r
ASI Eksklusif Ya Tidak Sided)
dengan air bersih dan sabun saat sebelum
Tidak 17 30 47
Ya 33 20 53
0,009 0,26 menyiapkan makanan dengan penyakit diare.
Total 50 50 100 Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa dilakukan oleh Italia et.al (2016) yang
terdapat hubungan antara pengetahuan ASI menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna
eksklusif terhadap penyakit diare. Hal ini sejalan antara kebiasaan mencuci tangan dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Analinta penyakit diare.
(2017) yang menyatakan bahwa terdapat Tabel 7 Hubungan antara Kebiasaan Cuci
hubungan yang bermakna antara ASI Eksklusif Tangan Saat Kotor dengan Penyakit Diare
dengan diare. Kebiasaan cuci Penyakit Diare TotalSig. (2 r

4
tangan ketika Berwarna Ya Tidak Sided)
Ya Tidak Sided)
kotor Tidak 9 7 16
0,059 -0,055
Tidak 2 0 2 0,156 -0,143 Ya 41 43 84
Ya 48 50 98 Total 50 50 100
Total 50 50 100 Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara penggunaan air
tidak terdapat hubungan antara mencuci tangan bersih tidak berwarna dengan kejiadian diare.
dengan air bersih dan sabun saat setiap kali Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
tangan kotor dengan penyakit diare. Hal ini tidak dilakukan oleh Zulkibli (2007) yaitu
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh menyatakan adanya hubungan antara
Italia et.al (2016) yang menyatakan bahwa cakupan air bersih dengan prevalensi diare
terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan
Tabel 11 Hubungan antara Air Tidak Berbau
mencuci tangan dengan penyakit diare.
dengan Kejadian Diare
Air Tidak Penyakit Diare Sig. (2
Tabel 8 Hubungan Antara Kebiasaan Cuci Berbau Ya Tidak
Total
Sided)
r
Tangan setelah Penggunaan Pestisida dengan Tidak 13 14 26
Penyakit Diare 0,08 0,23
Ya 37 36 74
Kebiasaan Cuci Penyakit Total 50 50 100
Sig. (2
Tangan setelah Diare Total r Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa
Penggunaan Pestisida Ya Tidak Sided)
tidak terdapat hubungan anatara penggunaan air
Tidak 7 17 24
0,019 0,234 bersih tidak berbau dengan Penyakit diare. Hal
Ya 43 33 76
Total 50 50 100 ini tidak sejalan dengan penelitian yang
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa dilakukan oleh Zulkibli (2007) yaitu
terdapat hubungan yang bersifat rendah antara menyatakan adanya hubungan antara cakupan
kebiasaan cuci tangan setelah penggunaan air bersih dengan prevalensi diare (Wandansari,
pestisida terhadap Penyakit diare. Hal ini sejalan 2013)
dengan penelitian yang dilakukan oleh Italia Tabel 12 Hubungan antara Air Tidak Berasa
et.al (2016) yang menyatakan bahwa terdapat dengan Diare
Air Tidak Penyakit Diare Sig. (2
hubungan bermakna antara kebiasaan mencuci Total r
Berasa Ya Tidak Sided)
tangan dengan penyakit diare.
Tidak 14 15 29
Tabel 9 Hubungan antara Kebiasaan Cuci 0,828 0,022
Ya 36 35 71
Tangan setelah Menceboki Bayi terhadap Total 50 50 100
Penyakit Diare Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa
Kebiasaan Cuci Penyakit tidak terdapat hubungan antara air tidak berasa
Sig. (2
Tangan setelah Diare Total r
Menceboki Bayi Sided) terhadap Penyakit diare. Hal ini tidak sejalan
Ya Tidak
dengan hasil penelitian dari ika dyah kurniati
Tidak 7 17 24
0,019 0,234 dkk. Yang menyatakan bahwa ada hubungan
Ya 43 33 76
Total 50 50 100 kualitas fisik air dengan Penyakit diare dimana
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa semakin baik kualitas fisik air, angka Penyakit
terdapat hubungan antara kebiasaan mencuci diare menjadi semakin rendah. (Kurniati,
tangan setelah menceboki bayi terhadap Notoatmojo, & Yanda Putra, 2014)
Penyakit diare. Hal ini sejalan dengan penelitian 4. Jamban Sehat
yang dilakukan oleh Italia et.al (2016) yang Tabel 13 Hubungan antara Kepemilikan Jamban
menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna dengan Penyakit Diare
antara kebiasaan mencuci tangan dengan Kepemilikan Penyakit Diare Sig. (2
Total r
Jamban Ya Tidak Sided)
penyakit diare.
Tidak ada jamban 11 7 18
3. Penggunaan Air Bersih
milik sendiri 38 43 81 0,429 0,08
Tabel 10 Hubungan antara Air Tidak Berwarna milik bersama 1 0 1
dengan Penyakit Diare Total 50 50 100
Air Tidak Penyakit Diare Total Sig. (2 r

5
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa
tidak terdapat hubungan kepemilikan jamban terdapat hubungan antara jarak jamban dengan
terhadap Penyakit diare. Hal ini tidak sejalan sumber air terhadap Penyakit diare. Selain itu,
dengan hasil penelitian Fajriana Ayu Rahmawati diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,317
Yang menyatakan bahwa ada hubungan yang menunjukkan bahwa hubungan antara jarak
kepemilikan jamban dengan Penyakit diare jamban dengan sumber air terhadap Penyakit
dimana responden yang tidak memiliki jamban diare bersifat kuat. Hal ini sejalan dengan
maka semakin besar memiliki risiko terkena penelitian yang dilakukan oleh Methyra et.al
diare (Rahmawati, 2012) (2015) yang menyatakan bahwa jarak tempat
Tabel 14 Hubungan antara Kondisi Jamban penampungan akhir tinja yang tidak memenuhi
dengan Penyakit Diare syarat (>10m) dapat menyebabkan pencemaran
Kondisi
Penyakit
Sig. (2 sumber air bersih warga, terutama warga yang
Diare Total r menggunakan sumur.
Jamban Sided)
Ya Tidak Tabel 17 Hubungan antara Tempat Buang Air
Kotor 5 5 10
0,260 0,113 Besar (BAB) dengan Penyakit Diare
Bersih 34 38 72
Penyakit
Total 39 43 82 Tempat Sig. (2
Diare Total r
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa BAB Sided)
Ya Tidak
tidak terdapat hubungan kondisi jamban Sungai 12 12 24
terhadap Penyakit diare. Hal ini tidak sejalan 1,000 0,00
Kakus 38 38 76
dengan hasil penelitian Menik Samiyati dkk. Total 50 50 100
Yang menyatakan bahwa ada hubungan kondisi Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa tidak
jamban dengan Penyakit diare dimana kondisi terdapat hubungan antara tempat BAB terhadap
jamban merupakan faktor risiko Penyakit diare. penyakit diare. Hal ini tidak sejalan dengan hasil
(Samiyati, Suhartono , & Dharminto , 2019) penelitian Falasifa (2015) yang menyatakan
Tabel 15 Hubungan antara Jenis Jamban dengan terdapat hubungan bermakna antara perilaku
Penyakit Diare BAB yang meliputi cuci tangan setelah BAB
Penyakit dan BAB di jamban . BAB di jamban dapat
Jenis Sig. (2
Diare Total r menurunkan resiko penularan penyakit.
Jamban Sided)
Ya Tidak
Plengsenga Tabel 18 Hubungan antara Penggunaan Jamban
1 1 2
n dengan Penyakit Diare
0,261 -0,125
Leher angsa 38 40 78
Penggunaan Penyakit Diare Sig. (2
Cemplung 2 0 2 Total r
Jamban Ya Tidak Sided)
Total 41 41 82
Tidak 13 9 22
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa Ya 37 41 78
0,334 -0,097
tidak ada hubungan antara jenis jamban dengan Total 50 50 100
Penyakit diare. Hal ini sejalan dengan penelitian Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa
yang dilakukan oleh Septian (2012) yang tidak terdapat hubungan penggunaan jamban
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara terhadap Penyakit diare. Hal ini tidak sejalan
jenis jamban dengan Penyakit diare, dimana dengan hasil penelitian Jessie Liu (2009) yang
jamban yang tidak memenuhi syarat 51,1% lebih menyatakan bahwa ada hubungan penggunaan
besar menyebabkan diare daripada jamban yang jamban dengan Penyakit diare dimana semakin
memenuhi syarat. baik perilaku kepatuhan pemakian jamban maka
Tabel 16 Hubungan antara Jarak Jamban ke peluang untuk tidak terjadi diare pada balitanya
Sumber Air dengan Penyakit Diare lebih besar.
Penyakit Diare Sig. (2
Jarak
Total Sided r
Jamban Ya Tidak KESIMPULAN DAN SARAN
)
< 10 m 27 14 41
Dari hasil penelitian yang telah
0,004 -0,317 dilakukan terkait pengaruh PHBS terhadap
> 10 m 14 27 41
Total 41 41 82 kejadian diare pada masyarakat Perkebunan

6
Karet PTPN XII Kecamatan Renteng Kabupaten 6) Depkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar
Jember dapat di simpulkan bahwa indikator 2012. Jakarta: Departemen Kesehatan
PHBS yang memiliki pengaruh terhadap Republik Indonesia.
kejadian diare adalah pengetahuan ASI eksklusif 7) Dinkes, Jember. (2017). Profil
(sig 0,009), kebiasaan cuci tangan setelah Kesehatan Kabupaten Jember 2016.
penggunaan pestisida (sig. 0,019), kebiasaan Jember: Dinas Kesehatan Kabupaten
cuci tangan setelah menceboki bayi (sig 0,019), Jember.
dan jarak jamban ke sumber air (sig 0,004). 8) Gani, A. (2011). Kesehatan Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian yang telah Investasi Menuju Rakyat Sejahtera.
dilakukan dapat menjadi dasar dalam pembuatan Jakarta: Republika Penerbit
suatu program pencegahan dan penanggulangan 9) Handono Fatkhur Rahman, S. W.
diare khususnya bagi masyarakat di daerah (2016). Faktor-Faktor Yang
perkebunan melalui penerapan perilaku hidup Berhubungan Dengan Kejadian Diare Di
bersih dan sehat sehingga derajat kesehatan Desa Solor, 1-12.
masyarakat dapat ditingkatkan. 10) Hidayat, A. A. (2008). Jakarta: Selemba
Medika.
11) Indonesia, P. R., 2014. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 39
DAFTAR PUSTAKA Tahun 2014 Tentang
12) Jember, U. (2019). Dekan FK UNEJ
1) Ahyanti, M., & Purwono. (2019). Risiko Sarankan Pemkab Jember Fokus Pada
Penyakit Kulit Akibat Kerja di Kesehatan Petani. Jember: UNEJ.
Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan 13) Kemenkes. (2011). Pedoman
Karet. Jurnal Kesehatan, Vol 10 No 1 Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
ISSN 2086-7751. Sehat (PHBS). Jakarta: Departemen
2) Amalia, I. 2009. Hubungan Antara Kesehatan Kementerian Kesehatan
Pendidikan, Pendapatan, dan Perilaku Republik Indonesia
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada 14) Kemenkes Ri. 2012. 10 Perilaku Hidup
Pedagang Hidangan Istimewa Kampung Bersih Dan Sehat Di Rumah Tangga.
(HIK) di Pasar Kliwon dan Jebres Kota 15) Kemenkes, 2011. Panduan Perilaku
Surakarta. Diunduh dari : Hidup Bersih dan Sehat di Rumah
http://etd.eprints.ums.ac.id. Diakses pada Tangga Melalui Tim Penggerak PKK.
tanggal 9 OKtober 2019 Jakarta: Kementerian Kesehatan
3) Askandar Tjokroprawiro, P. B. (2015). Indonesia.
Surabaya: Airlangga Univesity Press 16) Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan
(AUP). Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian
4) Basailin1, M. (2018). JOM FKp, Vol. 5 dan Pengembangan Kesehatan
No. 2. Hubungan Durasi Riwayat Kementerian Kesehatan RI.
Pemberian Asi Terhadap Kejadian 17) Kemenkes, 2018. Hasil Riset Kesehatan
Diare, 1-7. Dasar 2018. Jakarta: Badan Penelitian
5) Debby Daviani Prawati1), D. N. (2019). dan Pengembangan Kesehatan
Jurnal Promkes. Faktor Yang Kementerian Kesehatan RI.
Mempengaruhi Kejadian Diare Di
Tambak Sari, Kota Surabaya, 34-35.

7
Daftar Pustaka

8
9

You might also like