Professional Documents
Culture Documents
Institution Theory
Institution Theory
Sector,
Task
Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman/ Mahasiswa Program
Doktor Hebei University, Cina (yudha_aryos@yahoo.com)
2
Profesor Keuangan Publik Hebei University, Cina
3
Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman/ Mahasiswa Program
Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Indonesia (cukycutes@yahoo.com)
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
PENDAHULUAN
Asia merupakan wilayah yang potensial untuk dilakukan penelitian berkaitan
dengan isu-isu di bidang korupsi (Luo, 2002).Transparency International (2013)
menunjukkan
tingkat
korupsi
pada
organisasi
sektor
publik
dengan
mengetahui
penyebab
sulitnya
memberantas
korupsi
pada
organisasi
korupsi
pada
organisasi
sektor
publik
dengan
pendekatan
ini
menggunakan
definisi
korupsi
secara
sempit
dan
yang
mempunyai
landasan
moral
dalam
setiap
pengambilan
Pengembangan Hipotesis
Luo (2005) menjelaskan bahwa task environment terdiri dari informasi,
sumberdaya eksternal atau kondisi-kondisi yang dapat memengaruhi pencapaian
strategi.Adanya konsentrasi kekuatan pada pemerintah dan pengawasan regulasi yang
lemah, memungkinkan agen pemerintah untuk mengintervensi kebijakan dan akses
terhadap sumber daya.Kondisi tersebut mengakibatkan adanya celah bagi para pelaku
dunia usaha untuk bekerjasama dengan agen pemerintah dalam upaya mencapai
keuntungan individu.
Institutional environment terdiri dari tiga elemen yaitu transparansi, keadilan
dan kompleksitas.Transparansi merupakan tingkat keterbukaan dan kemudahan dalam
memahami aturan-aturan yang berlaku. Luo berpendapat bahwa aturan yang ambigu
akan memberikan kesempatan kepada agen pemerintah untuk melakukan korupsi
dengan memanfaatkan kelemahan tersebut. Keadilan menjelaskan sebuah aturan dapat
ditegakkan dan diberlakukan secara adil dan tidak ada diskriminasi dalam
implementasinya.Sedangkan kompleksitas adalah sistem aturan dan lingkungan sosial
kultural yang sulit dimengerti, sehingga memicu seseorang untuk berbuat curang/korup
(Luo, 2005;Pillay dan Kluvers, 2014). Penjabaran diatas kemudian diturunkan dalam
hipotesis H1 dan H2 sebagai berikut:
H1
H2
Kultur Demokrasi
Penilaian tingkat korupsi antar negara berdasarkan riset empiris merupakan
sebuah tantangan yang berat karena definisi korupsi sulit untuk diseragamkan,
dipengaruhi oleh cultures yang berbeda, dan juga sulit untuk dideteksi karena sifatnya
tertutup (Pellegrini dan Gerlagh, 2008). Oleh karena itu penelitian ini membandingkan
persepsi responden pada kedua negara yang mempunyai latar belakang tingkat korupsi
yang cukup tinggi, namun memilikicultures yang berbeda.
Cina merupakan sebuah negara dengan sistem politik satu partai yaitu partai
komunis sehingga dalam indeks demokrasi yang dikeluarkan oleh The Economist
Intelligence Unit (2007) digolongkan ke dalam kelompok authoritarian regimes,
sedangkan Indonesia yang terdiri dari multi-partai politik termasuk dalam kelompok
flawed democracies. Indeks tersebut disusun berdasarkan lima kategori yaitu proses
pemilihan dan pluralisme, kebebasan sipil, fungsi pemerintah, partisipasi politik, serta
kultur politik. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa demokrasi dapat
mengurangi level korupsi di suatu negara (Hill, 2003; Chowdhury, 2004; Bohara dkk,
2004; Pellegrini dan Gerlagh, 2008), sedangkan Treisman (2000) membuktikan bahwa
level demokrasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mengurangi level
korupsi sebuah negara. Penjabaran diatas kemudian diturunkan dalam H3 sebagai
berikut:
H3
METODA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada government
employee dan public services yang sedang menempuh pendidikan pascasarjana
akuntansi di College of Management Hebei University (HBU) dan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) dengan rincian distribusi seperti
pada tabel 1.
--------------------------------------Masukkan tabel 1 kira-kira disini-------------------------Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah task environment dan
institutional environment sebagai variabel independen, sertadeterrent outcomes untuk
mengukur dampak terjadinya korupsi pada organisasi sektor publik.Model penelitian
tersebut dikembangkan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Luo (2005) dan
Pillay dan Kluvers (2014).
Kuesioner dikembangkan dari penelitian Pillay dan Kluvers (2014) dan
diterjemahkan ke dalam Bahasa Cina dan Indonesia serta telah ditelaah oleh ahli bahasa
Cina dan Indonesia untuk menghindari bias yang terjadi karena perbedaan bahasa.Task
environmentdijelaskan dengan 7 item pertanyaan, institutional environment dengan 8
item pertanyaan dan deterrent outcomes dengan 2 pertanyaan.Semua item pertanyaan
diukur dengan menggunakan skala likert, skor 1 diberikan untuk menilai jawaban
sangat tidak setuju, dan skor 5 untuk jawaban sangat setuju.
survei yang pernah dilakukan oleh Pricewaterhouse Coopers (2011) pada organisasi
sektor publik di negara-negara di dunia. Tipe korupsi yang paling sering terjadi
berdasarkan riset tersebut adalah penghilangan aset, kecurangan akuntansi dan
penyuapan.
Penyuapan juga merupakan tipe kecurangan yang dipersepsikan responden
sering terjadi di Cina dengan angka 37,1% . Luo (2002) menjelaskan bahwa terjadinya
korupsi di Asia berakar dari adanya budaya saling menukar bingkisan (gift-giving
culture) sebagai simbol untuk menjalin dan menjaga terwujudnya hubungan antar
personal yang baik dalam dunia bisnis. Budaya tersebut di Cina dikenal dengan
namaGuanxi, wa di Jepang dan inhwadi Korea. Akan tetapi dalam perkembangannya
terjadi pergeseran nilai (norm deviated) dalam praktik di dunia bisnis, pemberian
bingkisan antar personal ditujukan untuk kepentingan bisnis yang berorientasi jangka
pendek dan terciptanya kemudahan bisnis yang tidak melalui prosedur yang benar serta
melanggar hukum.
Responden di Indonesia 28 % mempersepsikan penyuapan sebagai hal yang
umum terjadi dalam organisasi sektor publik, sedangkan 31,7% berpendapat bahwa
kecurangan akuntansi merupakan bentuk korupsi yang sering terjadi. Hasil tersebut
mengindikasikan korupsi yang terjadi di Cina dan Indonesia mempunyai pola Big
Three yang hampir sama, yaitu Penggelapan Aset, Kecurangan Akuntansi dan
Penyuapan (Pricewaterhouse Coopers, 2011).
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya korupsi pada organisasi
sektor publik dengan menggunakan Teori Institusi yang menjelaskan faktor lingkungan
(task
environment
dan
institutional
environment)
mendasari
terjadinya
10
Kluvers (2014) dengan mengambil latar belakang studi komparasi antar negara dengan
tingkat korupsi yang relatif tinggi.Task Environment seperti kontrol terhadap regulasi,
ketidakpastian struktur, pemusatan kekuatan pada kelompok tertentu dan Institutional
Environment seperti transparansi, keadilan, kompleksitas institusi dapat memengaruhi
terjadinya korupsi dalam konteks organisasi sektor publik.
Penelitian menambah kontribusi empiris dalam studi tentang korupsi dalam
lingkup organisasi dengan menguji validitas dan reliabilitas instrument pengukuran
untuk variabel task environment dan institutional environment yang dikembangkan oleh
Pillay dan Kluvers (2014), serta menguji hubungan variabel independen tersebut dengan
variabel deterrent outcome untuk mengukur dampak terjadinya korupsi pada institusi
sektor publik.
Pada tabel 7, p-value uji ANOVA dari variabel task environment, institutional
environment
dandeterrent
outcomemenunjukkan
p-value>
0,05.
Hal
tersebut
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Alexeev, M., dan Habodaszova, L. 2012. Fiscal Decentralization, Corrruption and The
Shadow Economy. Public Finance and Management, Vol 12, No.1, 74-99.
Bohara, AK., Mitchell, NJ., dan Mittendorff, CF. 2004. Compound Democracy and the
Control of Corruption : A cross-country Investigation. Policy Studies Journal,
32 (4), 481-499.
Chowdhury, SK. 2004. The Effect of Democracy and Press Freedom on Corruption :
An Empirical Test. Economics Letters, 85 (1), 93-101.
Eisenhardt, K.M. 1988. The Case of Retail Sales Compensation.The Academy of
Management Journal, Vol. 31, No. 3, 488-511.
Goel, R.K., dan Nelson, M.A. 2005. Economic Freedom Versus Political Freedom :
Cross
Country
Influences
on
Corruption.Australian
Economic
Papers.University of Adelaide and Flinders University.
Hill, KQ. 2003. Democratization and Corruption : Systematic Evidence from the
American States. American Politics Research, 31 (6), 613-631.
Kekic, L. 2007. The Economist Intelligence Units Index of Democracy.
www.economist.com.
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2014. Tabulasi Data Penanganan Korupsi Tahun 20042014.http : acch.kpk.go.id.
Lecuna, A. 2012.Corruption and Size of Decentralization.Journal of Applied Economics,
Vol XV, No.1,139-168.
Luo, Y. 2002. Corruption and Organization in Asian Management Systems.Asia Pacific
Journal of Management, 19, 405-422.
Pei, M. 2014. How Xi Jinping Can Sustain His Anti-Corruption Drive.
www.chinausfocus.com/political-social-development.
Pellegrini, L., dan Gerlagh, R. 2008. Causes of Corruption : a Survey of Cros- Country
Analyses and Extended Results. Economics of Governance, 9, 245-263.
Pillay, S., dan Kluvers, R. 2014.An Institutional Theory Perspective on Corruption :
The Case of a Developing Democracy. Financial Accountability and
Management 30(1) :95-119.
Pricewaterhouse Coopers. 2011. Fighting Fraud in Government. www.psrc.pwc.com.
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Transparency International. 2013. Corruption Perceptions Index 2013.
Treisman, D. 2000. The Causes of Corruption : A Cross-national Study. Journal of
Public Economics, 76, 3, 399-457.
13
LAMPIRAN
Tabel 1. Distribusi kuesioner
Indonesia
(UNSOED)
Cina
(HBU)
Kuesioner
Disebarkan
90
Kuesioner
tidak lengkap
8
Kuesioner
diolah
82
Respond Rate
91,12%
120
31
89
74,17%
210
39
171
81,42%
r hitung
0,339
0,493
0,611
0,485
0,593
0,636
0,565
r tabel
0,126
0,126
0,126
0,126
0,126
0,126
0,126
keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
r tabel
0,126
0,126
0,126
0,126
0,126
0,126
0,126
0,126
keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
r tabel
0,126
0,126
keterangan
Valid
Valid
r hitung
0,360
0,522
0,660
0,657
0,656
0,577
0,576
0,530
r hitung
0,905
0,896
14
Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Koefisien
0,193
t hitung
2,246
t tabel
1,653
Signifikansi
0,026
F hitung
98,782
F tabel
3,05
0,573
6,492
1,653
0,000
98,782
3,05
R
0,735
R Square
0,540
Adjusted R Square
0,535
Levene Statistic
0,126
0,146
0,102
Sign
0,723
0,703
0,749
Nilai F
0,000
0,327
1,145
Sign
0,992
0,568
0,286
Jumlah
72
99
Prosentase
42,1%
57,9%
Persentase
63,7%
24%
4,1%
8,2%
15
Cina
47,2%
11,2%
4,5%
37,1%
-
16
Indonesia
32,9%
7,3%
31,7%
28%
-