Professional Documents
Culture Documents
PERUMUSAN STRATEGI COST EFFECTIVENESS MELALUI PENERAPAN KONSEP BISNIS TOYOTA PRODUCTION SYSTEM ( TPS ) ( STUDI KASUS PT IRC INOAC INDONESIA )
KARYA AKHIR
PERUMUSAN STRATEGI COST EFFECTIVENESS MELALUI PENERAPAN KONSEP BISNIS TOYOTA PRODUCTION SYSTEM ( TPS ) ( STUDI KASUS PT IRC INOAC INDONESIA )
KARYA AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
ABSTRACT
Indonesian otomotive industry last five years has significantly growth and very prospective of business, due to big absorption of domestic market and export market through Free Trade zone, this condition also encourage to grow up more domestic spare part industry, and automatically has generate though competition. Pricing strategy become critical competition beside quality and delivery and become a success barometers of company. To get high quality product with low price need effort and commitment from the whole organization in accordance to get better cost effectiveness. Pricing concept of Toyota Production System ( TPS ) trusted has generate inspiration of spare part maker to develop continuous improvement activity
consisting of layout, flow process, minimize stock, reducing cycle time, reject and
waste. Inoac as a business partner of Toyota for supply interior and plastic fuction part has not state cost effectiveness as a strategic of competition, This research focus to arrange cost effectiveness strategy through Toyota Production System business concept. Four perspectives, finance, customer, internal process,learning and growth, is used as a framework for performance measurement company. In the four perspective of performance indicators applied to the next company that formulated several alternative strategies that aim to achive cost effectiveness.
ABSTRAK
Industri otomotif Indonesia baik roda dua maupun roda empat mengalami
pertumbuhan yang pesat khususnya lima tahun terakhir ini, mengingat pasar domestik yang besar dan terbukanya potensi ekspor produk otomotif melalui kerja sama kawasan, hal ini juga turut mendorong tumbuhnya industri komponen sebagai suku cadang di dalam negeri, maka tidaklah heran saat ini tumbuh
ratusan perusahaan industri suku cadang otomotif dan secara langsung juga menumbuhkan persaingan yang luar biasa. Konsep harga dalam Toyota Production System ( TPS ) telah menginspirasi perusahaan industri komponen /suku cadang mitra Toyota untuk
memperbaiki kinerja operasi melalui perbaikan berkesinambungan seperti
berbaikan tata letak, aliran proses, meminimalisir stok, memperpendek proses dan menghilangkan pemborosan telah menjadi acuan dalam persaingan usaha. PT IRC INOAC INDONESIA sebagai perusahaan rekanan Toyota untuk mensuply komponen/ suku cadang interior dan plastik belum mempunyai rumusan strategi bersaing yang berorientasi pada efektivitas cost. Karya Akhir ini fokus pada perumusan strategi cost effectiveness melalui penerapan konsep bisnis Toyota Production System (TPS ). Empat perspektif, keuangan,pelanggan,internal proses, pembelajaran dan pertumbuhan digunakan sebagai kerangka pengukuran kinerja perusahaan. Dalam keempat perspektif tersebut diterapkan indikator kinerja perusahaan yang selanjutnya dirumuskan beberapa alternatif strategi yang bertujuan untuk mencapai cost effectiveness.
Judul
: Perumusan Strategi Cost Effectiveness Melalui Penerapan Konsep Bisnis Toyota Production System( TPS ) ( Studi Kasus PT IRC INOAC
INDONESIA) Bentuk Karya Akhir : Perancangan Strategi Nama NIM Program Konsentrasi Tanggal : Maman Supriatman : 55106120029 : Pascasarjana Program Magister Manajemen : Manajemen Produksi /Operasi : 17 April 2010
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dalam karya akhir ini : Judul : Perumusan Strategi Cost Effectiveness Melalui Penerapan Konsep Bisnis Toyota Production System ( TPS ) Studi Kasus PT IRC INOAC INDONESIA. Bentuk Karya Akhir Nama NIM Program Konsentrasi : Perancangan Strategi : Maman Supriatman : 55106120029 : Pascasarjana Program Magister Manajemen : Manajemen Operasi
Merupakan hasil studi pustaka, penelitian lapangan, dan karya saya sendiri dengan bimbingan Dosen Pembimbing yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua
Program Studi Magister Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta. Karya ilmiah ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua informasi, data, dan hasil pengolahan yang digunakan, telah secara jelas sumbernya dan dapat diperiksa kebenarannya. Jakarta, 17 April 2010
Maman Supriatman 6
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Segala puji bagi Allah penguasa bumi dan segala isinya shalawat dan salam
semoga tercurah pada rasulullah SAW ,sahabat, keluarga dan para pengikutnya
langsung maupun tidak langsung, diantaranya : 1. Bapak Ir. Dana Santoso, MEng.Sc.,Ph.D. yang telah dengan sabar memberi arahan dan bimbingan selama penyususnan karya akhir ini. 7
2.
Bapak Ir. Har Adi Basri, M.Ec.,Ph.D. Selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen yang banyak memberi masukan berharga.
3.
Para Dosen Program Pascasarjana Program Magister Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta yang banyak memberi inspirasi pada penulis.
4.
Jajaran Manajemen Puncak PT IRC INOAC INDONESIA yang banyak memberi keleluasaan penulis dalam pengumpulan data dan diskusi.
5.
Jajaran Executive Coordinator Mr. Satoru Hayashi, Mr. Takaaki Hirao, Mr. Yakuhiko Takagi yang banyak memberi dukungan.
6. 7.
Rekan-rekan para Plant Manager dan Manager PT IRC INOAC INDONESIA Ibunda yang selalu memberikan dorongan agar penulis terus belajar dan meraih jenjang pendidikan tinggi.
8.
Istri tercinta Ani Nuraeni, serta anak-anak tersayang Syifa Rizqia, Syafira Puspita Dewi, dan Sasqia Zahara Putri, atas peranserta, pengertian, kesabaran dan dukungan semangatnya sampai akhirnya karya akhir ini dapat diselesaikan sesuai rencana. Akhir kata Karya Akhir ini memang masih jauh dari sempurna namun
harapan penulis semoga dapat bermanfaat untuk semua pihak dan dapat dijadikan dasar penelitian berikutnya. Tangerang, April 2010
Penulis
Maman Supriatman 8
DAFTAR ISI
1.2.1 Identifikasi masalah...............................................17 1.2.2 Batasan Masalah....................................................19 1.3. Maksud Dan Tujuan......................................................20
1.3.1 Maksud....................................................................20
BAB II
2.1.
DESKRIPSI PERUSAHAAN
Sejarah Singkat Perusahaan ........................................27 2.2. Lingkup Bidang Usaha..................................................28
2.3.1. Pemasaran............................................................33 2.3.2. Keuangan ( Financial )......................................34 2.3.3 Pemegang saham..................................................36 2.4. Tantangan Bisnis...........................................................36
2.4.1. Penguasaan peluang dan kompetisi ..................39
Proses Bisnis..................................................................41
3.3. 3.4.
3.5.
10
3.5.2.1 Visi dan misi ............................................57 3.5.2.2 Tujuan perusahaan ( Goal )..................59 3.6. 3.7. Tinjauan Tentang Sistem Perbaikan............................61 Tinjauan Konsep Toyota Production System (TPS)...62 3.7.1 TPS- jishuken......................................................73 3.7.2 3.7.3 Konsep dasar TPS.............................................74 Konsep biaya dalam TPS..................................75 3.7.3.1 Karakteristik industri otomotif..........75 3.7.3.2 Konsep biaya..........................................76 3.7.4 3.7.5 3.8. Implementasi TPS.............................................77 Tahapan dalam TPS kaizen............................78
Tinjauan Tentang Cost Effectiveness........................83 3.8.1 3.8.2 3.8.3 3.8.4 Ukuran kenerja efisiensi dan produktivitas....84 Ukuran kinerja cost effectiveness.....................85 Mengukur cost effectiveness suatu proses......86 Keunggulan pengukuran kinerja cost..............89
3.9.
Manfaat Pengukuran Kinerja.....................................90 3.9.1 Aspek yang diukur dalam cost effectivenes......91 11
3.9.1.1 Kinerja perspektif keuangan..............91 3.9.1.2 Kinerja perspektif pelanggan..............92 3.9.1.3 Kinerja perspektif internal proses.....93 3.9.1.4 Kinerja perspektif pembelajaran.......94 3.10.
3.11.
BAB IV 4.1.
Jadwal penelitian...............................................100 Metode penelitian..............................................101 Metode pengumpulan informasi......................102 4.1.4.1 Jenis Informasi.....................................102 4.1.4.2 Sumber informasi.................................103
4.1.4.3 Teknik pengumpulan informasi.........104
4.1.5 Metode analisis informasi..................................105 4.2. Pendekatan Perencanaan Sttrategis.........................106 4.2.1 Identifikasi dan analisis stake holder...............106 4.2.2 Pendekatan analisis eksternal dan internal ...108 4.2.3 Proses ( alur ) perumusan strategi...................108 BAB V 5.1. ANALISIS DATA COST EFFECTIVENESS Kinerja Perspektif Keuangan...................................111 12
5.3.
Kinerja Perspektif Internal Proses............................117 5.3.1 Efisiensi proses...................................................117 5.3.2 Penyederhanaan proses.....................................120
5.4.
Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Tumbuh.......122 5.4.1 Indikator produktivitas karyawan...................122 5.4.2 Indikator reject part..........................................123 5.4.3 Indikator reliability............................................124 5.4.4 Indikator retensi karyawan...............................125
PERUMUSAN STRATEGI Inventarisasi Dan Matrikulasi..................................126 Matrikulasi Strategi Berdasarkan Potensi..............129 Perumusan Strategi.....................................................130
6.3.1 Visi dan misi........................................................130
6.3.2 Tujuan.................................................................130 6.3.3 Strategi................................................................131 6.3.3.1 Strategi SO.............................................131 6.3.3.2 Strategi WO...........................................131 13
6.3.3.3 Strategi ST.............................................132 6.3.3.4 Strategi WT............................................133 6.3.3.5 Rencana tindakan strategi...................133
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4
Gambar 3.5
Diagram Sistem Produksi.........4 Cara Kualitas Meningkatkan Keuntungan.........7 Produk Interior PT IRC INOAC...............30 Penggunaan komponen interior dalam kendaraan......31 Proses Bisnis.................................................................................41 Porters 5 Forces Model...................47 Process Manajemen Strategi..........50 Variabel variable Lingkungan.............53 Analisis strategi dengan pendekatan sumber daya.............56
Hubungan antara Visi, Tujuan Dengan Sasaran......60
The 4P Model of Toyota Way...........65 Perbandingan Produksi Sistem Tarik Dan Sistem Dorong..67
Gambar 3.8 Just In Time Production...........68 Gambar 3.9 Ilustrasi Konsep Jidoka Dalam Toyota Production System....70
Gambar 3.10 Implementasi Konsep Jidoka Dalam Alat Kerja...71 Gambar 3.11 Toyota House.................75 Gambar 3.12 Metode Peningkatan Profit Pendekatan Filsofi Toyota....77 Gambar 3.13 Peran TPS Dalam Manufacturing......78 Gambar 3.14 Tahapan Implementasi TPS............79 Gambar 3.15 Konsep Cost Effectiveness Dalam Komponen Kegiatan..........86 15
Gambar 3.16 Unsur Waktu Yang Membentuk Throughput Time87 Gambar 3.17 Strategi Untuk Menurunkan Process Time..88 Gambar 3.18 Ukuran Kinerja Dari Perspektif Keuangan.92 Gambar 3.19 Gambar 3.20 Hubungan TPS dan Balance Scorecard Sebagai Dasar Cost.96 Langkah Perumusan Strategi Cost Effectiveness...................97
Gambar 3.21 Alur Pemikiran Strategi Cost Effectiveness.............................99 Gambar 6.1 Gambar 6.2 Gambar 6.3 Gambar 7.1 Langkah Langkah Dalam Analisis SWOT..........................126 Pengelompokan Strategi Berdasarkan Perspektif.................134 Mapping Strategi dan Keterkaitan Antar Strategi...............135 Flow Chart Produksi Sebelum Dan Sesudah TPS..................137
16
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel
1.1
1.2
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
Proyeksi pasar Itomotif Indonesia sampai tahun 2012............14 Kondisi pasar Otomotif Indonesia berdasarkan merek..........15 Laporan Penjualan Inoac empat tahun terakhir.........33 Grafik penjualan berdasakan kategori produk....34 Grafik penjualan PT IRC Inoac Indonesia tahun 2005-2009..35 Grafik penjualan berdasarkan wilayah................37 Market share produk komponen Rubber..........38 Grafik Market Produk interior PU....39
2.7 Grafik Market Share komponen sepeda motor..........40 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 5.1 5.2 GDP Indonesia sampai tahun 200943 Grafik pertumbuhan ekonomi dan investasi Indonesia.......44 Jadwal kegiatan Penelitian....101 Teknik Pengumpulan Informasi...........105 Tabel Board Of director Continum..........107 Tabel Metode Pengukuran Karya Akhir.................................109 Laporan performance Report ( Summary Report )112 Process Capability Six Sigma....116 17
Tabel Tabel
Tabel
5.3 6.1
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Executive Summary....................................................................146
Lampiran 2 Customer Survey..........................................................................147 Lampiran 3 Kondisi Proses sebelum TPS dan Setelah Aktivitas TPS........151
19
BAB I PENDAHULUAN
Globalisasi ekonomi yang pertama kali didengungkan oleh Negara - Negara maju merupakan liberalisasi perdagangan antar negara yang sangat sulit untuk di bendung, dan saat ini telah merambah ke berbagai sektor baik industri manufaktur maupun sektor jasa, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong dan makin menguatnya efek globalisasi, hal ini telah banyak merubah
pasar-pasar, dan memaksa para pelaku bisnis untuk berusaha meningkatkan
performa bisnisnya untuk memenangkan persaingan usaha yang hiperkompetitif. Bila kita melihat sejarah sebenarnya pemerintah Indonesia telah dapat menangkap gejala globalisasi ini jauh sebelum era 2000 ini, terbukti dengan terbitnya TAP MPR No XXII / MPRS / 1966 yang berisikan : usaha menuju perbaikan ekonomi adalah penilaian kembali dari semua landasan kebijakan ekonomi,keuangan dan pembangunan dengan maksud untuk memperoleh
keseimbangan yang tepat antara upaya yang diusahakan dan tujuan yang akan dicapai , hal ini juga tercermin dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis
20
Undang - undang No.25 tahun 2000 yaitu program pembangunan Nasional ( Propenas ). Sektor ekonomi di Indonesia mendapatkan porsi yang besar, diberikan keleluasaan yang begitu besar, maka tidak heran kalau sektor ini berkembang begitu pesat, peran swasta menempati posisi jauh lebih besar dibanding peran
pemerintah, hal ini telah memicu pertumbuhan yang luar biasa sejak 20 tahun terakhir. Tahun 2000 merupakan tahun Millenium kedua, perekonomian dunia
semakin gencar tidak ketinggalan juga di negeri ini, era ini menandai dimulainya perdagangan bebas antar negara yang akrab disebut Globalisasi yaitu era makin menipisnya batas antar negara karena perkembangan / kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, ditinjau dari sisi konsumen era ini menguntungkn karena konsumen mempunyai keluasan untuk memilih produk yang diinginkan. Keleluasaan konsumen untuk memilih produk yang diinginkan disesuaikan dengan harga atau budget yang tersedia namun bagi produsen itu menjadi tantangan karena era ini menjadi media persaingan dalam ekonomi, factor kualitas dan kinerja efisiensi menjadi keharusan untuk dimiliki agar keluar sebagai pemenang dalam persaingan yang hiperkompetitif. Produk yang berkualitas baik dengan harga relatif rendah bukan hanya menjadi cermin keberhasilan perusahaan dalam memenuhi harapan konsumen dan pada akhirnya akan membawa citra positif bagi perusahaan itu sendiri, namun untuk menuju kearah ini tidaklah mudah diperlukan seperangkat alat dan sistem 21
yang memadai, serta diperlukan komitmen yang tinggi dari seluruh tingkatan organisasi mulai dari manajemen puncak sampai level operasional. William Edward Deming seorang guru Manajemen Kualitas dari Amerika
Serikat menyampaikan pendapatnya dalam suatu konferensi para manajemen
puncak perusahaan Jepang tahun 1950, bahwa suatu industri harus dipandang sebagai suatu sistem seperti digambarkan dalam diagram pada Gambar 1.1 , industri membutuhkan sistem perbaikan berkesinambungan yang tidak pernah berhenti, yang meliputi orang, peralatan, pemasok, bahan baku, dan prosedur.
Dasar filosofi ini adalah bahwa setiap aspek operasi dapat diperbaiki, dan tujuan
akhirnya adalah kesempurnaan, yang tidak akan pernah dicapai, tetapi selalu dicari. Maka Edward Deming dalam menerapkan TQM menggunakan pendekatan yang disebut 14 poin Deming, dan dikembangkan menjadi enam konsep program TQM yang efektif meliputi : (1) perbaikan terus-menerus, (2) pemberdayaan karyawan, (3) benchmarking, (4) just in time ( JIT ), (5) konsep Taguchi dan (6)
pengetahuan alat TQM menurut Heizer dan Render ( 2005 : 257 ). Dan sistem
produksi merupakan sisklus dari beberapa aktivitas proses yang secara umum saling berkaitan dalam hal ini Gaspersz produksi dalam Diagram Sistem Produksi. ( 1998 : 2 ) menggambarkan sistem
22
Riset Pasar
Konsumen
Distribusi
B
C D
Dalam tahap selanjutnya Deming mengembangkan konsep tersebut menjadi konsep sistem industri yang terkenal dengan ( Deming Wheel ). istilah Roda Deming
23
sederet siklus sejak dari ide ide untuk menghasilkan suatu produk,
pengembangan produk, proses produksi sampai distribusi kepada konsumen
serta umpan balik dari pasar ( pelanggan ) dengan tujuan utama menghasilkan produk yang dapat di terima pasar melalui proses yang efisien. Kondisi ekonomi saat ini telah menuntut kegiatan produksi / operasi harus memperhatikan prinsif efisiensi dan memenuhi keinginan konsumen sebagai pemakai produk sehingga manajemen operasi berfungsi tidak saja sebagai alat
untuk mengendalikan urusan input output sebagai hubungan yang dinamis, tetapi merupakan keseluruhan sistem yang berlandaskan pada konsep pendekatan sistem yang terintegrasi secara dinamis.
berkelanjutan, untuk mencapai semua ini memang tidak mudah terlebih lagi dalam iklim ekonomi seperti sekarang ini, dimana persaingan usaha yang semakin ketat dengan celah pasar yang semakin sempit. 24
Dengan kata lain, perusahaan akan mampu merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan, ketika kekuatan perusahaan melebihi kelemahan yang dimiliki, dengan demikian perusahaan akan mampu mengeksploitasi peluang bisnis yang ada mengelimanasi ancaman bisnis yang ada disekitarnya. dan
perekonomian dunia yang mengarah pada pernyataan ekonomi antar kawasan yang disebut ekonomi global, hal ini sekaligus juga membuka peluang untuk
menambah pasar baru, untuk produk yang bersifat umum, seperti industri
peningkatan volume penjualan sering terjadi saat perusahaan mempercepat respon, merendahkan harga jual sebagai hasil dari skala ekonomis dan efisiensi, dan memperbaiki reputasi mereka akan produk berkualitas, artinya dengan
memperbaiki efisiensi proses dan kualitas akan mengakibatkan penurunan biaya,
garansi
25
Kondisi di atas sejalan dengan pemikiran penulis buku dari Amerika Serikat dan menjadi buku rujukan untuk program MBA dan MM di sejumlah
Perguruan Tinggi seluruh dunia termasuk Indonesia yaitu Jay Heizer dalam buku
yang berjudul Operation Management " Peningkatan kualitas dapat meningkatkan keuntungan perusahaan hal ini muncul karena dengan peningkatan kualitas dan perbaikan efisiensi secara langsung akan berefek pada penurunan biaya,
di mata pelanggan, seperti digambarkan dalam diagram pada Gambar 1.2 . Perbaikan yang berkesinambungan dalam bahasa Jepang disebut Kaizen menjelaskan proses dari suatu perbaikan yang tidak pernah berhenti, penerapan dan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Gambar 1.2 Cara Kualitas Meningkatkan Keuntungan
Keuntungan Penjualan
Perbaikan respons Harga yg lebih rendah Perbaikan reputasi Peningkatan Efisiensi dan kualitas Penurunan biaya Peningkatan produktivitas Pengurangan rework/srap Pengurangan biaya garansi Sumber : Heizer dan Render ( 2005 : 253 ) 26
Peningkatan Keuntungan
ekonomis, dengan demikian peran seluruh bagian dalam suatu perusahaan begitu penting.
1.1.3.
pasar potensial untuk berbagai macam produk tidak terkecuali produk otomotif
dan Indonesia merupakan lahan investasi yang sangat potensial mengingat jumlah penduduk yang besar dan juga wilayah yang luas hal ini terbukti dengan ditetapkan Indonesia sebagai basis produksi industri otomotif dengan kategori Original ( Original Equipment Manufacturers / OEM ) pabrikan otomotif ternama baik roda empat maupun roda dua.
Toyota Motor Manufacturing Indonesia ( TMMIN ) merupakan produsen mobil Innovation of International Multipurpose Vehicle ( IMV ) kategori 4 dan
5 yaitu Kijang Innova dan Fortuner, Astra Daihatsu Motor ( ADM ) sebagai
produsen utama mobil Daihatsu melalui Xenia / Avanza , Gran Max dan Rush /
Terios, Suzuki Indomobil Motors ( SIM ) yang memproduksi Suzuki APV, Grand
Vitara,dan SX4 untuk kendaraan empat roda dan dua roda, kendaraan dua roda terbesar serta dua industri
produsen sepeda motor merek Honda, Yamaha Motor Manufacturing Indonesia ( YMMI ) Produsen sepeda motor merek Yamaha, Kawasaki Motor Indonesia 27
produsen sepera motor Kawasaki dan Kanzen Indonesia produsen sepeda motor Kanzen dan lain-lain. Potensi pengembangan industri otomotif di Indonesia khusunya mobil sangat besar mengingat industri otomotif di Indonesia secara volume masih kecil
yaitu hanya 433.341 unit di tahan 2007, jumlah itu hanya menempatkan Indonesia pada urutan ketiga produsen otomotif di kawasan Asia Tenggara dengan total
terbesar masih ditempati Thailand dengan 631.251 unit seperti yang dirilis oleh Gaikindo yaitu Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia 2008 lalu di Jakarta. Tabel 1.1. Pertumbuhan Pasar Industri Otomotif di Asia Tenggara
4 ASEAN AUTOMOTIVE MARKET 2000 - 2007
2.500.000
akhir tahun
7.7%
5.8%
1.872
2.000.000
1.500.000 1.080
1.000.000
1.163
500.000
THAILAND
MALAYSIA INDONESIA SINGAPORE PHILIPPINES
2000 262.189
343.173 300.965 76.121 83.949
2001 297.052
396.381 299.599 74.277 76.670
2002 409.242
434.954 317.748 65.612 85.587
2003 533.176
405.101 354.629 86.212 92.336
2004 626.026
487.605 483.148 113.157 88.075
2005 703.432
552.316 533.917 130.237 97.063
2006 682.161
490.768 318.904 137.564 99.541
2007 631.251
487.176 433.341 122.254 117.903
13.954 1.080.351
19.554 1.163.533
26.873 1.340.016
42.557 1.514.011
40.141 1.838.152
35.266 2.052.231
41.113 1.770.051
80.392 1.872.317
BTR/BPS/BDW-GAIKINDO
T A
I
abun gan nd us t r i end ar aan er mot o r n do n es ia/ h e
ss o c iat i on of n do n es ian
ut o mot iv e nd us t r ies
28
(X UIT 10 ) 00N
1.1.4.
Indonesia
Pertumbuhan pasar untuk produk Kendaraan Bermotor Roda Empat di Indonesia sejak tahun 1976 secara umum menunjukan pertumbuhan yang terus meningkat meskipun juga dilanda krisis moneter yang sangat dahsyat ditahun
1998 lalu, bila kita cermati data pertumbuhan pasar kendaraan bermotor roda
empat ( 4W ) yang dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
data Gaikindo ( 2008 ) lalu tampak jelas bahwa pasca krisis moneter tahun 1998, tepatnya sejak tahun 2000 sampai 2008 pertumbuhan pasar otomotif roda empat
nasional tumbuh sekitar 17 % , hal ini telah menempatkan Indonesia menjadi
pasar kendaraan bermotor roda empat terbesar ketiga di Asia Tenggara dengan total 433.341 unit ditahun 2007 setelah Thailand dan Malaysia serta urutan ke 12 dunia. Total penjualan otomotif roda empat di seluruh dunia di tahun 2007 tercatat sebesar 64.902.313 unit, market terbesar berada di kawasan Amerika Utara dengan total penjualan 22.809.204 unit atau setara 35,1 % sementara posisi Indonesia dengan penjualan sebesar 433.341 unit setara dengan 0,7 %, dan
sebagian besar penjualan kendaraan roda empat Indonesia didomonasi oleh produsen dari negara Jepang.
Pertumbuhan pasar sektor otomotif roda empat nasional di tahun 2008
diperkirakan mencapai 630.000 unit atau tumbuh sekitar 45,4 %. Hal ini juga menumbuhkan minat investor sektor otomotif untuk menanamkan saham di 29
dan Fortuner, Daihatsu dengan Avanza /Xenia, Rush/ Terios serta Gran Max serta Suzuki dengan APV . Namun krisis keuangan global yang melanda sebagian
negara di dunia juga dirasakan dampaknya di Indonesia, terlebih sektor otomotif krisis tersebut berdampak sangat besar karena pertumbuhan industri ini menurun tajam dibandingkan tahun 2008, dan tahun 2009 dipredikasi pasar otomotif Indonesia sekitar 450.000 unit ( Gaikindo : 2008).
Pasar Otomotif Indonesia masih didominasi oleh merek-merek terkenal
Jepang seperti Toyota, Mitsubishi, Suzuki, Daihatsu, Honda, Nissan, Isuzu, dan Hino, sementara pabrikan mobil Amerika Serikat Ford KIA pabrikan Korea Selatan di posisi 10. Toyota sebagai pabrikan otomotif terbesar di dunia sejak tahun 2007 telah
menempatkan Toyota Motor Corporation menjadi produsen otomotif paling
efisien dan menjadi perusahaan meraih keuntungan terbesar, bahkan saat terjadi krisis sekalipun, Toyota merupakan perusahaan yang mengalami kerugian
terkecil dibanding produsen yang lainnya seperti The Big Three yaitu General Motors, Ford Motors dan Crysler yang menjadi imperium otomotif dua dasa
warsa terakhir.
Pertumbuhan pasar otomotif Indonesia tumbuh rata-rata 15 % sampai tahun
2002 telah membuat manajemen Toyota untuk memperkuat posisinya di Indonesia dengan peningkatan Brand Image melalui produk yang inovatif dan 30
efisien, hal ini dilakukan dengan cara membina dan melatih para supplier untuk
menghasilkan produk bermutu dengan biaya yang efisien melalui program
pengembangan
implementasi dari konsep manajemen jangka panjang Toyota yang terkenal dengan Toyota Production System yang diperkenalkan secara luas melalui Toyota Way. Efektivitas sistem produksi Toyota telah terbukti dan banyak
dikembangkan bukan saja di negeri asalnya Jepang tetapi juga di negara-negara lain seperti Amerika, Eropa, Asia dan Australia. Penggunaan konsep Just In Time ( JIT ) yaitu salah satu bagian dari Toyota Production System ( TPS ) yang
diperkenalkan Toyota telah dipakai secara luas di Amerika Serikat baik dalam
industri manufaktur maupun industri jasa seperti perusahaan sepeda Green Gear
yang menerapkan JIT untuk meraih keunggulan bersaing menurut Heizer dan
Render ( 2005 : 256 ). Kondisi pasar otomotif ini telah menginspirasi para pelaku industri otomotif di seluruh dunia untuk memasuki pasar Indonesia, berbagai strategi bisnispun dipasang untuk menarik minat konsumen dalam negeri. Kondisi ini pun turut
memicu pertumbuhan industri suku cadang otomotif dan tidak pelak lagi akan
memicu persaingan diantara sesama pemasok suku cadang, sehingga diperlukan rumusan strategi untuk memenangkan persaingan yang mengarah pada
peningkatan profitabilitas, peningkatan volume penjualan perusahaan agar
31
Ditinjau dari sisi global, volume penjualan otomotif Indonesia masih berada
di urutan 12 dunia dengan kontribusi 0,7 % dari total pasar dunia sebesar
2003
Units 19,591,652 1,647,824 16,320,043
2,704,890
2004
M/S Units 34.8% 19,983,999 2.9% 2,025,096
2005
2006
2007
M/S Units 31.8% 19,289,646 4.4% 3,519,558 M/S 29.7% 5.4% 26.6%
5.4%
1 2 3
4
M/S Units M/S Units 33.7% 20,233,472 33.2% 19,893,670 3.4% 2,345,368 3.8% 2,742,335
29.0% 16,810,816
4.8% 3,146,164
28.4% 16,852,692
5.3% 3,141,981
27.6% 17,089,945
5.2% 3,229,329
27.3% 17,238,612
5.2% 3,531,718
5
6 7 8 9
10
11
JAPAN KOREA CHINA INDIA TAIWAN THAILAND MALAYSIA INDONESIA SINGAPORE PHILIPPINES VIETNAM AUSTRALIA NEW ZEALAND SOUTH AFRICA TOTAL
12 13 14 15 17 18 19
354,629
86,212 92,336
0.6%
0.2% 0.2%
483,148
113,157 88,075
0.8%
0.2% 0.1%
533,917
130,237 97,063
0.9%
0.2% 0.2%
318,904
137,564 99,541
0.5%
0.2% 0.2%
433,341
122,254 117,903
0.7%
0.2% 0.2%
42,557 909,811
91,521
0.1% 1.6%
0.2%
40,141 955,229
98,104
0.1% 1.6%
0.2%
35,266 986,818
102,547
0.1% 1.6%
0.2%
41,113 962,666
99,460
0.1% 1.5%
0.2%
80,392 1,049,982
102,449
0.1% 1.6%
0.2%
368,549 56,329,998
0.7%
449,603
0.8%
565,147
0.9%
646,987
1.0%
677,610
1.0% 100%
100% 59,258,792
100% 60,984,535
100% 62,587,347
100% 64,902,313
Source : FOURIN
BTR/BPS/BDW-GAIKINDO
abun gan nd us t r i
K
end ar aan
er mot o r
of
Penjualan otomotif roda empat ( mobil ) tahun 2008 di pasar otomotif Indonesia mencapai 630.000 unit. Masih menurut prediksi dan data Gaikindo bahwa penjualan otomotif Indonesia terus mengalami kenaikan secara simultan akan mendekati angka 1000.000 unit ditahun 2012 nanti, meskipun ditahun 2009 32
mengalami koreksi cukup tajam karena efek krisis ekonomi global negara-negara maju. Tabel 1.3 Proyeksi Pasar Otomotif Indonesia Sampai Tahun 2012
6
GRAPH OF DOMESTIC MARKET & FORECAST DATA
1997 - 2010
(X 1000 unit) 1000
940 900
800 700
Optimis 820 740 620 620 580 520 540 820 740 740
Normal Pesimis
600
500
620
400
300 200 100
319
58
94
'97 '98 '99 '00 '01 '02 '03 '04 '05 '06 '07 '08 '09 '10 '11 '12
2008-2012 : FORECAST DATA
BTR/BPS/BDW-GAIKINDO
K
end ar aan
B
er mot o r
T A
I
n do n es ian
abun gan nd us t r i
ut o mot iv e nd us t r ies
Penjualan otomotif Indonesia memang masih didominasi oleh produsen terkenal dan sudah cukup lama ada khususnya pabrikan Jepang, sehingga pendatang baru yang brand imagenya masih rendah akan sulit masuk pasaran Indonesia, hal ini bisa dimaklumi karena untuk membangun brand diperlukan waktu cukup lama dan harus konsisten. Kontribusi penjualan otomotif domestik selama 7 tahun terakhir ditunjukan dalam Tabel 1.4.
33
1 2 3 4 5 6 7
8 9
YEAR 2002 2003 2004 2005 2006 2007 84,297 100,860 141,940 182,765 123,703 150,631 75,390 77,104 89,590 89,158 47,023 61,547 63,515 70,154 82,242 87,274 44,760 58,095 20,288 21,698 47,621 48,762 33,021 51,957 13,113 21,650 46,500 53,750 30,000 40,000 3,559 6,720 12,201 10,551 4,006 19,030 26,335 19,779 23,452 25,010 16,605 18,270
3,436 1,587 5,504 4,366 4,046 5,217 6,401 6,097 6,211 6,145 5,727 8,668 4,193 3,515 3,852 8,224 6,405 4,039
54
6,534
10 11 12
13
8,855 1,207
3,120
8,252 1,100
2,874
9,097 1,306
2,726
7,745 1,692
2,513
6,391 1,867
2,443
3,003 1,380
914
4,020 2,115
2,022
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
PROTON 305 1,584 CHEVROLET 2,384 2,602 4,004 4,378 2,085 825 1,396 MAZDA 243 249 550 365 652 203 1,336 BMW 2,893 1,996 2,041 2,053 1,257 600 1,000 CHERY 269 759 TIMOR 2,045 395 306 276 239 170 242 VOLKSWAGEN 111 194 234 96 228 150 208 AUDI 215 198 157 159 120 90 110 PEUGEOT 2,205 1,690 1,513 821 486 118 85 LAND ROVER 29 56 94 110 85 54 77 VOLVO 131 289 346 337 143 69 60 LEXUS 46 SUBARU 24 38 JAGUAR 110 159 203 133 61 27 32 RENAULT 45 202 209 139 49 19 SSANGYONG 29 154 126 76 DAEWOO 606 182 86 PERKASA 121 132 37 DOMESTIC SALES 299,599 317,748 354,629 483,148 533,917 318,904 433,341 GAIKINDO
8 5
BTR/BPS/BDW-GAIKINDO
abun gan nd us t r i
K
end ar aan
B
er mot o r
I
n do n es ian
ut o mot iv e nd us t r ies
Industri otomotif telah membuka kesempatan untuk tumbuhnya perusahaan pemasok suku cadang, hal ini bisa di maklumi bahwa satu unit kendaraan terdiri dari ratusan jenis suku cadang yang tergolong dalam kategori 1 ( tier 1 ) dan juga ratusan supplier kategori 2 dan 3, yang telah menyerap ratusan bahkan puluhan ribu tenaga kerja Indonesia, bahkan menurut para pakar ekonomi saat di belahan dunia mengalami krisis ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi yang stagnan, justru ekonomi Indonesia masih menunjukan potensi pertumbuhan ( Growth ) sekitar 4% di tahun 2009 dan perkiran di tahun 2010 mencapai 5%
34
tergolong lebih baik dibanding negara - negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang yang menunjukan pertumbuhan minus atau di bawah nol. Kondisi ini telah memacu pertumbuhan investasi yang terus meningkat menurut Basri ( 2008 ) dalam materi Seminar Ekonomi Indonesia pasca kenaikan harga bahan bakar minyak di hadapan para pelaku ekonomi yang tergabung dalam Toyota Manufacturers Club ( TMC ) di Jakarta. Memasuki Industri otomotif memang tidaklah mudah, karena industri ini merupakan industri yang memerlukan tingkat keamanan kenyamanan ( safety ) dan
sistem dan pengawasan yang sangat ketat dan konsisten yang berlaku secara umum serta berkesinambungan , hal ini juga telah memacu persaingan yang sangat ketat yang datang bukan hanya dari produsen dalam negeri saja tetapi juga dari luar negeri, sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat diterima baik oleh pemasok ( supplier ) maupun oleh pelanggan ( Customer ) maka di kenallah sistem manajemen mutu ISO/TS 16949 yaitu suatu sistem Manajemen Mutu yang diperkenalkan oleh Badan Internasional The International Organization for
Standardization ( ISO ), dan direkomendasikan oleh Badan dunia yang bergerak dalam Industri otomotif. PT IRC Inoac Indonesia merupakan supplier utama Toyota untuk
produk interior, plastik dan rubber goods ikut terlibat dalam aktifitas TPS namun tidak menjadikan sistem ini sebagai strategi bersaing dalam industrinya sehingga terkesan hanya bersifat seremonial saja, dengan melihat efek positif TPS terhadap 35
peningkatan kinerja perusahaan, kiranya perlu mengadopsi konsep TPS sebagai strategi bisnis ke depan khususnya yang berkenaan dengan efektivitas cost. Pada beberapa Line produksi PT IRC Inoac Indonesia sebenarnya telah diterapkan konsep TPS meskipun secara sederhana melalui Inoac Total Production System yaitu sistem yang mengadopsi prinsif dasar TPS, namun
penerapannya masih bersifat parsial di beberapa line tertentu saja, dan tidak menyeluruh, masih banyak instruksi kerja yang menggunakan jadwal produksi,
sehingga masih ditemukan stok-stok produk di areal produksi dan gudang, hal ini akan menjadi hambatan dan juga akan menjadi beban biaya produksi.
Fenomena seperti itu sangat bertentangan dengan konsep bisnis TPS terlebih lagi kalau ditinjau dari segi konsep biaya menurut Toyota, dimana Toyota
dunia sebagai bentuk ril dari internasionalisasi perdagangan termasuk juga industri pemasok suku cadang, telah menciptakan persaingan yang sangat ketat bukan saja di dalam negeri tapi juga lintas negara, untuk menyikapi kondisi ini diperlukan suatu rumusan strategi bersaing yang adaptif bagi perusahan yang
36
tinggi namun dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing sehingga didapat harga yang konpetitif di pasaran.
Pelaksaaan aktivitas perbaikan berkesinambungan sesuai persyaratan
ISO/TS 16949 : 2002 di PT IRC Inoac Indonesia dilakukan dengan berbagai cara yang fokus pada kepentingan internal perusahaan sehingga tidak bersifat strategik,
sementara rumusan strategi yang perbaikan kinerja yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan produktivitas serta cost effectiveness yang bermanfaat bagi produsen juga customer belum ditetapkan. Perumusan strategi cost
guna meningkatkan efisiensi proses produksi, peningkatan produktivitas, menekan reject ratio dan penyederhanaan proses produksi melalui shortening lead time,
fokus pada persyaratan dan kepuasan pelanggan, yang juga ditinjau dari Kesesuaiannya terhadap persyaratan formal sistem manajemen mutu ISO/ TS
16949 : 2002 yaitu persyaratan sistem manajemen Mutu untuk industri otomotif. Top Management shall review the product realization process and the support
processes to ensure their effectiveness and efficiency ( Technical Specification, Klausul 5.1.1 : 6 ). Oleh karena itu penelitian ini merumuskan permasalahan
sebagai berikut : Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang akan menerapkan TPS dalam proses produksi. 37
kepentingan internal dan customer. Seberapa besar efek penerapan TPS terhadap cost effectiveness Bagaimana perusahaan mengidentifikasi dan menerapkan
persyaratan perbaikan berkesinambungan dari ISO/TS 16949 : 2002, ditinjau dari perspektif cost effectiveness pada proses
produksi.
terdiri dari : 1. Pengamatan Lingkungan Bisnis 2. Perumusan strategi 3. Implementasi strategi dan 4. Evaluasi dan Pengendalian strategi. Dalam penulisan Karya Akhir ini penulis membatasi pembahasan pada sisi
pengamatan lingkungan bisnis, perumusan strategi dan evaluasi hasil penerapan strategi sebagai bahan rekomendasi. 38
Maksud dan tujuan dari penelitian karya akhir ini adalah : Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam menerapkan konsep TPS.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penerapan TPS terhadap
effectiveness yang ditimbulkan terhadap kepuasan pelanggan industri otomotif yang menerapkan QCDSMP yang begitu ketat.
1.3.2. Tujuan
Berdasarkan identifikasi masalah yang di atas, maka tujuan dari penelitian
perusahaan melalui profit and loss jangka panjang. Mendapatkan rumusan strategi bersaing yang efektif yang dapat dijadikan acuan dalam sistem produksi yang efisien, sehingga akan meningkatkan citra positif perusahaan melalui penciptaan kepercayaan pelanggan.
1.4.
1.4.1. Manfaat
Karya Akhir berupa rumusan strategi cost effectiveness diharapkan dapat
memberikan
manfaat positif
perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis ke depan, dan manfaat ini dapat berupa :
Informasi tentang penerapan konsep TPS dalam aktifitas proses produksi
serta efeknya terhadap peningkatan cost effectiveness pada produk yang dihasilkan.
40
Informasi mengenai cara Toyota dan Supplier dalam meningkatkan keuntungan perusahaan melalui efisiensi proses produksi, dan effectiveness yang bermanfaat untuk kedua belah pihak. Kegunaan penelitian karya akhir yang ingin dicapai adalah :
Untuk mengetahui aspek teoritis dan implementatif dari penerapan
cost
kepuasan konsumen
melalui produk berkualitas dengan harga kompetitif sesuai persyaratan konsumen ( customer requirement )
1.4.2. Kegunaan
Karya Akhir ini dilakukan pada industri suku cadang otomotif PT IRC
dalam
penelitian ini dilakukan : 1. Pengembangan ilmu pengetahuan bidang aplikasi manajemen produksi dan operasi. 2. Dasar pengembangan aplikasi teori ilmu manajemen strategik dalam aktifitas bisnis. 3. Penerapan dasar Toyota Production System dalam proses produksi komponen suku cadang industri otomotif. 41
4. Untuk PT IRC INOAC INDONESIA, penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan yang efektif dalam merumuskan strategi cost effectiveness, dan menjadi bahan efektif ISO/TS 16949 : 2002. dalam menerapkan persyaratan continuous improvement
Buana Jakarta sebagaiman dibakukan dalam buku bimbingan , Pedoman dan Prosedur Penyusunan Karya Akhir, Program Pascasarjana edisi 3 sebagai berikut.
BAB I. PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang permasalahan, yang berisi kondisi dan keadaaan yang terjadi pada objek dan sekitar tempat penelitian . Identifikasi dan batasan masalah, yang berisi penjelasan tentang apa yang akan dibahas serta batasan permasalahannya dengan tujuan agar bahasan
lebih fokus dan tidak terlalu melebar. Maksud dan Tujuan dilakukannya penelitian, yang berisikan mengenai penjabaran disusunnya karya akhir ini. Manfaat dan Kegunaan, berisikan tentang peran dan kontribusi penulis dalam objek penelitian serta kegunaan karya akhir ini secara teoritis praktis dalam industri. 42
Metodologi penelitian dan sistematika penulisan berisi tentang gambaran singkat dari isi tiap-tiap bab pada karya akhir ini.
manjemen serta keuangan perusahaan. Tantangan bisnis industri komponen berisikan tentang persaingan usaha, peluang dan perkembangan bisnis dimasa depan dan cara perusahaan merespon dan menghadapi persaingan dan tantangan bisnis.
Proses Bisnis berupa penjelasan tentang proses produksi dan aplikasi sistem
Perkembangan industri Kendaraan roda empat di Indonesia Tinjauan konsep yang mendasari perencanaan strategi Pengenalan tentang persyaratan ISO/TS 16949 : 2002. Tinjauan tentang Toyota Production System Tinjauan tentang Jishuken. Kerangka pemikiran, yang menjelaskan rangkaian penalaran penyusunan karya akhir.
pendekatan yang digunakan untuk merumuskan strategi berupa : Proses identifikasi dan permasalahan yang ada di perusahaan. Pendekatan analisis internal dan eksternal Proses perumusan strategi yang berisi tentang pengukuran kinerja.
dari : 44
Kepuasan Pelanggan, dan On Time Delivery, Kinerja Perspektif Proses Internal Proses melalui pengukuran kinerja efisiensi proses dan penyederhanaan proses.
Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan melalui pengukuran
bisnis Toyota Production System ( TPS ), sesuai analisis pengukuran kinerja perspektif beberapa indikator untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif.
45
interior dan plastik otomotif yang berlokasi di Jln. Agarindo Raya KM 6 Sukamantri Pasar Kemis Tangerang Banten dan Karawang .
PT IRC INOAC INDONESIA selanjutnya disebut Inoac adalah perusahaan
Penanaman Modal Asing ( Foreign Invesment Company ) kerja sama antara Grup Gajah Tunggal sebagai produsen ban dan pemegang merek GT Radial dari
Indonesia dan Inoac Corporation dari Jepang sebagai pionir dalam industri ban
sepeda motor merek IRC, komponen otomotif dan industri dari Polyurethane,
plastik dan rubber dan material komposit terbesar di Jepang. Inoac merupakan perusahaan industri komponen otomotif dengan bahan dasar polyurethane, plastik dan karet terbesar di Indonesia, serta flexible foam dan furniture, berdiri sejak
terdiri dari 4 Plant dan Divisi Rubber Goods yang terdiri dari 2 Plant.
Keberadaan PTI tidak bisa dilepaskan dengan perusahaan induk yaitu Inoac
plastik, produk-produk polyurethane dan interior untuk industri otomotif, yang saat ini merupakan perusahaan terbesar di Jepang yang berorientasi global dan telah beroperasi di 5 benua baik joint venture maupun kerja sama teknik
( technical assistant ), dan aliansi global dengan perusahaan besar dunia seperti di Eropa : British Vita, Recticel, Carcautics, Faurecia, Benecke-Kaliko, Rehau, Novem, BASF dan Tramico, di Amerika Utara beraliansi dengan : The Woodbridge Group, Netshape dan Johnson Control. Sejak tahun 2000 Inoac sudah menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001: 2000, ISO/TS 16949 : 2002 dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 : 2004 dan telah diakreditasi oleh badan sertifikasi terbesar di dunia yaitu SGS dan telah diakui oleh The International Automotive Task Force ( IATF ) yang
bermarkas di Amerika Serikat, dan menjadi produsen komponen otomotif orisinil ( Original Equipment Manufacturers /OEM ) dunia. untuk seluruh industri otomotif
2. PT. Astra Daihatsu Motor pemegang merek Daihatsu 3. PT. Suzuki Indomobil Motors Indonesia pemegang merek Suzuki 4. PT. Honda Prospek Motor pemegang merek Honda 5. PT. Nissan Motor Indonesia pemegang merek Nissan dan Renault 6. PT. Hyunday Motor Indonesia pemegang merek Hyundai dan Kia 7. PT. General Motors Indonesia pemegang merek 8.PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing pemegang merek motor Yamaha 9. PT Kawasaki Motor Indonesia pemegang merek motor Kawasaki 10. PT. Kanzen Indonesia pemegang merek Kanzen 11. PT. Denso Indonesia part maker 12. PT Sugity Creative assembling Toyota Dyna/Dutro. 13. PT Asmo
2.2.1. Produk
Produk komponen otomotif Inoac dikelompokan ke dalam 3 kelompok besar yang digunakan pada industri otomotif dua roda dan empat roda serta part maker : 1. Interior Part - Head Lining yaitu komponen interior berupa plafon mobil - Floor Carpet - Dash Panel yaitu alat peredam panas antara bonet dan ruang kabin - Luguage trunk yaitu carpet yang dipasang pada bagasi. 48
- Sunvisor interior berupa alat untuk menahan sinar dari luar Gambar 2.1 Produk Interior PT IRC Inoac Indonesia
2. Seat Pad dan Head Rest berupa foam/ busa untuk industri seat mobil dan motor. - Automotive Seat Pad and Cushion - Motorcycle Seat Pad - Head Rest - Arm Rest 3. Plastic Function Part - Car Air Conditioning Duct Heater dan Hose Air Cleaner - Reserve tank and washer tank 49
- Tank cap - Tank storage - Duct Belt Cooling - Pillar Garnish - Fender Liner - Bumper. Gambar 2.2 Penggunaan komponen interior dalam kendaraan
50
dengan kebutuhan dan kondisi pemakaian di Indonesia. Manajemen dan Karyawan Inoac seluruhnya berjumlah 3600 orang terbagi
menjadi Rubber Goods Plant 2000 orang dan PU Plant 1600 orang. Jajaran manajemen sebagian besar didominasi oleh manajemen lokal dan sebagian lagi dari partner Jepang, dengan susunan manajemen puncak : 1. Presiden Direktur 2. Wakil Presiden Direktur 3. Direktur Eksekutif 4. Direktur 5. Direktur 6. Direktur 7. Plant Manager Otomotif 8.Plant Manager Flexible 9. Plant Manager Furnitur 10. Plant Manager Seal/ Mold 11. Plant Manager Hose Part 12. Business Management : Itjih Syamsul Nursalim : Nobuo Ishikawa : Paul Himawan : Agus Mochtar Salim : Yoshida : T. Yamashita : Maman Supriatman : Agus Suhartono : Muchlis Amrullah : Michel Kamaludin : Agus Suroto : Tirta T. Ongkowijaya
13. HRD Group Management : Harlim Sunardi 14. Tooling Plant Manager : Johny Whan. 51
2.3.1. Pemasaran
Pemasaran produk berdasarkan kategori roda empat ( mobil ), roda dua ( sepeda motor ), dan non OEM seperti industrial dan ekspor. Berdasarkan laporan resmi yang dirilis Business Management Group Inoac penjualan dari tahun 2005 sampai 2008 mengalami pasang surut, penurunan terbesar dialami tahun 2006, dikarenakan penurunan produksi kendaraan bermotor secara nasional karena efek kenaikan harga bahan bakar minyak, dan kembali naik secaara signifikan di tahun 2008, dan diprediksi kembali turun di tahun 2009 karena efek krisis global seperti ditampilkan dibawah ini.
Tabel : 2.1 Laporan Penjualan Inoac Empat tahun terakhir dan target 2009.
600.000
1.200.000
539.022
500.000
1.000.000
400.000
369.838
800.000
300.000
600.000
1.055.325
824.197
825.130
1.025.423
200.000
857.042
2009
292.872
400.000
100.000
200.000
1/14/2009
52
mencapai Rp. 1,25 Triliyun, atau naik sekitar 50 %, namun diprediksi turun secara
53
efek resesi ekonomi global yaitu menurunnya ekspor otomotif dan suku
Tabel 2.3 Grafik Penjualan PT IRC Inoac Indonesia tahun 2005 sampai 2009
450.000
420.405
400.000
RG Auto
350.000
327.498
300.000
Mi o. R p .
245.756
250.000
PU Auto
200.000
PU FLEX
173.130
150.000
146.548
100.000
113.757
RG non OEM
56.676 7,5% 60.953 48.432
49.146 56.862
50.000
PU FURN
2009
1/14/2009
Sumber
54
Asing ( PMA )
bergerak dalam bidang industri manufaktur dan distribusi yang dipasarkan langsung
secara nasional kepada industri otomotif, dealer, after market dan pasar ekspor.
pasar merupakan pasar komponen otomotif dan diserap langsung oleh produsen
55
AFRICA 1% ASIA;
AMERICA 6%
11.978 ; 66%
AUSTRALIA
11%
otomotif empat roda di Indonesia ( Data hasil market survey tahun 2005 ), dan
produk yang dihasilkan diserap oleh hampir seluruh produsen mobil di Indonesia.
56
Fukoku
7,16%
IRC
74,01%
0,75%
Customer :
TOYOTA SUZUKI MITSUBISHI Sugity 0,94%
October 2006
Sementara untuk produk Polyurethane Seat Pad mendominasi pasar dengan 76 % dan karpet sebesar 44 %, seperti diilustrasikan dalam grafik hasil analisis
pasar yang dilakukan oleh tim marketing PT IRC Inoac Indonesia tahun 2005
57
CKD 4% KICI
41%
KBB 12%
DWA 12%
SEAT PAD
PTI
44%
PTI 76%
CKD
68% SUNVISOR
T.HING 16%
CKD
PTI
FLEXIBLE (Punch)
3 %
ME IW
52% 45%
CKD 35%
65%
PTI
14
October 2006
otomotif
seperti Seat Pad, Saddle Assy dan komponen plastik Inoac menempati posisi
kedua dengan market share 24 % sementara posisi tertingi ditempati PT Meiwa dengan untuk market share 41 % dan ini merupakan tantangan pasar yang potensial
58
terus berkembang setiap tahun, dan sudah mencapai angka produksi di atas 6,2 juta unit di tahun 2008 lalu. Tabel 2.7 Grafik Market Share Komponen Sepeda Motor.
5% 7%
INOAC
PTI 24%
T.Hine 23%
Meiwa 41%
October 2006
15
47 %, diikuti oleh Yasufuku diurutan kedua dan Indo Karlo anak perusahaan Astra Otopart diurutan ke tiga. 59
baik itu produk yang sudah berjalan maupun produk baru yang dikenal dengan
istilah New Item, pada proses berjalan Customer memberikan order kepada Marketin/Sales Inoac selanjutnya Sales membuat Sales Order yang ditujukan
inspeksi sebelum diserahkan pada customer, sedangkan untuk produk baru akan ditangani oleh Tim Feasibility dan Departemen Riset dan Pengembangan sebelum tahapan realisasi produk, gambaran proses bisnis dapat dilihat pada Gambar 2.8 Gambar 2.3 Proses Bisnis PT IRC INOAC INDONESIA.
PROSES INTI
PROSES PENDUKUNG
NEW ITEM
REGULER TEAM FEAS IBILITY
Training
Sales Admin
PPIC
R&D and
Penerimaan Karyawan
Engineering Maintenance
PACKING
Purchasing
DELIVERY
CUSTOMER
ekonomi nasional sekitar 4 %, namun Departemen Perindustrian Republik Indonesia merilis perkiraan pertumbuhan ekonomi antara 3,6 % sampai 4,6 %
( Kompas, Desember 2008 ). Pertumbuhan ini termasuk lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia, dan hanya Cina yang mempunyai pertumbuhan di atas ( Basri, 2008 ). Peluang pasar Indonesia termasuk otomotif sebenarnya masih 9%
besar, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia melaju positif di atas pertumbuhan rata-rata dunia yang tumbuh hanya 3,7 % seperti ditampilkan dalam tabel berikut yang dirilis pengamat ekonomi Universitas Indonesia Basri ( 2008 ) pertengahan tahun 2008 lalu dihadapan para Presiden Direktur perusahaan produsen komponen otomotif yang tergabung dalam wadah organisasi nirlaba Toyota Manufacturers Club ( TMC ) di Jakarta. 61
2009 0.6
1.1
5.0
4.9
Pertumbuhan investasi dan pertumbuhan konsumsi secara nasional dan ditopang dengan penguatan stabilitas politik turut memperkuat basis ekonomi Indonesia, hal ini menjadikan Indonesia menjadi lahan investasi menjanjikan dalam jangka panjang, tabel berikut menggambarkan pertumbuhan investasi dan GDP Indonesia sejak tahun 2005 yang diambil dari jurnal Departemen Keuangan Republik Indonesia pada kuartal pertama tahun 2008.
62
63
persaingan
Strategi perusahaan pada hakekatnya adalah upaya mempertahankan diri dengan membentuk keunggulan bersaing melalui berbagai cara. Manajemen strategi dapat dikatakan sebagai manajemen keseluruan organisasi yang menyangkut arah perusahaan ke masa yang akan datang. Manajemen ini akan memberikan kerangka untuk menejemen operasional. Manajemen strategi berorientasi kepada lingkungan bisnis yang komplek, berpedoman pada tujuan yang jelas, dengan memanfaatkan cara atau sarana yang dikembangkan secara baik, sambil memanfaatkan kesempatan yang terbuka. Manajemen strategi bertalian dengan pengambilan keputusaan tentang strategi yang di ambil dan perencanaan bagaimana strategi tersebut akan dilaksanakan. Kegiatan manajemen
strategi dapat dibagi ke dalam tiga bidang : 1. Analisa strategi : untuk mengetahui posisi pada saat ini. 2. Pemilihan strategi berhubungan dengan formulasi dan evaluasi dari berbagai alternatif strategi serta pengambilan keputusan tentang strategi yang dipilih. 3. Strategi implementasi ditujukan untuk melaksanakan strategi yang dipilih. Manajemen strategi (Strategic Management) dapat dipahami sebagai proses pemilihan dan penerapan strategi-strategi. Sedangkan strategi adalah pola alokasi
sumber daya yang memungkinkan organisasi-organisasi dapat mempertahankan
kinerjanya menurut Barney ( 1997 : 27). Strategi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan rencana mengenai penggunaan sumber daya - sumber daya untuk 64
menciptakan suatu posisi menguntungkan menurut pendapat Grant ( 1995 : 10). Dengan kata lain, manajamen strategi terlibat dengan pengembangan dan
implementasi strategi-strategi dalam kerangka pengembangan keunggulan
bersaing. Manajemen strategi dalam beberapa literature diartikan sebagai usaha manajerial untuk mengembangkan kekuatan perusahaan, mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai misi yang telah ditentukan ( Suwarsono, 1996 ). Dengan demikian manajemen strategi mempunyai implikasi bahwa perusahaan berusaha mengurangi kelemahannya, dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungan serta mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh ancaman bisnis. Pada awal diperkenalkannya istilah manajemen strategi secara formal pada dasa warsa 1960-an, manajemen strategi mendapat sambutan yang luar biasa,
konsep dan teknik analisisnya diperlukan sebagai alat bantu utama pengambilan
bisnisnya
keputusan manajerial, dipercaya bahwa manajemen strategi mampu mengurangi ketidakpastian dan kompleksitas bisnis. Namun di awal tahun 1980-an manajemen strategi mulai ditinggalkan, hal ini diakibatkan efek dari banyaknya pihak yang mulai meragukan kontribusi riil,
mulai dikeluhkan tentang fungsi dan efektivitas perencanaan manajerial, dirasa sulitnya melakukan eksekusi strategi seperti yang telah direncanakan. Pada pertengahan kedua dasa warsa 1980-an manajemen strategi
tempat terhormat seperti pada saat awal diperkenalkan, dengan perubahan dari
mendapat
65
aspek konsep, asumsi, proses, dan teknik analisis dengan tujuan untuk
meneguhkan peran sebagai alat bantu pengambilan keputusan manajerial yang
handal, dan telah digunakan secara luas di dunia bisnis saat ini. Di era 90-an
sebenarnya mulai diperkenalkan teori Strategi Bersaing ( Competitive Strategy )
yang dikenal dengan Five Forces Model. Dalam teori ini dari 5 arah terdiri dari
persaingan diantara pesaing sejenis, pendatang baru yang potensial, pelanggan, supplier, produk pengganti bahkan datang dari pemegang kepentingan lainnya seperti pemerintah, dan unit kerja. Gambar 3.1 Porters 5-Forces Model
66
menekankan bahwa strategi bisnis harus didasarkan pada sumberdaya dan lingkungan bisnis "nanti" atau yang diantisipasi, bukan "sekarang". Strategi juga merupakan cara yang dipilih oleh manajemen puncak untuk
mewujudkan visi, melalui misi. Oleh karena manajemen strategi merupakan proses berkelanjutan, sekali strategi yang telah dirumuskan diimplementasikan,
sering kali diperlukan modifikasi atas strategi tersebut, disesuaikan dengan perubahan lingkungan atau kondisi organisasi.
seluruh dunia serta diikuti dengan penyesuaian- penyesuaian politis dan budaya, untuk itu penting artinya bagi perusahaan perusahaan untuk menyusun manajemen strategi dalam era globalisai ekonomi.
Kondisi ekonomi di era global ini mengalami turbulensi yang luar biasa,
yakni segala sesuatu bergerak dalam hitungan detik, pasar diwarnai dengan persaingan yang luar biasa hebat, teknologi yang perkembangannya sulit ditebak, dan dunia bisnis harus menyesuaikan diri dengan konsumen yang lebih memegang peranan. Dalam diikuti oleh perekonomian global, globalisasi ekonomi juga
yang relatif lebih murah , dan dengan kemampuan menyesuaikan tawaran dengan kebutuhan pelanggan dan menumbuhkan tawaran menjadi lebih pribadi.
bersaing untuk memaksimalkan profit dalam jangka panjang, antara lain perusahaan harus memusatkan perhatian pada peluang dan ancaman yang ada
serta terus memupuk keunggulan dan berusaha menutupi semua kelemahan yang dimiliki.
Kinerja perusahaan ditentukan oleh keunggulan kapabilitas sosio-kognitif perusahaan, khususnya dalam berbagai tim pengembangan dan implementasi
kognitif dan kompetensi-kompetensi sosial ) dan sumber daya organisasi ( teknik pemetaan dan pemodelan, serta desain struktur organisasi dan insentif ).
68
penilaian atas situasi, pemikiran strategis, pengambilan keputusan hingga implementasi strategi menurut Harrison ( 2002 : 21 ).
Aktivitas manajemen strategi meliputi aktivitas pengamatan lingkungan sampai pada evaluasi kinerja, pengamatan lingkungan eksternal dilakukan untuk melihat kesempatan dan ancaman serta pengamatan lingkungan internal bertujuan untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi, analisis ini sering disebut Strengths sebagai analisis SWOT yang berarti
69
Melalui analisis ini manajemen akan mudah mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi dan dapat menentukan misi kedepan dan merupakan langkah pertama dalam merumuskan strategi perusahaan. Misi berperan penting dalam menentukan arah atau tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan, karena darinya akan muncul program, anggaran, dan prosedur pengendalian aktivitas perusahaan.
ancaman ( threats ) bisnis yang perlu mendapatkan antisipasi. Dalam pengamatan tersebut akan mengidentifikasi sejumlah variabel pokok yang berada diluar kendali perusahaan yang diperkirakan memiliki pengaruh nyata, pengamatan lingkungan ini juga bertujuan sebagai usaha untuk mengetahui implikasi manajemen yang ditimbulkan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai
faktor eksternal yang telah diidentifikasi dan pengaruhnya terhadap perusahaan . Dari langkah ini diharapkan manajemen perusahaan akan memiliki gambaran
70
yang lebih jelas dalam menyiapkan strategi bisnis yang diperlukan untuk mengantisipasi implikasi manajerial yang ditimbulkan oleh lingkungan bisnis. Analisis lingkungan bisnis terdiri dari dua komponen pokok, yakni analisis lingkungan makro dan lingkungan industri ( competitive environment ). Jenis lingkungan makro terdiri dari lingkungan ekonomi, teknologi, politik termasuk pemerintah, hukum sosial budaya dan kependudukan . Keseluruhan jenis lingkungan yang termasuk kategori pertama ini memiliki pengaruh yang langsung terhadap prospek perusahaan, akan tetapi disaat yang sama juga mempunyai pengaruh tidak langsung melalui lingkungan industri. Lingkungan makro
diperlukan sebagai variabel bebas ( independent variable ), sedangkan prospek
perusahaan diperlukan sebagai variabel terikat ( dependent variable ). Lingkungan industri diletakan diantara keduanya , dan secara metodologis disebut sebagai
variabel antara ( intervening variable ) akan tetapi secara tersendiri, tanpa terlebih
dapat berdiri
Review of
( internal environment ),
71
Pengembangan (R & D), Pemasaran, Distribusi, Perencanaan, Keuangan, Administrasi, dan Sumber Daya Manusia (SDM). 72
Pelaksanaan analisis lingkungan internal dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan strategi diantaranya : 1. Pendekatan berdasarkan Profit Impact of Market Strategic Intensitas investasi ( modal tetap : modal kerja ) Pangsa pasar Kualitas Produk Pemanfaatan sumber daya Efektivitas operasi Biaya langsung per unit relatif terhadap pesaing.
2. Berdasarkan rantai pasok Kegiatan Utama ( bahan mentah, operasi, barang jadi, pemasaran, layanan konsumen). Kegiatan Penunjang (pembelian, perkembangan teknologi, MSDM, dan infrastruktur) 3. Berdasarkan fungsi Pemasaran Keuangan Penelitian dan Pengembangan Sumber daya manusia Produksi.
73
Tujuan utama dalam manajemen strategi adalah memadukan variabel-variabel internal perusahaan untuk menghasilkan keunggulan kompetitif perusahaan
strategi dengan pendekatan sumber daya menjadi 5 langkah utama utama yaitu : 1. Identifikasi dan kelompokan sumber daya perusahaan. Nilailah kekuatan dan kelemahan relatif terhadap pesaing, identifikasi peluang untuk
pemanfaatansumber daya yang lebih baik, 2. Identifikasi kapabilitas perusahaan . Apa yang bisa dilakukan perusahaan dengan lebih baik dari pesaingnya?, Identifikasi input sumberdaya pada tiap kapabilitas dan kompleksitas masing-masing. 3. Menilai posisi dan kapabilitas perusahaan dari segi potensi keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan kelayakan hasil pengembaliannya seperti Return of Invesment ( ROI ). 4. Pilih strategi yang mengeksploitasi sumber daya dan kapabilitas relatif perusahaan terhadap peluang-peluang eksternal. 5. Identifikasi kesenjangan sumber daya yang harus dipenuhi, investasi untuk perbaikan, penambahan dan peningkatan semberdaya Secara skematis dapat digambarkam seperti pada Gambar 3.4 berikut ini :
74
Strategi
a) b)
Potensi keunggulan bersaing yang berkesinambungan Kelayakan hasil kembaliannya (ROA, dan ROI)
Keunggulan bersaing
5. Identifikasi kesenjangan sumberdaya yang harus dipenuhi. Investasi pada perbaikan, penambahan, dan peningkatan sumbedaya
2. Identifikasi kapabilitas perusahaan. Apa yang bisa dilakukan perusahaan dengan lebih baik dari pesaingnya? Identifikasi input sumberdaya pada tiap kapabilitas dan kompleksitas masing-masing
kapabilitas
1. Identifikasi dan kelompokkan sumberdaya perusahaan. Nilailah S dan W relatif terhadap pesaing identifikasi peluang untuk pemanfaatan sumberdaya yang lebih baik
Sumberdaya
75
strategis menjadi berbagai sasaran strategi ( strategic objective ) . Ada tiga dokumen penting yang dihasilkan dari perumusan strategi ini (1) visi, misi, keyakinan dasar, dan nilai dasar organisasi, (2) penentuan tujuan ( goal ) organisasi, dan (3) strategi yang dipilih oleh organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi ( sasaran/objective ). David ( 2006 : 16 ) dalam buku Strategic Management yang bahwa perumusan strategi (strategic formulation ) mengatakan
visi, misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka
panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. Dengan demikian maka perumusan strategi mencakup bidang bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis apa yang akan ditinggalkan, sumberdaya apa yang harus dialokasikan, apakah perlu ekspansi bisnis atau diversifikasi, aliansi strategis atau merger dengan perusahaan lebih mapan.
perlengkapan baku yang harus dimiliki oleh organisasi. Visi adalah suatu pikiran yang melampaui realita sekarang, sesuatu yang kita ciptakan yang belum pernah ada sebelumnya, suatu keadaan yang akan kita
wujudkan yang belum pernah kita alami sebelumnya, sedangkan misi adalah jalan
pilihan ( the choosen track ) suatu organisasi untuk menyediakan produk / jasa bagi pelanggannya. Rumusan misi adalah suatu usaha untuk menyusun peta perjalanan, setiap organisasi menjalankan kehidupan organisasi di dunia yang tidak berpeta, oleh karena itu kemampuan organisasi untuk membuat peta yang secara akurat menggambarkan dunia yang dimasuki, memberikan kesempatan
bagi organisasi tersebut untuk menyediakan produk / jasa yang memenuhi
disusun dengan baik mendefinisikan tujuan mendasar dan unik yang membedakan perusahaan dengan perusahaan lainnya dan mengidentifikasi jangkauan operasi perusahaan dalam menyediakan produk dan layanan kepada pelanggannya, dan misi mengembangkan harapan kepada karyawan dan mengkomunikasikan 77
organisasi, sehingga menjadikan organisasi tersebut efektif. Visi diperlukan oleh organisasi untuk memfokuskan aktivitas organisasi, karena perusahaan
memerlukan arah yang jelas yang akan dituju oleh organisasi di masa depan. Visi
organisasi dapat memberikan kontribusinya sesuai dengan spesialisasinya masingmasing dalam mewujudkan apa yang digambarkan dalam visi organisasi. Misi diperlukan oleh organisasi untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, pernyataan misi adalah pernyataan tujuan jangka panjang yang
membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya, pernyataan misi mengindikasikan cakupan operasi perusahaan dalam definisi produk dan
yang akan diwujudkan oleh perusahaan, tujuan ini menunjukan arah menyeluruh yang akan dituju oleh perusahaan seperti peningkatan penjualan atau laba, melindungi pangsa pasar, peningkatan kualitas atau efektivitas proses.
78
Sasaran adalah target jangka panjang yang secara spesifik diharapkan oleh organisasi, dan kinerja organisasi akan meningkat jika tujuan atau goal konsisten dan jelas. Manajemen strategi membedakan antara tujuan dan sasaran, tujuan adalah pernyataan luas tentang apa yang akan diwujudkan oleh organisasi seperti
meningkatkan pendapatan penjualan atau laba, melindungi pangsa pasar,
yang harus dilalui dalam mencapai visi organisasi menurut pendapat Mulyadi dan Setyawan ( 1999 : 273 ). Gambar 3.5 Hubungan antara Visi, Tujuan dan Sasaran
VISI
TUJUAN ( GOAL )
Ditentukan pada tahap Perencanaan strategik ( strategic Planning ) Sumber : Mulyadi dan Setyawan ( 1999 : 272 )
SASARAN (OBJECTIVE)
79
Globalisasi ekonomi yang terjadi saat ini telah memicu persaingan yang sangat ketat dihampir segala bidang, tidak terkecuali industri otomotif dan telah terbukti bahwa perusahaan yang mampu bertahan bahkan berkembang adalah perusahaan yang mampu menampilkan kinerja terbaik melalui keunggulan mutu produk, produktivitas dan efisiensi yang tinggi, sehingga hal ini telah menjadi acuan kinerja suatu industri ( Key Performance Indicator ) yang bersifat terus menerus dan berkesinambungan. Dalam era ini manajemen puncak suatu industri berpendapat bahwa tugas perbaikan mutu, peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan prioritas utama mereka, maka tidak heran banyak perusahaan yang berlomba untuk menerapkan berbagai sistem yang mengacu pada perbaikan mutu produk, peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam perusahaannya, maka muncullah Total Quality Management ( TQM ), Sistem Manajemen Mutu ISO 9000, ISO/TS 16949 dan lain sebagainya, yang secara umum semua itu diarahkan untuk memacu bahkan memenangkan persaingan melalui keunggulan produk yang dihasilkan, penciptaan pelanggan yang loyal dan mau membeli kembali produk yang dihasilkan untuk jangka panjang. Menurut hasil survei di Amerika Serikat sekitar 80 % manajer di Amerika Serikat percaya bahwa keunggulan mutu akan merupakan sumber fundamental 80
sangat
bersaing,
karena
perusahaan-perusahaan
Jepang
mampu
pesaingnya.
berkesinambungan untuk meningkatkan produktifitas, kualitas produk dan efektititas proses produksi serta menekan biaya terus menerus, tanpa harus melakukan investasi yang besar, dan pada gilirannya akan meningkatkan daya saing perusahaan. Dan sebagai penghargaan atas keberhasilan manajemen Toyota dalam mengembangkan sistem produksi, pada tahun 2006 lalu masyarakat bisnis
Amerika Serikat menobatkan Toyota sebagai perusahan terpuji 2 dalam The
81
Teknik-teknik perbaikan berkesinambungan ini pada prinsifnya adalah teknik-teknik manajemen yang sederhana dan didasari common sense
sehingga mudah dipahami dan diterapkan oleh seluruh tingkatan karyawan dalam organisasi. Sebenarnya kaizen itu hanya salah satu dari keberhasilan Toyota dalam mengembangkan industrinya seperti dalam buku laris Toyota Way yang ditulis Liker ( 2006 : 85 ) yaitu ada 14 prinsif Toyota : 1. Keputusan Manajemen berdasarkan filosofi jangka panjang meskipun pada sasaran biaya finansial jangka pendek. 2. Menciptakan aliran proses kontinyu yang membawa masalah kepermukaan. 3. Menggunakan sistem tarik ( produksi. 4. Menciptakan keseimbangan beban kerja ( heijunka ) 5. Menciptakan kebiasaan menghentikan pekerjaan apabila ditemukan masalah kemudian menyelesaikan agar memeperoleh kualitas yang tepat sejak awal ( Jidoka ). 6. Menstandarisasikan tugas-tugas sebagai landasan untuk peningkatan terus menerus dan pemberdayaan karyawan. 7. 8. Menggunakan visual kontrol sehingga tidak ada masalah yang tersembunyi. Hanya menggunakan teknologi yang telah teruji secara seksama dan handal untuk melayani orang-orang dan proses. 9. Menumbuhkembangkan pemimpin-pemimpin yang memahami secara 82 pull system ) untuk menghindari kelebihan
seksama terhadap pekerajaan dan mampu mengajarkannya pada orang lain. 10. Mengembangkan orang-orang dan tim yang mengikuti filosofi perusahaan 11. Menghormati jaringan kerja dari partner dan supplier melalui Challenging mereka dan membantu mereka untuk meningkatkan kinerjanya. 12. Pergi dan lihat sendiri untuk memahami situasi secara seksama ( genchi - genbutsu ). 13. Membuat keputusan secara hati-hati ( meskipun lambat ) melalui konsensus, secara seksama mempertimbangkan semua pilihan ( menerapkan keputusan itu secara cepat ( nemawashi ). 14. Menjadi organisasi pembelajar melalui relentless reflection ( hansei ) dan continuous improvement ( kaizen ). Dari ke-14 prinsip di atas, kemudian dikelompokan menjadi 4P dari Toyota
Way yang dikemas secara sederhana agar mudah dipahami oleh semua tingkatan
options ) dan
organisasi, mulai dari manajemen puncak sampai pada karyawan operasional kemudian digambarkan dalam bentuk segitiga selanjutnya dikenal dengan
83
PROCESS
(Eliminate waste)
15
Keempat Kelompok tersebut adalah : 1. Philosophy : Pemikiran jangka panjang ( long term thinking ) mencakup prinsip 1 2. Process : Eliminasi pemborosan ( eliminate waste ) mencakup prinsip 2,3, 4, 5, 6, 7, dan 8. 3. People and Partner : ( recpect, challenge and growth them) mencakup prinsip 9, 10, dan 11. 84
4. Problem Solving
fondasi standar kerja dan Kaizen serta atap berupa sasaran yang ingin dicapai
yaitu kualitas terbaik, harga pantas dengan lead time sesingkat mungkin.
pesanan, takt time dan sistem tarik dan mengalir dengan menggunakan perintah
proses dan operator yang dikenal dengan istilah heijunka. implementasi just in time seperti
langsung pengambilan barang ke rak - rak yang tersedia dimana di tiap rak
terdapat nama barang , terkemas dalam jumlah yang jelas , dan sesuai dengan
kebutuhan pembeli pada saat itu, sejumlah yang diinginkannya, sehingga tampak effisien, dan ketepatan waktu yang di terapkan pada konsep supply produk. Di
setiap jalur produksi memiliki rak - rak khusus seperti di supermarket ( biasanya di letakkan di akhir jalur produksi ) ini merupakan konsep dimana proses di depan
menjadi pelaggan/customer (pembeli dalam konsep supermarket ) terhadap proses sebelumnya, dan proses sebelumnya menjadi supermarket bagi proses di
85
depannya karena menyediakan kebutuhan proses didepannya, ilustrasi sistem tarik ( pull system ) dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut ini : Gambar 3.7. Perbandingan Produksi Sistem Tarik dan Sistem Dorong
tarik yang berlawanan dengan konsep sistem dorong " PUSH SYSTEM" yang umum dilakukan pada perusahaan lain. jadi proses paling akhir adalah lokomotif dari proses awal .Sehingga nantinya kecepatan penjualan akan menjadi patokan
dari kecepatan produksi . Ada beberapa alat bantu yang kemudian diciptakan oleh TAIICHI OHNO untuk mendukung implementasi dari PULL SISTEM ini, yang
paling terkenal adalah kartu order barang yang di kenal dengan sebutan "
KANBAN" yang berisi berbagai jenis informasi penting yang merupakan
86
instruksi kerja di dalam proses maupun antar proses, dari sinilah konsep JUST IN
TIME mulai memiliki gambaran dan struktur yang jelas sebagai sebuah sistem
menggambarkan bahwa just in time menerapkan konsep memproduksi barang hanya apa yang diperlukan oleh pelanggan, dalam waktu yang sesuai, dan dalam
produksi yang mengalir, takt time dan sistem tarik. Sehingga keberadaan barang setengah jadi atau work in process ( WIP ) akan dapat dihilangkan atau diminimalisir dan akhirnya tercipta proses produksi yang efisien. Gambar 3.8 Just In Time Production
Sedangkan Jidoka
yang merupakan
Toyota Production
System ( TPS ) . berarti otomasi ( automation ). Tapi kalau dilihat dari tulisan "
manusia. Prinsip JIDOKA di mulai ketika ditemukannya mesin pintal otomatis oleh SAKICHI TOYODA , dimana alat ini akan berhenti bekerja secara
otomatis bila ada produk yang tidak sesuai atau cacat, sebuah alat khusus yang di pasang sebagai " sensor " akan terjatuh dan menghentikan mesin secara otomatis. Jadi Prinsip dari jidoka adalah proses akan terhenti dengan segera ketika terjadi masalah akibat ketidaknormalan ( abnormality ) dan menghindari untuk
alat ini merupakan alat anti salah ( pokayoke ). Dalam perkembangannya proses juga akan berhenti setelah seluruh proses selesai dikerjakan dan kemudian memberikan peringatan atau " nada panggil.
88
Sumber: Suzaki ( 1991 : 98 ) Aktivitas berjalan tidak dengan semestinya bisa di ketahui bila segala
sesuatunya sudah dibakukan sebagai standar. jadi itulah fungsi utama dari
standarisasi, yaitu untuk mengetahui apakah ada penyimpangan yang terjadi bila proses dilakukan sesuai standar, sehingga nantinya standar operasi yang sudah
dibuat merupakan referensi dari sebuah perbaikan yang akan dilakukan untuk
operasi maka kita akan mudah menemukan apa yang dikenal dengan "MUDA" atau pemborosan yang terjadi dalam proses .Jadi jidoka pada dasarnya
menekankan kepada sebuah kerja mesin yang otonom atau mandiri dikarenakan 89
In Quality. Selain Pokayoke pada saat proses produksi pada sistem konveyor/ ban berjalan juga di kenal "ANDON" yaitu sebuah alat yang memberikan otoritas
besar pada operator untuk menghentikan proses bila terjadi ketidak normalan, sehingga timbul metode "STOP, CALL, WAIT" dimana operator akan menarik andon untuk menghentikan proses. Andon otomatis akan menginformasikan kepada kepala regu atau atasan terkait untuk datang ke area bermasalah sementara Operator akan menunggu perintah selanjutnya dari atasannya. Gambar 3.10 Implementasi Konsep Jidoka Dalam Alat Kerja
Dan untuk mengembangkan rasa memiliki dari operator maka operator di beri arahan yang jelas mengenai sebuah prinsip dari proses produksi, dimana setiap operator adalah supplier dari proses di depannya tetapi juga merupakan pelanggan dari proses sebelumnya sehingga di kenal istilah "Next process is Customer" dan juga prinsip bahwa "Every operator is inspector" sehingga kualitas setiap produk yang akan dibuat merupakan tanggung jawab si operator sendiri, sehingga untuk mensosialisasikan prinsip- prinsip diatas sangat mudah dijumpai di perusahaan Jepang di Indonesia. Konsep Jidoka telah berkembang begitu pesat karena dapat diterapkan dimana saja dan dalam produksi apa saja termasuk industri jasa, dari konsep inilah muncul semboyan Tidak menerima barang jelek, tidak membuat barang jelek
dan tidak meneruskan barang jelek . Semua metode dan segala bentuk usaha di
atas akan mengalir dan bermuara pada prinsip yang merupakan penunjang utama dari JIDOKA yaitu " Build In Quality, untuk menuju "High quality product with
low production cost . Serta pemisahan antara kerja orang dengan kerja mesin
maka dikenal istilah Tabel Standar Kerja ( TSK ) dan Tabel Standar Kerja
Kombinasi ( TSKK ), yaitu tabel penggabungan antara kerja manusia dengan
kerja mesin.
91
Jishuken artinya investigasi masalah secara independen dan mandiri, konsep ini dikembangkan secara agresif oleh Toyota dalam rangka memacu peningkatan kualitas (Quality ), penurunan harga atau Reduction biaya melalui efisiensi ( Cost
), mempercepat penyampaian produk kepada pelanggan (Delivery ), ( Safety ), Pelayanan waktu purna tunggu jual
produk yang dihasilkan aman untuk dipakai yang yang cepat relatif
pelanggan ramah lingkungan sehinga tidak sulit saat pembuangan akhir dari produk ( Environmental Friendly ). Baik di internal Toyota maupun di mitra-
mitranya sebagai vendor yaitu para pemasok komponen Toyota, hal ini bertujuan untuk meningkatkan akselerasi persaingan industri yang semakin ketat, meliputi kualitas, sistem, dan metode proses. Dengan demikian penerapan konsep yang
setara diantara pemasok dengan pemasok maupun Toyota itu sendiri diharapkan akan memuluskan sistem produksi, sehingga tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu produk berkualitas tinggi, dengan biaya rendah dibanding pesaing dan waktu tunggu yang relatif pendek akan mudah dicapai. 92
House ) yaitu membuat kendaraan dengan kualitas terbaik, harga lebih murah, dengan penyerahan produk tepat waktu kepada lebih banyak orang. TPS merupakan aktivitas keseluruhan perusahaan, berdasarkan pada kesadaran untuk menghilangkan pemborosan 3M ( Muda, Mura, dan Muri ) , mencari rasionalitas cara manufaktur dan mengembangkan teknik manufaktur yang lebih baik TMMIN ( 2008 ) TPS mengenal 8 jenis muda dalam bahasa Indonesia Mubazir dan ini
merupakan pemborosan dan tidak mempunyai nilai tambah, dan harus dihilangkan
atau diminimalisir : 1. Muda karena produksi berlebih ( Over Production ) 2. Muda karena menunggu ( Waiting ) 3. Muda karena pengangkutan ( Conveyance ) 4.Muda karena proses ( Process ) 5. Muda karena inventory/stok ( Inventory/Stock ) 6. Muda karena gerakan ( Motion ) 7. Muda karena perbaikan,rework atau repair ( Rework/Repair/Correction ) 8. Muda karena ketidakpedulian terhadap masukan anak buah (Unawareness).
Goal yang akan dicapai dalam konsep bisnis Toyota di gambarkan dalam
93
Toyota House
Goal: Kualitas terbaik, Harga pantas, Lead Time sesingkat mungkin Just-In-Time
Sistem konveyor Takt Time Sistem tarik Heijunka
Jidoka
Stop ketidaknormalan Memisahkan kerja manusia dan kerja mesin
Standardized Work
Kaizen
77
3.7.3 Konsep biaya dalam TPS 3.7.3.1 Karakteristik industri otomotif dan implikasinya
Dalam perencanaan biaya dalam industri otomotif harus didesain sedemikian
rupa agar didapat rumusan harga produk yang kompetitif di pasaran, hal ini menjadi penting karena akan secara langsung membentuk pencitraan perusahan dimata customer namun demikian industri otomotif termasuk komoditas internasional dan harganya mahal, produk tahan lama dan memerlukan investasi
yang sangat besar dan pengembangan jangka panjang ( long term development ), 94
tapi selalu berhadapan dengan kompetisi pasar yang selalu ketat, sehingga cost management sangat berperan dalam mempertahankan stabilitas pertumbuhan dan untuk mencapai sukses dalam bisnis otomotif.
(2)
Konsep biaya dalam pendekatan tradisional bahwa Harga ditentukan oleh produsen hal ini sangat bertentangan dengan konsep global, sementara konsep biaya pendekatan filosofi TPS, Customer yang menentukan harga ( selling price )
sehingga konsepnya adalah : Keuntungan didapat karena adanya selisih dari harga dan biaya, dengan konsep ini akan memunculkan pemikiran yang bersifat
strategik yaitu untuk menaikan keuntungan diperlukan pengeluaran biaya yang efisien.
95
Cost
96
METHODS (TPS)
SAFETY
97
8. Data Collection 9. Discuss With Supplier ( host Plant ) 10. Theme Selection 2.1 Summary Order Last 6 Months Vs Actual Delivery data 2.2 Forecast Order for Next 3 Months 2.3 Rejection data for last 6 month (internal and claim) 2.4 Stock Qty and Process L/T 2.5 Company Organization 3. Make Part Flow chart ( PFC ) Before 11. Make Proces Flow Table 12. Draw PFC 3.1. Process map (Total) 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. Process map by group (Welding,Assy,etc) Machine List Loading machine per day (before) PQ Chart machine Down time machine Part name & Material List related to model line
13. Check Machine Loading Capacity 14. Sep Up Fix Part on Each Machine (Temporary Standard for Material & Machine) 15. Set up PFC Target Image 16. Arrange Smooth Flow 4.1. PFC target 4.2. Loading per day ( Target ) 4.3. PQ Chart Machine ( Target)
5. SET TEMPORARY STANDARD
98
18. Make Store 19. Make Temporary Standard Job ( Man & Methode) 20. Keep Temporary Standard 5.1. T S K K 5.2. Standard work Chart 5.3. Yamazumi chart 5.4. Model Line standard work type (type 1,2,3) 5.5. Working Instruction 5.6. MP calculation 5.7. Skill Matrix 5.8. Lay Out (before) 5.9. Delivery Route 5.10. Current delivery Pattern 5.11. Shipping Operation Diagram (SOD) 5.12. Ware House Lay Out
6. CONFIRMATION TRIAL
21. Confirm Implementation from "PUSH" to "PULL" System for Several Days
(Maximum 1 week trial) Change information issue methods Use "Temporary internal kanban" Current Stagnation condition
Set Temporaary Standard by 4M Time & Volume confirmation Yamazumi chart PQ Chart machine (target)
BEFORE
22. Add information Flow on PFC 23. Grasph current condition/ information ( With 5W2H) 24. Lead Time Calculation
(Before means that the condition was after setting temporary standard)
PIFC before condition 5W2H information flow kaizen direction Order Method Truck data Delivery data ( Plan Vs Actual ) Truck loading Volume Truck Loading effeciency Part Lay out at truck
25. Draw PIFC without any Stagnation on Part & Information 26. Lead Time Calculation 8.1. PIFC ideal condition 8.2. 5W2H information flow kaizen direction
9. GAP / PROBLEM ANALYSIS
27. To Compare Before and Ideal Condition 28. List Up Gap/Problem 29. Setting Priority of problem to be improved
99
30. Problem Analysis by 4 M 9.1. Gap analysis (Part & Information at shipping, production,procurement) 9.2. Gap & Problem analysis by 4M
10. SET UP JISHUKEN TARGET
31. Decide Kaizen Direction Base on Priority for Each Process 32. Set up Target Condition
Decide Control Point for : - Process Performance Target - Result Performance Target
10.1. 10.2.
33. Draw PIFC Target 34. Decide What Supporting Tools Should be Made 35. Lead Time Calculation Base on Target 36. Get Supplier's Top Management Commitment 11.1. PIFC Target 11.2. 5W2H information flow kaizen direction
12. SET JISHUKEN GROUP AND SCHEDULE
40. Data Processing & Temporary Tools Making 41. Self Simulation 42. Formal Tools Making 43. Make S/W,Supervisory Role & Abnormality Rule 13.1. TSK 13.2. TSKK 13.3. MP Loading 13.4. Abnormality Rules 13.5. Supervisory Rules 13.6. Standarized work availability (Old + New Total )
13.7. Truck Route 13.8. Shipping Operation Diagram (SOD) 13.9. Delivery Pattern 13.10. # of Kanban 13.11. Kaizen activity - Shortening L/T - Pallet Stock reduction
100
44. Conduct Training to Related Operator / Leader 45. Trial New System 46. Monitoring & Follow Up ( Using Check Sheet) 14.1. Training & trial 14.2. Downtime machine data ( Problem) 14.3. Machine Efficiency 14.4. Skill Matrix 14.5. Check Sheet of Supervisory rules 14.6. Reject part monitoring sheet 14.7. Daily equipment Checklist
15. TRIAL RESULTS EVALUATION
47. Analyze Actual Result vs Target / Standard - Check Fluctuation of Actual with Standard for each Control Point - Run This Step for Several Times - Check Operator walking, Motion and Feeling ( Eyesight,hearing,touch,smell,etc) 15.1. Truck Delivery efficiency 15.2. Improvement activity image 15.3. Mid Review problem finding 15.4. Line balancing 15.5. Productivity 15.6. Remaining & Next target planning 15.7. 5W2H information flow kaizen direction
16. MAKE STANDARDIZED WORK
48. Make Visualization Control for 4M 49. Set Supervisory Role 50. Daily Maintenance by Management Refer to Decided Control Ponit 16.1. Part Delivery Preparation graph 16.2. Part Loading Graph 16.3. Departure & Arrival of Truck graph 16.4. Productivity Progress Analysis 16.5. Absence Progress Analysis 16.6. Quality Progress Analysis 16.7. T S K 16.8. T S K K 16.9. Work Instruction 16.10. Visual Control (Addresing,delay,advance,safety) 16.11. Gentan-I Process 17. SET NEXT STEP KAIZEN TARGET 51. Suggest Kaizen Recommendation to Supplier for Level Up Activity 52. Continue Remaining Kaizen 17.1 Next Kaizen direction 17.2. Improvement activity Planning Sumber : PT IRC Inoac Indonesia ( 2008 )
101
merupakan ukuran kinerja yang pas dengan prinsif-prinsif manajemen pada waktu itu. Suatu perusahaan dipandang sukses jika mampu mengkonsumsi masukan secara efisien atau menghasilkan keluaran ( output ) secara produktif. Prinsif
manajemen seperti ini cocok diterapkan pada lingkungan bisnis dimana produsen
sebagai pemegang kendali bisnis menurut Mulyadi dan Setyawan ( 1999 : 244 ).
customer.
Di lingkungan bisnis global, produsen tidak lagi mengendalikan bisnis,
namun customerlah yang memegang kendali . Kompetisi yang dihadapi oleh perusahaan sekarang jauh lebih tajam, kemampuan perusahaan untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap proses yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Di dalam lingkungan bisnis seperti itu, fokus perhatian manajemen tidak lagi
cukup diarahkan pada masalah-masalah internal perusahaan, namun perlu
102
difokuskan pada pihak eksternal yaitu customer. Dengan demikian ukuran kinerja harus didesain untuk membentuk perilaku manajemen yang sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan. Fokus perhatian manajemen yang salah akan membahayakan kelangsungan hidup perusahaan,
maka untuk itu diperlukan pergeseran ukuran kinerja dari yang hanya efisiensi
masukan untuk menghasilkan keluaran tertentu, konsep produktivitas berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses menghasilkan keluaran dengan mengkonsumsi masukan tertentu. Efisiensi dan produktivitas merupakan suatu ukuran tentang
seberapa efisien suatu proses mengkonsumsi masukan dan seberapa produktif
suatu proses menghasilkan keluaran. Efisiensi merupakan ratio antara keluaran dan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada keluaran yang dihasilkan oleh suatu proses.
Efisiensi dan produktivitas hanya memfokuskan hubungan antara masukan
dengan keluaran. Proses sama sekali tidak dipertimbangkan dalam perhitungan ratio masukan dengan keluaran. Jika terjadi penyimpangan dalam efisiensi atau produktivitas, tidak ada usaha untuk mencari penyebabnya dalam proses , oleh karenanya ukuran efisiensi dan produktivitas tidak mengarahkan perhatian manjemen kepada improvement proses. 103
effectiveness juga dilandasi oleh continuous improvement mindset. Dalam konsep cost effectiveness fokus perhatian manajemen ditujukan untuk mengarahkan konsumsi masukan ke aktivitas penambah nilai dengan cara
mengurangi dan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah .Gambar 3.15 mengilustrasikan konsep cost effectiveness dalam komponen kegiatan bisnis customer value mindset, dari skema tersebut dapat terlihat mana faktor yang
memberi nilai tambah dan mana yang tidak memberi nilai tambah, bahwa setiap
aktivitas harus mempunyai nilai cost effectiveness dan mengeliminasi kegiatan
104
Gambar 3.15 Konsep Cost Effectiveness Dalam Komponen Kegiatan Bisnis Menurut Customer Value Mindset
Cost effectiveness
Cost effectiveness
Masukan
Keluaran
Customer
Cost ineffectiveness
dalam gambar berikut. Pada gambar tersebut dilukiskan berbagai jenis waktu yang membentuk troughput time dan dua jenis aktivitas yang mengkonsumsi waktu tersebut : aktivitas penambahan nilai dan aktivitas penambahan nilai. Proses
produksi yang ideal akan menghasilkan troughput time sama dengan processing
processing time dengan troughput time yang dikenal dengan istilah cycle
effectiveness, seberapa besar aktivitas bukan penambah nilai dikurangi dengan
dihilangkan dari proses pembuatan produk dapat diukur melalui CE dengan formula : Jika proses pembuatan produk menghasilkan produk sebesar 100% maka
aktivitas bukan penambah nilai telah dapat dihilangkan dalam proses pengolahan produk, sehingga customer tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas
bukan penambah nilai bagi mereka, sebaliknya jika proses pembuatan produk menghasilakan CE kurang dari 100 % berarti proses pengolahan produk masih mengandung aktivitas bukan penambah nilai bagi customer. Gambar 3.16 Unsur waktu yang membentuk throughput time dan jenis aktivitas yang mengkonsumsi waktu tersebut Value-added activities
Throughput time = Processing + Inspection + Moving + Waiting / Storage Time Time Time Time
106
Cost Effectiveness proses dihitung dengan persamaan : CE = Processing Time Throughput Time
improvement terhadap aktivitas penambah nilai melalui activity selection dan activitiy sharing seperti diilustrasikan pada gambar berikut :
Gambar 3.17 Strategi Untuk Menurunkan Processing Time dan Mengurangi Aktrivitas Bukan Penambah Nilai JIT Manufacturing TQC Zero Defect Cellular JIT Manufacturing Zero Inventory
+ Moving Time
Waiting/Storage Time
Value-added activities
107
kinerja, sehingga memungkinkan manajemen memfokuskan usahanya untuk melakukan improvement terhadap proses berdasarkan sudut pandang customer. Konsep efisiensi dan produktivitas berfokus ke kepentingan intern organisasi, tanpa memperhatikan manfaat peningkatan efisiensi dan produktivitas tersebut bagi customer. Suatu usaha yang tidak bermanfaat bagi customer mamiliki resiko tidak akan didukung oleh customer, dan pada gilirannya tidak akan ada yang menyediakan dana untuk membiayai usaha tersebut. 2) Konsep cost effectiveness menganalisis proses menjadi aktivitas penambahan nilai dan aktivitas bukan penambah nilai, sehingga memungkinkan
manajemen melakukan pengelolaan aktivitas (activity management) untuk menghasilkan pengurangan biaya secara signifikan bagi kepentingan
customer. Konsep efisiensi dan produktivitas berhenti setelah ratio masukan dengan keluaran selesai dihitung. Konsep terakhir ini tidak memberikan arah strategi yang harus ditempuh oleh managemen didalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
108
customer.
110
Gambar 3.18 Ukuran Kinerja Dari Perspektif Keuangan Sasaran Strategi Ukuran Hasil
Arus Kas Pertumbuhan penjualan, pendapatan,pertumbuhan laba operasi. Kenaikan pangsa pasar dan ROE
111
produk yang dikeluarkan oleh produsen merupakan harga yang harus dibayar kepada penjual, dan harga ini hanya merupakan salah satu komponen biaya bagi customer. Disamping harga customer masih harus mengeluarkan biaya order, penerimaan, pembayaran, inspeksi, handling, scap, rusak atau susut dalam penyimpanan,pengerjaan kembali ( rework ).
customer, perusahaan harus menentukan sasaran strategik yang berkaitan dengan waktu, kualitas, kinerja dan layanan disamping biaya, dan kemudian menentukan ukuran hasil ( outcome measure ).
dan kompetensi misalnya memilih proses inovasi dan proses operasi menjadsi unggulannya. Proses inovasi diukur lead timenya untuk mendapatkan kecepatan
waktu yang dibutuhkan perusahaan, proses operasi diukur dari cycle
112
effectivenessnya, untuk mendapatkan keunggulan perusahaan dalam menghasilkan produk dengan hanya menggunakan value added activities. Sebagai perusahaan
yang inovatif, secara cepat menghadirkan produk-produk yang memenuhi kebutuhan customer. Perusahaan akan terkenal effectiveness karena mampu menghilangkan sebagai produsen yang cost non value addaed activities dari
aktivitas proses operasinya, sehingga produk yang hasilkan berbiaya rendah menyaingi produk serupa yang dihasilkan pesainnya.
Dalam menerapkan konsep cost effectiveness untuk pengukuran perspektif
tersebut.
memotivasi personel perusahaan untuk berhasil dalam memenangkan persaingan.. Persaingan yang tajam dalam lingkungan bisnis global mednuntut perusahaan untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap produk dan proses .
113
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, kemampuan perusahaan dalam meluncurkan produk baru, menciptakan lebih banyak
kemampuan untuk melakukan yang digunakan untuk menghasilkan improvement terhadap
keberhasilan perusahaan dalam pertumbuh dalam lingkugan bisnis. Kemampuan perusahaan tersebut sangat ditentukan oleh kompetensi dan komitmen sumber
daya manusia dan ketersediaan prasarana, sarana dan teknologi.Oleh karena itu
manajemen perlu menentukan ukuran kinerja untuk memotivasi peningkatan kompetensi dan komitmen sumberdaya manusia sarana,dan teknologi yang tersedia.
Dalam penerapan cost effectiveness untuk pengukuran kinerja dari perspektif
pembelajar dan pertumbuhan perusahaan perlu menentukan sasaran strategik yang berkaitan dengan strategi kompetensi dan komitmen, kemudian menentukan
sementara TPS merupakan metode produksi terapan yang berorientasi penyederhanaan proses untuk mengurangi cost, maka hubungan antara implementasi TPS dan Balance Scorecard sebagai dasar cost effectiveness dapat diilustrasikan sebagai berikut: Gambar 3.19 Hubungan TPS dan Balance Scorecard Sebagai Dasar Cost Effectiveness.
mulai dari fenomena, identifikasi masalah, judul, daftar pustaka, landasan teori, hingga rencana strateginya tersaji dalam bentuk gambar berikut ini:
115
LATAR BELAKANG Tuntutan pelanggan kualitas baik harga lebih rendah waktu penyerahan pendek
pada
customer
OUT COME Pendapatan Perusahaan Meningkat profit meningkat Kepercayaan pelanggan meningkat Terciptanya loyalitas pelanggan
Dengan melihat kondisi seperti di atas maka dapat dirumuskan strategi obyektif
Cost Effectiveness yang akan dicapai melalui penerapan kosep Toyota Production
116
1). Menaikan Produktivitas Karyawan untuk menurunkan biaya produksi melalui penurunan Cost Of Goods Manufacturing dan Cost Of Goods Sold, menurunkan inventory, meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan melalui pengiriman tepat waktu, meningkatkan efisiensi proses melalui penyederhanaan proses dan meningkatkan kapabilitas proses serta penggunaan seluruh sumberdaya. 2). Menurunkan Lead Time Produksi dengan memperpendek proses dan mengurangi biaya inventory diukur menggunakan Indicator Inventory Cost ( IIC ) dan Indicator Material Turnover ( IMT ), visualisasi keberadaan stok untuk mempermudah pengontrolan, memperkecil penggunaan areal penyimpanan dan menetapkan sistem tarik atau pull sytem melalui penerapan Kanban, secara skematis dapat dilihat pada gambar 3.21.
117
Gambar 3.21 Alur Pemikiran Strategi Cost Effectiveness Melalui Business Mapping Strategy
118
melalui konsep bisnis Toyota Production System ( TPS ) merupakan studi kasus
dari PT. IRC INOAC INDONESIA yang beralamat jalan Agarindo Raya KM 6
dengan rincian kegiatan sebagai berikut. 1. 2. 3. Persiapan dan aktivitas TPS Pengolahan data Penulisan thesis : 3 bulan : 2 bulan
: 3 bulan
119
2 Persiapan
Pengumpulan Literatur
4 Pengolahan data
120
factories (Toyota Plant) since 2001, this activity has been promoted to supplier,
TPS was developed by Taichi Ohno and was applied not only to the shop floor of Toyota Plants but also spread to supplier ( Liker, 2006 : 32 ). TPS consists of
many sub-activities under three main activities. (1) Just In Time (JIT) : Produce right part, right amount, at the right time. : In-station quality control. Making problem visible and never letting, a defect pass into the next station.
(2) Jidoka
121
(3) Kaizen
: Continuous improvement that encourage employee to suggest new ideas to reduce waste and improve productivity.
Sehingga dalam penyusunan karya akhir ini penulis menggunakan informasi jenis finansial yaitu informasi jenis keuangan perusahaan melalui laporan Performance result berupa Summary Report dan informasi jenis non finansial
yaitu informasi dalam perspektif internal bisnis seperti reject ratio, customer
(b). PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR (ADM), beralamat di Jl. Gaya Motor III No.5 Sunter II Sungai Bambu Tanjung Priok Jakarta Utara. (c). PT ABADI BARINDO AUTOTECH DAN TS TECH. INDONESIA
(d). PT. NISSAN MOTOR INDONESIA (NMI), beralamat di Bukit Indah City Blok A III Lot 1 s.d 13, Dangdeur-Campaka Purwakarta Adapun media internet dan data Gaikindo penulis gunakan sebagai sumber informasi dalam mendapatkan angka penjualan mobil berbagai merk di Indonesia.
tertulis perusahaan. Metode pengumpulan informasi ini akan lebih mudah dipahami dalam tabel berikut :
(b). Analisa data data baik yang ada di internal PT IRC INOAC INDONESIA
maupun dari Customer, berupa penilaian kinerja kualitas dan delivery supplier.
123
Tabel 4.2 Teknik Pengumpulan Informasi Teknik Pengumpulan Jenis Informasi Sumber Data Informasi
Laporan Profit and Loss Finansial Keuangan Summary Report Inoac ( Performance Result ) Pelanggan Toyota,Daihatsu, Nissan, Abadi Barindo, TS TECH. Internal Bisnis Non Finansial Data : Customer ratio, Data Penilaian Supplier dan Survey Customer. Data dan Observasi Data dan Observasi
claim,rejection delivery
performance,
productivitas,meterial dan finished goods turn over Belajar & Tumbuh Karyawan Observasi
124
kepentingan (stakeholder), mempunyai pertanyaan serius mengenai peran dewan komisaris dalam proses mengelola perusahaan. Manajemen puncak khususnya Dewan Direksi bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris untuk keseluruhan
manajemen perusahaan. Tugas direksi adalah menyelesaikan persoalan-persoalan
dengan dan melalui berbagai hal untuk mencapai tujuan perusahaan. Secara umum, manajemen puncak yang efektif adalah orang yang melihat bisnis secara keseluruhan, orang yang dapat menyeimbangkan kebutuhan
perusahaan sekarang dengan kebutuhan yang akan datang, dan orang yang dapat
membuat keputusan logis secara tepat waktu. Sebagai pemegang saham PT. IRC INOAC INDONESIA adalah dua perusahaan besar yakni Gajah Tunggal Group dari Indonesia dan Inoac
Corporation dari Jepang, dimana masing-masing mempunyai utusan sebagai
komisaris, dan sebagai direksi. Dalam operasionalnya perusahaan dipimpin oleh seorang utusan Inoac sebagai Vice President dan utusan Gajah Tunggal sebagai Executive Director, dan dibantu oleh tiga orang sebagai Direktur. Jika kita rujuk kedalam tabel Board of Director Continum yang tersaji
pada halaman berikut, tingkat keterlibatan top manajemen Inoac berdasarkan
125
Tinggi Aktif
Tinjauan Minimal
Secara formal meninjau dengan menyeleksi isuisu yang disampaikan oleh karyawan untuk diperhatikan
Partisipasi Nominal
Terlibat dengan tingkat terbatas dalam kinerja atau tinjauan terhadap keputusan kunci, indikator yang diseleksi atau program manajemen
Mengijinkan karyawan untuk membuat semua keputusan. Diputuskan sesuai rekomendasi karyawan pada isu tindakan
Karena itulah penulis sebagai bagian dari perusahaan termotivasi untuk membantu manajemen dalam merumuskan strategi bisnis objective cost effectiveness
127
Variable
1. Indikator Inventory Cost 2. Indikator Material Turnover
Parameter
Jumlah Finished Goods
Metode Pengukuran
Perbandingan antara Finished Goods stock terhadap total sales
Pelanggan
Presentase perbandingan antara total tepat waktu terhadap jadwal yang telah ditentukan Customer
Jumlah Waktu yang efektif Perkalian antara waktu tersedia, Performance Efficiency dan Rate of Quality Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi Perbandingan waktu yang tersedia dibagi dengan total order per hari ( Takt time )
Perbandingan total sales terhadap jumlah jam kerja karyawan Perbandingan Barang rejek terhadap total produksi
128
Frekuensi Break Down MTBF: Perbandingan antara waktu Operasional dibagi denhan Frekuensi terjadinya Break Down.
4. Retensi karyawan
129
memperoleh gambaran yang jelas melalui metode komperatif, dan tema strategi
untuk menuju Cost Effectiveness, penulis bagi ke dalam dua strategik tema yaitu:
Peningkatan Productivitas ( Increase Productivity ) dan mengurangi waktu tunggu ( Reduce Lead Time ) mengggunakan pengukuran kinerja .
keuangan menunjukan apakah strategi, sasaran strategi inisiatif strategi, dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba perusahaan.
Pada perspektif ini terdapat beberapa indikator yang dijadikan pengukuran kinerja perspektif keuangan dan telah di audit oleh Anditor Independen ORS -
130
FLEXIBLE
RP IN MIO A
U RP IN MIO T O RP IM MIO M O RP IN MIO T I RP IN MIO V E RP IN MIO RP IN MIO
224.237,43 46.045,68 283.722,26 554.005,37 6.467,28 32.68 2.771,30 9.271,26 1,67% 16.700 217.770,15 46.013,00 280.950,00 544.734,10 183.066,11 16.419,11 187.078,11 387.078,11 71.06% 4.185,74 3.947,91 11.046
FURNITURE
AUTOMOTIVE
FURNITURE
RP IN MIO
AUTOMOTIVE
% ppm
RP IN MIO RP IN MIO
TOTAL REJECT
NET PRODUCTION
FLEXIBLE
RP IN MIO RP IN MIO
FURNICURE
AUTOMOTIVE
%
FURNICURE
AUTOMOTIVE
NUMBER OF EMPLOYES
FLEXIBLE
FURNITURE
447.033,60 190.372,74 162.132,80 59.226,35 23.074,55 204.630,40 125.308,25 454.229,49 310.515,60 5.285,40 69.46% 20.82 5.083,00 1.889,88 4.925,00 7.195,90 11.816,00 1,58% 15.800 185.087,34 59.205,73 202.740,52
131
TOTAL 6
PRODUCTIVITY
19.810,00 27,50 0,189 2.383,527 501.37 21.03% 116.571,40 0.21 545.865,81 257.865,81 75.399,98 238.644,19 572.011,99 1.48
21.824,00 20,48 0,232 1.762.425,09 167.472,75 9.50% 109.765,87 0.25 444.639,93 196.162,83 68.258,14 190.812,32 455.233,29 1.47
WORKING HOUR
NORMAL WORKING TIME HOUR HOUR OVER TIME HOUR % % OVERTIME RP IN MIO
TOTAL SALES
FURNITURE
AUTOMOTIVE
MONTH
TOTAL STOCK TURN OVER Rp.in Billion % 10 11 12 13 14 15 16 17 GROSS PROFIT % PROCESS EFFICIENCY ( OEE ) % ON TIME DELIVERY Days DOWN TIME Second LEAD TIME Minute CYCLE TIME Minute MTBF MTTR 140 166 11.346 9.675 120 120 14,6 15,2 3% 3% 99,9% 99,7% 29.132 81,4% 18.057 75,6%
132
Dari data Indikator Inventory Cost ( IIC ) diatas tampak bahwa porsi Cost
Inventory tahun 2008 sebesar 20.1% ada penurunan 6.1% dibanding tahun 2007,
namun demikian ditinjau dari segi finansial masih terlalu besar, bahkan kalau mengacu pada trend inventory industri otomotif yaitu Zero Inventory karena
inventory 20% sama dengan 4 hari produksi, yang berarti Inoac setiap hari
menyimpan stok Finished Goods untuk kebutuhan 4 hari delivery masih terlalu besar dan diperlukan analisa mendalam seperti perbaikan konsep Inventory menuju Zero Inventory, salah satu konsep TPS Just In Time ( Kanban ) sangat direkomendasikan ( Lihat lampiran 2 dan 3 ).
Dari data diatas terlihat bahwa selama tahun 2008 Material Turnover sebesar 2,4% atau senilai Rp. 13,1 Milyar, kenaikan ini sebenarnya tidak
sederastis yang terlihat dalam laporan keuangan, hal ini dipicu oleh adanya kenaikan pejualan sebesar 22,8%, namun demikian kondisi seperti masih perlu perbaikan, karena akan mempengaruhi struktur cost produk yang dihasilkan dan secara langsung akan berdampak pada harga produk ,tapi kalau dilihat dari standar atau target yang ditetapkan oleh manajemen kondisi stok masih di bawah target
naik
5.2. Kinenja Perspektif Pelanggan ( Customer Satisfaction Perspective ) 5.2.1 Kepuasan pelanggan ( Customer satisfaction )
Kepuasan pelanggan diukur berdasarkan seberapa besar jumlah claim atau pengembalian barang dari pelanggan yang diintenfikasi berupa Cost of poor Quality ( COPQ ), karena ini menggambarkan tingkat kepuasan terhadap produk
yang disupply, CS merupakan perbandingan antara COPQ terhadap total sales dan
dikalikan 1000.000. CS Tahun 2008 X 1000.000 CS Tahun 2007 CS = Rp. 7.195.900 x 1000.000
CS = Rp. 9.271.260
134
Berdasarkan data CS diatas tampak indek COPQ dua tahun terakhir dengan COPQ sebesar 1,7% 17 PPM, customer claim sebesar 17 ppm relatif kecil
dibanding rata-rata industri yaitu 4 Sigma dengan acuan SIX Sigma atau 6200 Defect Per Million Opportunity ( DPMO ) dengan COPQ sebesar 15% - 20%
dari total sales, hal ini bisa disimpulkan kinerja perusahaan berada dalam kapabilitas Wolrd Class Company. Tabel 5.2 Six Sigma Process Capability
DPMO
3.4
COPQ
<10% of sales
CAPABILITY
World Class Industry average Noncompetitive
5 sigma
4 sigma
230
6200
10 to 15% of sales
15 to 20% of sales
3 sigma
2 sigma 1 sigma
67,000
310,000 700,000
20 to 30% of sales
30 to 40% of sales
menyediakan barang sesuai permintaan tetapi juga kemampuan armada transfortasi baik internal maupun logistik partner perusahaan delivery milkrun. Pengukuran kinerja dalam ketepatan waktu pengiriman barang definisikan sebagai rasio pemenuhan order yakni prosentase perbandingan antara total waktu delay terhadap total waktu supply. Data On Time Delivery dari laporan
Departemen PPIC, kinerjanya masih belum mencapai 100% yaitu tahun 2007
melalui sistem
yang berhasil mengimplementasikan cost effectiveness melalui program TPS diseluruh line produksi Toyota dan menjadi produsen mobil terbesar khususnya di Indonesia, keberhasilan ini patut dijadikan acuan dalam bisnis industri komponen Indonesia mengingat Toyota merupakan market leader dalam industri kendaraan roda empat di Indonesia. 136
Dalam Sistem Produksi Toyota ( TPS ) di kenal 8 jenis pemborosan yang di alokasikan sebagai sampah ( Waste Muda dalam bahasa Jepang ) yaitu yang tidak
efisien,persediaan berlebih, gerakan yang tidak mempunyai nilai tambah ( conveyence ), pemborosan karena proses, pemborosan karena persediaan,dan cacat produksi. Efisiensi proses dalam proses produksi dinotasikan sebagai Overall
Equipment Effectiveness ( OEE ) yaitu hasil perkalian antara waktu yang tersedia ( ATE ) dengan Performance Efficiency ( PE ) dan menurut Locks ( 1996 : 20 ). 137 Rate of Quality ( RQ )
OEE = ATE x PE x RQ dimana : ATE merupakan waktu yang tersedia dengan notasi ATE = Operating TIme Loading Time ATE = Loading Time - Break Down Time Loading Time Menurut standar Japan Industrial Production Management ( JIPM ) ATE ideal 90% (0,9 ) PE = Waktu proses ( Cycle Time ) x Jumlah yang diproses Operating Time
Standar RQ menurut JIPM ~ 99% ( 0.99 ) Dengan demikian menurut standar JIPM maka OEE ideal atau standar adalah : OEE = 0,9 x 0,95 x 0,99 = 0,846 = 0,85 138
= 85 % Bila kita mengacu pada laporan Performance Result OEE tahun 2007 adalah
75,6% dan 2008 adalah 81,4%, maka efisiensi proses di PT IRC Inoac Indonesia
masih di bawah standar umum produksi , hal ini menggambarkan perlunya peningkatan efisiensi proses.
waktu yang telah ditentukan untuk menyelesaikan satu produk dengan formula
Berdasarkan Data penjualan selama tahun 2007 dan 2008 produk Toyota yang merupakan produk dominan jenis Head Lining Roof : Tahun 2007 2008 Produksi / Sales = 71.400 / Tahun = 298 unit / hari unit / hari Produksi = 88.800/ tahun = 370 Tahun
139
Artinya selama tahun 2007 Inoac diharuskan memasok komponen sebanyak 298
unit per hari dan selama tahun 2008 diharuskan memasok sebanyak 370 unit per
hari, dengan waktu operasional 2 shift, dandory ( waktu set up ) rata-rata 25%. Dalam aktivitasnya ditetapkan sebagai berikut : Waktu operasi per hari : 8 jam x 60 menit x 2 shift x60 detik = 57.600 detik jumlah produksi perhari maka Takt time = 57.600 detik x 75% 370 unit = 116 detik artinya 1 unit produk harus dikerjakan dengan waktu 116 detik = 370 unit bahwa waktu operasi mesin Headlining Roof
Dengan melihat data laporan produksi pada performance result tahun 2008 di atas bahwa cycle time 120 detik, ini artinya 1 unit produk dikerjakan dalam kurun waktu 120 detik atau dalam satu hari PT IRC Inoac Indonesia hanya menghasilkan : Produksi = 480 menit x 2 shift x 60 detik x 0,75 120 detik / unit = 360 unit / hari
maka setiap hari akan selalu ada kekurangan part sebanyak 10 unit /hari atau sekitar 2,7% ( 370 unit - 360 unit ), dan harus dikerjakan dengan overtime yang tentunya ongkos yang dibutuhkan akan lebih besar dibandingkan waktu kerja normal. 140
meminimalisir muda, untuk menekan atau memperpendek waktu proses ( cycle time ), serta menerapkan Just in Time pada jalur produksi dan inventory.
didapat dari pendidikan formal dan no formal, skill atau keterampilan yang didapat dari pengalaman dan pelatihan serta tingkah laku ( attitute ).
141
Produktivitas tahun 2007 = Rp. 444,64 Milyar Milyar 1.762.425 jam 2.383.527 jam = Rp. 252.289,- / jam jam
= Rp. 229.018,- /
Berdasarkan data perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai produktivitas karyawan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar Rp. 23.271,- / jam ( Rp. 252.289 - Rp. 229.018 ), masih di bawah target manajemen yaitu 0,24 Man Hour yaitu Rp. 240.000,- / jam, diperlukan perbaikan yang mengarah pada
peningkatan produktivitas dan perusahaan pernah mencapai kinerja produktivitas terbaik selama tahun 2007 yaitu Rp. 252.289,-/jam.
rejek yang ditimbulkan terhadap total barang yang diproduksi dikalikan satu juta. Rejection Ratio = Number of Rejected Part x 1.000.000 ppm
142
Dari data Performance Result didapat rejek tahun 2007 sebesar 1,58% atau 15.800 ppm dan tahun 2008 sebesa 1,67% atau 16.700 ppm menunjukan angka
yang cukup besar karena masih di atas rata-rata industri yaitu 6200 ppm atau
keberhasilan perusahaan dalam memenuhi seluruh pesanan dari customer, karena akan mempengaruhi tingkat produktivitas perusahaan, indikator reliability dalam karya akhir ini digambarkan sebagai Mean Time Between Failure ( MTBF )
yaitu waktu rata-rata break down dengan break down berikutnya dan Mean Time
To Repair ( MTTR ) yaitu waktu rata-rata antara yang digunakan untuk
memperbaiki kerusakan suatu mesin. MTBF = Total Operating Time Frekuensi terjadinya Break Down dan
MTTR = Total Waktu Break Down Frekuensi Break Down Dari data laporan Performance Result didapatkan data bahwa
2007 sebesar 9.675 menit, tahun 2008 sebesar 11.346 menit, dan MTTR 2007 : 166 menit/ kasus dan 2008 : 140 menit/ kasus. disimpulkan bahwa kerusakan mesin Dari data tesebut dapat
MTBF tahun
143
MTTR
tingkat keterampilan ( Skill ) maintenace yang tinggi dan juga dapat diartikan sebagai efektivitas sistem pelatihan yang dijalankan suatu perusahaan, namun
sebaliknya MTTR
makin
besar
menggambarkan
tingkat keterampilan
menurunkan produktivitas karyawan Retensi karyawan tahun 2007 = karyawan keluar x 100 % Total Karyawan Karyawan = = 50 50 1714 1617 = = 2,9 % 3,1 % Dari data retensi diatas terlihat bahwa retensi karyawan tahun 2008 relatif sama yaitu sekitar 3% hal ini disinyalir meningkatnya ketidakpuasan karyawan x 100% Retensi karyaan tahun 2009 karyawan keluar x 100% Total
X 100%
dan diperlukan penanganan yang komprehensif agar tidak menggangu aktivitas operasional perusahan. 144
analisis SWOT dengan alur sebagai berikut : Gambar 6.1 Langkah-langkah dalam analisis SWOT Pengukuran Kinerja, Latar Belakang Karya Akhir Applikasi TPS, data survey customer
Analisis SWOT
Rumusan Strategi
6.1
strategi bersaing bisnis adalah analisis SWOT ( Strength, Weakness,Opportunity dan threats ). Strength dan Weakness mengindikasikan kekuatan dan kelemahan 145
PT. IRC INOAC INDONESIA dalam hal ini berkaitan dengan fungsi manajemen dan fungsi bisnis dalam hal : merancang pemasaran produk, sumber-sumber daya, sumber daya manusia dan keuangan.
Opportunity dan Threats merupakan analisis eksternal perusahaan
produksi, peranan
berupa peluang dan ancaman yang meliputi aspek sosial,teknologi, ekonomi, politik, hukum, lingkungan, demogratif dan pesaing, potensi PT IRC INOAC
INDONESIA dalam analisis SWOT di tampilkan dalam table di bawah ini Tabel 6.1 Analisis SWOT Inoac
PERSPEKTIF A 1
2
SWOT STRENGTH Indikator Inventory Cost cenderung menurun Pergerakan Material turn over lebih rendah dari target manajemen dan lebih rendah dibandingkan kenaikan produksi yaitu 22,8%. Indikator Mean Time Between Failur ( MTBF ) baik yaitu 11.346 menit dan kemampuan repair perbaikan mesin dilakukan Sendiri dengan MTTR 140 menit. Claim Customer ( COPQ ) rendah hanya 1,7% berada di bawah rata rata industri yaitu 15%-20% On Time delivery ratio mendekati 100% ( OTD ) WEAKNESS Rumusan strategi cost effectiveness belum ditetapkan secara jelas. Efisiensi proses dengan OEE 81,4% yang masih dibawah standar JIPM yaitu 85% Cycle time proses yang masih 120 detik/unit diatas takt time 116 detik. Produktivitas karyawan masih rendah dibawah target manajemen. Rejection Ratio masih di atas rata-rata 146
INTER NA L
B 1 2 3 4 5
6
7
Industri. Retensi karyawan resign masih tinggi yaitu 3% Masih banyaknya material impor
P elanggan ( C ustome r )
C 1 2 3 4
1 2
OPPORTUNITY Perkembangan industri terus mengalami kenaikan sehingga terbuka peluang bisnis yg besar Penguasaan pasar yg dominan Seat Pad:76%, PU:44% Pasar produk Headlining yang sangat besar karena 68% dari pasar yang ada masih di dominasi komponen impor ( CKD ) Kemampuan personnel Perusahaan dalam membantu pemecahan masalah di customer baik Adanya kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan PT IRC INOAC kepada perusahaan lain. THREATS Munculnya konsep Global Sourcing memicu munculnya persaingan yang sangat ketat. Harga produk PTI masih tinggi di bandingkan pesaing Mulai berkembangnya new technology Headlining yaitu acoustic sound absorption.
EKSTER NAL
3.
147
STRENGTH
3 Keter sediaan d an k esia pan me si nti nggi 6 Kemamp uanmeraw at mes in seca rain ho us e
WEAKNESS
6. Ret ensi K aryaw an R esig nti nggi ~ 3% 1 Rumu sa n strat egi c ost effect b el um di tetapka n 7 Pen ggunaan Material Imp or ma si hti gg i 5Rej ek Part masih ti nggi (PPM ti nggi ) 4Pro dukt ivit as k aryaw an y gren dah
STRATEGI
O PP OR T U NIT Y
2. Dominasi pasar/akuisisi Pasar 3. Peluang menggantikan Posisi produk impor 4 Skill karyawan dalam
Strategi SO di lakukan dengan cara menggunakan kekuatan perusahaan untuk meraih kesempatan ( Opportunity )
Strategi WO di lakukan dengan cara meminimalisir kelemahan perusahaan untuk meraih peluang yang ada
T HRE A T S
Strategi WT merupakan strategi dengan cara meminimalisir Kelemahan perusahaan untuk Menghindari ancaman
E KSTERN A L
4 Cl ai m Cu stome r renda h
1 Co st In ventory re ndah
148
namun masih bersifat umum dan memerlukan analisis baik kuantitatif maupun kualitatif The Companys strategy has been to increase its market share in domestic OEM and replacement market as well as penetration of international market to achive this strategy, it is important for the company to maintain high quality standard and reduce manufacturing cost through increasing in its efficiency(detil strategi dapat dilihat pada lampiran 1, executive summary )
alternative, melalui desain kualitas tinggi dengan harga yang kompetitif dan tidak menghasilkan pencemaran industri
6.3.2 Tujuan
Menaikan penjualan secara simultan rata- rata 50% sampai 2014 Menjadi pemenang Major Change Avanza/Xenia tahun 2011 dan Innova 2012 149
Pemenang tender project PM 7 General Motors dan Geelee China tahun 2010-2011
Pemenang tender proyek New Vega Yamaha dan Mio tahun 2011
applikasi/ teknologi baru. Menambah pasar baru untuk menggantikan produk impor melalui
penambahan frekuensi kunjungan marketing kepada customer, respon yang cepat, pembuatan catalog baru yang innovatif and informatif serta
pameran produk. Pemanfaatan rekomendasi para pelanggan untuk memperkuat brand image perusahaan.
6.3.3.2 Strategi WO
Menetapkan konsep bisnis Toyota melalui TPS yang agresif di setiap Lini produksi agar di dapat cost produk yang efisien. Lakukan penyederhanaan proses melalui proses yang
150
mesin produksi untuk memperpendek waktu proses dan menaikan produktivitas. Memberikan pelatihan karyawan level operasional untuk menekan rejek dan rework
Memperbaiki hubungan dengan karyawan melalui peningkatan
kesejahteraan dan jenjang karir untuk menumbuhkan loyalitas karyawan pada perusahaan.
Mengembangkan Build in Quality dan menanamkan prinsif tidak
meneruskan barang rejek kepada customer ( proses berikut ). Pemasangan andon pada mesin untuk menghindari produk rejek terus di produksi
6.3.3.3 Strategi ST
Restrukturisasi cost produk melalui aktual cost, material turnover yang
rendah. -
kemampuan perawatan in house untuk menaikan bargaining power perusahaan di mata para customer.
Mengembangkan R&D dalam mencari produk alternative, substitusi
151
Maintain customer melalui pemenuhan seluruh persyaratan, perbaikan delivery dan peningkatan kualitas produk.
Keuangan
1. Memasuki peluang / menambah baru keunggulan harga kompetitif kualitas terbaik ( SO ) 2. Menggantikan posisi produk impor ( WO )
1. Maintain pelanggan melalui peningkatan delivery & pelayanan purna jual ( ST ) 2. Memasuki pasar melalui harga kompetitif,kualitas terbaik produk baru ( SO ) 3. Pemanfaatan rekomendasi pelanggan untuk memperkuat brand image ( SO ) 4. Restukturisasi cost produk melalui actual cost ( ST ) 5. Lokalisasi material ( WO ) 1. Menetapkan konsep TPS di setiap line produksi untuk mendapatkan skala produksi yang ekonomis ( WO ) 2. Lakukan penyederhanaan proses mengalir reduksi gerakan ( WO ) 3. Transfer teknologi dari induk perusahaan di Jepang ( WT ) 4. Mengembangkan build in quality ( WO ) 5. Pemasangan andon pada mesin ( WO )
In tern al P ros es
P elanggan
1. 2. 3. 4. 5.
Pengembangan R&D untuk produk alternative ( ST ) Improvemen fasilitas ( WT ) Memnperkenalkan keunggulan teknologi ( ST ) Memberikan pelatihan karyawan/ training ( WO ) Memperbaiki hubungan dengan karyawan peningkatan kesehjahteraan ( WO ) 153
Pe rs p ek ti fKeu an g an
Reduce lead time Menurunkan cycle time ~ 5% dan menurunkan dandori sampai 5%
Pe rs p ek ti f Pe la n g gan
Kepuasan Pelanggan
On Time Delivery
Customer Claim
On Time Delivery
In te rn al Pro se s
Brand imag
Efisiensi Proses
Ando n
Pameran produk
Produktivitas
Reject Part
Reliability
Retensi Karyawan
Pengembangan
R&D
Training
Improve fasilitas
Training
Perbaikan Hubungan
154
teridentifikasi
mengarah pada OEE secara simultan sesuai standar industri JPIM yaitu
85%, serta rejection ratio harus dikendalikan dibawah rata-rata industri
Indicator OTD sebesar 99,9 % masih berpotensi untuk ditingkatkan menjadi 100%. 3. Pengaruh efisiensi yang ditimbulkan terhadap kepuasan pelanggan dan
keuntungan finansial perusahaan melalui profit and lost jangka panjang teridentifikasi melalui indikator Overall Equipment Effectiveness ( OEE ), sebesar 85%, penyederhanaan proses, takt time, dan cycle time, 155
produktivitas karyawan,
karyawan ditekan di bawah 3%. 4. Tujuan untuk mengukur potensi perusahaan melalui penerapan konsep bisis Toyota Production System ( TPS ) teridentifikasi melalui rumusan strategi analisis SWOT yang ditinjau dari Empat perspektif . 5. Strategi dapat dirumuskan dalam bentuk mapping strategy yang menggambarkan keterkaitan antar variabel yang ada dalam empat perspektif yaitu : Keuangan, Pelanggan, Internal Proses serta Pembelajaran dan Pertumbuhan.
SETELAH TPS
CUSTOMER E - KANBAN
SALES
SALES
SAD
PPIC
PPIC
PRODUKSI
MATERIAL
PRODUKSI
FINAL
INSPECTION
PACKING
PACKING
156
7.2 Rekomendasi
Pada hubungan business to business khususnya industri otomotif yang lebih menonjolkan kualitas hubungan yang rasional di dalamnya terkait dengan
kepuasan akan produk melalui kualitas, harga yang kompetitif, delivery tepat waktu dan tepat jumlah, pelayanan purna jual, , dan kepuasan dalam penanganan setiap masalah yang dihadapi, akan berdampak pada loyalitas customer akan
produk yang disupply. Hal ini bisa dilihat dari hasil Customer Survey yang masih
terdapat ketidakpuasan hubungan, ketidakpercayaan, Untuk itu strategi bersaing
dalam bisnis harus dipetakan melalui konsep bisnis strategis dalam waktu yang relatif panjang dan berkesinambungan, sehingga akan tercipta hubungan harmonis antara produsen dan konsumen melalui penciptaan produk yang : Berkualitas terbaik Harga yang pantas atau kompetitif Delivery tepat waktu dan tepat jumlah Pelayanan purna jual yang responsif.
157
rangka membangun kepercayaan pelanggan, dan bagaimana proses terjadinya kepercayaan oleh pelanggan pada lingkup business to business
2. Toyota Production System ( TPS ) merupakan sistem yang komprehensif dan telah diterapkan di berbagai negara, bahkan dalam aktivitasnya telah melibatkan para supplier melalui Jishuken akan tetapi komitmen para suplier untuk menetapkan konsep ini masih rendah, hal ini perlu dilakukan
158
DAFTAR PUSAKA
Ahyari, A. 1986. Edisi Empat. Manajemen Produksi. Pengendalian Produksi. BPFE Yogyakarta. Barney, J.B. 1997. Strategic Management.The Ohio State University.Ohiyo USA. Basri, M.Ch. 2008. Seminar Ekonomi Indonesia Pasca Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak. Toyota Manufacturers Club Jakarta. David, F. R. Edisi Sepuluh. 2006. Manajemen Strategik. Terjemahan Ichsan Setyo Budi, Salemba Empat. Jakarta. Dess, G.G., G.T. Lumkin, dan M.L. Taylor. 2009. Review Management Strategic. Melalui < http://web.mit.edu/2.810/www/lecture09/14.pdf > Faure,L.M. and M.M. Faure. 1996. Implementing Total Quality Management. Elexmedia Komputindo. Jakarta. Gaikindo. 2008. Seminar Pertumbuhan Pasar Industri Otomotif. Toyota Manufacturers Club. Jakarta. Gasperz,V. 1998. Production Planning And Inventory Control. Gramedia Pustaka Utama . Jakarta. Genba Research. 2002. Jus In Time Production. Melalui <www.genba.com> Ginsberg, A and N. Venkatraman. 1994. Strategy Management Journal. Volume 13. Published by John Wiley & Sons. Melalui < http://www.jstor.org/stable/2486351>. Grant, R.M. 1995.Strategic Management Journal. School of Business Georgetown University.Washington, DC, USA. Hamel, G. And C.K. Prahalad. 1999. The Core Competence of The Corporation. Harvard Business Review.
159
Harrison, N. and D.Samson. 2002. International Edition. Technology Management. Mc. Grow-Hill Higher Education. New York. USA. Heizer J.dan B. Render. Edisi Tujuh 2005. Operation Management. Salemba Empat . Jakarta. Hunger J. D. and T.Wheelen . Edisi Dua. 2003. Strategic Management. terjemahan Julianto Agung, Andi Yogyakarta. Inoac, IRC Indonesia PT. 2006. dan Review 2008. Business Plan 20072012. Business Management Group. Jakarta. -------.2009 Penjualan Otomotif Empat Roda. Business Management Group. ISO/TS 16949 : 2002. Particular requirement for the application of ISO 9000 : 2000 for automotive production and relevant service part Organization. IATF. USA. Kaplan, R. S. And D.P. Norton. 2001. The Strategy Focused Organization. Harvard Business School Press.USA -------.1996. copyright 2000 Putting Balance Scorecard to Work. Harvard Business Review. Kompas, Desember 2008. Kondisi Ekonomi Indonesia Asumsi Pemerintah. Kompas Gramedia Grup Jakarta. Liker, J.K. 2006. The Toyota Way 14 Prinsip Manajemen. Erlangga Jakarta Locks, M. O. Edisi Dua. 1996. Reliability, Maintainability And Availability. Toppan Company ( S ) Pte.Ltd. Mackay, D. 2000. An Introduction to Six Sigma Quality. Melalui
< www.adamsixsigma.com/sample_project/six_sigma_project.htm>
Mulyadi dan J. Setyawan. 1999. Sistem Perencanaan Dan Pengendalian Manajemen.Aditya Media Yogyakarta.
160
Porter, M. Copyright 1997-2007 Quick MBA.com. Strategic Management. Internet Center for Management and Business Administration Inc. Melalui < www.quickmba.com/strategy/ > Prasetya, K.T.2006. Manajemen Strategi Dalam Menghadapi Era Globalisasi Abad 21. STIE Kampus Ungu. Jakarta. Santoso, D. 2008. Manajemen Mutu. Materi Kuliah Magister Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta. Suwarsono, Edisi revisi. 1996. Manajemen Strategik Konsep Dan Kasus. Penerbit Akademi Manajemen Perusahaan YKPN Yogyakarta. Suzaki, K. 1991. Tantangan Industri Manufaktur. Penerapan Perbaikan Berkesinambungan. Terjemahan Kristianto Jahja. PQM Consulting.Temprint Jakarta. Syamil, A. Just In Time Lean Manufacturing Melalui <http://www.clt.astate.edu/asyamil/asyamil AT yahoo DOT COM>. Techakanont K. 2007. Roles of Japanesse Assemblers in Tranferring and Production Management Capabilities to Production Network in Thailand. Discussion Paper NO. 002 PDF. FE Thammasat University Thailand. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. 2008. Kaizen Standar Kerja. Teks untuk trainee. Toyota Production System ( TPS ). Human Resources Development Division. Trisuwarni, A. 2008 Manajemen strategik. Materi Kuliah Magister Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta Tunggal, A.W. 1994.Manajemen Strategik Suatu Pengantar. Harvarindo. Jakarta
161
LAMPIRAN
162
Lampiran 1
Executive Summary
1. Overview PT. IRC INOAC INDONESIA is a leading Indonesian manufacturer and sales of automotive and industrial rubber parts, automotive interior and plastic functional products, flexible foam and furniture. Consolidated net sales of the Company were Rp 651,3 billion for 2006 (Exclude Tire Sales) and expected to increase to reach Rp
1,073 billion in 2007. The Company is the dominant supplier of automotive rubber
parts, automotive interior products and plastic functional part to Indonesia OEMs and for replacement market and is the leading seller of flexible foam in the domestic market. A significant portion of the Companys Furniture sales went to export market. 2. Company Policy And Objective PT IRC INOAC INDONESIA shall be the worlds Rubber, Polyurethane and plastic, and Furniture and Flexible manufacturer, which contributes more values to human life through creative and aggressive development, In order to be the top Rubber, Polyurethane Furniture and Flexible manufacturer in the region, the Company has committed to increase its sales by more than the GDP growth through development of new customers, new market, new products and improvement of its product Quality according to International Standards through ISO 9001:2000, ISO 14001:2004 and ISO/TS 16949:2002 3. Strategy The Companys strategy has been to increase its market share in domestic OEM and replacement market as well as penetration of international market. To achieve this strategy, it is important for the Company to maintain high Quality standards and reduce manufacturing costs through increasing in its efficiency. Initially, the company focused on dominating the automotive, furniture and Flexible foam market and maintaining a large market share of replacement market, in which margins traditionally are highest.
The Company believes that increasing deregulation and the trend towards
increased free trade in Asia offer promising opportunities for the Company . Plans for future regional economic integration, such as AFTA and APEC, will have a significant impaction both countries and individual companies in Asia. The major
impact on the Company will be in relation to the reduction of import tariffs, both in
Indonesia and in neighboring Asian countries. The Company has prepared for future
import tariff reductions in Indonesia with a strategy that focuses on reducing costs, through economies of scale and increasing exports. The Company believes that this
will enable it to maintain its market share in Indonesia while strengthening its position in the international market. 163
Lampiran 2
Customer Survey
Customer Satisfaction Survey data's For OEM & Non OEM Market [A] PT. IRC INOAC INDONESIA Capabilities compare to other supplier in : IRC INOAC ~ Completeness of Variant Product Fair ~ On time Delivery Poor ~ The accuracy of Product Quality concerning Fair to the spec requirement [B] PT. IRC INOAC INDONESIA Marketing department capability in : IRC INOAC ~ Product Knowledge Good ~ Product Explanation capability Good ~ sales Tool Facilities ( Catalog/price list etc ) Fair ~ Sales Performance Good ~ Sales Personality Good ~ Frequency of Customer visit Fair ~ Problem Solving capability Good ~ Supplier Suggestion Fair [C] PT. IRC INOAC INDONESIA in receiving customer requirement IRC INOAC ~ Quotation Fair ~ Purchase Order Good ~ Delivery Fair ~ Servicing / Quality Fair ~ Customer Claim / Complaint Fair [D] PT. IRC INOAC INDONESIA Price to market High Price Competitor Fair Excel ent Excel ent
[E] Feed back to Customer if there is no stock for the customer requirement : Sometimes Information [F] Customer Purchase method to PT.IRC INOAC INDONESIA By Facsimile [G] PT IRC INOAC INDONESIA servicing when customer make phone cal : Transfer to some one else [H] Telephone operator service to IRC INOAC Indonesia's Customer : Fair
164
Customer Survey
[ I ] Communication/ information tool to Customer from IRC INOAC Indonesia's : Company Profile [ J ] The reason why Customer purchased product to IRC INOAC INDONESIA : IRC INOAC A1 A3 E A2 PRIORITY V 1 11 111 1V
Section G-2
~ Completeness of Variant product ~ Product Quality ~ Price ~ On Time Delivery ~ After Sales
[ K ] Will Customer recommended PT. IRC INOAC INDONESIA, to their client, if some customer Looking for INOAC OEM/Non -OEM Product? If Possible
Conclusion :
At the present Market Survey, the priority will be focusing to the point < 3 for the following Corrective action : 1. On Time Delivery ( 100 % ) 2. Pricing Note : Especially for the customer less judgment for our performance will be repeatedly survey after corrective action was made, before annually Market survey was issued for the end of year 2001.
( Agus Ms / Director )
165
Customer Survey
Section G-3
~ Kelengkapan Jenis Produk ~ Ketepatan Delivery ~ Ketepatan Kualitas terhadap spec yang disepakati
[B] Kemampuan Marketing IRC INOAC INDONESIA dalam hal : IRC Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Cukup
~ Pengetahuan Produk ~ Kemampuan menjelaskan Produk ~ Sarana Jual ( Katalog : Prices list:dll ) ~ Performance / Penampilan ~ Kepribadian ~ Frequensi kunjungan ke Customer ~ Kemampuan untuk membantu memecahkan masalah Customer ~ Saran / solusi yang di berikan
[C] Kemampuan PT. IRC INOAC INDONESIA Dalam menanggapi Permintaan Customer : IRC Cukup Baik Cukup Cukup Cukup
~ ~ ~ ~ ~
Penawaran Harga Order barang Pengiriman barang Service barang / Qualitas Claim / Keluhan
Tinggi
166
Customer Survey
Section G-4
[F] Cara pembelian barang Customer ke PT.IRC INOAC INDONESIA : " Melalui Fax "
[G] Pelayanan Operator PT IRC INOAC INDONESIA saat Customer menelepon : " Ditransfer beberapa kali "
[H] Pelayanan Operator PT. IRC INOAC INDONESIA pada Customer : " Biasa "
[I] Sarana komunikasi / informasi yang di peroleh dari PT. IRC INOAC INDONESIA : " Company profile "
[J] Alasan membeli produk PT. IRC INOAC INDONESIA Lihat A1 A3 E A2 Priority 11 1 1V 111
~ ~ ~ ~
[K] Apakah customer akan merekomendasikan PT. IRC INOAC INDONESIA Terhadap relasinya bila ada yang mencari produk OEM / Non OEM : " Bila Memungkinkan "
167
T= 13.00
Every Lot Making Lot Making V=90 pcs DN Heijunka Board Chutter V= 162 pcs Eve ry Delv Waiting Post
T= 11.00
V=90 pcs
3 2
PPC
9
8
V=100 pcs Kbn by Kbn
Fi x time control
6
KB
KB
PRO GRES
PRODUK SI
W HMA TRI L A
1
MIXING 240"
2
17" 1,86" PV02R=100 kg = 500 pcs
BLOW COOLING / MOLDING LEAK TEST No.6 (per 8 pcs) 62" 528"
4
246,2" DRILL ASSY PACKING Prepare Area 0,31''
C/T = 0,46"
66''
59''
Line Store
ASMO
CYCLE : 1 - 1 - 1
10 0,10''
T. 900"
Every Day KB 900" V. 126 pcs
Still discuss
1. Karton C = - pcs 2. Plug Ban = - pcs (Common Use)
3
1,29 DAYS DAYS 0,0167 DAYS DAYS
(layout)
0,6
Days
PIFC IDEAL
4,45 DAYS
DAYS
7,04
17,27
Lead time
AKTIVITAS TPS
Waiting Post
Collecting Box
customer
PI
Production PW
PW
customer
kanban
Customer
kanban
Line Store
PC Store
Shipping Preparation
Just In Time
PENYEDERHANAAN PROSES YANG DIUSULKAN SISTEM TARIK
Area
168
RIWAYAT HIDUP
Maman Supriatman dilahirkan di Desa Bantar gadung Kecamatan Warung kiara tanggal 6 April 1967 pasangan Utji Bin Marhadi pensiunan Tentara Pejuang Kemerdekaan
RI dengan Ny. Rukmanah, Menyelesaikan pendidikan
tahun 1980 sempat vacum selama satu tahun, kemudian Sekolah Menengah Pertama di SMP PGRI Palabuhan ratu tahun 1984 dan Sekolah Menengah Atas pada jurusan Mesin STM Negeri Sukabumi pada tahun 1987. Menempuh perguruan tinggi Diploma III melalui ikatan dinas Perguruan tinggi swasta pada Pendidikan Ahli Teknik Industri Gajah Tunggal ( PATIGAT ) tahun 1990,
selanjutnya menunaikan tugas ikatan dinas di PT IRC INOAC INDONESIA,
Divisi Rubber Goods yaitu perusahaan Penanaman Modal Asing ( PMA ) joint venture antara Inoac Corp. Jepang dengan Gajah Tunggal Grup dari Indonesia selama kurang lebih 18 tahun.
Disamping kesibukan bekerja sebagai Manager Quality Assurance dan
jabatan strategis lainnya seperti wakil Manajemen bidang Mutu dan Lingkungan ISO/TS 16949 dan ISO 14000, berhasil menyelesaikan pendidikan Sarjana strata satu ( S1 ) pada Sekolah Tinggi Teknologi Mutu Muhammadiyah ( STTM )
pada jurusan Teknik Industri tahun 2002, dan setelah lulus juga dipercaya untuk menjadi dosen tetap mata kuliah Manajemen Produksi dan Sistem Manajemen Mutu dan sebagai Ketua Lembaga Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat ( LPPM ) pada almamaternya. Dan pendidikan Pascasarjana Magister Manajemen konsentrasi Manajemen Operasi diselesaikan tahun 2009 dari Universitas Mercu Buana Jakarta . Maman Supriatman yang juga alumni Association of Overseas Technical Schoolarship ( AOTS ) Jepang juga pernah mengikuti pendidikan profesional baik di dalam maupun luar negeri seperti : Jepang, Thailand, China, dan Vietnam juga meraih sertifikat profesional dalam sistem mutu ISO 9000 dari
169
NQS Singapura, ISO/TS dari Plexus Australia dan ISO 14000 dari Premysis dan KEMA Indonesia, dan Manajemen Produksi Unika Atma Jaya Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Factory Manager pada industri komponen interior dan plastik otomotif PT IRC INOAC INDONESIA Divisi Polyurethane
Automotive di Tangerang dan Karawang Plant dan anggota organisasi nirlaba
Toyota Manufacturers Club ( TMC ) Jakarta. Saat ini hidup bahagia bersama keluarga dan tinggal di Perumahan Taman Royal 2 Jln. Parahyangan 2 /28 Kota
Tangerang Tlp. ( 021 ) 55744404 E-mail mamansp@ircinoac.co.id bersama istri
Ani Nuraeni seorang guru SMA Negeri 5 Kota Tangerang dan tiga orang putri : Syifa Rizqia ( 16 ), Syafira Puspita Dewi ( 9 ), dan Sasqia Zahara Putri ( 6 ).
170