You are on page 1of 164

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM PASCASARJANA

TESIS

ANALISIS KETERKAITAN VISI, MISI, DAN RENSTRADA


DENGAN ALOKASI ANGGARAN PEMBANGUNAN DAN
BELANJA DAERAH (APBD) TAHUN ANGGARAN 2004-2006
STUDI KASUS:
KABUPATEN SUMEDANG, PROPINSI JAWA BARAT

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar


Magister Sains (M.Si) dalam Ilmu Administrasi

Oleh:
Nama: Dodi Rohimat Sopiana
NPM : 6905030324
Program Studi: Ilmu Administrasi
Kekhususan: Administrasi dan Kebijakan Publik

JAKARTA
JUNI, 2007

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

UNIVERSITY OF INDONESIA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES
DEPARTMENT OF ADMINISTRATIVE SCIENCE
POSTGRADUATE PROGRAM
ADMINISTRATIVE SCIENCE PROGRAMME
MAJOR IN ADMINISTRATION AND PUBLIC POLICY

ABSTRACT

DODI ROHIMAT SOPIANA


6905030324
ANALYSIS ON THE RELATION OF VISION, MISSION, AND RENSTRADA WITH
THE ALLOCATION OF LOCAL BUDGET FOR FISCAL YEAR 2004-2006:
SUMEDANG REGENCY CASE STUDY, WEST JAVA.
xv + 102 pages + 22 tables + 5 charts + 7 diagrams + 4 attachments.
Biliography: 14 literature books, 6 articles, 2 annual report (2002), 3 another.

This research is aimed to identify how far the relation between the vision,
mission, and strategic planning of Sumedang Regency area with the allocation of
Local Budget for Fiscal Year 2004-2006 and concentrating on priority issues already
identified by the Government of Sumedang Regency through Local Budgets FY.
2004-2006. This Sumedang Regency, West Java Province study case is performed
through the approach of positivism. The data collecting technique is performed by
means of: (1) interviews with Litbang Bappeda and Badan Keuangan Daerah/Local
Financial Body; and (2) documentary observations on the documents of Sumedang
Regency Strategic Plan Year 2003-2008, Financial Report on Local Budget FY.
2004-2006, General Policy Directions of Local Budget FY. 2004 and FY. 2005,
General Policies of Local Budget FY. 2006 and LAKIP FY. 2005.
The findings of this research are: (1) for three periods of 2004-2006, the scope
of Local Budget allocation is focused on four strategic and continuous sectors those
are educational sector, health sector, infrastructure sector, agricultural sector, and
employment sector, therefore the achievement of vision through tourism sector is
sufficiently hard to be achieved with the support of budgetary allocation around 0.4
percent of the Local Budget allocation; (2) consistency of budgetary allocation policy
directions in the programs for three year budget (2004-2006) has not yet optimally
related with the achievements of Sumedang Regency visions-missions, for the
majority of programs determined are different from Renstrada programs. Of 94
Renstrada programs determined, there are only 19 programs related and
continuous in the 2005-2006 budget. Even so, positive things the scope of
expenditure budgetary allocation to education sector and health sector of it have

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

given its consideration on public expenditures from every sector even though in it
still including the apparatuses expenditure allocation.
For that reason this research suggests: (1) The commitment of DPRD (Local
Parliament) and Local Government is very much needed in the consistency of
budgetary allocation policy for agricultural sector and tourism sector as Sumedang
entry points to be developed, therefore it can make it easier for operational policies
in manifesting Sumedang visions-missions achievement stages; and (2) The
process of planning and budgeting should reflect budgetary allocation policies
based on its previous priority scale, which previously it has become the commitment
in the performances of Sumedang Regency Resntrada 2003-2008.

ii

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI
KEKHUSUSAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

ABSTRAK

Dodi Rohimat Sopiana


6905030324
ANALISIS KETERKAITAN VISI, MISI, DAN RENSTRADA DENGAN ALOKASI
ANGGARAN PEMBANGUNAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TAHUN
ANGGARAN 2004-2006: STUDI KASUS KABUPATEN SUMEDANG, PROPINSI
JAWA BARAT.
xv + 102 halaman + 22 Tabel + 5 Grafik + 7 Bagan + 4 lampiran.
Daftar Pustaka: 14 buku literatur, 6 artikel, 2 karya ilmiah (2002), 3 lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauhmana keterkaitan
antara visi, misi, dan rencana strategis daerah Kabupaten Sumedang dengan
alokasi Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran
2004-2006 dan memusatkan perhatian pada isu-isu prioritas yang telah
diidentifikasi oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang melalui APBD TA. 20042006. Studi kasus Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat ini dilakukan
dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
(1) wawancara kepada Litbang Bappeda dan Badan Keuangan Daerah; dan (2)
telaah dokumen atas dokumen Rencana Strategis Daerah Kabupaten
Sumedang Tahun 2003-2008, Pertanggungjawaban APBD TA. 2004-2006, Arah
Kebijakan Umum APBD TA. 2004 dan TA. 2005, Kebijakan Umum APBD TA.
2006 dan LAKIP TA. 2005.
Temuan penelitian ini adalah: (1) selama tiga periode tahun 2004-2006
cakupan alokasi APBD terfokus pada empat sektor strategis dan berkelanjutan,
yaitu sektor pendidikan, sektor kesehatan, sektor infrastruktur, sektor pertanian,
dan sektor ketenagakerjaan, sehingga capaian visi melalui sektor pariwisata
cukup sulit tercapai dengan dukungan alokasi anggaran sekitar 0,4 persen dari
alokasi APBD; (2) konsistensi arah kebijakan alokasi anggaran pada programprogram selama tiga tahun anggaran (2004-2006) belum secara optimal
berkaitan pada capaian visi-misi Kabupaten Sumedang, karena sebagain besar
program-program yang ditetapkan berlainan dengan program-program
Renstrada. Dari 94 program Renstrada yang ditetapkan, hanya 19 program yang
terkait dan berlanjut pada tahun anggaran 2005-2006. Namun demikian,
terdapat pula hal positif, yaitu cakupan alokasi anggaran belanja untuk sektor
pendidikan dan kesehatan sebagai besar telah memberikan perhatian pada
belanja publik meskipun di dalamnya masih tercakup alokasi belanja aparatur.

i
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Untuk itu peneliti menyarankan: (1) komitmen DPRD dan Pemerintah


Daerah sangat dibutuhkan dalam konsistensi kebijakan pengalokasian anggaran
untuk sektor pertanian dan sektor pariwisata sebagai entry point Sumedang
yang ingin dibangun, sehingga dapat memudahkan operasionalisasi kebijakan
dalam mewujudkan tahapan pencapaian visi-misi Sumedang; dan (2) proses
perencanaan dan penganggaran hendaknya mencerminkan kebijakan alokasi
anggaran berdasarkan skala prioritas yang sebelumnya telah menjadi komitmen
di dalam pelaksanaan program-program Renstrada Kabupaten Sumedang
Tahun 2003-2008.

ii
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Analisis keterkaitan ..., Dodi R

Analisis keterkaitan ..., Dodi R

Analisis keterkaitan ..., Dod

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim dengan segala kerendahan hati penulis


mengucapkan terima kasih syukur Alhamdulillah atas rahmat dan pertolonganNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan pada waktu yang ditargetkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Roy V. Salomo, M.Soc.Sc.,
atas bantuan dan bimbingannya selama ini. Tanpa bantuan dan bimbingan
Beliau, mungkin tesis ini belum tentu dapat terselesaikan pada waktunya.
Satu hikmah berharga yang paling dirasakan adalah perlunya keuletan,
disiplin diri dan motivasi yang kuat untuk menyelesaikan tulisan ilmiah seperti
tesis ini. Tampaknya hal ini akan menjadi pelajaran untuk masa yang akan
datang. Selain dituntut faktor kemandirian dalam diri penulis, kerelaan dari
banyak pihak untuk membantu dan mendorong terwujudnya tesis inipun
sangatlah diperlukan. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Bhenyamin Hoessein, Ketua Program Pasca Sarjana, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Administrasi, Universitas
Indonesia beserta staf dan karyawan Sekretariat Pascasarjana FISIPUI.
2. Drs. Achmad Lutfi, M.Si, Penguji Ahli, yang telah memberikan arahan
dan bimbingan pada penyempurnaan tesis ini.
3. Zuliansyah

P.Z., S.Sos., M.Si., Sekretaris Sidang, yang telah

memberikan arahan dan bimbingan pada penyempurnaan tesis ini.


4. Waluyo, S.Sos., M.Si., Kepala UPTB Litbang Bappeda Kabupaten
Sumedang beserta staf yang telah membantu kegiatan penelitian
sampai terbitnya laporan penelitian ini.
5. Orang tua dan istri tercinta yang telah memberikan motivasi dan
dorongan serta doa sehingga terbitnya laporan penelitian ini.
Sebagai suatu laporan ilmiah semoga tesis ini bermanfaat dan
menambah keyakinan bahwa sebuah komitmen adalah hal penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah khususnya konsistensi kebijakan

vi

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

alokasi anggaran terhadap implementasi program dan kegiatan yang telah


direncanakan sebelumnya untuk mendapat perhatian sebagai langkah upaya
pertanggungjawaban kinerja kepada masyarakat.
Menyadari bahwa kesempurnaan adalah hanya Allah Subhanahu Wa
Taala, maka penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan dari tesis
ini. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas sumbang saran dari
para pembaca yang diberikan guna memperbaiki dan mengembangkan tesis
ini di masa mendatang.

Jakarta, Juli 2007


Penulis

vii

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

DAFTAR ISI

Halaman
Abstrak.......................................................................................................

Lembar Pernyataan Orisinalitas.................................................................

iii

Lembar Persetujuan Tesis.........................................................................

iv

Lembar Pengesahan Tesis........................................................................

Kata Pengantar..............

vi

Daftar Isi................................................................................................. ...

viii

Daftar Tabel...................................................................................... .........

xi

Daftar Grafik...............................................................................................

xiii

Daftar Bagan..............................................................................................

xiv

Daftar Lampiran.........................................................................................

xv

1. BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

1.2. Perumusan Masalah..

1.3. Tujuan dan Signifikasi Penelitian

1.4

Sistematika Penulisan..................................................

2. BAB II: TINJAUAN LITERATUR DAN METODE PENELITIAN


2.1. Definisi dan Karakteristik Perencanaan Strategis......... ..

10

2.2. Manfaat dan Keterbatasan Perencanaan Strategis.............

13

2.3. Perencanaan Strategis dan Keuangan Terpadu .........

15

2.4. Definisi dan Kriteria Visi-Misi...............................................

18

2.5. Alokasi Sumber Daya..................

21

2.6. Model Analisis .....................................................................

24

2.7. Operasionalisasi Konsep.....................................................

26

2.8. Metode Penelitian................................................................

27

2.8.1. Pendekatan Penelitian........................................................

27

2.8.2. Tipe Penelitian....................................................................

27

2.8.3. Teknik Pengumpulan Data.................................................

28

2.8.4. Hipotesis Kerja...................................................................

29

2.8.2. Teknis Analisis Data ..........................................................

29

viii
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

2.8.3. Keterbatasan Penelitian.....................................................

31

3. BAB II: GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUMEDANG


3.1. Profil Wilayah...............................................................

32

3.1.1. Letak Geografis......................................................... .

32

3.1.2. Kependudukan ...................................................

35

3.1.3. Perekonomian............................................................

38

3.1.4. Pemerintahan.............................................................

41

3.1.5. Akuntabilitas Keuangan .............................................

45

3.2. Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008...

48

3.2.1. Visi, Misi, dan Nilai-nilai Daerah.................................

48

3.2.2 Tujuan dan Sasaran Pemerintah Daerah....................

51

3.2.3. Strategi Pemerintahan Daerah..................................

56

3.2.3. Arah Kebijakan Umum APBD TA. 2004....................

57

3.2.4. Arah Kebijakan Umum APBD TA. 2005....................

59

3.2.5. Kebijakan Umum APBD TA. 2006.............................

61

4. BAB IV: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


4.1. Analisis SWOT.............................................................

65

4.1.1. Kekuatan ...................................................................

65

4.1.2. Kelemahan..........................................................

67

4.1.3. Peluang .....................................................................

68

4.1.4. Ancaman ...................................................................

68

4.2. Isu-isu Strategis Pembangunan Daerah........................

72

4.3. Konsistensi Visi, Misi, Renstrada dengan


Arah Alokasi Anggaran ............................ .....................

73

4.4. Pengalokasian Anggaran Pada Lima Sektor Prioritas...........

87

4.4.1. Sektor Pendidikan.................................................. .....

87

4.4.2. Sektor Kesehatan.......................................................

90

4.4.1. Sektor Infrastruktur.....................................................

95

4.4.1. Sektor Pertanian.........................................................

96

4.4.1. Sektor Ketenagakerjaan..............................................

97

ix
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

5. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan...................... .............................................

99

5.2. Saran........................................ ....................................

100

6. DAFTAR PUSTAKA.. ...................................................................

101

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS

x
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbedaan Perencanaan Strategis dengan
Perencanaan Jangka Panjang...

11

Tabel 2.2. Perbedaan Anggaran dengan Rencana Strategis dan


Keuangan Terpadu..

16

Tabel 2.3. Basic Elements of Public Expenditure Management.

22

Tabel. 3.1. Luas Wilayah Administratif Kecamatanan dan


Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Sumedang
2004-2005

33

Tabel 3.2. Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan

34

Tabel 3.3. Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar, Yang


Ditempatkan dan Sisa Pencari Kerja Tahun 1993-2005.......... ...

35

Tabel 3.4. Jumlah Pencari Kerja Yang Ditempatkan Menurut


Jenis Pendidikan Kabupaten Sumedang Tahun 2005................

36

Tabel 3.5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Menurut


Sektor dan Kelompok Sektor Tahun 2002-2005 (Persen)

39

Tabel. 3.6. Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten


Sumedang dan Perubahannya....................................................

42

Tabel 3.7. Perkembangan Pendapatan APBD Kabupaten


Sumedang Tahun 2004-2006

46

Tabel 3.8. Alokasi Pengeluaran APBD Kabupaten Sumedang


Tahun 2004-2006

47

Tabel 3.9. Sasaran dari Tujuan Rumusan Misi Pertama Kabupaten


Sumedang Berikut Target Capaiannya

52

Tabel 3.10. Sasaran dari Tujuan Rumusan Misi Kedua Kabupaten


Sumedang Berikut Target Capaiannya

54

Tabel 3.11. Sasaran dari Tujuan Rumusan Misi Pertama Kabupaten


Sumedang Berikut Target Capaiannya

55

Tabel 3.12. Jumlah Kebijakan dan Program Menurut Bidang


Kewenangan

57

Tabel 4.1. Alokasi Belanja Menurut Bidang Kewenangan Pada


APBD Tahun Anggaran 2004-2005.

xi
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

78

Tabel 4.2. Perbandingan Alokasi Belanja Aparatur dan Belanja


Publik Berdasarkan Bidang Kewenangan Pada APBD
Tahun Anggaran 2004-2005 (Persen) .

80

Tabel 4.3. Jumlah Program dan Alokasi Anggaran Program


Menurut Bidang (Sektor) Pada TA. 2005-2006...

81

Tabel 4.4. Program Prioritas Berkelanjutan Menurut Bidang


Kewenangan Pada APBD TA. 2005-2006...

83

Tabel 4.5. Tingkat Pencapaian Target dan Realisasi Indikator Kinerja


Kegiatan Sektor Pendidikan Pada Tahun 2005-2006

88

Tabel 4.6. Tingkat Pencapaian Target dan Realisasi Indikator Kinerja


Kegiatan Sektor Kesehatan Pada Tahun 2005-2006

92

Tabel 4.7. Jumlah Program di Sektor Kesehatan Berdasarkan


Renstrada Dalam Dua Tahun Pelaksanaan Anggaran (2005-2006)

xii
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

93

DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 3.1. Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan (Persen)

34

Grafik 3.2. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan


Tahun 2000-2005

37

Grafik 3.3. Nilai PDRB Kabupaten Sumedang 2001-2005


(Milyar Rupiah). ..

38

Grafik 3.4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang


Tahun 1999-2005

40

Grafik 4.1. Realisasi IPM Kabupaten Sumedang Tahun 1999-2005.

87

xiii
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Proses Perencanaan Strategis...

12

Bagan 2.2 Langkah-langkah yang terlibat dalam proses


perencanaan strategi dan keuangan terpadu.

17

Bagan 2.3: Key questions strategi penjabaran dalam


mencapai misi.............................................................................

20

Bagan 2.4: Basic Objective of PEM and Budget Management.

23

Bagan 2.5. Matrik Analisis SWOT..

25

Bagan 2.6. Kerangka Pemikiran Penelitian..

26

Bagan 3.1. Kerangka Mekanisme Proses Penyusunan APBD


Kabupaten Sumedang

xiv
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

64

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I
1.

Garis Besar Fokus Perhatian Penelitian

2.

Transkrip Wawancara

LAMPIRAN II
1.

Prioritas dan Plafon Anggaran APBD Tahun Anggaran 2006

2.

Prioritas dan Plafon Anggaran APBD Tahun Anggaran 2005

3.

Prioritas dan Plafon Anggaran Program dan Kegiatan Menurut SKPD Pada
APBD Tahun Anggaran 2004

LAMPIRAN III
1.

Stuktur APBD Tahun Anggaran 2006

2.

Stuktur APBD Tahun Anggaran 2005

3.

Stuktur APBD Tahun Anggaran 2004

LAMPIRAN IV
1.

Tabel 1. PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha Atas


Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2005 (Juta Rupiah)

2.

Tabel 2. PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha Atas


Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2005 (Persen)

3.

Tabel 3. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan


Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2005 (Juta Rupiah)

xv
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Perkembangan demokrasi di Indonesia antara lain ditandai dengan
menguatnya kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Hal
ini menunjukkan betapa pentingnya sebuah kebijaksanaan reformasi di bidang
administrasi negara untuk meningkatkan kinerja pemerintah agar efektif dan
efisien. Untuk mencapai tujuan reformasi tersebut utamanya dilakukan melalui
penyempurnaan manajemen pelayanan publik. Penyempurnaan ini diperlukan
karena timbulnya tuntutan masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang
sebaik-baiknya dari aparat pemerintah. Wujud tuntutan masyarakat yang harus
dipenuhi oleh administrasi negara dalam orientasi pembangunan sektor publik
tersebut adalah terciptanya good governance, dengan sasaran utamanya
birokrasi. Penyempurnaan peran birokrasi di Indonesia ternyata tidak serta
merta

menghasilkan

suatu

potret

birokrasi

yang

diharapkan.

Persepsi

masyarakat masih memperlihatkan bahwa citra dan kinerja birokrasi masih


harus lebih ditingkatkan (Bappenas, 2005;2). Karena itu kecepatan pelayanan
dan akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik seyogianya dipenuhi oleh
aparat pemerintah atau birokrasi negara.
Dari sisi kepentingan pemerintah daerah, kecepatan pelayanan dan
akuntabilitas sangat diperlukan karena dapat menjelaskan sejauh mana daya
tanggap pemerintah daerah terhadap masyarakat dalam memberikan pelayanan
sesuai tuntutan publik, dan sejauh mana pula kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Oleh karena itu, tingkat pemahaman aparatur
pemerintah daerah terhadap masalah-masalah lokal akan sangat berpengaruh
pada kinerja pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat terutama dalam
menentukan prioritas-prioritas pembangunan. Ini berarti bahwa pemerintah
daerah harus mengembangkan informasi dua arah antara pemerintah daerah
dengan rakyat yang merupakan salah satu ciri dari demokratisasi (Smith,
1985;28). Dari sudut pandang akuntabilitas (local accountability), pemerintah

1
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

daerah akan terlihat sejauhmana mempromosikan kebebasannya mengatur


dirinya sendiri dalam memperhatikan hak-hak masyarakat melalui anggaran
publik.
Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik digunakan
untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk
memenuhi kewajibannya. Selain itu, anggaran publik digunakan untuk
memberikan informasi dan meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekerja
secara efisien, tanpa ada korupsi dan pemborosan. Di masa lalu, salah satu
kelemahan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah adalah lemahnya
partisipasi masyarakat daerah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) sebagai wakil rakyat. Kondisi ini dipertegas Haq (Kompas, 5 Juli 2006;9)
bahwa salah satu bentuk kegagalan birokrasi dalam pengelolaan anggaran
adalah lemahnya keterkaitan antara kebijakan pengeluaran dengan harapan
masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1) Terjadinya kesenjangan informasi antara Pemerintah daerah
dengan masyarakat. Tingginya asimetri informasi ini disebabkan
oleh tingginya biaya transaksi untuk melakukan pemetaan
kebutuhan masyarakat. Hal ini menyebabkan proses perencanaan
anggaran sangat rentan terhadap bias atau pengaruh dari
kelompok-kelompok kepentingan yang menyimpang dari harapan
masyarakat; 2) Terjadinya kesenjangan informasi antara
Pemerintah daerah dan DPRD. Eksekutif merupakan lembaga
yang lebih mapan dibandingkan dengan DPRD dalam upaya
melaksanakan
program-program
pembangunan.
Dengan
tingginya informasi yang dikuasai eksekutif, maka DPRD memiliki
kelemahan yang cukup signifikan dalam melakukan fungsi
pengujian (check) dan penyeimbang (balances) terhadap
program-program pembangunan yang diusulkan oleh Pemerintah
daerah. Dalam konteks inilah, maka ada potensi yang sangat
besar pada eksekutif atau instansi-instansi dalam tubuh eksekutif
untuk melakukan bias kepentingan terhadap alokasi anggaran; 3)
Lemahnya sistem dan mekanisme akuntabilitas di tubuh legislatif.
Hal ini dikarenakan sistem relasi antara DPRD dengan
masyarakat sangat jauh sekali. Tidak ada mekanisme untuk
menjadi agar DPRD melaksanakan tugasnya sesuai dengan
keinginan masyarakatnya. Lemahnya sistem akuntabilitas DPRD
ini bisa berakibat pada tingginya inefisiensi di tubuh pemerintahan
itu sendiri secara keseluruhan. Misalnya karena tidak ada
mekanisme akuntabilitas di tubuh DPRD, maka setiap anggota
DPRD akan bebas untuk menyalahgunakan wewenangnya
sebagai wakil rakyat untuk berkolusi dalam banyak hal dengan

2
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

eksekutif, lembaga yang seharusnya menjadi obyek pengawasan


DPRD; 4) Lemahnya fungsi kontrol masyarakat untuk memastikan
bahwa jalannya roda pemerintahan sesuai dengan harapannya
(Haq dalam Kompas, 5 Juli 2006;9).
Laporan terbaru dari Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum
(WEF), 2004) tentang Global Competitiveness Ranking (GCR) menempatkan
Indonesia di urutan ke 69 dari 104 negara yang diamati. Salah satu aspek
penilaiannya adalah sejauhmana birokrasi pemerintah (lembaga pemerintah)
memberikan kemampuan pelayanan yang baik, berorientasi pada pelanggan,
minimnya korupsi, berorientasi pada kerangka hukum yang jelas (Bappenas,
2005;9). Rendahnya peringkat Indonesia berdasar GCR dari WEF pada tahun
2004 menunjukkan seberapa jauh sebenarnya peran-peran pemerintah,
masyarakat, dan swasta mampu bekerja untuk mendinamisir keseimbangan
peran. Artinya, peran yang seimbang, yang dimainkan oleh pemerintah,
masyarakat, dan swasta akan memberikan dukungan terhadap kondisi
perbaikan Indonesia (Bappenas, 2004;42). Situasi ini menuntut pemerintah
daerah melakukan pembaharuan di berbagai sektor sebagai langkah mengatasi
dinamika

pembangunan

masyarakat

yang

semakin

kompleks.

Upaya

membangun birokrasi modern sebagai birokrasi rasional yang bertumpu pada


aspek profesionalitas dan prestasi, serta memiliki daya inovasi dan kreasi yang
tinggi di dalam meningkatkan kualitas manajemen pemerintahan, pada dasarnya
memerlukan proses, tahapan waktu, kesinambungan, dan ketertiban sebagai
kesatuan komponen yang saling terkait dan berinteraksi.
Untuk menyikapi agar birokrasi menjadi lebih efisien dan tepat sasaran,
daerah harus memiliki visi jauh ke depan, fokus pada misi dan tujuan
organisasinya (mission-type organization), serta adanya partisipasi komponen
civil society dalam mengontrol kinerja birokrasi agar jangan sampai melanggar
dan dimanfaatkan sebagai alat politik. Misalnya, rakyat di daerah sebenarnya tak
peduli siapa yang jadi pemimpin daerah dan wakilnya, asalkan yang
bersangkutan mampu dan mau berpihak pada kepentingan rakyat banyak dan
bukan kepada segelintir orang atau kelompok.
Peran pemimpin daerah yang profesional dan handal menjadi signifikan
dan menentukan terhadap pelaksanaan manajemen pemerintahan di daerah

3
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

yang bersangkutan. Kepala daerah memang sebuah jabatan politik dan


diposisikan sebagai pemimpin daerah, tetapi secara fungsional seorang kepala
daerah adalah sebagai administrator publik sekaligus manajer pembangunan.
Sebagai administrator publik seorang pemimpin daerah dituntut kemampuannya
untuk merumuskan secara bijaksana segala kebijakan pemerintah daerah yang
bermuara pada kepentingan rakyat banyak. Sebagai manajer pembangunan
daerah, seorang kepala daerah harus punya visi yang jelas tentang peran
pemerintah daerah dalam rangka memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Dari
kedua peran tersebut, pada akhirnya kepala daerah harus punya kebijakan dan
program yang jelas dalam upaya meningkatkan derajat kehidupan masyarakat di
daerahnya. Sementara di era otonomi daerah saat ini, peran Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) dalam proses pemerintahan daerah sangat accountable,
karena memiliki hak dan kewenangan yang kuat dan luas, seperti dikemukakan
Hoessein (2002) sebagai berikut:
walaupun DPRD sebutan sebagai Badan Legislatif Daerah
tidak lagi dianut, namun peran DPRD tetap sama dalam bidang
pengaturan,
penganggaran
dan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan kebijakan dan anggaran. Dalam bidang pengaturan,
DPRD berwenang menetapkan Peraturan Daerah. Peraturan
Daerah tersebut ditandatangani baik oleh Ketua DPRD maupun
KDH.
Dengan adanya pola hubungan antara keduanya diharapkan praktek
penyelenggaraan pemerintahan di tingkat lokal akan menjadi dinamis. Berbagai
kebijakan yang ditetapkan pemerintah daerah bersama DPRD dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, secara
normatif merupakan penjabaran dan pelaksanaan visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang dituangkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) sebagai acuan pembuatan Anggaran Pembangunan
dan Belanja Daerah (APBD). Good governance akan tercapai jika rumusan
tersebut dalam pelaksanaannya mendapat pengawasan (DPRD) yang berfungsi
secara baik, dan pada gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran akan
pentingnya tanggung jawab kepada masyarakat.

4
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Informasi tentang keputusan dan penyelenggaraan hasil keputusan


harus tersedia dan dapat diperoleh terutama oleh masyarakat yang menjadi
tujuan atau sasaran keputusan dimaksud. Misalnya, proses penyusunan
renstrada, nota keuangan, dan rancangan APBD (R-APBD) dilakukan secara
terbuka. Selain itu, membuka kesempatan yang seluas-luasnya keterlibatan
masyarakat dalam proses pembahasan R-APBD. Sebelum disahkan menjadi
APBD, DPRD memberi kesempatan kepada publik untuk menguji kelayakan
alokasi anggaran pada setiap pos untuk menghasilkan APBD yang dapat
diterima secara rasional dan berpihak pada kepentingan rakyat.
Hal ini dingatkan oleh Kartasasmita (1997:86), bahwa:
Ketertutupan menyebabkan birokrasi menjadi sulit dimintai
pertanggungjawaban. Padahal birokrasi bukan kekuasaan yang
berdiri sendiri, melainkan alat untuk mencapai tujuan yang lebih
besar sehingga tindak-tanduknya harus selalu dapat diawasi dan
dipertanggungjawabkan. Ketertutupan juga adalah untuk
menyembunyikan sikap keterbukaan dan menggambarkan
keengganan menerima kritik. Mengembangkan sikap keterbukaan
dengan demikian amat penting dalam upaya menyempurnakan
birokrasi. Keterbukaan akan merangsang perbaikan melalui saling
silang gagasan.
Pemerintah daerah yang melibatkan rakyat dalam melaksanakan
program-programnya cenderung akan lebih disukai. Dilibatkannya warga dalam
memberikan masukan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan memunculkan
sense of belonging. Masyarakat menjadi tahu tingkat keterbatasan pemerintah
dalam memberikan pelayanan publik. Pemerintah daerah yang partisipatif akan
lebih mudah dalam menyerahkan atau membagi urusannya kepada masyarakat.
Keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan
daerah (APBD) melalui pendekatan partisipatif tersebut memiliki arti bahwa
pencapaian hasil kinerja dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan alokasi
biaya yang telah ditetapkan. Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan
efektivitas yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan sesuai dengan
permasalahan pembangunan daerah yang bersangkutan. Dalam hal ini, sikap
tanggap sangat diperlukan oleh aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan
publik, karena hal tersebut merupakan suatu bentuk kemampuan organisasi
publik dalam mengenali kebutuhan masyarakatnya.

5
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Peningkatan kapasitas fiskal daerah juga bukan berarti anggaran yang


besar jumlahnya. Menurut Osborne dan Gaebler (1992), yang terpenting adalah
optimalisasi anggaran, karena peran pemerintah (daerah) hendaknya lebih
bertindak sebagai regulator, fasilitator, dan motivator dalam menggerakkan
proses pembangunan di daerah. Anggaran yang dibuat besar jumlahnya namun
tidak dikelola dengan baik (tidak memenuhi prinsip value for money) justru akan
menimbulkan masalah, misalnya terjadi kebocoran penggunaan anggaran.
Untuk itu, akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambil keputusan berperilaku
sesuai dengan mandat yang diterimanya (Mardiasmo, 2002). Dengan demikian,
pemerintah daerah tidak boleh keluar dari garis kebijakan yang telah
dirumuskannya. Akuntabilitas akan bernilai tinggi apabila kegiatan tersebut juga
sesuai

dengan

nilai-nilai

serta

norma-norma

yang

berkembang

dalam

masyarakat. Artinya pemerintah daerah harus dapat mempertanggungjawabkan


kinerja kepada publik dan fokus pada tujuan yang hendak dicapai. Akuntabilitas
akan terselenggara bila ada transparansi dan mengikuti peraturan hukum yang
berlaku.
Oleh karena itu, sebagai pendorong pembangunan dan sekaligus
administrator publik, tentunya Kepala Daerah Kabupaten Sumedang dan
jajarannya dituntut untuk lebih kreatif, mampu mendayagunakan secara optimal
sumber daya manusia di lingkungan Kabupaten Sumedang sebagai aparatur
yang kompeten dan mampu mengimplementasikan kultur administrasi yang
tugasnya melayani, memberdayakan, dan membangun dengan selalu berkreasi
dan memiliki daya inovasi. Di samping itu, menurut Kumorotomo (1999;89)
bahwa:
Dalam tugas-tugas pembangunan, aparat administrasi diharapkan memiliki komitmen terhadap tujuan-tujuan pembangunan,
baik dalam perumusan kebijakan maupun dalam pelaksanaannya
secara efektif dan efisien. Dia harus berorientasi kepada kegiatan
(bukan hanya terpaku pada aturan-aturan legalistik), mampu
memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan, serta mampu
merumuskan kebijakan-kebijakan tertentu ke arah kemajuan.
Singkatnya dia harus mampu menjadi agen-agen perubahan.
Upaya tersebut sangat penting mengingat Kabupaten Sumedang masih
tergolong "kabupaten tertinggal" di Indonesia. Gambaran situasi ketertinggalan
Kabupaten Sumedang ditunjukkan dalam penelitian Tim Peneliti Komite

6
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) (2002:120). Indikator


Rasio

Anggaran

Pembangunan

terhadap

APBD

Kabupaten

Sumedang

tergolong pada intensitas sangat rendah (10,52). Peringkat daya tarik terhadap
investasi secara umum tergolong pada peringkat 10 terbawah (118), terutama
dilihat dari faktor kelembagaan dan faktor sosial politik serta faktor ekonomi
daerah. Hasil olah data BPS pun menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Sumedang adalah sangat lamban. Meskipun ada
peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 1,79 persen (4,00
persen) dibanding tahun 1999 (2,21 persen), namun pada tahun berikutnya
kembali menurun. Tahun 2003 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
ekonominya hanya mencapai 3,86 persen atau masih di bawah rata-rata
kabupaten/kota se-Propinsi Jawa Barat sebesar 4,84 persen (lihat Grafik 3.4;
halaman 40). Gambaran ketertinggalan tersebut tidak terlepas pula daripada
kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) terhadap APBD yang rendah dengan
rata-rata 10,54 persen pada tahun anggaran 2004-2006 (lihat Tabel 3.7;
halaman 46).
Dalam fokus penelitian ini, pemerintah daerah dinilai berhasil jika mampu
memberikan

pelayanan

publik

secara

efektif

dan

efisien

dalam

mendayagunakan anggaran publik. Ini berarti sejauhmana kebijakan dan


program dapat memenuhi keinginan masyarakat atau mampu memecahkan
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat sesuai dengan visi dan misi daerah
Kabupaten Sumedang. Dampak APBD terhadap pembangunan daerah akan
nampak apabila belanja publik untuk pembangunan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya.

1.2. Perumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut:
Apakah terdapat keterkaitan antara visi, misi, dan rencana strategis
daerah Kabupaten Sumedang dengan alokasi Anggaran Pembangunan
dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2004-2006?

7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

1.3. Tujuan dan Signifikasi Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan keterkaitan antara visi,
misi, dan rencana strategis daerah Kabupaten Sumedang dengan alokasi
Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 20042006.

1.3.2. Signifikasi Penelitian


13.2.1. Signifikasi Akademik
Dengan mengetahui kondisi riil dari keterkaitan visi, misi, rencana
strategis daerah dengan alokasi anggaran (APBD Tahun Anggaran 2004-2006)
di Kabupaten Sumedang diharapkan dapat memberikan signifikasi akademik
khususnya dalam memperkaya pemahaman terhadap teori perencanaan
strategis dalam konsepsi pelaksanaan anggaran publik.

1.3.2.2. Signifikasi Praktis


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat disumbangkan sebagai bahan
pertimbangan dalam meninjau penerapan teori perencanaan strategis dalam
konsepsi anggaran publik, khususnya pelaksanaan kebijakan alokasi anggaran
di Kabupaten Sumedang melalui alokasi APBD Tahun Anggaran 2004-2006.
Lebih lanjut diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi semua pihak
dalam memahami kebijakan alokasi anggaran pemerintah daerah yang
semestinya menempatkan skala prioritas pengeluaran menjadi hal utama agar
dana bisa tepat sasaran.

8
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

1.4. Sistematika Penulisan


Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian seperti telah
dikemukakan, sistematika penulisan tesis disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab Satu menguraikan permasalahan penelitian mencakup: latar
belakang dan maksud dilakukannya penelitian; tujuan dan manfaat penelitian;
dan sistematika penulisannya.
Bab Dua memuat kerangka teori dengan beberapa tinjauan literatur
utama, meliputi: definisi dan karakteristik perencanaan strategis, manfaat dan
keterbatasan perencanaan strategis, perencanaan strategis dan keuangan
terpadu; definisi dan kriteria visi-misi; alokasi sumber daya;

model analisis;

hipotesis kerja; operasionalisasi konsep; dan metodologi penelitian.


Bab

Tiga memuat gambaran umum Kabupaten Sumedang, meliputi:

profil wilayah dari sisi geografis dan demografi; perekonomian; pemerintahan;


akuntabilitas keuangan; rencana strategis daerah; dan kebijakan pembangunan
serta kondisi keadaan di lapangan.
Bab Empat merupakan bagian inti dari kegiatan penelitian ini, memuat
analisa yang terbagi dalam empat segmen: identifikasi analisis SWOT atas
kondisi

lingkungan

daerah

Kabupaten

Sumedang;

isu-isu

strategis

pembangunan daerah; konsistensi visi, misi, dan renstrada dengan alokasi


anggaran; serta memuat gambaran umum kebijakan alokasi anggaran pada
sektor prioritas pembangunan daerah Kabupaten Sumedang.
Bab Lima sebagai penutup berisi kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan hasil penelitian dan rekomendasi berupa saran sebagai bahan
penyempurnaan kebijakan di bidang manajemen pemerintahan daerah terutama
dalam efisiensi pengalokasian anggaran.

9
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

BAB II
TINJAUAN LITERATUR DAN METODE PENELITIAN

2.1. Definisi dan Karakteristik Perencanaan Strategis


Menurut Olsen dan Eadie (dalam Bryson, 1988, 2003; 4) perencanaan
strategis adalah sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan
dan tindakan penting yang membentuk dan memadukan bagaimana menjadi
organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan organisasi (atau entitas
lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas lainnya) mengerjakan hal seperti
itu. Yang terbaik, perencanaan strategis mensyaratkan pengumpulan informasi
secara luas, eksplorasi alternatif, dan menekankan implikasi masa depan
keputusan sekarang. Perencanaan strategis dapat memfasilitasi komunitas dan
partisipasi, mengakomodasi kepentingan dan nilai yang berbeda, dan membantu
pembuat keputusan secara tertib maupun keberhasilan implementasi keputusan.
Menurut Macleod dkk (2001;11):
Perencanaan strategis merupakan sekumpulan konsep, prosedur
dan alat-alat yang dimaksudkan untuk membantu sebuah
organisasi berpikir dan bertindak secara strategis melalui
pembentukan konsensus. Perencanaan ini merupakan usaha
penuh disiplin untuk menghasilkan keputusan-keputusan dan
tindakan-tindakan yang membentuk dan mengarahkan organisasi
menjawab pertanyaan apa itu organisasi, apa kegiatannya, latar
belakang dan cara bagaimana organisasi ini melakukan
kegiatannya.
Menurut Bryson (dalam Djunaedi, 1995;21) perbandingan antara
perencanaan strategis dengan perencanaan komprehensif, adalah sebagai
berikut:
1)

Perencanaan strategis lebih berorientasi pada tindakan (action), lebih


menampung

partisipasi

masyarakat

yang

lebih

luas,

lebih

mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan


tantangan yang ada, dan lebih menaruh perhatian pada kompetisi
kepentingan yang terjadi di masyarakat perkotaan.

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

2)

Rencana komprehensif kota selalu perlu mengacu pada format


perundang-undangan tata ruang (yang kaku), sedangkan perkembangan
kota yang dihadapi ternyata kompleks, dinamis dan sulit diduga, yang
menuntut rencana kota yang lebih luwes. Rencana strategis (yang luwes)
memungkinkan pengelola pengembangan kota untuk selalu berpikir dan
bertindak strategis menghadapi perubahan-perubahan yang drastis.

3)

Meskipun kedua macam perencanaan ini mempunyai visi atau bayangan


tujuan masa depan (vision), tetapi visi keduanya berbeda. Visi yang
membimbing perencanaan strategis mencakup pula pada pemeran
(aktor) pembangunan di samping juga program kegiatan (tindakan) dan
ruang (tempat). Di lain pihak, visi yang membimbing rencana kota
komprehensif hanya mencakup program kegiatan dan ruang. Visi
rencana kota yang jelas dan rinci di masa depan (end-state) tidak
memberi penjelasan siapa yang akan mewujudkan rencana tersebut.
Dalam hal ini, pengetahuan empiris bagaimana kota tersebut tumbuh dan
berkembang dan siapa saja pelakunya sangat perlu dimiliki oleh
perencana strategis.
Perencanaan strategis mempunyai perbedaaan dalam beberapa aspek

dengan perencanaan jangka panjang (Bryson, 2003;7-8), antara lain terlihat


pada Tabel 2.1 di bawah ini:
Tabel 2.1
Perbedaan Perencanaan Strategis dengan
Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan Strategis

Perencanaan Jangka Panjang

Fokus pada identifikasi dan penyelesaian isu

Fokus pada perumusan tujuan dan


sasaran, lalu diterjemahkan ke program
dan anggaran

Penilaian lebih pada faktor internal dan eksternal

Penilaian lebih pada faktor internal

Masa depan dianggap penuh dengan tren baru, hal


baru dan kejutan

Kecenderungan yang ada dianggap akan


berlanjut ke masa depan

Mengandung wawasan (visi keberhasilan) masa


depan yang kualitatif

Masa depan terumuskan sebagai tujuan


akhir (end-state)

Lebih berorientasi ke tindakan saat ini (dengan


pertimbangan beberapa kemungkinan ke arah dan
implikasi masa depan)

Lebih berorientasi ke cara pencapaian


tujuan akhir (yang dipastikan atau
dianggap paling mungkin tercapai)

Sumber: Bryson (2003;7-8)

11
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Lebih lanjut Bryson (2003;55) mengusulkan suatu proses perencanaan


strategis untuk organisasi nirlaba dan pemerintahan, yang mencakup delapan
langkah berikut (secara visual lihat Bagan 2.1 di bawah ini):
1)

Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis;

2)

Memperjelas mandat organisasi;

3)

Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi;

4)

Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman;

5)

Menilai lingkungan internal: kekuatan dan kelemahan;

6)

Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi;

7)

Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu;

8)

Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.

Bagan 2.1.
Proses Perencanaan Strategis

Kekuatan/Tren:
Politis
Ekonomi
Sosial
Teknologis

Mandat
(Penugasan)

Klien/
pengguna/
pembayar

Pesaing
(Kekuatan
Pesaing)
dan Mitra
(Kekuatannya)

Penilaian
Lingkungan
Eksternal
Peluang &
tantangan

Kesepakatan Awal
(Merencanakan
Perencanaan)

Isu-Isu
Strategis
Kekuatan &
Kelemahan

Misi/Nilai-nilai
(oleh
Stakeholders)

Penilaian
Lingkungan
Internal

Sumber Daya:
Manusia
Ekonomi
Informasi
Kompetisi

Strategi Yang
Ada:
Keseluruhan
Fungsional atau
per bagian

Strategi-strategi:
Alternatif praktis
Halangan
Usulan utama
Tindakan/
kegiatan
Program kerja

Deskripsi
Organisasi di Masa
Depan (Visi
Keberhasilan)

Performance:
Hasil-hasil
Sejarah

Perencanaan Strategis

Sumber: Bryson (2003;58-59)

12
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Implementasi

Tindakan/
Kegiatan
Hasil-hasil

2.2. Manfaat dan Keterbatasan Perencanaan Strategis


Menurut Bryson (2003;12-13) beberapa penulis mengemukakan bahwa
perencanaan strategis dapat membantu organisasi dalam:
1)

Berpikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang


efektif;

2)

Memperjelas arah masa depan;

3)

Menciptakan prioritas;

4)

Membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi masa


depan;

5)

Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuat


keputusan;

6)

Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang yang


berada di bawah kendali organisasi;

7)

Membuat Keputusan yang melintasi tingkat dan fungsi;

8)

Memecahkan masalah utama organisasi;

9)

Memperbaiki kinerja organisasi;

10)

Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif;

11)

Membangun kelompok kerja dan keahlian.


Namun, sekalipun perencanaan strategis dapat memberikan seluruh

manfaat di atas, menurut Bryson (2003;12) tidak ada jaminan semuanya bisa
diwujudkan, karena perencanaan strategis hanyalah kumpulan konsep, prosedur
dan alat. Juga dikemukakan bahwa perencanaan strategis tidak selalu dapat
memberikan nasehat. Ada dua alasan yang memaksa bertahan pada upaya
perencanaan strategis .
1)

Perencanaan strategis tidak dapat menjadi langkah pertama yang terbaik


bagi organisasi yang runtuh atapnya. Contohnya ada organisasi yang
mungkin perlu terlebih dahulu memperbaiki problem cash flow atau
mengisi posisi manajemen kunci sebelum melakukan perencanaan
strategis;

2)

Perencanaan strategis akan menjadi kegiatan yang hanya membuang


waktu jika organisasi tidak memiliki skill, sumber daya, atau komitmen
pengambil keputusan guna menghasilkan rencana yang baik. Jika
perencanaan strategis dilakukan dalam situasi semacam ini, maka

13
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

perencanaan strategis harus merupakan upaya yang terfokus dan


terbatas yang bertujuan mengembangkan keterampilan, sumber daya
dan komitmen yang diperlukan.
Pendapat Gordon (1993;3-6) mengarah pada pandangan hal yang sama,
di mana apabila suatu organisasi menggunakan tipe perencanaan strategis
antara lain dapat melakukan keuntungan dalam lima hal berikut:
1)

Antisipasi terhadap masa depan, terutama terhadap peluang dan


permasalahan strategis. Bila jauh hari, kemungkinan permasalahan
dapat diantisipasi sebelum benar-benar terjadi, maka permasalahan
tersebut dapat diminimalkan dan dampaknya dapat dikendalikan. Bila
peluang tidak diantisipasi, maka akan kehilangan kesempatan dan
mungkin problema muncul karenanya.

2)

Evaluasi diri. Dengan perencanaan strategis, semua dapat bekerja


bersama untuk mengevaluasi diri, terutama tentang kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri
akan membuat lebih realistis dalam merencanakan masa depan.

3)

Perumusan

tujuan

bersama

melalui

konsensus.

Dengan

tipe

perencanaan strategis yang menggarisbawahi pembangunan konsensus


antara stakeholders maka dapat dirumuskan ke arah mana akan menuju
dan dengan cara apa yang terbaik untuk sampai ke tujuan tersebut.
Dalam pembangunan konsensus ini tentunya ada negosiasi untuk
memberi dan menerima. Adalah lebih baik terjadi konflik selama proses
daripada konflik setelah proses perencanaan selesai dan rencana telah
disahkan untuk diimplementasikan.
4)

Alokasi sumber daya. Perencanaan strategis mengalokasikan sumber


daya dengan menetapkan prioritas dalam perumusan strategis, terutama
sumber daya manusia dan prasarana. Alokasi sumber daya dilakukan
antar bidang layanan perkotaan yang saling berkompetisi dalam
meningkatkan kualitas layanan.

5)

Pemantapan tolok banding (benchmarks), yang berupa rumusan tujuan


dan sasaran. Hasil implementasi atau tindakan dibandingkan dengan
tolok banding keberhasilan. Dengan menilai kinerja akan dapat ditarik
pelajaran dari pengalaman dan masukan balik diperlukan untuk

14
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

meningkatkan kualitas rencana strategis dalam hal proses maupun


produknya.

2.3. Perencanaan Strategis dan Keuangan Terpadu


Rencana strategis akan jelas mendefinisikan tujuan didirikannya
organisasi, target organisasi yang realistis, sasaran kegiatan yang konsisten
dengan misi dan visinya dalam kerangka waktu yang ditetapkan, dan juga
mengidentifikasikan kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan tersebut.
Rencana strategis berfokus pada masa depan dengan perhatian utama pada
adaptasi atas lingkungan yang senantiasa berubah. Semakin banyak perubahan
lingkungan semakin sering proses perencanaan ditinjau-ulang (Macleod dkk
(2001;11).
Rencana strategis organisasi pun memerlukan keterpaduan terhadap
aspek keuangan agar terjaga keefektivitasannya. Macleod dkk (2001;7)
berpendapat bahwa dalam perencanaan strategis dan keuangan terpadu,
kegiatan disusun berdasarkan prioritas dan biaya pelaksanaan diperkirakan dan
dibandingkan dengan sumber daya yang tersedia untuk pelaksanaannya.
Dimana:
Jika organisasi tidak mempunyai sumber daya untuk
melaksanakannya paling sedikit 70% dari rencana strategisnya,
bisa dikatakan organisasi hanya mengembangkan daftar tentang
cita-cita kegiatan bukannya daftar yang bisa mengarahkan
organisasi untuk melakukan kegiatan di masa mendatang.
Hal tersebut menunjukkan masing-masing kegiatan dalam rencana
strategis dijabarkan dalam angka-angka keuangan agar dapat dibuat perkiraan
kebutuhan pendanaan di masa mendatang. Menurutnya pula, bahwa sumber
daya terkait, juga dianalisa untuk pelaksanaannya.
Penyiapan rencana keuangan adalah penting untuk menentukan
kelayakan rencana strategis. Dengan demikian organisasi tersebut mempunyai
kesempatan mempertimbangkan apakah ada pendapatan yang memadai untuk
menutupi pengeluaran yang diproyeksikan untuk kegiatan yang direncanakan.
Jika organisasi ini tidak melaksanakan paling sedikit 70 persen dari rencana

15
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

strategisnya, maka bisa dipastikan organisasi tidak akan dapat memenuhi


janjinya untuk melayani masyarakat lewat jasa atau produknya.
Lebih lanjut Macleod dkk (2001;13) mengemukakan bahwa rencana
strategis dan keuangan terpadu adalah bukan anggaran. Dasar dari rencana
strategis dan keuangan terpadu terdiri dari proyeksi pengeluaran dan
pendapatan organisasi. Meskipun rencana keuangan mirip dengan anggaran
(budget) ternyata terdapat perbedaan di antara keduanya. Anggaran adalah
laporan terperinci, tahunan, atas biaya organisasi dan sumber pendapatan yang
berfungsi

untuk:

menetapkan

memperjelas hubungan

nilai

moneter

antara biaya

atas

administrasi

kegiatan
dan

organisasi,

biaya

program,

menetapkan kapan sumber keuangan dibutuhkan, membantu mengontrol


pengeluaran dan mengevaluasi hasil-hasil dari kegiatan yang khusus. Rencana
keuangan merupakan dokumen yang dinamis yang sering mengalami
perubahan. Tujuan akhir dari rencana keuangan adalah menentukan apakah
organisasi akan mempunyai sumber keuangan yang memadai untuk mencapai
tujuan yang diterangkan rencana strategis jangka menengah tersebut.
Perbedaan utama antara anggaran dan rencana strategis dan keuangan terpadu
diringkas sebagai berikut:

Tabel 2.2
Perbedaan Anggaran dengan Rencana Strategis dan Keuangan Terpadu
Anggaran
Kerangka
Waktu

Satu Tahun

Aplikasi

Memonitor dan
mengevaluasi kondisi
keuangan saat ini

Rencana Strategis dan Keuangan


Terpadu
Jangka Menengah (3-5 Tahun)

Memproyeksikan kondisi keuangan

Alat bantu perencanaan jangka


menengah

Derajat Rincian

Terperinci dan tepat

Umum, perkiraan yang diproyeksikan,


tergantung pada derajat ketidakpastian

Ketidaktepatan

Tidak akan berubah


sekali ditetapkan

Berubah terus sesuai dengan perubahan


terkini dari organisasi tersebut

Sumber: Macleod dkk (2001;13)

16
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Dengan demikian, menurut Macleod dkk (2001;13) dalam proses


perencanaan keuangan, hasil akhir adalah sama pentingnya dengan mekanisme
yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut. Proses perencanaan itu sendiri
dengan demikian merupakan alat yang membantu manager organisasi secara
berkala mengevaluasi kekuatan dan kelemahan institusi. Bagan 2.2 atau skema
berikut menerangkan langkah-langkah yang terlibat dalam proses perencanaan
strategi dan keuangan terpadu.
Bagan 2.2
Langkah-langkah dalam Proses Perencanaan Strategi
dan Keuangan Terpadu

Langkah 1 Rencana utk


Membuat Rencana

Langkah 2 Meninjau
Rencana Strategis

TIDAK

Sudahkah
Sasaran Tercapai?

YA

Langkah 3 Menetapkan
Prioritas Organisasi

TINJAU KEMBALI
Secara Periodik
Memonitor &
Mengevaluasi
Rencana Strategis

Langkah 4 Memperkirakan
Biaya Pelaksanaan Kegiatan

Langkah 5 Memperkirakan
Biaya Administrasi

Langkah 6
Memproyeksikan Pendapatan

Membuat &
Implementasi
Rencana Operasi
Tahunan*

Membuat &
Implementasi
Rencana
Penggalangan Dana

Langkah 7
Memproyeksikan Pendapatan
& pengeluaran Berdasarkan
jenis *Program Areas

TIDAK

Langkah 8
Menyiapkan Skenario

Langkah 8 Mengevaluasi
Kelayakan Rencana Strategis

YA

Apakah organisasi memiliki


Kapasitas dana dan sumber daya
Manusia yang cukup untuk
Implementasi rencana?

Sumber: Djunaedi (1995;15)

17
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

2.4. Definisi dan Kriteria Visi-Misi


Visi menurut Smith (1994;14) kurang lebih sebagai gambaran yang jelas
(clear image) tentang wujud masa depan yang mengendalikan rencana
strategis. Pengertian visi ini dijelaskan lebih lanjut oleh Hunt dkk (dalam
Djunaedi, 2007;7) sebagai berikut:
Visi untuk suatu institusi merupakan perwujudan yang institusi
tersebut ingin menjadi pada suatu waktu di masa depan bila
impian dan aspirasi dari yang memegang kepemimpinan telah
membuahkan hasilnya. Visi tersebut dapat saja meliputi jalur-jalur
alternatif institusi tersebut akan mengikuti dan tentu saja mungkin
tidak konsisten dengan kondisi internal saat ini. Visi tersebut
dapat juga meliputi hal-hal yang hanya sedikit (bila ada) pemimpin
yang berpendapat bahwa visi akan terwujud dengan cara yang
dijelaskan pada saat ini. Hal ini disebabkan karena perubahan
teknologi atau perubahan perundang-undangan yang membuat
sulit, bahkan tidak mungkin, untuk mempunyai gambaran yang
jelas dan rinci tentang wujud visi tersebut.
Pengertian visi di atas menjelaskan keadaan yang diimpikan. Untuk menulis visi
secara rinci menurut Hunt dkk. (dalam Djunaedi, 2007;7) memang tidak perlu,
dan yang penting pernyataan visi mampu mendorong untuk berpikir tentang
masa depan secara kreatif tanpa memikirkan kendala seperti anggaran,
preseden, dan apakah hal tersebut diterima oleh pihak lain atau tidak. Dengan
demikian, pernyataan visi perlu aspiratif dan mengandung harapan, seperti
saran Soejodibroto (2003) bahwa:
Keberadaan satu visi harus secara nyata mampu memberikan
fokus perhatian pembangunan sedemikian rupa agar seluruh
daya, dana dan perhatian dapat dikonsentrasikan untuk berupaya
merealisasikan harapan yang tergambar dalam visi. Dengan
demikian, secara fungsional satu visi harus secara nyata dapat
dijabarkan menjadi berbagai rumusan kebijakan dan selanjutnya
menjadi berbagai program pembangunan.
Kondisi inilah yang sering tidak diperhatikan dalam proses penyusunan
satu visi di satu pemerintahan kabupaten/kota. Visi dan misi masih
disalahartikan sebagai motto, sesanti, atau slogan pembangunan seperti tertulis
di spanduk-spanduk pemerintah atau di atap-atap genting penduduk, dan
kalaupun tidak masih berhenti dalam tataran filosofis saja, padahal visi
merupakan mental model masa depan, cara pandang ke depan kemana instansi

18
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif (Soeprapto,
2003;25).
Apabila dikaitkan dengan manfaat yang diharapkan dari keberadaan satu
visi, maka diperlukan adanya satu kejelasan tentang arah atau posisi kondisi
yang diharapkan. Lebih lanjut Soerjodibroto (2003) memberikan satu kriteria visi
sebagai SMART, dimana pengertiannya adalah:
1)

Specific input yang ada diharapkan menjadikannya berbeda dengan


kota lain yang selanjutnya diharapkan dengan perbedaan tersebut akan
memberi daya tarik (meningkatkan nilai jual) bagi pihak lain;

2)

Measureable dapat terukur atau setidaknya dirasakan, sehingga bukan


sepenuhnya berupa khayalan;

3)

Achieveable, dapat terjangkau setidak-tidaknya memberi makna bahwa


dalam menyusun visi perlu melihat kapasitas atau potensi riil atau yang
mungkin dapat diciptakan;

4)

Rational, dalam pengertian tidak terlalu muluk-muluk erat kaitannya


dengan analisis pada butir-butir di atasnya; dan

5)

Timebound, mengandung makna adanya batas waktu (bukan tak


terhingga).
Bryson (1988;96 dalam Djunaedi) membedakan misi dan visi sebagai

berikut:
Misi menjelaskan maksud (purpose) organisasi dan mengapa
(why) perlu melakukan yang dikerjakan saat ini; sedangkan visi
menjelaskan seperti apa (what) organisasi tersebut akan menjadi
(di masa depan) dan bagaimana (how) organisasi tersebut akan
berprilaku (behave) ketika misinya tercapai.
Dalam menuliskan misi, Merson dan Qualls (1979;25 dalam Djunaedi),
menyarankan bahwa:
Dalam kerangka perundangan yang berlaku, suatu lembaga
sebaiknya menyatakan misinya dalam ungkapan yang luas dan
umum. Pernyataan misi sebaiknya disusun dalam kata-kata yang
memungkinkan fleksibilitas yang maksimum dalam menanggapi
perubahan situasi Misi sebaiknya dinyatakan secara singkat,
tidak lebih dari beberapa alinea, dan sebaiknya ditulis dengan
bahasa yang tidak teknis dan mudah dimengerti

19
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Sidik (2002;20) memberi saran bahwa dengan pertanyaan-pertanyaan di


bawah ini akan menjadi dasar organisasi untuk menetapkan suatu strategi
penjabaran dalam mencapai misi. Untuk pemahaman secara visual, dapat dilihat
Bagan 2.3 berikut.
Bagan 2.3:
Key questions Strategi Penjabaran Dalam Mencapai Misi
MISSION
What is our mission?
What services and program are
required and need to be provided

CUSTOMER &
STAKEHOLDERS

FINANCIAL

STRATEGY

How do we create value?


What benefits do we
need to provided

EMPLOYEES &
ORGANIZATION CAPACITY
How will we sustain
our ability to change
and improve?

To prudently manage
public resources, how
should we allocate funds
and control costs?
INTERNAL
BUSINESS PROCESS
To satisfy taxpayers, elected official,
regulators, and other stakeholders, at what
business process must we excel?

Sumber: Sidik (2002;20)

1.

Misi:

Apa misi pembangunan organisasi?

Jasa pelayanan dan program apa saja yang dipersyaratkan dan


dibutuhkan?

2.

3.

Pelanggan dan pihak berkepentingan:

Bagaimana organisasi menciptakan nilai?

Manfaat apa saja yang dibutuhkan untuk penyediaan jasa tersebut?

Karyawan dan kapasitas organisasi:

4.

Bagaimana kita merubah dan mengembangkan kemampuan?

Proses bisnis internal:

Untuk memuaskan para pembayar pajak, wakil rakyat dan pihak


berkepentingan lainnya, proses bisnis mana yang harus ditonjolkan?

20
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

5.

Financial:

Untuk kehati-hatian pengelolaan sumber daya publik, bagaimana cara


mengalokasikan dana dan mengontrol belanja?

2.5. Alokasi Sumber Daya


Menurut Wilopo (2002;7), alokasi sumber daya yang dimiliki sektor publik
termasuk sumber daya tangible dan sumber daya intangible. Sumber daya
tangible seperti uang (sering kali dialokasikan melalui proses anggaran institusi),
dan sumber daya intangible seperti public power di antaranya law infrocment,
sistem perpajakan, proteksi lingkungan dan lain sebagainya. Dalam hal ini
ketepatan penggunaan public power merupakan faktor penting di dalam
membangun efektifitas alokasi sumber daya yang ada.
Di samping itu, menurut Wilopo (2002;7-8) diperlukan pula penggunaan
public power secara efektif karena organisasi sektor publik (bahkan sektor
bisnis) dihadapkan pada kondisi semakin langka dan mahalnya sumber daya.
Guna menopang strategi, menempatkan sumber daya sebagai salah satu
persoalan strategis bagi organisasi sektor publik. Perlunya mencari sumber daya
yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan sama pentingnya dengan bagaimana
mengalokasikan sumber daya tersebut secara efisien, efektif dan memiliki daya
guna. Tujuan dasar dari sistem manajemen sumber daya, di mana anggaran
sebagai satu-satunya komponen, adalah:
1)

Aggregate fiscal diciplin. Untuk mendesain dan menjaga disiplin fiskal


keseluruhan,

di

antaranya

untuk

memastikan

pemerintah

tidak

membelanjakan, secara keseluruhan, melebihi dari ketentuan, adalah


merupakan satu kontrol terhadap anggaran. Efektifitas keseluruhan
anggaran merupakan kedisiplinan keseluruhan sistem. Kontrol secara
total merupakan tujuan dari semua sistem anggaran;
2)

Allocation efficiency. Untuk mengalokasikan sumber daya sesuai dengan


prioritas pemerintah (di antaranya membelanjakan atas pertimbangan
paling penting secara politik efisiensi alokasi. Alokasi secara efisiensi
merupakan kapasitas dalam mewujudkan prioritas melalui anggaran,
yaitu: (1) mendistribusikan sumber daya atas dasar prioritas pemerintah

21
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

dan efektivitas program, dan (2) mengalihkan sumber daya dari prioritas
lama ke prioritas baru atau dari yang wilayah tidak produktif ke wilayah
lebih produktif sesuai dengan tujuan pemerintah;
3)

Mendorong efisiensi di dalam penggunaan sumber daya anggaran di


dalam menjalankan program dan memberikan pelayanan (efisiensi
operasional) (OECD, 1999 dalam Wilopo 2002;7-8).
Ketiga komponen tujuan dasar manajemen sumber daya yang

dikemukakan Wilopo di atas, adalah tidak terlepas dari tiga elemen dasar utama
public expenditure management menurut Schick (1999;2), yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.3
Basic Elements of Public Expenditure Management
Aggregate Fiscal
Discipline

Budget totals should be the result of explicit, enforced


decisions; they should not merely accommodate spending
demands. These totals should be set before individual
spending decisions are made, and should be sustainable
over the medium-term and beyond.

Allocative Efficiency

Expenditures should be based on government priorities


and on effectiveness of public programs. The budget
system should spur reallocation from lesser to higher
priorities and from less to more effective programs.

Operational Effeciency

Agencies should produce goods and services at a cost


that achieves ongoing efficiency gains and (to the extent
appropriate) is competitive with market prices.

Sebagai kebijakan strategis dalam pengembangan perekonomian daerah


dengan mengacu ketiga elemen dasar public expenditure management di atas,
Elmi (2005; 4) mengemukakan bahwa atas dasar kewenangan dan fungsi
pemerintah melaksanakan perannya agar bersesuaian dengan social choice dan
kondisi perekonomian masyarakatnya. Dalam penerapan public expenditure
management tersebut ada tujuan utama yang hendak dicapai yaitu sebagai
suatu instrumen kebijakan, maka public expenditure management semestinya
mengacu kepada pencapaian tujuan-tujuan kebijakan ekonomi seperti disiplin
fiskal, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan yang diarahkan melalui
pengalokasian dana ke berbagai sektor pembangunan. Ketiga kebijakan

22
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

tersebut efektifitas dan efisien penggunaan sumber dana-dana masyarakat


dimaksud. Oleh karena itu, kunci keberhasilan dalam mewujudkan good public
expenditure management mencakup: disiplin anggaran; alokasi dana harus
secara konsisten dilaksanakan atas dasar policy priorities, dan

manajemen

operasional yang baik yaitu minimizing cost per unit of output dan pencapaian
hasil sesuai dengan target (output) dan kualitas yang dikehendaki.

Bagan 2.4:
Basic Objective of PEM and Budget Management

Basic Objective
Aggregate
Fiscal

Level of Budget Management


Overall Expenditure Control

Macro
Economic

Resources Allocation
Allocation
Efficiency

Strategic Area (intersektoral)

Policy
Objective

Within Strategic Areas


Programmes-Actions Prioritization

Technical
Efficiency

Operational Service Delivery

Operational
Objectives

Human
Resources
Management system

Codes of Conduct.
Ethics and Informal
Rules

Sumber : Wilopo (2002;8)

Bagan 2.4 di atas menunjukkan posisi strategi alokasi sumber daya


dalam konteks public expenditure management dan budget management.
Alokasi sumber daya merupakan determinasi dari tujuan kebijakan, dimana arah
dan kebijakan politik pemerintah akan tercermin pada dinamika pergerakan
sumber daya ini. Ketepatan alokasi sumber daya akan memberikan kekuatan
kepada organisasi sektor publik, namun sebaliknya ketidaktepatan alokasi
sumber daya akan berakibat menjadi bumerang di dalam mempertahankan

23
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

eksistensi strategi. Pada wilayah inilah partai politik pemegang kekuasaan


pemerintahan akan diuji ikatannya terhadap konstituennya, karena alokasi
sumber daya notabene sumber daya adalah milik dan atau berasal dari publik
dialokasikan sesuai dengan kepentingan publik ataukah tidak (Wilopo,
2002;9). Hal ini menurut Suhirman, dkk. (2002) bahwa efisiensi alokasi sumber
daya akan terjadi karena dua hal, yaitu (1) pemerintah daerah lebih dekat
kepada rakyatnya daripada pemerintah pusat, sehingga daerah memiliki
informasi

yang

lebih

baik

mengenai

preferensi

masyarakat

ketimbang

pemerintah pusat (Hayek 1945, Musgrave, 1959); dan (2) pemerintah daerah
dianggap lebih responsif terhadap variasi permintaan dan biaya untuk
menyediakan barang publik.

2.6. Model Analisis


Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
Strenght Weakness Opportunity Threat Analysis (SWOT Analysis) dengan
memperjelas secara deskriptif agar teridentifikasi strategi yang dilaksanakan
Pemerintah Kabupaten Sumedang. Analisis didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan keunggulan dan peluang, namun secara bersamaan pula dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman pada pengalokasiaan sumber daya
sehingga tercipta optimalisasi penajaman keterkaitan alokasi belanja APBD
terhadap rumusan visi-misi daerah Kabupaten Sumedang.
Dalam analisis SWOT ini, identifikasi kinerja organisasi dilakukan
melalui tahap analisis data eksternal dan data internal. Data eksternal mencakup
situasi lingkungan politik, ekonomi, sosial, dan teknologi (seperti Renstrada).
Data internal mencakup gambaran pengalokasian anggaran yang diperoleh dari
laporan/dokumen keuangan daerah (seperti AKU, APBD dan Nota Keuangan).
Identifikasi proses pengambilan keputusan strategis ini akan berkaitan dengan
pengembangan rumusan visi, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan Pemerintah
Kabupaten Sumedang.
Matrik analisis SWOT akan mengidentifikasi secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi Pemerintah Kabupaten

24
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Sumedang dengan kesesuaian pada kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.


Empat set kemungkinan alternatif strategis yang dihasilkan terlihat pada Bagan
2.5 Matrik SWOT di bawah ini:
Bagan 2.5. Matrik Analisis SWOT
Strenghts (S)
Faktor-faktor Kekuatan
Internal

Faktor-faktor Kelemahan Internal

Strategi SO

Strategi WO

Faktor-faktor Peluang
Eksternal

Ciptakan strategi yang


menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang

Ciptakan strategi yang


meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang

Treaths (T)

Strategi ST

Strategi WT

Faktor-faktor Ancaman
Eksternal

Ciptakan strategi yang


menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman

Ciptakan strategi yang


meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman

SWOT

Sumber: Iskandarini (2002;5)

Dengan demikian, pernyataan visi dan misi daerah Kabupaten


Sumedang harus diterjemahkan ke dalam tujuan spesifik yang berorientasi
masyarakat dan dikomunikasikan ke seluruh organisasi Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumedang. Dampak yang akan terjadi tergantung pada penentuan
prioritas pembangunan daerah yang tercermin dalam rencana strategis daerah
(renstrada) dan penganggaran (APBD). Bagan 2.6 (lihat halaman 26) secara
visual menunjukkan alur kerangka pemikiran rencana penelitian.

25
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Bagan 2.6: Kerangka Pemikiran Penelitian


Politik
Ekonomi
Sosial
Teknologi

Rencana
Strategis
Visi & Misi

Lingkungan Eksternal
Peluang

/ Ancaman

Tujuan &
Sasaran

Isu-isu Strategis
Pembangunan
Daerah

SWOT

Strategi &
Kebijakan
Kekuatan

Pelaksanaan
&
Penerapan
Alokasi
Anggaran

Berkaitan?
atau Tidak
Berkaitan?

/ Kelemahan

Lingkungan Internal
Program &
Kegiatan
Stakeholder:

(Equity & Equality)

Anggaran & Belanja:


Disiplin
Tepat Sasaran
Ekonomis & Efisien

Proses Internal
Institusi:
Restrukturisasi
Inovasi Proses
Deregulasi

Capacity Building:
SDM
Informasi
Organisasi
Sarana &Prasarana

Kualitas Pelayanan
Keadilan Sosial

2.7. Operasionalisasi Konsep


Operasionalisasi konsep dalam penelitian ini mencakup salah satu aspek
yang diukur dalam mewujudkan good public expenditure management, yaitu
allocation efficiency (Wilopo, 2002;7-8). Efisiensi alokasi anggaran melalui
distribusi yang tepat sumber-sumber daya keuangan untuk berbagai fungsi
pemerintahan sesuai dengan outcome (manfaat atau hasil) yang diharapkan dari
penyelenggaran tugas pemerintah daerah. Hal ini mengukur tingkat efisiensi
institusi Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang dalam pencapaian tujuan
strategi dan sasaran. Pencapaian yang efisien mencerminkan pengelolaan
sumber daya daerah secara optimal sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi berkelanjutan bagi daerah dan sekaligus meningkatkan daya saing
daerah. Tingkat efisiensi institusi pemerintah daerah dalam pencapaian sasaran
merefleksikan kualitas implementasi strategi. Alokasi secara efisien merupakan
kapasitas

dalam

mewujudkan

prioritas

melalui

anggaran,

yaitu:

(1)

mendistribusikan sumber daya harus konsisten atas dasar prioritas pemerintah


(policy priorities) dan efektivitas program, dan (2) mengalihkan sumber daya dari

26
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

prioritas lama ke prioritas baru atau dari wilayah tidak produktif ke wilayah lebih
produktif sesuai dengan tujuan pemerintah.

2.8. Metode Penelitian


2.8.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus yang mengambil lokasi di Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.
Merujuk pandangan Irawan (2006;15) bahwa tujuan utama penelitian kualitatif
adalah untuk memahami makna (meaning) yang berada di balik fakta-fakta.
Pendekatan studi kasus menurut Nisbet dan Watt (1994:4) adalah berusaha
memberikan penjelasan yang jujur dan seksama tentang suatu kasus tertentu
sedemikian rupa, sehingga memungkinkan kita untuk menembus ke dalam apa
yang tampak di permukaan dan juga untuk memeriksa kebenaran tafsiran
dengan meninjau sejumlah data objektif pilihan yang sesuai. Menurut Nazir
(1985:65-65) studi kasus bertujuan untuk memberikan gambaran secara
mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas
dari kasus ataupun status dari individu, kelompok ataupun lembaga, yang
kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat
umum.

2.8.2. Tipe Penelitian


Penelitian

ini termasuk tipe penelitian deskriptif. Neuman (1997:19)

menyatakan bahwa descriptive research presents a picture of the specific


details of a situation, social setting, or relationship. Secara deskriptif penelitian
ini bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan visi, misi, dan Renstrada
Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008 dengan alokasi anggaran melalui
APBD Tahun anggaran 2004-2006 dan memusatkan perhatian pada isu-isu
prioritas yang telah diidentifikasi oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang melalui
Arah Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2004; Tahun Anggaran 2005,
dan Kebijakan Umum APBD Tahun anggaran 2006. Teknik penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini berkenaan dengan bagaimana data diperoleh.

27
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Berdasarkan sumbernya, yaitu: (1) data sekunder diperoleh melalui teknik


pengumpulan data telaah dokumen (Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun
2003-2008, AKU APBD TA. 2004 dan TA. 2005, Kebijakan Umum APBD TA.
2006, dan Pertanggungjawaban APBD TA. 2004-2006), arsip-arsip, dan bahanbahan yang berkaitan dengan penelitian; dan (2) data primer diperoleh melalui
teknik

wawancara.

Untuk

mempertajam

analisis

dilakukan

penelusuran

informasi dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang (melalui Badan


Keuangan Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan dinas),
DPRD Kabupaten Sumedang, dan pihak-pihak berkepentingan.

2.8.3. Teknik Pengumpulan Data


2.8.3.1. Metode Pengumpulan Data
Dalam menemukan dan mencari data penelitian

dapat dibedakan

berdasarkan sumbernya, yaitu: (1) data sekunder diperoleh melalui teknik


pengumpulan data telaah dokumen, arsip-arsip, dan bahan-bahan yang
berkaitan dengan penelitian; dan (2) data primer diperoleh melalui teknik
pengumpulan data wawancara.
2.8.3.2. Instrumen Penelitian
a. Panduan Telaah Dokumen
Telaah dokumen dilakukan untuk memperoleh data sekunder berupa
pedoman-pedoman, literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas
untuk

dijadikan

(Pusat/Daerah)

landasan
sehingga

teori,
dapat

dan

kebijakan-kebijakan

dijadikan

dasar

peneliti

Pemerintah
menganalisis

permasalahan yang ada.


b. Panduan Wawancara
Wawancara ini dilakukan dengan tahap mendasarkan diri pada fokus
permasalahan penelitian dan mengadakan penelusuran ke arah pokok
permasalahan. Wawancara ini dilakukan dengan komunikasi langsung kepada
nara sumber di Pemerintahan Daerah Kabupaten Sumedang (khususnya Badan

28
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Keuangan Daerah, Badan Perencana Pembangunan Daerah, dan dinas); DPRD


Kabupaten Sumedang, dan pihak-pihak berkepentingan terkait permasalahan
penelitian.

2.8.4. Hipotesis Kerja


Hipotesis kerja dalam fokus penelitian ini antara lain:
1)

Pemerintah daerah dinilai berhasil jika mampu memberikan pelayanan


publik secara efektif dan efisien dalam mendayagunakan anggaran
publik. Ini berarti sejauhmana kebijakan dan program dapat memenuhi
keinginan masyarakat atau mampu memecahkan persoalan yang
dihadapi oleh masyarakat sesuai dengan visi-misi pembangunan daerah
Kabupaten Sumedang.

2)

Dampak APBD terhadap pembangunan daerah Kabupaten Sumedang


akan nampak apabila belanja publik untuk pembangunan (alokasi belanja
daerah) dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

2.8.5. Teknik Analisis Data


2.8.5.1. Teknik Pengolahan Data
Setelah proses pengumpulan data selesai, data yang dikumpulkan
selanjutnya dianalisa dengan melalui metode:
a.

Persiapan. Persiapan pengecekan data, yaitu memeriksa kelengkapan dan


kebenaran isi instrumen pengumpulan data yang diperoleh dari hasil telaah
dokumen dan responden melalui wawancara.

b.

Klasifikasi Data. Data yang telah diseleksi diklasifikasikan berdasarkan


kategori-kategori yang disusun sedemikian rupa, sehingga berupa jenis
data yang layak dipakai untuk beranalisis.

c.

Tabulasi Data. Data yang telah diklasifikasi disusun dalam bentuk tabeltabel dan grafik, sehingga memudahkan peneliti pada waktu menganalisis.

29
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

2.8.5.2. Analisis Data


Analisis data kualitatif penelitian ini menggunakan strategi yang
mendasarkan pada proposisi teoritis yang akan menuntun studi kasus. Dengan
strategi ini, tujuan dan desain studi kasus didasarkan atau proposisi teoritis yang
berikutnya mencerminkan serangkaian pertanyaan penelitian, tinjauan pustaka
hingga pemahaman baru. Proposisi akan membantu pengorganisasian studi
kasus, membantu memfokuskan pada data tertentu dan menetapkan alternatif
penjelasan yang harus diuji (Yin, 2004).
Teknik analisis yang digunakan adalah success approximation, yaitu
suatu teknik analisis yang mengaitkan antara data dengan teori untuk
menjelaskan kesenjangan yang terjadi hingga merumuskan suatu generalisasi
mengacu proposisi teoritis dan bertalian yang merefleksikan realitas sosial
(Neuman, 2003;451).
Dengan demikian, dalam penulisan ini dimungkinkan untuk menghubungkan pengendalian operasional jangka pendek ke dalam visi dan strategi jangka
menengah dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor
internal. Apakah faktor-faktor eksternal tersebut merupakan peluang atau
ancaman. Apakah faktor-faktor internal tersebut merupakan kekuatan atau
kelemahan. Hal ini, akan terfokus identifikasi pada upaya strategis melalui target
AKU APBD TA. 2004, AKU APBD TA. 2005, dan KU APBD TA. 2006 yang
ditetapkan Pemda dan DPRD terutama melalui tinjauan terhadap target sasaran
dan program Renstrada. Penetapan arah dan wujud daerah untuk periode waktu
ke depan diharapkan akan menjadi perangkat dasar kebijakan. Berangkat dari
kondisi yang diharapkan selanjutnya akan diukur seberapa usaha dan kinerja
pemerintah melalui alokasi anggaran pada setiap Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Kabupaten Sumedang mencapai arah atau kondisi yang
diharapkan dalam pelaksanaan pembangunan tiap tahunnya.

30
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

2.8.6. Keterbatasan Penelitian:


Meskipun penelitian ini telah dirancang dengan sebaik-baiknya, namun
masih terdapat beberapa keterbatasan, antara lain:
1)

Keterbatasan dalam mengambil periode penelitian, yaitu periode yang


cukup pendek yaitu hanya 3 tahun (2004-2006), sehingga hasil yang
diperoleh

kemungkinan

tidak

secara

maksimal

menggambarkan

konsistensi skala prioritas dari kebijakan alokasi anggaran (APBD)


Kabupaten Sumedang.
2)

Data alokasi anggaran untuk program dan kegiatan sangat pariatif pada
APBD TA. 2004-2006, sehingga sukar untuk dapat memperbandingan
konsistensi skala prioritas dari kebijakan alokasi anggaran program dan
kegiatan dalam setiap tahun anggarannya. Hal ini menyebabkan analisis
ukuran skala prioritas kurang maksimal.

3)

Data yang diharapkan dari penyebaran kuesioner kepada para kepala


dinas di lingkungan Pemerintah Sumedang yang semula direncanakan
tidak memenuhi target waktu yang diharapkan sehingga tidak menjadi
bagian pada data analisis penelitian.

31
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUMEDANG

3.1. Profil Wilayah


3.1.1. Letak Geografis
0

Kabupaten Sumedang secara geografis terletak di antara 6 40-7 83


0

Lintang Selatan dan 107 44 Lintang Bujur Timur. Kedudukan atau jarak dari
Ibukota Propinsi Bandung 45 km. Batas wilayah administratif Kabupaten
Sumedang adalah sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Subang; sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Garut; sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Bandung; dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Luas
2

wilayah Kabupaten Sumedang adalah 152.220 km , dan secara administratif


meliputi 26 wilayah kecamatan yang mencakup 269 desa dengan klasifikasi:
desa swadaya sebanyak 146 desa (54,28 persen); desa swakarsa sebanyak
122 desa (45,35 persen); dan desa swasembada sebanyak 1 desa (0,37
persen). Tabel 3.1 (lihat halaman 33) menunjukkan kecamatan yang paling luas
2

wilayahnya adalah Kecamatan Buah Dua (131,37 km ) dan yang paling kecil
2

luas wilayahnya adalah Kecamatan Cisarua (18,92 km ).


Kondisi topografi wilayah Kabupaten Sumedang menunjukkan luas lahan
yang tidak diusahakan relatif sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan yang
sudah diusahakan (lihat Tabel 3.2 dan Grafik 3.1; halaman 34). Hal ini
menunjukkan Kabupaten Sumedang memiliki sumber daya alam memadai yang
siap diolah. Sumber daya alam yang paling dominan adalah lahan hutan, lahan
tegal/kebun, dan lahan sawah. Luas lahan yang berupa sawah sebanyak 33.460
ha (21,95 persen), luas hutan negara sebanyak 44.473 ha (29,22 persen), luas
lahan berupa tegal/kebun sebanyak 33.544 ha (22,04 persen), dan hutan rakyat
sebanyak 13.544 ha (8,97 persen). Keadaan seperti ini menunjukkan bahwa
ekonomi sebagian besar masyarakatnya bergantung dari hasil lahan sawah,
lahan kering, dan hutan rakyat.

32
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel. 3.1
Luas Wilayah Administratif Kecamatanan dan Perkembangan Jumlah Penduduk
Kabupaten Sumedang 2004-2005
Luas
No.

Kecamatan

(km )

Jumla
h Rmt

Kepadat
an Per
2

km

Jumlah Penduduk
Ratarata Rmt

Sex
Ratio

2004

2005

Laju
Pertumbuhan

Jatinangor

26,20

28.544

3.452

3,17

98,75

88.701

90.431

1,95

Cimanggung

40,76

22.224

1.729

3,17

95,42

69.071

70.455

2,00

Tanjungsari

35,62

20.470

1.851

3,22

99,06

64.671

65.931

1,95

Sukasari

47,12

9.328

629

3,18

98,81

29.072

29.639

1,95

Pamulihan

57,85

15.600

856

3,17

99,32

48.584

49.528

1,94

Rancakalong

52,28

11.520

714

3,24

97,72

36.628

37.349

1,97

Sumedang
Selatan

117,37

22.528

615

3,21

98,04

70.830

72.220

1,96

Sumedang
Utara

28,26

25.136

2.844

3,20

98,83

78.821

80.359

1,95

Ganeas

21,36

7.296

1.085

3,18

100,50

22.735

23.172

1,92

10

Situraja

54,03

11.088

659

3,21

96,17

34.935

35.631

1,99

11

Cisitu

53,31

8.320

495

3,17

96,83

25.886

26.399

1,98

12

Darmaraja

54,94

11.952

690

3,17

95,70

37.162

37.905

2,00

13

Cibugel

48,80

6.400

417

3,18

98,34

19.961

20.352

1,96

14

Wado

76,42

13.568

569

3,21

100,19

42.696

43.520

1,93

15

Jatinunggal

61,49

13.120

676

3,17

95,98

40.777

41.591

2,00

16

Jatigede

111,97

7.680

220

3,20

94,09

24.119

24.607

2,02

17

Tomo

66,26

7.296

352

3,20

93,90

22.862

23.326

2,03

18

Ujungjaya

80,56

9.472

375

3,19

95,77

29.604

30.195

2,00

19

Conggeang

105,31

9.424

284

3,18

92,37

29.350

29.952

2,05

20

Paseh

34,37

11.424

1.067

3,21

99,04

35.958

36.658

1,95

21

Cimalaka

41,61

17.088

1.337

3,25

96,60

54.531

55.613

1,98

22

Cisarua

18,92

6.016

1.065

3,35

94,92

19.761

20.159

2,01

23

Tanjungkerta

40,14

10.272

825

3,23

95,71

32.480

33.129

2,00

24

Tanjungmedar

65,14

7.552

369

3,18

98,54

23.557

24.017

1,95

25

Buah Dua

131,37

8.256

246

3,92

94,47

31.684

32.324

2,02

26

Surian

50,74

3.584

224

3,17

93,44

11.134

11.361

2,04

Jumlah

1.522,20 325.158

587

3,22

97,25

1.045.823

1,97

Tahun 2004

1.522,20 284.955

636

3,40

99,31

1.025.570

Sumber: Bappeda (Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2006, Katalog BPS: 1403-3211)

33
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 3.2.
Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan
No.
1.

Jenis Penggunaan

Luas (ha)

Sawah
1. Satu kali panen

7.728

2. Dua kali panen

15.805

3. Tiga kali panen

9.876

4. Sementara tidak diusahakan


2.

51

Darat
1. Pekarangan

11.468

2. Tegal/kebun

33.544

3. Ladang/huma

8.727

4. Sementara tidak diusahakan

55

5. Hutan rakyat

13.658

6. Hutan negara

44.473

7. Perkebunan

3.711

8. Lain-lain

2.512

9. Kolam/tebat/empang

612

Jumlah

152.220

Sumber: Bappeda (Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2006,


Katalog BPS: 1403-3211)

Grafik 3.1.
Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan (Persen)

Lain-lain
2%

Kolam/tebat/empa
ng
0%

Hutan negaraPerkebunan
29%
2%

Saw ah
22%

Hutan rakyat
9%

Sementara tidak
diusahakanLadang/huma
0%
6%

Sementara tidak
diusahakan
0%

Pekarangan
8%
Tegal/kebun
22%

Sumber: diolah dari data Tabel 3.2.

34
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3.1.2. Kependudukan
Pada akhir tahun 2005 tercatat jumlah penduduk Kabupaten Sumedang
sebanyak 1.045.823 jiwa dengan tingkat kepadatan sebesar 587 jiwa per km

dan tahun 2004 tercatat jumlah penduduk sebanyak 1.025.570 jiwa dengan
2

tingkat kepadatan sebesar 636 jiwa per km . Kepadatan tertinggi Kecamatan


2

Jatinangor dengan 3.452 jiwa per km dengan rata-rata rumah tangga 3,17 jiwa
per rumah tangga. Sementara yang terendah Kecamatan Jatigede 220 jiwa per
2

km dengan rata-rata rumah tangga 3,20 jiwa per rumah tangga (lihat Tabel 3.1;
halaman 33). Hal ini menunjukkan kawasan Jatinangor cenderung terus
bergeser menjadi pusat aktivitas-aktivitas sektor industri dan jasa, terutama
bergeser pada pusat aktivitas pendidikan, sehingga secara tidak langsung akan
berpengaruh pada peningkatan tingkat hunian maupun fasilitas ekonomi, seperti
toko atau rumah toko.
Tabel 3.3.
Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar, Yang Ditempatkan dan
Sisa Pencari Kerja Tahun 1993-2005
Yang Terdaftar

Yang Ditempatkan

Sisa Pencari Kerja

L+P

L+P

4.785

1.025

1.024

2.049

2.170

1.537

3.707

2.081

5.124

296

294

590

2.753

1.869

4.622

3.579

2.593

6.172

892

1.176

2.068

3.017

1.743

4.760

4.554

4.071

8.625

777

835

1.612

2.065

1.216

3.281

1997

4.348

3.761

8.109

1.176

2.176

3.352

3.172

409

3.581

1998

4.392

4.186

8.578

731

575

1.306

3.661

3.611

7.272

1999

5.638

5.703

11.341

462

340

802

5.176

5.363

10.539

2000

5.250

5.051

10.301

126

388

514

5.124

4.663

9.787

2001

5.880

6.151

12.031

81

935

1.016

5.799

5.216

11.015

10

2002

7.423

8.365

15.788

320

568

888

7.103

7.797

14.900

11

2003

6.177

5.079

11.256

458

762

1.220

5.719

4.317

10.036

12

2004

7.173

7.608

14.781

346

631

977

6.827

7.247

14.074

13

2005

5.339

4.736

10.075

193

974

1.167

5.146

3.762

8.908

No.

Tahun

1993

2.863

1.922

1994

3.043

1995

1996

L+P

Sumber: Bappeda (Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2006, Katalog BPS: 1403-3211)

Tabel 3.3 di atas menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja selepas awal
krisis perekonomian nasional yaitu sejak tahun 1999 cenderung mengalami

35
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

penurunan, walaupun bersifat fluktuatif. Tercatat angka penurunan dari angkatan


kerja pada tahun 2005 mencapai 10.075 orang (31,84 persen) dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai 14.781. Dari jumlah 10.075 orang tersebut,
1.167 orang (11,58 persen) yang dapat ditempatkan. Sisanya sebanyak 8.908
(88,42 persen) belum mendapat pekerjaan. Maka, dengan rendahnya tingkat
capaian peluang penempatan tenaga kerja yang hanya sebesar 6,61 persen dari
tahun sebelumnya tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan lapangan
pekerjaan tidaklah sebanding dengan pertumbuhan pencari kerja.
Tabel 3.4.
Jumlah Pencari Kerja Yang Ditempatkan Menurut Jenis Pendidikan
Kabupaten Sumedang Tahun 2005
Yang Terdaptar
No.

Pendidikan

56

Yang Ditempatkan

L+P

24

80

P
5

L+P
7

% Terhadap Total
Pencari Kerja
L

12

8,93

L+P

29,17

15,00

SD

SMP

406

361

767

18

140

158

4,43

38,78

20,60

SMA

1.370

1488

2.858

38

475

513

2,77

31,92

17,95

MAN

124

82

206

61

63

1,61

74,39

30,58

STM/M

1.390

1.395

54

54

3,88

3,87

STM/L

401

407

24

25

5,99

16,67

6,14

STM/B

69

70

SPMA

113

43

156

16

7,96

16,28

10,26

SMEA/TU

38

462

500

147

148

2,63

31,82

29,60

10

SMEA/TN

19

247

266

65

65

26,32

24,44

11

SMEA/TB

35

38

18

18

51,43

47,37

12

SPG/SGO

99

287

386

1,01

1,05

1,04

13

PGA

19

25

16,67

4,00

14

SPK

18

34

52

5,56

1,92

15

SMKK

23

26

21,74

19,23

16

DI

50

104

154

4,81

3,25

17

DII

42

176

218

10

15

11,90

5,68

6,88

18

DIII

366

511

877

13

19

1,64

2,54

2,17

19

S1

766

828

1.594

28

17

45

3,66

2,05

2,82

Jumlah

5.339

4.736

10.075

193

974

1.167

3,61

20,57

11,58

Tahun 2004

7.173

7.608

14.781

346

631

977

4,82

8,29

6,61

Sumber: Bappeda (Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2006, Katalog BPS: 1403-3211)

Tabel 3.4 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2005 jumlah pencari
kerja laki-laki (53 persen) lebih banyak daripada perempuan (47 persen). Namun

36
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

dari jumlah pencari kerja yang dapat ditempatkan justru perempuan lebih besar
daripada laki-laki, yaitu 9,67 persen untuk perempuan dan 1,91 persen untuk
laki-laki. Dari segi pendidikan, lulusan SMA merupakan pencari kerja terbanyak
(28,37 persen), dan lulusan SMEA Tata Buku menempati urutan tertinggi dari
jumlah persentase pencari kerja yang berhasil ditempatkan terhadap total
pencari kerja menurut tingkat pendidikan yaitu sebesar 47,37 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa lulusan sekolah kejuruan lebih besar peluangnya dibanding
lulusan SMA dalam menyerap bursa lapangan kerja. Artinya, cukup beralasan
apabila sekolah kejuruan lebih diperioritaskan untuk dikembangkan oleh
pemerintah daerah karena peluang lulusannya untuk menyerap bursa lapangan
kerja lebih besar.

Grafik 3.2.
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan Tahun 2000-2005
50,00
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
-

2000

2001

2002

2003

2005

Pertanian

39,91

45,35

42,45

43,85

38,04

Industri

12,79

14,31

15,60

12,71

16,26

4,30

5,66

5,43

7,46

6,16

23,51

Pertambangan, listrik, gas,


air dan kontruksi

23,52

21,47

21,75

19,70

Angkutan dan komunikasi

4,56

5,03

6,32

5,75

4,33

Keuangan

0,44

1,33

0,75

0,53

0,90

14,49

6,84

7,68

9,99

10,81

Perdagangan

Jasa

Sumber: Bappeda (Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2006, Katalog BPS: 1403-3211)

37
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Sementara menurut status pekerjaannya, jumlah tenaga kerja selama


periode tahun 2000-2005 rata-rata laju pertumbuhannya tertumpu pada sektor
pertanian sebesar 41,92 persen, diikuti sektor perdagangan (21,99 persen) dan
sektor industri (14,33 persen). Namun, apabila dilihat per sektor, Grafik 3.2 (lihat
halaman 37) menunjukkan bahwa pada tahun 2005 penurunan justru terjadi di
sektor pertanian yaitu sebesar 5,81 persen dibanding tahun sebelumnya (43,85
persen). Sementara sektor yang mengalami peningkatan selama periode 20012005 adalah sektor jasa dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,83 persen.

3.1.3. Perekonomian
Salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan pembangunan
ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu, angka pertumbuhan ekonomi
dapat dihitung melalui perubahan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Bila diperhatikan Grafik 3.3. di bawah ini menunjukkan perkembangan PDRB di
Kabupaten Sumedang dari tahun 2001 s.d. 2005 secara agregat terus
mengalami peningkatan.
Grafik 3.3.
Nilai PDRB Kabupaten Sumedang 2001-2005 (Milyar Rupiah)
2005
2004
Tahun

7.048,21

4.506,20
5.943,30

4.311,33

2003

4.133,00

5.338,80

4.863,81
3.979,48

2002

4.248,97
3.827,07

2001
-

1.000

2.000

3.000

4.000

Konstan 2000

5.000

6.000

7.000

8.000

Berlaku

Sumber: Bappeda (PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha Tahun


2001-2005, Katalog BPS: 9205-3211)

Grafik 3.3. di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2005 nilai PDRB Kabupaten
Sumedang berada pada angka sebesar Rp 7.048,21 milyar. Nilai PDRB tersebut
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5.943,30 milyar

38
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

atau terjadi peningkatan sebesar 18,59 persen. Situasi ini disebabkan oleh
meningkatnya tingkat produktivitas dari masing-masing sektor pembangunan.
Jika dilihat dari struktur perekonomian Kabupaten Sumedang menurut lapangan
usaha, struktur perekonomiannya masih bersifat agraris atau diklasifikasikan non
industrialisasi, karena motor penggerak ekonominya adalah pertanian (lihat
Tabel 2; Lampiran IV). Selama periode 2001-2005, sektor pertanian memberikan
kontribusi rata-rata sebesar 29,36 persen terhadap PDRB. Kontribusi terbesar
diberikan oleh sub sektor tanaman bahan makanan, yaitu rata-rata 22,29
persen. Sementara sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan
kontribusi rata-rata sebesar 26,04 persen. Kontribusi terbesar diberikan oleh sub
sektor perdagangan besar dan eceran, yaitu rata-rata sebesar 21,51 persen.
Selanjutnya sektor industri pengolahan dengan sub sektornya industri tanpa
migas memberikan kontribusi rata-rata sebesar 24,35 persen terhadap PDRB.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas sektor pertanian, perdagangan,
hotel dan restoran memberikan dampak yang optimal terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, dan pada akhirnya
memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Pada saat ini sektor-sektor
tersebut menjadi andalan penting sebagai sumber kesempatan kerja dan
bahkan sumber devisa negara dari Kabupaten Sumedang.
Tabel 3.5
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Menurut Sektor dan
Kelompok Sektor Tahun 2002-2005 (Persen)
Kelompok Sektor
Primer
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Sekunder
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Tersier

2002

2003

2004

2005

3,94
3,92

1,39
1,36

3,36
3,34

3,99
3,97

8,01

10,07

8,42

9,21

4,18

4,83

4,99

4,55

3,87

4,49

4,51

4,23

6,6

7,8

9,29

5,92

5,54

5,8

6,13

6,64

3,87

4,92

4,49

4,87

Perdagangan, Hotel & Restoran

3,33

4,21

4,01

4,72

Pengangkutan & Komunikasi

6,47

6,48

6,7

6,21

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

7,29

8,95

6,81

6,83

Jasa-Jasa

3,07

4,76

3,99

3,77

3,98

3,86

4,31

4,52

PDRB

Sumber: Bappeda (PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha Tahun


2001-2005, Katalog BPS: 9205.3211)

39
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 3.5 (lihat halaman 39) menunjukkan bahwa secara keseluruhan


struktur perekonomian Kabupaten Sumedang selama periode tahun 2002-2005
mengalami pergeseran dari sektor primer ke sektor sekunder dan sektor tersier.
Sektor sekunder merupakan kelompok sektor yang memberikan kontribusi
terbesar pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 4,64 persen, diikuti sektor tersier (4,54 persen) dan
terkecil sektor primer (3,17 persen). Hal ini menunjukkan bahwa sektor sekunder
terutama sektor bangunan memegang peranan penting dan memberikan andil
yang besar terhadap inflasi Kabupaten Sumedang dengan pertumbuhan yang
terus positif dari tahun 2002 s.d. 2005, sedangkan untuk kelompok sektor tersier
dan primer perlu dipacu pengembangannya.
Sementara Grafik 3.4 di bawah ini menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi (LPE) Kabupaten Sumedang sejak tahun 1999 terus berada dalam
pertumbuhan positif, meskipun pada tahun 1999-2003 masih bersifat fluktuatif.
LPE tahun 2005 termasuk lambat yaitu sebesar 4,52 persen atau masih di
bawah laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 5,47 persen. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kinerja pembangunan dari aspek ekonomi yang diarahkan
untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi cenderung pemanfaatan
kegiatan investasi yang kurang optimal, sehingga investasi yang ditanamkan
belum memberikan daya dorong yang signifikan terhadap produktivitas.
Grafik 3.4.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Tahun 1999-2005
6.00
5.00
4.00

4.00

4.52

4.31

3.98
3.94

3.89
3.44

5.47

5.16

4.84
3.86

3.00
2.21

2.00
1.00
-

SMD

JABAR

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2.21

4.00

3.44

3.98

3.86

4.31

4.52

3.89

3.94

4.84

5.16

5.47

Sumber: Bappeda (Katalog BPS: 9205.3211)

40
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3.1.4. Pemerintahan
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumedang sebanyak 12.548 orang. Dari jumlah PNS tersebut, PNS
yang berada di lingkup dinas/instansi sebanyak 12.072 orang (96,21 persen)
tersebar di 26 lembaga pemerintahan kabupaten (Sekretariat Daerah,
Sekretariat Dewan, Kantor, Dinas, Badan, dan RSU), dan PNS yang berada di
lingkup kecamatan/kelurahan sebanyak 476 (7,06 persen). Dari jumlah tersebut,
golongan IV sebanyak 3.219 orang (25,65 persen), golongan III sebanyak 6.795
orang (54,15 persen), golongan II sebanyak 1.871 orang (14,91 persen), dan
golongan I sebanyak 187 orang (1,49 persen). Hal menarik dari tabel 2.1 adalah
banyaknya PNS yang mengambil jalur fungsional sebanyak 8867 orang atau
73,45 persen PNS di dinas/instansi adalah bukan sebagai pejabat jalur
struktural. Pejabat fungsional terbanyak berada di lingkup Dinas Pendidikan atau
sebanyak 7790 orang (87,85 persen) yang tersebar di golongan II, III bahkan
golongan IV. Sementara yang sedikit staf fungsionalnya berada di Sekretariat
DPRD. PNS yang bertugas di kecamatan dan kelurahan sebanyak 476 orang
(7,06 persen), terdiri dari golongan IV sebanyak 12 orang (0,1 persen), golongan
III sebanyak 307 orang (2,45 persen), golongan II sebanyak 141 orang (1,12
persen), dan golongan I sebanyak 16 orang (0,13 persen). Hal ini menunjukkan
bahwa dari besarnya kapasitas PNS pada jalur fungsional, cukup memadai
untuk memberikan pelayanan akses pendidikan secara optimal kepada
masyarakat dan secara tidak langsung akan mempermudah upaya pencapaian
peningkatan indek pendidikan sebagai fokus pembangunan pada tahun
anggaran 2006.
Dari sisi kelembagaan untuk menjalankan roda pemerintahan, termasuk
di dalamnya berbagai kewenangan, berdasarkan Pasal 3 Peraturan Daerah
Kabupaten Sumedang Nomor 7 Tahun 2006 disebutkan bahwa nomenklatur
Susunan Organisasi Perangkat Daerah (SOTK) terdiri atas: Sekretariat Daerah;
Sekretariat DPRD; 14 Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah (5 Badan, 3
Kantor, Inspektorat Kabupaten, dan Satuan Polisi Pamong Praja); 26
kecamatan; dan 7 kelurahan. Dengan 29 institusi perangkat daerah yang ada
saat ini dengan keefektifan sejak bulan Pebruari 2007, apabila diperbandingkan
dengan SOTK sebelumnya, jumlah perangkat daerah saat ini lebih gemuk atau

41
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

terjadi peningkatan jumlah institusi. Meskipun terjadi pengurangan institusi dinas


daerah, namun terjadi pula penambahan institusi baru maupun terjadi
perubahan dan penggabungan dengan institusi lama.
Tabel 3.6
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sumedang
dan Perubahannya
SOTK Berdasarkan Perda Kab.
Sumedang No.49 Tahun 2000
Sekretariat Daerah
Dinas Daerah:
1. Pertanian
2. Kehutanan dan Perkebunan
3.
4.
5.
6.

Kesehatan
Pendidikan
Kebudayaan dan Pariwisata
Perindustrian dan Perdagangan

7.
8.
9.
10.
11.

Tenaga Kerja dan Kependudukan


Koperasi dan UKM
Pekerjaan Umum
Pendapatan Daerah
Perhubungan

12. Pengelolaan Lingkungan Hidup


13. Pertanahan
14. Pertambangan dan Energi

SOTK Berdasarkan Perda Kab. Sumedang


No. 7 Tahun 2006
Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD
Dinas Daerah:
1. Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan
2. Kehutanan, Sumber Daya Mineral dan
Energi
3. Kesehatan
4. Pendidikan
5. Pariwisata dan Kebudayaan
6. Perindustrian, Perdagangan dan
Investasi
7. Tenaga Kerja dan Transmigrasi
8. Koperasi dan Usaha Mikro
9. Pekerjaan Umum
10. Pajak
11. Perhubungan dan Telekomunikasi,
Multimedia dan informatika
12. Peternakan dan Perikanan
13. Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa
14. Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Catatan Sipil

15. Informasi dan Komunikasi


Lembaga Teknis Daerah:
1. Badan Perencanaan Daerah
2. Badan Pengawasan Daerah
3. Badan Kepegawaian Daerah
4. Badan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Sosial
5. Badan Kesatuan Bangsa
6. Kantor Keluarga Berencana

Kecamatan
Kelurahan
Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang

Inspektorat Kabupaten
Lembaga Teknis Daerah:
1. Badan Perencanaan Daerah
2. Badan Keuangan Daerah
3. Badan Kepegawaian dan Pendidikan dan
Pelatihan Daerah
4. Badan Lingkungan Hidup
5. Badan Kesatuan Bangsa
6. Kantor Penyuluhan Pertanian,
Kehutanan dan Ketahanan Pangan
7. Kantor Pemuda dan Olah Raga
8. Kantor Komunikasi dan Informasi
Satuan Polisi Pamong Praja
Kecamatan
Kelurahan

42
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel

3.6 (lihat halaman 42) menunjukkan bahwa jumlah dinas

berkurang satu dengan meniadakan Dinas Pertanahan. Institusi baru terkait


kewenangan yang ada antara lain munculnya Sekretariat DPRD,

Satuan

Pamong Praja, dan 2 Lembaga Teknis Daerah (Kantor Penyuluhan Pertanian,


Kehutanan, dan Ketahanan Pangan; dan Kantor Pemuda dan Olah Raga). Tujuh
di antara institusi tetap atau tidak berubah nomenklaturnya, yaitu Sekretariat
Daerah, 4 Dinas Daerah (Kesehatan, Pendidikan, Pariwisata dan Kebudayaan,
Pekerjaan Umum), dan 2 Lembaga Teknis (Badan Perencanaan Daerah dan
Badan Kesatuan Bangsa). Tiga Dinas Daerah yang mengalami perubahan dan
penggabungan, yaitu Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan, dan Perhubungan.
Dua Dinas Daerah yang berubah menjadi Badan, yaitu Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup menjadi Badan Lingkungan Hidup, dan Dinas Informasi dan
Komunikasi menjadi Badan Komunikasi dan Informasi. Sisanya, berubah
dengan penambahan nomenklatur.
Dengan perubahan SOTK yang semakin memperbesar jumlah institusi,
dan mempertimbangkan minimnya kemampuan keuangan daerah yang hanya
mencapai rata-rata pertumbuhan PAD per tahun sekitar 10 persen lebih,
menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang masih berpikir
cara lama yaitu melakukan proliferasi organisasinya. Akibatnya, Pemerintah
Daerah Kabupaten Sumedang menanggung over-head cost yang tinggi dalam
membiayai birokrasi pemerintah daerah. Hal tersebut secara tidak langsung
akan semakin menjauhkan pada upaya efisiensi alokasi anggaran untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berdampak mengecilnya alokasi
belanja publik. Dengan menaikkan eselonisasi tentunya akan sangat signifikan
berpengaruh dalam pembiayaan birokrasi daerah sebagai konsekuensi akibat
membengkaknya alokasi gaji, tunjangan jabatan dan honorarium serta fasilitas
yang harus disediakan pemerintah daerah.
Terlebih lagi dengan adanya pemekaran wilayah kecamatan selama
periode tahun 2000-2006, yang tercatat telah mengalami penambahan 8
kecamatan dari 18 kecamatan menjadi 26 kecamatan. Hal inipun membawa
konsekuensi kepada penambahan beban alokasi anggaran yang akan lebih
berpaling pada pemenuhan alokasi belanja aparatur. Kecenderungan yang
terjadi proliferasi yang dilakukan lebih dikarenakan untuk mengakomodasikan

43
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

tekanan

dari

birokrasi

yang

berkembang

terus

dibandingkan

untuk

mengakomodasikan perkembangan fungsi karena kebutuhan riil masyarakat


yang harus dilayani.
Selanjutnya dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 7
Tahun 2006 dikemukakan, bahwa tugas pokok fungsi masing-masing adalah:
1)

Sekretariat Daerah merupakan unsur pembantu Bupati yang dipimpin


oleh Sekretaris Daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati;

2)

Sekretariat

DPRD

merupakan

unsur

pelayanan

dan

pendukung

pelaksana tugas dan fungsi DPRD, dipimpin oleh seorang Sekretaris


DPRD yang secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung
jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
3)

Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana tugas Bupati di bidang


otonomi berbentuk dinas atau kantor yang dipimpin oleh seorang kepala,
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretariat Daerah.

4)

Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas Bupati


dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah dan
bersifat spesifik berbentuk badan, kantor atau rumah sakit umum daerah
dan lembaga teknis daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang kepala,
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.

5)

Satuan Polisi Pamong Praja merupakan unsur pendukung tugas Bupati


dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah yang
dipimpin oleh seorang kepala, berada di bawah dan bertanggung jawab
Bupati melalui Sekretaris Daerah.

6)

Kecamatan merupakan unsur perangkat daerah yang dipimpin oleh


seorang Camat, dalam suatu wilayah kerja tertentu yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

7)

Kelurahan merupakan unsur perangkat daerah yang dipimpin oleh


seorang Lurah, dalam suatu wilayah kerja tertentu yang berada di bawah
kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Camat.

44
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3.1.5 Akuntabilitas Keuangan


Dalam pelaksanaan manajemen pemerintahan daerah, pada tahun 2006
telah dianggarkan pendapatan APBD sebesar Rp 680,897 milyar lebih.
Pendapatan APBD yang diraih Kabupaten Sumedang pada tahun 2006 adalah
sebesar Rp 687.027.100.672 atau meningkat sebesar 39,52 persen dari
pendapatan APBD tahun 2005. Pendapatan sebesar itu, diperoleh dari hasil
PAD sebesar Rp 63.455.317.746 (9,24 persen), Dana Perimbangan sebesar Rp
415.841.469.850 (90,36 persen), dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
sebesar Rp 17.895.664.376 (0,40 persen). Meskipun besaran pendapatan
APBD tahun anggaran 2006 tersebut meningkat atau mengalami kenaikan
sebesar 7,5 persen dibanding realisasi PAD tahun anggaran 2005 sebesar Rp
58.699.239.115,74, komposisi persentase realisasi PAD-nya menurun dibanding
tahun anggaran 2005 dengan realisasi mencapai 11,92 persen (lihat Lampiran
III-1; III-2; III-3).
Pada tahun anggaran 2004, retribusi daerah merupakan penerimaan
yang paling besar memberikan kontribusi terhadap PAD, yaitu sebesar 50,73
persen. Retribusi daerah merupakan pungutan yang dibayar langsung oleh
mereka

yang

menikmati

pelayanan

pemerintah

daerah,

dan

biasanya

dimaksudkan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya pelayanan yang


bersangkutan. Pada tahun anggaran 2004 terdapat 28 jenis retribusi, namun
hanya beberapa saja yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber
penerimaan

daerah,

misalnya:

retribusi

pelayanan

kesehatan;

retribusi

pelayanan pasar; dan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Penerimaan


retribusi daerah terbesar berasal dari retribusi pelayanan kesehatan sebesar Rp
20 milyar lebih

atau 81,10 persen dari total penerimaan retribusi daerah.

Penerimaan pajak daerah memberikan kontribusi terhadap PAD, yaitu sebesar


32,95 persen. Dari 7 objek penerimaan pajak daerah, terbesar diperoleh dari
pajak penerangan jalan sebesar 88,95 persen, diikuti pajak restoran sebesar
3,98 persen, dan terkecil diperoleh dari pajak hiburan sebesar 0,09 persen
Dengan kondisi pendapatan APBD di atas, dan seperti juga dua tahun
sebelumnya menunjukkan bahwa pendapatan daerah tahun 2006 masih
bertumpu kepada penerimaan dari dana perimbangan. Apabila dilihat dari upaya
menggali dan mengoptimalisasikan PAD, Tabel 3.7 di bawah ini menunjukkan

45
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

komposisi retribusi daerah selama periode tahun 2004-2006 diprioritaskan


sebagai penerimaan utama dengan kontribusi yang memperlihatkan mengalami
kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 55,89 persen.
Tabel 3.7.
Perkembangan Pendapatan APBD Kabupaten Sumedang Tahun 2004-2006
Penerimaan

Jumlah
2004

2005

50.118.894.987,70

58.699.239.115,74

63.455.317.746

16.514.948.371

18.183.246.270

18.195.742.136

25.424.024.266,98

35.200.334.246,27

36.155.616.346

Pos Laba Perusahaan Milik


Daerah

1.835.321.154,22

2.362.172.174,47

2.547.298.133

Pos Lain-lain Pendapatan Asli


Daerah Yang Sah

6.344.601.195,50

2.953.486.425

6.556.661.131

Dana Perimbangan

390.312.963.694

415.841.469.850

620.822.782.926

36.927.236.286

38.883.422.914

47.136.555.151

13.240.000.000

31.910.000.000

301.089.000.000

316.698.000.000

500.020.000.000

Bagi Hasil Pajak dan Bantuan


Keuangan Dari Propinsi

45.086.727.408

47.020.046.936

41.756.227.775

Lain-lain Pendapatan Daerah


Yang Sah

23.529.981.851

17.895.664.376

2.749.000.000

463.961.840.532,70

492.436.373.341,74

687.027.100.672

Bagian PAD
Pos Pajak Daerah
Pos Retribusi Daerah

Pos Bagian Hasil Pajak dan


Bukan Pajak
Pos Dana Alokasi Khusus
Pos Dana Alokasi Umum

TOTAL

2006

Sumber: Pertanggungjawaban APBD TA. 2004, TA. 2005, dan TA. 2006

Sementara, Tabel 3.8 (lihat halaman 47) menunjukkan bahwa struktur


alokasi belanja Pemerintah Kabupaten Sumedang terdiri dari dua komponen
utama, yaitu: (1) belanja aparatur; dan (2) belanja publik. Komponen belanja
aparatur meliputi: belanja administrasi umum; belanja operasi dan pemeliharaan;
dan belanja modal. Komponen belanja publik meliputi: belanja administrasi
umum; belanja operasi dan pemeliharaan; belanja modal, belanja bagi hasil dan
bantuan keuangan; dan belanja tidak tersangka. Jika dirinci menurut komponen

46
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

utama dari belanja, maka selama periode tahun 2004-2006, sekitar 70 persen
dari belanja Pemerintah Kabupaten Sumedang dialokasikan untuk belanja publik
dan hanya 29 persen yang dialokasikan untuk belanja aparatur. Hal ini
menunjukkan alur konsistensi kebijakan alokasi belanja yang tepat dan secara
tidak langsung akan semakin mendekatkan pada upaya capaian peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

Tabel 3.8.
Alokasi Pengeluaran APBD Kabupaten Sumedang Tahun 2004-2006
TA. 2004
Uraian

APBD

TA. 2005
Persen

APBD

TA. 2006
Persen

APBD

Persen

Belanja
Aparatur

128.422.007.655,16

29,13

145.245.901.473,70

29,35

196.170.621.604,00

28,82

Belanja
Administrasi
Umum

116.940.332.180,16

26,52

127.429.157.562,00

25,75

166.739.623.885,00

24,50

Belanja
Operasi dan
Pemeliharaan

9.547.062.275,00

2,17

11.234.832.200,00

2,27

18.855.594.100,00

2,77

Belanja Modal

1.934.613.200,00

0,44

6.581.911.711,70

1,33

10.575.403.619,00

1,55

Belanja
Publik

312.482.710.311,00

70,87

349.640.524.264,00

70,65

484.461.019.546,00

71,18

Belanja
Administrasi
Umum

212.493.223.014,00

48,19

205.527.872.255,00

41,53

243.627.274.293,00

35,79

Belanja
Operasi dan
Pemeliharaan

19.306.049.322,00

4,38

33.633.168.372,00

6,80

52.623.532.117,00

7,73

Belanja Modal

34.348.715.298,00

7,79

63.694.885.316,00

12,87

107.755.935.035,00

15,83

Belanja Bagi
Hasil dan
Bantuan
Keuangan

42.362.383.470,00

9,61

43.340.561.506,00

8,76

77.956.524.601,00

11,45

Belanja Tidak
Tersangka

3.972.339.207,00

0,90

3.444.036.815,00

0,70

2.497.753.500,00

0,37

440.904.717.966,16

100,00

494.886.425.737,70

100,00

680.631.641.150,00

100,00

Total

Sumber: APBD Kabupaten Sumedang, TA. 2004, TA. 2005, TA. 2006

47
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3.2. Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008


Untuk

mengarahkan

pembangunan,

Kabupaten

Sumedang

telah

mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Program


Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2001-2005. Dalam
peraturan daerah tersebut, visi dan misi Kabupaten Sumedang ditetapkan dan
berikutnya diturunkan Perencanaan Strategis Pemerintah Kabupaten Sumedang
Tahun 2003-2008.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 19 Tahun
2003, Pasal 2, disebutkan bahwa kedudukan Rencana Strategis Daerah
(Renstrada) merupakan dokumen perencanaan bagi pemerintah daerah yang
memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan program untuk waktu lima
tahun. Maka, Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008 merupakan
dokumen memuat rencana kepala daerah terpilih dalam menjalankan tugasnya
lima tahun ke depan. Karenanya pula, dengan kondisi belum adanya Pemilihan
Kepala Daerah secara langsung, maka Renstrada tersebut akan menjadi tolak
ukur pertanggungjawaban kepala daerah setelah masa tugasnya berakhir.

3.2.1. Visi, Misi, dan Nilai Daerah


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 52 Tahun
2000, visi Kabupaten Sumedang dijadikan visi Pemerintah Daerah, yaitu:
Terwujudnya Kabupaten Sumedang sebagai daerah agribisnis dan
pariwisata yang didukung oleh masyarakat beriman dan bertakwa, yang
maju dan mandiri, sehat, demokratis, berwawasan lingkungan serta
menjunjung tinggi hukum.
Dalam rangka mencapai visi yang ada, maka terhadap misi yang
tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Propeda,
dilakukan penajaman rumusannya, menjadi:
1)

Menegakkan tata pemerintahan daerah yang makin baik, bersih dan


amanah dengan berlandaskan kepada kedaulatan rakyat, demokratis,
menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia;

48
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

2)

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kompetitif yang


didukung oleh pembinaan ahlak mulia serta lingkungan dan modal sosial
yang makin menjamin solidaritas sosial;

3)

Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya


alam

dan

ekonomi

yang

makin

berwawasan

lingkungan

dan

berkelanjutan menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat yang layak


dan bermartabat.
Menurut pandangan Bupati Sumedang1 kemunculan visi dan misi daerah
tidak lepas dari keyakinan akan tata nilai dan norma-norma yang selama ini
melandasi masyarakat daerah Kabupaten Sumedang dalam berpemerintahan,
sebagai sebuah kehendak dan kesepakatan bersama yang telah melahirkan visi
dan misi daerah, yang sesungguhnya didorong oleh falsafah masyarakat
Kasumedangan itu sendiri. Falsafah masyarakat Kasumedangan bermula dari
keyakinan untuk tampil makalangan, maka berarti kata Sumedang dibangun
dari kata Insun dan Medal, yang berarti tampil dimuka (Renstrada, 2003;8).
Selanjutnya falsafah masyarakat Sumedang ini dijadikan nilai utama
dalam pembuatan Rencana Strategis Kabupaten Sumedang yang akan menjadi
landasan operasional segenap masyarakat Sumedang dan para penyelenggara
pemerintahan di Kabupaten Sumedang. Nilai-nilai utama ini hendak dijabarkan
dalam nilai-nilai dasar yang terdiri dari:
1)

Kebaikan, diartikan bahwa seluruh agenda strategis Kabupaten


Sumedang bukan hanya harus bernilai baik bagi masyarakat Sumedang
melainkan tata cara pencapaiannya harus benar-benar sesuai aturan
yang rasional, profesional, amanah, serta berorientasi kepentingan
umum yang diletakkan di atas kepentingan perseorangan maupun
golongan;

2)

Kebenaran, diartikan bahwa penyelenggaraan pemerintahan merupakan


sebuah amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara lahiriah dan
batiniah yang harus melandasi peraturan perundang-undangan serta
nilai-nilai budaya masyarakat daerah yang tumbuh dan berkembang di
Kabupaten Sumedang;

Sambutan Bupati Sumedang pada Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten


Sumedang pada Peringatan Hari Jadi Ke-426 Sumedang Tahun 2004.

49
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3)

Keadilan, diartikan bahwa pelaksanaan rencana strategis Kabupaten


Sumedang harus diarahkan demi meraih keadilan bersama dalam
memanfaatkan seluruh sumber daya yang berada di Kabupaten
Sumedang, demi sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat
dengan tetap melihat kapasitas dan tanggung jawab masing-masing
penduduk dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Sumedang;

4)

Kemuliaan,

diartikan

bahwa

untuk

meraih

tujuan

dan

sasaran

pembangunan di Kabupaten Sumedang dengan menggunakan caracara yang bermartabat dengan menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan
selalu dilakukan dengan penuh kehormatan atas hak-hak azasi manusia
serta keunggulan masyarakat Sumedang yang santun, arif dan
bijaksana;
5)

Kesejahteraan, diartikan bahwa pada akhirnya perencanaan strategis


harus bermuara kepada semakin meningkatnya kualitas kesejahteraan
masyarakat.

Dengan

penyelenggara

demikian,

pemerintah

maka

daerah

semua

harus

komponen

ditempatkan

para

sebagai

pengemban dan pelaksana kehendak masyarakat, bukan lagi sebagai


penguasa atas masyarakat itu sendiri;
6)

Kebersamaan dan kesetiakawanan, diartikan bahwa tanggung jawab


membangun keunggulan dan kemaslahatan masyarakat daerah, bukan
hanya kewajiban para penyelenggara pemerintahan daerah bersama
DPRD melainkan memerlukan kerjasama dengan unsur masyarakat,
baik dari kalangan dunia usaha, tokoh-tokoh masyarakat termasuk
kalangan infrastruktur politik yang ada di Kabupaten Sumedang, yang
dapat ditempuh melalui kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
a. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam
pembangunan dan jasa pelayanan;
b. Menumbuhkembangkan kesadaran pihak swasta dan masyarakat
akan pentingnya partisipasi dan swadaya masyarakat dalam
pembangunan.

50
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3.2.2. Tujuan dan Sasaran Pemerintah Daerah


Dengan mengacu penetapan visi dan misi di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam lima tahun ke depan maupun sasaran-sasaran yang ingin
dicapai, yaitu sebagai berikut:
1. Misi Pertama, Tujuan dan Sasarannya
a. Misi pertama: menegakkan tata pemerintahan daerah yang makin baik,
bersih dan amanah dengan berlandaskan kepada kedaulatan rakyat,
demokratis, menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia.
b. Tiga tujuan dari rumusan misi pertama adalah:
1) Terselenggaranya manajemen pemerintahan daerah yang makin
mencerminkan penyelenggaraan pemerintahan yang mematuhi
prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, bersih dan amanah dalam
rangka mewujudkan citra dan kepercayaan masyarakat terhadap
para

penyelenggara

pemerintahan

daerah

dalam

pemberian

pelayanan umum yang makin aspiratif, transparan dan akuntabel


serta terus menghindarkan diri dari perilaku pelayanan yang
diskriminatif.
2) Terciptanya situasi dan kondisi stabilitas politik daerah yang kondusif
bagi terselenggaranya penyelenggaraan pemerintahan di segala
bidang, yang ditunjang oleh partisipasi politik masyarakat yang makin
aktif, dinamis, memperhatikan norma-norma hukum dan hak asasi
manusia.
3) Terselenggaranya penegakkan hukum di daerah dalam rangka tertib
penyelenggaraan tata pemerintahan serta pemeliharaan ketertiban
dan ketentraman masyarakat yang makin manusiawi.
c. Sementara sasaran berikut target capaian dari tujuan tersebut terlihat
pada Tabel 3.9 (lihat halaman 52).

51
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 3.9
Sasaran dari Tujuan Rumusan Misi Pertama Kabupaten Sumedang
Berikut Target Capaiannya
No.

Sasaran

Target
Capaian
Renstrada
Per Th

Th
2008

Target Capaian AKU


dan KU APBD*
Th
2004

Th
2005

Th*
2006

1.

Meningkatnya penindakan terhadap


penyalahgunaan tugas dan wewenang
oleh para penyelenggara pemerintahan
dalam pelaksanan pelayanan umum di
bidannya masing-masing berdasarkan
estndar pelayanan minimal.

100%

100
%

100
%

100
%

2.

Meningkatnya kesadaran budaya politik


masyarakat daerah yang makin
demokratis.

95%*

95%

95%

95%

3.

Meningkatnya peran komunikasi dan


informasi penyelenggaraan pemerintahan
yang makin dapat diakses oleh
masyarakat.

75%

30%

75%

4.

Meningkatnya kualitas hubungan


kepemerintahan di antara institusi
penyelenggara pemerintahan, yang
ditandai dengan pelaksanaan koordinasi,
integrasi, sinkronisasi dan simplikasi.

100%*

100
%

100
%

100
%

5.

Makin tertatanya kesadaran dan tertib


hukum daerah, meningkatnya kesadaran
hukum masyarakat yang ditunjang oleh
kemampuan aparatur hukum yang makin
baik dengan makin tercukupinya sarana
dan prasarana penegakan hukum di
daerah.

75%

75%

75%

6.

Tersusunnya tata ruang kecamatan


dalam rangka meningkatkan tertib
penataan ruang untuk kawasan budidaya
dan non budidaya.

100%

20%

30%

75%

Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang (dikompilasi dari dokumen: Rentrada, AKU


APBD TA. 2004 & TA. 2005 dan KU APBD TA. 2006).

2. Misi Kedua, Tujuan dan Sasarannya


a. Misi kedua: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kompetitif
yang didukung oleh pembinaan ahlak mulia serta lingkungan dan modal
sosial yang makin menjamin solidaritas sosial.
b. Lima tujuan dari rumusan misi kedua adalah:

52
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

1) Terwujudnya masyarakat Kabupaten Sumedang yang memiliki


kapasitas berdaya saing optimal di tingkat regional maupun nasional
yang berakhlakul karimah, sehat, mandiri dan berkeadilan gender,
dengan ditopang oleh pengamalan nilai-nilai religius yang makin
semarak di lingkungannya.
2) Terwujudnya

suasana

kegotong-royongan

dalam

lingkungan

kehidupan bermasyarakat yang makin mengokohkan kesejahteraan


keluarga dan integrasi sosial.
3) Terwujudnya kualitas pelayanan kesejahteraan sosial terutama bagi
pengentasan kemiskinan dan penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS) yang makin meningkat kualitasnya pada setiap
tahunnya.
4) Terwujudnya

pelayanan

publik

yang

berkualitas

di

bidang

pengelolaan pendidikan yang makin mencerminkan kemerataan


kesempatan berpendidikan, terutama wajib belajar sembilan tahun,
mutu dan relevansi hasil pendidikan yang makin sesuai dengan
kebutuhan lingkungan serta pelibatan partisipasi pendidikan yang
makin baik.
5) Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas di bidang kesehatan
masyarakat, yang berdasarkan pelayanan kesehatan preventif dan
promotif dengan ditunjang kuratif dan rehabilitatif.
c. Sementara sasaran berikut target capaian dari tujuan tersebut terlihat
pada Tabel 3.10 (lihat halaman 54).

53
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 3.10
Sasaran dari Tujuan Rumusan Misi Kedua Kabupaten Sumedang
Berikut Target Capaiannya
No.

Sasaran

Target Capaian
AKU dan KU
APBD*

Target
Capaian
Renstrada
Per
Th

Th
2008

Th
2004

Th
2005

Th*
2006

Indeks
73

Indeks
76

Indeks
70

Indeks
71,67

1.

Tercapainya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia pada


setiap tahunnya.

2.

Fasilitasi Pemerintah Daerah terhadap pengelolaan seluruh


panti-panti sosial.

100%*

100%

100%

3.

Tidak terdapatnya masyarakat yang terbengkalai dari


pelayanan Pemerintah Daeerah saat mengalami dampak
bencana alam dan sosial.

90%*

90%

90%

4.

Meningkatnya upaya rehabilitasi infrastruktur pendidikan dasar


dan menengah.
20%*
10%*
10%*

20%*
10%*
10%*

20%*
10%*
10%*

20%
5%
5%

75%*
90%*

61%
74%

67,25%
78,50%

SD
SLTP
SLTA

Disertai perbaikan kurikulum muatan lokal, kompetensi tenaga


kependidikan serta kualitas relevansi pendidikan bagi
kebutuhan peserta didik dalam kehidupan sosial ekonomi di
lingkungannya.
5.

Meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk


menyukseskan wajib belajar sembilan tahun, terutama pada
jenjang pendidikan SLTP, dalam rangka menunjang target:

APM SLTP
APK SLTP

6.

Secara bertahap menurunkan biaya penyelenggaraan


pendidikan yang bersumber dari peserta didik, yang selama ini
menjadi kewajiban Pemerintah Daerah, khususnya pada
jenjang pendidikan SD dan SLTP, melalui upaya peningkatan
partisipasi masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam
pembiayaannya.

20%

20%

7.

Meningkatnya
upaya
pembangunan
dan
rehabilitasi
infrastruktur kesehatan, terutama di berbagai pelosok
kabupaten yang disertai dengan perbaikan penyediaan obatobatan, kompetensi tenaga kesehatan.

100%

8.

Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup


sehat dan keperansertaannya yang terus berkembang dalam
pengelolaan layanan kesehatan umum yang akuntabel (target
angka kesakitan)

9.

Meningkatnya
fasilitas
Pemerintah
Daerah
dalam
pemberdayaan kelembagaan masyarakat yang bergerak
dalam bidang kesejahteraan masyarakat dan keluarga,
dengan terus mengupayakan pengarusutamaan gender dalam
pembangunan daerah di berbagai sektor

100%

10.

Meningkatnya kepedulian Pemerintah Daerah dalam fasilitasi


penyediaan sarana dan prasarana keagamaan yang ditunjang
oleh perilaku yang rukun dalam kehidupan umat beragama,
baik sesama umat, antar umat beragama dan antara umat
beragama dengan para penyelenggara pemerintahan daerah,
yang ditandai dengan tidak adanya konflik keagamaan.

0%

0%

14%

Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang (dikompilasi dari dokumen: Rentrada, AKU


APBD TA. 2004 & TA. 2005 dan KU APBD TA. 2006).

54
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3. Misi Ketiga, Tujuan dan Sasarannya


a. Misi ketiga: meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan potensi
sumber daya alam dan ekonomi yang makin berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat yang
layak dan bermartabat.
b. Tujuan dari rumusan misi ketiga adalah mengembangkan basis ekonomi
dan kesempatan kerja yang beragam dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup, sehingga mencapai
stabilitas ekonomi daerah.
c. Sementara sasaran berikut target capaian dari tujuan tersebut terlihat
pada Tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11
Sasaran dari Tujuan Rumusan Misi Ketiga Kabupaten Sumedang
Berikut Target Capaiannya
No.

Sasaran

Target Capaian
Renstrada

Target Capaian AKU dan


KU APBD*

Per Th

Th
2004

Th
2008

Th
2005

Th*
2006

1.

Laju rata-rata pertumbuhan ekonomi

4%

4%

4%

4%

2.

Terwujudnya Kabupaten Sumedang sebagai


daerah tujuan wisata dengan upaya peningkatan
kunjungan wisatan yang didukung oleh upaya
pengembangan satuan kawasan wisata.

15%

15%

15%

15%

3.

Menurunnya luas lahan kritis.

80%

25%

20%

4.

Terpenuhi baku mutu limbah cair industri.

80%

15%

10%

5.

Tercapainya luas kawasan lindung.

50%

40%

23,67%

50%

20%

6.

Tercapainya reklamasi bahan galian C

7.

Berkurangnya jumlah penduduk miskin (*jumlah


penduduk terkendali)

1,25%

8.

Meningkatnya partisipasi masyarakat dan


stakeholder utnuk menangani ketenagakerjaan
dalam rangka menunjang target pengurangan
pengangguran.

2,8%

Penyelesaian kasus perselisihan hubungan


industrial, terlaksananya penerapan ketentuan
normatif dan tidak terjadinya kecelakaan kerja di
perusahaan

0%

Meningkatnya fasilitasi penyediaan kebutuhan


pokok bagi masyarakat yang terus terjamin di
pusat-pusat perekonomian masyarakat, ditandai
dengan tersedianya stok bahan kebutuhan pokok
di daerah.

90%*

9.

100%
1,65%*

Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang (dikompilasi dari dokumen: Rentrada, AKU


APBD TA. 2004 & TA. 2005 dan KU APBD TA. 2006).

55
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3.2.3. Strategi Pemerintahan Daerah


Strategi pemerintah daerah merupakan perumusan tentang cara untuk
mencapai

tujuan

dan

sasaran-sasaran

Pemerintah

Daerah

Kabupaten

Sumedang selama kurun waktu 2003-2008. Secara umum, dalam rangka


mengoperasionalkan visi dan misi daerah terdapat 3 strategi implementasinya,
yaitu:
1. Meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah;
2. Meningkatkan kapasitas perekonomian daerah;
3. Meningkatkan kualitas kesejahteraan mastarakat daerah.
Ketiga strategis umum tersebut, dijabarkan lebih lanjut ke dalam
berbagai kebijakan dan program, yang tersebar ke dalam berbagai bidang
kewenangan. Arah Kebijakan Umum APBD TA. 2004 dan Arah Kebijakan Umum
APBD TA. 2005 maupun Kebijakan Umum APBD TA. 2006 pada umumnya telah
memuat target-target kuantitatif untuk pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang
direncanakan berikut berbagai indikator-indikator capaiannya dengan tetap
mengacu pada tujuan, sasaran dan kebijakan dokumen rencana strategis
daerah.
Tabel 3.12 (lihat halaman 57) menunjukkan bahwa kerangka operasional
dalam mewujudkan visi Kabupaten Sumedang dalam Rencana Strategis Daerah
Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008 dijabarkan atas 30 kebijakan dan 94
program dari 17 bidang kewenangan dalam strategi prioritas Pemerintah
Kabupaten Sumedang.2 Kebijakan dan program operasional yang paling banyak
adalah dalam lingkup bidang pemerintah umum, diikuti bidang pendidikan dan
kesehatan, dan yang paling sedikit dalam lingkup bidang penataan ruang dan
perhubungan. Sementara target capaian atau indikator kinerjanya: pada misi
pertama terdiri dari 6 sasaran; 5 sasaran di antaranya mencakup target capaian
tahunan dan 1`target capaian sasaran tahun 2008; pada misi kedua terdiri dari
10 sasaran; 8 target di antaranya mencakup target capaian tahunan dan 2 target
capaian sasaran tahun 2008; dan pada misi ketiga terdiri dari 9 sasaran yang
mencakup 6 target capaian sasaran tahunan dan 3 target capaian sasaran tahun
2008.
2

Jumlah kebijakan pada Bab V kontradiksi dengan Matrik Renstrada Tahun 2003-2008 berjumlah
68 kebijakan.

56
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 3.12
Jumlah Kebijakan dan Program Menurut Bidang Kewenangan
No.

Bidang Kewenangan

Jumlah
Kebijakan
Program
1.
Pemerintahan Umum
8
13
28
2.
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
1
4
5
3.
Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup
3
3
6
4.
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
1
3
6
5.
Penanaman Modal
1
3
2
6.
Ketenagakerjaan
1
3
3
7.
Kesehatan
3
6
10
8.
Pendidikan
4
9
9
9.
Bidang Sosial
4
6
11
10.
Penataan Ruang
1
1
3
11.
Pekerjaan Umum dan Pemukiman
2
8
8
12.
Perhubungan
1
1
3
13.
Kependudukan
3
3
9
14.
Olah Raga dan Kepemudaan
2
2
6
16.
Kepariwisataan dan Kebudayaan
2
2
5
17.
Pertanahan
2
2
5
Jumlah
30*
68**
94
Sumber: Dokumen Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008
Catatan:
* Jumlah kebijakan untuk setiap bidang kewenangan pada Bab V dokumen Renstrada.
** Jumlah kebijakan untuk setiap bidang kewenangan pada Matriks dokumen Renstrada.

3.2.3. Arah Kebijakan Umum APBD TA. 2004


Arah dan Kebijakan Umum APBD Kabupaten Sumedang dilaksanakan
sesuai dengan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Sumedang
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumedang tentang Arah
dan Kebijakan Umum PBD Kabupaten Sumedang TA 2004 Nomor :
903/PJ.18-Huk/2003 tanggal 11 Nopember 2003
903/01/NK.DPRD/2003
Dalam perspektif otonomi daerah, pembangunan daerah yang dilakukan dalam
kerangka Renstrada diarahkan untuk membawa masyarakat Kabupaten
Sumedang ke dalam strata kehidupan yang makin mantap, baik dalam kapasitas
ekonomi lokal, sosial budaya serta stabilitas demokratisasi yang mendorong
kemantapan penyelenggaraan tata pemerintahan yang makin mantap (good
governance). Kebijakan Umum Daerah Kabupaten Sumedang terdiri dari pokokpokok Kebijakan Pembangunan dan Keuangan Daerah yaitu sebagai berikut:

57
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

1)

Pokok-pokok Kebijakan Pembangunan yang ditempuh diantaranya meliputi:


a)

Melaksanakan peningkatan optimalisasi kapasitas dan kompetensi


Pemerintah Daerah yang makin baik dan akuntabel dalam melakukan
pelayanan publik.

b)

Meningkatkan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah.

c)

Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh


pendidikan yang bermutu bagi seluruh masyarakat dalam rangka
mewujudkan kualitas masyarakat daerah yang berbudi pekerti luhur
dan

kompetitif,

dengan

ditunjang

oleh

peningkatan

partisipasi

masyarakat yang makin berarti.


d)

Meningkatkan

akses

dan

mutu

pelayanan

kesehatan

dengan

mendekatkan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya


peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan
rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut.
e)

Mengembangkan

pengelolaan

potensi

sumber

daya

pertanian,

perkebunan dan kehutanan secara optimal.


f)

Meningkatkan dan mengembangkan kapasitas dan skala usaha


industri, perdagangan dan koperasi yang makin kompetitif.

2)

Pokok-pokok kebijakan keuangan daerah secara umum menyangkut


pendapatan, pembiayaan dan belanja, diantaranya meliputi:
a)

Pada bidang pendapatan perlu ditingkatkan tingkat proporsionalitas


kebutuhan penyelenggaraan otonomi daerah dengan kemampuan
sumber-sumber pendapatan daerah yang ada. Peningkatan PAD
sekurangkurangnya 10 persen dari tahun sebelumnya yang bersumber
dari

efisiensi

pengelolaan

dan

intensifikasi

pemungutan

PAD.

Pendapatan yang bersumber dari bantuan pemerintah pusat maupun


pemerintah propinsi terus dapat diefektifkan melalui koordinasi akurasi
data maupun kegiatan prioritas yang bernilai regional.
b)

Pada bidang pembiayaan, kebijakan dari sisi penerimaan yaitu


pengamanan sisa perhitungan anggaran tahun sebelumnya, untuk
terus digunakan secara efesien bagi kegiatan yang bernilai ekonomi
maupun

penambahan

cadangan

daerah.

Sementara

dari

segi

pengeluarannya perlu diteruskan kegiatan penyertaan modal yang


makin menguntungkan.

58
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

c)

Pada bidang belanja, kebijakan tetap mengacu pada PP 105/2000 dan


Kepmendagri 29/2002. Pada pembelanjaan aparatur, diarahkan untuk
menguatkan kemampuan aparatur dengan kelembagaannya dalam
melakukan pelayanan kepada masyarakat. Pembelanjaan untuk publik
mengambil 20 persen dari APBD yang diarahkan kepada seluruh
bidang kewenangan sesuai dengan target standar pelayanan minimal
dan

mencerminkan

kebutuhan

riil

yang

dapat

dinikmati

oleh

masyarakat.
Sementara sasaran pokok pembangunan masing-masing bidang kewenangan
akan dapat terlihat pada data capaian target AKU APBD TA. 2004 sebagaimana
sasaran dari tujuan ketiga misi dalam renstrada.

3.2.4. Arah Kebijakan Umum APBD TA. 2005


Fokus pembangunan daerah TA.

2005 mengacu pada Renstrada

Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008, yaitu:


1)

Menegakkan tata pemerintahan yang makin baik, bersih dan amanah


dengan berlandaskan kepada kedaulatan rakyat, supremasi hukum dan
hak-hak asasi manusia;

2)

Meningkatkan kualitas SDM yang kompetitif yang ditopang oleh


pembinaan akhlak mulia serta lingkungan dan modal sosial yang makin
menjamin solidaritas sosial;

3)

Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan potensi SDA dan


ekonomi yang makin berwawasan lingkungan hidup sehingga mencapai
stabilitas ekonomi daerah.
Selain fokus pembangunan yang mengacu pada Renstrada Kabupaten

Sumedang, pada TA.

2005 inipun difokuskan pada kerangka kerjasama

bersama antara Gubernur Jawa Barat dengan para Bupati dalam upaya
mendukung akselerasi pencapaian visi dan misi Jawa Barat tahun 2010, yang
meliputi:
1)

Mengantisipasi

dan

menanggulangi

masalah-masalah

kesehatan, mengurangi laju pertumbuhan penduduk;

59
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

pendidikan,

2)

Memberikan perhatian khusus kepada UKM melalui peningkatan akses


permodalan, pengembangan teknologi, pembinaan dan peningkatan
jaringan

pemasaran,

peningkatan

kualitas

design

produk

serta

pendamping usahanya;
3)

Meningkatkan kerjasama di dalam peningkatan kualitas dan kuantitas


infrastruktur wilayah seperti transportasi, energi dan telekomunikasi,
sarana dan prasarana perumahan dan pemukiman, serta sumber daya
air dan irigasi untuk menunjang aktivitas ekonomi serta sosial budaya;

4)

Mendukung pelaksanaan Pemilu 2004, serta mengantisipasi segala


dampak negatif yang timbul pasca pemilu tahun 2004;

5)

Meningkatkan

kualitas

SDM

aparatur

pemerintah

dalam

rangka

mewujudkan kepemerintahan yang baik dan bersih dari korupsi, kolusi


dan nepotisme;
6)

Mengembangkan sistem informasi terpadu baik aspasial maupun spasial,


yang ditujukan untuk pelayanan informasi kepada masyarakat, dunia
usaha, antar pemerintahan dan untuk kepentingan internal pemerintahan
daerah masing-masing;

7)

Menerapkan pengelolaan lingkungan berbasis daerah aliran sungai dan


meningkatkan upaya perwujudan pola tata ruang Jawa Barat guna
mencapai proporsi 45 persen kawasan lindung dan 55 persen kawasan
budidaya dengan kontribusi kabupaten/kota secara proporsional melalui
pengembangan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi penataan ruang
antara propinsi dan kabupaten/kota dengan memberdayakan Tim
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

8)

Meningkatkan

upaya

pengendalian

pencemaran

dan

kerusakan

lingkungan, baik di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan serta


upaya manajemen mitigasi bencana alam;
9)

Meningkatkan pembangunan kehidupan sosial berdasarkan nilai-nilai


agama dan budaya daerah.

Sementara sasaran pokok pembangunan masing-masing bidang kewenangan


akan dapat terlihat pada data capaian target AKU APBD TA. 2005 sebagaimana
sasaran dari tujuan ketiga misi dalam Renstrada.

60
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3.2.5. Kebijakan Umum APBD TA. 2006


Berdasarkan

Nota

Kesepakatan

antara

Pemerintah

Kabupaten

Sumedang dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumedang


tentang Kebijakan Umum APBD Kabupaten Sumedang TA. 2006 Nomor :
903/MoU.09-Huk/2005 tanggal 29 Juni 2005
903/605/ DPRD
disebutkan bahwa dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan manusia dan
kesejahteraan masyarakat, sasaran pokok kebijakan pembangunan daerah
Kabupaten Sumedang Tahun 2006 adalah tercapainya IPM sebesar 71,67,
dengan capaian sub-sub indikator sebagai berikut:
a. Indeks pendidikan sebesar 83,34 yang dicapai dengan AMH pada
penduduk 10 tahun ke atas yang bisa baca tulis sebesar 98,47 persen,
dan RLS sekitar 7,57 tahun atau dengan indeks RLS sebesar 68,21
persen.
b. Indeks peluang hidup sebesar 75,17 persen yang ditunjukkan dengan
AHH sebesar 70,1 tahun; dan dicapai dengan penurunan angka
kematian bayi menjadi 38 per 1000 kelahiran hidup, dan cakupan
immunisasi pada anak balita sebesar 90 persen.
c. Indeks daya beli sebesar 60,45 yang ditunjukkan dengan meningkatnya
konsumsi per kapita menjadi sebesar Rp 1.205.925.
Adapun prioritas program dan pokok-pokok kegiatan pembangunan
daerah Kabupaten Sumedang pada tahun 2006 diletakkan pada upaya-upaya
sebagai berikut:
a. Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, efektif dan
efisien,

transparan,

akuntabel,

dan

partisipatif

pada

semua

lini

pemerintahan dan semua kegiatan;


b. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat dan peransertanya
dalam penyelenggaraan pembangunan;
c. Meningkatkan kualitas SDM seiring dengan upaya pengendalian jumlah
dan laju pertumbuhan penduduk, serta penataan persebaran dan
mobilitas penduduk sesuai dengan daya dukung dan daya tampung

61
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

lingkungan, untuk mencapai terwujudnya manusia yang sehat, cerdas,


produktif, dan berakhlak mulia.
d. Mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi dan kualitas pertumbuhannya,
serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan, sekaligus untuk
mampu bersaing di pasar global dan dinamika perubahan situasi
nasional;
e. Peningkatan kesejahteraan rakyat perlu didorong oleh pemerataan
pertumbuhan wilayah dengan mengurangi kesenjangan antar wilayah
serta mendorong pemanfaatan potensi dan kapasitas masing-masing
wilayah;
f.

Sebagai basis bagi keberlanjutan pembangunan, sumber daya alam dan


lingkungan hidup harus dapat memberikan manfaat bagi kehidupan di
bumi dalam jangka panjang. Untuk itu penerapan prinsip pembangunan
berkelanjutan

perlu

tercermin

secara

nyata,

dengan

melakukan

pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan agar pembangunan


dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
rakyat.
g. Dengan keterbatasan yang ada, beberapa wilayah ditangani melalui
peningkatan akses terhadap sarana dan prasarana fisik, sosial, ekonomi,
SDM, dan kelembagaan; dikembangkannya berbagai pembangunan
sarana dan prasarana serta usaha ekonomi produktif berbasis kelompok
masyarakat (baik diperdesaan maupun di perkotaan); berbagai program
pembangunan dilanjutkan, terutama program penciptaan lapangan kerja
dan penanggulangan kemiskinan. Kerjasama antar daearah harus
ditingkatkan untuk meningkatkan kesetaraan dengan mengoptimalkan
skala ekonomi.
Sementara sasaran pokok pembangunan masing-masing bidang kewenangan
akan dapat terlihat pada data capaian target Kebijakan Umum APBD TA. 2006
sebagaimana sasaran dari tujuan ketiga misi dalam renstrada. Pokok-pokok
kebijakan keuangan daerah T.A. 2006 secara umum adalah mencakup
pendapatan, belanja dan pembiayaan, yang meliputi:

62
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

1. Pendapatan Daerah
No.
1.
2.
3.

Sumber Pendapatan

Jumlah (Rp
milyar)

PAD
Dana Perimbangan
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

53,144
393,901
17,000

Persen
Kenaikan
0,04
0,39
-

2. Belanja Daerah
No.

Belanja Daerah

1.

Belanja Tidak
Langsung

2.

Belanja
Langsung

84,334

3.

Belanja Bagi
Hasil dan
Bantuan
Keuangan
Belanja Tidak
Tersangka

31,412

4.

Jumlah
(Rp milyar)
345,853

3,00

Arahan
1. Membiayai belanja pegawai (Rp 281,185
milyar);
2. Membiayan keperluan dinas lainnya
dalam rangka tupoksi (Rp 64,668 milyar).
1. Membiayai berbagai program dan
kegiatan seluruh penyelenggaraan
urusan dan bidang kewenangan ( Rp
61,881 milyar lebih);
2. Membiayai berbagai program yang
didanai DAK (Rp 13,20 milyar);
3. Membiayai berbagai program yang
didanai dana bantuan propinsi (Rp 9,213
milyar)
Penanganan kebijakan khusus pemerintah
daerah melalui mekanisme seleksi terukur
dengan memperhatikan perencanaan calon
sasaran penerima bantuan.
Penanganan bencana alam, bencana sosial
atau pengeluaran lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan.

3. Pembiayaan Daerah
Kebijakan pembiayaan daerah dari sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Sisi Penerimaan

Sisi Pengeluaran

Tetap melanjutkan kebijakan yang telah ada, yaitu:


1. Pengamanan kemungkinan terjadinya sisa lebih
perhitungan anggaran tahun 2005;
2. Penyelesaian piutang yang belum tertagih pada
tahun tahun sebelumnya;
3. Melakukan pinjaman daerah apabila sangat
diperlukan, yang dilakukan untuk hal-hal yang
bersifat produktif dan ekonomis

Diarahkan untuk penyelesaian


pembayaran pokok urang kepada
lembaga-lembaga keuangan
perbankan sebesar Rp 11,500
milyar.

63
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Adapun tahapan proses penyusunan APBD pada TA. 2006 secara visual dapat
digambarkan sebagai berikut ini.

Bagan 3.1.
Kerangka Mekanisme Proses Penyusunan APBD Kabupaten Sumedang

Arah dan Kebijakan


Pusat/Propinsi

Data Historis dan


Laporan Tahun
Sebelumnya

Renstrada dan
Dokumen Perencanaan
Penjaringan
Aspirasi

Penjaringan
Aspirasi

MASYARAKAT
Tokoh Masyarakat, LSM,
Ormas, Asosiasi Profesi,
Perguruan Tinggi dan Lain-lain

Pokok-Pokok
Pikiran
DPRD

RKPD

Kesepakatan

PEMDA

Kebijakan
Umum APBD

DPRD

Strategi, Prioritas
dan Plafon Sementara
P
r
o
s
e
s

E
v
a
l
u
a
s
i

Pernyataan
Anggaran
SKPD

RKA/RASK
SKPD

Tim
Anggaran
Eksekutif

Rancangan
APBD

Pengajuan

Panitia
Anggaran
Legislatif

RAPBD

Penetapan
APBD
Proses Pelaksaan

Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang (dalam dokumen Kebijakan Umum


APBD Tahun Anggaran 2006)

64
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Dari sejarah perjalanan proses perumusan kebijakan APBD Kabupaten


Sumedang selama tiga periode dari tahun 2004-2006 berlangsung, Arah
Kebijakan Umum APBD (2004-2005) dan Kebijakan Umum APBD 2006
memfokuskan tiga kebijakan prioritas pembangunan daerah mengacu pada
Rencana Strategis Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008, adalah
sebagai berikut:
1)

Mewujudkan supremasi hukum dan hak asasi manusia dan tata


pemerintahan daerah yang makin baik, bersih dan amanah dengan
berlandaskan kepada kedaulatan rakyat dan kehidupan berdemokratis;

2)

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kompetitif yang


didukung oleh pembinaan ahlak mulia serta lingkungan dan modal sosial
yang makin menjamin solidaritas sosial;

3)

Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya


alam

dan

ekonomi

yang

makin

berwawasan

lingkungan

dan

berkelanjutan menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat yang layak


dan bermartabat.

4.1. Analisis SWOT


4.1.1. Kekuatan
Kekuatan pada dasarnya sudah dimiliki oleh daerah dan menjadi dasar
bagi tercapainya sasaran yang ingin di dapat pada tahun 2004-2006, dan
bahkan pada tahun 2007 ini, yaitu:
1)

Hubungan kepemerintahan di antara lembaga eksekutif daerah dengan


DPRD telah cukup efektif mendorong efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Hal ini dapat di lihat dari pemberitaanpemberitaan dua mass media lokal Koran Sumedang dan Lintas
Sumedang yang selalu fokus pada bahasan seputar aktivitas hubungan
Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang dengan DPRD terutama

65
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan politik DPRD


serta aktivitas kehidupan masyarakat Sumedang pada umumnya.
2)

Letak geografis Kabupaten Sumedang yang strategis dalam struktur


mobilitas antara daerah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis memiliki
2

luas wilayah 152.220 km dengan jumlah penduduk 1.045.823 jiwa dan


laju pertumbuhan penduduk 1,97 persen merupakan potensi yang cukup
besar. Kondisi alam Kabupaten Sumedang yang subur mengandung
kekayaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang sangat
potensial dan merupakan modal dasar pembangunan. Lahan-lahan
pertanian,

peternakan,

perikanan

dan

perkebunan

sangat

memungkinkan untuk ditingkatkan pengelolaan dan pengolahannya


sehingga menjadi sumber kehidupan masyarakat. Di samping itu,
Kabupaten Sumedang berada pada jalur utama ekonomi regional Jawa
Barat terutama jalur Bandung-Cirebon, sehingga dapat memberikan
kemudahan dalam memasarkan hasil produksi masyarakat.
3)

Jumlah aparatur Pemerintah Daerah relatif cukup memadai untuk


memberikan pelayanan masyarakat yang baik. Menurut responden
kualitas sumber daya aparatur dengan jumlah aparatur sebanyak 12.548
orang sudah cukup memadai. Terutama 73,45 persen di antaranya
bukan sebagai pejabat jalur struktural atau PNS pada jalur fungsional.
Pejabat fungsional terbanyak adalah di lingkungan Dinas Pendidikan
(87,85 persen), hal ini sangat tepat dengan upaya pencapaian sasaran
pembangunan tahun 2006 yang berorientasi pada upaya pencapaian
kualitas

sumber

daya

manusia

melalui

peningkatan

Indeks

Pembangunan Manusia dengan target capaian 71,67 persen.


4)

Stabilitas daerah yang sangat terjaga dengan baik memungkinkan setiap


aktivitas pembangunan dapat berjalan sesuai persiapan.

66
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

4.1.2. Kelemahan
Kelemahan merupakan hal yang timbul dari lingkungan internal
Kabupaten Sumedang di mana faktor yang akan menghambat keberhasilan
pelaksanaan APBD Tahun 2004-2006, dan bahkan APBD Tahun 2007, yaitu:
1)

Kondisi sosial ekonomi masyarakat masih memerlukan perhatian serius


sehingga akan menyedot alokasi anggaran. Terutama apabila dilihat dari
data pertumbuhan indeks daya beli masyarakat yang cukup lambat,
meskipun terus mengalami kenaikan dari tahun 1999 sampai tahun 2005.
Pada tahun 2005, capaian pertumbuhan indeks daya beli masyarakat
adalah sebesar 59,34.

2)

Di samping indeks daya beli masyarakat, angka ketergantungan


penduduk hingga tahun 2005 masih cukup tinggi, yaitu jumlah pencari
kerja berdasarkan data BPS dan Bappeda adalah sekitar 10.075 orang.
Dari jumlah pencari kerja tersebut, pencari kerja yang dapat ditempatkan
baru sekitar 1.167 orang (11,58 persen) dan sisanya 8.908 (88,42
persen) belum mendapat pekerjaan.

3)

Stndar Pelayanan Minimal, sebagai acuan utama dalam pelaksanaan


pelayanan kepada masyarakat belum tersedia, sehingga tingkat
efektivitas pelayanan masyarakat belum dapat terjaga dengan konsisten,
baik kualitasnya, batas waktu pengerjaan serta kepastian tindakan
layanannya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan ketersediaan aparatur
belum secara efektif dan efisien didayagunakan. Hal ini ditandai dengan
masih

terdengarnya

pelayanan

dari

meskipun

dengan

berlangsung

keluhan

aparatur.

tetapi

Salah

pemberian
pada

dari

masyarakat
satunya

layanan

pelayanan

gratis

kenyataannya

tentang

buruknya

Puskesmas,

sejak

satu

tahun

masyarakat

kecil

masih

mengeluhkan dalam mendapatkan obat-obatan yang dianjurkan dokter.


4)

Kondisi di atas tersebut, secara tidak langsung bermuara pula dari


kemampuan

keuangan

daerah

yang

belum

dapat

mengimbangi

kebutuhan-kebutuhan tersebut. Di samping, tidak terpadunya programprogram dari Dinas/Badan/ Lembaga terkait yang harus mengarah ke
satu titik temu capaian visi dan misi sebagai implementasi program
dalam Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008.

67
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

4.1.3. Peluang
Peluang adalah unsur penguat yang timbul dari lingkungan eksternal
daerah, di mana apabila peluang ini dimanfaatkan secara optimal akan sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan pada tahun 2004-2006,
dan bahkan tahun 2007. Unsur-unsur peluang, antara lain:
1)

Perkembangan

luar

daerah

Kabupaten

Sumedang

terutama

keterbukaan perdagangan di tempat regional maupun global, dapat


dimanfaatkan untuk menyalurkan berbagai produk yang dihasilkan
Kabupaten Sumedang ke daerah tersebut.
2)

Adanya rencana pembangunan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan


Cirebon, akan menjadi peluang tumbuhnya investasi di berbagai sektor,
di sepanjang jalur yang tengah dipersiapkan bagi pembangunan jalan tol
dan bahkan akan menjadi peluang pula dengan adanya rencana
pembangunan bandara internasional di Kadipaten.

3)

Sumber-sumber pendanaan bagi APBD yang dapat ditarik dari pusat


agar dialokasikan ke Kabupaten Sumedang masih cukup banyak. Hal ini
akan sangat ditentukan oleh kualitas daerah menelusuri setiap sumber
dana di setiap departemen.

4)

Adanya rencana pembangunan bendungan Jatigede, akan menjadi


peluang

bagi

pengembangan

potensi

agribisnis

dan

pariwisata

Kabupaten Sumedang, terutama pada kawasan utara dan timur


Kabupaten Sumedang, yang kaya dengan potensi holtikultura dataran
rendah.

4.1.4. Ancaman
Unsur ancaman merupakan penghambat yang timbul dari lingkungan
eksternal daerah, yang dipastikan akan mengganggu tercapainya sasaransasaran pada tahun 2004-2006, dan bahkan tahun 2007, yaitu:
1)

Daya saing ekonomi di tingkat lokal akan terganggu dengan terbukanya


perdagangan bebas. Hal ini mengakibatkan menurunnya kapasitas
produksi dan akhirnya mengakibatkan menurunnya daya serap tenaga
kerja.

68
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

2)

Globalisasi di bidang informasi dan komunikasi diperkirakan dapat


mengganggu kultur dan pola hidup masyarakat. Ketidaksiapan kultur
setempat dalam mengadopsi infiltrasi budaya luar secara utuh, akan
lebih didominasi oleh prilaku yang merugikan kapasitas nilai-nilai yang
positif bagi pembangunan karakter bangsa.

3)

Kerjasama antardaerah kabupaten berdekatan belum secara optimal


terjalin dengan baik. Hal ini dapat menghilangkan peluang pemanfaatan
sumber daya alam.

4)

Kabupaten Sumedang sebagai daerah agraris yang pembangunannya


bertumpu

pada

sektor

pertanian

sangat

rentan

terhadap

ketidakmenentuan iklim global seperti fluktuasi musim hujan dan musim


kemarau berkepanjangan.
Berdasarkan gambaran tentang adanya faktor kekuatan,

kelemahan,

peluang dan ancaman di atas, faktor penghambat yang diperkirakan akan


berpengaruh dalam pelaksanaan Renstrada Kabupaten Sumedang selama
kurun waktu 2003-2008, formulasi strategi yang rekomendasikan dalam
Kebijakan Umum APBD Tahun 2006, sebagai berikut:
a. Strategi Kekuatan dan Peluang (S-O).
1)

Adanya letak geografis yang strategis Kabupaten Sumedang yang di


kitari oleh lima kabupaten tetangga serta jarak ke ibukota Propinsi yang
relatif dekat, yang ditunjang oleh stabilitas daerah yang kondusif,
dukungan penduduk yang produktif dan keberadaan potensi sumber
daya alam yang potensial, harus dapat diarahkan untuk memanfaatkan
peluang pangsa baru yang tercipta oleh adanya era perdagangan bebas
serta kebangkitan ekonomi baru yang timbul dari pembangunan jalan tol
Cileunyi-Sumedang-Dawuan.

2)

Adanya hubungan kepemerintahan yang harmonis di antara Pemerintah


Daerah dan DPRD dan institusi pemerintahan lainnya serta adanya
dorongan mass media lokal, harus dimanfaatkan untuk menciptakan
regulasi yang memberikan kepastian dan kemudahan bagi para
investor, yang ikut serta dalam era perdagangan bebas.

69
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3)

Jumlah aparatur yang memadai perlu didorong untuk memberikan


pelayanan yang transparan, akuntabel dan tidak birokratis, sehingga
merangsang kelanggengan investasi di daerah.

4)

Dengan adanya rencana pembangunan bendungan Jatigede dan


rencana pembangunan bandara internasional di Kadipaten, maka
dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah melalui pemanfaatan potensi sumber daya alam, khususnya
potensi agrobisnis dan pariwisata serta sektor unggulan daerah lainnya,
dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat daerah yang
terus bertambah baik.

b. Strategi Kekuatan dan Ancaman (S-T)


1)

Letak geografis daerah yang strategis di kawasan pelintasan dengan


mobilitas

ke

lima

kabupaten

terdekat,

dapat

dijadikan

pangsa

pemasaran produk-produk lokal yang berbasis potensi sumber daya


alam, sehingga bisa mengimbangi kemungkinan banjirnya produkproduk akibat perdagangan bebas maupun akibat kebijakan disinsentif
adanya impor komoditas pertanian oleh Pemerintah Pusat.
2)

Tumbuhnya keberdayaan masyarakat perlu diarahkan untuk turut


menangkal berbagai dampak negatif infiltrasi kebudayaan asing yang
menyertai era perdagangan bebas.

3)

Dengan dukungan kerjasama yang sinergis di antara Pemerintah


Daerah dan DPRD serta ditunjang dengan peningkatan kemampuan
aparatur dalam berbagai pelayanan publik, harus dijadikan posisi tawar
untuk meyakinkan Pemerintah Pusat dalam mengimplementasikan
urusan yang sudah diserahkan ke daerah otonomi, dengan terus
membangun komunikasi dalam bentuk kerjasama fungsional pada
sektor-sektor pembangunan yang tersedia, sehingga kelebihan kualitas
SDM aparatur Pemerintah Pusat bisa ditransfer kepada aparatur di
daerah.

70
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

c. Strategi Kelemahan dan Peluang (W-O)


1)

Masih cukup besarnya angka ketergantungan penduduk serta jumlah


penduduk miskin dapat dikelola dengan peningkatan kesempatan
berusaha dan kesempatan kerja dengan terlebih dahulu difasilitasi
peningkatan keterampilannya oleh Pemerintah Daerah beserta pelaku
usaha yang peduli, melalui pemanfaatan peluang yang timbul dari
peluang ekspor ke negara tetangga yang terkait oleh kebijakan
perdagangan bebas, yang tidak lagi membatasi perdagangan barang
dan jasa antar negara.

2)

Kondisi infrastruktur pembangunan perlu ditingkatkan untuk mendorong


minat investasi yang timbul dari perdagangan bebas, terutama yang
akan berhubungan dengan jalur-jalur yang menghubungkan kawasan
jalan tol.

3)

Penetapan stndar pelayanan minimal (SPM) serta penyusunan sistem


karier pegawai yang lebih akuntabel akan meningkatkan kualitas
pelayanan Pemerintah Daerah kepada publik sehingga akan turut
mendorong minat investor asing untuk menanamkan modalnya dalam
berbagai kawasan dan produk yang sesuai dengan daya dukung
daerah.

d. Strategi Kelemahan dan Ancaman (W-T)


1)

Peningkatan SDM lokal, tidak saja akan memberi kemampuan dirinya


dalam bidang usaha dan kerja, juga akan meningkatkan wawasan
dirinya terhadap nilai-nilai budaya asli daerah dan nasional, sehingga
akan

berkemampuan

menangkal

atau

meminimalisasi

dampak

persentuhan budaya asing yang menyertai era perdagangan bebas dan


era globalisasi yang makin tidak terhindarkan saat ini.
2)

Tingkatkan
memperbaiki

kondisi

infrastruktur

kemampuan

pembangunan

produksi

di

sektor

sehingga
agribisnis,

akan
melalui

bertambahnya minat investasi di sektor ini, yang pada akhirnya akan


mendorong daya saing agrobisnis lokal. Peningkatan daya saing ini
akan turut memberi multiflier effect komoditas agro dalam penciptaan
kesempatan kerja dan usaha masyarakat daerah dan membuka peluang
penduduk miskin untuk memperbaiki kesejahteraan dirinya.

71
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

3)

Ditingkatkan kualitas pelayanan publik oleh aparatur Pemerintah Daerah


melalui ketegasan dan kejelasan SPM dan sistem karir yang makin
akuntabel,

akan

mendorong

kepuasan

masyarakt

terhadap

pemberlakuan otonomi daerah, sehingga dapat turut memperbaiki citra


dan persepsi Pemerintah Pusat terhadap regulasi dan pelaksanaan
otonomi daerah oleh jajaran Pemerintah Daerah.

4.2. Isu-isu Strategis Pembangunan Daerah


Meningkatnya pendapatan per kapita Kabupaten Sumedang dengan laju
pertumbuhan sebesar 16 persen, tidak serta merta laju pertumbuhan derajat
pendidikan dan kesehatan yang cukup baik dibarengi dengan meningkatnya laju
pertumbuhan derajat daya beli masyarakat. Kondisi rendahnya capaian indeks
daya beli masyarakat pada tahun 2005 (59,34) menandakan bahwa masalahmasalah pembangunan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang
masih cukup besar.
Dengan mengacu pada Kebijakan Umum APBD Tahun 2006, tertuang
isu-isu strategis pembangunan daerah, sebagai berikut:
1)

Rendahnya kualitas pelayanan umum, yaitu lebih didasarkan pada


persoalan profesionalitas kinerja birokrasi di satu sisi, namun di lain sisi,
peningkatan profesionalitas selalu terkendala dengan persoalan masih
rendahnya tingkat kesejahteraan pegawai itu sendiri;

2)

Rendahnya kualitas sumber daya manusia, yaitu bahwa pembangunan


pendidikan dan kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
belum terjangkau secara lebih merata dan berkualitas. Di samping itu,
pembangunan keagamaan masih dihadapkan pada gejala-gejala sosial
negatif di tengah-tengah masyarakat, seperti: praktik perjudian, perilaku
asusila, dan pengedaran narkoba;

3)

Rendahnya kesejahteraan masyarakat, yaitu secara tidak langsung tidak


terlepas

lambatnya

capaian

pertumbuhan

ekonomi

sehingga

mengakibatkan pula rendahnya penciptaan lapangan kerja. Di samping


itu, masih banyak penduduk yang bekerja di sektor yang kurang
produktif, sehingga berakibat pada rendahnya pendapatan yang

72
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

menyebabkan mereka berada di bawah garis kemiskinan. Jumlah


penduduk miskin pada tahun 2004 tercatat 179.356 jiwa atau sekitar 17,9
persen.;
4)

Menurunnya daya dukung sumber daya alam dan kualitas lingkungan


hidup, yaitu dikarenakan tidak menyatunya sumber daya kegiatan
perlindungan fungsi lingkungan hidup dengan kegiatan pemanfaatan
sumber daya alam sehingga sering melahirkan konflik kepentingan
antara

ekonomi

sumber

daya

alam

(khusus

pertambagan

dan

kehutanan) dengan lingkungan;


5)

Ketimpangan

dalam

pengembangan

wilayah,

yaitu

lebih

terkonsentrasinya investasi ekonomi di daerah perkotaan, akibatnya kota


mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibanding wilayah perdesaan
yang relatif tertinggal. Ketertinggalan kemajuan wilayah perdesaan juga
disebabkan oleh masih rendahnya produktivitas dan kualitas petani dan
pertanian, terbatasnya akses petani terhadap sumber daya permodalan,
serta rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur pertanian dan
perdesaan.

4.3. Konsistensi Visi, Misi, Renstrada dengan Arah Alokasi Anggaran


Kerangka logis keterkaitan konsistensi visi, misi dan Renstrada
Kabupaten Sumedang 2003-2008 dengan arah alokasi anggaran melalui APBD
tahun 2004-2006 pada implementasinya tercermin dari strategi dan prioritas
pembangunan yang telah ditetapkan di dalam Arah Kebijakan Umum APBD
Tahun 2004 dan Tahun 2005, serta Kebijakan Umum APBD Tahun 2006.
Sebagai salah satu talak ukur kajian evaluasi pemerintahan adalah melalui
rencana strategis daerah. Terlebih karena Kabupaten Sumedang ini belum
melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung, maka
Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008 akan menjadi talak ukur
pertanggungjawaban kepala daerah pada dimensi kepemimpinannya berakhir.
Renstrada tersebut merupakan dokumen memuat rencana atau janji-janji kepala
daerah terpilih dalam menjalankan tugasnya lima tahun ke depan. Dari hasil
wawancara responden pun beranggapan, bahwa:

73
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Kajian seperti ini digunakan pula untuk memback up nanti di akhir


kepemimpinan seorang bupati, karena yang ditawarkan itu dalam
renstra. Kita ingin melihat sejauhmana sebenarnya keberhasilan
capaian-capaian renstra yang dibreakdown melalui kebijakan, program
dan kegiatan yang telah dilakukan sepanjang atau di dalam dimensi
kepemimpinan seorang bupati.
Mengingat pentingnya peranan APBD bagi pembangunan Kabupaten
Sumedang saat ini dan di masa yang akan datang, maka tidaklah keliru apabila
memandang konsistensi kebijakan dari keterkaitan visi, misi, dan Renstrada
dengan alokasi APBD sebagai hal yang penting. Dilihat dari data APBD TA.
2004, TA. 2005 dan khususnya TA. 2006, APBD Kabupaten Sumedang ini telah
memiliki ukuran kinerja yang jelas, batas waktu yang ditargetkan, serta sasaran
yang diharapkan dapat dipenuhi.
Sebagaimana pendapat responden dari hasil wawancara bahwa dari sisi
akuntabilitas publik, dokumen APBD Kabupaten Sumedang (2004-2006) pada
dasarnya telah mencerminkan kedisiplinan terhadap prosedur aturan hukum dan
upaya

penciptaan

keterbukaan

kepada

publik

melalui

dokumen

pertanggungjawaban APBD, yang pada hakekatnya dokumen APBD dapat


secara mudah diakses oleh masyarakat. Dokumen tersebut secara detail dapat
diketahui oleh kalangan DPRD termasuk masyarakat, baik menyangkut alokasi
terhadap berbagai program dan kegiatan, besaran alokasi anggaran, maupun
waktu dan tempat kegiatan dari rencana program dan kegiatan dari masingmasing dinas atau satuan perangkat daerah dapat diketahui secara terbuka.
Namun, dari sisi efektivitas rencana strategis daerah dengan adanya perubahanperubahan regulasi dari tingkat atasnya (Pemerintah Pusat) kecenderungan
pelaksanaan penganggaran di tahun 2007 sedikit terhambat. Akibatnya,
Kabupaten Sumedang yang pada mulanya sebagai kabupaten percontohan
dalam penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah, namun dengan adanya
regulasi baru, yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
implementasinya menjadi terhambat. Hal tersebut dikarenakan konsekuensikonsekuensi yang diakibatkan terjadinya perubahan pedoman hukum bagi
Pemerintah Daerah. Semula dengan berpedoman pada Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, pelaksanaan Sistem Informasi Keuangan
Daerah tersebut terdiri dari tiga tahap rancangan, yaitu: 1) tahap pembangunan;

74
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

2) tahap konsolidasi; dan 3) tahap stabilisasi. Namun dalam perjalanannya,


sebagaimana dikemukakan responden dari hasil wawancara, sebagai berikut:
Tetapi baru tahap konsolidasi muncul regulasi baru. Ini kan cukup
menyulitkan bagi kita. Artinya, sebuah regulasi itu baru kita
pahami dengan baik, yang akan dilakukan stabil dalam
prosesnya, ini sudah ada regulasi baru. Ini berat dan menjadi
tidak efisien dari sisi anggaran. Karena bagaimanapun juga
perubahan itu akan mengandung konsekuensi-konsekuensi. Ada
beberapa perubahan-perubahan yang cukup mendasar. Mungkin
kalau sistem sudah kami rancang karena Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003 waktu itu sudah ada. Itukan menunjukkan
egosentrisnya orang pusat. Departemen Keuangan mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Bappenas mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999. Kemudian UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 di revisi Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004, ternyata ketiga UU tersebut tumpang tindih.
Sebenarnya daerah menjadi tempat uji coba atau kelinci
percobaan bagi mereka di Pusat, yang selama ini mungkin
banyak kewenangan-kewenangan yang mereka lakukan, ada
ketergantungan orang daerah kepada Pusat. Kemudian dengan
otonomi di by pass begitu saja.
Walaupun pada awalnya Kabupaten Sumedang ini dijadikan kabupaten
percontohan dalam penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah tersebut,
namun dalam kebijakan alokasi anggaran untuk pembiayaan berbagai program
pembangunan tidak serta merta menunjukkan ukuran skala prioritas di dalam
penganggaran.
Kalau bisa saya katakan bisa fivety-fivety di buat oleh Sumedang,
sebab saya juga tidak ingin memunafikan apa yang dibuat oleh
Sumedang dalam konteks otonomi ini. Sumedang walaupun
secara internal terlihat banyak kelemahan tetapi juga banyak
diapresiasi oleh teman-teman tempat yang lain, sehingga
Departemen Dalam Negeri sendiri, orang pusat sendiri telah
merekomendasikan bahwa kalau anda belajar otonomi ya belajar
ke Sumedang, tetapi kamipun tidak ingin merasa puas apa yang
sudah kita capai walaupun banyak teman-teman yang belajar
pada kita. Ada beberapa kekuatan yang dimiliki termasuk
bagaimana menangkap regulasi-regulasi itu, tetapi ada juga
kelemahan-kelamahan tertentu yang kadang-kadang semakin
lama semakin lupa diri. Menganggap apa yang telah kita lakukan
sudah cukup, padahal tidak.
Dari pendekatan efektivitas alokasi anggaran selama tiga periode APBD
Kabupaten Sumedang TA. 2004-2006 memperlihatkan bahwa Pemerintah
Daerah Kabupaten Sumedang cukup memiliki karakter untuk mewujudkan

75
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

visinya. Di lihat dari komposisi total APBD, belum secara optimal menunjukkan
adanya keseimbangan dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. Meskipun
alokasi anggaran lebih banyak diperuntukan pada belanja publik, namun
besarnya proporsi tersebut lebih disebabkan oleh tinggi proporsi alokasi
anggaran terhadap sektor pendidikan dan sektor kesehatan yang mencapai
48,61 persen. Potret tersebut bisa dideteksi dari rata-rata 70 persen alokasi
dana dari total APBD diperuntukan untuk alokasi belanja publik dan rata-rata 29
persen untuk alokasi belanja aparatur. Kondisi ini sedikit adanya kemajuan
apabila berbanding terbalik dengan kondisi alokasi anggaran rutin dan alokasi
anggaran pembangunan pada tahun 2000-2001. Pada tahun anggaran 2000,
alokasi anggaran belanja rutin mencapai 74,23 persen dan 25,77 persen alokasi
anggaran belanja pembangunan. Begitu juga pada tahun anggaran 2001,
alokasi anggaran belanja rutin malah meningkat, yaitu sebesar 83,59 persen,
dan 16,44 persen alokasi anggaran belanja pembangunan. Persentase alokasi
anggaran belanja pembangunan pada tahun anggaran 2001 tersebut adalah
termasuk persentase alokasi anggaran belanja pembangunan kabupaten
terendah di antara kabupaten/kota di Jawa Barat. Termasuk pula Kabupaten
Sukabumi yang tidak berbeda jauh, yaitu 83,10 persen alokasi belanja rutin dan
16,90 persen alokasi belanja pembangunan.
Sementara apabila di lihat dari alokasi anggaran menurut sektor, yang
termasuk sektor strategis dan berkelanjutan di Kabupaten Sumedang pada
tahun anggaran 2004-2006 yaitu: sektor pendidikan; sektor kesehatan; sektor
infrastruktur; sektor pertanian; dan sektor ketenagakerjaan. Hasil analisa
memperlihatkan bahwa pengalokasian dana APBD Kabupaten Sumedang pada
TA. 2004-2006 untuk memenuhi belanja penyediaan kebutuhan dasar (basic
needs), seperti pendidikan dan kesehatan masyarakat sudah menjadi prioritas
dalam APBD. Ketimpangan justru terjadi apabila dihubungkan dengan sektor
pariwisata sebagai entry point Sumedang yang hendak dibangun ternyata cukup
lemah, sehingga dengan keterbatasan dana cenderung akan sulit untuk
mempromosikan dan membangun potensi pariwisata. Sementara itu, dengan
mencermati data pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang pada tahun
2001-2005 didukung oleh sektor-sektor: pendidikan (41,33 persen) dan
perdagangan, hotel dan restoran (29,36 persen). Artinya, agar perekonomian

76
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Kabupaten Sumedang mengalami pertumbuhan lebih pesat, maka kepada


sektor pendidikan, kesehatan, pertanian, dan infrastruktur yang menjadi prioritas
harus dialokasikan dana yang lebih optimal. Di samping itu, diperlukan pula
kesamaan persepsi antara pihak eksekutif, DPRD, dan masyarakat agar
program dan proyek pembangunan empat sektor tersebut dapat menunjang
sektor pariwisata berjalan sesuai harapan.
Tabel 4.1 (lihat halaman 78) menunjukkan bahwa selama dua tahun
APBD (2004-2005) alokasi anggaran belanja khususnya penggabungan alokasi
belanja aparatur dan alokasi belanja publik atau tidak termasuk alokasi belanja
tidak tersangka, secara khusus diprioritaskan kepada sektor pendidikan dan
sektor kesehatan. Pada TA. 2005 sendiri, hampir semua sektor mengalami
peningkatan terkecuali tiga sektor, yaitu sektor kesehatan, sektor pendidikan,
dan sektor infrastruktur. Namun presentase dari setiap tahun anggaran, ketiga
sektor tersebut merupakan sektor prioritas utama dengan alokasi lebih besar
dibanding sektor-sektor lainnya. Terkecuali pada TA. 2005, pengalokasian
sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 20,85 persen dibanding TA.
2004, dan sektor ketenagakerjaan sebesar 7,76 persen, sedangkan sektor
pekerjaan umum mengalami penurunan sebesar 60,01 persen atau terdapat
selisih Rp 10.158.032.748.

77
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 4.1
Alokasi Belanja Menurut Bidang Kewenangan Pada APBD
Tahun Anggaran 2004-2005
Realisasi Belanja
Bidang Kewenangan
Administrasi Pemerintahan

TA. 2004

TA. 2005

Selisih

Persen

88.070.215.068

96.512.362.266

-8.442.147.198

-9,59

Pertanian

8.716.355.428

10.533.574.043

-1.817.218.615

-20,85

Pertambangan dan Energi

1.357.454.218

2.677.694.070

-1.320.239.852

-97,26

Kehutanan dan
Perkebunan

3.814.659.837

3.881.656.861

-66.997.024

-1,76

Perindustrian dan
Perdagangan

3.292.727.011

3.451.046.878

-158.319.867

-4,81

Perkoperasian

1.991.059.867

2.320.645.699

-329.585.832

-16,55

Ketenagakerjaan

6.919.860.440

7.457.078.749

-537.218.309

-7,76

Kesehatan

41.613.156.433

23.518.847.239

18.094.309.194

43,48

Pendidikan

200.184.524.013

133.427.984.643

66.756.539.370

33,35

3.944.167.393

4.129.957.142

-185.789.749

-4,71

16.928.536.634

6.770.503.886

10.158.032.748

60,01

Perhubungan

4.632.545.620

5.059.066.711

-426.521.091

-9,21

Lingkungan Hidup

3.176.752.191

4.019.144.868

-842.392.677

-26,52

Kebudayaan

1.878.651.733

2.951.243.354

-1.072.591.621

-57,09

1.152.703.731

16.154.964.121

-15.002.260.390

1301,48

387.673.369.615

322.865.770.530

64.807.599.085

16,72

Sosial
Infrastruktur

Pertanahan

Jumlah

Sumber: Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Sumedang TA. 2004 dan TA. 2005

78
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Dari

komposisi

pembelanjaan

APBD

TA.

2004

dan

TA.

2005

menunjukkan kecenderungan Pemerintah Kabupaten Sumedang masih miskin


visi dan karakter. Potret tersebut bisa dideteksi dari pengalokasian anggaran per
sektor yang tidak seimbang. Apabila diperbandingan alokasi anggaran per
sektor menurut alokasi belanja aparatur dan alokasi belanja publik, Tabel 4.2
(lihat halaman 80) menunjukkan bahwa pengeluaran aparatur masih kelewat
besar. Pada APBD TA. 2004 sektor kehutanan dan perkebunan termasuk paling
besar proporsi alokasi belanja aparaturnya sebesar 92,96 persen, dan pada
APBD TA. 2005 sebesar 86,57 persen. Selama dua periode tersebut
kecenderungan di sektor kehutanan dan perkebunan lebih diarahkan pada
upaya perbaikan kapasitas aparaturnya sehingga bentuk kecenderungan yang
terjadi justru memperlihatkan kurang optimal dalam konsistensi kebijakan
sektornya,

padahal

potensi

untuk

mewujudkan

visi

sektornya

melalui

pengembangan dan pemberdayaan potensi yang dimiliki cukup potensial. Oleh


karena itu, secara tidak langsung kondisi tersebut dapat menjauhkan pada
upaya keserasian dan kesinambungan pencapaian visi-misi Pemerintah
Kabupaten Sumedang. Sementara pada TA. 2004 proporsi terkecil untuk alokasi
belanja aparatur pada sektor pendidikan (5,66 persen) dan pada TA. 2005 pada
sektor pertanahan (5,69 persen). Proporsi alokasi belanja publik pada masingmasing

tahun

anggaran,

sektor

kesehatan

seluruh

alokasi

belanjanya

diperuntukan untuk alokasi belanja publik. Sektor lainnya adalah sektor


pendidikan sebesar 94,34 persen (TA. 2004) dan 92,79 persen pada TA. 2005.
Apabila diperbandingkan sejumlah program prioritas pada TA. 2006
dengan TA. 2005. Dari komposisi alokasi APBD, tercatat adanya peningkatan
sejumlah

program

prioritas

pada

keseluruhan

perangkat

daerah

yang

diselenggarakan pada TA. 2006 dibanding pada TA. 2005. Pada TA. 2006
tercatat sejumlah 225 program atau hampir 283 persen dibanding TA. 2005 yang
hanya mencakup 79 program (35,79 persen). Peningkatan ini dipengaruhi oleh
meningkatnya pendapat APBD dan dimungkinkan pula karena adanya
pengurangan alokasi anggaran pada sektor pertanahan sebesar Rp 14,7 milyar
lebih. Banyaknya alokasi anggaran untuk program yang direncanakan pada TA.
2006 tersebut, berarti lebih banyak dari apa yang ditetapkan dalam programprogram Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008 yang hanya

79
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

terprogram sebanyak jenis 94 program. Kondisi tersebut dari sisi perencanaan


strategis tidaklah menjadi keliru, namun dari sisi komitment dalam pelaksanaan
kebijakan cenderung kurang optimal menjalankan berbagai program yang telah
disepakati di dalam renstrada sebagai dokumen yang harus dipertanggungjawabkan kepala daerah di masa akhir kepemimpinannya.

Tabel 4.2.
Perbandingan Alokasi Belanja Aparatur dan Belanja Publik Berdasarkan
Bidang Kewenangan Pada APBD Tahun Anggaran 2004-2005 (Persen)
Bidang
Kewenangan (Sektor)
Administrasi
Pemerintahan
Pertanian
Pertambangan dan
Energi

TA. 2004
Aparatur
72.440.552.148

Publik

7.626.612.928

87,50

980.354.218

1.089.742.500

Perindustrian dan
Perdagangan

2.368.953.011

Perkoperasian

1.591.059.867

Ketenagakerjaan

2.509.733.222

17,75

65.316.682.977

67,68 31.195.679.289 32,32

12,50

7.409.229.545

70,34

3.124.344.498 29,66

35,14

1.736.664.510 64,86

86,57

521.475.000 13,43

64,22

1.234.892.300 35,78

62,69

865.945.200 37,31

76,62

1.743.727.000 23,38

3.360.181.861
7,04

923.774.000

2.216.154.578

28,05
400.000.000

79,91

1.454.700.499
20,09

4.410.127.218
36,27
-

63,73
41.613.156.433

5.713.351.749

100

5,66 188.853.703.691 94,34

9.616.025.694

76,98

2.767.397.142

Sosial

3.036.167.393

Pekerjaan
Umum

6.934.340.634

Perhubungan

3.981.745.620

Lingkungan
Hidup

2.792.352.191

Kebudayaan

1.609.251.733

85,66

269.400.000

14,34

1.605.888.854

Pertanahan

1.011.703.731

87,77

141.000.000

12,23

935.480.893

Jumlah

Publik

941.029.560

268.500.000

71,95

11.330.820.322

27,78

92,96

Kesehatan

Aparatur

377.100.000
72,22

3.546.159.837

15.629.662.920
82,25

Kehutanan
dan Perkebunan

Pendidikan

TA. 2005

908.000.000

23,02

9.994.196.000
40,96

- 23.518.847.239

100

7,21 123.811.958.949 92,79


67,01

1.362.560.000 32,99

6.263.905.636
59,04

92,52

506.598.250

7,48

650.800.000
85,95

14,05
384.400.000

87,90

3.733.009.211

73,79

1.326.057.500 26,21

3.038.096.868
12,10

75,59

981.048.000 24,41

54,41

1.345.354.500 45,59

5,79 15.219.483.228 94,21

121.759.806.854 31,41 265.913.562.762 68,59 114.371.135.067 35,42 208.494.635.463 64,58

Sumber : APBD Kabupaten Sumedang TA. 2004 dan TA. 2005

80
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 4.3
Jumlah Program dan Alokasi Anggaran Program Menurut Bidang (Sektor)
Pada TA. 2005-2006
Jumlah Program
Bidang (Sektor)

Alokasi Anggaran

TA.
2006

TA.
2005

Persen

Administrasi
Pemerintahan

84

21

25,00

39.688.004.290 20,62

Pertanian, Kehutanan
dan Perkebunan

17

29,41

15.085.980.950

7,84

4.313.533.700

2,85

Pertambangan,
Energi dan
Lingkungan Hidup

14

28,57

9.472.349.800

4,92

3.066.823.000

2,03

Perindustrian,
Perdagangan dan
Perkoperasian

18

38,89

3.398.597.900

1,77

1.909.939.300

1,26

Ketenagakerjaan dan
Kependudukan*

12

58,33

1.924.024.500

1,00

1.307.533.400

0,87

Kesehatan

20

40,00

33.955.410.415 17,64

28.566.400.780 18,90

Pendidikan

13

69,23

30.814.391.275 16,01

20.176.222.700 13,35

Sosial

16

31,25

44,44

12

16,67

1.346.836.350

Kebudayaan dan
Kepariwisataan

71,43

Pertanahan

225

79

Infrastruktur
Perhubungan

Jumlah

TA. 2006

4.221.084.000

Persen

TA. 2005

Persen

39.159.539.262 25,91

2,19

2.614.827.600

1,73

32.783.852.481 17,03

15.085.977.800

9,98

0,70

2.767.000.000

1,83

4.365.906.780

2,27

1.989.273.500

1,32

66,67

15.422.426.095

8,01

35,11

192.478.864.836

100

30.201.500.000 19,98
151.158.571.042

100

Sumber: Bappeda (Rekapitulasi Prioritas dan Plafon APBD 2006 dan LAKIP TA. 2005)

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa peningkatan sejumlah program


terbanyak ada pada bidang administrasi pemerintahan yang mencapai 84
program atau lebih besar` dari TA. 2005 yang hanya 21 program. Namun dari
sisi alokasi anggarannya tidak serta merta diiringi peningkatan alokasi anggaran
yang besar pula, peningkatannya hanya 1,33 persen. Sebaliknya pada sektor

81
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

kesehatan dan sektor pendidikan, peningkatan jumlah alokasi anggaran diiringi


pula oleh peningkatan sejumlah program prioritasnya. Pada TA. 2006, sektor
kesehatan mendapat peningkatan alokasi anggaran sebesar 15,57 persen yang
dialokasikan untuk 20 program atau lebih banyak dibanding pada TA. 2005 yang
hanya mencakup 8 program. Begitu juga sektor pendidikan dari 9 program pada
TA. 2005 menjadi 13 program pada TA. 2006 dengan alokasi anggaran sebesar
Rp 30.814.391.275 atau terdapat peningkatan sebesar 34,52 persen. Kondisi
tersebut memperlihatkan, bahwa meskipun terdapat peningkatan sejumlah
program dan alokasi anggaran, apabila dikaitkan dengan dokumen renstrada,
sejumlah program yang diprioritaskan dalam dokumen AKU APBD TA. 2005 dan
KU APBD 2006 serta pertanggungjawaban APBD tahunannya, cenderung
kurang optimal dalam mewujudkan konsistensi kebijakan Renstrada terhadap
alokasi anggaran untuk setiap program dan kegiatannya. Selama dua tahun
anggaran (2006-2005), program yang mengacu pada renstrada tercatat hanya
19 program berkelanjutan yang termasuk pada lingkup program bidang
administrasi umum, kesehatan, pendidikan, dan pengelolaan lingkungan hidup.
Dengan komposisi yang memperlihatkan kurang dari 70 persen dari apa yang
direncanakan dalam capaian Renstrada, maka dengan merujuk pendapat
Macleod dkk. (2001;2007) menunjukkan kecenderungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumedang hanya mengembangkan daftar tentang cita-cita kegiatan.

82
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 4.4.
Program Prioritas Berkelanjutan Menurut Bidang Kewenangan
Pada APBD TA. 2005-2006
Sektor
/

Jumlah dan Persentase


Program

Bidang

Admin
istrasi
Umum

Program Pembangunan Rakyat


Terlatih dan Perlindungan
Masyarakat

411.249.000

Program Pemeliharaan Ketertiban


dan Ketentraman Daerah

125.000.000

Program Peningkatan Pengelolaan


Keuangan Daerah

2.323.901.800

Program Peningkatan Kapasitas


Manajemen Pemerintahan Daerah

668.344.400

Program Peningkatan Efektivitas


Perencanaan Daerah

878.369.450

Program penataan kelembagaan dan


ketatalaksanaan.

Keseh
atan

Pendi
dikan

174.325.000

Program Peningkatan Sinergitas


Kerjasama Pemerintah Daerah
dengan Pemerintah Pusat dan
Propinsi

48.265.000

Program Pengembangan Sarana dan


Prasarana Kesehatan Masyarakat

31,16

85.000.000

0,22

9,47

241.590.000

0,62

Turun
Turun
10,81

4.857.564.900 12,40

3,11

7.185.210.500 18,35

4,09

5.910.709.200 15,09

Turun
Turun

2,33 13.612.843.062 34,76


Naik
159.850.000

0,41
Naik

0,22

43.993.000

0,11

1.474.093.000

Turun
10,94

448.756.455

Program Peningkatan Sarana dan


Prasarana Rumah Sakit

11.662.516.760

Program Peningkatan Fungsi dan


Kualitas Pelayanan Rumah Sakit

8.624.175.665

Program Peningkatan Kualitas dan


Kuantitas Sarana dan Prasarana
Pendidikan

18.822.376.850

Program Peningkatan
Profesionalisme Tenaga
Kependidikan

Skala

Naik

0,81

Program Sumber Daya Kesehatan

Program Pembinaan Pendidikan Non


Formal dan Informal

Anggaran
2005

Turun
499.828.400

Program Peningkatan Kesadaran


dan Budaya Hukum

Program Pendidikan Dasar

Penge
lolaan
Lingk
ungan
Hidup

Anggaran
2006

3,33

3.059.775.000 10,71
84.675.000

0,30

Naik
Turun

56,95 12.032.111.032 42,12


Naik
42,11 10.436.574.248 36,53
Naik
61,08
4.030.808.950 13,08

9.370.000.000 47,22
571.655.000

2,88

200.000.000

1,01

373.787.500

Naik
1,21

70.149.850

Turun
0,23

Program Peningkatan Kebersihan


Kota, Pertamanan dan Tempat
Pemakaman Umum

643.545.800

Program Pencegahan, Pengendalian


serta Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan Hidup

324.615.000

Program Peningkatan Peran Serta


Masyarakat, Perguruan Tinggi dan
Swasta dalam Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Pelestarian Fungsi
Hidup

265.115.000

1.744.728.200

8,79
Naik

16,17

289.585.000

9,44
Turun

8,16

570.547.100 18,60
Turun

6,66

552.690.900 18,02

Sumber: diolah dari dokumen APBD TA. 2004, TA. 2005 dan TA. 2006

83
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Naik

Dari 19 program tersebut, Tabel 4.4 (lihat halaman 83) menunjukkan


bahwa 10 program di antaranya mengalami penurunan dalam alokasi
anggarannya. Alokasi program berkelanjutan secara umum yang mengalami
kenaikan ada pada bidang administrasi umum, sektor pendidikan dan sektor
kesehatan. Dari kondisi keterbatasan jumlah cakupan program yang terealisasi
pada dua tahun anggaran tersebut, cukup sulit menyambungkan konsistensi
kebijakan alokasi anggaran antara apa yang diprogramkan pada APBD dengan
program yang telah ditetapkan dalam renstrada. Meskipun sebagain kecil
program tersebut berkenaan dengan hal yang termuat dalam renstrada, namun
pada kenyataannya mayoritas program dari masing-masing sektor atau bidang
tidak berkelanjutan untuk dua tahun berikutnya. Hal ini diakui responden bahwa
kondisi anggaran memang tidak sebanding dengan apa yang diharapkan. Tetapi
dipahaminya pula bahwa kesiapan otonomi daerah itu tidak diukur seberapa
besar kapasitas financial daerah yang dimiliki, tetapi lebih penting bagaimana
memaknai dan manage sedemikian rupa kapasitas anggaran yang cukup kecil
untuk dialokasi tepat pada tempat-tempat yang sesuai dengan sasaran prioritas
kebijakan dan program yang akan dilakukan. Oleh karena itu, meskipun
kecenderungan yang memperlihatkan kurang optimalnya dalam pengembangan
sektor pariwisata, namun dari sisi allocative efficiency memperlihatkan
pengalokasian sumber daya sesuai dengan prioritas pemerintah, dengan
berusaha mengalihkan sumber daya kurang produktif ke sektor pendidikan dan
kesehatan sebagai prioritas pembangunan
Dengan kapasitas dan keterbatasan anggaran yang kecil untuk
pelaksanaan program-program pembangunan daerah, Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumedang terus mencoba mengintervensi tumbuhnya pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi lokal di daerah kecamatan-kecamatan, yaitu kawasankawasan

yang

cepat

tumbuh

untuk

dibangkitkan

aktivitas

ekonomi

masyarakatnya. Hal ini diasumsikan responden, bahwa:


dengan membuka besar-besaran pasar desa, bagi orang-orang
yang memiliki jiwa berdagang gembira dengan adanya pasar,
yang tidak saja bisa hidup dengan adanya pasar. Masyarakat
yang selama ini bertani dan berkebun yang tidak bisa menjual
hasil buminya ke mana-mana, dengan di dekatkan aktivitas
ekonomi kepada mereka maka diapun juga akan memanfaatkan
itu. Persoalan yang dihadapi sekarang ini adalah keterbatasan

84
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

akses lapangan kerja, akses ekonomi, kemudian rendahnya


pendapatan per kapita masyarakat yang sangat kecil. Karena
tidak ada akses ekonomi, lapangan kerja tidak terbuka, dengan
adanya pasar berarti di sana membuat satu perputaran ekonomi
walapun kecil. Tetapi dia bisa berputar terus. Seperti tadi, yang
berdagang dia bisa melaksanakan aktivitasnya, yang sama sekali
tidak memiliki tanah atau lahan dia bisa menjadi buruh di pasar
dan dia bisa hidup.
Selain gagasan responden tersebut, sebelumnya Bupati Sumedang
pada harian surat kabar Pikiran Rakyat (24 Desember 2006) mengemukakan
bahwa untuk tahun 2007-2008, dalam rangka akselerasi peningkatan IPM
sebagai bagian dari pelaksanaan program intervensi Propinsi Jawa Barat,
Pemerintah

Daerah

Kabupaten

Sumedang

mengembangkan

program

BANGKIT (pengembangan kelompok masyarakat agroindustri) sebagai upaya


peningkatan tingkat daya beli masyarakat. Program ini diarahkan untuk
mengatasi masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat. Kegiatannya
berupa pengembangan makanan olahan tahu dan tempe, budidaya sapi perah,
serta pengembangan tanaman palawija jagung. Sasaran program ini diarahkan
untuk 199 orang perajin makanan olahan, 130 orang peternak sapi perah, dan
465 orang petani jagung, yang tersebar di 15 kecamatan.
Secara khusus pula dengan keterbatasan perolehan data penelitian
sebagai akibat dari sifat pariatif dari dokumen pertanggungjawaban APBD TA.
2004 dengan rincian alokasi anggaran program dan kegiatan secara global,
sehingga sulit untuk berbanding dengan dokumen pertanggungjawaban APBD
TA. 2005 dan TA. 2006. Penentuan besaran alokasi anggaran APBD TA. 2004
untuk setiap sektornya, meskipun dari hasil wawancara responden menganggap
bahwa proses alokasi anggaran menganut proporsi keseimbangan (fivety-fivety)
dalam skala prioritas. Tetapi dalam hal ini kecenderungan sulitnya menggali
konsistensi kebijakan dari upaya capaian visi Pemerintah Daerah melalui
gambaran

program-program

dalam

renstrada

dengan

apa

yang

telah

terimplementasi pada alokasi anggaran APBD TA. 2004. Terlebih apabila dilihat
dokumen pertanggungjawaban APBD TA. 2004 ini hanya terbatas secara
rincilan kebijakan alokasi anggaran secara global berdasarkan kegiatan, namun
tidak fokus pada nomenklatur program.

85
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Namun satu hal menarik dari data APBD TA. 2004 tersebut, sektor
pariwisata misalnya, sebagai entry pointnya Sumedang yang ingin dibangun,
ternyata kontribusi anggarannya hanya mencapai 0,44 persen. Hal ini
menunjukkan betapa konsistensi kebijakan yang dibangun komitmen terhadap
capaian visi Sumedang lemah dan cenderung kurang rasional. Maka, dengan
keterbatasan dana tersebut tidak cukup untuk dapat mempromosikan dan
pembangunan potensi pariwisata. Pandangan responden dalam wawancara
cukup dapat mewakili kecenderungan konsistensi lemahnya kebijakan atau
komitmen terhadap sektor pariwisata sebagai sektor yang semestinya mendapat
perhatian yang cukup sebagai upaya pencapaian visi Pemerintah Kabupaten
Sumedang.
Kita salah menempatkan kemarin, jadi itu saya katakan
Sumedang sebagai daerah agribisnis dan pariwisata dalam
konteks visi daerah atau visi pemerintah daerah. Karena visi
daerah dengan visi pemerintah daerah itu sangat berbeda. Visi
daerah itu sifatnya long term, apa yang ingin dicapai Sumedang
dalam dimensi 20 tahun yang akan datang. Nah, dari visi daerah
tersebut akan dibreakdown oleh kepemimpinan seorang bupati
yang dalam jangka waktu 20 tahun berarti ada 4 kepemimpinan
bupati, maka setiap bupati menawarkan visinya. Visi bupati itulah
yang akan menjadi visi pemerintah daerah dalam memberikan
kontribusi capaian visi daerah dalam jangka panjang itu. Maka
yang perlu dijaga adalah kontinuitas pencapaian visi daerah yang
di space oleh kepemimpinan yang berbeda-beda. Sekarang ini
kan ngaco, bupati yang sekarang ini habis, tarohlah misalnya
Sumedang ingin jalan ke Jakarta sudah beranjak jalan dari
Sumedang ke Cileunyi, bupati yang baru balik lagi dari Sumedang
mau ke Cileunyi. Harusnya dari Cileunyi berangkat ke Purwakarta,
kan gitu!

86
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

4.4. Pengalokasian Anggaran Pada Lima Sektor Prioritas


4.4.1. Sektor Pendidikan
Pendidikan

merupakan

salah

satu

modal

dasar

pembangunan.

Melakukan investasi pendidikan akan memberikan hasil yang sangat besar


karena pembangunan tidak hanya mengandalkan sumber daya alam saja tetapi
harus didukung oleh sumber daya yang handal. Grafik 4.1 di bawah ini
menunjukkan bahwa derajat pendidikan penduduk Kabupaten Sumedang
selama kurun waktu tujuh tahun (1999-2005) mengalami peningkatan yang
cukup tinggi. Pada tahun 2004 indeks pendidikan Kabupaten Sumedang
sebesar 82,56 dan meningkat menjadi 83,30 pada tahun 2005. Begitu pula
dengan capaian pertumbuhan indeks pendidikan selama tujuh tahun tersebut
menunjukkan bahwa capaian derajat pendidikan Kabupaten Sumedang selalu di
atas rata-rata capaian target indeks pendidikan Propinsi Jawa Barat.

Grafik 4.1.
Realisasi IPM Kabupaten Sumedang Tahun 1999-2005

100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
-

1999

2002

2003

2004

2005

IP

78,84

79,09

80,34

82,56

83,30

IK

66,17

69,50

71,23

71,45

71,57

IDB

51,90

53,82

57,43

57,95

59,34

IPM-KS

66,60

67,50

69,67

70,65

71,40

IPM-JB

62,25

67,45

67,87

68,36

69,35

Agregat rata-rata pendudukan Kabupaten Sumedang baru sampai pada


taraf kelas 2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/SLTP). Sementara itu,

87
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 4.5 di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 tingkat
pertumbuhan angka partisipasi kasar (APK) maupun angka partisipasi murni
(APM) untuk pendidikan sembilan tahun wajib belajar mengalami peningkatan.
Selama ini langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan angka
partisipasi sekolah di luar sekolah formal adalah melalui program pendidikan luar
sekolah, yaitu Kelompok Belajar Paket A setara sekolah dasar (SD), Kelompok
Belajar Paket B setara sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP/SMP), dan
Kelompok Belajar Paket C setara sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA/SMU).
Tabel 4.5
Tingkat Pencapaian Target dan Realisasi Indikator Kinerja
Kegiatan Sektor Pendidikan Pada Tahun 2005-2006
Indikator Sasaran

Tahun 2005 (Persen)


Target

Realisasi

Tahun 2006* (Persen)


Target

Realisasi

1. Tercapainya APK SMP/MTs

73,94

75,72

78,50

84,00

2. Tercapainya APK SMA/SMK/MA

40,93

45,75

31,30

48,46

3. Tercapainya APM SD/MI

98,19

98,26

98,26

99,03

4. Tercapainya APM SMP/MTs

58,48

59,16

59,16

80,78

5. Tercapainya APM SMA/SMK/MAN

39,12

53,00

23,26

43,62

6. Tercapainya pembangunan dan


rehabilitasi sarana prasarana SD

20,00

10,83

20,00

17,00

7. Tercapainya pembangunan dan


rehabilitasi sarana prasarana SLTP

10,00

32,00

5,00

14,81

8. Tercapainya pembangunan dan


rehabilitasi sarana prasarana SLTA

10,00

1,60

5,00

7,00

9. Tercapainya angka putus sekolah dan


angka mengulang

SD/MI

1,00

0,83

1,00

0,03

SMP/MTs

1,00

0,74

1,00

2,61

10. Tercapainya ratio guru dengan siswa

SD/MI

1:30

1:20

1:30

1:20

SMP/MTs

1:30

1:16

1:30

1:16

SMA/SMK/MA

1:30

1:28

1:30

1:28

Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang (dikompilasi dari dokumen LAKIP Tahun 2005
dan Rekapitulasi Prioritas dan Plafon Anggaran APBD TA. 2006)

88
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Sebagai bagian akselerasi program dan kegiatan Propinsi Jawa Barat


dalam rangka pencapaian IPM Sumedang pada TA. 2007-2008, Kabupaten
Sumedang termasuk satu kabupaten dari enam kabupaten yang diintervensi
oleh program Propinsi Jawa Barat, yaitu melalui Program Pendanaan
Kompetensi Akselerasi Peningkatan IPM (PPK-IPM) batch II dengan alokasi
anggaran sebesar Rp 40 milyar untuk dua tahun anggaran. Konsekuensi
logisnya, dengan dana tersebut Kabupaten Sumedang harus mampu melakukan
akselerasi peningkatan IPM sesuai skenario Propinsi Jawa Barat, yaitu target
pencapaian IPM 79,6 tahun 2010.
Untuk mencapai skenario IPM sebesar itu, Bupati Sumedang dalam
harian surat kabar Pikiran Rakyat (24 Desember 2006) mengemukakan bahwa
di sektor pendidikan, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang, menetapkan
pengguliran dana PPK-IPM pada program SIAP KERJA (sinergis aplikatif,
kreatif, dan bertanggung jawab) pada bidang pendidikan. Program ini diarahkan
untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah (RLS) dan angka melek huruf
(AMH). Dalam program ini, direncanakan akan mengatasi masalah masih
adanya usia 13 sampai 18 tahun yang tidak bersekolah dan penduduk usia 10
sampai 44 tahun yang buta huruf. Bentuk kegiatannya, berupa penyelenggaraan
kelompok belajar kesetaraan SMA dan SMP life skill serta kelompok belajar
keaksaraan fungsional berbasis usaha. Sasaran dari program ini mencapai lebih
kurang 5.300 orang dalam 455 kelompok belajar yang tersebar di 11 kecamatan.
Sebagai bagian dari komitmen rencana program dan kegiatan di sektor
pendidikan seperti dijanjikan oleh Bupati Sumedang pada akhir tahun 2006
tersebut, pada tahun 2007 terimplementasi kebijakan pendidikan gratis. Pada
tataran implementasinya, tidak terlepas pula kritik dan pendapat di lingkungan
aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang sendiri. Seperti halnya
responden berpendapat sebagai berikut:
sebenarnya kalau dikatakan pendidikan gratis, sebenarnya tidak
gratis, tetapi relatif lebih memberikan keleluasaan bagi
masyarakat untuk memperoleh akses pendidikan. Cuma mungkin
nomenklatur pendidikan gratis ini yang saya tidak sependapat
karena bagaimanapun juga tidak ada pendidikan yang gratis. Itu
realita.

89
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Guna mendukung peningkatan sumber daya manusia di bidang


pendidikan, kebijakan alokasi anggaran di sektor pendidikan dalam APBD TA.
2005 adalah sebesar Rp 133.427.984.643 atau sebesar 41,33 persen dari total
belanja APBD. Dari anggaran tersebut sekitar 93 persen dialokasikan untuk
belanja publik dan 7 persen untuk alokasi belanja aparatur. Alokasi dana untuk
pelaksanaan 13 program sektor pendidikan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp
30.814.391.275 atau capaian realisasi sebesar 98,27 persen. Dari skala prioritas
anggaran

program,

59,98

persen

lebih

diperuntukkan

untuk

Program

Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Sarana dan Prasarana Pendidikan, diikuti


Program Peningkatan Mutu Pendidikan (17,74 persen) dan Program Pendidikan
Dasar sebesar 14,33 persen. Hal ini menunjukkan konsistensi kebijakan alokasi
anggaran untuk pemenuhan kebutuhan dasar pendidikan telah cukup menjadi
prioritas pembangunan daerah, sehingga dari komposisi alokasi anggaran
tersebut secara tidak langsung akan mempermudah akses masyarakat terhadap
pendidikan. Namun sebenarnya dari total anggaran belanja yang dialokasikan
untuk sektor pendidikan kecenderungannya belum cukup optimal pula. Meskipun
jumlahnya paling besar dibandingkan dengan alokasi anggaran sektor-sektor
lainnya, yaitu lebih dari 41 persen dari total belanja APBD, hal ini karena
sebagian besar pegawai daerah saat ini berstatus sebagai tenaga guru, yaitu
sebanyak 7790 orang (62,08 persen). Dengan demikian, berkaitan dengan
komponen anggaran belanja kewajiban memprioritaskan anggaran pendidikan
minimal 20 persen dari APBD masih menyisakan pertanyaan.

4.4.2. Sektor Kesehatan


Sumber daya manusia yang sehat jasmani dan rohani menjadi salah satu
modal dasar pembangunan, karena dengan sumber daya manusia yang sehat
akan menghasilkan masyarakat yang sehat pula sebagai pelaku dan sekaligus
sasaran pembangunan. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 dan disempurnakan
oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah, telah membawa perubahan kepada bidang kesehatan. Menurut
Mardiasmo (dalam Harmana & Adisasmito, 2006; 134-135) perubahan pada

90
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

bidang kesehatan secara garis besar terdiri dari dua hal yaitu: 1) perubahan
dalam sistem dan proses organisasional yang terdiri dari pembangunan
kebijakan kesehatan (health policy development), kebutuhan penghitungan dan
informasi (needs assesment and information), perencanaan dan alokasi sumber
daya (planning and resource allocation), pembiayaan dan manajemen keuangan
(financing and financial management), perencanaan dan manajemen sumber
daya manusia (human resources planning and management), koordinasi
antarsektoral (intersectoral coordination) dan partisipasi masyarakat (public
participation); 2) keadilan, efisiensi dan kualitas pelayanan.
Dari pandangan Mardianso tersebut, untuk pemenuhan kebutuhan dasar
melalui kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, di
Kabupaten Sumedang perubahan terjadi pada aspek perencanaan dan alokasi
sumber daya (anggaran). Dalam kerangka mengejar indikator kesehatan
masyarakat, pada APBD TA. 2005 alokasi anggaran sektor kesehatan adalah
sebesar Rp 23.518.847.239 atau 7,28 persen dari total belanja APBD. Dari
anggaran tersebut sepenuhnya dialokasikan untuk belanja publik. Alokasi
anggaran pada tahun 2005 ini lebih rendah dari alokasi APBD TA. 2004 sebesar
Rp 41.678.645.575,43 atau 9,75 persen dari yang dianggarkan. Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun dukungan alokasi anggaran APBD untuk sektor
kesehatan pertumbuhannya bersifat fluktuatif, komposisi alokasi anggarannya
sudah cukup optimal mencerminkan konsistensi kebijakan alokasi anggaran
untuk sektor kesehatan sebagai prioritas pembangunan daerah, dan dari
komposisi alokasi anggarannya secara tidak langsung akan mempermudah
akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar kesehatan.
Dari sisi aspek pembangunan kesehatan, status kesehatan penduduk
Kabupaten Sumedang pada tahun 2006 telah menunjukkan derajat usia
harapan hidup mencapai 67,74 tahun. Grafik 4.1 sebelumnya menunjukkan
bahwa selama kurun waktu tujuh tahun berlangsung (1999-2005), capaian
indeks kesehatan terus mengalami peningkatan dengan capaian lebih tinggi dari
rata-rata IPM yang ditargetkan Propinsi Jawa Barat (lihat Grafik 4.1; halaman
87). Dampak yang ada dari hasil pengukuran IPM tahun 2005, Indeks
Kesehatan adalah sebesar 71,57.

91
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 4.6 di bawah ini menunjukkan rata-rata tingkat pencapaian target


indikator kinerja kegiatan sektor kesehatan pada tahun 2005-2006 pada
umumnya terealisasi. Hal ini tidak terlepas dari pelayanan kesehatan yang
dipengaruhi oleh faktor ketersediaan fasilitas dan mutu pelayanan kesehatan,
obat

dan

perbekalan

kesehatan,

tenaga

kesehatan,

pembiayaan

dan

manajemen kesehatan (KU APBD;II-6). Hal inipun menunjukkan indikasi


semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap arti hidup sehat.

Tabel 4.6
Tingkat Pencapaian Target dan Realisasi Indikator Kinerja
Kegiatan Sektor Kesehatan Pada Tahun 2005-2006

Indikator Sasaran

Tahun 2005 (Persen)


Target

Realisasi

Tahun 2006* (Persen)


Target

Realisasi

Tercapainya penurunan angka


kematian bayi

40,70/1000
kh

186/17.245
kh

38/1000 kh

220/1832
kh

Tercapainya penurunan angka


kematian ibu melahirkan

10/18.000
kh

12/17.245
kh

130/kh
100.000

8/18325 kh

Terlayaninya persalinan oleh tenaga


kesehatan

10,00

19,00

70,00

71,98

Terlayaninya cakupan layanan


imunisasi

94,93

68,19

90,00

101,34

Adanya penurunan jumlah


persentase gizi buruk (yang semula
1,11 persen)

0,10

0,16

0,50

0,96

Adanya penurunan jumlah


persentase gizi kurang

0,50

0,66

2,00

13,30

Adanya peningkatan jumlah


persentase gizi baik

4,00

1,12

97,00

84,38

Adanya peningkatan jumlah


persentase gizi lebih

5,00

0,23

0,50

1,36

Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang (dikompilasi dari dokumen LAKIP Tahun 2005
dan Rekapitulasi Prioritas dan Plafon Anggaran APBD TA. 2006)

92
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Tabel 4.7
Jumlah Program di Sektor Kesehatan Berdasarkan Renstrada Dalam
Dua Tahun Pelaksanaan Anggaran (2005-2006)
Program Kesehatan dalam Renstrada

Tahun Pelaksanaan
2005

1. Program lingkungan sehat, perilaku sehat dan


pemberdayaan masyarakat.

2. Program upaya kesehatan, khususnya yang bersifat


public goods berfokus pada kesehatan kelompok resiko
(bayi, balita, kelompok pekerja beresiko dan usia lanjut
serta pelayanan esensial untuk orang miskin.

3. Program perbaikan gizi masyarakat.

2006

4. Program sumber daya kesehatan.

5. Program pemantauan obat, makanan dan bahan


berbahaya.

6. Program pemberantasan penyakit menular dan


surveilans epidemiologi.

7. Program pengembangan sarana prasarana


kesehatan masyarakat.

8. Program peningkatan fungsi dan kualitas


pelayanan rumah sakit.

9. Program peningkatan sarana dan prasarana rumah


sakit.

10. Program penelitian dan pengembangan rumah sakit.

Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang (dikompilasi dari dokumen LAKIP Tahun 2005
dan Rekapitulasi Prioritas dan Plafon Anggaran APBD TA. 2006)

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa program-program kesehatan yang


ditetapkan dalam rencana strategis daerah pada dasarnya sudah dilaksanakan
pada dua tahun anggaran (2005-2006). Namun apabila dilihat dari penentuan
skala prioritas program masalah kesehatan di Kabupaten Sumedang khususnya
dari instansi pengusul baik dari Dinas Kesehatan maupun Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD), dari 10 program kesehatan di renstrada terdapat 4 program
yang dialokasikan secara berkelanjutan. Dari keempat program tersebut, upaya
pemerintah daerah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk
selama kurun waktu dua tahun tersebut, talokasi anggaran lebih diprioritaskan
untuk program di RSUD yaitu peningkatan sarana prasarana rumah sakit dan
peningkatan fungsi dan kualitas pelayanan rumah sakit (lihat Lampiran II-1,10

93
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

dari 10 dan Lampiran II-2, 2 dari 4). Dari program Dinas Kesehatan pada TA.
2006 untuk pelaksanaan 16 program sektor kesehatan dianggarkan sebesar Rp
13.476.497.117. Dari 16 program tersebut tiga di antaranya dialokasi pada
prioritas Program Pelayanan Kesehatan sebesar 29,58 persen, diikuti Program
Peningkatan Pelayanan Kesehatan (25,13 persen), dan Program Jaminan
Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas sebesar 13,71 persen). Hal ini
menunjukkan bahwa komitmen dalam konsistensi kebijakan alokasi anggaran
terhadap sektor kesehatan cukup optimal, meskipun dengan keterbatasan
anggaran yang ada, sektor kesehatan selalu mendapat penetapan skala
prioritas utama, maka secara tidak langsung akan dapat mempengaruhi proses
pembangunan dan percepatan pencapaian visi dan misi Pemerintah Kabupaten
Sumedang.
Secara khusus dan seperti halnya di sektor pendidikan, sebagai bagian
akselerasi program dan kegiatan Propinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian
IPM Sumedang pada TA. 2007-2008, sebagaimana dikemukakan oleh Bupati
Sumedang pada harian surat kabar Pikiran Rakyat, tanggal 24 Desember 2006,
untuk

tahun

2007-2008

Pemerintah

Daerah

Kabupaten

Sumedang

mengembang program GEMA SMART (gerakan masyarakat sehat, mandiri, dan


terpadu) pada bidang kesehatan. Program ini diarahkan untuk meningkatkan
angka harapan hidup (AHH) dengan titik berat pada upaya penurunan angka
kematian bayi (AKB). Melalui program ini, Pemerintah Daerah Kabupaten
Sumedang melakukan penguatan pos kesehatan desa dan gerakan keluarga
sehat gembira. Sasaran dari program ini adalah 129 paguyuban yang tersebar di
43 desa di 7 kecamatan.
Sejalan dengan apa yang direncanakan Bupati Sumedang pada akhir
tahun 2006 di harian surat kabar Pikiran Rakyat tersebut, pada tahun 2007
terimplementasi

kebijakan

menggratiskan

biaya

pelayanan

di

tingkat

Puskesmas. Sebagaimana pandangan responden bahwa kebijakan tersebut


berlangsung sejak akhir tahun anggaran 2006. Program tersebut diperuntukan
untuk masyarakat Sumedang yang berobat ke Puskesmas dengan tidak
memandang kaya-miskin. Namun terlepas dari niat baik kebijakan tersebut, di
dalam pelaksanaannya tetap menuai alasan kritis dari responden sebagai

94
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

harapan akan perbaikan pelaksanaan kebijakan pelayanan kesehatan, sebagai


berikut:
coba bayangkan berapa retribusi layanan kesehatan yang
selama ini ada, paling Rp 2.500. Tetapi dengan Rp 2.500 gratis,
masyarakat yang jauh dari akses pelayanan kesehatan harus naik
ojeg Rp 10.000, maka tidak ada artinya. Dengan konsep changing
post service, apakah tidak lebih baik mendekatkan pusat-pusat
pelayanan daripada mengratiskan itu. Artinya kita harus lihat
rasio, makanya ada analisis pembangunan sosial. Kepada temanteman saya sampaikan, coba anda lihat rasionya, artinya fasilitas
kesehatan yang ada di satu wilayah, apakah rasionya mencukupi.
Kalau tidak, mungkin dilakukan perluasan, karena jangkauannya
masyarakat terlalu jauh. Mungkin dengan Puskesmas Pembantu
atau dapat mengoptimalkan kembali polides-polides. Yang jauh,
dia tetap bayar Rp 2.500 tetapi tidak kehilangan ongkos yang
cukup besar. Maka, pelayanan bisa terpenuhi, dianya sendiri tidak
terbebani ongkos yang cukup tinggi.

4.4.3. Sektor Infrastruktur


Dukungan infrastruktur dalam pembangunan sangat diperlukan dalam
perbaikan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Infrastruktur ini mencakup
transportasi, sumber daya air, perumahan, pelayanan air maupun penyehatan
lingkungan. Pembangunan infrastruktur dihadapkan pada keterbatasan dan
yang sebagian besar masih tergantung pada bantuan pemerintah (dana
perimbangan), sehingga banyak pembangunan infrastruktur yang tertunda dan
penyediaan dana untuk pemeliharaan menurun. Anggaran sektor infrastruktur
dalam APBD TA. 2005 lebih kecil dibanding TA. 2004 yaitu sebesar Rp
6.770.503.886 atau sebesar 2,10 persen dari total belanja APBD. Dari anggaran
tersebut 93 persen dialokasikan untuk belanja aparatur dan 7 persen untuk
alokasi belanja publik. Pada TA. 2004 sendiri alokasi untuk sektor ini sebesar Rp
16.928.536.634,12 atau 3,96 persen dari total belanja APBD. Proporsi alokasi
untuk belanja publik sebesar 59,04 persen dan 40,96 persen untuk alokasi
belanja aparatur. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menurunnya proporsi
alokasi anggaran belanja publik, pembangunan infrastruktur wilayah cenderung
terhambat dan secara perlahan akan semakin menjauhkan pada keselaran
sektor infrastruktur terhadap upaya pencapaian visi dan misi Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumedang.

95
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Pada TA. 2006, untuk pelaksanaan 9 program sektor infrastruktur


dialokasikan anggara sebesar RP 32.783.852.481 atau 97,47 persen dari yang
dianggarkan. 40,87 persen di antaranya diperuntukan pada Program Operasi
dan Pemeliharaan Infrastruktur, diikuti Program Pembangunan Baru (19,99
persen) dan Program

Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Pedesaan

sebesar 18,88 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan investasi


pembangunan infrastruktur tidak cukup optimal konsisten terhadap keselarasan
kebijakan infrastruktur terhadap pembangunan sektor pertanian

dan sektor

pariwisata. Terlebih dengan daerah sentra produksi beras dan sangat produktif
sebagai kawasan pertanian dengan dibangunnya infrastruktur Waduk Jatigede,
di masa yang akan datang kawasan sentra produksi pertanian terancam
berkurang. Namun, pada akhirnya pula dengan dibangunnya waduk Jatigede
tersebut akan memacu pertumbuhan di sektor pariwisata di masa yang akan
datang.

4.4.4. Sektor Pertanian


Sektor pertanian tetap merupakan sektor yang sangat berperan bagi
Kabupaten Sumedang. Hal ini tercermin dalam visi dan misi Dinas Pertanian
Kabupaten

Sumedang,

yaitu

terwujudnya

kesejahteraan

petani

dengan

memanfaatkan sumber daya pertanian yang berwawasan lingkungan melalui


sistem ketahanan pangan dan agribisnis. Dengan demikian, diharapkan dapat
menjadi penggerak sektor lainnya. Namun pada tataran implementasi kebijakan
di sektor pertanian dan dilihat dari kebijakan alokasi anggaran selama tahun
anggaran 2004-2006, meskipun sektor pertanian ini sebagai entry pointnya
Sumedang yang ingin dibangun melalui peningkatan agribisnis, namun pada
tahapan implementasi kebijakannya cenderung belum optimal dalam menggiring
perubahan pola hidup bertani masyarakat yang masih tradisional. Hal ini
dikemukakan oleh responden, sebagai berikut:
Kalau Sumedang itu dibangun visinya agribisnis dan pariwisata.
Berarti sektor basisnya harus diketahui, yaitu pertanian. Oleh
karena itu, harus kita kembangkan pertanian melalui agribisnis ini.
Kelihatannya dalam bertani masih menggunakan metode
tradisional dengan sifatnya yang subsisten. Dia belum beranjak
kepada usaha pertanian. Kalau mencanangkan visinya Kabupaten

96
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Sumedang itu daerah agribisnis dan pariwisata, kita harus sudah


mencoba meloncat dari pertanian yang sifatnya tradisional
menjadi usaha tani.
Pada APBD TA. 2005, alokasi anggaran sektor pertanian adalah sebesar
Rp 10.533.574.043 atau sebesar 3,26 persen dari total belanja APBD. Dari sisi
alokasi anggaran belanja, 70 persen dialokasikan untuk belanja aparatur dan 30
persen diperuntukan alokasi belanja publik. Pada APBD TA. 2004 sektor ini
mendapat alokasi yang rendah yaitu sebesar Rp 8.716.355.428,12 atau 2,04
persen dari total belanja APBD. Pada tahun anggaran ini cenderung
menjauhkan

pada

uapaya pencapaian

visi, dikarenakan 87,50 persen

merupakan belanja aparatur sedangkan 12,50 persen untuk belanja publik.


Pada APBD TA. 2006 tercatat 11 program prioritas di sektor pertanian.
Alokasi anggaran untuk sektor ini secara keseluruhan adalah sebesar Rp
11.368.739.650 atau 99,32 persen dari realisasi yang dianggarkan. Prioritas
program

dari

sektor

ini

diarahkan

pada

Program

Pembangunan

dan

Pengembangan Prasarana serta Sarana Pertanian sebesar 42 persen, diikuti


program Pengembangan Kawasan sebesar 23,79 dan Program Peningkatan
Produksi Pertanian sebesar 9,59 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
orientasi lebih fokus pada perbaikan infrastruktur pertanian menyebabkan
konsistensi alokasi anggaran pada sektor pertanian kecenderungannya kurang
optimal dalam investasi sumber daya masyarakat petani yang seharus sudah
harus tercermin pada pola perubahan bercocok tanam tradisional ke arah pola
usaha tani, sebagai basis peningkatan di sektor agribisnis.

4.4.5 Sektor Ketenagakerjaan.


Pada APBD TA. 2005, alokasi anggaran untuk sektor ketenagakerjaan
adalah sebesar Rp 3.517.557.381 atau 1,09 persen dari total belanja APBD.
Alokasi anggaran tersebut lebih rendah dibanding alokasi APBD TA. 2004
sebesar Rp 6.919.860.439,86 atau 1,62 persen dari total belanja APBD. Pada
penggunaanya 63,73 persen dialokasikan untuk belanja publik dan 36,27 persen
untuk belanja aparatur. Dengan rendahnya alokasi anggaran tersebut, secara
tidak langsung akan berdampak pada lemahnya kualitas pelayanan di sektor
ketenagakerjaan. Dari Tabel 3.3 sebelumnya (lihat Bab III; halaman 35),

97
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

penurunan jumlah tenaga kerja pada tahun 2005 sebesar 31,84 persen di
banding tahun sebelumnya secara tidak langsung menandakan bahwa capaian
indikator pembangunan ketenagakerjaan belum dapat menggambarkan upaya
mengatasi pengangguran. Dengan angka penurunan tersebut, secara tidak
langsung pula merupakan ancaman terhadap jalannya pembangunan daerah.
Dengan capaian angka tenaga kerja tertampung/ditempatkan bekerja sebesar
11,58 persen menunjukkan bahwa tingkat kompetisi para calon tenaga kerja
untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuannya. Hal ini menunjukkan kecenderungan lemahnya tingkat relevansi keakuratan
data dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Kabupaten
Sumedang Tahun 2005 dengan kondisi riil yang ada. Pada LAKIP 2005, tingkat
capaian sasaran kebijakan sektor ketenagakerjaan untuk peningkatan peluang
lapangan kerja serta meningkatnya kompetensi tenaga kerja melalui diklat
sesuai dengan kebutuhan pasar adalah sebesar 114,64 persen.
Sementara upaya pemerintah daerah untuk mendorong pembangunan di
sektor ketenagakerjaan pada TA. 2006 menetapkan 8 program dengan besaran
alokasi anggaran biaya sebesar Rp 1.924.0.245.000 atau 98,81 persen dari
alokasi yang dianggarkan. Dari delapan program sektor ketenagakerjaan yang
dicanangkan di TA. 2006, tiga program di antaranya mendapat alokasi anggaran
tertinggi yaitu meliputi: Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik sebesar
55,23 persen, Program Perkembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja (12,26
persen), dan Program Peningkatan Kualitas dan Pengembangan Produktivitas
Ketenagakerjaan sebesar 10,35 persen.

98
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan
Kabupaten Sumedang dalam waktu tiga tahun penyelenggaraan
pemerintahan daerah melalui dokumen kebijakan operasional APBD Tahun
Anggaran 2004-2006 telah mengalami perubahan dan kemajuan di beberapa
sektor. Capaian pertumbuhan ekonomi yang positif selama periode tahun 20012005 menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Pertumbuhan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang selama tujuh tahun
terakhir inipun terus mengalami peningkatan terutama pada derajat pendidikan
dan kesehatan masyarakat. Akan tetapi dengan capaian pertumbuhan ekonomi
tersebut, tidak serta merta menunjukkan peningkatan derajat daya beli
masyarakat yang positif.
Selama periode TA. 2004-2006 secara umumnya cakupan alokasi APBD
lebih terfokus pada empat sektor strategis dan berkelanjutan, yaitu sektor
pendidikan, sektor kesehatan, sektor infrastruktur, sektor pertanian, dan sektor
ketenagakerjaan. Sementara kecenderungan relevansi keterkaitan visi, misi, dan
renstrada dengan alokasi APBD TA. 2004-2006 belum secara optimal
menunjukkan komitmennya menjalankan program-program dan kebijakan yang
telah ditetapkan dalam Renstrada. Dari 94 yang ditetapkan dalam Renstrada
baru 19 program sebagai program yang berberlanjutan, sehingga dengan
demikian kecenderungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang hanya
mengembangkan daftar tentang cita-cita kegiatan.
Sementara relevansi konsistensi kebijakan alokasi anggaran terhadap
sektor pariwisata sebagai entry point Sumedang yang ingin dibangun, meskipun
tidak secara tepat dalam parameter skala prioritas, parameter keseimbangan
yang dipakai tidak pula mencerminkan keberpihakan terhadap sektor pariwisata.
Kecilnya sumber alokasi APBD untuk sektor pariwisata yang hanya sekitar 0,4
persen, menunjukkan kecenderungan lemahnya tingkat konsistensi formulasi
kebijakan terhadap sektor pariwisata.

99
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

5.2. Saran:
Dari kesimpulan tersebut, saran-saran yang dapat disampaikan antara
lain:
1)

Perlunya keteguhan di dalam komitmen dari pihak Eksekutif (Pemerintah


Daerah) maupun DPRD terhadap konsistensi kebijakan alokasi anggaran
untuk membangun sektor pertanian dan sektor pariwisata yang hendak
dibangun, di samping tetap dapat meningkatkan keberpihakannya
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan
masyarakat serta perbaikan pada infrastruktur.

2)

Perencanaan dan penganggaran hendaknya mencerminkan kebijakan


alokasi anggaran berdasarkan skala prioritas yang sebelumnya telah
menjadi komitmen di dalam pelaksanaan program-program Resntrada
Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008.

100
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas (2005) Rencana Tindak Reformasi Birokrasi, Tim Kajian Rencana


Tindak Untuk Mewujudkan Reformasi Birokrasi, Maret. Lokasi:
www.goodgovernance-bappenas.go.id/ publikasifiles/reformasi_birokrasi.pdf

BPS-Bappeda (2006) Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumedang


Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2005, BPS Kabupaten
Sumedang, Katalog BPS 9205.3211, Nopember.
BPS-Bappeda (2006) Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumedang
Menurut Penggunaan Tahun 2001-2005, BPS Kabupaten Sumedang,
Katalog BPS 9207.321, Nopember.
BPS-Bappeda (2006) Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2006, BPS
Kabupaten Sumedang, Katalog BPS 1403.3211, Oktober.
Bryson, John. M (2003) Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial,
Yogyakarta: Cetakan VI, Mei; Judul Asli Strategic Palnning for Public and
Nonprofit Organizations: A Guide Strengthening and Sustaining
Organizational Achievement, San Francisco, California: Jossey-Bass Inc,
Publishers.
Djunaedi, Achmad (1995) Perencanaan Stratejik Untuk Perkotaan: Belajar dari
Pengalaman Negara Lain. Jurnal PWK Nomor 19/Juni, hal 20-25.
Djunaedi, Achmad (2007) Proses Perencanaan Strategis untuk Perkotaan
(secara umum), Mei. Lokasi: http://mpkd.ugm.ac.id/dosen/djunaedi/

Support/Materi/PROSES-R/a01-renstra-proses-umum.pdf
Gordon, G.L. (1993) Strategic Planning for Local Government International
City/County Management Association, Washington DC.
Haq, M. Sulthan (2006) Mismanajemen Anggaran Daerah, Suara Pembaruan,
5 Juli, hal. 9
Hoessein,

Bhenyamin

(2002)

Reposisi

Peran

DPRD,

April.

Lokasi:

http://www.paskal8.com/journal_03.htm

Kartasasmita, Ginandjar (1997) Administrasi Pembangunan: Perkembangan


Pemikiran & Praktiknya di Indonesia, Jakarta: Pustaka LP3ES.
Kumorotomo, Wahyudi, (1999) Etika Administrasi Negara, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
MacLeod, Paige, Patricia Leon, Pedro Esquivias (2001) Perencanaan Strategi
dan Keuangan Terpadu, Arlington, Virginia, USA: The Nature
Conservancy.
Mardianso (2002), Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi Offset,
Yogyakarta.
Nazir, Moh. (1985) Metode Penelitian, Jakarta: PT Ghalia Indonesia.

101
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Neuman, W. Lawrence (1997) Social Research Methods: Qualitative and


Quantitative Approaaches, A. Viacom Company, The United States of
Amerika. dan (2003) Fifth Edition, Allyn and Bacon Peason Education,
Inc, Boston, USA.
Nisbet, J, J Watt (1994) Studi Kasus Sebuah Panduan Praktis, Jakarta:
diterbitkan atas kerjasama antara Satya Wacana University Press dan
PT Gramedia Widiarasana Indonesia.
Osborne, David dan Gaebler (1992) Reinventing Government, Massachusetts:
Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Osborne, David dan Peter Plastrik (2000) Memangkas Birokrasi: Lima Strategi
Menuju Pemerintahan Wira Usaha, Edisi Terjemahan, Jakarta: Penerbit
PPM.
Sidik, Machfud (2002) Format Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah Yang Mengacu pada Pencapaian Tujuan Nasional. Makalah
dalam Seminar Nasional Public Sector Scorecard di Jakarta, 17-18 April.

Lokasi: www.djpkpd.go.id/publikasi/otonomi /format-hub.pdf


Schick, Allen (1999) A Contemporary Approach to PubliC Expenditure
Management, World Bank Institute.
Smith, N.I. (1994) Down-to-Earth Strategic Planning. Prentice Hall, Sydney.
Soeprapto, Riyadi (2003) Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah
Menuju Good Governance, FIA-UNIBRAW, Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik-Vol IV, No. 1, September.
Soerjodibroto, Guritno
Desember.

(2003) Membuat Arah Pembangunan Kota, 2


Lokasi:
www.cdsindonesia.org/documents/membuat

arahpembangunankota-majalah.pdf

Suhirman, dkk (2002) Merancang Kebijakan Perijinan yang Pro Pasar dan
Sensitif Kepentingan Publik: Studi Kasus Perijinan Ketenagakerjaan,
Transportasi, dan Usaha Kecil Menengah di Kota Tasikmalaya dan Kota
Bekasi, PEG-USAID-BIGS, Oktober.
Tim Peneliti KPPOD (2002) Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia:
Persepsi Dunia Usaha Peringkat 134 Kabupaten/Kota di Indonesia &
Gambaran Permasalahan Dunia Usaha.
Wilopo (2002) Improvisasi Manajemen Strategi Sektor Publik, Jurnal
Administrasi
Negara-Vol.
III,
No.
I,
September.
Lokasi:
http://publik.brawijaya.ac.id/simple/us/jurnal/pdffile/5Improvisasi
%20Manajemen%20Strategis%20Sektor%20Publik-WILOPO.pdf.

102
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-1

GARIS BESAR FOKUS PERHATIAN PENELITIAN

NO.

I.

DAFTAR PERTANYAAN

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUMEDANG (ANALISIS


SWOT): Profil Wilayah (Letak Geografis, Kependudukan,
Perekonomian, Demografi, Pemerintahan & Akuntabilitas
Keuangan Daerah); dan Kebijakan Pembangunan Daerah)

Seberapa besar tingkat pertumbuhan ekonomi ?

Seberapa besar tingkat pertumbuhan pendapatan daerah?

Apa potensi dan keunggulan daerah yang dimiliki


Kabupaten Sumedang?

Apa isu strategis pembangunan daerah yang tengah


dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang?

II. RENSTRADA, APBD, NOTA KEUANGAN, AKU, LAKIP

Bagaimana pandangan ke depan yang hendak diwujudkan


Pemerintah Kabupaten Sumedang sesuai RENSTRADA:
visi & misi, tujuan dan sasaran?

Bagaimana arah kebijakan pembangunan daerah pada


TA. 2004-2006 (strategi dan kebijakan)?

Apa rencana program dan kegiatan Pemerintah


Kabupaten Sumedang untuk mewujudkan visi & misi
tersebut?

Apa program prioritas pembangunan dalam APBD TA.


2004- 2006?

Bagaimana siklus dan mekanisme penyusunan APBD?

Apa saja urusan/bidang kewenangan yang dimiliki


Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang (urusan wajib
dan urusan pilihan)?

Untuk menilai keefektifan kebijakan-kebijakan sektor yang


direncanakan dalam AKU APBD, apakah memuat targettarget kuantitatif?

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP1 UI.,


dari2007.
2

SUMBER
/KETERANGAN
Beppeda, Asisten
Bidang Pemerintah

Bappeda, Dinas,
Sekretariat DPRD

LAMPIRAN I-1

III. STRUKTUR APBD TA. 2004-2006

Bagaimana komposisi dan perkembangan Pendapatan


Asli Daerah pada TA. 2004-2006?

Bagaimana pengalokasian pembiayaan dan belanja APBD


TA. 2004-2006 (komposisi Belanja Aparatur dan Belanja
Publik)?

Bagaimana skala prioritas pengeluaran pembangunan


pada TA. 2004-2006?

Seberapa besar persentase anggaran sektor-sektor


pembangunan terhadap APBD TA. 2004-2006?

III. Apakah dalam pelaksanaan anggaran tercipta good public


expenditure management: disiplin anggaran; konsistensi
alokasi anggaran terhadap policy priorities; manajemen
operasional yang baik?

IV. Kebijakan Alokasi Anggaran

Bagaimana gambaran prioritas program dan plafon


anggaran pada APBD TA. 2004-2006?

Apakah proses perencanaan dan penganggaran di buat


dalam satu peraturan daerah?

Apakah kebijakan alokasi anggaran untuk setiap program


tersebut sudah menunjukkan skala prioritas?

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP2 UI.,


dari2007.
2

Telaah Dokumen &


Wawancara

Wawancara &
Telaah Dokumen
(Pertanggungjawaban APBD,
Nota Keuangan,
Laporan BPK)
Wawancara &
Telaah Dokumen
(Bappeda &
Bakunda)

LAMPIRAN I-2
TRANSKRIP WAWANCARA
Pertanyaan dan Tanggapan Responden
Sebelumnya saya sampaikan Kerangka Acuan Penelitian Analisis Keterkaitan Visi, Misi,
Renstrada dengan Alokasi APBD Tahun anggaran 2004-2006: Studi Kasus Kabupaten
Sumedang, Propinsi Jawa Barat kepada responden. Namun sebelum saya mengajukan
beberapa pertanyaan, responden dengan tanggap merespon Kerangka Acuan Penelitian
ini, antara lain:
Kajian evaluasi pemerintahan yang diukur dengan talak ukur Renstra. Sebenarnya memang
kemarin ada beberapa hal sehingga kita ada kesulitan dalam konsep persepsinya. Evaluasi
kinerja daerah itu bukan sekedar dari talak ukur renstra, karena daerah melaksanakan aktivitas
pemerintahan yang di dalamnya ada tugas-tugas umum pemerintahan, dan tugas-tugas
pemerintahan daerah. Kalau evaluasi kinerja daerah dilihat dari aspek-aspek itu, maka ruang
lingkup analisisnya harus semakin lebih luas dan indikator-indikatornya terkait berbagai capaiancapaian ekonomi termasuk makro ekonomi daerahnya bukan hanya sekedar apa yang
ditawarkan dalam renstra. Kajian seperti ini digunakan pula untuk memback up nanti di akhir
kepemimpinan seorang bupati karena yang ditawarkan itu dalam renstra. Kita ingin melihat
sejauhmana sebenarnya keberhasilan capaian-capain renstra yang dibreakdown melalui
kebijakan, program dan kegiatan yang telah dilakukan sepanjang atau di dalam dimensi
kepemimpinan seorang bupati.
Memang masih ada tenggang waktu 1 tahun 4 bulan: 1) pada tahapan sekarang ini sudah
sampai sejauhmana? Maka bisa diketahui sebenarnya sisa tenggang waktu tahun ini kira-kira
harus digenjot seperti apa, terkait dengan capaian-capaian program yang belum bisa memenuhi
target yang diharapkan; 2) untuk mengetahui target capai-capai kebijakan program yang sudah
dilaksanakan dalam talak ukur renstra, maka seberapa jauh interpensi anggaran publik
digunakan dan dimanfaatkan untuk kegiatan itu. Apakah sebanding dengan kinerja seorang
bupati seperti itu dengan dukungan atau interpensi anggaran publik yang selama ini telah
dimanfaatkannya.
Dimensinya sekarang baru dilihat dari tahun 2003-2006, karena tahun 2007 baru sedang
berjalan. Tahun 2007 ini sendiri ada beberapa kendala dan persoalan yang sebenarnya cukup
krusial, tetapi saya tidak tahu apakah memang pimpinan melihat bahwa itu hal yang biasa.
Karena efektivitas kita melaksanakan kegiatan yang sudah diprioritaskan di dalam kebijakan
umum anggaran di tahun 2007 ini menjadi terhambat. Bayangkan sekarang sejak Januari s.d.
Mei ini kita masih sedang dalam proses anggaran. Di Februari kemarin telah dibuat kebijakan
SOTK baru, belum lagi ditambah regulasi-regulasi yang dibuat oleh Pemerintah Pusat yang
implementasinya harus segera dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, yang ujung-ujungnya dari
Undang-Undang No. 17, kemudian dibreakdown dalam Peraturan Pemerintah No. 58 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, yang ending akhirnya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 13 Tahun 2006. Bayangkan kita menggunakan talak ukur renstra yang sudah ditawarkan
oleh bupati dalam dimensi kepemimpinannya, kemudian dalam regulasi di tingkat atas yang
harus dilakukan daerah itu sudah disetting program dan kegiatannya secara spesifik. Jadi tidak
mungkin lagi kita membuat kegiatan-kegiatan yang lain kecuali apa yang tercantum Permendagri
No. 13 Tahun 2006.
Bagaimana dengan efektivitas renstra tersebut?
Justru itu, makanya kita tetep komplen terhadap Pemerintah Pusat. Kemudian bagaimana
mewadahi janji-janji bupati karena bupati masih dipilih oleh dewan, bukan oleh masyarakat. Kita
belum melakukan pemilihan bupati. Berarti, dokumen yang harus dipertanggungjawabkan oleh
seorang bupati adalah dokumen renstrada. Waktu itu di tengah perjalanan teman-teman di
Dewan mendesak kepada kami agar segera dibuat RPJM yang baru. Apa relevansinya dibuat
RPJM yang baru, bupati masih dipilih oleh Dewan bukan oleh masyarakat. Kemudian aturan itu
kelihatannya disempurnakan, RPJM atau renstra. Berarti yang dipakai adalah renstra. Sebab,
kalau misalnya di tengah jalan renstra belum selesai kemudian harus membuat RPJM yang
baru, maka bupati enak dong dia ongkang-ongkang apa yang harus dipertanggungjawabkan.
1 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-2
Sementara RPJM yang baru, siapa yang sisanya mempertanggungjawabkan. Ini tidak efektif dari
segi manajemen pemerintahan. Dari sisi manajemen pengelolaan keuangan daerah ini juga
cukup krusial, karena bagaimanapun juga aktivitas pelayanan publik menjadi terganggu.
Efektif punya waktu, kalau misalnya perubahan anggaran sekarang ini yang sedang
dilaksanakan penandatanganan Prioritas Plafon Anggaran Sementara menjadi Prioritas Plafon
Anggaran definitif dengan DPRD. Tarohlah selesai pada bulan Mei ini, maka kita efektif punya
waktu Juni s.d. Nopember, karena Desember tidak mungkin melakukan efektivitas kegiatan.
Berarti enam bulan, bayangkan program-program yang cukup strategis yang mungkin di dalam
kegiatannya ada yang sifatnya pihak ketiga, ada yang melalui tender ada yang swakelola. Yang
swakelola yang sifatnya non fisik atau fisik yang volumenya agak kecil mungkin dapat
diselesaikan dalam jangka waktu enam bulan. Namun untuk tender, maka dari aspek
perencanaan tidak logic, dari sisi waktu tidak memungkinkan.
Oleh karena itu, kemarin kelihatannya ada beberapa teman-teman dari LSM yang mencoba
mensikapi untuk disarankan kepada Dewan. Kami di birokrasi bagaimanapun juga pimpinan
sudah diberikan masukan, tetapi pada akhirnya kebijakan dan keputusan ada pada pimpinan.
Sebenarnya kondisi seperti ini bagi kami tidak heran, karena sejak awal saya susun, sudah
memberikan pertimbangkan dan saya sudah tahu persis apa akibatnya kalau itu tidak akan
dapat dilakukan. Akhirnya bahasa saya ketawa, saya sampaikan kepada teman-teman di Dewan
maupun di internal birokrasi. Kapasitas saya menyampaikan di Dewan bukan secara formal
tetapi secara informal saya adalah bagian dari masyarakat, jangan saya lihat seorang birokrat.
Tetapi saya memberikan masukan dari kapasitas saya sebagai pribadi, saya birokrat, netral.
Tetapi ketika berbicara hak politik, saya punya hak politik. Kalau berbicara hak politik itu tidak
selalu terkait partai politik. Kalau berbicara hak politik, anda representative perwakilan publik,
saya adalah publik, anda juga wakil saya, saya katakan seperti itu. Coba ini ambil langkahlangkah. Saya tidak ingin menjatuhkan juga rumah saya sendiri tetapi mengkritisi rumah saya
sendiri, tetapi sekritis-kritisnya saya tidak akan membakar rumah saya sendiri. Artinya,
bagaimana persoalan atau kondisi seperti ini segera disikapi baik oleh tim anggaran eksekutif
maupun tim anggaran legislatif. Bagaimana dalam waktu yang sesingkat ini kita betul-betul
mampu merasionalisasikan berbagai kegiatan dan program yang nanti akan diintervensi oleh
anggaran publik, karena bagaimanapun juga harus dipertanggungjawabkan. Jangan sampai
kegiatan dilaksanakan tetapi hasilnya tidak maksimal dengan dimensi waktu sudah yang
semakin mepet dengan kendala-kendala teknis di lapangan. Ini juga kan merupakan salah satu
pertimbangan. Oleh karena itu, lebih baik mana yang bisa dilakukan di tahun 2007 ini walaupun
dari target capaian tidak menjadi signifikan.
Kalau kita ingin mengejar target akan jatuhnya seperti itu. Tetapi kalau kita lihat dari manajemen
pemerintahan dan akuntabilitasnya, maka tidak masalah kegiatan-kegiatan yang memang tidak
rasional untuk dilaksanakan dengan sisa waktu yang sesingkat itu tidak dilakukan dengan
konsekuensinya anggaran dikembalikan kepada kas daerah untuk menjadi sisa lebih
perhitungan tahun yang lalu. Kalau dulu prinsipnya anggaran harus habis, sekarang tidak bisa.
Apa yang tidak bisa diserap di tahun sekarang akan menjadi sisa lebih pada tahun yang lalu.
Kondisi ini sebenarnya menurut saya adalah kondisi yang lucu apabila dilihat dari sisi
manajemen pemerintahan. Maka inilah bagian yang perlu disikapi oleh semua pihak. Termasuk
pula regulasi-regulasi dari tingkat pusat yang memang tidak memberikan kepastian bagi
pemerintah daerah. Dalam kesempatan kemarin juga sudah saya sampaikan kepada temanteman, baik dengan Bappenas dan bahkan dengan Menko Perekonomian, Pak Boediono.
Cobalah disikapi oleh Pemerintah Pusat. Artinya yang namannya satu aturan yang diberlakukan
untuk seluruhnya itukan tidak berlaku surut. Kesiapan daerah untuk memahami regulasi yang
ada baru dalam tahap pemahaman sudah diganti aturan yang baru, dan ini memerlukan waktu.
Satu tahun itu daerah masih meraba-raba. Mau tidak mau harus berjalan, tetapi berjalannya
masih mencari bentuk. Sebenarnya bagaimana implementasinya yang pas. Menjadi tidak efektif
ketika harus melakukan konsultasi ke Pemerintah Pusat. Itukan membutuhkan biaya dan
kadang-kadang tidak cukup sekali untuk menkonsultasikan termasuk mengkonversikan
Kepemdagri 29 dengan Permendagri No. 13, karena di sana sudah di setting program dan
kegiatannya.
Kemudian juga dalam kebijakan umum anggarannya mulai berubah, dimana di setting harus
diperlihatkan indikator capaian-capaian kinerjanya termasuk berapa plafon anggaran yang
diterima dari masing-masing SKPD yang dibreakdown setiap kegiatan dalam SKPD. Kalau dulu
2 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-2
kan tidak. Di dalam APBD dulu global saja, tetapi di Sumedang sampai item kegiatan bisa dibaca
oleh Dewan. Makanya, dari sisi akuntabilitas publik, oleh KPK kemarin cukup bagus diapresiasi.
Dimana yang namanya anggaran masih bisa dibaca secara detail oleh teman-teman di Dewan
termasuk masyarakat. Dinas-dinas ada program dan kegiatan apa, berapa nilainya, dimana
tempatnya, itu bisa diketahui. Kalau saya bandingkan dengan kabupaten/kota yang lain di Jawa
Barat tidak seperti itu, boro-boro Dewan tahun sedetail itu, di Sumedang sampai sejauh itu.
Tetapi dari aspek-aspek yang lain kelemahan-kelemahan ini sangat rijid juga kalau tidak disikapi
dengan baik termasuk proses evaluasi APBD. Padahal APBD ini kemarin sudah disahkan pada
tanggal 29 Desember 2006. Karena ada proses evaluasi, dipersyaratkan harus dievaluasi oleh
pemerintah di tingkat atasnya, kalau kabupaten/kota berarti propinsi. Anda lihat Propinsi Jawa
Barat itu ada 25 kabupaten/kota harus dievaluasi oleh pemerintah propinsi dalam tenggang
waktu yang bersamaan dan harus segera dilakukan juga. Kira-kira apa cukup kemampuan,
makanya saya sependapat dengan komentar Kepala Biro Keuangan proses evaluasi ini
menjadikan cukup rumit dan tidak menjadi efisien bagi pelayanan publik di daerah, karena
minimal butuh waktu satu bulan.
Apakah selama ini program-program yang tercantum dalam renstra tersebut sudah
dievaluasi?
Evaluasi per tahunnya iya dilakukan, tetapi kita ingin coba melihat akumulamisinya dalam
beberapa tahun ini sudah sejauhmana. Kemudian dari hasil konsultasi, dalam settingan
Permendagri ada titik-titik dan seterusnya, kami pahami itu. Program-program renstra yang tidak
ada dalam settingan Permendagri menjadi sulit ketika kita mengkonversi, apakah program ini,
itu, sama apa yang dimaksud di sini. Maka kita dekat-dekatkan, kalau maksudnya ini, mungkin
ini, termasuk kegiatan. Apakah kegiatan ini maksudnya sama dengan kegiatan maksud di sini.
Hal ini cukup menyulitkan juga dan berarti membutuhkan waktu yang panjang. Apalagi misalnya
SKPD membuat program sendiri tidak jelas. Kalau jelas memudahkan kitalah. Artinya, walaupun
sudah payah, tetapi jika SKPDnya asal-asalan sehingga menjadi persoalan sendiri.
Jadi selama empat tahun terakhir ini fokus pembangunan di arahkan kemana?
Fokusnya sudah bisa dilihat jelas, Cuma optimalisasi dan efektivitas capaian sejauhmana belum
jelas. Fokusnya di Sumedang jelas untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan.
Bagaimana pula pertumbuhan ekonomi dengan target pertumbuhan 4% per tahun?
Ada yang tercapai di dalam tahunan, ada juga yang tidak tercapai. Maksud kami juga seperti ini,
kami membuat analisa ekonomi makro Kabupaten Sumedang, Cuma saya punya tesis apakah
capaian ekonomi makro ini betul-betul interpensi kebijakan pemerintah daerah atau intervensi
kebijakan program pemerintah pusat atau propinsi. Hal ini kita belum bisa menjelaskan, mana
sebenarnya capaian-capaian kinerja ekonomi daerah itu bagian dari interpensi kebijakan
program yang ada di daerah atau bukan. Contoh kami melihat seperti petani hidup, apakah
betul-betul hasil binaan atau yang dilakukan SKPD yang terkait hal itu, atau memang masyarakat
sendiri yang melakukan hal itu. Ini hal menjadi penting. Selain itu, dengan capaian-capai PDRB,
memang dari PDRD masih di sektor pertanian, kemudian retribusi restoran dan pajak hotel, serta
yang kelihatannya sektor jasa dan perdagangan lainnya.
Namun, dilihat dari struktur APBD, kontribusi PAD terbesar dari retribusi?
Ya retribusi, karena masuknya kan dalam PAD. Sedangkan pajak-pajak yang lain, pajak pusat
dipungut oleh daerah yang sharingnya di DAU atau mungkin bantuan-bantuan keuangan dari
pemerintah tingkat atasnya ke daerah. Misalnya kalau dari propinsi biasanya terkait dengan
sharing pendapatan yang diperoleh oleh daerah. Itukan seperti itu.

3 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-2

Jadi menurut pandangan Bapak, di tahun 2004 s.d. 2006 dan nanti tahun 2008, program
apa yang menonjol dikembangkan oleh Pemda Sumedang?
Di bidang pendidikan dan bidang kesehatan sangat menonjol. Sejak tahun 2006 akhir: 1) di
bidang pendidikan kita mencoba seperti yang dijanjikan Bupati pendidikan gratis. Namun, saya
katakan, sebenarnya kalau dikatakan pendidikan gratis sebenarnya tidak gratis, tetapi relatif
lebih memberikan keleluasaan bagi masyarakat untuk memperoleh akses pendidikan. Cuma
mungkin nomenklatur pendidikan gratis ini yang saya tidak sependapat karena bagaimanapun
juga tidak ada pendidikan yang gratis. Itu realita; dan 2) menggratiskan biaya pelayanan
administrasi pemerintahan (KTP dan Akte Kelahiran), termasuk pelayanan dasar kesehatan.
Cuma tidak berarti tidak ada kendala. Kalau kemarin saya membuat kajiannya, ada changing
post service, pengenaan tarif dalam pelayanan publik. Saya baca literatur di negara-negara maju
sebenarnya tidak ada pelayanan publik itu gratis sama sekali, karena dampaknya luar biasa.
Dengan menggratiskan sebuah pelayanan publik maka sebenarnya akan menurunkan kualitas
dari pelayanan publik itu sendiri. Itupun terpaksanya harus digratiskan, maka harus dilihat secara
mendalam kira-kira aspek mana yang perlu digratiskan, tetapi dari berbagai literatur yang terkait
hal itu sangat jarang sekali. Contoh, misalnya kebijakan untuk menggratiskan biaya pelayanan di
tingkat Puskesmas sejak tahun 2006 akhir. Pokoknya masyarakat Sumedang yang berobat ke
Puskesmas gratis tidak memandang kaya-miskin. Tetapi coba bayangkan berapa retribusi
layanan kesehatan yang selama ini ada, paling Rp 2.500. Tetapi dengan Rp 2.500 gratis,
masyarakat yang jauh dari akses pelayanan kesehatan harus naik ojeg Rp 10.000, maka tidak
artinya kan. Dengan konsep changing post service, apakah tidak lebih baik mendekatkan pusatpusat pelayanan daripada mengratiskan itu. Artinya kita harus lihat rasio, makanya ada analisis
pembangunan sosial. Kepada teman-teman saya sampaikan, coba anda lihat rasionya, artinya
fasilitas kesehatan yang ada di satu wilayah, apakah rasionya mencukupi. Kalau tidak, mungkin
dilakukan perluasan, karena jangkauannya masyarakat terlalu jauh. Mungkin dengan
Puskesmas Pembantu atau dapat mengoptimalkan kembali polides-polides. Yang jauh, dia tetap
bayar Rp 2.500 tetapi tidak kehilangan ongkos yang cukup besar. Maka, pelayanan bisa
terpenuhi, dianya sendiri tidak terbebani ongkos yang cukup tinggi.
Lalu bagaimana dengan kondisi anggaran untuk membiayai program-program tersebut,
apa selama ini mencukupi?
Memang tidak sebanding dengan apa yang diharapkan, tetapi persoalannya bagi saya ketika
mempersoalkan hal itu, itu satu hal klasik dan tidak akan pernah selesai, karena hampir 400
kabupaten/kota persoalan yang krusial memang di kapasitas financial daerah yang dia miliki.
Tetapi saya memahami bahwa kesiapan otonomi daerah itu tidak diukur seberapa besar
kapasitas financial daerah yang dimiliki tetapi lebih penting bagaimana memaknai dan manage
demikian rupa kapasitas anggaran yang cukup kecil itu untuk dialokasi tepat pada tempattempat yang sesuai dengan sasaran prioritas kebijakan dan program yang akan dilakukan.
Misalnya, seperti Sumedang dengan kapasitas anggaran yang kecil ini, mencoba alokasikan
untuk mengintervensi tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lokal di daerah. Kalau kita
lihat, Sumedang sebagai centernya maka kawasan-kawasan yang cepat tumbuh diinterpensi
dengan sejumlah anggaran untuk membangkitkan aktivitas ekonomi di daerah peri-peri atau
kecamatan-kecamatan. Tetapi bukan dengan cara yang ngawur, tetapi mana kawasan-kawasan
yang cepat tumbuh itu. Asumsi saya, misalnya dengan membuka besar-besaran pasar desa,
bagi orang-orang yang memiliki jiwa berdagang gembira dengan adanya pasar, yang tidak saja
bisa hidup dengan adanya pasar. Masyarakat yang selama ini bertani dan berkebun yang tidak
bisa menjual hasil buminya ke mana-mana, dengan di dekatkan aktivitas ekonomi kepada
mereka maka diapun juga akan memanfaatkan itu.
Persoalan yang dihadapi sekarang ini adalah keterbatasan akses lapangan kerja, akses
ekonomi, kemudian rendahnya pendapatan per kapita masyarakat yang sangat kecil. Karena
tidak ada akses ekonomi, lapangan kerja tidak terbuka, dengan adanya pasar berarti di sana
membuat satu perputaran ekonomi walapun kecil. Tetapi dia bisa berputar terus. Seperti tadi,
yang berdagang dia bisa melaksanakan aktivitasnya, yang sama sekali tidak memiliki tanah atau
4 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-2
lahan dia bisa menjadi buruh di pasar dan dia bisa hidup.
Lalu apakah dengan adanya pasar-pasar tradisional tersebut merupakan strategi untuk
pencapaian visi Sumedang?
Visi Sumedang kan berusaha mencapai pertumbuhan agribisnis melalui sektor pertanian?
Sebenarnya kalau dilihat secara makro iya, tetapi kita perlu mendekatkan secara korelasinya.
Kalau Sumedang itu dibangun visinya agribisnis dan pariwisata. Berarti sektor basisnya harus
diketahui, yaitu pertanian. Oleh karena itu harus kita kembangkan pertanian melalui agribisnis
ini. Kelihatannya dalam bertani masih menggunakan metode tradisional dengan sifatnya yang
subsisten. Dia belum beranjak kepada usaha pertanian. Kalau mencanangkan visinya
Kabupaten Sumedang itu daerah agribisnis dan pariwisata, kita harus sudah mencoba meloncat
dari pertanian yang sifatnya tradisional menjadi usaha tani.
Termasuk pemasarannya, seperti halnya di Kabupaten Cianjur terdapat Sub Terminal
Agribisnis, apakah di Sumedang juga terdapat Sub Terminal Agribisnis?
Sebenarnya di Sumedang juga sudah dibuat di Tanjungsari khusus tembakau. Mungkin di sisi
lain bisa berjalan, di sisi lain tidak bisa berjalan, kalau saya melihat. Makanya, ini lebih kepada
bagaimana sebenarnya konsistensi kebijakan itu dilakukan. Kalau analisanya saya seperti itu.
Kemudian di sektor pariwisata sendiri, coba Bapak lihat seberapa besar kontribusi anggaran
untuk sektor pariwisata kalau pariwisata adalah entry pointnya Sumedang yang ingin dibangun di
dalam visi itu.
Saya kira itu tidak cukup rasional?
Justru itu, makanya saya juga ingin coba menawarkan kepada teman-teman untuk dapat dikaji
hal itu. Kalau melihat trendnya seperti sekarang ini dalam konteks nanti tahun 2008 setelah ada
bupati yang baru, apakah bupati yang sekarang akan menjadi lagi atau yang lain. Karena
sekarang ini di tahun 2007 harus membuat rencana pembangunan jangka panjang, di dalam
RPJP itu memuat visi daerah. Kita salah menempatkan kemarin, jadi itu saya katakan0
Sumedang sebagai daerah agribisnis dan pariwisata dalam konteks visi daerah atau visi
pemerintah daerah. Karena visi daerah dengan visi pemerintah daerah itu sangat berbeda. Visi
daerah itu sifatnya long term, apa yang ingin dicapai Sumedang dalam dimensi 20 tahun yang
akan datang. Dari visi daerah tersebut akan dibreakdown oleh kepemimpinan seorang bupati
yang dalam jangka waktu 20 tahun berarti ada 4 kepemimpinan bupati, maka setiap bupati
menawarkan visinya. Visi bupati itulah yang akan menjadi visi pemerintah daerah dalam
memberikan kontribusi capaian visi daerah dalam jangka panjang itu. Maka yang perlu dijaga
adalah kontinuitas pencapaian visi daerah yang di space oleh kepemimpinan yang berbedabeda. Sekarang ini kan ngaco, bupati yang sekarang ini habis, tarohlah misalnya Sumedang
ingin jalan ke Jakarta sudah beranjak jalan dari Sumedang ke Cileunyi, bupati yang baru balik
lagi dari Sumedang mau ke Cileunyi. Harusnya dari Cileunyi berangkat ke Purwakarta kan gitu?
Maka kapan visi daerah akan tercapai? Apalagi dengan Renstra yang harus menyesuaikan
dengan Kepmendagri dan Permendagri?
Makanya saya kemarin, sebenarnya saya tidak ingin, saya kalau dibilangin juga agak males,
tetapi bagian tanggungjawab saya. Saya diminta oleh teman-teman baik dari partai-partai politik,
di Dewan atau masyarakat yang lain, kira-kira seperti apa untuk membangun akselerasi
kepemimpinan di Kabupaten Sumedang untuk mendongkrak Kabupaten Sumedang.
Dengan demikian, upaya pencapaian visi daerah harus berkelanjutan yang tidak hanya
terhenti oleh satu kepemimpinan kepala daerah saja?
Iya, makanya saya buat makalah dalam halaman yang cukup tebal, termasuk di dalamnya saya
jelaskan. Coba anda tanya kepada masyarakat secara umum, akan sama kalau ditanya butuh
pemimpin seperti apa? Pasti masyarakat menempatkan tipe-tipe kepemimpinan yang ideal.
5 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-2
Namun dalam realitanya belum pernah ada, tetapi bisa didekati. Contoh kenapa bupati tidak
pernah memperhatikan masyarakat setelah dipilih, ternyata hanya asik jadinya saja. Saya
katakan pada mereka, jangan heran anda, kalau anda butuh seorang pemimpin yang anda
harapkan dan anda tidak membiayai, ya seperti ini, apakah anda selama ini anda membiayai dia
menjadi bupati? Dia pakai duitnya sendiri, dia ngutang duitnya sendiri, ya akhirnya akan menjadi
logic melupakan anda. Tetapi kalau anda ingin memperoleh seorang pemimpin yang baik, coba
anda tolong, ada orang yang punya kapasitas untuk memimpin masyarakat tetapi dia tidak
punya uang. Jujur saja untuk menjadi bupati, gubernur , itu butuh cost yang cukup besar. Kalau
cost itu dibiayai oleh orang-orang tertentu maka itu akan menjadi deal-deal ketika dia sudah
menjabat. Tetapi kalau deal-nya kepada masyarakat, taruhlah dari 1,8 juta penduduk Kabupaten
Sumedang iuran Rp 50.000-100.000 untuk memilih, maka anda akan sangat-sangat legitimate,
ketika bupati, ketika top leader daerah yang tidak berbuat sesuatu dan berpihak kepada
masyarakat dengan sendirinya dalam hitungan waktu anda bisa menjatuhkan atau menurunkan
bupati. Perlu saya katakan yang namanya seorang bupati primus interpares, dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Di satu sisi sebagai pejabat politik karena dipilih melalui
mekanisme politik, di sisi lain dia sebagai pejabat publik yang harus memberikan pelayanan
kepada publik, tetapi pada kenyataannya itu tidak dimainkan secara seimbang, dia lebih banyak
memaknai dirinya sebagai pejabat politik.
Apakah dalam pengalokasian anggaran program untuk setiap SKPD selama tiga tahun
anggaran (2004-2006) telah mencerminkan skala prioritas?
Kalau bisa saya katakan bisa fivety-fivety di buat oleh Sumedang, sebab saya juga tidak ingin
memunafikan apa yang dibuat oleh Sumedang dalam konteks otonomi ini. Sumedang walaupun
secara internal terlihat banyak kelemahan tetapi juga banyak diapresiasi oleh teman-teman
tempat yang lain, sehingga Depdagri sendiri, orang pusat sendiri telah merekomendasikan
bahwa kalau anda belajar otonomi ya belajar ke Sumedang, tetapi kamipun tidak ingin merasa
puas apa yang sudah kita capai walaupun banyak teman-teman yang belajar pada kita. Ada
beberapa kekuatan yang dimiliki termasuk bagaimana menangkap regulasi-regulasi itu, tetapi
ada juga kelemahan-kelamahan tertentu yang kadang-kadang semakin lama semakin lupa diri.
Menganggap apa yang telah kita lakukan sudah cukup, padahal tidak. Di samping itu dengan
kunjungan teman-teman yang terlalu sering juga itu juga membawa konsekuensi anggaran,
berapa anggaran untuk menjamu mereka, karena setiap tamu datang ke sini pasti makan siang,
dll. Alokasi digunakan kepada pos daerah.
Bagaimana dengan informasi bahwa Kabupaten Sumedang ini merupakan kabupaten
pertama yang melaksanakan Sistem Informasi Keuangan Daerah?
Ya, dan karena memang saya sendiri yang menyusun saat itu . Maka saya tahu persis. Yang lalu
itu, ada beberapa tahap, yaitu: tahap pembangunan, tahap konsolidasi, dan tahap stabilisasi.
Tetapi baru tahap konsolidasi muncul regulasi baru. Ini kan cukup menyulitkan bagi kita. Artinya,
sebuah regulasi itu baru kita pahami dengan baik, yang akan dilakukan stabil dalam prosesnya,
ini sudah ada regulasi baru. Ini berat dan menjadi tidak efisien dari sisi anggaran. Karena
bagaimanapun juga perubahan itu akan mengandung konsekuensi-konsekuensi. Ada beberapa
perubahan-perubahan yang cukup mendasar. Mungkin kalau sistem sudah kami rancang karena
Undang-Undang No. 17 waktu itu sudah ada. Itukan menunjukkan egosentrisnya orang pusat,
Departemen Keuangan mengeluarkan Undang-Undang No. 17, Bappenas mengeluarkan
Undang-Undang No. 25. Kemudian revisi Undang-Undang No. 22, Undang-Undang No. 33
ternyata ketiga UU tersebut tumpang tindih. Sebenarnya daerah menjadi tempat uji coba atau
kelinci percobaan bagi mereka di Pusat, yang selama ini mungkin banyak kewenangankewenangan yang mereka lakukan, ada ketergantungan orang daerah kepada Pusat. Kemudian
dengan otonomi di by pass begitu saja. Orang pusat datang ke daerah kadang-kadang sudah
tidak dianggap. Kalau bahasa saya, kalau dulu itu justru kita di suruh ngomong, karena ada
sesuatu yang kita harapkan dari pemerintah pusat. Namun, sekarang kalau ada orang pusat di
sini kita ceramahin supaya dia tahu sebenarnya apa yang terjadi di daerah, jangan mereka saja
yang sok pintar. Tetapi maksud saya, karena tekanan-tekanan juga sudah menghangatkan,
coba orang daerah juga seperti itu. Artinya, jadi pakar kampung tapi jangan kampungan.
Maksud saya itu memberikan keseimbangan bukan berarti kami ingin menamfikan juga orang
pusat. Kita juga tahu duduk persoalan kenapa Undang-Undang No. 22 harus direvisi, dll
6 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-2
sebagainya. Walaupun Riyas Rasyid itu dosen saya sendiri, tetapi saya tidak sependapat
dengan kebijakan itu. Setelah saya pahami konsep-konsep otonomi, pakarnya dari Rondinelli
bagaimana sebenarnya konsep otonomi di Eropa dan Amerika. Kalau dari teori negara, dengan
bentuk negara seperti Indonesia yang terdiri dari pulau yang dipisahkan oleh lautan otonomi
yang tidak bertingkat itu gila. Sebab menurut teori negara, dengan kondisi geografis seperti
Indonesia ini memang tepat sentralisasi, Cuma ada porsinya. Kalau zaman Soeharto mungkin
porsinya 100 persen hampir tidak memberikan kesempatan orang daerah untuk berkreasi, ya
memang harus dibagi, seperti berbanding 70:30. 30 persen untuk bisa daerah berkreasi. Sebab
sentralisasi pun, ancaman dari luar untuk orang masuk ke wilayah kita cukup besar.dari segala
sudut atau dari segala tempat, apalagi kebijakan otonomi sekarang ini tidak bertingkat. Maka
jangan heran kalau jadi raja-raja kecil di daerah.
Pada konteks otonomi daerah ini, apa Sumedang sendiri sudah cukup kemampuan untuk
mandiri? Pertumbuhan kontribusi PAD terhadap APBD pun hanya rata-rata sekitar 10
persen per tahunnya?
Ya, justru itu menjadi persoalan klasik ketika dibicarakan. Saya masih ingat hasil penelitian yang
dibawa oleh teman-teman dari Gadjah Mada, dari sekian kabupaten/kota yang cukup mampu
dari sisi kapasitas financial daerah hanya 9 kabupaten/kota, termasuk mungkin Bandung, Bogor
di lingkungan Jawa Barat. Terus kemudian setelah kebijakan tetap digulirkan, apa kita bicara
tidak mampu melakukan otonomi daerah. Dari sudut pandang mana, maka di sinilah butuh
kearifan dan kejelian daerah dalam memaknai kesiapan dalam melakukan otonomi tadi. Saya
yakin bisa digali dari potensi-potensi yang lain, asal mau. Tetapi persoalannya, kelemahan di kita
ini pada komitmen. Waktu awal saya dengan teman-teman di kebijakan di UI-Salemba, saya
katakan saya heran dahulu Mahatir Muhammad sudah menapakkan visi Malaysia 2020, hebat
sekali Mahatir Muhammad ini, saya sampai terheran-heran dengan yang dibuatnya itu seperti
apa. Tetapi setelah saya lihat tidak jauh dengan dokumen Repelita ke empat. Komitmenya itu
luar biasa, tetapi dari sisi perencanaan sudah kita lakukan terlebih dahulu. Tetapi mengapa bisa
bombastis di sana, ternyata itulah hebatnya Mahatir Muhammad membangun modal sosial orang
Malasyasia. Social capitalnya itu luar biasa dibangkitkan. Artinya, sesuatu keputusan sudah
diambil dan disepakati dalam tataran implementasinya tidak ada yang mencle-mencle lagi, tidak
ada yang ke timur, barat, dan utara. Di daerah saja sudah sering kita lakukan, di dalam
perencanaan ya sudah sepakati deal sudah jadi tinggal diimplementasikan. Dalam implementasi
ada saja yang masih protes. Kalau protes dari dulu-dulu dong protes. Kenapa begitu sudah
dilakukan anda protes. Artinya jalankan dulu sesuatu yang sudah menjadi komitmen,
kelemahan-kelemahannya kita evaluasi. Artinya jalankan dulu sesuatu yang sudah menjadi
komitmen ini baru dievaluasi dalam perjalanannya. Sifat kitakan, belum apa-apa orang sudah
negatif thingking. Padahal dalam proses membangun masyarakat yang demokratis yang
dibutuhkan dan diharapkan membentuk masyarakat yang proaktif bukan reaktif. Sekarangkan
orang reaktif, dia mampu menerima respon yang cukup kuat, mampu mengidentifikasi segala
persoalan baik yang kecil sekalipun, tetapi ketika ditawarkan, solusi apa yang anda tawarkan,
garuk-garuk kepala seperti itu. Tetapi kita ingin orang bertanggung jawab, artinya orang cepatcepat menerima respon, dia mampu mengidentifikasi berbagai persoalan, tetapi dia juga cukup
mampu memberikan solusi.
Apakah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di Kabupaten
Sumedang ini, sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah cukup memadai?
Kapasitas SDM sebenarnya sudah mencukupi. Kembali kepada teori pembangunan, seseorang
tidak bisa single partner dikembangkan di era seperti ini, kita perlu jejaring, kita perlu tim yang
tidak saling mendominasi di samping orang punya kelebihan, dia juga punya kelemahannya. Jika
dalam tim ada dua planner maka akan rusak. Kompetensi dari berbagai urusan yang mungkin
kurang. Selama ini kita sadari bukan hanya di Sumedang kita sharing dengan teman-teman, kita
ini rata-rata relatif bagus. Agregat pendidikan aja Sumedang ini pada taraf SMP kelas 2. Berarti
bila wajib belajar sembilan tahun ini berjalan, rata-rata udah lulus SMP, dan agregat IPM
pendidikan paling tinggi di Sumedang, disusul sektor kesehatan, namun daya belinya rendah.

7 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-2

Apa dimungkinkan tidak sinkronnya visi Sumedang dengan pilihan capaian di sektor
pertanian sebagai basis peningkatan agribisnis?
Iya mungkin.
Jadi inisiatif Pemerintah Daerah di sektor pertanian ini menurut pandangan Bapak?
Dibilang optimal, tidak! Tetapi sebenarnya kita mendapat apresiasi penghargaan dari sisi
pertanian. Kemudian juga dari pemberdayaan masyarakat. Realitanya yang namanya
penghargaan dan lain sebagainya menjadi ukuran yang jadi signifikan. Tidak melihat itu secara
komprehensif, bagaimanapun juga saya sendiri ingin hal-hal yang sifatnya makro artinya
tergantung kompetensi masing-masing. Kalau backgronnya bisa melihat fokus pada pertanian,
tetapi saya tidak seperti itu backgrondnya.
Dari trendnya di bidang pertanian, apakah terdapat sub terminal agribisnis seperti halnya
di Kabupaten Cianjur?
Ada, di Tanjungsari, khusus tembakau.
Selain itu, apa hanya dikhususkan tembakau?
Ia ada, produksi beras misalnya cukup luar biasa. Ini sustainablenya terancam, karena sekarang
akan ada Jatigede yang akan dibangun. Kawasan tersebut akan hilang, padahal sangat produktif
untuk kawasan pertanian. Jatigede yang belum kunjung selesai hampir 40 tahun menjadi friksi
tersendiri bagi masyarakat Sumedang. Inikan konsultannya dari Cina. Setelah kontroversi yang
cukup panjang, diharapkan dengan adanya Jatigede bisa mengairi daerah sekitarnya. Di
Kadipaten yang termasuk daerah Majalengka kegiatan wilayah dan aerocity Bandara
Internasional. Jadi apa relevansinya kalau Jatigede dibangun kalau ada Bandara Internasional
dibangun. Begitu juga menhubungkan tol Cileunyi-Dawuan. Itukan infrastruktur semuan.
Jadi, apakah pembangunan tol tersebut terlaksana?
Tidak ada yang mau tender, karena Jasa Marga cukup rumit. Kenapa Jasa Marga melakukan itu,
dulu operator tol itu Jasa Marga, tersendiri yang dibentuk oleh Pemerintah. Jasa Marga bukan
operator tol. Badan yang dibentuk Pemerintah sebagai operator tol pada saat ini kapasitasnya
tidak jauh lebih baik dari Jasa Marga. Tidak ada yang nawar inginnya sudah saja penunjukan
langsung.
Apakah seiring akan adannya Bandara Internasional pada tahun 2010 nanti, Sumedang ini
kira-kira akan diarahkan ke sana?
Ya kita hanya menangkap peluangnya saja. Wilayahnya Majalengka, tetapi Sumedang juga kena
sedikit. Saya pernah dipanggil oleh teman-teman di Majalengka, tolong dukungan kepada kami.
Anda dulu yang memberikan dukungan kepada kami, kalau tolnya tidak jadi. Jadi maksud saya,
Majalengka sendiri merasa pede, karena memang perencanaan aerocity setiap orang tidak
memiliki. Dimensi perencanaan itukan ada. Dimensinya cukup panjang, representative dalam
konteks ke kinian. Contoh Pasopati yang di Bandung, itukan sudah lama direncanakan, mungkin
kalau dulu itu dilaksanakan bisa memberikan solusi kepada Kota Bandung. Namun, walaupun
sekarang udah dibangun tidak menjadikan solusi bagi Kota Bandung.

8 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-2

Apakah Bapak merasa optimis akan terselenggaranya pembangunan tol Cidawuan ini?
Saya tetap optimis. Yang mendasari optimis saya, dahulu kan dokumen tol itu rahasia, sekarang
inisiatifnya Pemerintah Daerah, tetapi mekanisme teknisnya proses teknisnya ternyata dipegang
oleh Pusat. Sejauh kita tidak punya kewenangan maka akan menjadi sulit. Proses pembebasan
tanah belum, master plan sudah, inilah mungkin kalau misalnya beberapa kewenangan ada di
pusat secara teknisnya sulit. Karena itu sebenarnya Keputusan Presiden sudah muncul sejak
Presiden Megawati dan disetujui, tetapi mekanismenya lain sudah bukan urusan daerah.
Persoalannya cepat atau tidak itu bagaimana orang di pusat, walaupun kita sifatnya melakukan
koordinasi-koordinasi. Tetapi pada kenyataannya koordinasi-koordinasi yang kita bangun mentok
saja. Waktu zaman menterinya Erna Witular Jatigede sudah akan dibangun saat itu, tetapi begitu
waktu Erna Witular tidak jadi menteri dan diganti sama orang yang lain tidak jadi dibangun.
Kembali kepada AKU 2004 s.d. KU 2006, apa yang menjadi prioritas pembangunan
Sumedang ini diperdakan?
Karena produk hukum di daerah yang dalam bentuk perda hanya Renstrada. Jadi fokus
penekanan Renstrada di dalam aturan yang lalu sesuai PP 108 Kemendagri 29 memang disana
tidak disyaratkan seperti itu. Dokumen AKU (2004) saat itu sifatnya makro, sehingga tidak bisa,
dan dokumen Sumedang dalam jangka waktu lima tahun itu akan sangat pariatif sekali.
Memaknai AKU dengan sekarang KUA itu sangat berbeda, kami pun juga bingung bagaimana
untuk mengkonversikan, tidak dalam bentuk perda. Tetapi dengan dokumen yang dibilang KUA
sekarang itu lebih detil, lebih jelas, dan itu tidak dalam produk peraturan bupati, karena memang
persyaratannya di sana dalam bentuk peraturan Bupati. Yang Perda itu renstrada dan RKPD.
RKPD ketika nanti menjadi Draft RAPBD dan menjadi APBD itulah jadi Perda. Perda tentang
APBD. Tetapikan teman-teman di Dewan kan cukup intent juga mengkritisi hal itu walaupun bagi
pemerintah daerah apa yang kita rencanakan, apa yang kita tawarkan toh kembalinya kepada
teman-teman di Dewan karena hak budget ada di sana. Kami ketika berhadapan dengan Dewan
itu udah kita paparkan di situ pakai infokus, satu-satu, mana yang mau disetujui, oleh Dewan kan
kadang-kadang kegiatan-kegiatan dadakan yang tidak melalui proses perencanaan masukmasuk itu juga salah satu yang mempengaruhi. Maka saya menyambut positif dengan adanya
Perda No. 1 Tahun 2007 tentang Prosedur Perencanaan dan Penganggaran yang di dalamnya
bahwa ketika sebelum pelaksanaan musrenbang harus ada pagu indikatif.
Saya sering dikritik, Pak kita mau merencanakan gimana wong saya tidak tahu duitnya berapa?
Selama ini musrenbang seperti formalitas saja, kami suruh bikin usulan, ya kami usulkan
banyak-banyak susuganan lah mana nu masuk, ternyata banyak juga kita usulkan tetapi tidak
masuk dalam APBD. Sekarang sudah saya perbaiki dengan memakai pagu indikatif. Artinya
kemungkinannya sebelum melaksanakan musrenbang misalnya dibuat pagu indikatif
kewilayahan. Berarti sebenarnya, berapa sih per kecamatan kira-kira yang akan mendapatkan
kue sehingga dalam proses perencanaan tidak ngayay kemana-mana, ya kita sesuaikan. Saya
katakan pula jangan merencanakan melebihi stndar pagu indikatif yang sudah diberikan.
Ukurannya apa? pagu indikatif, yaitu masih ukuran APBD 2007 untuk tahun 2008. Tetapi pada
kenyataannya nanti pasti akan ada peningkatan pendapatan. Kalau ada peningkatan
pendapatan ya akan kita sesuaikan. Terus mereka protes, Pak kalau lebih sedikit gimana?
Nantikan pasti juga ada peningkatan pendapatan. Saya tidak bisa menjamin daripada kita
menunggu sesuatu yang belum pasti, mending yang sudah pasti saja. Misalnya ada yang
mendapat 1 milyar, ada yang satu koma sekian milyar, ya silahkan rencanakan itu. Kalau
namanya pagu indikatif kewilayahan, namanya setiap kecamatan mendapat 1 milyar menurut
saya masih kecil. Tetapi jangan anda lihat kecilnya, tetapi ingin melihat bagaimana proses ini kita
rubah mekanisme musrenbang kita rubah supaya masyarakat itu punya kepastian. Artinya
sedikit pun riil nyata, artinya terjadi daripada mengusulkan banyak ternyata hanya 1 atau 2
bahkan tidak ada yang masuk pada musrenbang.
Bagaimana dengan kondisi keterbatasan keuangan, apakah menurut pandangan Bapak,
Pemda Sumedang ini sudah melakukan langkah-langkah efisiensi anggaran? Begitu juga
dengan kemunculan institusi atau badan baru selama ini, apa menurut pandangan Bapak
9 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-2
selama tahun 2003 sampai dengan saat ini SKPD semakin ramping atau semakin gemuk?
SOTK lebih banyak dimensi politik yang dimainkan di sana. Cuma auto critic saya begini, saya
lihat di konsep kajian akademisnya sudah auto trex tinggal mengimplementasikan. Tetapi
kenapa coba hasilnya seperti ini. Saya termasuk salah satu yang mereview walaupun review
saya tidak dianggap oleh tim. Saya katakan sebenarnya hambatan politik itu sampai sejauh
mana? Kalau anda berargumennya ke saya faktor politik, saya ga bisa apa-apa, yang juga kita
susun juga seperti itu tetapi tidak disetujui karena begini, karena begitu. Coba anda petakan
dulu, seberapa rijid sebenarnya persoalan politik, sepanjang anda membuat kajian berdasarkan
konsep dan teori yang jelas, saya pikir teman-teman di Dewan juga tidak akan berani ngotot
sepanjang
kita
mampu
mengargumentasikannya.
Kalau
anda
tidak
bisa
mengargumentasikannya maka akan menjadi makanan empuk di sana. Apalagi mendekati harihari H. Kita tidak perlu atau jangan munafik lah, yang namanya partai-partai politik akan
menerima bantuan dari pemerintah daerah. Ketika bantuan-bantuan akan diperoleh dengan
mudah atau ada lebih, atau lain sebagainya ketika ada deal-deal yang dibangun untuk itu.
Bagaimanapun juga mereka butuh biaya semuanya. Ketika temen-teman pekerja politik
memandang Bupati yang sekarang juga menjadi lawan politik, dia juga bersiap-siap. Apapun
yang dilakukan oleh bupati, bagaimanapun juga bupati yang aktif itu posisinya ibarat orang mau
lari, posisinya itu pada posisi ready, karena dia bisa memainkan segala sesuatu dalam konteks
itu. Tidak bisa dipungkiri, pasti aja namanya kecolongan itu ada, tidak mungkinlah Bupati yang
lagi menjabat tidak akan memanfaatkan lokasi APBD.
Lalu, bagaimana dengan efisiensi anggaran?
Bila dilihat dari neraca, laporan pertanggungjawaban APBD, sebenarnya efisiensinya cukup luar
biasa dibanding tahun yang lalu, walaupun dari sisi kapasitas manajemen pemerintahan sendiri
menurut saya efisiensinya itu juga belum cukup pas, sebenarnya masih lebih besar untuk
dilakukan efisiensi. Bahkan saya sekarang ini lagi membuat satu buku Konkritisasi Perubahan
Paradigma Manajemen Pemerintahan. Saya kadang-kadang menjadi lucu dan ketawa ketika
banyak orang berbicara paradigma manajemen pemerintahan kita sudah berubah, berubah,
apanya. Kontennya itu tidak berubah sama sekali. Bisnis pemerintahan kita ini masih
konvensional. Saya pernah menghitung kalau misalnya, taruhlah kebijakan e-government
berjalan dengan baik, saya sudah pernah menghitung bagaimana mengefisiensikan dari sisi
penggunaan telepon hampir 12 milyar. Kalau sekarang misalnya pulsa naik berarti mungkin
lebih, dari sisi ATK yang hampir 9 milyar setiap tahunnya itu bisa diefisiensikan. Dari sisi
pelayanan publik juga bisa diefisiensikan. Contoh misalnya setiap hari Senin pasti para Kepala
Dinas rapat koordinasi di Gedung Negara, padahal hari Senin itulah awal orang membutuhkan
pelayanan-pelayanan. Hari pertama, tetapi orang membutuhkan pelayanan jadi tidak terlayani
karena Kepala Dinas sedang rapat dengan Bupati di sana. Kalau kita mampu memanfaatkan IT
baik, dalam konteks yang positif, saya yakin itu akan membantu. Saya katakan sama Bupati dari
jam 8-8.30 WIB jangan ada Kepala Dinas yang kabur, kita teleconference, tinggal Bapak mau
meminta klarifikasi dari jam mereka yang mana. Kita tidak harus kumpul di sini, kita manfaatkan
teknologi ini, Bapak bisa meminta konfirmasi setiap saat dari kinerja yang bersangkutan. Yang
bersangkutan tetap di kantor, orang membutuhkan pelayanan tetap bisa dilayani. Maka di sinilah
diperlukan suatu komitmen. Kalau Bupati yang lama komitment.
Selama ini tampilan di website beritanya kurang! Apalagi mengenai potensi daerah yang
ditampilkan baru sebatas penampilan situs-situs bersejarah saja.
Saya hampir prustasi. Saya kemarin berbicara dengan teman-teman dari Makasar dan temanteman dari Sragen. Saya bilang kepada Pak Untung, Bupati Sragen, konsep yang Bapak pakai
itu Bapak lebih duluan. Saya juga ketemu sama pengelola IT-nya, sebenarnya biasa-biasa
saja. Cuma apa komitmennya itu, artinya bagaimana orang mau untuk melakukan itu, yang saya
alami di Sumedang kadang-kadang ide-ide kreatif inovatif itu jadi krudel pada diri kita sendiri.
Saya katakan ide ini akan berjalan kalau didukung oleh semua pihak, tetapi orang lain tidak mau
melaksanakan ini. Balik lagi, ya akhirnya saya males. Bayangkan gara-gara seperti itu yang mau
aksespun malas untuk akses. Jangankan Bapak mau akses saya pun malas akses. Saya
sampai berkelahi dengan teman saya di propinsi. Coba anda itu tidak percaya, dulu ada Dinas
10 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN I-2
Informasi dan Komunikasi, saya berikan keleluasan kepada yang bersangkutan namanya saja
Dinas Informasi dan Komunikasi termasuk bagaimana membuat kebijakan-kebijakan di bidang
IT, dalam konteks e-government. Tetapi itu tidak pernah dilakukan karena kapasitas orangnya
tidak memungkinkan. Akhirnya saya ambil alih di Bappeda, tetapi teman-teman yang di sana
tidak pernah percaya kepada kita. Katakan di sana bisa dibloonin kita di sini tidak bisa dibloonin
gitu, masa pengelola Website Sumedang sekarang di Dinas Informasi dan Komunikasi,
sedangkan yang bikin iesvi-nya di sini. Istilahnya saya sering dibaledogan sama orang-orang,
Bapak ini bagaimana, anda yang merancang IT tetapi yang kaya gitunya saja tidak bisa dikelola.
Ya bagaimana untuk mengantarkan Sumedang go.id, itu tidak bisa double. Itu hanya akan dua
cara bisa dicabut, dipaksa oleh Kepala Daerah untuk dicabut ditempatkan yang baru, atau ada
surat dicabut paksa, atau dengan surat baik-baik. Sepanjang itu tidak dilakukan saya tidak bisa
mengelola, paling hanya bisa domainnya aja. Misalnya bappeda_sumedang.go.id. Ini yang
sering saya lakukan padahal saya bawa tim teman-teman ITB, bagaimana kira-kira yang
namanya teknologi itu ternyata tidak semuanya mahal, ada juga yang murah yang bisa
disesuaikan dengan skala persoalan kita. Orang sudah terkooptasi hal-hal teknologi mahal, saya
bilang kepada Wakil Bupati, Pak bagaimana untuk ini, untuk 100 juta Pak Waluyo bikin goronggorong itu jelas ceto. Lalu apa manfaatnya upaya gorong-gorong. Akhirnya orang akan pilih-pilih.

11 dari 11

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN II-1

PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN


APBD TAHUN ANGGARAN 2006
Persentase (%)

Program Badan Kepegawaian Daerah

1.
2.
3.
4.
5.

Anggaran

Realisasi

Program Analisa Kebutuhan Pegawai dan


Data Kepegawaian
Program Perencanaan dan Pengembangan
Karier Pegawai
Program Pengelolaan Muta Pegawai

1.975.000.000

1.293.429.850

830.400.000

828.400.000

474.600.000

474.600.000

Program Peningkatan Kualitas Pegawai


Melalui Diklat
Program Pengadaan Sarana dan Prasarana

449.800.000

441.846.000

40.000.000

40.000.000

3.769.800.000

3.078.275.850

81,66

Anggaran

Realisasi

412.154.000

411.249.000

200.000.000

200.000.000

125.000.000

125.000.000

118.525.950

114.325.950

100.000.000

99.830.000

85.000.000

85.000.000

77.000.000

76.200.000

68.300.000

67.925.000

63.700.000

63.700.000

50.000.000

50.000.000

28.235.250

26.510.250

Jumlah Anggaran

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Program Pembangunan Rakyat Terlatih dan


Perlindungan Masyarakat
Program Penerapan dan Penegakan Hukum
Program Pemeliharaan Ketertiban dan
Ketentraman Daerah
Program Pembinaan Infrastruktur Politik dan
Ormas di Daerah
Program Pemeliharaan Ketertiban dan
Ketentraman Masyarakat
Program Strategi Daerah
Program Pengembangan Sarana dan
Prasarana Hukum
Program Wawasan Kebangsaan

9.

Program Peningkatan SDM Satuan Polisi


Pamong Praja
10. Program Pembinaan Aparatur Kecamatan
11. Program Pembangunan Sumber Daya
Perlindungan Masyarakat
Jumlah Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

65,49

52,39

42,02

99,76

22,03

26,91

100,00

12,59

15,42

98,23

11,93

14,35

100,00

1,06

1,30

100,00

100,00

Persentase (%)

Program Badan Kesatuan Bangsa

1.

Realisasi
Anggaran

1.327.915.200

1.319.740.200

Anggaran

Realisasi

1.061.700.000
20.000.000
1.081.700.000

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

99,78

31,04

31,16

100,00

15,06

15,15

100,00

9,41

9,47

96,46

8,93

8,66

99,83

7,53

7,56

100,00

6,40

6,44

98,96

5,80

5,77

99,45

5,14

5,15

100,00

4,80

4,83

100,00

3,77

3,79

93,89

2,13

2,01

99,38

100,00

100,00

Persentase (%)
Program Badan Pengawasan Daerah

1.

Program Pengawasan Aparatur

2.

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana

Jumlah Anggaran

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

1.060.200.000

99,86

98,15

98,15

20.000.000

100,00

1,85

1,85

1.080.200.000

99,86

100,00

100,00

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP1UI.,dari
2007.

LAMPIRAN II-1

Program Badan Pemberdayaan Masyarakat dan


Kesejahteraan Sosial

Persentase (%)
Anggaran

Realisasi

1.737.000.000

1.737.000.000

730.000.000

730.000.000

560.200.000

560.200.000

350.000.000

349.880.000

244.725.000

244.204.000

105.000.000

105.000.000

60.000.000

59.900.000

60.000.000

60.000.000

60.000.000

59.900.000

60.000.000

60.000.000

50.000.000

50.000.000

50.000.000

50.000.000

45.000.000

45.000.000

45.000.000

45.000.000

35.000.000

35.000.000

30.000.000

30.000.000

4.221.925.000

4.221.084.000

Anggaran

Realisasi

Program Penyusunan dan Peningkatan


Kualitas Dokumen Perencanaan Daerah
Program Pengkajian Kondisi dan Potensi
Daerah
Program Fasilitasi dan Percepatan
Pembangunan Sosial Budaya
Program Peningkatan Partisipasi dan
Sinergitas dalam Penyusunan Perencanaan
Daerah
Program Fasilitasi Percepatan Pembangunan
Kawasan Strategis Daerah
Program Penataan Sistem Informasi
Perencanaan Pembangunan Daerah
Program Peningkatan Sumber Daya Manusia

1.601.389.000

1.877.694.000

731.378.505

730.886.505

574.806.050

574.806.050

484.264.950

484.099.375

409.999.475

407.429.250

400.168.950

400.168.950

342.215.000

320.865.000

Program Pemantapan Sistem Pengendalian


Pembangunan Daerah
9. Program Penataan Sistem Informasi
Perencanaan Pembangunan Daerah
10. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Penunjang Perencanaan Pembangunan
Daerah
11. Program Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat
12. Program Intensifikasi Pendapatan Daerah

225.000.000

224.850.000

200.000.000

199.825.000

100.000.000

97.625.000

99.719.000

99.719.000
100,00

1,89

1,81

69.184.600

68.901.600

99,59

1,31

1,25

25.000.000

25.000.000

100,00

5.263.125.530

5.511.869.730

1.

Program Pembangunan Desa

2.

Program Peningkatan Kualitas Manajemen


Pelayanan Sosial
Program Pembinaan Panti Sosial

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Program Peningkatan Partisipasi Swadaya


Gotong Royong Masyarakat
Program Pembinaan dan Pemulihan Masalah
Sosial
Program Peningkatan Kualitas Hidup
Perempuan
Program Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial
Program Pelayanan dan Rehabilitasi
Penyandang Cacat
Program Monitoring dan Evaluasi UP2K

10. Program Perlindungan Hak-hak atas Asasi


Gender
11. Program Pemberdayaan Masyarakat dan
Penguatan Lembaga Non Pemerintah
12. Program Peningkatan Peran Masyarakat dan
Kemampuan Kelembagaan Pengarusutamaan
Gender
13. Program Pelestarian Nilai-nilai Kepahlawanan
dan Kejuangan
14. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
15. Program Pengembangan Ekonomi
Kewilayahan Perdesaan dan Perkotaan
16. Program Pengembangan Keswadayaan
Masyarakat
Jumlah Anggaran

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

100,00

41,14

41,15

100,00

17,29

17,29

100,00

13,27

13,27

99,97

8,29

8,29

99,79

5,80

5,79

100,00

2,49

2,49

99,83

1,42

1,42

100,00

1,42

1,42

99,83

1,42

1,42

100,00

1,42

1,42

100,00

1,18

1,18

100,00

1,18

1,18

100,00

1,07

1,07

100,00

1,07

1,07

100,00

0,83

0,83

100,00

0,71

0,71

99,98

100,00

100,00

Persentase (%)
Program Badan Perencanaan Daerah

1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.

13. Program dan Pengelolaan Data Serieas


Jumlah Anggaran

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP2UI.,dari
2007.

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

117,25

30,43

34,07

99,93

13,90

13,26

100,00

10,92

10,43

99,97

9,20

8,78

99,37

7,79

7,39

100,00

7,60

7,26

93,76

6,50

5,82

99,93

4,28

4,08

99,91

3,80

3,63

97,63

1,90

1,77

0,48

0,45

100,00

100,00

LAMPIRAN II-1

Program Bidang Administrasi Umum

Anggaran

Realisasi

1.

Program Peningkatan Sarana Mobilitas

6.794.575.000

6.225.121.550

2.

Program Peningkatan Pengelolaan Keuangan


Daerah
Program Pemerintahan

2.334.866.800

2.323.901.800

2.000.000.000

1.999.998.080

1.477.600.000

707.049.680

1.415.600.000

1.372.593.000

1.160.000.000

1.154.877.475

1.062.000.000

1.076.065.450

668.344.400

668.344.400

638.625.000

878.369.450

623.450.000

616.220.650

500.000.000

499.828.400

12. Program Perencanaan dan Pembentukan


Produk Hukum Daerah
13. Program Polahta

373.675.000

372.267.000

325.000.000

325.000.000

14. Program Penataan BUMD yang Makin Efisien,


Transparan dan Profesional
15. Program Penetapan dan Penegasan Batas
Daerah Kabupaten Sumedang
16. Program Penelitian, Penyusunan dan
Pembentukan Hukum di Daerah
17. Program Pemeliharaan Gedung Tempat Kerja

318.000.000

318.000.000

250.000.000

241.258.000

227.600.000

154.428.750

225.000.000

220.123.250

18. Program Sumber Daya Manusia

200.000.000

156.825.000

19. Program Optimalisasi Pengelolaan Administrasi


Pembangunan
20. Program Peningkatan Kesadaran dan Budaya
Hukum
21. Program Peningkatan Kualitas Generasi Muda

200.000.000

199.800.000

175.000.000

174.325.000

175.000.000

174.811.000

22. Program Anforjab

150.000.000

23. Program Pemeliharaan Sarana Pendukung Kerja

3.
4.

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana


Kerja
5. Program Peningkatan Sarana Transportasi
Pedesaan
6. Program Optimalisasi Pengelolaan Administrasi
Pembangunan
7. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Kerja
8. Program Peningkatan Kapasitas Manajemen
Pemerintahan Daerah
9. Program Peningkatan Efektifitas Perencanaan
Daerah
10. Program Peningkatan terhadap Kegiatan
Keagamaan
11. Program Ketatalaksanaan

Realisasi
Anggaran

Persentase (%)
Skala
Skala
Anggaran
Realisasi

91,62

29,80

28,96

99,53

10,24

10,81

100,00

8,77

9,30

47,85

6,48

3,29

96,96

6,21

6,39

99,56

5,09

5,37

101,32

4,66

5,01

100,00

2,93

3,11

137,54

2,80

4,09

98,84

2,73

2,87

99,97

2,19

2,33

99,62

1,64

1,73

100,00

1,43

1,51

100,00

1,39

1,48

96,50

1,10

1,12

67,85

1,00

0,72

97,83

0,99

1,02

78,41

0,88

0,73

99,90

0,88

0,93

99,61

0,77

0,81

99,89

0,77

0,81

150.000.000

100,00

0,66

0,70

150.000.000

140.401.000

93,60

0,66

0,65

24. Program Peningkatan Sumber Daya Mnusia

150.000.000

144.150.000

96,10

0,66

0,67

25. Program Pengadaan Tanah

120.000.000

118.761.100

98,97

0,53

0,55

26. Program Pengembangan Potensi dan Sumber


Kesejahteraan Sosial serta Peningkatan Kualitas
Manajemen
27. Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat

112.000.000

112.000.000
100,00

0,49

0,52

105.000.000

104.700.000

99,71

0,46

0,49

100.000.000

99.325.000
99,33

0,44

0,46

100.000.000

99.550.000
99,55

0,44

0,46

92.500.000

92.500.000
100,00

0,41

0,43

85.000.000

84.871.400
99,85

0,37

0,39

75.000.000

74.700.000
99,60

0,33

0,35

75.000.000

74.080.000

98,77

0,33

0,34

34. Program Kelembagaan

75.000.000

75.000.000

100,00

0,33

0,35

35. Program Peningkatan Koordinasi


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
36. Program Peningkatan Kerjasama Pemerintah
Daerah Dengan Instansi Vertikal
37. Program Peningkatan Sinergitas Kerjasama
Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat
dan Propinsi
38. Program Pengembangan Sarana dan Prasarana
Hukum
39. Program Pemeliharaan Taman Lingkungan Kerja

59.712.000

59.712.000
100,00

0,26

0,28

56.800.000

56.800.000
100,00

0,25

0,26

50.000.000

48.265.000
96,53

0,22

0,22

50.000.000

50.000.000
100,00

0,22

0,23

50.000.000

49.866.000

99,73

0,22

0,23

22.800.348.200

21.493.889.435

94,27

100,00

100,00

28. Program Pembinaan dan Pengembangan


Potensi Sumber Daya Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan
29. Program Penerapan dan Penegakan Hukum dan
HAM
30. Program Pemberdayaan Keluarga dan
Masyarakat yang Mengalami Kemiskinan
31. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Desa
32. Program Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat
Terhadap Bahan Bakar Minyak Tanah
33. Program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis

Jumlah Anggaran

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP3UI.,dari
2007.

LAMPIRAN II-1
Persentase (%)
Program Sekretariat DPRD

1.

Anggaran

Realisasi

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

100,00

30,48

37,78

88,27

19,50

21,33

44,37

14,35

7,89

65,69

13,06

10,63

100,00

10,98

13,60

Program Penyusunan Pokok-pokok Pikiran


DPRD
Program Pengkajian APBD Tahun Anggaran
2005
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Tempat Kerja
Program Penyusunan Raperda atas Usul
Pemerintah Daerah
Program Kunjungan Kerja Komisi dalam
rangka Pengawasan
Program Penyusunan Raperda atas Usul
Inisiatif DPRD
Program Pembahasan Raperda Usul Inisiatif

1.663.155.000

1.663.155.000

1.063.705.000

938.985.000

782.885.000

347.344.600

712.470.000

468.030.000

598.920.000

598.920.000

307.490.000

272.490.000
88,62

5,64

6,19

267.490.000

113.745.000

42,52

4,90

2,58

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana


Tempat Ibadah
Jumlah Anggaran

60.000.000
0,00

1,10

0,00

4.402.669.600

80,69

100,00

100,00

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

5.456.115.000

Persentase (%)
Program Dinas Informasi dan Komunikasi

1.

Program Peningkatan Prasarana Penyiaran


dan Informasi Daerah serta Pelayanan
Informasi Pembangunan Daerah
2. Program Peningkatan Komunikasi Dialogis
Antara Komponen Warga Negara
3. Program Pengembangan Komunikasi
Informasi dan Media Masa
Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

543.962.000

539.719.000

500.000.000

494.779.550

199.439.000

196.197.000

1.243.401.000

1.230.695.550

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

99,22

43,75

43,85

98,96

40,21

40,20

98,37

16,04

15,94

98,98

100,00

100,00

Persentase (%)
Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Program Peningkatan Promosi dan


Pemasaran Pariwisata Kebudayaan
Program Pembinaan dan Pengembangan
Kebudayaan
Program Pemberdayaan Lembaga dan
Kelompok Penggerak Pariwisata
Program Pengembangan Potensi Objek
Wisata
Program Saung Budaya Sumedang
Program Pengembangan Potensi Objek
Wisata
Program Pengembangan Aparatur

Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

99,07

63,55

63,65

99,25

12,47

12,51

99,13

9,63

9,65

2.805.000.000

2.778.853.000

550.354.245

546.218.780

425.000.000

421.288.000

300.000.000

290.685.000

150.000.000

146.959.000

100.000.000

99.049.000

83.474.000

82.854.000

99,26

1,89

1,90

4.413.828.245

4.365.906.780

98,91

100,00

100,00

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP4UI.,dari
2007.

96,90

6,80

6,66

97,97

3,40

3,37

99,05

2,27

2,27

LAMPIRAN II-1

Program Dinas Kehutanan dan Perkebunan


1.

Program Pengendalian Hutan dan Kebun

2.

Program Pengembangan Aneka Usaha


Kehutanan dan Perkebunan
Program Produktivitas Hutan dan Kebun

3.
4.
5.
6.

Program Peningkatan Pelayanan Kepada


Masyarakat
Program Pengembangan Kelembagaan SDM,
Iptek, Sarana dan Prasarana
Program Pengembangan Kelembagaan
Sumber Daya Manusia-Iptek Sarana dan
Prasarana

Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

2.544.720.000

2.468.196.300

665.000.000

656.175.000

260.000.000

258.632.500

250.000.000

249.337.500

75.000.000

74.900.000

10.000.000

10.000.000

3.804.720.000

3.717.241.300

Anggaran

Realisasi

Persentase (%)
Realisasi
Skala
Skala
Anggaran Anggaran Realisasi
96,99

66,88

66,40

98,67

17,48

17,65

99,47

6,83

6,96

99,74

6,57

6,71

99,87

1,97

2,01

100,00

0,26

0,27

97,70

100,00

100,00

Persentase (%)
Program Dinas Kesehatan

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

1.

Program Pelayanan Kesehatan

4.034.500.000

3.942.836.045

97,73

29,58

29,26

2.

Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan

3.427.479.000

3.526.368.071

102,89

25,13

26,17

3.

Program Jaminan Pelayanan Kesehatan


Dasar di Puskesmas
Program Pengembangan Sarana dan
Prasarana Kesehatan Masyarakat
Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat

1.870.000.000

1.784.634.806
95,44

13,71

13,24

1.500.000.000

1.474.093.000
98,27

11,00

10,94

650.000.000

646.090.000

99,40

4,77

4,79

Program Sarana dan Prasarana Kesehatan


Masyarakat
Program Sumber Daya Kesehatan

500.000.000

499.598.140
99,92

3,67

3,71

457.200.000

448.756.455

98,15

3,35

3,33

265.707.500

263.861.500
99,31

1,95

1,96

222.271.000

215.718.500
97,05

1,63

1,60

187.612.500

176.753.750

94,21

1,38

1,31

164.000.000

163.650.000
99,79

1,20

1,21

139.000.000

116.750.000
83,99

1,02

0,87

75.000.000

75.000.000
100,00

0,55

0,56

62.855.000

62.843.000

99,98

0,46

0,47

15. Program Imunisasi

45.050.000

44.828.850

99,51

0,33

0,33

16. Program Sistem Informasi Kesehatan

38.500.000

34.715.000

90,17

0,28

0,26

13.639.175.000

13.476.497.117

98,81

100,00

100,00

4.
5.
6.
7.
8.

Program Kesehatan Usia Lanjut dan Usaha


Kesehatan Sekolah
9. Program Kewaspadaan KLB dan
Pemberantasan Penyakit
10. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
11. Program Peningkatan Upaya Promosi
Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan
12. Program Peningkatan Jangkauan Pelayanan
Kesehatan
13. Program Peningkatan Kompetensi Petugas
Pelayanan Kesehatan
14. Program KIA dan KB

Jumlah Anggaran

Persentase (%)
Program Dinas Ketenagakerjaan dan
Kependudukan
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Program Perkembangan dan Perluasan
Kesempatan Kerja
Program Peningkatan Kualitas dan Pengembangan
Produktivitas Ketenagakerjaan
Program Peningkatan Sumber Daya Manusia
Program Peningkatan Hubungan Industrial dan
Perlindungan Tenaga Kerja
Program Pengerahan dan Pemindahan Transmigran
Program Pembinaan dan Peningkatan Fungsi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Program Peningkatan Sarana Kantor
Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

99,52

55,23

55,18

100,00

12,26

12,31

100,00

10,35

10,39

98,61

8,28

8,20

100,00

5,18

5,20

99,83

4,79

4,80
2,86

1.066.848.800

1.061.757.000

236.820.000

236.820.000

200.000.000

200.000.000

160.000.000

157.770.000

100.000.000

100.000.000

92.500.000

92.340.000

55.000.000

55.000.000
100,00

2,85

20.437.500

20.337.500

99,51

1,06

1,06

1.931.606.300

1.924.024.500

99,61

100,00

100,00

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP5UI.,dari
2007.

LAMPIRAN II-1
Persentase (%)
Program Dinas Koperasi dan UKM

1.
2.
3.

4.

Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin


Melalui Pendekatan KUKM
Program Penumbuhan dan Pengembangan
Produk UKM
Program Peningkatan Fasilitas Akses
Sumber-sumber Permodalan dan Pembiayaan
KUKM
Program Penataan Kelembagaan KUKM

5.

Program Pemberdayaan Usaha Masyarakat


Miskin dalam Usaha Bidang Industri dan
Perdagangan
6. Program Pengembangan Peran Koperasi
dalam Peningkatan Skala Mikro, Kecil dan
Menengah
7. Program Peningkatan Kualitas dan Kuantitas
Sumber Daya Manusia Pengelola KUKM
8. Program Peningkatan Skala Ekonomi Kecil
dan Menengah
9. Program Penataan KUKM Bidang Agribisnis
dan Pariwisata
10. Program Pemberdayaan Manajemen Usaha
LKM/LKMS
11. Program Peningkatan Fasilitas Akses
Pemasaran Produk KUKM
Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

400.000.000

397.395.000

340.000.000

339.710.000

227.500.000

227.500.000

171.000.000

170.850.000

170.000.000

168.000.000

160.000.000

158.600.000

160.000.000

157.370.000

130.000.000

126.935.000

75.000.000

71.920.000

75.000.000

72.750.000

50.000.000

49.970.000

1.958.500.000

1.941.000.000

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

99,35

20,42

20,47

99,91

17,36

17,50

100,00

11,62

11,72

99,91

8,73

8,80

98,82

8,68

8,66

99,13

8,17

8,17

98,36

8,17

8,11

97,64

6,64

6,54

95,89

3,83

3,71

97,00

3,83

3,75

99,94

2,55

2,57

99,11

100,00

100,00

Persentase (%)
Program Dinas Pekerjaan Umum

1.

Realisasi

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

1.547.886.000

1.444.688.000

6.725.000.000

6.476.622.400

Program Operasi dan Pemeliharaan


Infrastruktur
Program Penyediaan dan Pengelolaan Air
Bersih Pedesaan
Program Penyediaan dan Perbaikan
Perumahan dan Permukiman
Program Penataan Perkotaan dan Pedesaan

13.747.000.000

13.649.083.481

6.349.620.000

6.282.543.800

987.000.000

958.040.850

2.546.000.000

2.242.185.550

1.533.927.500

1.530.829.400

8.

Program Peningkatan Prasarana dan Sarana


Bidang Ke-PU-an
Program Dana Penunjang

50.000.000

50.000.000

9.

Program Sarana Air Bersih

150.000.000

149.859.000

99,91

0,45

0,46

33.636.433.500

32.783.852.481

97,47

100,00

100,00

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Program Pembangunan, Peningkatan dan


Rehabilitasi Infrastruktur
Program Pembangunan Baru

Anggaran

Jumlah Anggaran

93,33

4,60

4,41

96,31

19,99

19,76

99,29

40,87

41,63

98,94

18,88

19,16

97,07

2,93

2,92

88,07

7,57

6,84

99,80

4,56

4,67

100,00

0,15

0,15

Persentase (%)
Program Dinas Pendapatan

1.

Program Intensifikasi Pendapatan Daerah

2.

Program Peningkatan Kinerja Tatausahaan

Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

710.000.000

697.267.475

98,21

28,86

30,44

1.750.000.000

1.593.131.600

91,04

71,14

69,56

2.460.000.000

2.290.399.075

93,11

100,00

100,00

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP6UI.,dari
2007.

LAMPIRAN II-1
Persentase (%)
Program Dinas Pendidikan

1.

Anggaran

Realisasi

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

2.

Program Peningkatan Kualitas dan Kuantitas


Sarana dan Prasarana Pendidikan
Program Peningkatan Mutu Pendidikan

3.

Program Pendidikan Dasar

4.

Program Pendidikan Dasar dan Menengah

599.241.875

599.241.875

5.

407.899.150

404.449.150

375.000.000

373.787.500

304.328.000

304.328.000
100,00

0,97

0,99

8.

Program Peningkatan Mutu Pendidikan Luar


Sekolah
Program Pembinaan Pendidikan Non Formal
dan Informal
Program Peningkatan Kualitas dan Kuantitas
Tenaga Kependidikan
Program Peningkatan Menengah dan Kejuruan

250.000.000

250.000.000

100,00

0,80

0,81

9.

Program Peningkatan Relevansi Pendidikan

246.810.000

245.699.500

99,55

0,79

0,80

140.085.000

139.935.000
99,89

0,45

0,45

95.149.850

70.149.850
73,73

0,30

0,23

50.000.000

50.000.000
100,00

0,16

0,16

24.480.000

24.470.000

99,96

0,08

0,08

31.358.025.725

30.814.391.275

98,27

100,00

100,00

6.
7.

10. Program Peningkatan Mutu dan Relevansi


Pendidikan
11. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan
12. Program Peningkatan Kemandirian dan
Keunggulan IPTEK
13. Program Pendidikan Prasekolah
Jumlah Anggaran

18.808.131.850

18.822.376.850
100,08

59,98

61,08

5.562.797.500

5.499.144.600

98,86

17,74

17,85

4.494.102.500

4.030.808.950

89,69

14,33

13,08

100,00

1,91

1,94

99,15

1,30

1,31

99,68

1,20

1,21

Persentase (%)
Program Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup

1.

2.
3.
4.
5.

6.

7.
8.

Program Pencegahan, Pengendalian serta


Pemulihan Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan
Program Pembangunan Pemantauan Limbah
Industri Secara Digital di Kawasan Jatinangor
Program Keindahan Kota
Program Peningkatan Kebersihan Kota,
Pertamanan dan Tempat Pemakaman Umum
Program Pencegahan, Pengendalian serta
Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan
Hidup
Program Peningkatan Peran Serta
Masyarakat, Perguruan Tinggi dan Swasta
dalam Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Pelestarian Fungsi Hidup
Program Penghijauan dan Pemeliharaan
Taman
Program Peningkatan dan Prasarana Dinas

Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

98,92

23,31

23,24

935.000.000

924.877.500

900.000.000

895.249.500

736.137.000

726.750.600

648.000.000

643.545.800

325.000.000

324.615.000

267.340.000

265.115.000

100.000.000

98.750.000
98,75

2,49

2,48

100.000.000

100.000.000

100,00

2,49

2,51

4.011.477.000

3.978.903.400

99,19

100,00

100,00

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP7UI.,dari
2007.

99,47

22,44

22,50

98,72

18,35

18,27

99,31

16,15

16,17

99,88

8,10

8,16

99,17

6,66

6,66

LAMPIRAN II-1

Program Dinas Perhubungan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Program Peningkatan Sarana Tempat Kerja


dan Sarana Terminal yang Representatif
Program Pengembangan Fasilitas Lalu Lintas
Jalan
Program Peningkatan Terminal dan Pos TPR
di Kabupaten Sumedang
Program Peningkatan Ketertiban,
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan
Program Peningkatan Sarana Tempat Kerja
Program Peningkatan Pelayanan Pengujian
Kendaraan Bermotor
Program Optimalisasi Kinerja Bidang
Perhubungan
Program Pengembangan Sarana Komunikasi
Program Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah

Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

300.000.000

296.587.600

255.846.000

246.074.750

200.000.000

183.876.000

150.000.000

149.845.000

150.000.000

148.573.000

110.000.000

109.160.000

100.000.000

100.000.000

63.000.000

62.720.000

50.000.000

50.000.000

1.378.846.000

1.346.836.350

Persentase (%)
Realisasi
Skala
Skala
Anggaran Anggaran Realisasi
98,86

21,76

22,02

96,18

18,56

18,27

91,94

14,50

13,65

99,90

10,88

11,13

99,05

10,88

11,03

99,24

7,98

8,10

100,00

7,25

7,42

99,56

4,57

4,66

100,00

3,63

3,71

97,68

100,00

100,00

Persentase (%)
Program Dinas Perindustrian dan Perdagangan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Program Pengembangan dan Penataan


Sarana dan Prasarana Pasar
Program Peningkatan Promosi Inventasi dan
Potensi Daerah
Program Penataan dan Penguatan Basis
Produksi dan Distribusi
Program Pengadaan dan Penyaluran
Program Peningkatan Perlindungan
Konsumen
Program Peningkatan Kualitas Sarana dan
Prasarana
Program Peningkatan Pelayanan Perijinan

Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

78,50

54,62

48,74

98,45

18,27

20,45

100,00

8,15

9,26

100,00

7,39

8,40

100,00

4,93

5,61

99,76

4,53

5,13

905.000.000

710.459.400

302.750.000

298.071.000

135.000.000

135.000.000

122.500.000

122.500.000

81.750.000

81.750.000

75.000.000

74.817.500

35.000.000

35.000.000

100,00

2,11

2,40

1.657.000.000

1.457.597.900

87,97

100,00

100,00

Anggaran

Realisasi

Persentase (%)
Program Dinas Pertambangan dan Energi

1.
2.
3.
4.
5.

Program Penyelenggaran Pemasangan


Jaringan Listrik
Program Eksplorasi Tambang dan Energi
Program Peningkatan Pengelolaan Kegiatan
Pertambangan Galian Golongan C
Program Peningkatan Pelayanan Publik

Program Peningkatan Pengelolaan


Pengambilan Air Bawah Tanah (ABT)
6. Program Penyelenggaraan Pemasangan
Jaringan Listrik PLN
Jumlah Anggaran

5.087.955.000

4.970.899.100

215.960.000

215.302.000

183.054.500

182.405.300

50.000.000

49.840.000

50.000.000

50.000.000

25.000.000

25.000.000

5.611.969.500

5.493.446.400

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP8UI.,dari
2007.

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

97,70

90,66

90,49

99,70

3,85

3,92

99,65

3,26

3,32

99,68

0,89

0,91

100,00

0,89

0,91

100,00

0,45

0,46

97,89

100,00

100,00

LAMPIRAN II-1
Persentase (%)
Program Dinas Pertanahan

1.
2.
3.

Program Pengembangan Pemberian Hak atas


Tanah
Program Peningkatan Kompetensi Sumber
Daya
Program Peningkatan Kesadaran Masyarakat
Daerah

Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

15.518.870.000

15.275.775.145

125.000.000

122.530.000

25.000.000

24.120.950

15.668.870.000

15.422.426.095

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

98,43

99,04

99,05

98,02

0,80

0,79

96,48

0,16

0,16

98,43

100,00

100,00

Persentase (%)
Program Dinas Pertanian

1.
2.
3.

Program Pembangunan dan Pengembangan


Prasarana serta Sarana Pertanian
Program Pengembangan Kawasan Andalan
Usaha Pertanian Berwawasan Lingkungan
Program Peningkatan Produksi Pertanian

4.

Program Pengembangan Pelestarian Sumber


Daya Alam dan Pengendalian Hama serta
Penyakit Pertanian
5. Program Pemberdayaan Dewan Ketahanan
Pangan
6. Program Diversifikasi Pangan dan
Diversifikasi Usaha
7. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik
8. Program Peningkatan Pembinaan
Kemampuan Petani dan Kelembagaan Tani
9. Program Pengkajian dan Pengembangan
Paket Teknologi Pertanian
10. Program Pengembangan Usaha Pengolahan,
Penanganan Mutu, Kemitraan dan Pemasaran
Hasil Pertanian
11. Program Peningkatan Profesionalisme
Aparatur Pertanian
Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

4.874.376.700

4.842.034.650

2.723.000.000

2.712.656.550

1.100.954.300

1.090.601.500

760.000.000

757.255.500

490.288.600

488.943.600

433.280.000

433.280.000

390.000.000

389.250.000

327.250.000

308.547.500

129.805.000

129.196.350

110.000.000

109.064.000

107.910.000

107.910.000

11.446.864.600

11.368.739.650

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

99,34

42,58

42,59

99,62

23,79

23,86

99,06

9,62

9,59

99,64

6,64

6,66

99,73

4,28

4,30

100,00

3,79

3,81

99,81

3,41

3,42

94,28

2,86

2,71

99,53

1,13

1,14

99,15

0,96

0,96

100,00

0,94

0,95

99,32

100,00

100,00

Persentase (%)
Program Kantor Arsip dan Perpustakaan Umum
Daerah
1.
2.
3.
4.

Program Peningkatan Sarana Arsip dan


Perpustakaan
Program Pemberdayaan Taman Bacaan
Masyarakat Desa
Program Promosi Arsip dan Perpustakaan
Program Peningkatan Layanan Jasa
Kearsipan dan Perpustakaan

Jumlah Anggaran

Program Kantor Keluarga Berencana

1.
2.
3.
4.

Program Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi
Program Penguatan Kelembagaan dan
Jaringan
Program Penguat Pelembagaan Keluarga
Kecil Berkualitas
Program Peningkatan Kinerja Ketatausahaan

Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

206.000.000

204.560.000

196.850.000

196.670.000

60.000.000

60.000.000

50.000.000

49.730.400

512.850.000

510.960.400

Anggaran

Realisasi

Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

99,30

40,17

40,03

99,91

38,38

38,49

100,00

11,70

11,74

99,46

9,75

9,73

99,63

100,00

100,00

Persentase (%)
Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

99,56

76,84

76,84

99,63

9,51

9,52
8,56

807.985.000

804.442.400

100.000.000

99.630.000

90.000.000

89.645.000
99,61

8,56

53.500.000

53.158.300

99,36

5,09

5,08

1.051.485.000

1.046.875.700

99,56

100,00

100,00

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP9UI.,dari
2007.

LAMPIRAN II-1

Program Rumah Sakit Umum

1.
2.
3.
4.

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana


Rumah Sakit
Program Peningkatan Fungsi dan Kualitas
Pelayanan Rumah Sakit
Program Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Program Penelitian dan Pengembangan
Rumah Sakit

Jumlah Anggaran

Anggaran

Realisasi

11.715.958.902

11.662.516.760

8.630.484.424

8.624.175.665

163.000.000

143.800.000

50.000.000

48.420.873

20.559.443.326

20.478.913.298

10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP10UI.,dari
2007.

Persentase (%)
Realisasi
Anggaran

Skala
Anggaran

Skala
Realisasi

99,54

56,99

56,95

99,93

41,98

42,11

88,22

0,79

0,70

96,84

0,24

0,24

99,61

100,00

100,00

LAMPIRAN II-2

PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN


APBD TAHUN ANGGARAN 2005
No.

Administrasi Pemerintahan

1.

Program penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan.

Realisasi Anggaran

13.612.843.062

34,76

2.

Program peningkatan kapasitas manajemen pemerintahan daerah.

7.185.210.500

18,35

3.

Program peningkatan efektivitas perencanaan daerah.

5.910.709.200

15,09

4.

Program penataan pengelolaan sistem keuangan daerah.

4.857.564.900

12,40

5.

Program pengembangan ekonomi kewilayahan, perdesaan dan


perkotaan.

1.706.082.200

4,36

6.

Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur Pemerintah


Daerah.

1.083.125.000

2,77

7.

Program peningkatan efektivitas pengawasan aparatur Pemerintah


Daerah.

1.065.000.000

2,72

8.

Program penelitian, penyusunan dan pembentukan hukum di daerah.

728.585.000

1,86

9.

Program pengembangan komunikasi, informasi, dan media massa.

675.697.000

1,73

11.

Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam aktivitas politik.

617.376.000

1,58

12.

Program peningkatan kapasitas manajemen pemerintahan desa.

331.948.400

0,85

13.

Program pemberdayaan masyarakat dan penguatan lembaga non


pemerintahan.

326.645.000

0,83

Program pemantapan akuntabilitas kinerja Pemerintah Daerah


terhadap masyarakat melalui DPRD.

250.000.000

0,64

15.

Program pemeliharaan ketertiban dan ketentraman masyarakat.

241.590.000

0,62

16.

Program peningkatan kesadaran dan budaya hukum.

159.850.000

0,41

17.

Program peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan


daerah.

115.000.000

0,29

85.000.000

0,22

14.

18.

Program pemantapan kesadaran kebangsaan serta pembinaan


kesatuan dan persatuan.

19.

Program pengembangan perlindungan masyarakat (linmas).

85.000.000

0,22

20.

Program pembinaan dan pendidikan politik.

78.320.000

0,20

21.

Program peningkatan sinergisitas kerjasama Pemerintah Daerah


dengan Pemerintah Pusat dan Propinsi.

43.993.000

0,11

39.159.539.262

100,00

Realisasi Anggaran

Jumlah

No.

Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

1.

Program pembinaan dan pengembangan potensi sumber daya


pertanian, perkebunan dan kehutanan.

2.070.811.700

48,01

2.

Program peningkatan kapasitas kelembagaan usaha di bidang


pertanian, perkebunan dan kehutanan.

1.190.332.000

27,60

3.

Program peningkatan penguasaan dan penyebaran teknologi


pertanian, perkebunan dan kehutanan.

602.825.000

13,98

4.

Program pemberdayaan kapasitas perekonomian masyarakat miskin.

249.890.000

5,79

5.

Program peningkatan efektivitas pengelolaan konservasi dan


rehabilitasi sumber daya alam.

199.675.000

4,63

4.313.533.700

100,00

Jumlah

dari 4
1 2007.
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI.,

LAMPIRAN II-2

No.

Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup

1.

Program pengelolaan sumber daya mineral, air permukaan, air bawah


tanah dan energi.

2.
3.

4.

Realisasi Anggaran

1.654.000.000

53,93

Program pencegahan, pengendalian serta pemulihan kerusakan dan


pencemaran lingkungan hidup.

570.547.100

18,60

Program peningkatan peranserta masyarakat, perguruan tinggi dan


swasta dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup.

552.690.900

18,02

Program peningkatan kebersihan kota, pertamanan dan tempat


pemakaman umum.

289.585.000

9,44

3.066.823.000

100,00

Realisasi Anggaran

Jumlah

No.

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

1.

Program peningkatan skala usaha ekonomi kecil dan menengah.

782.287.000

40,96

2.

Program pengembangan peran koperasi dalam peningkatan skala


usaha mikro, kecil dan menengah.

592.520.200

31,02

Program peningkatan pembinaan dan pengembangan kapasitas


industri daerah yang makin kompetitif.

174.338.000

9,13

Program pemberdayaan usaha masyarakat miskin dalam usaha


bidang industri, perdagangan dan koperasi.

155.471.000

8,14

Program peningkatan penguasaan dan penyebaran teknologi yang


menunjang kapasitas industri dan perdagangan di daerah.

137.015.000

7,17

Program penciptaan iklim usaha dan promosi potensi daerah bagi

38.308.500

2,01

3.
4.
5.
6.
7.

Program penataan institusi investasi di daerah.


Jumlah

29.999.600

1,57

1.909.939.300

100,00

Realisasi Anggaran

No.

Ketenagakerjaan

1.

Program perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.

2.

Program peningkatan kualitas dan produktivitas serta perlindungan


tenaga kerja

Program perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja.

No.

Kesehatan

Realisasi Anggaran

1.

Program peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit.

12.032.111.032

42,12

2.

Program peningkatan fungsi dan kualitas pelayanan rumah sakit.

10.436.574.248

36,53

3.

Program pengembangan sarana prasarana kesehatan masyarakat.

3.059.775.000

10,71

4.

Program pemantauan obat, makanan dan bahan berbahaya.

1.500.000.000

5,25

5.

Program upaya kesehatan, khususnya yang bersifat public goods


berfokus pada kesehatan kelompok resiko (bayi, balita, kelompok
pekerja beresiko dan usia lanjut serta pelayanan esensial untuk orang
miskin.

801.000.000

2,80

6.

Program lingkungan sehat, perilaku sehat dan pemberdayaan


masyarakat.

503.525.500

1,76

7.

Program pemberantasan penyakit menular dan surveilans


epidemiologi.

148.740.000

0,52

8.

Program sumber daya kesehatan.

84.675.000

0,30

28.566.400.780

100,00

Jumlah

dari 4
2 2007.
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI.,

LAMPIRAN II-2

No.

Pendidikan

1.

Program peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana


Iptek.

9.370.000.000

47,22

2.

Program pembebasan biaya pendidikan untuk masyarakat miskin.

7.876.891.500

39,69

3.

Program peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan.

1.744.728.200

8,79

4.

Program pendidikan dasar.

571.655.000

2,88

5.

Program pembinaan pendidikan non formal dan informal.

200.000.000

1,01

6.

Program peningkatan peran serta masyarakat dalam


penyelenggaraan pendidikan dasar. * (daerah)

41.750.000

0,21

7.

Program pendidikan menengah

Realisasi Anggaran

40.000.000

0,20

Jumlah

19.845.024.700

100,00

No.

Sosial

Realisasi Anggaran

1.

Program peningkatan kualitas manajemen pelayanan sosial.

2.053.552.000

78,53

2.

Program peningkatan kapasitas dan kompetensi penyandang masalah


sosial.

296.565.000

11,34

3.

Program pembinaan dan pemulihan masalah-masalah sosial.

126.940.600

4,85

4.

Program peningkatan kualitas hidup perempuan.

107.770.000

4,12

5.

Program pengembangan potensi kesejahteraan sosial.

30.000.000

1,15

2.614.827.600

100,00

Jumlah

No.

Penataan Ruang

Realisasi Anggaran

1.

Program penyusunan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan


ruang.

765.539.200

100,00

Jumlah

765.539.200

100,00

Realisasi Anggaran

No.

Pekerjaan Umum dan Pemukiman

1.

Program operasi dan pemeliharaan infrastruktur.

9.773.492.600

68,25

2.

Program pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi infrastruktur.

3.728.603.000

26,04

3.

Program peningkatan peranserta masyarakat, perguruan tinggi dan


swasta dalam mengembangkan sarana prasarana wilayah dan
perhubungan daerah.

818.343.000

5,71

14.320.438.600

100,00

Realisasi Anggaran

Jumlah

No.

Perhubungan

1.

Program pembangunan dan pengembangan sarana prasarana moda


transportasi daerah dan telekomunikasi daerah.

2.

Program pengendalian dan keselamatan dan keamanan lalu lintas.


Jumlah

dari 4
3 2007.
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI.,

2.277.000.000

82,29

490.000.000

17,71

2.767.000.000

100,00

LAMPIRAN II-2

No.

Kependudukan

Realisasi Anggaran

1.

Program peningkatan kualitas pelayanan informasi kependudukan dan


catatan sipil.

591.208.400

45,22

2.

Program pengendalian jumlah penduduk dan keluarga berencana.

294.000.000

22,49

3.

Program penguatan kelembagaan dan jaringan keluarga berencana.

190.000.000

14,53

4.

Program pemberdayaan keluarga.

132.325.000

10,12

5.

Program penyiapan dan pemberdayaan kawasan transmigrasi.


Jumlah

100.000.000

7,65

1.307.533.400

100,00

Realisasi Anggaran

%
60,39

No.

Olah Raga dan Kepemudaan

1.

Program peningkatan prestasi olah raga.

200.000.000

Program pembinaan dan peningkatn kualitas generasi muda.

131.198.000

39,61

Jumlah

331.198.000

100,00

Realisasi Anggaran

1.273.600.000

64,02

552.123.000

27,76

Program pemberdayaan lembaga-lembaga dan kelompok penggerak


pariwisata.

84.135.500

4,23

4.

Program pembinaan dan pengembangan kebudayaan.

39.985.000

2,01

5.

Program penelitian, peningkatan kapasitas dan pelestarian


kebudayaan serta pemuliaan kebudayaan yang hidup dan mengakar
di masyarakat.

39.430.000

1,98

1.989.273.500

100,00

Realisasi Anggaran

30.130.500.000

99,76

2.

No.

Kepariwisataan dan Kebudayaan

1.

Program penataan sarana prasarana potensi wisata andalan dan


budaya.

2.
3.

Program peningkatan promosi dan pemasaran pariwisata dan


kebudayaan.

Jumlah

No.

Pertanahan

1.

Program pengembangan pemberian hak atas tanah dan pelayanan


redistribusi pertanahan.

2.

Program pengembangan sistem informasi dalam rangka pelayanan


administrasi pertanahan yang makin efisien.
Jumlah

dari 4
4 2007.
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI.,

71.000.000

0,24

30.201.500.000

100,00

LAMPIRAN II-3

PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN PROGRAM DAN KEGIATAN


MENURUT SKPD PADA APBD TAHUN ANGGARAN 2004
NO.
1

Program dan Kegiatan Badan Kepegawaian Daerah


Pembuatan Sistem Informasi Perundangan Kepegawaian

3
2

No.

Belanja Langsung

11

Pengadaan CPNS

192.500.000

38,65

Pemrosesan Kenaikan Pangkat

251.600.000

50,51

Jumlah

498.100.000

100,00

Program dan Kegiatan Badan Kesatuan Bangsa

Belanja Langsung

Peningkatan Stabilitas Politik dan Keamanan Daerah

273.000.000
400.000.000

Pembinaan dan Pengerahan Anggota Satuan Linmas Pam


Pemilu 2004
Jumlah

673.000.000

No.
1

54.000.000

Program dan Kegiatan Badan Pemberdayaan


Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial
Penyusunan program dan evaluasi kegiatan

%
40,56
59,44
100,00

Belanja Langsung
%
13.000.000

3,13

10

Komite Penanggulangan Kemiskinan dan Pemetaan


Keluarga Miskin
Bakti Siliwangi Pola Manunggal Satata Sariksa

15.000.000

3,61

12

Pelatihan /workshop PKK

15.000.000

3,61

Pemeliharaan sarana dan prasarana kantor BPMKS

17.542.000

4,22

20.000.000

Pembinaan dan pelatihan bidang rehabilitasi kesejahteraan


sosial
Pembinaan dan pelatihan bidang pengembangan
masyarakat dan bantuan sosial
Penunjang Raksa Desa

25.000.000

Pelatihan partisipasi perempuan dan politik

30.000.000

7,22

13

Pelatihan/workshop analisis gender

30.000.000

7,22

15

Program peningkatan Peranan Wanita Keluarga Sehat


Sejahtera (P2WKSS)
Penunjang penanggulangan kemiskinan

35.000.000

11

39.000.000

9,39

Pembinaan dan bimbingan Dana Perimbangan Desa

40.000.000

9,63

40.000.000

Pembinaan administrasi Program Pengembangan


Kecamatan (PPK)
Pengadaan peralatan kantor

8
9

14

Jumlah
No.

Program dan Kegiatan Badan Pengawasan Daerah

15.000.000
3,61

4,81
20.000.000
4,81
6,02

8,42

9,63
61.000.000

14,68

415.542.000

100,00

Belanja Langsung

Pengadaan kendaraan bermotor beroda dua

22.000.000

4,79

Pengadaan alat kantor dan rumah tangga

25.500.000

5,55

Pemeriksaan khusus

100.000.000

21,77

Pemeriksaan reguler dan pemutahiran

311.805.700

67,89

Jumlah

459.305.700

100,00

1 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN II-3

No.

Program dan Kegiatan Badan Perencanaan Daerah

15

Pengadaan sarana kantor

32.400.000

0,74

Penyusunan dan analisa Indeks Pembangunan (IPM)

65.045.000

1,48

74.994.900

Penunjang operasional kerjasama Pemerintah Kabupaten


Sumedang dengan Yayasan Bina Mitra Mandiri (BM2)
Penunjang operasional program UNFPA

Belanja Langsung

1,71
75.000.000

1,71

16

Monev, PDP3D dan laporan akuntabilitas kinerja


pemerintah daerah
Pembuatan profil interaktif Kabupaten Sumedang

124.991.400

2,85

Penyusunan perencanaan makro pembangunan sosial

124.994.400

2,85

Penyusunan PDRB

155.126.400

3,53

Penunjang kegiatan penataan ruang koridor jalan tol,


persiapan pembangunan jalan tol Cileunyi-Sumedang dan
photo udara
Penunjang kegiatan pengembangan agroteknobis
Sumedang (KAS) dan pengembangan ekonomi lokal
Program dasar pembangunan partisipatif (PDPP) (Bantuan
propinsi)
Penyusunan perencanaan tahunan daerah

180.300.000

10

14
3
13
1
9
11
8
12

Penyusunan laporan pertanggungjawaban Bupati tahun


2003
Penyusunan tata ruang kantor jalan tol (bantuan propinsi)
Penyusunan sistem dan laporan akutansi kinerja
pemerintah daerah (SAKD)
Pembuatan photo udara citra satelit dan koridor jalan tol
(bantuan propinsi
Jumlah
Program dan Kegiatan Sekretariat Daerah

No.

99.983.200
2,28

4,11
184.474.600
4,20
206.000.000
4,69
349.892.000

7,97

450.006.000
10,25
500.000.000

11,39

799.990.500
18,22
1.000.000.000
22,77
4.390.798.400
Belanja Langsung

100,00
%

Bidang Hukum

484.022.000

1,02

Bidang Perekonomian

534.323.000

1,13

Bidang Administrasi Umum

1.054.255.100

2,23

47.304.028.048

100,00

Jumlah
No.

Program dan Kegiatan Sekretariat DPRD

Belanja Langsung

Pengadaan komputer

22.500.000

Pengadaan alat-alat studio dan komunikasi

30.000.000

8,29

Pengadaan alat kantor dan rumah tangga

84.250.000

23,29

Pelantikan pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten


Sumedang hasil Pemilu 2004
Jumlah

2 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

6,22

225.000.000
62,20
361.750.000

100,00

LAMPIRAN II-3

No.

Program dan Kegiatan Dinas Informasi dan Komunikasi

Belanja Langsung

Pelatihan aparatur

15.000.000

8,72

Optimalisasi pemberdayaan media siaran RSPD

20.000.000

11,63

Sosialisasi Perda dan kebijakan Pemerintah Daerah

40.000.000

23,26

Kehumasan, dokumentasi dan jumpa Pers

40.000.000

23,26

Surat kabar masuk desa dan pengadaan buletin

57.000.000

33,14

172.000.000

100,00

Jumlah

Program dan Kegiatan Dinas Kebudayaan dan


Pariwisata
Upacara adat Ngalaksa

No.

Belanja Langsung
%
25.000.000

10,02

Pasanggiri mojang jajaka Tk. Kabupaten dan Propinsi

27.500.000

11,03

Misi kesenian Kabupaten Sumedang

30.000.000

12,03

Pengadaan alat-alat kantor dan rumah tangga

30.000.000

12,03

Festival kuda renggong

40.000.000

16,04

Promosi pariwisata dan budaya

46.900.000

18,81

Penyuluhan para seniman

50.000.000

20,05

Penyuluhan pramuniaga restoran dan rumah makan

50.000.000

20,05

Penyuluhan para seniman dan budayawan

50.000.000

20,05

10

Penyuluhan pramusaji restoran dan rumah makan

50.000.000

20,05

249.400.000

100,00

Jumlah

Program dan Kegiatan Dinas Kehutanan dan


Perkebunan
Penunjang proyek sub Desa Citarik

40.000.000

6,78

Pengembangan usaha UPTD

50.000.000

8,47

Pengembangan sutera alam dan lebah madu

50.000.000

8,47

Penanganan lahan kritis melalui pola aghroforestry

52.500.000

8,90

Peningkatan keterampilan masyarakat

56.500.000

9,58

Pendamping LIL World Bank

75.000.000

12,71

Perencanaan pembangunan taman hutan raya gunung


Kunci dan Palasari

100.000.000

8
7

Pengembangan komoditas unggulan perkebunan

166.000.000

28,14

Jumlah

590.000.000

100,00

No.

3 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Belanja Langsung

16,95

LAMPIRAN II-3

No.

Program dan Kegiatan Dinas Kesehatan

Belanja Langsung

Pemeriksaan haji

13.743.550

0,43

12

Pembinaan pelayanan kesehatan swasta (PPKS)

18.800.000

0,59

Peningkatan pelayanan kesehatan luar gedung/PHN

19.000.000

0,59

15

Kesehatan jiwa, mata dan gigi

20.602.000

0,64

Usila dan UKS

36.750.000

1,15

14

Biaya penunjang PKPS-BBM bidang kesehatan

40.140.000

1,25

43.116.000

5
11

Pencegahan dan penanggulangan KLB dan pengamatan


penyakit
Biaya penunjang PHP II

48.020.000

1,50

17

Penunjang biaya operasional puskesmas pembantu

50.000.000

1,56

Perbaikan gizi masyarakat

51.161.275

1,60

55.000.000

16
7

Bantuan keuangan kepada organisasi profesi kesehatan


lainnya
Pencegahan pemberantasan penyakit TBC & imunisasi

68.835.000

KIA dan KB

82.649.775

2,58

13

Pembinaan manajemen puskesmas dan pustu

87.800.000

2,74

18
10
8

1,34

1,72

Peningkatan lingkungan sehat, perilaku sehat dan upaya


kesehatan bersumber daya masyarakat
Stimulan pembangunan/rehabilitasi gedung puskesmas,
gedung puskesmas yang melaksanakan poned, gudang
farmasi, gedung laboratorium, alat-alat kedokteran dan alatalat kesehatan
Pengadaan obat-obatan generik, reagensia, vaksin, dan
alkes
Rehab Puskesmas dan pengadaan pusling

152.320.000

1.880.000.000

58,64

Jumlah

3.205.810.000

100,00

4,75
204.000.000

6,36
333.872.400
10,41

Program dan Kegiatan Dinas Ketenagakerjaan dan


Kependudukan
Peningkatan pelatihan institusional

Pelatihan keterampilan kerja

30.000.000

Pembinaan hubungan industrial, syarat kerja dan


pengawasan ketenagakerjaan
Pembinaan pengembangan dan perluasan kerja daerah
(PPPKD)
Peningkatan operasional pendaftaran dan pencatatan
administrasi kependudukan
Jumlah

44.690.000

No.

2
3
5

No.

2,15

Program dan Kegiatan Dinas Koperasi dan UKM

Belanja Langsung
%
23.140.000

5,78
7,50
11,17

90.000.000
22,49
235.540.000
58,85
400.230.000
Belanja Langsung

100,00
%

Pengembangan dan pemanfaatan sumber permodalan


KUKM
Pembinaan manajemen pemasaran KUKM

100.000.000

24,43

Pengembangan jaringan usaha agribisnis dan pariwisata

100.000.000

24,43

100.000.000

4
5

Pengembangan sumber daya manusia koperasi dan UKM


(KUKM)
Belanja modal pengadaan komputer

Belanja modal pengadaan alat rumah tangga

Jumlah
No.
22
24
25

Program dan Kegiatan Dinas Pekerjaan Umum


Rehabilitasi ringan bangunan SDN Padasuka IiI Kecamatan
Sumedang Utara
Rehabilitasi ringan bangunan SDN Palasari, Kecamatan
Ujung Jaya
Lanjutan pembangunan lapangan olah raga lapangan tenis

4 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

100.000.000
24,43

24,43
7.240.000

1,77

2.150.000

0,53

409.390.000

100,00

Belanja Langsung

160.000.000
1,40
165.000.000
1,44
169.000.000

1,47

LAMPIRAN II-3

23
1

Rehabilitasi berat bangunan SDN Cipanas, Kecamatan


Ujung Jaya
Peningkatan jalan Cirugmas-Cibuyung

256.000.000
2,23
324.196.000

2,83

Perbaikan dan pengembangan jaringan irigasi DI, Bobojong


DI, Citapen dan DI, Cigunung Tengah
Peningkatan jalan Citali-Pasir Biru

425.000.000

3,71

26

Pemalangan lahan untuk pasar terminal Tolengas

650.000.000

5,67

Operasi pemeliharaan jaringan irigasi tersebar di 10 Cadin


(DAK)
Pemeliharaan periodik jalan Sindang Taman-Sukamantri,
Pawenang Cikareo, Cikuda-Warung Cina sumber dana
(DAK)
Rehabilitasi jaringan irigasi DI, Sahang DI, Padayungan DI,
Ujung Jaya DI, Pagelaran dan DI, Cikandung 2 Sumber
dana DAK
Peningkatan Jalan Tanjungkerta-Buah Dua

700.000.000

10

12

11
17
4
18

Pemeliharaan rutin jalan kabupaten tersebar sumber dana


(DAK)
Basic Design pembangunan jalan tol Cileunyi-SumedangDawuan
Jumlah

No.

Program dan Kegiatan Dinas Pendapatan

23

Pembuatan tiang pancang reklame spanduk


Pengkajian rencana tindakan peningkatan pendapatan
pajak hotel dan restoran
Penagihan pejak/retribusi daerah dan pendapatan lain-lain

17
5
19

325.000.000
2,83

6,10
1.000.001.000
8,72
1.060.000.000
9,24
1.500.000.000

13,08

1.650.999.000
14,40
1.750.000.000
15,26
11.469.196.000
Belanja Langsung
60.000.000

100,00
%
1,86

75.000.000
2,32
78.760.000

2,44

95.000.000

2,94

Pengadaan peralatan kantor dan rumah tangga


Pendataan subyek, obyek pajak daerah dan pendapatan
lain-lain

133.036.750

24

Pengadaan komputer operasional PAD

140.000.000

4,34

22

350.000.000

10,84

10

Penggalian potensi PBB dan BPHTB Tahun 2004


Verivikasi objek dan subjek PBB

475.000.000

14,71

Pendataan objek dan subyek PBB

640.000.000

19,82

Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan

848.170.000

26,27

3.228.310.550

100,00

Jumlah

5 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

4,12

LAMPIRAN II-3

No.

Program dan Kegiatan Dinas Pendidikan

26

Kejar Paket A, B,C

200.000.000

1,20

Rehabilitasi SD/MI Dana Pendamping DAK

250.000.000

1,50

11

Pengadaan meubeulair SD/MI, SLTP, SLTA

350.000.000

2,11

10

Rehabilitasi SLTP

429.171.000

2,58

33

Pekan olah raga pelajar

550.000.000

3,31

36

Pembangunan Rehabilitasi SD dan SLTP

730.000.000

4,39

37

Rehab Gedung SD

1.456.800.000

8,76

Rehabilitasi SD/MI DAK

2.000.000.000

12,03

Bantuan block grant program board based education life


skill

8.642.647.500

51,99

30

16.623.618.500

100,00

Jumlah
No.

Program Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup

Belanja Langsung

Belanja Langsung

Pengadaan alat kantor dan rumah tangga

22.000.000

4,26

Pembuatan UKL/UPL-KAS

30.000.000

5,81

30.000.000

9
7

Penyusunan State of Environment Report/Laporan Status


lingkungan hidup
Pemeliharaan taman kota

45.000.000

Penyusunan AMDAL Rencana Induk Pusat Pemerintahan

50.000.000

9,68

Reklamasi Galian C

80.000.000

15,49

Peningkatan pengelolaan persampahan

84.400.000

16,34

Pemulihan kerusakan lingkungan mata air

85.000.000

16,46

Pengendalian limbah industri

90.000.000

17,43

516.400.000

100,00

Jumlah
No.

Program Dinas Perhubungan

5,81

Belanja Langsung

8,71

Penataan gedung pengujian kendaraan bermotor

48.000.000

3,21

Pengadaan sarana pengujian kendaraan bermotor

55.000.000

3,68

penataan terminal dan pos TPR di kabupaten sumedang

145.000.000

9,71

Pengadaan dan pemasangan fasilitas lalu lintas jalan

175.800.000

11,77

10

Pengadaan alat uji kendaraan

1.000.000.000

66,94

Jumlah

1.493.800.000

100,00

No.

Program Dinas Perindustrian dan Perdagangan

19

Bimbingan dan penyuluhan pada pengusaha dagang


mengenai legalitas perusahaan
Pameran Jabex 2004

7
14
15
20
22

Forum kontrak bisnis antar para pengrajin IKM dan para


calon buyers
Partisipasi pengrajin dalam pekan raya jakarta 2004
Bimbingan dan penyuluhan tata cara pengajuan klaim untuk
mendapatkan perlindungan konsumen
Pelatihan manajemen sederhana usaha kecil
Jumlah

6 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

Belanja Langsung
56.550.000

%
5,20

60.000.000

5,52

65.000.000

5,97

65.000.000

5,97

71.144.000

6,54

78.435.000

7,21

1.087.874.000

100,00

LAMPIRAN II-3

No.
1.

2.

No.

Program Dinas Pertambangan dan Energi


Belanja Moda Jaringan transmisi
Sosialisasi dan Binwasdal Bidang Usaha pertambangan
Galian Gol. C dan pengambilan air bawah tanah di
Kabupaten Sumedang
Jumlah
Program Dinas Pertanahan

Belanja Langsung
417.100.000

9,49
460.822.600
Belanja Langsung

21.100.000
27.000.000

2
1

Pembidangan tanah di lahan konsolidasi pedesaan Desa


Sukamanah
Fasilitasi penyelesaian tanah LS Situ

Pembuatan dan penyusunan peta digital kecamatan skala


1: 10000 Kabupaten Sumedang

No.
9
18
10
21
8
7

Program Dinas Pertanian


Agribisnis penggemukan sapi potong dalam menunjang
PAD Kabupaten Sumedang
Penunjang penumbuhan gabungan P4K
Pengembangan sentra-sentra komoditas unggulan
perikanan
Pengadaan pompa air pertanian
Pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan dan
holtikultura
Pembangunan kawasan agroteknobis Sumedang
Jumlah

7 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

90,51

43.722.600

Pembelian mesin 1 unit lap top

Jumlah

100,00
%
13,02
16,66

29.000.000

17,89

85.000.000
52,44
162.100.000
Belanja Langsung

100,00
%

11.742.500
2,27
65.853.100

4,97

70.000.000
5,29
150.000.000

11,33

178.000.000
13,45
200.000.000

15,11

1.323.842.500

100,00

LAMPIRAN III-1

STRUKTUR APBD TAHUN ANGGARAN 2006


URAIAN

ANGGARAN

REALISASI

680.897.680.182,87

702.173.765.048,00

Bagian Pendapatan Asli Daerah

62.259.510.811,87

63.455.317.746,00

Pos Pajak Daerah

18.920.627.256,00

18.195.742.136,00

Pos Retribusi Daerah

35.607.129.486,00

36.155.616.346,00

Pos Laba Perusahaan Milik Daerah

2.547.298.139,87

2.547.298.133,00

Pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah


Yang Sah
Dana Perimbangan

5.184.455.930,00

6.556.661.131,00

615.889.169.371,00

620.822.782.926,00

42.643.441.596,00

47.136.555.151,00

Pos Dana Alokasi Umum

500.020.000.000,00

500.020.000.000,00

Pos Dana Alokasi Khusus

31.910.000.000,00

31.910.000.000,00

Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan


Dari Propinsi
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

41.315.727.775,00

41.756.227.775,00

2.749.000.000,00

17.895.664.376,00

TOTAL PENERIMAAN

Pos Bagian Hasil Pajak dan Bukan Pajak

Pos Lain-lain Pendapatan Yang Sah


Lainnya
TOTAL BELANJA

2.749.000.000,00

17.895.664.376,00

695.991.019.273,06

680.631.641.150,00

Belanja Aparatur

207.579.138.815,06

196.170.621.604,00

Belanja Administrasi Umum

175.381.179.668,06

166.739.623.885,00

119.160.864.033,15

112.374.745.148,00

Belanja Pegawai

Belanja Baran dan Jasa

36.519.253.748,91

35.311.293.986,00

Belanja Perjalanan Dinas

11.211.046.000,00

10.858.617.000,00

Belanja Pemeliharaan

8.490.015.886,00

8.194.967.751,00

20.358.580.575,00

18.855.594.100,00

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Belanja Pegawai

5.837.485.500,00

5.569.660.500,00

Belanja Baran dan Jasa

8.848.555.075,00

8.054.265.600,00

Belanja Perjalanan Dinas

5.636.540.000,00

5.195.668.000,00

Belanja Pemeliharaan

36.000.000,00

36.000.000,00

Belanja Modal

11.839.378.572,00

10.575.403.619,00

Belanja Publik

488.411.880.458,00

484.461.019.546,00

Belanja Administrasi Umum

244.716.919.512,00

243.627.274.293,00

232.544.845.997,00

231.912.586.029,00

9.679.153.093,00

9.364.731.124,00

240.264.000,00

216.612.600,00

2.252.656.422,00

2.133.344.540,00

53.422.449.814,00

52.623.532.117,00

Belanja Pegawai

Belanja Baran dan Jasa

Belanja Perjalanan Dinas

Belanja Pemeliharaan

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Belanja Pegawai

19.137.982.024,00

18.990.334.015,00

Belanja Baran dan Jasa

29.324.979.290,00

28.777.166.502,00
3.780.870.000,00

LEBIH (KURANG)

21.276.084.865,13

103,12

1.195.806.934,13

101,92

(724.885.120,00)

96,17

548.486.860,00

101,54

(6,87)

100,00

1.372.205.201,00

126,47

4.933.613.555,00

100,80

4.493.113.555,00

110,54

100,00

100,00

440.500.000,00

101,07

15.146.664.376,00

650,99

15.146.664.376,00

650,99

(15.359.378.123,06)

97,79

(11.408.517.211,06)

94,50

(8.641.555.783,06)

95,07

(6.786.118.885,15)

94,31

(1.207.959.762,91)

96,69

(352.429.000,00)

96,86

(295.048.135,00)

96,52

(1.502.986.475,00)

92,62

(267.825.000,00)

95,41

(794.289.475,00)

91,02

(440.872.000,00)

92,18

100,00

(1.263.974.953,00)

89,32

(3.950.860.912,00)

99,19

(1.089.645.219,00)

99,55

(632.259.968,00)

99,73

(314.421.969,00)

96,75

(23.651.400,00)

90,16

(119.311.882,00)

94,70

(798.917.697,00)

98,50

(147.648.009,00)

99,23

(547.812.788,00)

98,13

(57.690.000,00)

98,50

(45.766.900,00)

95,92

(1.572.784.312,00)

98,56

(487.267.184,00)

99,38

(2.246.500,00)

99,91

Belanja Perjalanan Dinas

3.838.560.000,00

Belanja Pemeliharaan

1.120.928.500,00

1.075.161.600,00

109.328.719.347,00

107.755.935.035,00

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan


Keuangan
Belanja Tidak Tersangka

78.443.791.785,00

77.956.524.601,00

2.500.000.000,00

2.497.753.500,00

TOTAL PEMBIAYAAN

15.093.339.091,19

(6.395.459.522,00)

(21.488.798.613,19)

(42,37)

Penerimaan Daerah

37.842.098.971,37

72.485.228.011,00

34.643.129.039,63

191,55

Pengeluaran Daerah

22.748.759.880,18

78.880.687.533,00

56.131.927.652,82

346,75

Belanja Modal

Sumber: Badan Keuangan Daerah, 2006.

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN III-2

STRUKTUR APBD TAHUN ANGGARAN 2005


URAIAN
TOTAL PENERIMAAN

ANGGARAN

REALISASI

LEBIH (KURANG)

484.567.983.967,83

492.436.373.341,74

7.868.389.373,91

101,62

Bagian Pendapatan Asli Daerah

56.770.678.620,92

58.699.239.115,74

1.928.560.494,82

103,40

Pos Pajak Daerah

17.138.072.000,00

18.183.246.270,00

1.045.174.270,00

106,10

Pos Retribusi Daerah

34.668.274.461,21

35.200.334.246,27

532.059.785,06

101,53

Pos Laba Perusahaan Milik Daerah

2.382.172.164,71

2.362.172.174,47

(19.999.990,24)

99,16

Pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah


Yang Sah
Dana Perimbangan

2.582.159.995,00

2.953.486.425,00

371.326.430,00

114,38

409.909.924.984,51

415.841.469.850,00

5.931.544.865,49

101,45

Pos Bagian Hasil Pajak dan Bukan Pajak

34.945.878.048,31

38.883.422.914,00

3.937.544.865,69

111,27

Pos Dana Alokasi Umum

316.700.000.000,00

316.698.000.000,00

(2.000.000,00)

100,00

Pos Dana Alokasi Khusus

13.240.000.000,00

13.240.000.000,00

100,00

Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan


Dari Propinsi
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

45.024.046.936,20

47.020.046.936,00

1.995.999.999,80

104,43

17.887.380.362,40

17.895.664.376,00

8.284.013,60

100,05

Pos Lain-lain Pendapatan Yang Sah


Lainnya
TOTAL BELANJA

17.887.380.362,40

17.895.664.376,00

8.284.013,60

100,05

518.354.856.653,16

494.886.425.737,70

(23.468.430.915,46)

95,47

Belanja Aparatur

148.284.200.789,96

145.245.901.473,70

(3.038.299.316,26)

97,95

Belanja Administrasi Umum

129.603.345.478,26

127.429.157.562,00

(2.174.187.916,26)

98,32

Belanja Pegawai

92.346.559.396,40

91.084.096.656,00

(1.262.462.740,40)

98,63

Belanja Baran dan Jasa

22.526.994.496,94

21.856.335.545,00

(670.658.951,94)

97,02

Belanja Perjalanan Dinas

7.623.821.000,00

7.396.496.000,00

(227.325.000,00)

97,02

Belanja Pemeliharaan

7.105.970.584,92

7.092.229.361,00

(13.741.223,92)

99,81

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

11.937.987.600,00

11.234.832.200,00

(703.155.400,00)

94,11

Belanja Pegawai

5.080.020.000,00

4.808.250.000,00

(271.770.000,00)

94,65

Belanja Baran dan Jasa

4.086.911.800,00

3.700.976.400,00

(385.935.400,00)

90,56

Belanja Perjalanan Dinas

2.642.350.000,00

2.620.120.000,00

(22.230.000,00)

99,16

Belanja Pemeliharaan

128.705.800,00

105.485.800,00

(23.220.000,00)

81,96

Belanja Modal

6.742.867.711,70

6.581.911.711,70

(160.956.000,00)

97,61

Belanja Publik

370.070.655.863,20

349.640.524.264,00

(20.430.131.599,20)

94,48

Belanja Administrasi Umum

206.635.594.033,20

205.527.872.255,00

(1.107.721.778,20)

99,46

198.614.683.248,20

197.900.671.534,00

(714.011.714,20)

99,64

6.134.371.125,00

5.848.421.233,00

(285.949.892,00)

95,34

145.636.000,00

132.958.400,00

(12.677.600,00)

91,30

Belanja Pegawai

Belanja Baran dan Jasa

Belanja Perjalanan Dinas

Belanja Pemeliharaan

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

1.740.903.660,00

1.645.821.088,00

(95.082.572,00)

94,54

34.225.752.998,00

33.633.168.372,00

(592.584.626,00)

98,27
99,14

Belanja Pegawai

14.152.276.050,00

14.030.702.417,00

(121.573.633,00)

Belanja Baran dan Jasa

17.775.944.148,00

17.384.839.530,00

(391.104.618,00)

97,80

Belanja Perjalanan Dinas

2.161.630.000,00

2.105.055.000,00

(56.575.000,00)

97,38

Belanja Pemeliharaan

135.902.800,00

112.571.425,00

(23.331.375,00)

82,83

Belanja Modal

81.897.685.432,00

63.694.885.316,00

(18.202.800.116,00)

77,77

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan


Keuangan
Belanja Tidak Tersangka

43.791.623.400,00

43.340.561.506,00

(451.061.894,00)

98,97
97,84

TOTAL PEMBIAYAAN

3.520.000.000,00

3.444.036.815,00

(75.963.185,00)

(33.786.872.685,33)

(2.450.052.395,96)

31.336.820.289,37

7,25
148,11
418,19

Penerimaan Daerah

51.408.133.348,24

76.141.065.899,23

24.732.932.550,99

Pengeluaran Daerah

17.621.260.662,91

73.691.013.503,27

56.069.752.840,36

Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2005

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.

LAMPIRAN III-3

STRUKTUR APBD TAHUN ANGGARAN 2004


URAIAN
TOTAL PENERIMAAN
Bagian Pendapatan Asli Daerah

ANGGARAN

REALISASI

439.908.446.828,70

463.961.840.532,70

48.988.573.456,39

50.118.894.987,70

Pos Pajak Daerah

15.363.400.000,00

16.514.948.371,00

Pos Retribusi Daerah

25.813.930.359,06

25.424.024.266,98

1.897.821.153,83

1.835.321.154,22

5.913.421.943,50

6.344.601.195,50

367.276.248.409,87

390.312.963.694,00

30.058.616.004,70

36.927.236.286,00

301.089.000.000,00

301.089.000.000,00

28.918.632.405,17

45.086.727.408,00

23.643.624.962,44

23.529.981.851,00

23.618.482.217,84

23.479.007.699,00

25.142.744,60

50.974.152,00

Pos Laba Perusahaan Milik


Daerah

Pos Lain-lain Pendapatan Asli


Daerah Yang Sah
Dana Perimbangan

Pos Bagian Hasil Pajak dan Bukan


Pajak
Pos Dana Alokasi Umum

Bagi Hasil Pajak dan Bantuan


Keuangan Dari Propinsi

Lain-lain Pendapatan Daerah


Yang Sah

Pos Bantuan Dana


Kontijensi/Penyeimbang Dari
Pemerintah
Pos Lain-lain Pendapatan Yang Sah Lainnya
TOTAL BELANJA

443.428.416.257,35

440.904.717.966,16

Belanja Aparatur

127.963.138.352,50

128.422.007.655,16

Belanja Administrasi Umum

116.369.914.277,50

116.940.332.180,16

Belanja Pegawai

85.056.734.077,54

83.109.728.219,00

Belanja Baran dan Jasa

20.889.931.336,96

23.559.524.298,10

Belanja Perjalanan Dinas

5.757.698.100,00

5.671.233.000,00

Belanja Pemeliharaan

4.665.550.763,00

4.599.846.663,00

9.639.103.375,00

9.547.062.275,00

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Belanja Pegawai

3.747.478.000,00

3.712.408.000,00

Belanja Baran dan Jasa

4.762.365.375,00

4.707.754.275,00

Belanja Perjalanan Dinas

1.090.560.000,00

1.088.200.000,00

Belanja Pemeliharaan

38.700.000,00

38.700.000,00

1.954.120.700,00

1.934.613.200,00

Belanja Publik

315.465.277.904,85

312.482.710.311,00

Belanja Administrasi Umum

214.246.256.682,35

212.493.223.014,00

206.147.868.777,35

204.648.220.980,00

5.974.852.965,00

5.783.058.812,00

407.338.680,00

392.053.600,00

1.716.196.260,00

1.669.889.622,00

19.503.630.063,00

19.306.049.322,00

7.761.877.384,00

7.712.350.239,00

10.153.471.350,00

10.031.559.167,00

1.415.573.000,00

1.389.703.000,00

172.708.329,00

172.436.916,00

Belanja Modal

34.792.430.987,00

34.348.715.298,00

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

43.134.710.172,50

42.362.383.470,00

3.788.250.000,00

3.972.339.207,00

(3.519.969.428,65)

23.057.122.566,54

Penerimaan Daerah

6.802.668.565,69

Pengeluaran Daerah

.282.699.137,04

Belanja Modal

Belanja Pegawai

Belanja Baran dan Jasa

Belanja Perjalanan Dinas

Belanja Pemeliharaan

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Belanja Pegawai

Belanja Baran dan Jasa

Belanja Perjalanan Dinas

Belanja Pemeliharaan

Belanja Tidak Tersangka


TOTAL PEMBIAYAAN

LEBIH (KURANG)

24.053.393.704,00

105,47

1.130.321.531,31

102,31

1.151.548.371,00

107,50

(389.906.092,08)

98,49

(62.499.999,61)

96,71

431.179.252,00

107,29

23.036.715.284,13

106,27

6.868.620.281,30

122,85

100,00

16.168.095.002,83

155,91

(113.643.111,44)

99,52

(139.474.518,84)

99,41

25.831.407,40

202,74

(2.523.698.291,19)

99,43

458.869.302,66

100,36

570.417.902,66

100,49

(1.947.005.858,54)

97,71

2.669.592.961,14

112,78

(86.465.100,00)

98,50

(65.704.100,00)

98,59

(92.041.100,00)

99,05

(35.070.000,00)

99,06

(54.611.100,00)

98,85

(2.360.000,00)

99,78

100,00

(19.507.500,00)

99,00

(2.982.567.593,85)

99,05

(1.753.033.668,35)

99,18

(1.499.647.797,35)

99,27

(191.794.153,00)

96,79

(15.285.080,00)

96,25

(46.306.638,00)

97,30

(197.580.741,00)

98,99

(49.527.145,00)

99,36

(121.912.183,00)

98,80

(25.870.000,00)

98,17

(271.413,00)

99,84

(443.715.689,00)

98,72

(772.326.702,50)

98,21

184.089.207,00

104,86

26.577.091.995,19

(655,04)

34.079.528.875,69

27.276.860.310,00

500,97

57.136.651.442,23

53.853.952.305,19

1.740,54

Sumber:
Peraturan Daerah
Kabupaten
Sumedang
Nomor
2 Tahun
2005
tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2004
Analisis
keterkaitan
..., Dodi
Rohimat
Sopiana,
FISIP
UI.,
2007.

LAMPIRAN IV

Tabel. 1
PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2005
(Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian

2001

2002

2003

2004

2005

1.264.075,94

1.454.988,35

1.548.485,91

1.723.175,70

2.053.655,83

962.878,17

1.118.273,31

1.166.852,13

1.289.993,83

1.567.931,63

Perkebunan

72.905,29

80.755,90

95.026,49

110.339,39

120.153,13

Peternakan

169.713,80

197.178,80

215.852,52

240.929,79

277.786,12

Kehutanan

28.700,97

32.904,49

38.443,60

42.597,30

43.561,06

Perikanan

29.877,72

25.875,86

32.311,17

39.315,39

44.223,89

4.552,31

5.360,21

6.518,55

7.495,34

8.992,04

Minyak dan Gas Bumi

Pertambangan Tanpa Migas

4.552,31

5.360,21

6.518,55

7.495,34

8.992,04

1.062.268,91

1.194.525,34

1.311.461,76

1.430.542,67

1.660.424,54

Tanaman Bahan Makanan

Pertambangan & Penggalian

Penggalian
Industri Pengolahan
Industri Migas

1.062.268,91

1.194.525,34

1.311.461,76

1.430.542,67

1.660.424,54

Listrik, Gas & Air Bersih

86.786,41

108.673,20

127.845,14

152.253,79

181.067,35

Listrik

83.489,33

105.264,07

124.420,20

148.426,44

176.855,93

Gas Kota

Air Bersih

3.297,08

3.409,13

3.424,94

3.827,35

4.211,42

89.472,49

100.177,06

114.613,56

127.121,47

151.577,57

Industri Tanpa Migas

Bangunan/Kontruksi
Perdagangan, Hotel &
Restoran
Perdagangan Besar dan Eceran

1.107.665,48

1.266.339,53

1.389.648,81

1.545.019,96

1.835.394,83

915.294,90

1.051.327,65

1.151.013,33

1.274.455,36

1.509.059,87

Hotel

1.492,93

1.882,78

2.341,60

2.811,43

3.402,84

Restoran

190.877,66

213.129,09

236.293,87

267.753,17

322.932,13

Pengangkutan & Komunikasi

132.180,26

157.744,53

183.708,01

207.503,55

281.968,84

Pengangkutan

115.282,65

135.046,94

156.140,65

174.537,66

242.792,14

Angkutan Jalan Raya

109.631,87

128.770,83

149.107,52

166.920,39

233.590,08

5.650,77

6.276,12

7.033,12

7.617,28

9.202,06

16.897,62

22.697,59

27.567,37

32.965,89

39.176,70

Jasa Penumpang Angkutan


Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan

158.024,26

186.930,69

225.998,24

271.469,62

309.089,59

Bank

32.636,82

51.201,88

76.555,85

108.754,90

123.693,54

Lembaga Keuangan Lainnya

11.628,64

13.014,10

14.699,75

16.336,65

19.370,01

110.503,43

119.082,45

130.760,13

142.060,22

161.074,89

Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan

3.255,37

3.632,25

3.982,51

4.317,86

4.951,15

Jasa-Jasa

343.944,99

389.072,47

430.517,56

478.717,54

566.040,17

Pemerintahan Umum

236.687,62

272.190,75

301.014,76

336.353,89

403.063,92

Swasta

107.257,37

116.881,71

129.502,80

142.363,65

162.976,25

Jasa Sosial Kemasyarakatan

57.482,25

61.990,80

68.472,50

74.716,15

87.694,03

Jasa Hiburan dan Rekreasi


Jasa Perseorangan & Rumah
Tangga

6.828,40

7.507,31

8.118,69

8.899,91

9.892,10

PDRB

42.946,73

47.383,59

52.911,61

58.747,59

65.390,12

4.248.971,06

4.863.811,39

5.338.797,54

5.943.299,64

7.048.210,76

Sumber: Bappeda (Katalog BPS: 9205.3211)

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP1UI.,


dari2007.
3

LAMPIRAN IV

Tabel. 2
PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2005
(Persen)
Lapangan Usaha

2001

2002

2003

2004

2005

Pertanian

29,75

29,91

29,00

28,99

29,14

Tanaman Bahan Makanan

22,66

22,99

21,86

21,71

22,25

Perkebunan

1,72

1,66

1,78

1,86

1,70

Peternakan

3,99

4,05

4,04

4,05

3,94

Kehutanan

0,68

0,68

0,72

0,72

0,62

Perikanan

0,70

0,53

0,61

0,66

0,63

Pertambangan & Penggalian

0,11

0,11

0,12

0,13

0,13

Minyak dan Gas Bumi

Pertambangan Tanpa Migas

Penggalian
Industri Pengolahan
Industri Migas

0,11

0,11

0,12

0,13

0,13

25,00

24,56

24,56

24,07

23,56

25,00

24,56

24,56

24,07

23,56

Listrik, Gas & Air Bersih

2,04

2,23

2,39

2,56

2,57

Listrik

1,96

2,16

2,33

2,50

2,51

Gas Kota

Air Bersih

0,08

0,07

0,06

0,06

0,06

Bangunan/Kontruksi

2,11

2,06

2,15

2,14

2,15

Perdagangan, Hotel & Restoran

26,07

26,04

26,03

26,00

26,04

Perdagangan Besar dan Eceran

21,54

21,62

21,56

21,44

21,41

Hotel

0,04

0,04

0,04

0,05

0,05

Restoran

4,49

4,38

4,43

4,51

4,58

Pengangkutan & Komunikasi

3,11

3,24

3,44

3,49

4,00

Industri Tanpa Migas

Pengangkutan

2,71

2,78

2,92

2,94

3,44

Angkutan Jalan Raya

2,58

2,65

2,79

2,81

3,31

Jasa Penumpang Angkutan

0,13

0,13

0,13

0,13

0,13

Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan

0,40

0,47

0,52

0,55

0,56

3,72

3,84

4,23

4,57

4,39

Bank

0,77

1,05

1,43

1,83

1,75

Lembaga Keuangan Lainnya

0,27

0,27

0,28

0,27

0,27

Sewa Bangunan

2,60

2,45

2,45

2,39

2,29

Jasa Perusahaan

0,08

0,07

0,07

0,07

0,07

Jasa-Jasa

8,09

8,00

8,06

8,05

8,03

Pemerintahan Umum

5,57

5,60

5,64

5,66

5,72

Swasta

2,52

2,40

2,43

2,40

2,31

Jasa Sosial Kemasyarakatan

1,35

1,27

1,28

1,26

1,24

Jasa Hiburan dan Rekreasi


Jasa Perseorangan & Rumah
Tangga

0,16

0,15

0,15

0,15

0,14

1,01

0,97

0,99

0,99

0,93

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

PDRB
Sumber: Bappeda (Katalog BPS: 9205.3211)

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP2UI.,


dari2007.
3

LAMPIRAN IV

Tabel. 3
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2005
(Juta Rupiah)
Lapangan Usaha

2001

2002

2003

2004

2005

Pertanian

13,13

15,10

6,43

11,28

19,18

Tanaman Bahan Makanan

10,43

16,14

4,34

10,55

21,55

Perkebunan

23,60

10,77

17,67

16,11

8,89

Peternakan

25,20

16,18

9,47

11,62

15,30

Kehutanan

13,01

14,65

16,83

10,80

2,26

Perikanan

16,83

(13,39)

24,87

21,68

12,48

Pertambangan & Penggalian

38,51

17,75

21,61

14,98

19,97

Minyak dan Gas Bumi

Pertambangan Tanpa Migas

Penggalian

38,51

17,75

21,61

14,98

19,97

Industri Pengolahan

13,03

12,45

9,79

9,08

16,07

Industri Tanpa Migas

13,03

12,45

9,79

9,08

16,07

Listrik, Gas & Air Bersih

17,84

25,22

17,64

19,09

18,92

Listrik

18,14

26,08

18,20

19,29

19,15

Gas Kota

Air Bersih

10,71

3,40

0,46

11,75

10,03

Bangunan/Kontruksi

12,09

11,96

14,41

10,91

19,24

Perdagangan, Hotel & Restoran

14,94

14,33

9,74

11,18

18,79

Perdagangan Besar dan Eceran

15,56

14,86

9,48

10,72

18,41

Hotel

27,69

26,11

24,37

20,06

21,04

Restoran

11,97

11,66

10,87

13,31

20,61

Pengangkutan & Komunikasi

16,46

19,34

16,46

12,95

35,89

Industri Migas

Pengangkutan

15,76

17,14

15,62

11,78

39,11

Angkutan Jalan Raya

15,79

17,46

15,79

11,95

39,94

Jasa Penumpang Angkutan

15,07

11,07

12,06

8,31

20,81

Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan

21,50

34,32

21,46

19,58

18,84

26,57

18,29

20,90

20,12

13,86

Bank

80,89

56,88

49,52

42,06

13,74

Lembaga Keuangan Lainnya

13,87

11,91

12,95

11,14

18,57

Sewa Bangunan

18,02

7,76

9,81

8,64

13,38

Jasa Perusahaan

9,51

11,58

9,64

8,42

14,67

Jasa-Jasa

21,22

13,12

10,65

11,20

18,24

Pemerintahan Umum

26,07

15,00

10,59

11,74

19,83
14,48

Swasta

8,97

10,80

9,93

Jasa Sosial Kemasyarakatan

12,15

7,84

10,46

9,12

17,37

Jasa Hiburan dan Rekreasi

8,66

9,94

8,14

9,62

11,15

Jasa Perseorangan & Rumah Tangga

11,70

10,33

11,67

11,03

11,31

PDRB

14,84

14,47

9,77

11,32

18,59

Sumber: Bappeda (Katalog BPS: 9205.3211)

Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP3UI.,


dari2007.
3

Analisis keterkaitan ..., Do

Analisis keterkaitan ..., Dodi

Analisis keterkaitan ..., Dodi R

Analisis keterkaitan ..., D

You might also like