Professional Documents
Culture Documents
TESIS
Oleh:
Nama: Dodi Rohimat Sopiana
NPM : 6905030324
Program Studi: Ilmu Administrasi
Kekhususan: Administrasi dan Kebijakan Publik
JAKARTA
JUNI, 2007
UNIVERSITY OF INDONESIA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES
DEPARTMENT OF ADMINISTRATIVE SCIENCE
POSTGRADUATE PROGRAM
ADMINISTRATIVE SCIENCE PROGRAMME
MAJOR IN ADMINISTRATION AND PUBLIC POLICY
ABSTRACT
This research is aimed to identify how far the relation between the vision,
mission, and strategic planning of Sumedang Regency area with the allocation of
Local Budget for Fiscal Year 2004-2006 and concentrating on priority issues already
identified by the Government of Sumedang Regency through Local Budgets FY.
2004-2006. This Sumedang Regency, West Java Province study case is performed
through the approach of positivism. The data collecting technique is performed by
means of: (1) interviews with Litbang Bappeda and Badan Keuangan Daerah/Local
Financial Body; and (2) documentary observations on the documents of Sumedang
Regency Strategic Plan Year 2003-2008, Financial Report on Local Budget FY.
2004-2006, General Policy Directions of Local Budget FY. 2004 and FY. 2005,
General Policies of Local Budget FY. 2006 and LAKIP FY. 2005.
The findings of this research are: (1) for three periods of 2004-2006, the scope
of Local Budget allocation is focused on four strategic and continuous sectors those
are educational sector, health sector, infrastructure sector, agricultural sector, and
employment sector, therefore the achievement of vision through tourism sector is
sufficiently hard to be achieved with the support of budgetary allocation around 0.4
percent of the Local Budget allocation; (2) consistency of budgetary allocation policy
directions in the programs for three year budget (2004-2006) has not yet optimally
related with the achievements of Sumedang Regency visions-missions, for the
majority of programs determined are different from Renstrada programs. Of 94
Renstrada programs determined, there are only 19 programs related and
continuous in the 2005-2006 budget. Even so, positive things the scope of
expenditure budgetary allocation to education sector and health sector of it have
given its consideration on public expenditures from every sector even though in it
still including the apparatuses expenditure allocation.
For that reason this research suggests: (1) The commitment of DPRD (Local
Parliament) and Local Government is very much needed in the consistency of
budgetary allocation policy for agricultural sector and tourism sector as Sumedang
entry points to be developed, therefore it can make it easier for operational policies
in manifesting Sumedang visions-missions achievement stages; and (2) The
process of planning and budgeting should reflect budgetary allocation policies
based on its previous priority scale, which previously it has become the commitment
in the performances of Sumedang Regency Resntrada 2003-2008.
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI
KEKHUSUSAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK
ABSTRAK
i
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
ii
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
KATA PENGANTAR
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak.......................................................................................................
iii
iv
Kata Pengantar..............
vi
viii
xi
Daftar Grafik...............................................................................................
xiii
Daftar Bagan..............................................................................................
xiv
Daftar Lampiran.........................................................................................
xv
1. BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.4
Sistematika Penulisan..................................................
10
13
15
18
21
24
26
27
27
27
28
29
29
viii
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
31
32
32
35
3.1.3. Perekonomian............................................................
38
3.1.4. Pemerintahan.............................................................
41
45
48
48
51
56
57
59
61
65
65
4.1.2. Kelemahan..........................................................
67
68
68
72
73
87
87
90
95
96
97
ix
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
99
100
101
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
x
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbedaan Perencanaan Strategis dengan
Perencanaan Jangka Panjang...
11
16
22
33
34
35
36
39
42
46
47
52
54
55
57
xi
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
78
80
81
83
88
92
xii
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
93
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 3.1. Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan (Persen)
34
37
38
40
87
xiii
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
DAFTAR BAGAN
12
17
20
23
25
26
xiv
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
64
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
1.
2.
Transkrip Wawancara
LAMPIRAN II
1.
2.
3.
Prioritas dan Plafon Anggaran Program dan Kegiatan Menurut SKPD Pada
APBD Tahun Anggaran 2004
LAMPIRAN III
1.
2.
3.
LAMPIRAN IV
1.
2.
3.
xv
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
BAB I
PENDAHULUAN
menghasilkan
suatu
potret
birokrasi
yang
diharapkan.
Persepsi
1
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
2
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
pembangunan
masyarakat
yang
semakin
kompleks.
Upaya
3
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
4
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
5
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
dengan
nilai-nilai
serta
norma-norma
yang
berkembang
dalam
6
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Anggaran
Pembangunan
terhadap
APBD
Kabupaten
Sumedang
tergolong pada intensitas sangat rendah (10,52). Peringkat daya tarik terhadap
investasi secara umum tergolong pada peringkat 10 terbawah (118), terutama
dilihat dari faktor kelembagaan dan faktor sosial politik serta faktor ekonomi
daerah. Hasil olah data BPS pun menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Sumedang adalah sangat lamban. Meskipun ada
peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 1,79 persen (4,00
persen) dibanding tahun 1999 (2,21 persen), namun pada tahun berikutnya
kembali menurun. Tahun 2003 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
ekonominya hanya mencapai 3,86 persen atau masih di bawah rata-rata
kabupaten/kota se-Propinsi Jawa Barat sebesar 4,84 persen (lihat Grafik 3.4;
halaman 40). Gambaran ketertinggalan tersebut tidak terlepas pula daripada
kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) terhadap APBD yang rendah dengan
rata-rata 10,54 persen pada tahun anggaran 2004-2006 (lihat Tabel 3.7;
halaman 46).
Dalam fokus penelitian ini, pemerintah daerah dinilai berhasil jika mampu
memberikan
pelayanan
publik
secara
efektif
dan
efisien
dalam
7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
8
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
model analisis;
lingkungan
daerah
Kabupaten
Sumedang;
isu-isu
strategis
9
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR DAN METODE PENELITIAN
partisipasi
masyarakat
yang
lebih
luas,
lebih
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
2)
3)
11
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Bagan 2.1.
Proses Perencanaan Strategis
Kekuatan/Tren:
Politis
Ekonomi
Sosial
Teknologis
Mandat
(Penugasan)
Klien/
pengguna/
pembayar
Pesaing
(Kekuatan
Pesaing)
dan Mitra
(Kekuatannya)
Penilaian
Lingkungan
Eksternal
Peluang &
tantangan
Kesepakatan Awal
(Merencanakan
Perencanaan)
Isu-Isu
Strategis
Kekuatan &
Kelemahan
Misi/Nilai-nilai
(oleh
Stakeholders)
Penilaian
Lingkungan
Internal
Sumber Daya:
Manusia
Ekonomi
Informasi
Kompetisi
Strategi Yang
Ada:
Keseluruhan
Fungsional atau
per bagian
Strategi-strategi:
Alternatif praktis
Halangan
Usulan utama
Tindakan/
kegiatan
Program kerja
Deskripsi
Organisasi di Masa
Depan (Visi
Keberhasilan)
Performance:
Hasil-hasil
Sejarah
Perencanaan Strategis
12
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Implementasi
Tindakan/
Kegiatan
Hasil-hasil
2)
3)
Menciptakan prioritas;
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
manfaat di atas, menurut Bryson (2003;12) tidak ada jaminan semuanya bisa
diwujudkan, karena perencanaan strategis hanyalah kumpulan konsep, prosedur
dan alat. Juga dikemukakan bahwa perencanaan strategis tidak selalu dapat
memberikan nasehat. Ada dua alasan yang memaksa bertahan pada upaya
perencanaan strategis .
1)
2)
13
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
2)
3)
Perumusan
tujuan
bersama
melalui
konsensus.
Dengan
tipe
5)
14
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
15
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
untuk:
menetapkan
memperjelas hubungan
nilai
moneter
antara biaya
atas
administrasi
kegiatan
dan
organisasi,
biaya
program,
Tabel 2.2
Perbedaan Anggaran dengan Rencana Strategis dan Keuangan Terpadu
Anggaran
Kerangka
Waktu
Satu Tahun
Aplikasi
Memonitor dan
mengevaluasi kondisi
keuangan saat ini
Derajat Rincian
Ketidaktepatan
16
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Langkah 2 Meninjau
Rencana Strategis
TIDAK
Sudahkah
Sasaran Tercapai?
YA
Langkah 3 Menetapkan
Prioritas Organisasi
TINJAU KEMBALI
Secara Periodik
Memonitor &
Mengevaluasi
Rencana Strategis
Langkah 4 Memperkirakan
Biaya Pelaksanaan Kegiatan
Langkah 5 Memperkirakan
Biaya Administrasi
Langkah 6
Memproyeksikan Pendapatan
Membuat &
Implementasi
Rencana Operasi
Tahunan*
Membuat &
Implementasi
Rencana
Penggalangan Dana
Langkah 7
Memproyeksikan Pendapatan
& pengeluaran Berdasarkan
jenis *Program Areas
TIDAK
Langkah 8
Menyiapkan Skenario
Langkah 8 Mengevaluasi
Kelayakan Rencana Strategis
YA
17
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
18
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif (Soeprapto,
2003;25).
Apabila dikaitkan dengan manfaat yang diharapkan dari keberadaan satu
visi, maka diperlukan adanya satu kejelasan tentang arah atau posisi kondisi
yang diharapkan. Lebih lanjut Soerjodibroto (2003) memberikan satu kriteria visi
sebagai SMART, dimana pengertiannya adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
berikut:
Misi menjelaskan maksud (purpose) organisasi dan mengapa
(why) perlu melakukan yang dikerjakan saat ini; sedangkan visi
menjelaskan seperti apa (what) organisasi tersebut akan menjadi
(di masa depan) dan bagaimana (how) organisasi tersebut akan
berprilaku (behave) ketika misinya tercapai.
Dalam menuliskan misi, Merson dan Qualls (1979;25 dalam Djunaedi),
menyarankan bahwa:
Dalam kerangka perundangan yang berlaku, suatu lembaga
sebaiknya menyatakan misinya dalam ungkapan yang luas dan
umum. Pernyataan misi sebaiknya disusun dalam kata-kata yang
memungkinkan fleksibilitas yang maksimum dalam menanggapi
perubahan situasi Misi sebaiknya dinyatakan secara singkat,
tidak lebih dari beberapa alinea, dan sebaiknya ditulis dengan
bahasa yang tidak teknis dan mudah dimengerti
19
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
CUSTOMER &
STAKEHOLDERS
FINANCIAL
STRATEGY
EMPLOYEES &
ORGANIZATION CAPACITY
How will we sustain
our ability to change
and improve?
To prudently manage
public resources, how
should we allocate funds
and control costs?
INTERNAL
BUSINESS PROCESS
To satisfy taxpayers, elected official,
regulators, and other stakeholders, at what
business process must we excel?
1.
Misi:
2.
3.
4.
20
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
5.
Financial:
di
antaranya
untuk
memastikan
pemerintah
tidak
21
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
dan efektivitas program, dan (2) mengalihkan sumber daya dari prioritas
lama ke prioritas baru atau dari yang wilayah tidak produktif ke wilayah
lebih produktif sesuai dengan tujuan pemerintah;
3)
dikemukakan Wilopo di atas, adalah tidak terlepas dari tiga elemen dasar utama
public expenditure management menurut Schick (1999;2), yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.3
Basic Elements of Public Expenditure Management
Aggregate Fiscal
Discipline
Allocative Efficiency
Operational Effeciency
22
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
manajemen
operasional yang baik yaitu minimizing cost per unit of output dan pencapaian
hasil sesuai dengan target (output) dan kualitas yang dikehendaki.
Bagan 2.4:
Basic Objective of PEM and Budget Management
Basic Objective
Aggregate
Fiscal
Macro
Economic
Resources Allocation
Allocation
Efficiency
Policy
Objective
Technical
Efficiency
Operational
Objectives
Human
Resources
Management system
Codes of Conduct.
Ethics and Informal
Rules
23
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
yang
lebih
baik
mengenai
preferensi
masyarakat
ketimbang
pemerintah pusat (Hayek 1945, Musgrave, 1959); dan (2) pemerintah daerah
dianggap lebih responsif terhadap variasi permintaan dan biaya untuk
menyediakan barang publik.
24
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Strategi SO
Strategi WO
Faktor-faktor Peluang
Eksternal
Treaths (T)
Strategi ST
Strategi WT
Faktor-faktor Ancaman
Eksternal
SWOT
25
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Rencana
Strategis
Visi & Misi
Lingkungan Eksternal
Peluang
/ Ancaman
Tujuan &
Sasaran
Isu-isu Strategis
Pembangunan
Daerah
SWOT
Strategi &
Kebijakan
Kekuatan
Pelaksanaan
&
Penerapan
Alokasi
Anggaran
Berkaitan?
atau Tidak
Berkaitan?
/ Kelemahan
Lingkungan Internal
Program &
Kegiatan
Stakeholder:
Proses Internal
Institusi:
Restrukturisasi
Inovasi Proses
Deregulasi
Capacity Building:
SDM
Informasi
Organisasi
Sarana &Prasarana
Kualitas Pelayanan
Keadilan Sosial
dalam
mewujudkan
prioritas
melalui
anggaran,
yaitu:
(1)
26
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
prioritas lama ke prioritas baru atau dari wilayah tidak produktif ke wilayah lebih
produktif sesuai dengan tujuan pemerintah.
27
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
wawancara.
Untuk
mempertajam
analisis
dilakukan
penelusuran
dapat dibedakan
dijadikan
(Pusat/Daerah)
landasan
sehingga
teori,
dapat
dan
kebijakan-kebijakan
dijadikan
dasar
peneliti
Pemerintah
menganalisis
28
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
2)
b.
c.
Tabulasi Data. Data yang telah diklasifikasi disusun dalam bentuk tabeltabel dan grafik, sehingga memudahkan peneliti pada waktu menganalisis.
29
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
30
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
kemungkinan
tidak
secara
maksimal
menggambarkan
Data alokasi anggaran untuk program dan kegiatan sangat pariatif pada
APBD TA. 2004-2006, sehingga sukar untuk dapat memperbandingan
konsistensi skala prioritas dari kebijakan alokasi anggaran program dan
kegiatan dalam setiap tahun anggarannya. Hal ini menyebabkan analisis
ukuran skala prioritas kurang maksimal.
3)
31
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUMEDANG
Lintang Selatan dan 107 44 Lintang Bujur Timur. Kedudukan atau jarak dari
Ibukota Propinsi Bandung 45 km. Batas wilayah administratif Kabupaten
Sumedang adalah sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Subang; sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Garut; sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Bandung; dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Luas
2
wilayahnya adalah Kecamatan Buah Dua (131,37 km ) dan yang paling kecil
2
32
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel. 3.1
Luas Wilayah Administratif Kecamatanan dan Perkembangan Jumlah Penduduk
Kabupaten Sumedang 2004-2005
Luas
No.
Kecamatan
(km )
Jumla
h Rmt
Kepadat
an Per
2
km
Jumlah Penduduk
Ratarata Rmt
Sex
Ratio
2004
2005
Laju
Pertumbuhan
Jatinangor
26,20
28.544
3.452
3,17
98,75
88.701
90.431
1,95
Cimanggung
40,76
22.224
1.729
3,17
95,42
69.071
70.455
2,00
Tanjungsari
35,62
20.470
1.851
3,22
99,06
64.671
65.931
1,95
Sukasari
47,12
9.328
629
3,18
98,81
29.072
29.639
1,95
Pamulihan
57,85
15.600
856
3,17
99,32
48.584
49.528
1,94
Rancakalong
52,28
11.520
714
3,24
97,72
36.628
37.349
1,97
Sumedang
Selatan
117,37
22.528
615
3,21
98,04
70.830
72.220
1,96
Sumedang
Utara
28,26
25.136
2.844
3,20
98,83
78.821
80.359
1,95
Ganeas
21,36
7.296
1.085
3,18
100,50
22.735
23.172
1,92
10
Situraja
54,03
11.088
659
3,21
96,17
34.935
35.631
1,99
11
Cisitu
53,31
8.320
495
3,17
96,83
25.886
26.399
1,98
12
Darmaraja
54,94
11.952
690
3,17
95,70
37.162
37.905
2,00
13
Cibugel
48,80
6.400
417
3,18
98,34
19.961
20.352
1,96
14
Wado
76,42
13.568
569
3,21
100,19
42.696
43.520
1,93
15
Jatinunggal
61,49
13.120
676
3,17
95,98
40.777
41.591
2,00
16
Jatigede
111,97
7.680
220
3,20
94,09
24.119
24.607
2,02
17
Tomo
66,26
7.296
352
3,20
93,90
22.862
23.326
2,03
18
Ujungjaya
80,56
9.472
375
3,19
95,77
29.604
30.195
2,00
19
Conggeang
105,31
9.424
284
3,18
92,37
29.350
29.952
2,05
20
Paseh
34,37
11.424
1.067
3,21
99,04
35.958
36.658
1,95
21
Cimalaka
41,61
17.088
1.337
3,25
96,60
54.531
55.613
1,98
22
Cisarua
18,92
6.016
1.065
3,35
94,92
19.761
20.159
2,01
23
Tanjungkerta
40,14
10.272
825
3,23
95,71
32.480
33.129
2,00
24
Tanjungmedar
65,14
7.552
369
3,18
98,54
23.557
24.017
1,95
25
Buah Dua
131,37
8.256
246
3,92
94,47
31.684
32.324
2,02
26
Surian
50,74
3.584
224
3,17
93,44
11.134
11.361
2,04
Jumlah
1.522,20 325.158
587
3,22
97,25
1.045.823
1,97
Tahun 2004
1.522,20 284.955
636
3,40
99,31
1.025.570
Sumber: Bappeda (Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2006, Katalog BPS: 1403-3211)
33
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel 3.2.
Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan
No.
1.
Jenis Penggunaan
Luas (ha)
Sawah
1. Satu kali panen
7.728
15.805
9.876
51
Darat
1. Pekarangan
11.468
2. Tegal/kebun
33.544
3. Ladang/huma
8.727
55
5. Hutan rakyat
13.658
6. Hutan negara
44.473
7. Perkebunan
3.711
8. Lain-lain
2.512
9. Kolam/tebat/empang
612
Jumlah
152.220
Grafik 3.1.
Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan (Persen)
Lain-lain
2%
Kolam/tebat/empa
ng
0%
Hutan negaraPerkebunan
29%
2%
Saw ah
22%
Hutan rakyat
9%
Sementara tidak
diusahakanLadang/huma
0%
6%
Sementara tidak
diusahakan
0%
Pekarangan
8%
Tegal/kebun
22%
34
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
3.1.2. Kependudukan
Pada akhir tahun 2005 tercatat jumlah penduduk Kabupaten Sumedang
sebanyak 1.045.823 jiwa dengan tingkat kepadatan sebesar 587 jiwa per km
dan tahun 2004 tercatat jumlah penduduk sebanyak 1.025.570 jiwa dengan
2
Jatinangor dengan 3.452 jiwa per km dengan rata-rata rumah tangga 3,17 jiwa
per rumah tangga. Sementara yang terendah Kecamatan Jatigede 220 jiwa per
2
km dengan rata-rata rumah tangga 3,20 jiwa per rumah tangga (lihat Tabel 3.1;
halaman 33). Hal ini menunjukkan kawasan Jatinangor cenderung terus
bergeser menjadi pusat aktivitas-aktivitas sektor industri dan jasa, terutama
bergeser pada pusat aktivitas pendidikan, sehingga secara tidak langsung akan
berpengaruh pada peningkatan tingkat hunian maupun fasilitas ekonomi, seperti
toko atau rumah toko.
Tabel 3.3.
Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar, Yang Ditempatkan dan
Sisa Pencari Kerja Tahun 1993-2005
Yang Terdaftar
Yang Ditempatkan
L+P
L+P
4.785
1.025
1.024
2.049
2.170
1.537
3.707
2.081
5.124
296
294
590
2.753
1.869
4.622
3.579
2.593
6.172
892
1.176
2.068
3.017
1.743
4.760
4.554
4.071
8.625
777
835
1.612
2.065
1.216
3.281
1997
4.348
3.761
8.109
1.176
2.176
3.352
3.172
409
3.581
1998
4.392
4.186
8.578
731
575
1.306
3.661
3.611
7.272
1999
5.638
5.703
11.341
462
340
802
5.176
5.363
10.539
2000
5.250
5.051
10.301
126
388
514
5.124
4.663
9.787
2001
5.880
6.151
12.031
81
935
1.016
5.799
5.216
11.015
10
2002
7.423
8.365
15.788
320
568
888
7.103
7.797
14.900
11
2003
6.177
5.079
11.256
458
762
1.220
5.719
4.317
10.036
12
2004
7.173
7.608
14.781
346
631
977
6.827
7.247
14.074
13
2005
5.339
4.736
10.075
193
974
1.167
5.146
3.762
8.908
No.
Tahun
1993
2.863
1.922
1994
3.043
1995
1996
L+P
Sumber: Bappeda (Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2006, Katalog BPS: 1403-3211)
Tabel 3.3 di atas menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja selepas awal
krisis perekonomian nasional yaitu sejak tahun 1999 cenderung mengalami
35
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Pendidikan
56
Yang Ditempatkan
L+P
24
80
P
5
L+P
7
% Terhadap Total
Pencari Kerja
L
12
8,93
L+P
29,17
15,00
SD
SMP
406
361
767
18
140
158
4,43
38,78
20,60
SMA
1.370
1488
2.858
38
475
513
2,77
31,92
17,95
MAN
124
82
206
61
63
1,61
74,39
30,58
STM/M
1.390
1.395
54
54
3,88
3,87
STM/L
401
407
24
25
5,99
16,67
6,14
STM/B
69
70
SPMA
113
43
156
16
7,96
16,28
10,26
SMEA/TU
38
462
500
147
148
2,63
31,82
29,60
10
SMEA/TN
19
247
266
65
65
26,32
24,44
11
SMEA/TB
35
38
18
18
51,43
47,37
12
SPG/SGO
99
287
386
1,01
1,05
1,04
13
PGA
19
25
16,67
4,00
14
SPK
18
34
52
5,56
1,92
15
SMKK
23
26
21,74
19,23
16
DI
50
104
154
4,81
3,25
17
DII
42
176
218
10
15
11,90
5,68
6,88
18
DIII
366
511
877
13
19
1,64
2,54
2,17
19
S1
766
828
1.594
28
17
45
3,66
2,05
2,82
Jumlah
5.339
4.736
10.075
193
974
1.167
3,61
20,57
11,58
Tahun 2004
7.173
7.608
14.781
346
631
977
4,82
8,29
6,61
Sumber: Bappeda (Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2006, Katalog BPS: 1403-3211)
Tabel 3.4 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2005 jumlah pencari
kerja laki-laki (53 persen) lebih banyak daripada perempuan (47 persen). Namun
36
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
dari jumlah pencari kerja yang dapat ditempatkan justru perempuan lebih besar
daripada laki-laki, yaitu 9,67 persen untuk perempuan dan 1,91 persen untuk
laki-laki. Dari segi pendidikan, lulusan SMA merupakan pencari kerja terbanyak
(28,37 persen), dan lulusan SMEA Tata Buku menempati urutan tertinggi dari
jumlah persentase pencari kerja yang berhasil ditempatkan terhadap total
pencari kerja menurut tingkat pendidikan yaitu sebesar 47,37 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa lulusan sekolah kejuruan lebih besar peluangnya dibanding
lulusan SMA dalam menyerap bursa lapangan kerja. Artinya, cukup beralasan
apabila sekolah kejuruan lebih diperioritaskan untuk dikembangkan oleh
pemerintah daerah karena peluang lulusannya untuk menyerap bursa lapangan
kerja lebih besar.
Grafik 3.2.
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan Tahun 2000-2005
50,00
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
-
2000
2001
2002
2003
2005
Pertanian
39,91
45,35
42,45
43,85
38,04
Industri
12,79
14,31
15,60
12,71
16,26
4,30
5,66
5,43
7,46
6,16
23,51
23,52
21,47
21,75
19,70
4,56
5,03
6,32
5,75
4,33
Keuangan
0,44
1,33
0,75
0,53
0,90
14,49
6,84
7,68
9,99
10,81
Perdagangan
Jasa
Sumber: Bappeda (Kabupaten Sumedang Dalam Angka 2006, Katalog BPS: 1403-3211)
37
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
3.1.3. Perekonomian
Salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan pembangunan
ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu, angka pertumbuhan ekonomi
dapat dihitung melalui perubahan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Bila diperhatikan Grafik 3.3. di bawah ini menunjukkan perkembangan PDRB di
Kabupaten Sumedang dari tahun 2001 s.d. 2005 secara agregat terus
mengalami peningkatan.
Grafik 3.3.
Nilai PDRB Kabupaten Sumedang 2001-2005 (Milyar Rupiah)
2005
2004
Tahun
7.048,21
4.506,20
5.943,30
4.311,33
2003
4.133,00
5.338,80
4.863,81
3.979,48
2002
4.248,97
3.827,07
2001
-
1.000
2.000
3.000
4.000
Konstan 2000
5.000
6.000
7.000
8.000
Berlaku
Grafik 3.3. di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2005 nilai PDRB Kabupaten
Sumedang berada pada angka sebesar Rp 7.048,21 milyar. Nilai PDRB tersebut
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5.943,30 milyar
38
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
atau terjadi peningkatan sebesar 18,59 persen. Situasi ini disebabkan oleh
meningkatnya tingkat produktivitas dari masing-masing sektor pembangunan.
Jika dilihat dari struktur perekonomian Kabupaten Sumedang menurut lapangan
usaha, struktur perekonomiannya masih bersifat agraris atau diklasifikasikan non
industrialisasi, karena motor penggerak ekonominya adalah pertanian (lihat
Tabel 2; Lampiran IV). Selama periode 2001-2005, sektor pertanian memberikan
kontribusi rata-rata sebesar 29,36 persen terhadap PDRB. Kontribusi terbesar
diberikan oleh sub sektor tanaman bahan makanan, yaitu rata-rata 22,29
persen. Sementara sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan
kontribusi rata-rata sebesar 26,04 persen. Kontribusi terbesar diberikan oleh sub
sektor perdagangan besar dan eceran, yaitu rata-rata sebesar 21,51 persen.
Selanjutnya sektor industri pengolahan dengan sub sektornya industri tanpa
migas memberikan kontribusi rata-rata sebesar 24,35 persen terhadap PDRB.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas sektor pertanian, perdagangan,
hotel dan restoran memberikan dampak yang optimal terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, dan pada akhirnya
memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Pada saat ini sektor-sektor
tersebut menjadi andalan penting sebagai sumber kesempatan kerja dan
bahkan sumber devisa negara dari Kabupaten Sumedang.
Tabel 3.5
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Menurut Sektor dan
Kelompok Sektor Tahun 2002-2005 (Persen)
Kelompok Sektor
Primer
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Sekunder
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Tersier
2002
2003
2004
2005
3,94
3,92
1,39
1,36
3,36
3,34
3,99
3,97
8,01
10,07
8,42
9,21
4,18
4,83
4,99
4,55
3,87
4,49
4,51
4,23
6,6
7,8
9,29
5,92
5,54
5,8
6,13
6,64
3,87
4,92
4,49
4,87
3,33
4,21
4,01
4,72
6,47
6,48
6,7
6,21
7,29
8,95
6,81
6,83
Jasa-Jasa
3,07
4,76
3,99
3,77
3,98
3,86
4,31
4,52
PDRB
39
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
4.00
4.52
4.31
3.98
3.94
3.89
3.44
5.47
5.16
4.84
3.86
3.00
2.21
2.00
1.00
-
SMD
JABAR
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2.21
4.00
3.44
3.98
3.86
4.31
4.52
3.89
3.94
4.84
5.16
5.47
40
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
3.1.4. Pemerintahan
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumedang sebanyak 12.548 orang. Dari jumlah PNS tersebut, PNS
yang berada di lingkup dinas/instansi sebanyak 12.072 orang (96,21 persen)
tersebar di 26 lembaga pemerintahan kabupaten (Sekretariat Daerah,
Sekretariat Dewan, Kantor, Dinas, Badan, dan RSU), dan PNS yang berada di
lingkup kecamatan/kelurahan sebanyak 476 (7,06 persen). Dari jumlah tersebut,
golongan IV sebanyak 3.219 orang (25,65 persen), golongan III sebanyak 6.795
orang (54,15 persen), golongan II sebanyak 1.871 orang (14,91 persen), dan
golongan I sebanyak 187 orang (1,49 persen). Hal menarik dari tabel 2.1 adalah
banyaknya PNS yang mengambil jalur fungsional sebanyak 8867 orang atau
73,45 persen PNS di dinas/instansi adalah bukan sebagai pejabat jalur
struktural. Pejabat fungsional terbanyak berada di lingkup Dinas Pendidikan atau
sebanyak 7790 orang (87,85 persen) yang tersebar di golongan II, III bahkan
golongan IV. Sementara yang sedikit staf fungsionalnya berada di Sekretariat
DPRD. PNS yang bertugas di kecamatan dan kelurahan sebanyak 476 orang
(7,06 persen), terdiri dari golongan IV sebanyak 12 orang (0,1 persen), golongan
III sebanyak 307 orang (2,45 persen), golongan II sebanyak 141 orang (1,12
persen), dan golongan I sebanyak 16 orang (0,13 persen). Hal ini menunjukkan
bahwa dari besarnya kapasitas PNS pada jalur fungsional, cukup memadai
untuk memberikan pelayanan akses pendidikan secara optimal kepada
masyarakat dan secara tidak langsung akan mempermudah upaya pencapaian
peningkatan indek pendidikan sebagai fokus pembangunan pada tahun
anggaran 2006.
Dari sisi kelembagaan untuk menjalankan roda pemerintahan, termasuk
di dalamnya berbagai kewenangan, berdasarkan Pasal 3 Peraturan Daerah
Kabupaten Sumedang Nomor 7 Tahun 2006 disebutkan bahwa nomenklatur
Susunan Organisasi Perangkat Daerah (SOTK) terdiri atas: Sekretariat Daerah;
Sekretariat DPRD; 14 Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah (5 Badan, 3
Kantor, Inspektorat Kabupaten, dan Satuan Polisi Pamong Praja); 26
kecamatan; dan 7 kelurahan. Dengan 29 institusi perangkat daerah yang ada
saat ini dengan keefektifan sejak bulan Pebruari 2007, apabila diperbandingkan
dengan SOTK sebelumnya, jumlah perangkat daerah saat ini lebih gemuk atau
41
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Kesehatan
Pendidikan
Kebudayaan dan Pariwisata
Perindustrian dan Perdagangan
7.
8.
9.
10.
11.
Kecamatan
Kelurahan
Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang
Inspektorat Kabupaten
Lembaga Teknis Daerah:
1. Badan Perencanaan Daerah
2. Badan Keuangan Daerah
3. Badan Kepegawaian dan Pendidikan dan
Pelatihan Daerah
4. Badan Lingkungan Hidup
5. Badan Kesatuan Bangsa
6. Kantor Penyuluhan Pertanian,
Kehutanan dan Ketahanan Pangan
7. Kantor Pemuda dan Olah Raga
8. Kantor Komunikasi dan Informasi
Satuan Polisi Pamong Praja
Kecamatan
Kelurahan
42
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel
Satuan
43
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
tekanan
dari
birokrasi
yang
berkembang
terus
dibandingkan
untuk
2)
Sekretariat
DPRD
merupakan
unsur
pelayanan
dan
pendukung
4)
5)
6)
7)
44
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
yang
menikmati
pelayanan
pemerintah
daerah,
dan
biasanya
daerah,
misalnya:
retribusi
pelayanan
kesehatan;
retribusi
45
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Jumlah
2004
2005
50.118.894.987,70
58.699.239.115,74
63.455.317.746
16.514.948.371
18.183.246.270
18.195.742.136
25.424.024.266,98
35.200.334.246,27
36.155.616.346
1.835.321.154,22
2.362.172.174,47
2.547.298.133
6.344.601.195,50
2.953.486.425
6.556.661.131
Dana Perimbangan
390.312.963.694
415.841.469.850
620.822.782.926
36.927.236.286
38.883.422.914
47.136.555.151
13.240.000.000
31.910.000.000
301.089.000.000
316.698.000.000
500.020.000.000
45.086.727.408
47.020.046.936
41.756.227.775
23.529.981.851
17.895.664.376
2.749.000.000
463.961.840.532,70
492.436.373.341,74
687.027.100.672
Bagian PAD
Pos Pajak Daerah
Pos Retribusi Daerah
TOTAL
2006
Sumber: Pertanggungjawaban APBD TA. 2004, TA. 2005, dan TA. 2006
46
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
utama dari belanja, maka selama periode tahun 2004-2006, sekitar 70 persen
dari belanja Pemerintah Kabupaten Sumedang dialokasikan untuk belanja publik
dan hanya 29 persen yang dialokasikan untuk belanja aparatur. Hal ini
menunjukkan alur konsistensi kebijakan alokasi belanja yang tepat dan secara
tidak langsung akan semakin mendekatkan pada upaya capaian peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Tabel 3.8.
Alokasi Pengeluaran APBD Kabupaten Sumedang Tahun 2004-2006
TA. 2004
Uraian
APBD
TA. 2005
Persen
APBD
TA. 2006
Persen
APBD
Persen
Belanja
Aparatur
128.422.007.655,16
29,13
145.245.901.473,70
29,35
196.170.621.604,00
28,82
Belanja
Administrasi
Umum
116.940.332.180,16
26,52
127.429.157.562,00
25,75
166.739.623.885,00
24,50
Belanja
Operasi dan
Pemeliharaan
9.547.062.275,00
2,17
11.234.832.200,00
2,27
18.855.594.100,00
2,77
Belanja Modal
1.934.613.200,00
0,44
6.581.911.711,70
1,33
10.575.403.619,00
1,55
Belanja
Publik
312.482.710.311,00
70,87
349.640.524.264,00
70,65
484.461.019.546,00
71,18
Belanja
Administrasi
Umum
212.493.223.014,00
48,19
205.527.872.255,00
41,53
243.627.274.293,00
35,79
Belanja
Operasi dan
Pemeliharaan
19.306.049.322,00
4,38
33.633.168.372,00
6,80
52.623.532.117,00
7,73
Belanja Modal
34.348.715.298,00
7,79
63.694.885.316,00
12,87
107.755.935.035,00
15,83
Belanja Bagi
Hasil dan
Bantuan
Keuangan
42.362.383.470,00
9,61
43.340.561.506,00
8,76
77.956.524.601,00
11,45
Belanja Tidak
Tersangka
3.972.339.207,00
0,90
3.444.036.815,00
0,70
2.497.753.500,00
0,37
440.904.717.966,16
100,00
494.886.425.737,70
100,00
680.631.641.150,00
100,00
Total
Sumber: APBD Kabupaten Sumedang, TA. 2004, TA. 2005, TA. 2006
47
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
mengarahkan
pembangunan,
Kabupaten
Sumedang
telah
48
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
2)
3)
dan
ekonomi
yang
makin
berwawasan
lingkungan
dan
2)
49
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
3)
4)
Kemuliaan,
diartikan
bahwa
untuk
meraih
tujuan
dan
sasaran
pembangunan di Kabupaten Sumedang dengan menggunakan caracara yang bermartabat dengan menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan
selalu dilakukan dengan penuh kehormatan atas hak-hak azasi manusia
serta keunggulan masyarakat Sumedang yang santun, arif dan
bijaksana;
5)
Dengan
penyelenggara
demikian,
pemerintah
maka
daerah
semua
harus
komponen
ditempatkan
para
sebagai
50
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
penyelenggara
pemerintahan
daerah
dalam
pemberian
51
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel 3.9
Sasaran dari Tujuan Rumusan Misi Pertama Kabupaten Sumedang
Berikut Target Capaiannya
No.
Sasaran
Target
Capaian
Renstrada
Per Th
Th
2008
Th
2005
Th*
2006
1.
100%
100
%
100
%
100
%
2.
95%*
95%
95%
95%
3.
75%
30%
75%
4.
100%*
100
%
100
%
100
%
5.
75%
75%
75%
6.
100%
20%
30%
75%
52
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
suasana
kegotong-royongan
dalam
lingkungan
pelayanan
publik
yang
berkualitas
di
bidang
53
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel 3.10
Sasaran dari Tujuan Rumusan Misi Kedua Kabupaten Sumedang
Berikut Target Capaiannya
No.
Sasaran
Target Capaian
AKU dan KU
APBD*
Target
Capaian
Renstrada
Per
Th
Th
2008
Th
2004
Th
2005
Th*
2006
Indeks
73
Indeks
76
Indeks
70
Indeks
71,67
1.
2.
100%*
100%
100%
3.
90%*
90%
90%
4.
20%*
10%*
10%*
20%*
10%*
10%*
20%
5%
5%
75%*
90%*
61%
74%
67,25%
78,50%
SD
SLTP
SLTA
APM SLTP
APK SLTP
6.
20%
20%
7.
Meningkatnya
upaya
pembangunan
dan
rehabilitasi
infrastruktur kesehatan, terutama di berbagai pelosok
kabupaten yang disertai dengan perbaikan penyediaan obatobatan, kompetensi tenaga kesehatan.
100%
8.
9.
Meningkatnya
fasilitas
Pemerintah
Daerah
dalam
pemberdayaan kelembagaan masyarakat yang bergerak
dalam bidang kesejahteraan masyarakat dan keluarga,
dengan terus mengupayakan pengarusutamaan gender dalam
pembangunan daerah di berbagai sektor
100%
10.
0%
0%
14%
54
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Sasaran
Target Capaian
Renstrada
Per Th
Th
2004
Th
2008
Th
2005
Th*
2006
1.
4%
4%
4%
4%
2.
15%
15%
15%
15%
3.
80%
25%
20%
4.
80%
15%
10%
5.
50%
40%
23,67%
50%
20%
6.
7.
1,25%
8.
2,8%
0%
90%*
9.
100%
1,65%*
55
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
tujuan
dan
sasaran-sasaran
Pemerintah
Daerah
Kabupaten
Jumlah kebijakan pada Bab V kontradiksi dengan Matrik Renstrada Tahun 2003-2008 berjumlah
68 kebijakan.
56
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel 3.12
Jumlah Kebijakan dan Program Menurut Bidang Kewenangan
No.
Bidang Kewenangan
Jumlah
Kebijakan
Program
1.
Pemerintahan Umum
8
13
28
2.
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
1
4
5
3.
Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup
3
3
6
4.
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
1
3
6
5.
Penanaman Modal
1
3
2
6.
Ketenagakerjaan
1
3
3
7.
Kesehatan
3
6
10
8.
Pendidikan
4
9
9
9.
Bidang Sosial
4
6
11
10.
Penataan Ruang
1
1
3
11.
Pekerjaan Umum dan Pemukiman
2
8
8
12.
Perhubungan
1
1
3
13.
Kependudukan
3
3
9
14.
Olah Raga dan Kepemudaan
2
2
6
16.
Kepariwisataan dan Kebudayaan
2
2
5
17.
Pertanahan
2
2
5
Jumlah
30*
68**
94
Sumber: Dokumen Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008
Catatan:
* Jumlah kebijakan untuk setiap bidang kewenangan pada Bab V dokumen Renstrada.
** Jumlah kebijakan untuk setiap bidang kewenangan pada Matriks dokumen Renstrada.
57
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
1)
b)
c)
kompetitif,
dengan
ditunjang
oleh
peningkatan
partisipasi
Meningkatkan
akses
dan
mutu
pelayanan
kesehatan
dengan
Mengembangkan
pengelolaan
potensi
sumber
daya
pertanian,
2)
efisiensi
pengelolaan
dan
intensifikasi
pemungutan
PAD.
penambahan
cadangan
daerah.
Sementara
dari
segi
58
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
c)
mencerminkan
kebutuhan
riil
yang
dapat
dinikmati
oleh
masyarakat.
Sementara sasaran pokok pembangunan masing-masing bidang kewenangan
akan dapat terlihat pada data capaian target AKU APBD TA. 2004 sebagaimana
sasaran dari tujuan ketiga misi dalam renstrada.
2)
3)
bersama antara Gubernur Jawa Barat dengan para Bupati dalam upaya
mendukung akselerasi pencapaian visi dan misi Jawa Barat tahun 2010, yang
meliputi:
1)
Mengantisipasi
dan
menanggulangi
masalah-masalah
59
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
pendidikan,
2)
pemasaran,
peningkatan
kualitas
design
produk
serta
pendamping usahanya;
3)
4)
5)
Meningkatkan
kualitas
SDM
aparatur
pemerintah
dalam
rangka
7)
8)
Meningkatkan
upaya
pengendalian
pencemaran
dan
kerusakan
60
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Nota
Kesepakatan
antara
Pemerintah
Kabupaten
transparan,
akuntabel,
dan
partisipatif
pada
semua
lini
61
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
perlu
tercermin
secara
nyata,
dengan
melakukan
62
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
1. Pendapatan Daerah
No.
1.
2.
3.
Sumber Pendapatan
Jumlah (Rp
milyar)
PAD
Dana Perimbangan
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
53,144
393,901
17,000
Persen
Kenaikan
0,04
0,39
-
2. Belanja Daerah
No.
Belanja Daerah
1.
Belanja Tidak
Langsung
2.
Belanja
Langsung
84,334
3.
Belanja Bagi
Hasil dan
Bantuan
Keuangan
Belanja Tidak
Tersangka
31,412
4.
Jumlah
(Rp milyar)
345,853
3,00
Arahan
1. Membiayai belanja pegawai (Rp 281,185
milyar);
2. Membiayan keperluan dinas lainnya
dalam rangka tupoksi (Rp 64,668 milyar).
1. Membiayai berbagai program dan
kegiatan seluruh penyelenggaraan
urusan dan bidang kewenangan ( Rp
61,881 milyar lebih);
2. Membiayai berbagai program yang
didanai DAK (Rp 13,20 milyar);
3. Membiayai berbagai program yang
didanai dana bantuan propinsi (Rp 9,213
milyar)
Penanganan kebijakan khusus pemerintah
daerah melalui mekanisme seleksi terukur
dengan memperhatikan perencanaan calon
sasaran penerima bantuan.
Penanganan bencana alam, bencana sosial
atau pengeluaran lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan.
3. Pembiayaan Daerah
Kebijakan pembiayaan daerah dari sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Sisi Penerimaan
Sisi Pengeluaran
63
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Adapun tahapan proses penyusunan APBD pada TA. 2006 secara visual dapat
digambarkan sebagai berikut ini.
Bagan 3.1.
Kerangka Mekanisme Proses Penyusunan APBD Kabupaten Sumedang
Renstrada dan
Dokumen Perencanaan
Penjaringan
Aspirasi
Penjaringan
Aspirasi
MASYARAKAT
Tokoh Masyarakat, LSM,
Ormas, Asosiasi Profesi,
Perguruan Tinggi dan Lain-lain
Pokok-Pokok
Pikiran
DPRD
RKPD
Kesepakatan
PEMDA
Kebijakan
Umum APBD
DPRD
Strategi, Prioritas
dan Plafon Sementara
P
r
o
s
e
s
E
v
a
l
u
a
s
i
Pernyataan
Anggaran
SKPD
RKA/RASK
SKPD
Tim
Anggaran
Eksekutif
Rancangan
APBD
Pengajuan
Panitia
Anggaran
Legislatif
RAPBD
Penetapan
APBD
Proses Pelaksaan
64
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
2)
3)
dan
ekonomi
yang
makin
berwawasan
lingkungan
dan
65
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
peternakan,
perikanan
dan
perkebunan
sangat
sumber
daya
manusia
melalui
peningkatan
Indeks
66
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
4.1.2. Kelemahan
Kelemahan merupakan hal yang timbul dari lingkungan internal
Kabupaten Sumedang di mana faktor yang akan menghambat keberhasilan
pelaksanaan APBD Tahun 2004-2006, dan bahkan APBD Tahun 2007, yaitu:
1)
2)
3)
terdengarnya
pelayanan
dari
meskipun
dengan
berlangsung
keluhan
aparatur.
tetapi
Salah
pemberian
pada
dari
masyarakat
satunya
layanan
pelayanan
gratis
kenyataannya
tentang
buruknya
Puskesmas,
sejak
satu
tahun
masyarakat
kecil
masih
keuangan
daerah
yang
belum
dapat
mengimbangi
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Di samping, tidak terpadunya programprogram dari Dinas/Badan/ Lembaga terkait yang harus mengarah ke
satu titik temu capaian visi dan misi sebagai implementasi program
dalam Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008.
67
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
4.1.3. Peluang
Peluang adalah unsur penguat yang timbul dari lingkungan eksternal
daerah, di mana apabila peluang ini dimanfaatkan secara optimal akan sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan pada tahun 2004-2006,
dan bahkan tahun 2007. Unsur-unsur peluang, antara lain:
1)
Perkembangan
luar
daerah
Kabupaten
Sumedang
terutama
3)
4)
bagi
pengembangan
potensi
agribisnis
dan
pariwisata
4.1.4. Ancaman
Unsur ancaman merupakan penghambat yang timbul dari lingkungan
eksternal daerah, yang dipastikan akan mengganggu tercapainya sasaransasaran pada tahun 2004-2006, dan bahkan tahun 2007, yaitu:
1)
68
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
2)
3)
4)
pada
sektor
pertanian
sangat
rentan
terhadap
kelemahan,
2)
69
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
3)
4)
ke
lima
kabupaten
terdekat,
dapat
dijadikan
pangsa
3)
70
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
2)
3)
berkemampuan
menangkal
atau
meminimalisasi
dampak
Tingkatkan
memperbaiki
kondisi
infrastruktur
kemampuan
pembangunan
produksi
di
sektor
sehingga
agribisnis,
akan
melalui
71
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
3)
akan
mendorong
kepuasan
masyarakt
terhadap
2)
3)
lambatnya
capaian
pertumbuhan
ekonomi
sehingga
72
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
ekonomi
sumber
daya
alam
(khusus
pertambagan
dan
Ketimpangan
dalam
pengembangan
wilayah,
yaitu
lebih
73
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
penciptaan
keterbukaan
kepada
publik
melalui
dokumen
74
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
75
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
visinya. Di lihat dari komposisi total APBD, belum secara optimal menunjukkan
adanya keseimbangan dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. Meskipun
alokasi anggaran lebih banyak diperuntukan pada belanja publik, namun
besarnya proporsi tersebut lebih disebabkan oleh tinggi proporsi alokasi
anggaran terhadap sektor pendidikan dan sektor kesehatan yang mencapai
48,61 persen. Potret tersebut bisa dideteksi dari rata-rata 70 persen alokasi
dana dari total APBD diperuntukan untuk alokasi belanja publik dan rata-rata 29
persen untuk alokasi belanja aparatur. Kondisi ini sedikit adanya kemajuan
apabila berbanding terbalik dengan kondisi alokasi anggaran rutin dan alokasi
anggaran pembangunan pada tahun 2000-2001. Pada tahun anggaran 2000,
alokasi anggaran belanja rutin mencapai 74,23 persen dan 25,77 persen alokasi
anggaran belanja pembangunan. Begitu juga pada tahun anggaran 2001,
alokasi anggaran belanja rutin malah meningkat, yaitu sebesar 83,59 persen,
dan 16,44 persen alokasi anggaran belanja pembangunan. Persentase alokasi
anggaran belanja pembangunan pada tahun anggaran 2001 tersebut adalah
termasuk persentase alokasi anggaran belanja pembangunan kabupaten
terendah di antara kabupaten/kota di Jawa Barat. Termasuk pula Kabupaten
Sukabumi yang tidak berbeda jauh, yaitu 83,10 persen alokasi belanja rutin dan
16,90 persen alokasi belanja pembangunan.
Sementara apabila di lihat dari alokasi anggaran menurut sektor, yang
termasuk sektor strategis dan berkelanjutan di Kabupaten Sumedang pada
tahun anggaran 2004-2006 yaitu: sektor pendidikan; sektor kesehatan; sektor
infrastruktur; sektor pertanian; dan sektor ketenagakerjaan. Hasil analisa
memperlihatkan bahwa pengalokasian dana APBD Kabupaten Sumedang pada
TA. 2004-2006 untuk memenuhi belanja penyediaan kebutuhan dasar (basic
needs), seperti pendidikan dan kesehatan masyarakat sudah menjadi prioritas
dalam APBD. Ketimpangan justru terjadi apabila dihubungkan dengan sektor
pariwisata sebagai entry point Sumedang yang hendak dibangun ternyata cukup
lemah, sehingga dengan keterbatasan dana cenderung akan sulit untuk
mempromosikan dan membangun potensi pariwisata. Sementara itu, dengan
mencermati data pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang pada tahun
2001-2005 didukung oleh sektor-sektor: pendidikan (41,33 persen) dan
perdagangan, hotel dan restoran (29,36 persen). Artinya, agar perekonomian
76
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
77
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel 4.1
Alokasi Belanja Menurut Bidang Kewenangan Pada APBD
Tahun Anggaran 2004-2005
Realisasi Belanja
Bidang Kewenangan
Administrasi Pemerintahan
TA. 2004
TA. 2005
Selisih
Persen
88.070.215.068
96.512.362.266
-8.442.147.198
-9,59
Pertanian
8.716.355.428
10.533.574.043
-1.817.218.615
-20,85
1.357.454.218
2.677.694.070
-1.320.239.852
-97,26
Kehutanan dan
Perkebunan
3.814.659.837
3.881.656.861
-66.997.024
-1,76
Perindustrian dan
Perdagangan
3.292.727.011
3.451.046.878
-158.319.867
-4,81
Perkoperasian
1.991.059.867
2.320.645.699
-329.585.832
-16,55
Ketenagakerjaan
6.919.860.440
7.457.078.749
-537.218.309
-7,76
Kesehatan
41.613.156.433
23.518.847.239
18.094.309.194
43,48
Pendidikan
200.184.524.013
133.427.984.643
66.756.539.370
33,35
3.944.167.393
4.129.957.142
-185.789.749
-4,71
16.928.536.634
6.770.503.886
10.158.032.748
60,01
Perhubungan
4.632.545.620
5.059.066.711
-426.521.091
-9,21
Lingkungan Hidup
3.176.752.191
4.019.144.868
-842.392.677
-26,52
Kebudayaan
1.878.651.733
2.951.243.354
-1.072.591.621
-57,09
1.152.703.731
16.154.964.121
-15.002.260.390
1301,48
387.673.369.615
322.865.770.530
64.807.599.085
16,72
Sosial
Infrastruktur
Pertanahan
Jumlah
Sumber: Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Sumedang TA. 2004 dan TA. 2005
78
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Dari
komposisi
pembelanjaan
APBD
TA.
2004
dan
TA.
2005
padahal
potensi
untuk
mewujudkan
visi
sektornya
melalui
tahun
anggaran,
sektor
kesehatan
seluruh
alokasi
belanjanya
program
prioritas
pada
keseluruhan
perangkat
daerah
yang
diselenggarakan pada TA. 2006 dibanding pada TA. 2005. Pada TA. 2006
tercatat sejumlah 225 program atau hampir 283 persen dibanding TA. 2005 yang
hanya mencakup 79 program (35,79 persen). Peningkatan ini dipengaruhi oleh
meningkatnya pendapat APBD dan dimungkinkan pula karena adanya
pengurangan alokasi anggaran pada sektor pertanahan sebesar Rp 14,7 milyar
lebih. Banyaknya alokasi anggaran untuk program yang direncanakan pada TA.
2006 tersebut, berarti lebih banyak dari apa yang ditetapkan dalam programprogram Renstrada Kabupaten Sumedang Tahun 2003-2008 yang hanya
79
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel 4.2.
Perbandingan Alokasi Belanja Aparatur dan Belanja Publik Berdasarkan
Bidang Kewenangan Pada APBD Tahun Anggaran 2004-2005 (Persen)
Bidang
Kewenangan (Sektor)
Administrasi
Pemerintahan
Pertanian
Pertambangan dan
Energi
TA. 2004
Aparatur
72.440.552.148
Publik
7.626.612.928
87,50
980.354.218
1.089.742.500
Perindustrian dan
Perdagangan
2.368.953.011
Perkoperasian
1.591.059.867
Ketenagakerjaan
2.509.733.222
17,75
65.316.682.977
12,50
7.409.229.545
70,34
3.124.344.498 29,66
35,14
1.736.664.510 64,86
86,57
521.475.000 13,43
64,22
1.234.892.300 35,78
62,69
865.945.200 37,31
76,62
1.743.727.000 23,38
3.360.181.861
7,04
923.774.000
2.216.154.578
28,05
400.000.000
79,91
1.454.700.499
20,09
4.410.127.218
36,27
-
63,73
41.613.156.433
5.713.351.749
100
9.616.025.694
76,98
2.767.397.142
Sosial
3.036.167.393
Pekerjaan
Umum
6.934.340.634
Perhubungan
3.981.745.620
Lingkungan
Hidup
2.792.352.191
Kebudayaan
1.609.251.733
85,66
269.400.000
14,34
1.605.888.854
Pertanahan
1.011.703.731
87,77
141.000.000
12,23
935.480.893
Jumlah
Publik
941.029.560
268.500.000
71,95
11.330.820.322
27,78
92,96
Kesehatan
Aparatur
377.100.000
72,22
3.546.159.837
15.629.662.920
82,25
Kehutanan
dan Perkebunan
Pendidikan
TA. 2005
908.000.000
23,02
9.994.196.000
40,96
- 23.518.847.239
100
1.362.560.000 32,99
6.263.905.636
59,04
92,52
506.598.250
7,48
650.800.000
85,95
14,05
384.400.000
87,90
3.733.009.211
73,79
1.326.057.500 26,21
3.038.096.868
12,10
75,59
981.048.000 24,41
54,41
1.345.354.500 45,59
80
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel 4.3
Jumlah Program dan Alokasi Anggaran Program Menurut Bidang (Sektor)
Pada TA. 2005-2006
Jumlah Program
Bidang (Sektor)
Alokasi Anggaran
TA.
2006
TA.
2005
Persen
Administrasi
Pemerintahan
84
21
25,00
39.688.004.290 20,62
Pertanian, Kehutanan
dan Perkebunan
17
29,41
15.085.980.950
7,84
4.313.533.700
2,85
Pertambangan,
Energi dan
Lingkungan Hidup
14
28,57
9.472.349.800
4,92
3.066.823.000
2,03
Perindustrian,
Perdagangan dan
Perkoperasian
18
38,89
3.398.597.900
1,77
1.909.939.300
1,26
Ketenagakerjaan dan
Kependudukan*
12
58,33
1.924.024.500
1,00
1.307.533.400
0,87
Kesehatan
20
40,00
33.955.410.415 17,64
28.566.400.780 18,90
Pendidikan
13
69,23
30.814.391.275 16,01
20.176.222.700 13,35
Sosial
16
31,25
44,44
12
16,67
1.346.836.350
Kebudayaan dan
Kepariwisataan
71,43
Pertanahan
225
79
Infrastruktur
Perhubungan
Jumlah
TA. 2006
4.221.084.000
Persen
TA. 2005
Persen
39.159.539.262 25,91
2,19
2.614.827.600
1,73
32.783.852.481 17,03
15.085.977.800
9,98
0,70
2.767.000.000
1,83
4.365.906.780
2,27
1.989.273.500
1,32
66,67
15.422.426.095
8,01
35,11
192.478.864.836
100
30.201.500.000 19,98
151.158.571.042
100
Sumber: Bappeda (Rekapitulasi Prioritas dan Plafon APBD 2006 dan LAKIP TA. 2005)
81
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
82
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel 4.4.
Program Prioritas Berkelanjutan Menurut Bidang Kewenangan
Pada APBD TA. 2005-2006
Sektor
/
Bidang
Admin
istrasi
Umum
411.249.000
125.000.000
2.323.901.800
668.344.400
878.369.450
Keseh
atan
Pendi
dikan
174.325.000
48.265.000
31,16
85.000.000
0,22
9,47
241.590.000
0,62
Turun
Turun
10,81
4.857.564.900 12,40
3,11
7.185.210.500 18,35
4,09
5.910.709.200 15,09
Turun
Turun
0,41
Naik
0,22
43.993.000
0,11
1.474.093.000
Turun
10,94
448.756.455
11.662.516.760
8.624.175.665
18.822.376.850
Program Peningkatan
Profesionalisme Tenaga
Kependidikan
Skala
Naik
0,81
Anggaran
2005
Turun
499.828.400
Penge
lolaan
Lingk
ungan
Hidup
Anggaran
2006
3,33
3.059.775.000 10,71
84.675.000
0,30
Naik
Turun
9.370.000.000 47,22
571.655.000
2,88
200.000.000
1,01
373.787.500
Naik
1,21
70.149.850
Turun
0,23
643.545.800
324.615.000
265.115.000
1.744.728.200
8,79
Naik
16,17
289.585.000
9,44
Turun
8,16
570.547.100 18,60
Turun
6,66
552.690.900 18,02
Sumber: diolah dari dokumen APBD TA. 2004, TA. 2005 dan TA. 2006
83
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Naik
yang
cepat
tumbuh
untuk
dibangkitkan
aktivitas
ekonomi
84
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Daerah
Kabupaten
Sumedang
mengembangkan
program
program-program
dalam
renstrada
dengan
apa
yang
telah
terimplementasi pada alokasi anggaran APBD TA. 2004. Terlebih apabila dilihat
dokumen pertanggungjawaban APBD TA. 2004 ini hanya terbatas secara
rincilan kebijakan alokasi anggaran secara global berdasarkan kegiatan, namun
tidak fokus pada nomenklatur program.
85
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Namun satu hal menarik dari data APBD TA. 2004 tersebut, sektor
pariwisata misalnya, sebagai entry pointnya Sumedang yang ingin dibangun,
ternyata kontribusi anggarannya hanya mencapai 0,44 persen. Hal ini
menunjukkan betapa konsistensi kebijakan yang dibangun komitmen terhadap
capaian visi Sumedang lemah dan cenderung kurang rasional. Maka, dengan
keterbatasan dana tersebut tidak cukup untuk dapat mempromosikan dan
pembangunan potensi pariwisata. Pandangan responden dalam wawancara
cukup dapat mewakili kecenderungan konsistensi lemahnya kebijakan atau
komitmen terhadap sektor pariwisata sebagai sektor yang semestinya mendapat
perhatian yang cukup sebagai upaya pencapaian visi Pemerintah Kabupaten
Sumedang.
Kita salah menempatkan kemarin, jadi itu saya katakan
Sumedang sebagai daerah agribisnis dan pariwisata dalam
konteks visi daerah atau visi pemerintah daerah. Karena visi
daerah dengan visi pemerintah daerah itu sangat berbeda. Visi
daerah itu sifatnya long term, apa yang ingin dicapai Sumedang
dalam dimensi 20 tahun yang akan datang. Nah, dari visi daerah
tersebut akan dibreakdown oleh kepemimpinan seorang bupati
yang dalam jangka waktu 20 tahun berarti ada 4 kepemimpinan
bupati, maka setiap bupati menawarkan visinya. Visi bupati itulah
yang akan menjadi visi pemerintah daerah dalam memberikan
kontribusi capaian visi daerah dalam jangka panjang itu. Maka
yang perlu dijaga adalah kontinuitas pencapaian visi daerah yang
di space oleh kepemimpinan yang berbeda-beda. Sekarang ini
kan ngaco, bupati yang sekarang ini habis, tarohlah misalnya
Sumedang ingin jalan ke Jakarta sudah beranjak jalan dari
Sumedang ke Cileunyi, bupati yang baru balik lagi dari Sumedang
mau ke Cileunyi. Harusnya dari Cileunyi berangkat ke Purwakarta,
kan gitu!
86
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
merupakan
salah
satu
modal
dasar
pembangunan.
Grafik 4.1.
Realisasi IPM Kabupaten Sumedang Tahun 1999-2005
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
-
1999
2002
2003
2004
2005
IP
78,84
79,09
80,34
82,56
83,30
IK
66,17
69,50
71,23
71,45
71,57
IDB
51,90
53,82
57,43
57,95
59,34
IPM-KS
66,60
67,50
69,67
70,65
71,40
IPM-JB
62,25
67,45
67,87
68,36
69,35
87
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel 4.5 di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 tingkat
pertumbuhan angka partisipasi kasar (APK) maupun angka partisipasi murni
(APM) untuk pendidikan sembilan tahun wajib belajar mengalami peningkatan.
Selama ini langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan angka
partisipasi sekolah di luar sekolah formal adalah melalui program pendidikan luar
sekolah, yaitu Kelompok Belajar Paket A setara sekolah dasar (SD), Kelompok
Belajar Paket B setara sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP/SMP), dan
Kelompok Belajar Paket C setara sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA/SMU).
Tabel 4.5
Tingkat Pencapaian Target dan Realisasi Indikator Kinerja
Kegiatan Sektor Pendidikan Pada Tahun 2005-2006
Indikator Sasaran
Realisasi
Realisasi
73,94
75,72
78,50
84,00
40,93
45,75
31,30
48,46
98,19
98,26
98,26
99,03
58,48
59,16
59,16
80,78
39,12
53,00
23,26
43,62
20,00
10,83
20,00
17,00
10,00
32,00
5,00
14,81
10,00
1,60
5,00
7,00
SD/MI
1,00
0,83
1,00
0,03
SMP/MTs
1,00
0,74
1,00
2,61
SD/MI
1:30
1:20
1:30
1:20
SMP/MTs
1:30
1:16
1:30
1:16
SMA/SMK/MA
1:30
1:28
1:30
1:28
Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang (dikompilasi dari dokumen LAKIP Tahun 2005
dan Rekapitulasi Prioritas dan Plafon Anggaran APBD TA. 2006)
88
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
89
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
program,
59,98
persen
lebih
diperuntukkan
untuk
Program
90
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
bidang kesehatan secara garis besar terdiri dari dua hal yaitu: 1) perubahan
dalam sistem dan proses organisasional yang terdiri dari pembangunan
kebijakan kesehatan (health policy development), kebutuhan penghitungan dan
informasi (needs assesment and information), perencanaan dan alokasi sumber
daya (planning and resource allocation), pembiayaan dan manajemen keuangan
(financing and financial management), perencanaan dan manajemen sumber
daya manusia (human resources planning and management), koordinasi
antarsektoral (intersectoral coordination) dan partisipasi masyarakat (public
participation); 2) keadilan, efisiensi dan kualitas pelayanan.
Dari pandangan Mardianso tersebut, untuk pemenuhan kebutuhan dasar
melalui kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, di
Kabupaten Sumedang perubahan terjadi pada aspek perencanaan dan alokasi
sumber daya (anggaran). Dalam kerangka mengejar indikator kesehatan
masyarakat, pada APBD TA. 2005 alokasi anggaran sektor kesehatan adalah
sebesar Rp 23.518.847.239 atau 7,28 persen dari total belanja APBD. Dari
anggaran tersebut sepenuhnya dialokasikan untuk belanja publik. Alokasi
anggaran pada tahun 2005 ini lebih rendah dari alokasi APBD TA. 2004 sebesar
Rp 41.678.645.575,43 atau 9,75 persen dari yang dianggarkan. Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun dukungan alokasi anggaran APBD untuk sektor
kesehatan pertumbuhannya bersifat fluktuatif, komposisi alokasi anggarannya
sudah cukup optimal mencerminkan konsistensi kebijakan alokasi anggaran
untuk sektor kesehatan sebagai prioritas pembangunan daerah, dan dari
komposisi alokasi anggarannya secara tidak langsung akan mempermudah
akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar kesehatan.
Dari sisi aspek pembangunan kesehatan, status kesehatan penduduk
Kabupaten Sumedang pada tahun 2006 telah menunjukkan derajat usia
harapan hidup mencapai 67,74 tahun. Grafik 4.1 sebelumnya menunjukkan
bahwa selama kurun waktu tujuh tahun berlangsung (1999-2005), capaian
indeks kesehatan terus mengalami peningkatan dengan capaian lebih tinggi dari
rata-rata IPM yang ditargetkan Propinsi Jawa Barat (lihat Grafik 4.1; halaman
87). Dampak yang ada dari hasil pengukuran IPM tahun 2005, Indeks
Kesehatan adalah sebesar 71,57.
91
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
dan
perbekalan
kesehatan,
tenaga
kesehatan,
pembiayaan
dan
Tabel 4.6
Tingkat Pencapaian Target dan Realisasi Indikator Kinerja
Kegiatan Sektor Kesehatan Pada Tahun 2005-2006
Indikator Sasaran
Realisasi
Realisasi
40,70/1000
kh
186/17.245
kh
38/1000 kh
220/1832
kh
10/18.000
kh
12/17.245
kh
130/kh
100.000
8/18325 kh
10,00
19,00
70,00
71,98
94,93
68,19
90,00
101,34
0,10
0,16
0,50
0,96
0,50
0,66
2,00
13,30
4,00
1,12
97,00
84,38
5,00
0,23
0,50
1,36
Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang (dikompilasi dari dokumen LAKIP Tahun 2005
dan Rekapitulasi Prioritas dan Plafon Anggaran APBD TA. 2006)
92
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Tabel 4.7
Jumlah Program di Sektor Kesehatan Berdasarkan Renstrada Dalam
Dua Tahun Pelaksanaan Anggaran (2005-2006)
Program Kesehatan dalam Renstrada
Tahun Pelaksanaan
2005
2006
Sumber: Bappeda Kabupaten Sumedang (dikompilasi dari dokumen LAKIP Tahun 2005
dan Rekapitulasi Prioritas dan Plafon Anggaran APBD TA. 2006)
93
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
dari 10 dan Lampiran II-2, 2 dari 4). Dari program Dinas Kesehatan pada TA.
2006 untuk pelaksanaan 16 program sektor kesehatan dianggarkan sebesar Rp
13.476.497.117. Dari 16 program tersebut tiga di antaranya dialokasi pada
prioritas Program Pelayanan Kesehatan sebesar 29,58 persen, diikuti Program
Peningkatan Pelayanan Kesehatan (25,13 persen), dan Program Jaminan
Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas sebesar 13,71 persen). Hal ini
menunjukkan bahwa komitmen dalam konsistensi kebijakan alokasi anggaran
terhadap sektor kesehatan cukup optimal, meskipun dengan keterbatasan
anggaran yang ada, sektor kesehatan selalu mendapat penetapan skala
prioritas utama, maka secara tidak langsung akan dapat mempengaruhi proses
pembangunan dan percepatan pencapaian visi dan misi Pemerintah Kabupaten
Sumedang.
Secara khusus dan seperti halnya di sektor pendidikan, sebagai bagian
akselerasi program dan kegiatan Propinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian
IPM Sumedang pada TA. 2007-2008, sebagaimana dikemukakan oleh Bupati
Sumedang pada harian surat kabar Pikiran Rakyat, tanggal 24 Desember 2006,
untuk
tahun
2007-2008
Pemerintah
Daerah
Kabupaten
Sumedang
kebijakan
menggratiskan
biaya
pelayanan
di
tingkat
94
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
95
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
dan sektor
pariwisata. Terlebih dengan daerah sentra produksi beras dan sangat produktif
sebagai kawasan pertanian dengan dibangunnya infrastruktur Waduk Jatigede,
di masa yang akan datang kawasan sentra produksi pertanian terancam
berkurang. Namun, pada akhirnya pula dengan dibangunnya waduk Jatigede
tersebut akan memacu pertumbuhan di sektor pariwisata di masa yang akan
datang.
Sumedang,
yaitu
terwujudnya
kesejahteraan
petani
dengan
96
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
pada
uapaya pencapaian
dari
sektor
ini
diarahkan
pada
Program
Pembangunan
dan
97
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
penurunan jumlah tenaga kerja pada tahun 2005 sebesar 31,84 persen di
banding tahun sebelumnya secara tidak langsung menandakan bahwa capaian
indikator pembangunan ketenagakerjaan belum dapat menggambarkan upaya
mengatasi pengangguran. Dengan angka penurunan tersebut, secara tidak
langsung pula merupakan ancaman terhadap jalannya pembangunan daerah.
Dengan capaian angka tenaga kerja tertampung/ditempatkan bekerja sebesar
11,58 persen menunjukkan bahwa tingkat kompetisi para calon tenaga kerja
untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuannya. Hal ini menunjukkan kecenderungan lemahnya tingkat relevansi keakuratan
data dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Kabupaten
Sumedang Tahun 2005 dengan kondisi riil yang ada. Pada LAKIP 2005, tingkat
capaian sasaran kebijakan sektor ketenagakerjaan untuk peningkatan peluang
lapangan kerja serta meningkatnya kompetensi tenaga kerja melalui diklat
sesuai dengan kebutuhan pasar adalah sebesar 114,64 persen.
Sementara upaya pemerintah daerah untuk mendorong pembangunan di
sektor ketenagakerjaan pada TA. 2006 menetapkan 8 program dengan besaran
alokasi anggaran biaya sebesar Rp 1.924.0.245.000 atau 98,81 persen dari
alokasi yang dianggarkan. Dari delapan program sektor ketenagakerjaan yang
dicanangkan di TA. 2006, tiga program di antaranya mendapat alokasi anggaran
tertinggi yaitu meliputi: Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik sebesar
55,23 persen, Program Perkembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja (12,26
persen), dan Program Peningkatan Kualitas dan Pengembangan Produktivitas
Ketenagakerjaan sebesar 10,35 persen.
98
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan
Kabupaten Sumedang dalam waktu tiga tahun penyelenggaraan
pemerintahan daerah melalui dokumen kebijakan operasional APBD Tahun
Anggaran 2004-2006 telah mengalami perubahan dan kemajuan di beberapa
sektor. Capaian pertumbuhan ekonomi yang positif selama periode tahun 20012005 menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Pertumbuhan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang selama tujuh tahun
terakhir inipun terus mengalami peningkatan terutama pada derajat pendidikan
dan kesehatan masyarakat. Akan tetapi dengan capaian pertumbuhan ekonomi
tersebut, tidak serta merta menunjukkan peningkatan derajat daya beli
masyarakat yang positif.
Selama periode TA. 2004-2006 secara umumnya cakupan alokasi APBD
lebih terfokus pada empat sektor strategis dan berkelanjutan, yaitu sektor
pendidikan, sektor kesehatan, sektor infrastruktur, sektor pertanian, dan sektor
ketenagakerjaan. Sementara kecenderungan relevansi keterkaitan visi, misi, dan
renstrada dengan alokasi APBD TA. 2004-2006 belum secara optimal
menunjukkan komitmennya menjalankan program-program dan kebijakan yang
telah ditetapkan dalam Renstrada. Dari 94 yang ditetapkan dalam Renstrada
baru 19 program sebagai program yang berberlanjutan, sehingga dengan
demikian kecenderungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang hanya
mengembangkan daftar tentang cita-cita kegiatan.
Sementara relevansi konsistensi kebijakan alokasi anggaran terhadap
sektor pariwisata sebagai entry point Sumedang yang ingin dibangun, meskipun
tidak secara tepat dalam parameter skala prioritas, parameter keseimbangan
yang dipakai tidak pula mencerminkan keberpihakan terhadap sektor pariwisata.
Kecilnya sumber alokasi APBD untuk sektor pariwisata yang hanya sekitar 0,4
persen, menunjukkan kecenderungan lemahnya tingkat konsistensi formulasi
kebijakan terhadap sektor pariwisata.
99
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
5.2. Saran:
Dari kesimpulan tersebut, saran-saran yang dapat disampaikan antara
lain:
1)
2)
100
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
DAFTAR PUSTAKA
Support/Materi/PROSES-R/a01-renstra-proses-umum.pdf
Gordon, G.L. (1993) Strategic Planning for Local Government International
City/County Management Association, Washington DC.
Haq, M. Sulthan (2006) Mismanajemen Anggaran Daerah, Suara Pembaruan,
5 Juli, hal. 9
Hoessein,
Bhenyamin
(2002)
Reposisi
Peran
DPRD,
April.
Lokasi:
http://www.paskal8.com/journal_03.htm
101
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
arahpembangunankota-majalah.pdf
Suhirman, dkk (2002) Merancang Kebijakan Perijinan yang Pro Pasar dan
Sensitif Kepentingan Publik: Studi Kasus Perijinan Ketenagakerjaan,
Transportasi, dan Usaha Kecil Menengah di Kota Tasikmalaya dan Kota
Bekasi, PEG-USAID-BIGS, Oktober.
Tim Peneliti KPPOD (2002) Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia:
Persepsi Dunia Usaha Peringkat 134 Kabupaten/Kota di Indonesia &
Gambaran Permasalahan Dunia Usaha.
Wilopo (2002) Improvisasi Manajemen Strategi Sektor Publik, Jurnal
Administrasi
Negara-Vol.
III,
No.
I,
September.
Lokasi:
http://publik.brawijaya.ac.id/simple/us/jurnal/pdffile/5Improvisasi
%20Manajemen%20Strategis%20Sektor%20Publik-WILOPO.pdf.
102
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
LAMPIRAN I-1
NO.
I.
DAFTAR PERTANYAAN
SUMBER
/KETERANGAN
Beppeda, Asisten
Bidang Pemerintah
Bappeda, Dinas,
Sekretariat DPRD
LAMPIRAN I-1
Wawancara &
Telaah Dokumen
(Pertanggungjawaban APBD,
Nota Keuangan,
Laporan BPK)
Wawancara &
Telaah Dokumen
(Bappeda &
Bakunda)
LAMPIRAN I-2
TRANSKRIP WAWANCARA
Pertanyaan dan Tanggapan Responden
Sebelumnya saya sampaikan Kerangka Acuan Penelitian Analisis Keterkaitan Visi, Misi,
Renstrada dengan Alokasi APBD Tahun anggaran 2004-2006: Studi Kasus Kabupaten
Sumedang, Propinsi Jawa Barat kepada responden. Namun sebelum saya mengajukan
beberapa pertanyaan, responden dengan tanggap merespon Kerangka Acuan Penelitian
ini, antara lain:
Kajian evaluasi pemerintahan yang diukur dengan talak ukur Renstra. Sebenarnya memang
kemarin ada beberapa hal sehingga kita ada kesulitan dalam konsep persepsinya. Evaluasi
kinerja daerah itu bukan sekedar dari talak ukur renstra, karena daerah melaksanakan aktivitas
pemerintahan yang di dalamnya ada tugas-tugas umum pemerintahan, dan tugas-tugas
pemerintahan daerah. Kalau evaluasi kinerja daerah dilihat dari aspek-aspek itu, maka ruang
lingkup analisisnya harus semakin lebih luas dan indikator-indikatornya terkait berbagai capaiancapaian ekonomi termasuk makro ekonomi daerahnya bukan hanya sekedar apa yang
ditawarkan dalam renstra. Kajian seperti ini digunakan pula untuk memback up nanti di akhir
kepemimpinan seorang bupati karena yang ditawarkan itu dalam renstra. Kita ingin melihat
sejauhmana sebenarnya keberhasilan capaian-capain renstra yang dibreakdown melalui
kebijakan, program dan kegiatan yang telah dilakukan sepanjang atau di dalam dimensi
kepemimpinan seorang bupati.
Memang masih ada tenggang waktu 1 tahun 4 bulan: 1) pada tahapan sekarang ini sudah
sampai sejauhmana? Maka bisa diketahui sebenarnya sisa tenggang waktu tahun ini kira-kira
harus digenjot seperti apa, terkait dengan capaian-capaian program yang belum bisa memenuhi
target yang diharapkan; 2) untuk mengetahui target capai-capai kebijakan program yang sudah
dilaksanakan dalam talak ukur renstra, maka seberapa jauh interpensi anggaran publik
digunakan dan dimanfaatkan untuk kegiatan itu. Apakah sebanding dengan kinerja seorang
bupati seperti itu dengan dukungan atau interpensi anggaran publik yang selama ini telah
dimanfaatkannya.
Dimensinya sekarang baru dilihat dari tahun 2003-2006, karena tahun 2007 baru sedang
berjalan. Tahun 2007 ini sendiri ada beberapa kendala dan persoalan yang sebenarnya cukup
krusial, tetapi saya tidak tahu apakah memang pimpinan melihat bahwa itu hal yang biasa.
Karena efektivitas kita melaksanakan kegiatan yang sudah diprioritaskan di dalam kebijakan
umum anggaran di tahun 2007 ini menjadi terhambat. Bayangkan sekarang sejak Januari s.d.
Mei ini kita masih sedang dalam proses anggaran. Di Februari kemarin telah dibuat kebijakan
SOTK baru, belum lagi ditambah regulasi-regulasi yang dibuat oleh Pemerintah Pusat yang
implementasinya harus segera dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, yang ujung-ujungnya dari
Undang-Undang No. 17, kemudian dibreakdown dalam Peraturan Pemerintah No. 58 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, yang ending akhirnya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 13 Tahun 2006. Bayangkan kita menggunakan talak ukur renstra yang sudah ditawarkan
oleh bupati dalam dimensi kepemimpinannya, kemudian dalam regulasi di tingkat atas yang
harus dilakukan daerah itu sudah disetting program dan kegiatannya secara spesifik. Jadi tidak
mungkin lagi kita membuat kegiatan-kegiatan yang lain kecuali apa yang tercantum Permendagri
No. 13 Tahun 2006.
Bagaimana dengan efektivitas renstra tersebut?
Justru itu, makanya kita tetep komplen terhadap Pemerintah Pusat. Kemudian bagaimana
mewadahi janji-janji bupati karena bupati masih dipilih oleh dewan, bukan oleh masyarakat. Kita
belum melakukan pemilihan bupati. Berarti, dokumen yang harus dipertanggungjawabkan oleh
seorang bupati adalah dokumen renstrada. Waktu itu di tengah perjalanan teman-teman di
Dewan mendesak kepada kami agar segera dibuat RPJM yang baru. Apa relevansinya dibuat
RPJM yang baru, bupati masih dipilih oleh Dewan bukan oleh masyarakat. Kemudian aturan itu
kelihatannya disempurnakan, RPJM atau renstra. Berarti yang dipakai adalah renstra. Sebab,
kalau misalnya di tengah jalan renstra belum selesai kemudian harus membuat RPJM yang
baru, maka bupati enak dong dia ongkang-ongkang apa yang harus dipertanggungjawabkan.
1 dari 11
LAMPIRAN I-2
Sementara RPJM yang baru, siapa yang sisanya mempertanggungjawabkan. Ini tidak efektif dari
segi manajemen pemerintahan. Dari sisi manajemen pengelolaan keuangan daerah ini juga
cukup krusial, karena bagaimanapun juga aktivitas pelayanan publik menjadi terganggu.
Efektif punya waktu, kalau misalnya perubahan anggaran sekarang ini yang sedang
dilaksanakan penandatanganan Prioritas Plafon Anggaran Sementara menjadi Prioritas Plafon
Anggaran definitif dengan DPRD. Tarohlah selesai pada bulan Mei ini, maka kita efektif punya
waktu Juni s.d. Nopember, karena Desember tidak mungkin melakukan efektivitas kegiatan.
Berarti enam bulan, bayangkan program-program yang cukup strategis yang mungkin di dalam
kegiatannya ada yang sifatnya pihak ketiga, ada yang melalui tender ada yang swakelola. Yang
swakelola yang sifatnya non fisik atau fisik yang volumenya agak kecil mungkin dapat
diselesaikan dalam jangka waktu enam bulan. Namun untuk tender, maka dari aspek
perencanaan tidak logic, dari sisi waktu tidak memungkinkan.
Oleh karena itu, kemarin kelihatannya ada beberapa teman-teman dari LSM yang mencoba
mensikapi untuk disarankan kepada Dewan. Kami di birokrasi bagaimanapun juga pimpinan
sudah diberikan masukan, tetapi pada akhirnya kebijakan dan keputusan ada pada pimpinan.
Sebenarnya kondisi seperti ini bagi kami tidak heran, karena sejak awal saya susun, sudah
memberikan pertimbangkan dan saya sudah tahu persis apa akibatnya kalau itu tidak akan
dapat dilakukan. Akhirnya bahasa saya ketawa, saya sampaikan kepada teman-teman di Dewan
maupun di internal birokrasi. Kapasitas saya menyampaikan di Dewan bukan secara formal
tetapi secara informal saya adalah bagian dari masyarakat, jangan saya lihat seorang birokrat.
Tetapi saya memberikan masukan dari kapasitas saya sebagai pribadi, saya birokrat, netral.
Tetapi ketika berbicara hak politik, saya punya hak politik. Kalau berbicara hak politik itu tidak
selalu terkait partai politik. Kalau berbicara hak politik, anda representative perwakilan publik,
saya adalah publik, anda juga wakil saya, saya katakan seperti itu. Coba ini ambil langkahlangkah. Saya tidak ingin menjatuhkan juga rumah saya sendiri tetapi mengkritisi rumah saya
sendiri, tetapi sekritis-kritisnya saya tidak akan membakar rumah saya sendiri. Artinya,
bagaimana persoalan atau kondisi seperti ini segera disikapi baik oleh tim anggaran eksekutif
maupun tim anggaran legislatif. Bagaimana dalam waktu yang sesingkat ini kita betul-betul
mampu merasionalisasikan berbagai kegiatan dan program yang nanti akan diintervensi oleh
anggaran publik, karena bagaimanapun juga harus dipertanggungjawabkan. Jangan sampai
kegiatan dilaksanakan tetapi hasilnya tidak maksimal dengan dimensi waktu sudah yang
semakin mepet dengan kendala-kendala teknis di lapangan. Ini juga kan merupakan salah satu
pertimbangan. Oleh karena itu, lebih baik mana yang bisa dilakukan di tahun 2007 ini walaupun
dari target capaian tidak menjadi signifikan.
Kalau kita ingin mengejar target akan jatuhnya seperti itu. Tetapi kalau kita lihat dari manajemen
pemerintahan dan akuntabilitasnya, maka tidak masalah kegiatan-kegiatan yang memang tidak
rasional untuk dilaksanakan dengan sisa waktu yang sesingkat itu tidak dilakukan dengan
konsekuensinya anggaran dikembalikan kepada kas daerah untuk menjadi sisa lebih
perhitungan tahun yang lalu. Kalau dulu prinsipnya anggaran harus habis, sekarang tidak bisa.
Apa yang tidak bisa diserap di tahun sekarang akan menjadi sisa lebih pada tahun yang lalu.
Kondisi ini sebenarnya menurut saya adalah kondisi yang lucu apabila dilihat dari sisi
manajemen pemerintahan. Maka inilah bagian yang perlu disikapi oleh semua pihak. Termasuk
pula regulasi-regulasi dari tingkat pusat yang memang tidak memberikan kepastian bagi
pemerintah daerah. Dalam kesempatan kemarin juga sudah saya sampaikan kepada temanteman, baik dengan Bappenas dan bahkan dengan Menko Perekonomian, Pak Boediono.
Cobalah disikapi oleh Pemerintah Pusat. Artinya yang namannya satu aturan yang diberlakukan
untuk seluruhnya itukan tidak berlaku surut. Kesiapan daerah untuk memahami regulasi yang
ada baru dalam tahap pemahaman sudah diganti aturan yang baru, dan ini memerlukan waktu.
Satu tahun itu daerah masih meraba-raba. Mau tidak mau harus berjalan, tetapi berjalannya
masih mencari bentuk. Sebenarnya bagaimana implementasinya yang pas. Menjadi tidak efektif
ketika harus melakukan konsultasi ke Pemerintah Pusat. Itukan membutuhkan biaya dan
kadang-kadang tidak cukup sekali untuk menkonsultasikan termasuk mengkonversikan
Kepemdagri 29 dengan Permendagri No. 13, karena di sana sudah di setting program dan
kegiatannya.
Kemudian juga dalam kebijakan umum anggarannya mulai berubah, dimana di setting harus
diperlihatkan indikator capaian-capaian kinerjanya termasuk berapa plafon anggaran yang
diterima dari masing-masing SKPD yang dibreakdown setiap kegiatan dalam SKPD. Kalau dulu
2 dari 11
LAMPIRAN I-2
kan tidak. Di dalam APBD dulu global saja, tetapi di Sumedang sampai item kegiatan bisa dibaca
oleh Dewan. Makanya, dari sisi akuntabilitas publik, oleh KPK kemarin cukup bagus diapresiasi.
Dimana yang namanya anggaran masih bisa dibaca secara detail oleh teman-teman di Dewan
termasuk masyarakat. Dinas-dinas ada program dan kegiatan apa, berapa nilainya, dimana
tempatnya, itu bisa diketahui. Kalau saya bandingkan dengan kabupaten/kota yang lain di Jawa
Barat tidak seperti itu, boro-boro Dewan tahun sedetail itu, di Sumedang sampai sejauh itu.
Tetapi dari aspek-aspek yang lain kelemahan-kelemahan ini sangat rijid juga kalau tidak disikapi
dengan baik termasuk proses evaluasi APBD. Padahal APBD ini kemarin sudah disahkan pada
tanggal 29 Desember 2006. Karena ada proses evaluasi, dipersyaratkan harus dievaluasi oleh
pemerintah di tingkat atasnya, kalau kabupaten/kota berarti propinsi. Anda lihat Propinsi Jawa
Barat itu ada 25 kabupaten/kota harus dievaluasi oleh pemerintah propinsi dalam tenggang
waktu yang bersamaan dan harus segera dilakukan juga. Kira-kira apa cukup kemampuan,
makanya saya sependapat dengan komentar Kepala Biro Keuangan proses evaluasi ini
menjadikan cukup rumit dan tidak menjadi efisien bagi pelayanan publik di daerah, karena
minimal butuh waktu satu bulan.
Apakah selama ini program-program yang tercantum dalam renstra tersebut sudah
dievaluasi?
Evaluasi per tahunnya iya dilakukan, tetapi kita ingin coba melihat akumulamisinya dalam
beberapa tahun ini sudah sejauhmana. Kemudian dari hasil konsultasi, dalam settingan
Permendagri ada titik-titik dan seterusnya, kami pahami itu. Program-program renstra yang tidak
ada dalam settingan Permendagri menjadi sulit ketika kita mengkonversi, apakah program ini,
itu, sama apa yang dimaksud di sini. Maka kita dekat-dekatkan, kalau maksudnya ini, mungkin
ini, termasuk kegiatan. Apakah kegiatan ini maksudnya sama dengan kegiatan maksud di sini.
Hal ini cukup menyulitkan juga dan berarti membutuhkan waktu yang panjang. Apalagi misalnya
SKPD membuat program sendiri tidak jelas. Kalau jelas memudahkan kitalah. Artinya, walaupun
sudah payah, tetapi jika SKPDnya asal-asalan sehingga menjadi persoalan sendiri.
Jadi selama empat tahun terakhir ini fokus pembangunan di arahkan kemana?
Fokusnya sudah bisa dilihat jelas, Cuma optimalisasi dan efektivitas capaian sejauhmana belum
jelas. Fokusnya di Sumedang jelas untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan.
Bagaimana pula pertumbuhan ekonomi dengan target pertumbuhan 4% per tahun?
Ada yang tercapai di dalam tahunan, ada juga yang tidak tercapai. Maksud kami juga seperti ini,
kami membuat analisa ekonomi makro Kabupaten Sumedang, Cuma saya punya tesis apakah
capaian ekonomi makro ini betul-betul interpensi kebijakan pemerintah daerah atau intervensi
kebijakan program pemerintah pusat atau propinsi. Hal ini kita belum bisa menjelaskan, mana
sebenarnya capaian-capaian kinerja ekonomi daerah itu bagian dari interpensi kebijakan
program yang ada di daerah atau bukan. Contoh kami melihat seperti petani hidup, apakah
betul-betul hasil binaan atau yang dilakukan SKPD yang terkait hal itu, atau memang masyarakat
sendiri yang melakukan hal itu. Ini hal menjadi penting. Selain itu, dengan capaian-capai PDRB,
memang dari PDRD masih di sektor pertanian, kemudian retribusi restoran dan pajak hotel, serta
yang kelihatannya sektor jasa dan perdagangan lainnya.
Namun, dilihat dari struktur APBD, kontribusi PAD terbesar dari retribusi?
Ya retribusi, karena masuknya kan dalam PAD. Sedangkan pajak-pajak yang lain, pajak pusat
dipungut oleh daerah yang sharingnya di DAU atau mungkin bantuan-bantuan keuangan dari
pemerintah tingkat atasnya ke daerah. Misalnya kalau dari propinsi biasanya terkait dengan
sharing pendapatan yang diperoleh oleh daerah. Itukan seperti itu.
3 dari 11
LAMPIRAN I-2
Jadi menurut pandangan Bapak, di tahun 2004 s.d. 2006 dan nanti tahun 2008, program
apa yang menonjol dikembangkan oleh Pemda Sumedang?
Di bidang pendidikan dan bidang kesehatan sangat menonjol. Sejak tahun 2006 akhir: 1) di
bidang pendidikan kita mencoba seperti yang dijanjikan Bupati pendidikan gratis. Namun, saya
katakan, sebenarnya kalau dikatakan pendidikan gratis sebenarnya tidak gratis, tetapi relatif
lebih memberikan keleluasaan bagi masyarakat untuk memperoleh akses pendidikan. Cuma
mungkin nomenklatur pendidikan gratis ini yang saya tidak sependapat karena bagaimanapun
juga tidak ada pendidikan yang gratis. Itu realita; dan 2) menggratiskan biaya pelayanan
administrasi pemerintahan (KTP dan Akte Kelahiran), termasuk pelayanan dasar kesehatan.
Cuma tidak berarti tidak ada kendala. Kalau kemarin saya membuat kajiannya, ada changing
post service, pengenaan tarif dalam pelayanan publik. Saya baca literatur di negara-negara maju
sebenarnya tidak ada pelayanan publik itu gratis sama sekali, karena dampaknya luar biasa.
Dengan menggratiskan sebuah pelayanan publik maka sebenarnya akan menurunkan kualitas
dari pelayanan publik itu sendiri. Itupun terpaksanya harus digratiskan, maka harus dilihat secara
mendalam kira-kira aspek mana yang perlu digratiskan, tetapi dari berbagai literatur yang terkait
hal itu sangat jarang sekali. Contoh, misalnya kebijakan untuk menggratiskan biaya pelayanan di
tingkat Puskesmas sejak tahun 2006 akhir. Pokoknya masyarakat Sumedang yang berobat ke
Puskesmas gratis tidak memandang kaya-miskin. Tetapi coba bayangkan berapa retribusi
layanan kesehatan yang selama ini ada, paling Rp 2.500. Tetapi dengan Rp 2.500 gratis,
masyarakat yang jauh dari akses pelayanan kesehatan harus naik ojeg Rp 10.000, maka tidak
artinya kan. Dengan konsep changing post service, apakah tidak lebih baik mendekatkan pusatpusat pelayanan daripada mengratiskan itu. Artinya kita harus lihat rasio, makanya ada analisis
pembangunan sosial. Kepada teman-teman saya sampaikan, coba anda lihat rasionya, artinya
fasilitas kesehatan yang ada di satu wilayah, apakah rasionya mencukupi. Kalau tidak, mungkin
dilakukan perluasan, karena jangkauannya masyarakat terlalu jauh. Mungkin dengan
Puskesmas Pembantu atau dapat mengoptimalkan kembali polides-polides. Yang jauh, dia tetap
bayar Rp 2.500 tetapi tidak kehilangan ongkos yang cukup besar. Maka, pelayanan bisa
terpenuhi, dianya sendiri tidak terbebani ongkos yang cukup tinggi.
Lalu bagaimana dengan kondisi anggaran untuk membiayai program-program tersebut,
apa selama ini mencukupi?
Memang tidak sebanding dengan apa yang diharapkan, tetapi persoalannya bagi saya ketika
mempersoalkan hal itu, itu satu hal klasik dan tidak akan pernah selesai, karena hampir 400
kabupaten/kota persoalan yang krusial memang di kapasitas financial daerah yang dia miliki.
Tetapi saya memahami bahwa kesiapan otonomi daerah itu tidak diukur seberapa besar
kapasitas financial daerah yang dimiliki tetapi lebih penting bagaimana memaknai dan manage
demikian rupa kapasitas anggaran yang cukup kecil itu untuk dialokasi tepat pada tempattempat yang sesuai dengan sasaran prioritas kebijakan dan program yang akan dilakukan.
Misalnya, seperti Sumedang dengan kapasitas anggaran yang kecil ini, mencoba alokasikan
untuk mengintervensi tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lokal di daerah. Kalau kita
lihat, Sumedang sebagai centernya maka kawasan-kawasan yang cepat tumbuh diinterpensi
dengan sejumlah anggaran untuk membangkitkan aktivitas ekonomi di daerah peri-peri atau
kecamatan-kecamatan. Tetapi bukan dengan cara yang ngawur, tetapi mana kawasan-kawasan
yang cepat tumbuh itu. Asumsi saya, misalnya dengan membuka besar-besaran pasar desa,
bagi orang-orang yang memiliki jiwa berdagang gembira dengan adanya pasar, yang tidak saja
bisa hidup dengan adanya pasar. Masyarakat yang selama ini bertani dan berkebun yang tidak
bisa menjual hasil buminya ke mana-mana, dengan di dekatkan aktivitas ekonomi kepada
mereka maka diapun juga akan memanfaatkan itu.
Persoalan yang dihadapi sekarang ini adalah keterbatasan akses lapangan kerja, akses
ekonomi, kemudian rendahnya pendapatan per kapita masyarakat yang sangat kecil. Karena
tidak ada akses ekonomi, lapangan kerja tidak terbuka, dengan adanya pasar berarti di sana
membuat satu perputaran ekonomi walapun kecil. Tetapi dia bisa berputar terus. Seperti tadi,
yang berdagang dia bisa melaksanakan aktivitasnya, yang sama sekali tidak memiliki tanah atau
4 dari 11
LAMPIRAN I-2
lahan dia bisa menjadi buruh di pasar dan dia bisa hidup.
Lalu apakah dengan adanya pasar-pasar tradisional tersebut merupakan strategi untuk
pencapaian visi Sumedang?
Visi Sumedang kan berusaha mencapai pertumbuhan agribisnis melalui sektor pertanian?
Sebenarnya kalau dilihat secara makro iya, tetapi kita perlu mendekatkan secara korelasinya.
Kalau Sumedang itu dibangun visinya agribisnis dan pariwisata. Berarti sektor basisnya harus
diketahui, yaitu pertanian. Oleh karena itu harus kita kembangkan pertanian melalui agribisnis
ini. Kelihatannya dalam bertani masih menggunakan metode tradisional dengan sifatnya yang
subsisten. Dia belum beranjak kepada usaha pertanian. Kalau mencanangkan visinya
Kabupaten Sumedang itu daerah agribisnis dan pariwisata, kita harus sudah mencoba meloncat
dari pertanian yang sifatnya tradisional menjadi usaha tani.
Termasuk pemasarannya, seperti halnya di Kabupaten Cianjur terdapat Sub Terminal
Agribisnis, apakah di Sumedang juga terdapat Sub Terminal Agribisnis?
Sebenarnya di Sumedang juga sudah dibuat di Tanjungsari khusus tembakau. Mungkin di sisi
lain bisa berjalan, di sisi lain tidak bisa berjalan, kalau saya melihat. Makanya, ini lebih kepada
bagaimana sebenarnya konsistensi kebijakan itu dilakukan. Kalau analisanya saya seperti itu.
Kemudian di sektor pariwisata sendiri, coba Bapak lihat seberapa besar kontribusi anggaran
untuk sektor pariwisata kalau pariwisata adalah entry pointnya Sumedang yang ingin dibangun di
dalam visi itu.
Saya kira itu tidak cukup rasional?
Justru itu, makanya saya juga ingin coba menawarkan kepada teman-teman untuk dapat dikaji
hal itu. Kalau melihat trendnya seperti sekarang ini dalam konteks nanti tahun 2008 setelah ada
bupati yang baru, apakah bupati yang sekarang akan menjadi lagi atau yang lain. Karena
sekarang ini di tahun 2007 harus membuat rencana pembangunan jangka panjang, di dalam
RPJP itu memuat visi daerah. Kita salah menempatkan kemarin, jadi itu saya katakan0
Sumedang sebagai daerah agribisnis dan pariwisata dalam konteks visi daerah atau visi
pemerintah daerah. Karena visi daerah dengan visi pemerintah daerah itu sangat berbeda. Visi
daerah itu sifatnya long term, apa yang ingin dicapai Sumedang dalam dimensi 20 tahun yang
akan datang. Dari visi daerah tersebut akan dibreakdown oleh kepemimpinan seorang bupati
yang dalam jangka waktu 20 tahun berarti ada 4 kepemimpinan bupati, maka setiap bupati
menawarkan visinya. Visi bupati itulah yang akan menjadi visi pemerintah daerah dalam
memberikan kontribusi capaian visi daerah dalam jangka panjang itu. Maka yang perlu dijaga
adalah kontinuitas pencapaian visi daerah yang di space oleh kepemimpinan yang berbedabeda. Sekarang ini kan ngaco, bupati yang sekarang ini habis, tarohlah misalnya Sumedang
ingin jalan ke Jakarta sudah beranjak jalan dari Sumedang ke Cileunyi, bupati yang baru balik
lagi dari Sumedang mau ke Cileunyi. Harusnya dari Cileunyi berangkat ke Purwakarta kan gitu?
Maka kapan visi daerah akan tercapai? Apalagi dengan Renstra yang harus menyesuaikan
dengan Kepmendagri dan Permendagri?
Makanya saya kemarin, sebenarnya saya tidak ingin, saya kalau dibilangin juga agak males,
tetapi bagian tanggungjawab saya. Saya diminta oleh teman-teman baik dari partai-partai politik,
di Dewan atau masyarakat yang lain, kira-kira seperti apa untuk membangun akselerasi
kepemimpinan di Kabupaten Sumedang untuk mendongkrak Kabupaten Sumedang.
Dengan demikian, upaya pencapaian visi daerah harus berkelanjutan yang tidak hanya
terhenti oleh satu kepemimpinan kepala daerah saja?
Iya, makanya saya buat makalah dalam halaman yang cukup tebal, termasuk di dalamnya saya
jelaskan. Coba anda tanya kepada masyarakat secara umum, akan sama kalau ditanya butuh
pemimpin seperti apa? Pasti masyarakat menempatkan tipe-tipe kepemimpinan yang ideal.
5 dari 11
LAMPIRAN I-2
Namun dalam realitanya belum pernah ada, tetapi bisa didekati. Contoh kenapa bupati tidak
pernah memperhatikan masyarakat setelah dipilih, ternyata hanya asik jadinya saja. Saya
katakan pada mereka, jangan heran anda, kalau anda butuh seorang pemimpin yang anda
harapkan dan anda tidak membiayai, ya seperti ini, apakah anda selama ini anda membiayai dia
menjadi bupati? Dia pakai duitnya sendiri, dia ngutang duitnya sendiri, ya akhirnya akan menjadi
logic melupakan anda. Tetapi kalau anda ingin memperoleh seorang pemimpin yang baik, coba
anda tolong, ada orang yang punya kapasitas untuk memimpin masyarakat tetapi dia tidak
punya uang. Jujur saja untuk menjadi bupati, gubernur , itu butuh cost yang cukup besar. Kalau
cost itu dibiayai oleh orang-orang tertentu maka itu akan menjadi deal-deal ketika dia sudah
menjabat. Tetapi kalau deal-nya kepada masyarakat, taruhlah dari 1,8 juta penduduk Kabupaten
Sumedang iuran Rp 50.000-100.000 untuk memilih, maka anda akan sangat-sangat legitimate,
ketika bupati, ketika top leader daerah yang tidak berbuat sesuatu dan berpihak kepada
masyarakat dengan sendirinya dalam hitungan waktu anda bisa menjatuhkan atau menurunkan
bupati. Perlu saya katakan yang namanya seorang bupati primus interpares, dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Di satu sisi sebagai pejabat politik karena dipilih melalui
mekanisme politik, di sisi lain dia sebagai pejabat publik yang harus memberikan pelayanan
kepada publik, tetapi pada kenyataannya itu tidak dimainkan secara seimbang, dia lebih banyak
memaknai dirinya sebagai pejabat politik.
Apakah dalam pengalokasian anggaran program untuk setiap SKPD selama tiga tahun
anggaran (2004-2006) telah mencerminkan skala prioritas?
Kalau bisa saya katakan bisa fivety-fivety di buat oleh Sumedang, sebab saya juga tidak ingin
memunafikan apa yang dibuat oleh Sumedang dalam konteks otonomi ini. Sumedang walaupun
secara internal terlihat banyak kelemahan tetapi juga banyak diapresiasi oleh teman-teman
tempat yang lain, sehingga Depdagri sendiri, orang pusat sendiri telah merekomendasikan
bahwa kalau anda belajar otonomi ya belajar ke Sumedang, tetapi kamipun tidak ingin merasa
puas apa yang sudah kita capai walaupun banyak teman-teman yang belajar pada kita. Ada
beberapa kekuatan yang dimiliki termasuk bagaimana menangkap regulasi-regulasi itu, tetapi
ada juga kelemahan-kelamahan tertentu yang kadang-kadang semakin lama semakin lupa diri.
Menganggap apa yang telah kita lakukan sudah cukup, padahal tidak. Di samping itu dengan
kunjungan teman-teman yang terlalu sering juga itu juga membawa konsekuensi anggaran,
berapa anggaran untuk menjamu mereka, karena setiap tamu datang ke sini pasti makan siang,
dll. Alokasi digunakan kepada pos daerah.
Bagaimana dengan informasi bahwa Kabupaten Sumedang ini merupakan kabupaten
pertama yang melaksanakan Sistem Informasi Keuangan Daerah?
Ya, dan karena memang saya sendiri yang menyusun saat itu . Maka saya tahu persis. Yang lalu
itu, ada beberapa tahap, yaitu: tahap pembangunan, tahap konsolidasi, dan tahap stabilisasi.
Tetapi baru tahap konsolidasi muncul regulasi baru. Ini kan cukup menyulitkan bagi kita. Artinya,
sebuah regulasi itu baru kita pahami dengan baik, yang akan dilakukan stabil dalam prosesnya,
ini sudah ada regulasi baru. Ini berat dan menjadi tidak efisien dari sisi anggaran. Karena
bagaimanapun juga perubahan itu akan mengandung konsekuensi-konsekuensi. Ada beberapa
perubahan-perubahan yang cukup mendasar. Mungkin kalau sistem sudah kami rancang karena
Undang-Undang No. 17 waktu itu sudah ada. Itukan menunjukkan egosentrisnya orang pusat,
Departemen Keuangan mengeluarkan Undang-Undang No. 17, Bappenas mengeluarkan
Undang-Undang No. 25. Kemudian revisi Undang-Undang No. 22, Undang-Undang No. 33
ternyata ketiga UU tersebut tumpang tindih. Sebenarnya daerah menjadi tempat uji coba atau
kelinci percobaan bagi mereka di Pusat, yang selama ini mungkin banyak kewenangankewenangan yang mereka lakukan, ada ketergantungan orang daerah kepada Pusat. Kemudian
dengan otonomi di by pass begitu saja. Orang pusat datang ke daerah kadang-kadang sudah
tidak dianggap. Kalau bahasa saya, kalau dulu itu justru kita di suruh ngomong, karena ada
sesuatu yang kita harapkan dari pemerintah pusat. Namun, sekarang kalau ada orang pusat di
sini kita ceramahin supaya dia tahu sebenarnya apa yang terjadi di daerah, jangan mereka saja
yang sok pintar. Tetapi maksud saya, karena tekanan-tekanan juga sudah menghangatkan,
coba orang daerah juga seperti itu. Artinya, jadi pakar kampung tapi jangan kampungan.
Maksud saya itu memberikan keseimbangan bukan berarti kami ingin menamfikan juga orang
pusat. Kita juga tahu duduk persoalan kenapa Undang-Undang No. 22 harus direvisi, dll
6 dari 11
LAMPIRAN I-2
sebagainya. Walaupun Riyas Rasyid itu dosen saya sendiri, tetapi saya tidak sependapat
dengan kebijakan itu. Setelah saya pahami konsep-konsep otonomi, pakarnya dari Rondinelli
bagaimana sebenarnya konsep otonomi di Eropa dan Amerika. Kalau dari teori negara, dengan
bentuk negara seperti Indonesia yang terdiri dari pulau yang dipisahkan oleh lautan otonomi
yang tidak bertingkat itu gila. Sebab menurut teori negara, dengan kondisi geografis seperti
Indonesia ini memang tepat sentralisasi, Cuma ada porsinya. Kalau zaman Soeharto mungkin
porsinya 100 persen hampir tidak memberikan kesempatan orang daerah untuk berkreasi, ya
memang harus dibagi, seperti berbanding 70:30. 30 persen untuk bisa daerah berkreasi. Sebab
sentralisasi pun, ancaman dari luar untuk orang masuk ke wilayah kita cukup besar.dari segala
sudut atau dari segala tempat, apalagi kebijakan otonomi sekarang ini tidak bertingkat. Maka
jangan heran kalau jadi raja-raja kecil di daerah.
Pada konteks otonomi daerah ini, apa Sumedang sendiri sudah cukup kemampuan untuk
mandiri? Pertumbuhan kontribusi PAD terhadap APBD pun hanya rata-rata sekitar 10
persen per tahunnya?
Ya, justru itu menjadi persoalan klasik ketika dibicarakan. Saya masih ingat hasil penelitian yang
dibawa oleh teman-teman dari Gadjah Mada, dari sekian kabupaten/kota yang cukup mampu
dari sisi kapasitas financial daerah hanya 9 kabupaten/kota, termasuk mungkin Bandung, Bogor
di lingkungan Jawa Barat. Terus kemudian setelah kebijakan tetap digulirkan, apa kita bicara
tidak mampu melakukan otonomi daerah. Dari sudut pandang mana, maka di sinilah butuh
kearifan dan kejelian daerah dalam memaknai kesiapan dalam melakukan otonomi tadi. Saya
yakin bisa digali dari potensi-potensi yang lain, asal mau. Tetapi persoalannya, kelemahan di kita
ini pada komitmen. Waktu awal saya dengan teman-teman di kebijakan di UI-Salemba, saya
katakan saya heran dahulu Mahatir Muhammad sudah menapakkan visi Malaysia 2020, hebat
sekali Mahatir Muhammad ini, saya sampai terheran-heran dengan yang dibuatnya itu seperti
apa. Tetapi setelah saya lihat tidak jauh dengan dokumen Repelita ke empat. Komitmenya itu
luar biasa, tetapi dari sisi perencanaan sudah kita lakukan terlebih dahulu. Tetapi mengapa bisa
bombastis di sana, ternyata itulah hebatnya Mahatir Muhammad membangun modal sosial orang
Malasyasia. Social capitalnya itu luar biasa dibangkitkan. Artinya, sesuatu keputusan sudah
diambil dan disepakati dalam tataran implementasinya tidak ada yang mencle-mencle lagi, tidak
ada yang ke timur, barat, dan utara. Di daerah saja sudah sering kita lakukan, di dalam
perencanaan ya sudah sepakati deal sudah jadi tinggal diimplementasikan. Dalam implementasi
ada saja yang masih protes. Kalau protes dari dulu-dulu dong protes. Kenapa begitu sudah
dilakukan anda protes. Artinya jalankan dulu sesuatu yang sudah menjadi komitmen,
kelemahan-kelemahannya kita evaluasi. Artinya jalankan dulu sesuatu yang sudah menjadi
komitmen ini baru dievaluasi dalam perjalanannya. Sifat kitakan, belum apa-apa orang sudah
negatif thingking. Padahal dalam proses membangun masyarakat yang demokratis yang
dibutuhkan dan diharapkan membentuk masyarakat yang proaktif bukan reaktif. Sekarangkan
orang reaktif, dia mampu menerima respon yang cukup kuat, mampu mengidentifikasi segala
persoalan baik yang kecil sekalipun, tetapi ketika ditawarkan, solusi apa yang anda tawarkan,
garuk-garuk kepala seperti itu. Tetapi kita ingin orang bertanggung jawab, artinya orang cepatcepat menerima respon, dia mampu mengidentifikasi berbagai persoalan, tetapi dia juga cukup
mampu memberikan solusi.
Apakah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di Kabupaten
Sumedang ini, sumber daya manusia aparatur Pemerintah Daerah cukup memadai?
Kapasitas SDM sebenarnya sudah mencukupi. Kembali kepada teori pembangunan, seseorang
tidak bisa single partner dikembangkan di era seperti ini, kita perlu jejaring, kita perlu tim yang
tidak saling mendominasi di samping orang punya kelebihan, dia juga punya kelemahannya. Jika
dalam tim ada dua planner maka akan rusak. Kompetensi dari berbagai urusan yang mungkin
kurang. Selama ini kita sadari bukan hanya di Sumedang kita sharing dengan teman-teman, kita
ini rata-rata relatif bagus. Agregat pendidikan aja Sumedang ini pada taraf SMP kelas 2. Berarti
bila wajib belajar sembilan tahun ini berjalan, rata-rata udah lulus SMP, dan agregat IPM
pendidikan paling tinggi di Sumedang, disusul sektor kesehatan, namun daya belinya rendah.
7 dari 11
LAMPIRAN I-2
Apa dimungkinkan tidak sinkronnya visi Sumedang dengan pilihan capaian di sektor
pertanian sebagai basis peningkatan agribisnis?
Iya mungkin.
Jadi inisiatif Pemerintah Daerah di sektor pertanian ini menurut pandangan Bapak?
Dibilang optimal, tidak! Tetapi sebenarnya kita mendapat apresiasi penghargaan dari sisi
pertanian. Kemudian juga dari pemberdayaan masyarakat. Realitanya yang namanya
penghargaan dan lain sebagainya menjadi ukuran yang jadi signifikan. Tidak melihat itu secara
komprehensif, bagaimanapun juga saya sendiri ingin hal-hal yang sifatnya makro artinya
tergantung kompetensi masing-masing. Kalau backgronnya bisa melihat fokus pada pertanian,
tetapi saya tidak seperti itu backgrondnya.
Dari trendnya di bidang pertanian, apakah terdapat sub terminal agribisnis seperti halnya
di Kabupaten Cianjur?
Ada, di Tanjungsari, khusus tembakau.
Selain itu, apa hanya dikhususkan tembakau?
Ia ada, produksi beras misalnya cukup luar biasa. Ini sustainablenya terancam, karena sekarang
akan ada Jatigede yang akan dibangun. Kawasan tersebut akan hilang, padahal sangat produktif
untuk kawasan pertanian. Jatigede yang belum kunjung selesai hampir 40 tahun menjadi friksi
tersendiri bagi masyarakat Sumedang. Inikan konsultannya dari Cina. Setelah kontroversi yang
cukup panjang, diharapkan dengan adanya Jatigede bisa mengairi daerah sekitarnya. Di
Kadipaten yang termasuk daerah Majalengka kegiatan wilayah dan aerocity Bandara
Internasional. Jadi apa relevansinya kalau Jatigede dibangun kalau ada Bandara Internasional
dibangun. Begitu juga menhubungkan tol Cileunyi-Dawuan. Itukan infrastruktur semuan.
Jadi, apakah pembangunan tol tersebut terlaksana?
Tidak ada yang mau tender, karena Jasa Marga cukup rumit. Kenapa Jasa Marga melakukan itu,
dulu operator tol itu Jasa Marga, tersendiri yang dibentuk oleh Pemerintah. Jasa Marga bukan
operator tol. Badan yang dibentuk Pemerintah sebagai operator tol pada saat ini kapasitasnya
tidak jauh lebih baik dari Jasa Marga. Tidak ada yang nawar inginnya sudah saja penunjukan
langsung.
Apakah seiring akan adannya Bandara Internasional pada tahun 2010 nanti, Sumedang ini
kira-kira akan diarahkan ke sana?
Ya kita hanya menangkap peluangnya saja. Wilayahnya Majalengka, tetapi Sumedang juga kena
sedikit. Saya pernah dipanggil oleh teman-teman di Majalengka, tolong dukungan kepada kami.
Anda dulu yang memberikan dukungan kepada kami, kalau tolnya tidak jadi. Jadi maksud saya,
Majalengka sendiri merasa pede, karena memang perencanaan aerocity setiap orang tidak
memiliki. Dimensi perencanaan itukan ada. Dimensinya cukup panjang, representative dalam
konteks ke kinian. Contoh Pasopati yang di Bandung, itukan sudah lama direncanakan, mungkin
kalau dulu itu dilaksanakan bisa memberikan solusi kepada Kota Bandung. Namun, walaupun
sekarang udah dibangun tidak menjadikan solusi bagi Kota Bandung.
8 dari 11
LAMPIRAN I-2
Apakah Bapak merasa optimis akan terselenggaranya pembangunan tol Cidawuan ini?
Saya tetap optimis. Yang mendasari optimis saya, dahulu kan dokumen tol itu rahasia, sekarang
inisiatifnya Pemerintah Daerah, tetapi mekanisme teknisnya proses teknisnya ternyata dipegang
oleh Pusat. Sejauh kita tidak punya kewenangan maka akan menjadi sulit. Proses pembebasan
tanah belum, master plan sudah, inilah mungkin kalau misalnya beberapa kewenangan ada di
pusat secara teknisnya sulit. Karena itu sebenarnya Keputusan Presiden sudah muncul sejak
Presiden Megawati dan disetujui, tetapi mekanismenya lain sudah bukan urusan daerah.
Persoalannya cepat atau tidak itu bagaimana orang di pusat, walaupun kita sifatnya melakukan
koordinasi-koordinasi. Tetapi pada kenyataannya koordinasi-koordinasi yang kita bangun mentok
saja. Waktu zaman menterinya Erna Witular Jatigede sudah akan dibangun saat itu, tetapi begitu
waktu Erna Witular tidak jadi menteri dan diganti sama orang yang lain tidak jadi dibangun.
Kembali kepada AKU 2004 s.d. KU 2006, apa yang menjadi prioritas pembangunan
Sumedang ini diperdakan?
Karena produk hukum di daerah yang dalam bentuk perda hanya Renstrada. Jadi fokus
penekanan Renstrada di dalam aturan yang lalu sesuai PP 108 Kemendagri 29 memang disana
tidak disyaratkan seperti itu. Dokumen AKU (2004) saat itu sifatnya makro, sehingga tidak bisa,
dan dokumen Sumedang dalam jangka waktu lima tahun itu akan sangat pariatif sekali.
Memaknai AKU dengan sekarang KUA itu sangat berbeda, kami pun juga bingung bagaimana
untuk mengkonversikan, tidak dalam bentuk perda. Tetapi dengan dokumen yang dibilang KUA
sekarang itu lebih detil, lebih jelas, dan itu tidak dalam produk peraturan bupati, karena memang
persyaratannya di sana dalam bentuk peraturan Bupati. Yang Perda itu renstrada dan RKPD.
RKPD ketika nanti menjadi Draft RAPBD dan menjadi APBD itulah jadi Perda. Perda tentang
APBD. Tetapikan teman-teman di Dewan kan cukup intent juga mengkritisi hal itu walaupun bagi
pemerintah daerah apa yang kita rencanakan, apa yang kita tawarkan toh kembalinya kepada
teman-teman di Dewan karena hak budget ada di sana. Kami ketika berhadapan dengan Dewan
itu udah kita paparkan di situ pakai infokus, satu-satu, mana yang mau disetujui, oleh Dewan kan
kadang-kadang kegiatan-kegiatan dadakan yang tidak melalui proses perencanaan masukmasuk itu juga salah satu yang mempengaruhi. Maka saya menyambut positif dengan adanya
Perda No. 1 Tahun 2007 tentang Prosedur Perencanaan dan Penganggaran yang di dalamnya
bahwa ketika sebelum pelaksanaan musrenbang harus ada pagu indikatif.
Saya sering dikritik, Pak kita mau merencanakan gimana wong saya tidak tahu duitnya berapa?
Selama ini musrenbang seperti formalitas saja, kami suruh bikin usulan, ya kami usulkan
banyak-banyak susuganan lah mana nu masuk, ternyata banyak juga kita usulkan tetapi tidak
masuk dalam APBD. Sekarang sudah saya perbaiki dengan memakai pagu indikatif. Artinya
kemungkinannya sebelum melaksanakan musrenbang misalnya dibuat pagu indikatif
kewilayahan. Berarti sebenarnya, berapa sih per kecamatan kira-kira yang akan mendapatkan
kue sehingga dalam proses perencanaan tidak ngayay kemana-mana, ya kita sesuaikan. Saya
katakan pula jangan merencanakan melebihi stndar pagu indikatif yang sudah diberikan.
Ukurannya apa? pagu indikatif, yaitu masih ukuran APBD 2007 untuk tahun 2008. Tetapi pada
kenyataannya nanti pasti akan ada peningkatan pendapatan. Kalau ada peningkatan
pendapatan ya akan kita sesuaikan. Terus mereka protes, Pak kalau lebih sedikit gimana?
Nantikan pasti juga ada peningkatan pendapatan. Saya tidak bisa menjamin daripada kita
menunggu sesuatu yang belum pasti, mending yang sudah pasti saja. Misalnya ada yang
mendapat 1 milyar, ada yang satu koma sekian milyar, ya silahkan rencanakan itu. Kalau
namanya pagu indikatif kewilayahan, namanya setiap kecamatan mendapat 1 milyar menurut
saya masih kecil. Tetapi jangan anda lihat kecilnya, tetapi ingin melihat bagaimana proses ini kita
rubah mekanisme musrenbang kita rubah supaya masyarakat itu punya kepastian. Artinya
sedikit pun riil nyata, artinya terjadi daripada mengusulkan banyak ternyata hanya 1 atau 2
bahkan tidak ada yang masuk pada musrenbang.
Bagaimana dengan kondisi keterbatasan keuangan, apakah menurut pandangan Bapak,
Pemda Sumedang ini sudah melakukan langkah-langkah efisiensi anggaran? Begitu juga
dengan kemunculan institusi atau badan baru selama ini, apa menurut pandangan Bapak
9 dari 11
LAMPIRAN I-2
selama tahun 2003 sampai dengan saat ini SKPD semakin ramping atau semakin gemuk?
SOTK lebih banyak dimensi politik yang dimainkan di sana. Cuma auto critic saya begini, saya
lihat di konsep kajian akademisnya sudah auto trex tinggal mengimplementasikan. Tetapi
kenapa coba hasilnya seperti ini. Saya termasuk salah satu yang mereview walaupun review
saya tidak dianggap oleh tim. Saya katakan sebenarnya hambatan politik itu sampai sejauh
mana? Kalau anda berargumennya ke saya faktor politik, saya ga bisa apa-apa, yang juga kita
susun juga seperti itu tetapi tidak disetujui karena begini, karena begitu. Coba anda petakan
dulu, seberapa rijid sebenarnya persoalan politik, sepanjang anda membuat kajian berdasarkan
konsep dan teori yang jelas, saya pikir teman-teman di Dewan juga tidak akan berani ngotot
sepanjang
kita
mampu
mengargumentasikannya.
Kalau
anda
tidak
bisa
mengargumentasikannya maka akan menjadi makanan empuk di sana. Apalagi mendekati harihari H. Kita tidak perlu atau jangan munafik lah, yang namanya partai-partai politik akan
menerima bantuan dari pemerintah daerah. Ketika bantuan-bantuan akan diperoleh dengan
mudah atau ada lebih, atau lain sebagainya ketika ada deal-deal yang dibangun untuk itu.
Bagaimanapun juga mereka butuh biaya semuanya. Ketika temen-teman pekerja politik
memandang Bupati yang sekarang juga menjadi lawan politik, dia juga bersiap-siap. Apapun
yang dilakukan oleh bupati, bagaimanapun juga bupati yang aktif itu posisinya ibarat orang mau
lari, posisinya itu pada posisi ready, karena dia bisa memainkan segala sesuatu dalam konteks
itu. Tidak bisa dipungkiri, pasti aja namanya kecolongan itu ada, tidak mungkinlah Bupati yang
lagi menjabat tidak akan memanfaatkan lokasi APBD.
Lalu, bagaimana dengan efisiensi anggaran?
Bila dilihat dari neraca, laporan pertanggungjawaban APBD, sebenarnya efisiensinya cukup luar
biasa dibanding tahun yang lalu, walaupun dari sisi kapasitas manajemen pemerintahan sendiri
menurut saya efisiensinya itu juga belum cukup pas, sebenarnya masih lebih besar untuk
dilakukan efisiensi. Bahkan saya sekarang ini lagi membuat satu buku Konkritisasi Perubahan
Paradigma Manajemen Pemerintahan. Saya kadang-kadang menjadi lucu dan ketawa ketika
banyak orang berbicara paradigma manajemen pemerintahan kita sudah berubah, berubah,
apanya. Kontennya itu tidak berubah sama sekali. Bisnis pemerintahan kita ini masih
konvensional. Saya pernah menghitung kalau misalnya, taruhlah kebijakan e-government
berjalan dengan baik, saya sudah pernah menghitung bagaimana mengefisiensikan dari sisi
penggunaan telepon hampir 12 milyar. Kalau sekarang misalnya pulsa naik berarti mungkin
lebih, dari sisi ATK yang hampir 9 milyar setiap tahunnya itu bisa diefisiensikan. Dari sisi
pelayanan publik juga bisa diefisiensikan. Contoh misalnya setiap hari Senin pasti para Kepala
Dinas rapat koordinasi di Gedung Negara, padahal hari Senin itulah awal orang membutuhkan
pelayanan-pelayanan. Hari pertama, tetapi orang membutuhkan pelayanan jadi tidak terlayani
karena Kepala Dinas sedang rapat dengan Bupati di sana. Kalau kita mampu memanfaatkan IT
baik, dalam konteks yang positif, saya yakin itu akan membantu. Saya katakan sama Bupati dari
jam 8-8.30 WIB jangan ada Kepala Dinas yang kabur, kita teleconference, tinggal Bapak mau
meminta klarifikasi dari jam mereka yang mana. Kita tidak harus kumpul di sini, kita manfaatkan
teknologi ini, Bapak bisa meminta konfirmasi setiap saat dari kinerja yang bersangkutan. Yang
bersangkutan tetap di kantor, orang membutuhkan pelayanan tetap bisa dilayani. Maka di sinilah
diperlukan suatu komitmen. Kalau Bupati yang lama komitment.
Selama ini tampilan di website beritanya kurang! Apalagi mengenai potensi daerah yang
ditampilkan baru sebatas penampilan situs-situs bersejarah saja.
Saya hampir prustasi. Saya kemarin berbicara dengan teman-teman dari Makasar dan temanteman dari Sragen. Saya bilang kepada Pak Untung, Bupati Sragen, konsep yang Bapak pakai
itu Bapak lebih duluan. Saya juga ketemu sama pengelola IT-nya, sebenarnya biasa-biasa
saja. Cuma apa komitmennya itu, artinya bagaimana orang mau untuk melakukan itu, yang saya
alami di Sumedang kadang-kadang ide-ide kreatif inovatif itu jadi krudel pada diri kita sendiri.
Saya katakan ide ini akan berjalan kalau didukung oleh semua pihak, tetapi orang lain tidak mau
melaksanakan ini. Balik lagi, ya akhirnya saya males. Bayangkan gara-gara seperti itu yang mau
aksespun malas untuk akses. Jangankan Bapak mau akses saya pun malas akses. Saya
sampai berkelahi dengan teman saya di propinsi. Coba anda itu tidak percaya, dulu ada Dinas
10 dari 11
LAMPIRAN I-2
Informasi dan Komunikasi, saya berikan keleluasan kepada yang bersangkutan namanya saja
Dinas Informasi dan Komunikasi termasuk bagaimana membuat kebijakan-kebijakan di bidang
IT, dalam konteks e-government. Tetapi itu tidak pernah dilakukan karena kapasitas orangnya
tidak memungkinkan. Akhirnya saya ambil alih di Bappeda, tetapi teman-teman yang di sana
tidak pernah percaya kepada kita. Katakan di sana bisa dibloonin kita di sini tidak bisa dibloonin
gitu, masa pengelola Website Sumedang sekarang di Dinas Informasi dan Komunikasi,
sedangkan yang bikin iesvi-nya di sini. Istilahnya saya sering dibaledogan sama orang-orang,
Bapak ini bagaimana, anda yang merancang IT tetapi yang kaya gitunya saja tidak bisa dikelola.
Ya bagaimana untuk mengantarkan Sumedang go.id, itu tidak bisa double. Itu hanya akan dua
cara bisa dicabut, dipaksa oleh Kepala Daerah untuk dicabut ditempatkan yang baru, atau ada
surat dicabut paksa, atau dengan surat baik-baik. Sepanjang itu tidak dilakukan saya tidak bisa
mengelola, paling hanya bisa domainnya aja. Misalnya bappeda_sumedang.go.id. Ini yang
sering saya lakukan padahal saya bawa tim teman-teman ITB, bagaimana kira-kira yang
namanya teknologi itu ternyata tidak semuanya mahal, ada juga yang murah yang bisa
disesuaikan dengan skala persoalan kita. Orang sudah terkooptasi hal-hal teknologi mahal, saya
bilang kepada Wakil Bupati, Pak bagaimana untuk ini, untuk 100 juta Pak Waluyo bikin goronggorong itu jelas ceto. Lalu apa manfaatnya upaya gorong-gorong. Akhirnya orang akan pilih-pilih.
11 dari 11
LAMPIRAN II-1
1.
2.
3.
4.
5.
Anggaran
Realisasi
1.975.000.000
1.293.429.850
830.400.000
828.400.000
474.600.000
474.600.000
449.800.000
441.846.000
40.000.000
40.000.000
3.769.800.000
3.078.275.850
81,66
Anggaran
Realisasi
412.154.000
411.249.000
200.000.000
200.000.000
125.000.000
125.000.000
118.525.950
114.325.950
100.000.000
99.830.000
85.000.000
85.000.000
77.000.000
76.200.000
68.300.000
67.925.000
63.700.000
63.700.000
50.000.000
50.000.000
28.235.250
26.510.250
Jumlah Anggaran
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
65,49
52,39
42,02
99,76
22,03
26,91
100,00
12,59
15,42
98,23
11,93
14,35
100,00
1,06
1,30
100,00
100,00
Persentase (%)
1.
Realisasi
Anggaran
1.327.915.200
1.319.740.200
Anggaran
Realisasi
1.061.700.000
20.000.000
1.081.700.000
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
99,78
31,04
31,16
100,00
15,06
15,15
100,00
9,41
9,47
96,46
8,93
8,66
99,83
7,53
7,56
100,00
6,40
6,44
98,96
5,80
5,77
99,45
5,14
5,15
100,00
4,80
4,83
100,00
3,77
3,79
93,89
2,13
2,01
99,38
100,00
100,00
Persentase (%)
Program Badan Pengawasan Daerah
1.
2.
Jumlah Anggaran
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
1.060.200.000
99,86
98,15
98,15
20.000.000
100,00
1,85
1,85
1.080.200.000
99,86
100,00
100,00
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP1UI.,dari
2007.
LAMPIRAN II-1
Persentase (%)
Anggaran
Realisasi
1.737.000.000
1.737.000.000
730.000.000
730.000.000
560.200.000
560.200.000
350.000.000
349.880.000
244.725.000
244.204.000
105.000.000
105.000.000
60.000.000
59.900.000
60.000.000
60.000.000
60.000.000
59.900.000
60.000.000
60.000.000
50.000.000
50.000.000
50.000.000
50.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
35.000.000
35.000.000
30.000.000
30.000.000
4.221.925.000
4.221.084.000
Anggaran
Realisasi
1.601.389.000
1.877.694.000
731.378.505
730.886.505
574.806.050
574.806.050
484.264.950
484.099.375
409.999.475
407.429.250
400.168.950
400.168.950
342.215.000
320.865.000
225.000.000
224.850.000
200.000.000
199.825.000
100.000.000
97.625.000
99.719.000
99.719.000
100,00
1,89
1,81
69.184.600
68.901.600
99,59
1,31
1,25
25.000.000
25.000.000
100,00
5.263.125.530
5.511.869.730
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
100,00
41,14
41,15
100,00
17,29
17,29
100,00
13,27
13,27
99,97
8,29
8,29
99,79
5,80
5,79
100,00
2,49
2,49
99,83
1,42
1,42
100,00
1,42
1,42
99,83
1,42
1,42
100,00
1,42
1,42
100,00
1,18
1,18
100,00
1,18
1,18
100,00
1,07
1,07
100,00
1,07
1,07
100,00
0,83
0,83
100,00
0,71
0,71
99,98
100,00
100,00
Persentase (%)
Program Badan Perencanaan Daerah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP2UI.,dari
2007.
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
117,25
30,43
34,07
99,93
13,90
13,26
100,00
10,92
10,43
99,97
9,20
8,78
99,37
7,79
7,39
100,00
7,60
7,26
93,76
6,50
5,82
99,93
4,28
4,08
99,91
3,80
3,63
97,63
1,90
1,77
0,48
0,45
100,00
100,00
LAMPIRAN II-1
Anggaran
Realisasi
1.
6.794.575.000
6.225.121.550
2.
2.334.866.800
2.323.901.800
2.000.000.000
1.999.998.080
1.477.600.000
707.049.680
1.415.600.000
1.372.593.000
1.160.000.000
1.154.877.475
1.062.000.000
1.076.065.450
668.344.400
668.344.400
638.625.000
878.369.450
623.450.000
616.220.650
500.000.000
499.828.400
373.675.000
372.267.000
325.000.000
325.000.000
318.000.000
318.000.000
250.000.000
241.258.000
227.600.000
154.428.750
225.000.000
220.123.250
200.000.000
156.825.000
200.000.000
199.800.000
175.000.000
174.325.000
175.000.000
174.811.000
150.000.000
3.
4.
Realisasi
Anggaran
Persentase (%)
Skala
Skala
Anggaran
Realisasi
91,62
29,80
28,96
99,53
10,24
10,81
100,00
8,77
9,30
47,85
6,48
3,29
96,96
6,21
6,39
99,56
5,09
5,37
101,32
4,66
5,01
100,00
2,93
3,11
137,54
2,80
4,09
98,84
2,73
2,87
99,97
2,19
2,33
99,62
1,64
1,73
100,00
1,43
1,51
100,00
1,39
1,48
96,50
1,10
1,12
67,85
1,00
0,72
97,83
0,99
1,02
78,41
0,88
0,73
99,90
0,88
0,93
99,61
0,77
0,81
99,89
0,77
0,81
150.000.000
100,00
0,66
0,70
150.000.000
140.401.000
93,60
0,66
0,65
150.000.000
144.150.000
96,10
0,66
0,67
120.000.000
118.761.100
98,97
0,53
0,55
112.000.000
112.000.000
100,00
0,49
0,52
105.000.000
104.700.000
99,71
0,46
0,49
100.000.000
99.325.000
99,33
0,44
0,46
100.000.000
99.550.000
99,55
0,44
0,46
92.500.000
92.500.000
100,00
0,41
0,43
85.000.000
84.871.400
99,85
0,37
0,39
75.000.000
74.700.000
99,60
0,33
0,35
75.000.000
74.080.000
98,77
0,33
0,34
75.000.000
75.000.000
100,00
0,33
0,35
59.712.000
59.712.000
100,00
0,26
0,28
56.800.000
56.800.000
100,00
0,25
0,26
50.000.000
48.265.000
96,53
0,22
0,22
50.000.000
50.000.000
100,00
0,22
0,23
50.000.000
49.866.000
99,73
0,22
0,23
22.800.348.200
21.493.889.435
94,27
100,00
100,00
Jumlah Anggaran
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP3UI.,dari
2007.
LAMPIRAN II-1
Persentase (%)
Program Sekretariat DPRD
1.
Anggaran
Realisasi
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
100,00
30,48
37,78
88,27
19,50
21,33
44,37
14,35
7,89
65,69
13,06
10,63
100,00
10,98
13,60
1.663.155.000
1.663.155.000
1.063.705.000
938.985.000
782.885.000
347.344.600
712.470.000
468.030.000
598.920.000
598.920.000
307.490.000
272.490.000
88,62
5,64
6,19
267.490.000
113.745.000
42,52
4,90
2,58
60.000.000
0,00
1,10
0,00
4.402.669.600
80,69
100,00
100,00
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
5.456.115.000
Persentase (%)
Program Dinas Informasi dan Komunikasi
1.
Anggaran
Realisasi
543.962.000
539.719.000
500.000.000
494.779.550
199.439.000
196.197.000
1.243.401.000
1.230.695.550
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
99,22
43,75
43,85
98,96
40,21
40,20
98,37
16,04
15,94
98,98
100,00
100,00
Persentase (%)
Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jumlah Anggaran
Anggaran
Realisasi
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
99,07
63,55
63,65
99,25
12,47
12,51
99,13
9,63
9,65
2.805.000.000
2.778.853.000
550.354.245
546.218.780
425.000.000
421.288.000
300.000.000
290.685.000
150.000.000
146.959.000
100.000.000
99.049.000
83.474.000
82.854.000
99,26
1,89
1,90
4.413.828.245
4.365.906.780
98,91
100,00
100,00
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP4UI.,dari
2007.
96,90
6,80
6,66
97,97
3,40
3,37
99,05
2,27
2,27
LAMPIRAN II-1
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah Anggaran
Anggaran
Realisasi
2.544.720.000
2.468.196.300
665.000.000
656.175.000
260.000.000
258.632.500
250.000.000
249.337.500
75.000.000
74.900.000
10.000.000
10.000.000
3.804.720.000
3.717.241.300
Anggaran
Realisasi
Persentase (%)
Realisasi
Skala
Skala
Anggaran Anggaran Realisasi
96,99
66,88
66,40
98,67
17,48
17,65
99,47
6,83
6,96
99,74
6,57
6,71
99,87
1,97
2,01
100,00
0,26
0,27
97,70
100,00
100,00
Persentase (%)
Program Dinas Kesehatan
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
1.
4.034.500.000
3.942.836.045
97,73
29,58
29,26
2.
3.427.479.000
3.526.368.071
102,89
25,13
26,17
3.
1.870.000.000
1.784.634.806
95,44
13,71
13,24
1.500.000.000
1.474.093.000
98,27
11,00
10,94
650.000.000
646.090.000
99,40
4,77
4,79
500.000.000
499.598.140
99,92
3,67
3,71
457.200.000
448.756.455
98,15
3,35
3,33
265.707.500
263.861.500
99,31
1,95
1,96
222.271.000
215.718.500
97,05
1,63
1,60
187.612.500
176.753.750
94,21
1,38
1,31
164.000.000
163.650.000
99,79
1,20
1,21
139.000.000
116.750.000
83,99
1,02
0,87
75.000.000
75.000.000
100,00
0,55
0,56
62.855.000
62.843.000
99,98
0,46
0,47
45.050.000
44.828.850
99,51
0,33
0,33
38.500.000
34.715.000
90,17
0,28
0,26
13.639.175.000
13.476.497.117
98,81
100,00
100,00
4.
5.
6.
7.
8.
Jumlah Anggaran
Persentase (%)
Program Dinas Ketenagakerjaan dan
Kependudukan
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Program Perkembangan dan Perluasan
Kesempatan Kerja
Program Peningkatan Kualitas dan Pengembangan
Produktivitas Ketenagakerjaan
Program Peningkatan Sumber Daya Manusia
Program Peningkatan Hubungan Industrial dan
Perlindungan Tenaga Kerja
Program Pengerahan dan Pemindahan Transmigran
Program Pembinaan dan Peningkatan Fungsi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Program Peningkatan Sarana Kantor
Jumlah Anggaran
Anggaran
Realisasi
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
99,52
55,23
55,18
100,00
12,26
12,31
100,00
10,35
10,39
98,61
8,28
8,20
100,00
5,18
5,20
99,83
4,79
4,80
2,86
1.066.848.800
1.061.757.000
236.820.000
236.820.000
200.000.000
200.000.000
160.000.000
157.770.000
100.000.000
100.000.000
92.500.000
92.340.000
55.000.000
55.000.000
100,00
2,85
20.437.500
20.337.500
99,51
1,06
1,06
1.931.606.300
1.924.024.500
99,61
100,00
100,00
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP5UI.,dari
2007.
LAMPIRAN II-1
Persentase (%)
Program Dinas Koperasi dan UKM
1.
2.
3.
4.
5.
Anggaran
Realisasi
400.000.000
397.395.000
340.000.000
339.710.000
227.500.000
227.500.000
171.000.000
170.850.000
170.000.000
168.000.000
160.000.000
158.600.000
160.000.000
157.370.000
130.000.000
126.935.000
75.000.000
71.920.000
75.000.000
72.750.000
50.000.000
49.970.000
1.958.500.000
1.941.000.000
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
99,35
20,42
20,47
99,91
17,36
17,50
100,00
11,62
11,72
99,91
8,73
8,80
98,82
8,68
8,66
99,13
8,17
8,17
98,36
8,17
8,11
97,64
6,64
6,54
95,89
3,83
3,71
97,00
3,83
3,75
99,94
2,55
2,57
99,11
100,00
100,00
Persentase (%)
Program Dinas Pekerjaan Umum
1.
Realisasi
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
1.547.886.000
1.444.688.000
6.725.000.000
6.476.622.400
13.747.000.000
13.649.083.481
6.349.620.000
6.282.543.800
987.000.000
958.040.850
2.546.000.000
2.242.185.550
1.533.927.500
1.530.829.400
8.
50.000.000
50.000.000
9.
150.000.000
149.859.000
99,91
0,45
0,46
33.636.433.500
32.783.852.481
97,47
100,00
100,00
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Anggaran
Jumlah Anggaran
93,33
4,60
4,41
96,31
19,99
19,76
99,29
40,87
41,63
98,94
18,88
19,16
97,07
2,93
2,92
88,07
7,57
6,84
99,80
4,56
4,67
100,00
0,15
0,15
Persentase (%)
Program Dinas Pendapatan
1.
2.
Jumlah Anggaran
Anggaran
Realisasi
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
710.000.000
697.267.475
98,21
28,86
30,44
1.750.000.000
1.593.131.600
91,04
71,14
69,56
2.460.000.000
2.290.399.075
93,11
100,00
100,00
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP6UI.,dari
2007.
LAMPIRAN II-1
Persentase (%)
Program Dinas Pendidikan
1.
Anggaran
Realisasi
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
2.
3.
4.
599.241.875
599.241.875
5.
407.899.150
404.449.150
375.000.000
373.787.500
304.328.000
304.328.000
100,00
0,97
0,99
8.
250.000.000
250.000.000
100,00
0,80
0,81
9.
246.810.000
245.699.500
99,55
0,79
0,80
140.085.000
139.935.000
99,89
0,45
0,45
95.149.850
70.149.850
73,73
0,30
0,23
50.000.000
50.000.000
100,00
0,16
0,16
24.480.000
24.470.000
99,96
0,08
0,08
31.358.025.725
30.814.391.275
98,27
100,00
100,00
6.
7.
18.808.131.850
18.822.376.850
100,08
59,98
61,08
5.562.797.500
5.499.144.600
98,86
17,74
17,85
4.494.102.500
4.030.808.950
89,69
14,33
13,08
100,00
1,91
1,94
99,15
1,30
1,31
99,68
1,20
1,21
Persentase (%)
Program Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jumlah Anggaran
Anggaran
Realisasi
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
98,92
23,31
23,24
935.000.000
924.877.500
900.000.000
895.249.500
736.137.000
726.750.600
648.000.000
643.545.800
325.000.000
324.615.000
267.340.000
265.115.000
100.000.000
98.750.000
98,75
2,49
2,48
100.000.000
100.000.000
100,00
2,49
2,51
4.011.477.000
3.978.903.400
99,19
100,00
100,00
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP7UI.,dari
2007.
99,47
22,44
22,50
98,72
18,35
18,27
99,31
16,15
16,17
99,88
8,10
8,16
99,17
6,66
6,66
LAMPIRAN II-1
Jumlah Anggaran
Anggaran
Realisasi
300.000.000
296.587.600
255.846.000
246.074.750
200.000.000
183.876.000
150.000.000
149.845.000
150.000.000
148.573.000
110.000.000
109.160.000
100.000.000
100.000.000
63.000.000
62.720.000
50.000.000
50.000.000
1.378.846.000
1.346.836.350
Persentase (%)
Realisasi
Skala
Skala
Anggaran Anggaran Realisasi
98,86
21,76
22,02
96,18
18,56
18,27
91,94
14,50
13,65
99,90
10,88
11,13
99,05
10,88
11,03
99,24
7,98
8,10
100,00
7,25
7,42
99,56
4,57
4,66
100,00
3,63
3,71
97,68
100,00
100,00
Persentase (%)
Program Dinas Perindustrian dan Perdagangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jumlah Anggaran
Anggaran
Realisasi
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
78,50
54,62
48,74
98,45
18,27
20,45
100,00
8,15
9,26
100,00
7,39
8,40
100,00
4,93
5,61
99,76
4,53
5,13
905.000.000
710.459.400
302.750.000
298.071.000
135.000.000
135.000.000
122.500.000
122.500.000
81.750.000
81.750.000
75.000.000
74.817.500
35.000.000
35.000.000
100,00
2,11
2,40
1.657.000.000
1.457.597.900
87,97
100,00
100,00
Anggaran
Realisasi
Persentase (%)
Program Dinas Pertambangan dan Energi
1.
2.
3.
4.
5.
5.087.955.000
4.970.899.100
215.960.000
215.302.000
183.054.500
182.405.300
50.000.000
49.840.000
50.000.000
50.000.000
25.000.000
25.000.000
5.611.969.500
5.493.446.400
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP8UI.,dari
2007.
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
97,70
90,66
90,49
99,70
3,85
3,92
99,65
3,26
3,32
99,68
0,89
0,91
100,00
0,89
0,91
100,00
0,45
0,46
97,89
100,00
100,00
LAMPIRAN II-1
Persentase (%)
Program Dinas Pertanahan
1.
2.
3.
Jumlah Anggaran
Anggaran
Realisasi
15.518.870.000
15.275.775.145
125.000.000
122.530.000
25.000.000
24.120.950
15.668.870.000
15.422.426.095
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
98,43
99,04
99,05
98,02
0,80
0,79
96,48
0,16
0,16
98,43
100,00
100,00
Persentase (%)
Program Dinas Pertanian
1.
2.
3.
4.
Anggaran
Realisasi
4.874.376.700
4.842.034.650
2.723.000.000
2.712.656.550
1.100.954.300
1.090.601.500
760.000.000
757.255.500
490.288.600
488.943.600
433.280.000
433.280.000
390.000.000
389.250.000
327.250.000
308.547.500
129.805.000
129.196.350
110.000.000
109.064.000
107.910.000
107.910.000
11.446.864.600
11.368.739.650
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
99,34
42,58
42,59
99,62
23,79
23,86
99,06
9,62
9,59
99,64
6,64
6,66
99,73
4,28
4,30
100,00
3,79
3,81
99,81
3,41
3,42
94,28
2,86
2,71
99,53
1,13
1,14
99,15
0,96
0,96
100,00
0,94
0,95
99,32
100,00
100,00
Persentase (%)
Program Kantor Arsip dan Perpustakaan Umum
Daerah
1.
2.
3.
4.
Jumlah Anggaran
1.
2.
3.
4.
Jumlah Anggaran
Anggaran
Realisasi
206.000.000
204.560.000
196.850.000
196.670.000
60.000.000
60.000.000
50.000.000
49.730.400
512.850.000
510.960.400
Anggaran
Realisasi
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
99,30
40,17
40,03
99,91
38,38
38,49
100,00
11,70
11,74
99,46
9,75
9,73
99,63
100,00
100,00
Persentase (%)
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
99,56
76,84
76,84
99,63
9,51
9,52
8,56
807.985.000
804.442.400
100.000.000
99.630.000
90.000.000
89.645.000
99,61
8,56
53.500.000
53.158.300
99,36
5,09
5,08
1.051.485.000
1.046.875.700
99,56
100,00
100,00
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP9UI.,dari
2007.
LAMPIRAN II-1
1.
2.
3.
4.
Jumlah Anggaran
Anggaran
Realisasi
11.715.958.902
11.662.516.760
8.630.484.424
8.624.175.665
163.000.000
143.800.000
50.000.000
48.420.873
20.559.443.326
20.478.913.298
10
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP10UI.,dari
2007.
Persentase (%)
Realisasi
Anggaran
Skala
Anggaran
Skala
Realisasi
99,54
56,99
56,95
99,93
41,98
42,11
88,22
0,79
0,70
96,84
0,24
0,24
99,61
100,00
100,00
LAMPIRAN II-2
Administrasi Pemerintahan
1.
Realisasi Anggaran
13.612.843.062
34,76
2.
7.185.210.500
18,35
3.
5.910.709.200
15,09
4.
4.857.564.900
12,40
5.
1.706.082.200
4,36
6.
1.083.125.000
2,77
7.
1.065.000.000
2,72
8.
728.585.000
1,86
9.
675.697.000
1,73
11.
617.376.000
1,58
12.
331.948.400
0,85
13.
326.645.000
0,83
250.000.000
0,64
15.
241.590.000
0,62
16.
159.850.000
0,41
17.
115.000.000
0,29
85.000.000
0,22
14.
18.
19.
85.000.000
0,22
20.
78.320.000
0,20
21.
43.993.000
0,11
39.159.539.262
100,00
Realisasi Anggaran
Jumlah
No.
1.
2.070.811.700
48,01
2.
1.190.332.000
27,60
3.
602.825.000
13,98
4.
249.890.000
5,79
5.
199.675.000
4,63
4.313.533.700
100,00
Jumlah
dari 4
1 2007.
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI.,
LAMPIRAN II-2
No.
1.
2.
3.
4.
Realisasi Anggaran
1.654.000.000
53,93
570.547.100
18,60
552.690.900
18,02
289.585.000
9,44
3.066.823.000
100,00
Realisasi Anggaran
Jumlah
No.
1.
782.287.000
40,96
2.
592.520.200
31,02
174.338.000
9,13
155.471.000
8,14
137.015.000
7,17
38.308.500
2,01
3.
4.
5.
6.
7.
29.999.600
1,57
1.909.939.300
100,00
Realisasi Anggaran
No.
Ketenagakerjaan
1.
2.
No.
Kesehatan
Realisasi Anggaran
1.
12.032.111.032
42,12
2.
10.436.574.248
36,53
3.
3.059.775.000
10,71
4.
1.500.000.000
5,25
5.
801.000.000
2,80
6.
503.525.500
1,76
7.
148.740.000
0,52
8.
84.675.000
0,30
28.566.400.780
100,00
Jumlah
dari 4
2 2007.
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI.,
LAMPIRAN II-2
No.
Pendidikan
1.
9.370.000.000
47,22
2.
7.876.891.500
39,69
3.
1.744.728.200
8,79
4.
571.655.000
2,88
5.
200.000.000
1,01
6.
41.750.000
0,21
7.
Realisasi Anggaran
40.000.000
0,20
Jumlah
19.845.024.700
100,00
No.
Sosial
Realisasi Anggaran
1.
2.053.552.000
78,53
2.
296.565.000
11,34
3.
126.940.600
4,85
4.
107.770.000
4,12
5.
30.000.000
1,15
2.614.827.600
100,00
Jumlah
No.
Penataan Ruang
Realisasi Anggaran
1.
765.539.200
100,00
Jumlah
765.539.200
100,00
Realisasi Anggaran
No.
1.
9.773.492.600
68,25
2.
3.728.603.000
26,04
3.
818.343.000
5,71
14.320.438.600
100,00
Realisasi Anggaran
Jumlah
No.
Perhubungan
1.
2.
dari 4
3 2007.
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI.,
2.277.000.000
82,29
490.000.000
17,71
2.767.000.000
100,00
LAMPIRAN II-2
No.
Kependudukan
Realisasi Anggaran
1.
591.208.400
45,22
2.
294.000.000
22,49
3.
190.000.000
14,53
4.
132.325.000
10,12
5.
100.000.000
7,65
1.307.533.400
100,00
Realisasi Anggaran
%
60,39
No.
1.
200.000.000
131.198.000
39,61
Jumlah
331.198.000
100,00
Realisasi Anggaran
1.273.600.000
64,02
552.123.000
27,76
84.135.500
4,23
4.
39.985.000
2,01
5.
39.430.000
1,98
1.989.273.500
100,00
Realisasi Anggaran
30.130.500.000
99,76
2.
No.
1.
2.
3.
Jumlah
No.
Pertanahan
1.
2.
dari 4
4 2007.
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI.,
71.000.000
0,24
30.201.500.000
100,00
LAMPIRAN II-3
3
2
No.
Belanja Langsung
11
Pengadaan CPNS
192.500.000
38,65
251.600.000
50,51
Jumlah
498.100.000
100,00
Belanja Langsung
273.000.000
400.000.000
673.000.000
No.
1
54.000.000
%
40,56
59,44
100,00
Belanja Langsung
%
13.000.000
3,13
10
15.000.000
3,61
12
15.000.000
3,61
17.542.000
4,22
20.000.000
25.000.000
30.000.000
7,22
13
30.000.000
7,22
15
35.000.000
11
39.000.000
9,39
40.000.000
9,63
40.000.000
8
9
14
Jumlah
No.
15.000.000
3,61
4,81
20.000.000
4,81
6,02
8,42
9,63
61.000.000
14,68
415.542.000
100,00
Belanja Langsung
22.000.000
4,79
25.500.000
5,55
Pemeriksaan khusus
100.000.000
21,77
311.805.700
67,89
Jumlah
459.305.700
100,00
1 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
LAMPIRAN II-3
No.
15
32.400.000
0,74
65.045.000
1,48
74.994.900
Belanja Langsung
1,71
75.000.000
1,71
16
124.991.400
2,85
124.994.400
2,85
Penyusunan PDRB
155.126.400
3,53
180.300.000
10
14
3
13
1
9
11
8
12
No.
99.983.200
2,28
4,11
184.474.600
4,20
206.000.000
4,69
349.892.000
7,97
450.006.000
10,25
500.000.000
11,39
799.990.500
18,22
1.000.000.000
22,77
4.390.798.400
Belanja Langsung
100,00
%
Bidang Hukum
484.022.000
1,02
Bidang Perekonomian
534.323.000
1,13
1.054.255.100
2,23
47.304.028.048
100,00
Jumlah
No.
Belanja Langsung
Pengadaan komputer
22.500.000
30.000.000
8,29
84.250.000
23,29
2 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
6,22
225.000.000
62,20
361.750.000
100,00
LAMPIRAN II-3
No.
Belanja Langsung
Pelatihan aparatur
15.000.000
8,72
20.000.000
11,63
40.000.000
23,26
40.000.000
23,26
57.000.000
33,14
172.000.000
100,00
Jumlah
No.
Belanja Langsung
%
25.000.000
10,02
27.500.000
11,03
30.000.000
12,03
30.000.000
12,03
40.000.000
16,04
46.900.000
18,81
50.000.000
20,05
50.000.000
20,05
50.000.000
20,05
10
50.000.000
20,05
249.400.000
100,00
Jumlah
40.000.000
6,78
50.000.000
8,47
50.000.000
8,47
52.500.000
8,90
56.500.000
9,58
75.000.000
12,71
100.000.000
8
7
166.000.000
28,14
Jumlah
590.000.000
100,00
No.
3 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Belanja Langsung
16,95
LAMPIRAN II-3
No.
Belanja Langsung
Pemeriksaan haji
13.743.550
0,43
12
18.800.000
0,59
19.000.000
0,59
15
20.602.000
0,64
36.750.000
1,15
14
40.140.000
1,25
43.116.000
5
11
48.020.000
1,50
17
50.000.000
1,56
51.161.275
1,60
55.000.000
16
7
68.835.000
KIA dan KB
82.649.775
2,58
13
87.800.000
2,74
18
10
8
1,34
1,72
152.320.000
1.880.000.000
58,64
Jumlah
3.205.810.000
100,00
4,75
204.000.000
6,36
333.872.400
10,41
30.000.000
44.690.000
No.
2
3
5
No.
2,15
Belanja Langsung
%
23.140.000
5,78
7,50
11,17
90.000.000
22,49
235.540.000
58,85
400.230.000
Belanja Langsung
100,00
%
100.000.000
24,43
100.000.000
24,43
100.000.000
4
5
Jumlah
No.
22
24
25
4 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
100.000.000
24,43
24,43
7.240.000
1,77
2.150.000
0,53
409.390.000
100,00
Belanja Langsung
160.000.000
1,40
165.000.000
1,44
169.000.000
1,47
LAMPIRAN II-3
23
1
256.000.000
2,23
324.196.000
2,83
425.000.000
3,71
26
650.000.000
5,67
700.000.000
10
12
11
17
4
18
No.
23
17
5
19
325.000.000
2,83
6,10
1.000.001.000
8,72
1.060.000.000
9,24
1.500.000.000
13,08
1.650.999.000
14,40
1.750.000.000
15,26
11.469.196.000
Belanja Langsung
60.000.000
100,00
%
1,86
75.000.000
2,32
78.760.000
2,44
95.000.000
2,94
133.036.750
24
140.000.000
4,34
22
350.000.000
10,84
10
475.000.000
14,71
640.000.000
19,82
848.170.000
26,27
3.228.310.550
100,00
Jumlah
5 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
4,12
LAMPIRAN II-3
No.
26
200.000.000
1,20
250.000.000
1,50
11
350.000.000
2,11
10
Rehabilitasi SLTP
429.171.000
2,58
33
550.000.000
3,31
36
730.000.000
4,39
37
Rehab Gedung SD
1.456.800.000
8,76
2.000.000.000
12,03
8.642.647.500
51,99
30
16.623.618.500
100,00
Jumlah
No.
Belanja Langsung
Belanja Langsung
22.000.000
4,26
Pembuatan UKL/UPL-KAS
30.000.000
5,81
30.000.000
9
7
45.000.000
50.000.000
9,68
Reklamasi Galian C
80.000.000
15,49
84.400.000
16,34
85.000.000
16,46
90.000.000
17,43
516.400.000
100,00
Jumlah
No.
5,81
Belanja Langsung
8,71
48.000.000
3,21
55.000.000
3,68
145.000.000
9,71
175.800.000
11,77
10
1.000.000.000
66,94
Jumlah
1.493.800.000
100,00
No.
19
7
14
15
20
22
6 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
Belanja Langsung
56.550.000
%
5,20
60.000.000
5,52
65.000.000
5,97
65.000.000
5,97
71.144.000
6,54
78.435.000
7,21
1.087.874.000
100,00
LAMPIRAN II-3
No.
1.
2.
No.
Belanja Langsung
417.100.000
9,49
460.822.600
Belanja Langsung
21.100.000
27.000.000
2
1
No.
9
18
10
21
8
7
7 dari 7
Analisis keterkaitan ..., Dodi Rohimat Sopiana, FISIP UI., 2007.
90,51
43.722.600
Jumlah
100,00
%
13,02
16,66
29.000.000
17,89
85.000.000
52,44
162.100.000
Belanja Langsung
100,00
%
11.742.500
2,27
65.853.100
4,97
70.000.000
5,29
150.000.000
11,33
178.000.000
13,45
200.000.000
15,11
1.323.842.500
100,00
LAMPIRAN III-1
ANGGARAN
REALISASI
680.897.680.182,87
702.173.765.048,00
62.259.510.811,87
63.455.317.746,00
18.920.627.256,00
18.195.742.136,00
35.607.129.486,00
36.155.616.346,00
2.547.298.139,87
2.547.298.133,00
5.184.455.930,00
6.556.661.131,00
615.889.169.371,00
620.822.782.926,00
42.643.441.596,00
47.136.555.151,00
500.020.000.000,00
500.020.000.000,00
31.910.000.000,00
31.910.000.000,00
41.315.727.775,00
41.756.227.775,00
2.749.000.000,00
17.895.664.376,00
TOTAL PENERIMAAN
2.749.000.000,00
17.895.664.376,00
695.991.019.273,06
680.631.641.150,00
Belanja Aparatur
207.579.138.815,06
196.170.621.604,00
175.381.179.668,06
166.739.623.885,00
119.160.864.033,15
112.374.745.148,00
Belanja Pegawai
36.519.253.748,91
35.311.293.986,00
11.211.046.000,00
10.858.617.000,00
Belanja Pemeliharaan
8.490.015.886,00
8.194.967.751,00
20.358.580.575,00
18.855.594.100,00
Belanja Pegawai
5.837.485.500,00
5.569.660.500,00
8.848.555.075,00
8.054.265.600,00
5.636.540.000,00
5.195.668.000,00
Belanja Pemeliharaan
36.000.000,00
36.000.000,00
Belanja Modal
11.839.378.572,00
10.575.403.619,00
Belanja Publik
488.411.880.458,00
484.461.019.546,00
244.716.919.512,00
243.627.274.293,00
232.544.845.997,00
231.912.586.029,00
9.679.153.093,00
9.364.731.124,00
240.264.000,00
216.612.600,00
2.252.656.422,00
2.133.344.540,00
53.422.449.814,00
52.623.532.117,00
Belanja Pegawai
Belanja Pemeliharaan
Belanja Pegawai
19.137.982.024,00
18.990.334.015,00
29.324.979.290,00
28.777.166.502,00
3.780.870.000,00
LEBIH (KURANG)
21.276.084.865,13
103,12
1.195.806.934,13
101,92
(724.885.120,00)
96,17
548.486.860,00
101,54
(6,87)
100,00
1.372.205.201,00
126,47
4.933.613.555,00
100,80
4.493.113.555,00
110,54
100,00
100,00
440.500.000,00
101,07
15.146.664.376,00
650,99
15.146.664.376,00
650,99
(15.359.378.123,06)
97,79
(11.408.517.211,06)
94,50
(8.641.555.783,06)
95,07
(6.786.118.885,15)
94,31
(1.207.959.762,91)
96,69
(352.429.000,00)
96,86
(295.048.135,00)
96,52
(1.502.986.475,00)
92,62
(267.825.000,00)
95,41
(794.289.475,00)
91,02
(440.872.000,00)
92,18
100,00
(1.263.974.953,00)
89,32
(3.950.860.912,00)
99,19
(1.089.645.219,00)
99,55
(632.259.968,00)
99,73
(314.421.969,00)
96,75
(23.651.400,00)
90,16
(119.311.882,00)
94,70
(798.917.697,00)
98,50
(147.648.009,00)
99,23
(547.812.788,00)
98,13
(57.690.000,00)
98,50
(45.766.900,00)
95,92
(1.572.784.312,00)
98,56
(487.267.184,00)
99,38
(2.246.500,00)
99,91
3.838.560.000,00
Belanja Pemeliharaan
1.120.928.500,00
1.075.161.600,00
109.328.719.347,00
107.755.935.035,00
78.443.791.785,00
77.956.524.601,00
2.500.000.000,00
2.497.753.500,00
TOTAL PEMBIAYAAN
15.093.339.091,19
(6.395.459.522,00)
(21.488.798.613,19)
(42,37)
Penerimaan Daerah
37.842.098.971,37
72.485.228.011,00
34.643.129.039,63
191,55
Pengeluaran Daerah
22.748.759.880,18
78.880.687.533,00
56.131.927.652,82
346,75
Belanja Modal
LAMPIRAN III-2
ANGGARAN
REALISASI
LEBIH (KURANG)
484.567.983.967,83
492.436.373.341,74
7.868.389.373,91
101,62
56.770.678.620,92
58.699.239.115,74
1.928.560.494,82
103,40
17.138.072.000,00
18.183.246.270,00
1.045.174.270,00
106,10
34.668.274.461,21
35.200.334.246,27
532.059.785,06
101,53
2.382.172.164,71
2.362.172.174,47
(19.999.990,24)
99,16
2.582.159.995,00
2.953.486.425,00
371.326.430,00
114,38
409.909.924.984,51
415.841.469.850,00
5.931.544.865,49
101,45
34.945.878.048,31
38.883.422.914,00
3.937.544.865,69
111,27
316.700.000.000,00
316.698.000.000,00
(2.000.000,00)
100,00
13.240.000.000,00
13.240.000.000,00
100,00
45.024.046.936,20
47.020.046.936,00
1.995.999.999,80
104,43
17.887.380.362,40
17.895.664.376,00
8.284.013,60
100,05
17.887.380.362,40
17.895.664.376,00
8.284.013,60
100,05
518.354.856.653,16
494.886.425.737,70
(23.468.430.915,46)
95,47
Belanja Aparatur
148.284.200.789,96
145.245.901.473,70
(3.038.299.316,26)
97,95
129.603.345.478,26
127.429.157.562,00
(2.174.187.916,26)
98,32
Belanja Pegawai
92.346.559.396,40
91.084.096.656,00
(1.262.462.740,40)
98,63
22.526.994.496,94
21.856.335.545,00
(670.658.951,94)
97,02
7.623.821.000,00
7.396.496.000,00
(227.325.000,00)
97,02
Belanja Pemeliharaan
7.105.970.584,92
7.092.229.361,00
(13.741.223,92)
99,81
11.937.987.600,00
11.234.832.200,00
(703.155.400,00)
94,11
Belanja Pegawai
5.080.020.000,00
4.808.250.000,00
(271.770.000,00)
94,65
4.086.911.800,00
3.700.976.400,00
(385.935.400,00)
90,56
2.642.350.000,00
2.620.120.000,00
(22.230.000,00)
99,16
Belanja Pemeliharaan
128.705.800,00
105.485.800,00
(23.220.000,00)
81,96
Belanja Modal
6.742.867.711,70
6.581.911.711,70
(160.956.000,00)
97,61
Belanja Publik
370.070.655.863,20
349.640.524.264,00
(20.430.131.599,20)
94,48
206.635.594.033,20
205.527.872.255,00
(1.107.721.778,20)
99,46
198.614.683.248,20
197.900.671.534,00
(714.011.714,20)
99,64
6.134.371.125,00
5.848.421.233,00
(285.949.892,00)
95,34
145.636.000,00
132.958.400,00
(12.677.600,00)
91,30
Belanja Pegawai
Belanja Pemeliharaan
1.740.903.660,00
1.645.821.088,00
(95.082.572,00)
94,54
34.225.752.998,00
33.633.168.372,00
(592.584.626,00)
98,27
99,14
Belanja Pegawai
14.152.276.050,00
14.030.702.417,00
(121.573.633,00)
17.775.944.148,00
17.384.839.530,00
(391.104.618,00)
97,80
2.161.630.000,00
2.105.055.000,00
(56.575.000,00)
97,38
Belanja Pemeliharaan
135.902.800,00
112.571.425,00
(23.331.375,00)
82,83
Belanja Modal
81.897.685.432,00
63.694.885.316,00
(18.202.800.116,00)
77,77
43.791.623.400,00
43.340.561.506,00
(451.061.894,00)
98,97
97,84
TOTAL PEMBIAYAAN
3.520.000.000,00
3.444.036.815,00
(75.963.185,00)
(33.786.872.685,33)
(2.450.052.395,96)
31.336.820.289,37
7,25
148,11
418,19
Penerimaan Daerah
51.408.133.348,24
76.141.065.899,23
24.732.932.550,99
Pengeluaran Daerah
17.621.260.662,91
73.691.013.503,27
56.069.752.840,36
Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2005
LAMPIRAN III-3
ANGGARAN
REALISASI
439.908.446.828,70
463.961.840.532,70
48.988.573.456,39
50.118.894.987,70
15.363.400.000,00
16.514.948.371,00
25.813.930.359,06
25.424.024.266,98
1.897.821.153,83
1.835.321.154,22
5.913.421.943,50
6.344.601.195,50
367.276.248.409,87
390.312.963.694,00
30.058.616.004,70
36.927.236.286,00
301.089.000.000,00
301.089.000.000,00
28.918.632.405,17
45.086.727.408,00
23.643.624.962,44
23.529.981.851,00
23.618.482.217,84
23.479.007.699,00
25.142.744,60
50.974.152,00
443.428.416.257,35
440.904.717.966,16
Belanja Aparatur
127.963.138.352,50
128.422.007.655,16
116.369.914.277,50
116.940.332.180,16
Belanja Pegawai
85.056.734.077,54
83.109.728.219,00
20.889.931.336,96
23.559.524.298,10
5.757.698.100,00
5.671.233.000,00
Belanja Pemeliharaan
4.665.550.763,00
4.599.846.663,00
9.639.103.375,00
9.547.062.275,00
Belanja Pegawai
3.747.478.000,00
3.712.408.000,00
4.762.365.375,00
4.707.754.275,00
1.090.560.000,00
1.088.200.000,00
Belanja Pemeliharaan
38.700.000,00
38.700.000,00
1.954.120.700,00
1.934.613.200,00
Belanja Publik
315.465.277.904,85
312.482.710.311,00
214.246.256.682,35
212.493.223.014,00
206.147.868.777,35
204.648.220.980,00
5.974.852.965,00
5.783.058.812,00
407.338.680,00
392.053.600,00
1.716.196.260,00
1.669.889.622,00
19.503.630.063,00
19.306.049.322,00
7.761.877.384,00
7.712.350.239,00
10.153.471.350,00
10.031.559.167,00
1.415.573.000,00
1.389.703.000,00
172.708.329,00
172.436.916,00
Belanja Modal
34.792.430.987,00
34.348.715.298,00
43.134.710.172,50
42.362.383.470,00
3.788.250.000,00
3.972.339.207,00
(3.519.969.428,65)
23.057.122.566,54
Penerimaan Daerah
6.802.668.565,69
Pengeluaran Daerah
.282.699.137,04
Belanja Modal
Belanja Pegawai
Belanja Pemeliharaan
Belanja Pegawai
Belanja Pemeliharaan
LEBIH (KURANG)
24.053.393.704,00
105,47
1.130.321.531,31
102,31
1.151.548.371,00
107,50
(389.906.092,08)
98,49
(62.499.999,61)
96,71
431.179.252,00
107,29
23.036.715.284,13
106,27
6.868.620.281,30
122,85
100,00
16.168.095.002,83
155,91
(113.643.111,44)
99,52
(139.474.518,84)
99,41
25.831.407,40
202,74
(2.523.698.291,19)
99,43
458.869.302,66
100,36
570.417.902,66
100,49
(1.947.005.858,54)
97,71
2.669.592.961,14
112,78
(86.465.100,00)
98,50
(65.704.100,00)
98,59
(92.041.100,00)
99,05
(35.070.000,00)
99,06
(54.611.100,00)
98,85
(2.360.000,00)
99,78
100,00
(19.507.500,00)
99,00
(2.982.567.593,85)
99,05
(1.753.033.668,35)
99,18
(1.499.647.797,35)
99,27
(191.794.153,00)
96,79
(15.285.080,00)
96,25
(46.306.638,00)
97,30
(197.580.741,00)
98,99
(49.527.145,00)
99,36
(121.912.183,00)
98,80
(25.870.000,00)
98,17
(271.413,00)
99,84
(443.715.689,00)
98,72
(772.326.702,50)
98,21
184.089.207,00
104,86
26.577.091.995,19
(655,04)
34.079.528.875,69
27.276.860.310,00
500,97
57.136.651.442,23
53.853.952.305,19
1.740,54
Sumber:
Peraturan Daerah
Kabupaten
Sumedang
Nomor
2 Tahun
2005
tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2004
Analisis
keterkaitan
..., Dodi
Rohimat
Sopiana,
FISIP
UI.,
2007.
LAMPIRAN IV
Tabel. 1
PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2005
(Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian
2001
2002
2003
2004
2005
1.264.075,94
1.454.988,35
1.548.485,91
1.723.175,70
2.053.655,83
962.878,17
1.118.273,31
1.166.852,13
1.289.993,83
1.567.931,63
Perkebunan
72.905,29
80.755,90
95.026,49
110.339,39
120.153,13
Peternakan
169.713,80
197.178,80
215.852,52
240.929,79
277.786,12
Kehutanan
28.700,97
32.904,49
38.443,60
42.597,30
43.561,06
Perikanan
29.877,72
25.875,86
32.311,17
39.315,39
44.223,89
4.552,31
5.360,21
6.518,55
7.495,34
8.992,04
4.552,31
5.360,21
6.518,55
7.495,34
8.992,04
1.062.268,91
1.194.525,34
1.311.461,76
1.430.542,67
1.660.424,54
Penggalian
Industri Pengolahan
Industri Migas
1.062.268,91
1.194.525,34
1.311.461,76
1.430.542,67
1.660.424,54
86.786,41
108.673,20
127.845,14
152.253,79
181.067,35
Listrik
83.489,33
105.264,07
124.420,20
148.426,44
176.855,93
Gas Kota
Air Bersih
3.297,08
3.409,13
3.424,94
3.827,35
4.211,42
89.472,49
100.177,06
114.613,56
127.121,47
151.577,57
Bangunan/Kontruksi
Perdagangan, Hotel &
Restoran
Perdagangan Besar dan Eceran
1.107.665,48
1.266.339,53
1.389.648,81
1.545.019,96
1.835.394,83
915.294,90
1.051.327,65
1.151.013,33
1.274.455,36
1.509.059,87
Hotel
1.492,93
1.882,78
2.341,60
2.811,43
3.402,84
Restoran
190.877,66
213.129,09
236.293,87
267.753,17
322.932,13
132.180,26
157.744,53
183.708,01
207.503,55
281.968,84
Pengangkutan
115.282,65
135.046,94
156.140,65
174.537,66
242.792,14
109.631,87
128.770,83
149.107,52
166.920,39
233.590,08
5.650,77
6.276,12
7.033,12
7.617,28
9.202,06
16.897,62
22.697,59
27.567,37
32.965,89
39.176,70
158.024,26
186.930,69
225.998,24
271.469,62
309.089,59
Bank
32.636,82
51.201,88
76.555,85
108.754,90
123.693,54
11.628,64
13.014,10
14.699,75
16.336,65
19.370,01
110.503,43
119.082,45
130.760,13
142.060,22
161.074,89
Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan
3.255,37
3.632,25
3.982,51
4.317,86
4.951,15
Jasa-Jasa
343.944,99
389.072,47
430.517,56
478.717,54
566.040,17
Pemerintahan Umum
236.687,62
272.190,75
301.014,76
336.353,89
403.063,92
Swasta
107.257,37
116.881,71
129.502,80
142.363,65
162.976,25
57.482,25
61.990,80
68.472,50
74.716,15
87.694,03
6.828,40
7.507,31
8.118,69
8.899,91
9.892,10
PDRB
42.946,73
47.383,59
52.911,61
58.747,59
65.390,12
4.248.971,06
4.863.811,39
5.338.797,54
5.943.299,64
7.048.210,76
LAMPIRAN IV
Tabel. 2
PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2005
(Persen)
Lapangan Usaha
2001
2002
2003
2004
2005
Pertanian
29,75
29,91
29,00
28,99
29,14
22,66
22,99
21,86
21,71
22,25
Perkebunan
1,72
1,66
1,78
1,86
1,70
Peternakan
3,99
4,05
4,04
4,05
3,94
Kehutanan
0,68
0,68
0,72
0,72
0,62
Perikanan
0,70
0,53
0,61
0,66
0,63
0,11
0,11
0,12
0,13
0,13
Penggalian
Industri Pengolahan
Industri Migas
0,11
0,11
0,12
0,13
0,13
25,00
24,56
24,56
24,07
23,56
25,00
24,56
24,56
24,07
23,56
2,04
2,23
2,39
2,56
2,57
Listrik
1,96
2,16
2,33
2,50
2,51
Gas Kota
Air Bersih
0,08
0,07
0,06
0,06
0,06
Bangunan/Kontruksi
2,11
2,06
2,15
2,14
2,15
26,07
26,04
26,03
26,00
26,04
21,54
21,62
21,56
21,44
21,41
Hotel
0,04
0,04
0,04
0,05
0,05
Restoran
4,49
4,38
4,43
4,51
4,58
3,11
3,24
3,44
3,49
4,00
Pengangkutan
2,71
2,78
2,92
2,94
3,44
2,58
2,65
2,79
2,81
3,31
0,13
0,13
0,13
0,13
0,13
Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
0,40
0,47
0,52
0,55
0,56
3,72
3,84
4,23
4,57
4,39
Bank
0,77
1,05
1,43
1,83
1,75
0,27
0,27
0,28
0,27
0,27
Sewa Bangunan
2,60
2,45
2,45
2,39
2,29
Jasa Perusahaan
0,08
0,07
0,07
0,07
0,07
Jasa-Jasa
8,09
8,00
8,06
8,05
8,03
Pemerintahan Umum
5,57
5,60
5,64
5,66
5,72
Swasta
2,52
2,40
2,43
2,40
2,31
1,35
1,27
1,28
1,26
1,24
0,16
0,15
0,15
0,15
0,14
1,01
0,97
0,99
0,99
0,93
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
PDRB
Sumber: Bappeda (Katalog BPS: 9205.3211)
LAMPIRAN IV
Tabel. 3
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2005
(Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
2001
2002
2003
2004
2005
Pertanian
13,13
15,10
6,43
11,28
19,18
10,43
16,14
4,34
10,55
21,55
Perkebunan
23,60
10,77
17,67
16,11
8,89
Peternakan
25,20
16,18
9,47
11,62
15,30
Kehutanan
13,01
14,65
16,83
10,80
2,26
Perikanan
16,83
(13,39)
24,87
21,68
12,48
38,51
17,75
21,61
14,98
19,97
Penggalian
38,51
17,75
21,61
14,98
19,97
Industri Pengolahan
13,03
12,45
9,79
9,08
16,07
13,03
12,45
9,79
9,08
16,07
17,84
25,22
17,64
19,09
18,92
Listrik
18,14
26,08
18,20
19,29
19,15
Gas Kota
Air Bersih
10,71
3,40
0,46
11,75
10,03
Bangunan/Kontruksi
12,09
11,96
14,41
10,91
19,24
14,94
14,33
9,74
11,18
18,79
15,56
14,86
9,48
10,72
18,41
Hotel
27,69
26,11
24,37
20,06
21,04
Restoran
11,97
11,66
10,87
13,31
20,61
16,46
19,34
16,46
12,95
35,89
Industri Migas
Pengangkutan
15,76
17,14
15,62
11,78
39,11
15,79
17,46
15,79
11,95
39,94
15,07
11,07
12,06
8,31
20,81
Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
21,50
34,32
21,46
19,58
18,84
26,57
18,29
20,90
20,12
13,86
Bank
80,89
56,88
49,52
42,06
13,74
13,87
11,91
12,95
11,14
18,57
Sewa Bangunan
18,02
7,76
9,81
8,64
13,38
Jasa Perusahaan
9,51
11,58
9,64
8,42
14,67
Jasa-Jasa
21,22
13,12
10,65
11,20
18,24
Pemerintahan Umum
26,07
15,00
10,59
11,74
19,83
14,48
Swasta
8,97
10,80
9,93
12,15
7,84
10,46
9,12
17,37
8,66
9,94
8,14
9,62
11,15
11,70
10,33
11,67
11,03
11,31
PDRB
14,84
14,47
9,77
11,32
18,59