Professional Documents
Culture Documents
Proses Pembakaran
TUNGKU
(FURNACE)
UDARA
(KELEMBABAN)
ABU SEBAGAI
SAMPAH
BATUBARA
TDK TERBAKAR
UNSUR-UNSUR UTAMA,
KESEIMBANGAN MASSA TUNGKU/BOILER
GAS ASAP KERING
(1367 KG)
TUNGKU
(PEMBAKARAN)
H2O (53 KG)
(KELEMBABAN)
Gross humidity
Crystallization water
Water
Water
Normal
humidity
H
volatile
matter
O
raw coal
S
N
Fe2O3
Al2O3
carbon
fix
coke
carbon
Dry coal
pure coal
SiO2
whole
ash
TiO2
CaO
MgO
SO3
Na2O
ash
ash
K2O
diverse
Notes:
H = hydrogen
S = sulphur
O = oxygen
N = Nitrogen
I.
Fixed Carbon
Limits
%
(Dry, Mineral Matter Free
Basis)
Volatile Matter
Limits, %
(Dry, MineralMatter Free
Basis)
Calorific Value
Limits, Btu/lb
(Moist, Mineral
Matter Free
Basis)
Equal
or
Greater
Than
Less
Than
Equal
or
Greater
Than
Less
Than
Equal
or
Greater
Than
Less
Than
Agglomerating
Character
98
92
86
98
92
2
8
2
8
14
Nonagglomerating
78
69
-
86
78
69
-
14
22
31
-
22
31
-
14,000
13,000
11,500
10,500
14,000
13,000
11,500
Commonly
Agglomerating
11,500
10,500
9,500
Nonagglomerating
Anthracitic
Meta-anthracite
Anthracite
Semi-anthracite
II. Bituminous
Low-volatile
Medium-volatile
High-volatile A
High-volatile B
High-volatile C
Agglomerating
III. Subbituminous
Subbituminous A
Subbituminous B
Subbituminous C
10,500
9,500
8,300
IV. Lignite
Lignite A
Lignite B
6,300
8,300
-
2.1.1
Thermodynamic View
Gb.
2.3
Thermodynamic
peralatan
control-volume
digambarkan
disekitar
Gb. 2.4
NPHR = QB/NPO
(3-1)
NTHR = QT/NTO
(3-2)
NPO = NTO AP
(3-3)
hB = QT/QB
(3-4)
dimana
NPHR = net plant heat rate, Btu/kWh (J/kWh)
NTHR = net turbine heat rate, Btu/kWh (J/kWh)
NPO = net plant output, kW
NTO = net turbine output, kW (sebagaimana diukur pada terminal
generator minus kW BFP)
AP = Auxiliary Power, kW (diluar kW BFP)
QB = heat input ke boiler dari bahan bakar, Btu/h (J/h) = fuel
burn rate
QT = heat input ke siklus turbin, Btu/h (J/h); dan
hB = efisiensi boiler (fuel efficiency)
Dari Pers. (3-2), QT = NTO x NTHR
Dari Pers. (3-4), QB
Oleh karena itu,
QB =
QT/ hB
NTO x NTHR
------------------hB
NTO x NTHR
Dengan memasukan kedalam Pers. (3-1), NPHR = ---------------hB(NPO)
NTO x NTHR
Dari Pers. (3-3), NPHR = --------------hB(NTO - AP)
Akhirnya membagi dengan NTO, kita mencapai persamaan berikut:
NTHR
NPHR = -------------------hB [1 AP/NTO]
Persamaan terakhir ini biasanya digunakan untuk menetapkan net
plant heat rate.
Terminologi
gross
plant
heat
rate
(GPHR)
kadang-kadang
digunakan untuk menghitung jumlah heat input yang dibutuhkan
untuk membangkitkan satu kilowatt-hour pada terminal generator,
dengan mengabaikan pengaruh dari auxiliary power.
GPHR = QB/NTO = NTHR/hB
Karena 1 kilowatt-hout sama dengan 3.413 Btu (3,598 MJ), net
plant heat rate mungkin juga digunakan persamaan berikut:
3.413 (3,598 MJ) x 100
Efisiensi termal = ---------------------------NPHR
Oleh karena itu, untuk typical NPHR 10.000 Btu/kWh
MJ/kWh), efisiensi termalnya akan sama dengan 34,13%
2.1.2
(10,542
Stoichiometric Air
Boiler Efficiency
Metoda Input-Output
Dalam metoda ini heat input dari bahan bakar dan panas yang
diserap oleh fluida kerja diukur secara langsung.
hB = 100 x Qabs/Qbb
dimana
hB
= boiler effisiensi
Qabs
moho
mihi
Qbb
= panas dari bahan bakar dan kredit panas yang lain, Btu/h
= mbb x Hbb
mbb
Hbb
Moisture di udara
dimana
= kehilangan panas melintang ketel uap
= heat credit melintang ketel uap
Pengukuran
aliran
bahan
bakar
dieliminasi
dari
persamaan
terdahulu dengan membagi Qloss, Qcredit dan Qbb oleh aliran bahan
bakar. Persamaan untuk efisiensi boiler selanjutnya menjadi
sebagai berikut:
hB = 100 100 x (Hloss Hcredit)/Hbb
dimana
Hloss
Hcredit =
heat
credit
dibagi
2.1.4
Slagging dan fouling dapat memberi pengaruh pada net plant heat
rate dengan cara berbeda.
Batubara dengan slagging indeks yang lebih tinggi menaikkan
resistansi terhadap perpindahan panas dari dinding ketel uap,
yang pada gilirannya membutuhkan fuel burn rate yang lebih tinggi
untuk mencapai laju uap yang sama, dan oleh karena itu menurunkan
efisiensi boiler. Fuel burn rate yang bertambah menyebabkan
temperatur dalam tungku menjadi lebih tinggi, yang dapat
memperparah proses slagging. Volume dan temperature gas, yang
memasuki daerah konveksi, yang lebih tinggi biasanya membutuhkan
penambahan aliran attemperator yang, pada gilirannya, menaikkan
net turbine heat rate.
Batubara dengan tendensi fouling lebih tinggi, pada sisi lain,
mengurangi kemampuan permukaan konvektif untuk menyerap panas,
yang menyebabkan temperatur oulet gas economizer tinggi, jadi
mengurangi efisiensi boiler dan secara potensial men-derating
peralatan
downstream
seperti
fans.
Penyerapan
panas
yang
berkurang dapat mengakibatkan level spray attemperator lebih
rendah atau, dalam kasus yang lebih berat, ketidakmampuan untuk
memenuhi target temperatur main steam dan reheat steam.
Dengan salah satu persoalan slagging dan fouling, penggunaan
lebih banyak sootblowing untuk menghilangkan deposit juga akan
menaikkan turbine heat rate. Slagging dan fouling juga mempunyai
efek sekunder pada heat rate. Kenaikan laju bahan bakar, yang
disebabkan
oleh
pengurangan
efisiensi
boiler,
membutuhkan
tambahan auxiliary power untuk udara, gas, dan peralatan ash
handling.
2.2
2.2.1
Pendahuluan
Boiler yang paling awal adalah bejana diisi air yang dipanaskan
oleh api. Permukaan perpindahan panas dari arrangement ini
ditambah dengan menempatkan tube-tube menembus bejana tersebut
dan mengalirkan flue gas panas sebagai hasil dari proses
pembakaran.
Desain dengan tube-tube air merupakan arrangement yang mendasari
desain dalam large-utility steam generator saat ini.
Dalam boiler paling awal yang menggunakan bahan bakar padat,
campuran udara-bahan bakar dicapai dengan menempatkan bahan bakar
pada stationary grate dan mengalirkan udara melalui dan diatas
grate tersebut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
STEAM DRUM
PENTHOUSE
SUPERHEATER OUTLET
REHEATER OUTLET
STEAM-COOLED ROOF
PENDANT CONVECTION
SUPERHEATER OR REHEATER
FURNACE NOSE
FURNACE ARCH
STEAM-COOLED WALLS
HORIZONTAL CONVECTION
SUPERHEATER OR REHEATER
ECONOMIZER
SUPERHEATER JUNCTION
HEADER
ECONOMIZER INLET HEADER
ECONOMIZER ASH HOPPER
REAR WALL
BUCKSTAYS
FURNACE KNUCKLE
BOILER CIRCULATING PUMPS
DOWNCOMER
FRONT WALL
FURNACE WATER-COOLED
WALLS
REHEATER INLET HEADER
PLATEN TYPE SUPERHEATER
OR REHEATER
PANEL TYPE SUPERHEATER
RADIANT WALL REHEATER
2.2.2
2.2.2.1
juga
disajikan
untuk
kondisi-kondisi
sebagai
2.2.2.3
Sistem pulverizer
Kelebihan Udara
Metoda
pengendalian
Kontrolnya
Temperatur
Uap
Primer
Desuperheating spray
Kontrol temperatur
uap reheat
2.2.2.6
Rentang
Sekunder
Kontrol temperatur
uap superheat
Flue gas
proportioning
Tilting burners
dan
Desuperheating
spray
Desuperheating
spray
2.2.2.7
tekanan
Operasi
dengan
Variable
pressure
didefinisikan
sebagai
pengontrolan produksi uap boiler dengan mengontrol dan mengatur
tekanan uap boiler. Esensinya, katup throttle turbin dibiarkan
tetap terbuka dan setiap pengurangan beban dibawah MCR dicapai
dengan mengurangi tekanan uap. Tekanan hybrid adalah gabungan.
Keuntungan
dari
operasi
dengan
variable
pressure
adalah
memperbaiki efisiensi siklus turbin dan memperbaiki rentang
kontrol dari temperatur uap boiler.
Operasi variable pressure dapat dicapai antara lain dengan
pengendalian laju pengapian selama operasi dan ini dipenuhi
dengan mengubah laju pengapian sebelum mengubah beban atau aliran
uap.
2.2.2.8
Emisi flue gas dari pulverized coal boiler umumnya dapat dibagi
dalam dua kategori:
2.2.2.9
2.2.3
2.2.3.1
Tungku
Tungku bertindak sebagai ruang bagi proses pembakaran
Metoda desain utama yang digunakan untuk mengontrol ukuran tungku
adalah sebagai berikut:
Input panas bahan bakar per furnace plan area
Panas tersedia ke tungku per effective projected radiant
surface area, atau furnace release rate; dan
Temperature gas keluar dari tungku
Input Panas Bahan Bakar per Furnace Plan Area
Btu/h-ft2
MJ/h-m2
Bituminous coal
1.600.000-1.800.000
18.200-20.400
Subbituminous coal
1.500.000-1.700.000
17.000-19.300
Lignite
1.200.000-1.500.000
13.600-17.000
MJ/h-m2 EPRS
Bituminous coal
70.000-90.000
795-1.020
Subbituminous coal
60.000-80.000
680-910
Lignite
40.000-60.000
450-680
1.900-2.000
1.038-1.093
1.850-1950
1.010-1.066
1.800-1.900
932-1.038
Bituminous coal
Subbituminous coal
Lignite
2.2.3.2
Drum
Drum merupakan tempat interface antara uap dan air dalam boiler
subcritical, dan merupakan tempat yang tepat untuk penambahan
kimiawi dan pengeluaran padatan ter-dissolved dari sistem air
pengisi ketel.
Drum juga berisi peralatan untuk menghilangkan cairan dari uap
pada waktu uap meninggalkan drum dan masuk ke sistem yang
berhubungan dengan superheater primer.
2.2.3.3
Superheater
Reheater
Economizer
Air Heater
Ada dua jenis air heater yaitu rotary regenerative air heater dan
tubular, heat pipe, and plate yang telah dipergunakan pada boiler
kecil(< dari 100 MW). Air heater yang dipasang dapat satu, dua,
tiga atau empat tergantung ukuran unit dan derajat flexibilitas
dari bahan bakar.
Ada dua macam regenerative air heater yaitu trisector (dua aliran
udara per air heater) dan bisector (satu aliran udara per air
heater).
2.2.3.8
TO WIND BOX
FROM FD
FAN
TO BURNERS
AIR HEATER
BISECTOR
PULVERIZER
PRIMARY AIR FAN
2.2.3.9
Soot Blowers
Wall blowers
Retractable soot blowers (fully and partially)
2.2.3.10
Coal Feeders
Coal feeders
pulverizers.
terletak
antara
coal
silo
dan
masing-masing
Pulverizers
jenis
pulverizers
yang
telah
digunakan
pada
utility
2.2.3.12
Coal piping
burners
menghantar
campuran
udara
dan
pulverized
coal
ke
Ignitors
2.3
Fans
Centrifugal
axial
Di unit coal fired power plant, umumnya ada empat kategori dari
fan
1.
FD Fan (Forced Draft Fan)
Fan ini berfungsi untuk memasok udara pembakaran ke boiler
2.
PA Fan (Primary Air Fan)
Fan ini berfungsi untuk membawa pulverized coal ke boiler
3.
ID Fan (Induced Draft Fan)
ID Fan berfungsi mengeluarkan produk pembakaran dari boiler
4.
GR Fan (Gas Recirculated Fan
Gas Recirculated Fan membawa gas dari titik diantara outlet
economizer dan inlet air heater ke bagian bawah tungku atau dekat
dekat outlet tungku
Yang pertama untuk mengontrol temperatur uap, sedangkan yang
kedua untuk mengontrol temperatur gas