You are on page 1of 11

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

11 Pages

ISSN 2302-0253
pp. 49- 59

PENGARUH SUBSTITUSI STYROFOAM KE DALAM ASPAL


PENETRASI 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK
CAMPURAN ASPAL PORUS
Hesty Aquina1, Sofyan M. Saleh 2, Renni Anggraini3
1)

Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2,3)

Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala


Email: hestyaquina@gmail.com

Abstract: One of the efforts that have been applied in improving the quality of bitumen is to
modify the physical and chemical properties of asphalt using additional materials, such as
residual materials. This study aimed to determine the effect of styrofoam substitution on
asphalt penetration 60/70 to the characteristics of porous asphalt according to Australian
Method. The materials used were conventional asphalt penetration 60/70, aggregate, and
styrofoam. The specimens preparation of Optimum Asphalt Content (OAC) followed
Australian Method by parameter of cantabro loss (CL), asphalt flow down (AFD) and Voids in
Mix (VIM). Open graded aggregate was applied and variations in bitumen content were 4.5%;
5.0%; 5.5%; 6.0% and 6.5% excluding styrofoam. Marshall test and calculation, CL and AFD
were conducted afterward to obtain OAC. Subsequently, the OAC obtained was used to
prepare some specimens of the OAC with variations 0.5 from the OAC and styrofoam
variations of 5%, 7% and 9%. Permeability and durability test then required specimens at the
best asphalt content. Based on this research, the OAC was at 5.76% and the content of the best
asphalt performance was 6.26% with styrofoam content of 9% as bitumen substitution material.
Besides, almost all parameter values met the specification of AAPA (1997), only stability value
did not meet the specification of minimum 500 kg required for a medium traffic. The highest
stability of 495.92 kg was obtained at the best asphalt content. VIM decreased with relatively
small changes (ranging between 13.79% -10.06%). According to the best asphalt content the
value of CL was 15.27%, the value of AFD was 0.23%, permeability value was 0.1447 cm/sec,
while the value of durability 90% was 80.613%.
Keywords : Styrofoam, Asphalt Penetration 60/70, Porous Asphalt, Australian Method.

Abstrak Salah satu usaha yang telah dilakukan dalam meningkatkan kualitas aspal adalah dengan
memodifikasi sifat fisik dan kimia aspal dengan material tambahan, diantaranya dengan material
sisa/limbah. Pada penelitian ini bahan tambah yang digunakan adalah material sisa/limbah styrofoam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan styrofoam sebagai bahan substitusi
aspal penetrasi 60/70 terhadap karakteristik campuran aspal porus. Material yang digunakan adalah
aspal penetrasi 60/70, agregat, dan styrofoam. Pembuatan benda uji untuk penentuan kadar aspal
optimum (KAO) berdasarkan metode Australia dengan parameter nilai cantabro loss (CL), asphalt flow
down (AFD) dan voids in mix (VIM). Gradasi mengikuti gradasi terbuka dengan kadar aspal 4,5%;
5,0%; 5,5%; 6,0% dan 6,5% tanpa variasi penggunaan styrofoam. Selanjutnya dilakukan pengujian dan
perhitungan Marshall, CL dan AFD untuk mendapatkan KAO. Setelah KAO diperoleh, dibuat benda
uji pada KAO dan variasi 0,5 dari nilai KAO dengan variasi penggunaan styrofoam 5%, 7% dan 9%,
selanjutnya dibuat benda uji untuk pengujian permeabilitas dan durabilitas pada kadar aspal terbaik.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh KAO sebesar 5,76% dan kadar aspal terbaik pada 6,26% dengan
substitusi styrofoam 9%, dimana semua parameter nya telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan
kecuali nilai stabilitas yang belum memenuhi spesifikasi yang disyaratkan Australian Asphalt Pavement
Association (1997) untuk lalu lintas sedang yaitu minimum 500 kg. Stabilitas tertinggi diperoleh pada
kadar aspal terbaik yaitu sebesar 495,92 kg. Untuk kadar rongga dalam campuran (VIM) turun dengan
perubahan yang relatif kecil (berkisar antara 13,79%-10,06%). Pada kadar aspal terbaik diperoleh nilai
CL sebesar 15,27%, nilai AFD sebesar 0,23%, permeabilitas diperoleh sebesar 0,1447 cm/detik dan

49 -

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
nilai durabilitas 90% yaitu sebesar 80,613%
Kata Kunci: Styrofoam, Aspal pen 60/70, Aspal Porus, Metode Australia.

dalam menanggulangi besarnya jumlah limbah

PENDAHULUAN
Campuran beraspal merupakan campuran

yang ada. Material limbah tersebut antara lain

antara agregat dengan aspal sebagai pengikat

adalah bahan styrofoam. Dengan demikian,

pada komposisi dan suhu tertentu. Campuran

styrofoam yang merupakan bahan buangan

beraspal banyak jenisnya ditentukan oleh tipe

limbah

gradasi agregat yang digunakan, jenis aspal dan

maksimal untuk konstruksi perkerasan jalan.

dapat

dimanfaatkan

dengan

lebih

suhu pencampuran/pemadatan. Salah satu jenis

Mashuri dan Batti (2011) menyatakan

campuran beraspal adalah aspal porus yang

bahwa penggunaan styrofoam pada rentang

merupakan salah satu jenis perkerasan jalan

6,0% sampai 12,0% cenderung meningkatkan

yang dikembangkan saat ini. Menurut Diana

nilai

(1995) aspal porus (porous asphalt) merupakan

durabilitas cenderung meningkat pada kadar

campuran beraspal panas bergradasi terbuka

styrofoam

antara

dengan persentase agregat kasar yang besar,

cenderung

menurun

persentase agregat halus yang kecil, sehingga

styrofoam diatas 10%, dimana variasi styrofoam

menyediakan rongga udara yang besar.

yang digunakan adalah 6%, 8%, 10% dan 12%.

Stabilitas campuran aspal porus sangat

stabilitas

Berdasarkan

marshall,

6%

sementara

sampai

kembali

hipotesa

diatas,

pada

maka

kadar

perlu

dilakukan

mengikat agregat, sehingga untuk campuran

penggunaan styrofoam sebagai bahan substitusi

aspal porus diperlukan aspal mutu tinggi yang

aspal

merupakan

campuran aspal porus sebesar 5%, 7% dan 9%

aspal

hasil

modifikasi.

Aspal

modifikasi adalah aspal yang dibuat dengan

60/70

terhadap

dan

tergantung dari mutu aspal sebagai bahan yang

pen

penelitian

10%

nilai

terhadap

pengaruh

karakteristik

terhadap berat aspal.

mencampur aspal keras dengan suatu bahan


tambah, penambahan ini dimaksudkan untuk
memperbaiki sifat-sifat fisis aspal antara lain
penetrasi, kekentalan (viskositas), dan titik

Salah satu alternatif penanggulangan


langkanya aspal modifikasi ini adalah dengan
pemanfaatan bahanbahan lain yang dapat
dijadikan sebagai bahan tambah, diantaranya
pemanfaatan

Campuran aspal porus


(Affan, 2006) menyebutkan campuran
aspal porus merupakan campuran beraspal

lembek (Anonim, 2004).

adalah

KAJIAN KEPUSTAKAAN

bahan

sisa/limbah.

Pemanfaatan material limbah pada campuran


perkerasan jalan dapat menjadi solusi alternatif

panas antara agregat bergradasi terbuka dengan


aspal modifikasi dangan perbandingan tertentu.
Campuran aspal porus dihampar dan dipadatkan
pada permukaan perkerasan kedap air. Air yang
jatuh pada permukaan aspal porus meresap
bebas ke permukaan lapisan di bawahnya,
selanjutnya mengalir ke samping. Spesifikasi
Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 50

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Aspal Porus yang dikutip dari Australian
Asphalt

pavement

Association

(AAPA)

disajikan pada Tabel 1 berikut:

b.

Agregat
Menurut

Sukirman

(2003),

agregat

berdasarkan pengolahannya dibedakan atas


agregat siap pakai dan agregat yang perlu

Tabel 1. Spesifikasi aspal Porus


No.

Kriteria Perencanaan

diolah, sedangkan berdasarkan bentuknya, butir


Nilai

agegat dikelompokkan atas agregat berbentuk

1.

Uji cantabro loss (%)

Maks 20

2.

Uji Asphalt flow down (%)

Maks 0.3

3.

Stabilitas Marshall (kg)

Min 500

(cubical),

4.

Kelelehan Plastis (mm)

26

(elongated), agregat berbentuk pipih (flaky),

5.

Kadar Rongga Udara (%)

10 25

agregat berbentuk tak beraturan (irregular).

Maks 400

Bentuk

Kekakuan Marshall
6.
(kg/mm)
Sumber : AAPA (1997)

bulat (rounded), agregat berbentuk kubus

butir

yang

berbentuk

paling

baik

lonjong

sebagai

perkerasan jalan adalah kubus/bersudut.

Material Aspal Porus


a.

agregat

Gradasi Agregat

Aspal

Bukhari (2007) menyebutkan gradasi

Sukirman (2003) menyebutkan bahwa

adalah distribusi partikel-partikel berdasarkan

aspal adalah material yang pada temperatur

ukuran agregat yang saling mengisi sehingga

ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan

terjadinya suatu ikatan yang saling mengunci

bersifat termoplastis. Banyaknya aspal dalam

(interlocking).

campuran perkerasan berkisar antara 4-10%

gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga

berdasarkan berat campuran atau 10-15%

antar butir, kadar aspal dan akan menentukan

berdasarkan volume.

stabilitas

Aspal polimer adalah suatu material yang

serta

Menurut

Sukirman

kemudahan

dalam

(1999)

proses

pelaksanaan.

dihasilkan dari modifikasi antara polimer alam

Diana (1995) mengutip dari Manual

atau polimer sintetis dengan aspal. Modifikasi

Japan Road Association menyebutkan aspal

polimer aspal yang diperoleh dari interaksi

porus sering juga disebut campuran aspal

antara komponen aspal dengan bahan aditif

bergradasi terbuka (open graded asphalt).

polimer dapat meningkatkan sifat-sifat dari

Tipikal nilai tengah gradasi agregat aspal porus

aspal tersebut. Dalam hal ini terlihat bahwa

untuk diameter maksimum 10 mm, 14 mm dan

keterpaduan aditif polimer yang sesuai dengan

20 mm sebagaimana yang dikutip dari AAPA

campuran aspal. Penggunaan polimer sebagai

(1997) disajikan pada Tabel 2 berikut:

bahan

untuk

memodifikasi

aspal

terus

berkembang di dalam dekade terakhir (FeiHung, 2000).

51 -

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Tabel 2. Tipikal Nilai Tengah Gradasi
Diameter Agregat Maksimum
Diameter
Saringan (mm)
10 mm
14 mm 20 mm
26.50
100
19.0
100
95
13.2
100
95
55
9.5
90
50
30
6.7
40
27
20
4.75
30
11
10
2.36
12
9
8
1.18
8
8
6
0.6
6
6.5
4
0.3
5
5.5
3
0.15
4
4.5
3
0.075
3.5
3.5
2
Kadar aspal
5.5-6.5
5.0-6.0 4.5-5.5
Sumber:
AAPA (1997)

Styrofoam
Polistirena

foam

merupakan

bahan

plastik yang memiliki sifat khusus dengan


struktur yang tersusun dari butiran dengan
kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan,
dan terdapat ruang antar butiran yang berisi

Nilai spesifikasi penentuan KAO metode


Australia disajikan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3.
Spesifikasi Penentuan KAO
No Spesifikasi
1
Cantabro loss (%)
2
Asphalt flow down (%)
3
Kadar rongga (VIM) (%)
Sumber: AAPA (1997)

Syarat
< 20
< 0,3
10-25

udara yang tidak dapat menghantar panas


sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator

METODE PENELITIAN
Langkah pertama dalam penelitian ini

panas yang sangat baik (Anonim, 2008).

adalah pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat dan


Karakteristik Campuran Aspal Porus
Diana (2004) menyebutkan karakteristik

aspal. Setelah semua hasil dari pemeriksaan


sifat-sifat fisis material dan sesuai dengan

yang diisyaratkan untuk campuran aspal porus

spesifikasi,

adalah: kepadatan (density), stabilitas dan flow,

pembuatan benda uji.

rongga di dalam campuran (voids in mixture),

maka

dilakukan

perencanaan

Benda uji yang dibuat terdiri dari tiga

marshall quotient (MQ), permeabilitas dan

kelompok yaitu :

keawetan (durability).

1.

Benda uji campuran aspal porus dengan


variasi kadar aspal penetrasi 60/70 untuk

Penentuan KAO
Penentuan KAO campuran apal porus
dalam penelitian ini menggunakan metode
Australia. AAPA menyebutkan penentuan KAO
dengan metode ini hanya mensyaratkan tiga
parameter yaitu VIM, cantabro loss (ketahanan

penentuan kadar aspal optimum (KAO).


2.

Setelah

KAO

diperoleh,

selanjutnya

dibuat benda uji pada KAO dan variasi


KAO 0,5 dengan styrofoam sebagai
bahan substitusi sebesar 5%, 7% dan 9%
terhadap berat aspal;

terhadap pelepasan butir) dan asphalt flow


down (aliran aspal ke bawah).
Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 52

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
3.

Benda uji untuk pengujian permeabilitas


dan durabilitas pada kadar aspal terbaik.

Perencanaan Campuran
Kadar aspal yang digunakan berdasarkan
AAPA (1997) dimana kadar aspal untuk ukuran
agregat maksimum 14 mm yaitu antara 5% -

Pengujian material agregat


Agregat kasar dan agregat halus yang

6% dari total berat campuran, maka nilai tengah

digunakan adalah dari jenis batu kali yang

kadar aspal tersebut adalah 5,5%. Variasi yang

dipecah dengan mesin pemecah batu (Stone

digunakan sebanyak 5 variasi kadar aspal yang

Crusher)

Seulimum

masing-masing berbeda 0,5%. Variasi kadar

Kabupaten Aceh Besar dan diproduksi oleh PT.

aspal yang dipilih sedemikian rupa, sehingga

Perapen Prima Mandiri, sedangkan filler berupa

dua kadar aspal kurang dari nilai kadar aspal

semen produksi PT Semen Andalas Indonesia.

tengah, dan dua kadar aspal lainnya lebih besar

Pemeriksaan sifat fisis agregat meliputi : berat

dari nilai kadar aspal tengah, sehingga variasi

jenis dan penyerapan, keausan, kelonjongan dan

kadar aspal yang diambil untuk pembuatan

kepipihan, berat isi, dan kekerasan.

benda uji pada penelitian ini adalah 4,5%; 5%;

yang

berasal

dari

5,5%; 6% dan 6,5% terhadap berat total


Pengujian material aspal

campuran.

Aspal mempunyai pengaruh penting pada


campuran. Oleh karena itu sebelum digunakan
aspal

terlebih

dahulu diperiksa

sifat-sifat

fisisnya. Aspal yang dipakai dalam penelitian


ini yaitu aspal keras penetrasi 60/70 produksi
PT.

Pertamina.

Untuk

bahan

tambahan

digunakan styrofoam. Pemeriksaan sifat-sifat


fisisnya

meliputi

berat

jenis,

penetrasi,

daktilitas, dan titik lembek.


Pemilihan gradasi agregat

Setiap variasi kadar aspal dibuat 3 (tiga)


benda uji, sehingga jumlah benda uji menjadi
15 buah benda uji untuk pengujian Marshall.
Untuk penentuan KAO dengan menggunakan
metode Australia dibuat lagi benda uji untuk
pengujian CL dan AFD masing-masing variasi
kadar aspal (4,5%; 5%; 5,5%; 6% dan 6,5%)
sebanyak 3 (tiga) buah benda uji sehingga
jumlah benda uji menjadi 15 buah benda uji.
Jumlah

keseluruhan

untuk

masing-masing

Pada penelitian ini gradasi agregat yang

pengujian yaitu untuk pengujian CL 15 buah

digunakan adalah gradasi campuran aspal porus

benda uji dan untuk pengujian AFD 15 buah

(gradasi terbuka) berdasarkan tipikal nilai

benda uji. Total benda uji keseluruhan menjadi

tengah yang dikutip dari AAPA (1997) dengan

30 buah benda uji.

menggunakan ukuran agregat maksimum 14


mm seperti terlihat pada Tabel 2.

Rancangan jumlah benda uji keseluruhan


kelompok A (tanpa variasi substitusi styrofoam)
adalah 45 buah benda uji.
Setelah didapat KAO, selanjutnya dibuat
benda uji pada KAO dan variasi 0,5 dari nilai

53 -

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
KAO dengan variasi substitusi styrofoam 5%,

variasi penggunaan kadar aspal sebanyak 3

7% dan 9%. Masingmasing variasi kadar aspal

(tiga) buah benda uji sehingga jumlah benda uji

dibuat 3 (tiga) buah benda uji untuk masing-

menjadi 9 buah pada setiap variasi styrofoam.

masing substitusi 5%, 7% dan 9% styrofoam,

Jumlah

sehingga jumlah benda uji untuk setiap variasi

pengujian yaitu untuk pengujian CL 27 buah

substitusi styrofoam adalah 9 buah benda uji.

benda uji dan untuk pengujian AFD 27 buah

Total benda uji keseluruhan menjadi 27 buah

benda uji. Total benda uji keseluruhan menjadi

benda

Marshall.

81 buah benda uji. Rancangan jumlah benda uji

Selanjutnya dibuat lagi benda uji untuk

yang digunakan untuk pengujian marshall, CL

pengujian CL dan AFD pada masing-masing

dan AFD disajikan pada Tabel 4 berikut:

uji

untuk

pengujian

Tabel 4.
Kadar

Aspal
KAO
0,5
(%)
KAO
KAO + 0,5
KAO 0,5
KAO
KAO + 0,5
KAO 0,5
KAO
KAO + 0,5

9
Total

Uji Marshall
YA11
YA21
YA31
YB11
YB21
YB31
YC11
YC21
YC31
27

YA12 YA13
YA22 YA23
YA32 YA33
YB12 YB13
YB22 YB23
YB32 YB33
YC12 YC13
YC22 YB23
YB32 YC33
Buah

Total Keseluruhan

A
B
Total
Total
keseluruhan

masing-masing

Uji CL
YD11
YD21
YD31
YE11
YE21
YE31
YF11
YF21
YF31

YD12 YD13
YD22 YD23
YD32 YD33
YE12 YE13
YE22 YE23
YE32 YE33
YF12 YF13
YF22 YF23
YF32 YF33
27 Buah

Uji AFD
YG11 YG12 YG13
YG21 YG22 YG23
YG31 YG32 YG33
YH11 YH12 YE13
YH21 YH22 YH23
YH31 YH32 YH33
YI11 YI12 YI13
YI21 YI22 YI23
YI31 YI32 YI33
27 Buah

81 Buah

Total benda uji keseluruhan (kelompok A


dan B) yang direncanakan dalam penelitian ini

Kelompok
Benda Uji

untuk

Jumlah Benda Uji untuk Pengujian Marshall, CL dan AFD


Kadar
Jumlah Benda Uji

Styrofoam
(%)
5

keseluruhan

adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 5


berikut:

Tabel 5. Rekapitulasi Jumlah Benda Uji Keseluruhan


Jumlah Benda Uji Keseluruhan untuk Kelompok A dan Kelompok B
Pengujian Marshall Pengujian Cantrabro Pengujian Asphalt Pengujian Permeabilitas
Loss
Flow Down
dan Durabilitas
15
15
15
27
27
27
3
42
42
42
3
129 buah benda uji

HASIL DAN PEMBAHASAN

pemeriksaan terhadap bahan yang digunakan

Hasil penelitian yang disajikan meliputi

dalam campuran sebagai data pendukung yang

hasil evaluasi penggunaan styrofoam sebagai

meliputi hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis

bahan substitusi aspal penetrasi 60/70 terhadap

agregat, hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal

karakteristik campuran aspal porus. Namun

dengan dan tanpa penggunaan styrofoam, hasil

disamping itu disajikan pula data-data hasil

evaluasi parameter Marshall, CL dan AFD


Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 54

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
tanpa substitusi styrofoam untuk memperoleh
KAO, dan evaluasi parameter Marshall, CL dan
AFD pada variasi 0,5 dari nilai KAO.

2.
3.
4.
5.
6.

Hasil Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat

7.

Penyerapan;
Berat isi;
Kekerasan ;
Keausan;
Indeks
Kepipihan;
Indeks
Kelonjongan

%
kg/dm3
%
%

0,770
1,565
8,569
22,790

Mak. 3
Min.1
Mak.30
Mak. 40

9,91

Mak.10

9,96

Mak. 10

Hasil pemeriksaan terhadap sifat-sifat


fisis agregat batu pecah yang berasal dari mesin

Hasil Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Aspal


dengan dan tanpa Penggunaan Styrofoam

stone crusher milik PT. Perapen Prima Mandiri


yang

berlokasi

di

Kecamatan

Seulimum,

Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh disajikan


pada Tabel 6 berikut;

1.

Sifat-sifat Fisis
yang Diperiksa
Berat jenis ;

dan tanpa substitusi styrofoam meliputi ;


pemeriksaan berat jenis, penetrasi, daktilitas,
dan titik lembek. Hasil pemeriksaan sifat-sifat

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Agregat


No.

Pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal dengan

fisis

Satuan

Hasil

Syarat

2,766

Min. 2,5

aspal

dengan

dan

tanpa

substitusi

styrofoam disajikan pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Aspal dengan dan Tanpa Substitisi Styrofoam
No
1.
2.
3.
4.

Sifat-sifat
FisisYang diperiksa
Berat jenis;
Penetrasi;
Daktilitas;
Titik lembek

0%
1,030
65
130,0
49,5

Kadar Styrofoam
5%
7%
1,029
1,027
61
59
101,67
90,33
51,5
53,5

Satuan
9%
1,025
57
76,67
54,5

(0,1 mm)
cm
0
C

Hasil pengujian Marshall, CL dan AFD

menghasilkan nilai CL dan AFD. Dari analisis

tanpa substitusi styrofoam untuk penentuan

hasil pengujian Marshall, CL, dan AFD dengan

KAO

variasi kadar aspal sebesar 4,5%; 5,0%; 5,5%;


Hasil pengujian Marshall menghasilkan

6,0% dan 6,5% diperoleh nilai KAO sebesar

parameter-parameter Marshall yaitu: stabilitas,

5,76%. Rekapitulasi hasil pengujian Marshall,

flow, density, VMA, VFB, VIM dan Marshall

CL dan AFD dengan variasi kadar aspal

quotient.

disajikan pada Tabel 8 berikut ini :

Hasil

pengujian

CL dan

AFD

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall, CL dan AFD Dengan Variasi Kadar Aspal
Kadar Aspal ( % )

No

Karakteristik
Campuran

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

1.

Stabilitas (kg)

328,89

359,96

275,88

260,09

242,94

Min. 500

2.

Density (gr/cm3)

2,011

2,015

2,024

2,027

2,030

3.

Flow (mm)

3,60

3,40

4,03

4,70

4,73

26

4.

VIM (%)

21,76

20,99

20,00

19,30

18,55

10 25

5.

MQ (kg/mm)

91,60

106,03

68,48

55,76

51,22

Mak. 400

6.

Cantabro Loss (%)

35,05

29,54

21,09

12,60

8,33

Maks. 20

7.

Asphalt Flow Down (%)

0,09

0,19

0,22

0,25

0,31

Maks. 0,3

55 -

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Spesifikasi
AAPA

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Hasil Pengujian Marshall, CL, AFD dengan

KAO.

Rekapitulasi

hasil

pengujian

dan

Substitusi Styrofoam pada KAO dan 0,5

perhitungan parameter Marshall, CL dan AFD

Setelah diperoleh KAO sebesar 5,76%

campuran aspal porus dengan variasi kadar

maka dibuat benda uji dengan substitusi

aspal pada substitusi styrofoam 5%, 7% dan 9%

styrofoam 5%, 7% dan 9% pada KAO dan 0,5

disajikan pada Tabel 9 sampai 11 berikut:

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Pengujian pada Substitusi Styrofoam 5%


Kadar Aspal ( % )
Spesifikasi
AAPA (1997)
5,26
5,76
6,26

Karakteristik
Campuran

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

No

Cantabro Loss (%)


Asphalt Flow Down (%)
Stabilitas (kg)
Density (gr/cm3)
Flow (mm)
VIM (%)
MQ (kg/mm)

22,85
0,22
282,15
2,21
3,97
12,99
71,96

18,08
0,23
317,43
2,22
3,60
12,05
89,19

11,94
0,30
339,41
2,25
3,33
10,06
102,31

Maks. 20
Maks. 0,3
Min. 500
26
10 28
Maks. 400

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Pengujian pada Substitusi Styrofoam 7%


Kadar Aspal (%)
Karakteristik
Spesifikasi AAPA
Campuran
(1997)
5,26
5,76
6,26

1.

Cantabro Loss (%)

25,43

20,85

13,75

Maks. 20

2.

Asphalt Flow Down (%)

0,19

0,21

0,26

Maks. 0,3

3.

Stabilitas (kg)

355,31

370,60

403,66

Min. 500

4.

Density (gr/cm )

2,20

2,21

2,24

5.

Flow (mm)

3,97

3,77

3,53

26

6.
7.

VIM (%)
MQ (Kg)

13,29
93,07

12,22
98,47

10,23
115,01

10 25
Maks. 400

Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Pengujian pada Substitusi Styrofoam 9%


Kadar Aspal ( % )

Karakteristik
Campuran

5,26

5,76

6,26

1.

Cantabro Loss (%)

29,57

27,73

15,27

Maks. 20

2.

Asphalt Flow Down (%)

0,17

0,20

0,23

Maks. 0,3

3.

Stabilitas (kg)

378,41

431,54

495,92

Min. 500

No

Spesifikasi AAPA
(1997)

4.

Density (gr/cm )

2,19

2,22

2,23

5.

Flow (mm)

3,87

3,73

3,07

26

6.

VIM (%)

13,79

11,88

10,60

10 25

7.

MQ (kg)

99,39

116,16

169,05

Maks. 400

Hasil
pengujian
Permeabilitas
Durabilitas Pada Kadar Aspal Terbaik

dan

Berdasarkan kadar aspal terbaik dengan


gradasi yang sama dibuat 3 (tiga) buah benda

durabilitas.

Rekapitulasi

hasil

pengujian

permeabilitas dan durabilitas campuran aspal


porus pada kadar aspal terbaik disajikan pada
Tabel 12 dan 13 berikut :

uji dengan komposisi campuran pada aspal


terbaik untuk pengujian permeabilitas dan
Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 56

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Tabel 12. Hasil Pengujian Permeabilitas

Kadar Aspal
(%)

No.
1.

Kadar
Styrofoam (%)

6,25

Tebal Benda
Uji (cm)

7,65

Waktu
Pengaliran (det)
17,52

Permeabilitas (K)
0,1447

Tabel 13. Hasil Pengujian Durabilitas

Kadar Aspal
(%)

No

1.

Kadar
Styrofoam (%)

Stabilitas Rendaman
30 Menit

Stabilitas Rendaman
24 Jam

Nilai Durabilitas
(%)

e = d/c

6,25

495,92

399,78

80,613

secara signifikan atau dengan kata lain density

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
kadar aspal terbaik pada 6,26% dengan
substitusi

styrofoam

Nilai flow semakin turun apabila kadar

parameternya telah memenuhi spesifikasi yang

aspal semakin meningkat. Hal tersebut terjadi

ditentukan,

belum

karena pengaruh penggunaan styrofoam ke

memenuhi spesifikasi yang disyaratkan AAPA

dalam aspal penetrasi 60/70 yang menyebabkan

(1997) untuk lalu lintas sedang yaitu minimum

aspal menjadi lebih keras, karena pencampuran

500 kg. Namun demikian nilai stabilitas

antara aspal penetrasi 60/70 dengan styrofoam

campuran

dengan

diketahui bahwa sifat aspal menjadi lebih keras

bertambahnya kadar styrofoam dalam campuran.

dengan nilai penetrasi menjadi lebih kecil dan

Hal ini disebabkan karena styrofoam bercampur

titik lembek meningkat. Nilai flow pada semua

dengan

dalam

variasi styrofoam dan kadar aspal masih

ini

memenuhi spesifikasi campuran aspal porus

menyebabkan daya lekat aspal menjadi lebih

yang disyaratkan AAPA (1997) yaitu berkisar

baik sehingga mengakibatkan nilai stabilitas

antara 2 mm 6 mm.

semakin

aspal

campuran,

nilai

tinggi

penetrasi
dimana

dimana

persentase styrofoam.

semua

kecuali

9%

campuran relatif konstan pada masing-masing

stabilitas

seiring

60/70

di

pencampuran

campuran semakin meningkat. Nilai stabilitas


tertinggi diperoleh sebesar 495,92 kg.
Pada
styrofoam,

ketiga

variasi

penurunan

rongga dalam campuran. Nilai VIM secara

penggunaan

kadar

VIM menunjukkan banyaknya persentase

aspal

umum mengalami penurunan sejalan dengan


penambahan

kadar

aspal.

Semakin

besar

mengakibatkan nilai density juga ikut menurun

penggunaan styrofoam maka semakin kecil nilai

yang artinya persentase pori dalam campuran

pori-pori udara dalam campuran. Kondisi ini

menjadi kecil sehingga kepadatan benda uji

disebabkan karena pori-pori udara yang telah

menjadi baik, walaupun peningkatan kadar

diisi oleh aspal dan mineral halus lainnya. VIM

styrofoam tidak mempengaruhi nilai density

ini merupakan salah satu properties penting

57 -

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dalam desain campuran aspal porus, jenis

stabilitas tertinggi diperoleh sebesar 495,92

konstruksi ini direncanakan khusus supaya

kg.

sesudah penghamparan dan pemadatan di

2. Semakin besar kadar aspal menyebabkan

lapangan masih mempunyai rongga yang besar,

nilai AFD campuran juga ikut meningkat

sehingga jenis konstruksi ini memiliki sifat

sehingga tingkat pemisahan aspal dengan

permeabilitas yang baik.

agregat dalam campuran semakin besar.

Peningkatan kadar aspal menyebabkan


nilai AFD juga ikut meningkat. Hal ini
disebabkan

karena

sebesar 0,23%.

kadar

3. Peningkatan kadar aspal menyebabkan nilai

styrofoam dalam aspal yang menyebabkan

CL semakin menurun dengan kata lain

tingkat pemisahan aspal dalam campuran

ketahanan campuran terhadap pelepasan

semakin

butir semakin besar. Nilai CL pada kadar

besar,

bertambahnya

Nilai AFD pada aspal terbaik diperoleh

sementara

semakin

bertambahnya kadar aspal maka nilai CL


campuran semakin kecil atau dengan kata lain
ketahanan

campuran

terhadap

aspal terbaik sebesar 15,27%.


4. Nilai

permeabilitas

diperoleh

sebesar

kehancuran

0,1447 cm/det. Hasil pengujian tersebut

(pelepasan butir) semakin besar. Meningkatnya

memenuhi spesifikasi yaitu 0,0575 cm/det

ketahanan campuran terhadap pelepasan butir

0,2493 cm/det.

ini disebabkan karena semakin banyak jumlah

5. Nilai durabilitas campuran aspal porus tidak

styrofoam yang tercampur ke dalam aspal,

memenuhi

syarat,

yaitu

rasio

antara

sehingga pada bagian inti benda uji atau

stabilitas benda uji yang direndam selama

campuran dapat terikat oleh aspal secara

24 jam pada suhu 60C dengan benda uji

sempurna.

yang direndam selama 30 menit pada suhu


yang sama memiliki nilai 90% yaitu
80,613%.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan
data dan pembahasan yang telah dilakukan

Saran

maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan

1. Permeabilitas dalam penelitian ini hanya

saran antara lain:

melihat aliran air arah vertikal ke bawah,


diharapkan pada penelitian selanjutnya

Kesimpulan
1. Semakin besar persentase styrofoam nilai
stabilitas

campuran

juga

semakin

meningkat. Namun demikian nilai stabilitas


yang diperoleh masih belum memenuhi
spesifikasi yang disyaratan AAPA (1997)
untuk lalu lintas sedang yaitu 500 kg. Nilai

dapat diperhitungkan juga aliran arah


horizontal.
2. Nilai stabilitas dalam penelian ini semakin
meningkat dengan bertambahnya kadar
styrofoam

dalam

campuran,

namun

demikian nilai stabilitas tersebut belum


Volume 3, No. 3, Agustus 2014

- 58

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
memenuhi spesifikasi yang di syaratkan
AAPA yaitu 500 kg, disarankan pada
penelitian

selanjutnya

dapat

dilakukan

dengan variasi styrofoam diatas 9%.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Affan, M, 2006, Studi Peranan Rongga Terhadap
Stabilitas dan Durabilitas Campuran Aspal
Porus Akibat Penambahan Mortar, Tesis,
Magister Teknik Sipil, Univesitas Syiah
Kuala.
Anonim, 2004, Pedoman Pekerjaan Campuran
Beraspal Panas, Direktorat Jendera Bina
Marga, Departemen PU, Jakarta.
Anonim, 2008, Kemasan Polistirena Foam
(Styrofoam) (on line), Ditwas Produk &
Bahan Bahaya, InfoPOM : Badan POM RI.
Australian Asphalt Pavement Association, 1997,
Open
Graded
Asphalt
Design
Guide, ,Australian.
Bukhari, dkk, 2007, Rekayasa Bahan dan Tebal
Perkerasan, Fakultas Teknik, Universitas
Syia Kuala.
Diana, 1995, Aspal Porus, Fakultas Teknik, UNILA,
Bandar Lampung.
Diana, dkk, 2004, The Influence of Using Modified
Asphalt on Durability of Porous Asphalt,
Laporan Penelitian, Fakultas Teknik, UNILA,
Bandar Lampung.
Mashuri dan Batti, 2011, Pemanfaatan Material
Limbah Pada Campuran Panas , Makalah
Ilmiah Teknik Sipil Mektek, Fakultas Teknik,
Universitas Tadulako, Palu.
Pei-Hung, Y, 2000, A Study of Potential Use of
Asphalt Containing Synthetic Polymers for
Asphalt Paving Mixes, Hal. 2-10. USA: UMI.
Sukirman, S, 2003, Beton Aspal Campuran Panas,
Penerbit Granit, Bandung.

59 -

Volume 3, No. 3, Agustus 2014

You might also like