Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Often we know in pavement work, the use of asphalt oil is often done. This is because in terms of quality asphalt oil according to
SNI imposed by Bina Marga. However, with the large number of oil asphalt needs gradually its availability is increasingly thinner
for that is needed alternative replacement. One of them uses Asbuton grains which are acknowledged as Asbuton emulsions. This
study aims to determine the optimum asphalt content and Marshall Test characteristics of Asphalt Concrete Wearing Course
mixture with Asbuton emulsion as a binder
In the process of mixing the specimens in the lab it is known that the initial mixing uses a cold mixed method. After the experiment,
the result of the mixture obtained has a long time setting. Therefore the mixing method is converted to a warm mixture method with
the temperature variations used ie 30º, 60º and 90º. In the warm mixture method, there is mixed with shorter setting time.
This study consists of asphalt testing and mixed testing (Marshall Test). After the ideal amount of each Asbuton emulsion being
obtained, it is mixed with aggregate to be become warm mixed of Asphalt Concrete Wearing Course. Marshall Test is carried out
after doing volumetric test of object test. The result of Marshall Test’s analysis is the optimum asphalt quantity.
From the test result, can be obtained the value of Marshall characteristic warm mixed of Asphalt Concrete Wearing Course with
Asbuton emulsion binder in the 3,5% optimum percentage, with the value obtained as follows:: mixed stability value by 357.021
kg, density value by 2.39 gram/cc, VIM value by 4.716%, flow value by 3.23 mm, and Marshall Quotient by 110.84 kg/mm.
Marshall characteristic values such as stability, density, Marshall Quotient (MQ), flow and porosity do not meet the minimum
requirements specification of SNI 03-1737-1989 concerning Procedures for the Implementation of Concrete Batches (Forwardings)
For Highways.
Asbuton emulsi
Aspal yang digunakan adalah Asbuton emulsi. Pembuatan Asbuton emulsi melalui 2 fase yakni fase padat dan fase
cair. Pada fase padat Asbuton butir ditambahkan dengan peremaja, sedangkan pada fase cair merupakan
pencampuran Asbuton butir yang telah melewati fase padat dengan ditambahkan emulsifier (HCL, Texapon) dan
Aquades.
METODOLOGI PENELITIAN
Pra penelitian dilakukan untuk menentukan metode pencampuran dan menentukan variasi prosentase pemakaian
Asbuton emulsi untuk bahan pengikat campuran Asphalt Concrete Wearing Course. Pada proses awal Asbuton emulsi
dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Rifki Darendra (2016) terkait pengaruh pemeraman
optimal dalam proses pembuatan Asbuton emulsi. . Komposisi pada pencampuran awal menggunakan peremaja
bensin ditunjukkan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Asbuton emulsi menggunakan peremaja bensin
Fase Padat Asbuton Butir 400 gram
Bensin 133,33 gram
Fase Cair Texapon 3,13 gram
HCL 4,80 gram
Aquades 200 gram
Dari data penelitian Rifqi Darendra 2016, didapatkan fase padat diperlukan waktu pemeraman selama 2 jam,
kemudian pencampuran fase cairnya selama 3 menit. Kemudian dilakukanlah pengujian propertis terhadap
campuran ditunjukkan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Propertis Asbuton emulsi menggunakan peremaja Bensin
Suhu 30º 60 º 90 º
Waktu setting 20 hari 5 hari 7 hari
Flow - 4,5 4
Tabel 10. Pengaruh Suhu terhadap waktu setting , flow dan stabilitas
Suhu 30º 60 º 90 º
Waktu setting 20 hari 5 hari 7 hari
Flow - 4,5 4
Stabilitas - 5 1
Hasil pembuatan benda uji metode hangat dengan variasi suhu 30º , 60 º, dan 90 º.didapakatkan jika suhu 60 º
memiliki waktu setting , stabilitas dan flow yang lebih baik dari suhu 30º dan 90 º. Dari hasil tersebut ditetapkan
metode pencampuran yang digunakan yakni metode campuran hangat dengan suhu 60 º.
Penelitian ini analisis regresi digunakan untuk mengetahui pola relasi atau hubungan antara variabel terikat
dengan variabel bebasnya. Variabel terikat adalah nilai karakteristik Marshall, sedangkan variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu Kadar Asbuton emulsi Analisis korelasi untuk mencari hubungan dua variabel atau lebih secara
kuantitatif, untuk menggambarkan derajat keeratan linear dari variabel terikat dengan variabel bebas, untuk
mengukur seberapa tepat garis regresi menjelaskan variasi variabel terikat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Pengujian Asbuton emulsi
Dari penelitian Rifqi Surya Darendra (2016), didapatkan hasil uji karakteristik Asbuton emulsi ditunjukkan dalam
Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Pengujian Asbuton emulsi
No. Jenis Pengujian Hasil
1. Penetrasi (x10-1mm) 71.9
2. Daktilitas (cm) 10
3. Titik Lembek (̊C) 84
4. Titik Nyala (̊C) 235
5. Titik Bakar (̊C) 245
6. Berat Jenis 1,59
Sumber: (Rifqi Surya Darendra,2016)
Data Perencanaan Gradasi
Perencanaan gradasi campuran berdasarkan pada SNI 03-1737-1989 tentang Tata Cara Pelaksanaan Lapis Asphalt
Concrete Wearing Course Untuk Jalan Raya. Dari analisis saringan agregat yang telah dilakukan, didapatkan 35% CA,
47% MA, dan 18% FA dengan gradasi seperti yang disajikan pada Tabel 12.:
Tabel 12. Perencanaan Gradasi Agregat pada Lapis Asphalt Concrete Wearing Course
No. Spesifikasi Campuran
Gradasi
Saringan No. VII
3/4" 100,00 100
3A 3 10 3,3
3B 3 13 2,9
3C 3 11 3
3,5A 3,5 16 3,5
3,5B 3,5 16 3,0
3,5C 3,5 15 3,2
4A 4 10 3,5
4B 4 11 3,5
4C 4 9 3,4
4,5A 4,5 8 3,3
4,5B 4,5 8 3,5
4,5C 4,5 9 4,0
5A 5 7 4,8
5B 5 7 4,5
5C 5 6 4,5
Analisis Volumetrik
Sebelum mengolah data pengujian Marshall Test dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan nilai kepadatan,
VIM, VMA, VFB, dan berat jenis campuran Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi analisis volumetrik Marshall
Test selengkapnya disajikan dalam Tabel 16.
Tabel 16. Rekapitulasi Analisis Volumetrik Marshall Test
Kode Asbuton Koreksi VIM
Kepadatan VMA (%) VFB (%)
Benda Uji emulsi (%) Tebal (cm) (%)
3A 3 1,043 2,376 11,79 5,430 53,93
3B 3 1,044 2,381 11,60 5,434 53,14
3C 3 1,043 2,396 11,04 5,186 53,05
Rata-Rata 3 1,043 2,384 11,48 5,350 53,37
3,5A 3,5 1,0441 2,383 11,99 4,641 61,29
3,5B 3,5 1,044 2,394 11,57 4,762 58,85
3,5C 3,5 1,044 2,386 11,87 4,746 60,03
Rata-Rata 3,5 1,044 2,388 11,88 4,716 60,06
4A 4 1,044 2,410 11,46 4,396 61,65
4B 4 1,043 2,415 11,26 4,409 60,85
4C 4 1,043 2,414 11,30 4,391 61,13
Rata-Rata 4 1,043 2,413 11,34 4,399 61,21
4,5A 4,5 1,042 2,382 12,94 4,696 63,70
4,5B 4,5 1,043 2,384 12,85 4,369 66,00
4,5C 4,5 1,043 2,382 12,91 4,440 65,62
Rata-Rata 4,5 1,043 2,383 12,90 4,502 65,11
5A 5 1,042 2,355 14,36 3,638 74,67
5B 5 1,043 2,358 14,27 3,747 73,74
5C 5 1,043 2,353 14,43 3,811 73,59
500,000
Stabilitas (Kg)
300,000 357,021
200,000
258,344
227,748
190,021
100,000 y = -51,821x2 + 338,72x - 262,78 152,238
R² = 0,6874
0,000
3 3,5 4 4,5 5 5,5
Kadar Asbuton Emulsi (%)
Nilai Stabilitas Standar SNI Poly. (Nilai Stabilitas) Linear (Standar SNI)
3,00 3,60
3,07 3,23
2,00
2 2 2 2 2
1,00 y = 0,6867x + 0,8467
R² = 0,8206
0,00
3 3,5 4 4,5 5
Kadar Asbuton Emulsi (%)
Nilai Flow Standar Min. SNI Standar Maks. SNI Linear (Nilai Flow)
250,00
200,00
y = -16,844x2 + 102,42x - 62,283
150,0084,94 110,84
R² = 0,803
100,00 65,65
33,09
50,00 52,90
0,00
3 3,5 4 4,5 5
Kadar Asbuton Emulsi (%)
Nilai MQ Nilai Min. SNI Nilai Maks. SNI Poly. (Nilai MQ)
3 3 3 3 3
3,00
y = -0,6902x + 7,3007
2,00 R² = 0,8746
1,00
0,00
3 3,5 4 4,5 5
Kadar Asbuton Emulsi (%)
Niali VIM Nilai Min. SNI Niali Maks. SNI Linear (Niali VIM)