You are on page 1of 10

Buletin Anatomi dan Fisiologi

Volume XXIII, Nomor 1, Maret 2015


Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon dan Ketebalan Daun Kecambah Kacang Hijau
(Phaseolus vulgaris L.) pada Naungan yang Berbeda
Sri Haryanti*, Rini Budihastuti*
*Laboratorium Biologi struktur dan Fungsi Tumbuhan jurusan Biologi FSM Undip
ABSTRACT
The functions of cotyledons are to do photosynthesis during the epigeal growth to absorb, and to
transport nutrients from endosperm to the growing sprouts. The morphology and the anatomy changes of
cotyledons prior to the blooming of the first leaf showed that physiologis changes occured inside them.
The aims of this research are to find out the morpho anatomy of cotyledons and the growth of the leaves
during sprouting phase of green peanut sprouts applied in three different environments. This research was
conducted in the structural and functional Biology Laboratory in FSM undip dated May 2014-july 2014.
The research design was CRD (CompletelyRandomisedDesign) and the data were analyzed using
ANOVA which has 95% validity. This research applied three different treatments were Dark (D),
Medium (M), Bright (B) three times. The parameters observed were the morpho anatomy, the wet weight
of cotyledons, and the leaf thickness of green peanut sprouts in three different environments. The research
showed that the morphology and the anatomy of cotyledons were descriptively different on day 4 and day
8, not only in parekim cells of each group but also in the chlorophyl level and the amylum inside them.
The wet weight of cotyledons and the leaf thickness were extremely different too when the sprouts aged 8
days.
Keywords : morphoanatomy, wet weight, cotyledon, environments

ABSTRAK
Fungsi kotiledon adalah melakukan fotosintesis selama perkecambahan epigeal dan melaksanakan
perombakan , penyerapan dan transport nutrien dari endosperm ke kecambah yang sedang tumbuh.
Perubahan-perubahan morfologi dan anatomi kotiledon saat sebelum daun pertama muncul menunjukkan
adanya proses fisiologi yang sedang terjadi didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
morfoanatomi kotiledon dan ketebalan daun selama perkecambahan kacang hijau pada naungan yang
berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan
Biologi FSM Undip pada Mei sampai Juli 2014. Rancangan penelitian menggunakan RAL (Rancangan
Acak lengkap) dengan 3 perlakuan yaitu Gelap (G), Cukup (C) dan Terang (T) masing-masing perlakuan
3 ulangan dengan 10 biji. Data yang diperoleh dianailsis dengan Anova dengan kepercayaan 95%.
Parameter yang diamati adalah morfoanatomi, berat basah kotiledon dan ketebalan daun kecambah
kacang hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara deskriptif morfologi dan anatomi kotiledon
pada hari ke 4 dan 8 hari berbeda sel-sel parenkim dalam kelompok-kelompoknya dan klorofil serta
amilum di dalamnya. Berat basah kotiledon dan ketebalan daun berbeda nyata pada saat kecambah umur
8 hari.
Kata kunci : morfoanatomi, berat basah, kotiledon, naungan

PENDAHULUAN

bijinya di atas tanah (epigaeis) yaitu karena

Salah satu sayuran yang sering

pembentangan ruas batang di bawah tanah

dikonsumsi oleh masyarakat adalah kacang

daun lembaga lalu terangkat ke atas dan

hijau (Phaseolus vulgaris L). Tanaman ini

muncul di atas tanah .Daun lembaga

merupakan sayuran semusim , berbuah

(kotiledon) tersebut lalu berubah warnanya

sampai kira-kira dua bulan. Perkecambahan

menjadi hijau, dapat digunakan untuk

47

Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon


Sri Haryanti dan Rini Budihastuti 47 56
fotosintesis, tetapi umurnya tidak panjang.

untuk perkecambahan beberapa biji. Biji-

Daun

biji kecil yang hanya memiliki cadangan

lembaga

itu

kemudian

gugur

,sementara itu pada kecambah yang sudah

makanan

sedikit

untuk

terbentuk daun-daun normal yang dapat

pertumbuhan

melakukan fotosintesis (Estiti, 1995).

perubahan menjadi autotrof secepatnya

awal

menunjang

embrionya,

maka

Daun lembaga (cotyledo) dianggap

sangat penting. Di samping itu suatu

merupakan daun pertama suatu tumbuhan.

pigmen yang sensitif terhadap cahaya yang

Daun lembaga dapat mempunyai fungsi

disebut fitokrom, memegang penting dalam

yang berbeda-beda antara lain:1.Sebagai

perkecambahan

tempat penimbunan makanan yang lalu

Intensitas cahaya adalah banyaknya energi

kelihatan

mempunyai

yang diterima oleh suatu tanaman per

bentuk cembung pada suatu sisi dan rata

satuan luas dan waktu (kal/cm2/hari),

pada sisi yang lain, jumlahnya biasanya dua

termasuk

dan duduk berhadapan pada sisi yang rata

dengan

tadi. 2.Sebagai alat untuk melakukan

berakibat

asimilasi/fotosintesis, jadi bertugas sebagai

sehingga menyebabkan menurunnya laju

daun-daun tumbuhan biasanya. Terlihat

fotosintesis

bahwa daun-daun lembaga ini kemudian

(Djukri dan Purwoko, 2003)

tebal,

seringkali

berwarna hijau dan tinggal agak lama pada

biji

lama

spesies

penyinaran.

kondisi

dan

Tanaman

kekurangan

terganggunya

Saat

tertentu.

cahaya

metabolisme,

sintesis

karbohidrat

perkecambahan

kacang

tumbuhan yang masih kecil.3 Sebagai alat

hijau, kotiledon berlaku sebagai daun

penghisap makanan untuk lembaga dan

pertama sementara. Selanjutnya pada daun,

putih lembaga. Karena bentuknya yang

pati yang khas, pembentukan karbohidrat

seperti perisai alat ini dinamakan skutelum.

sepanjang siang akan lebih cepat daripada

Biji tampak utuh dan bagian ini

(daun

pengangkutan atau translokasinya, sehingga

luar

ada akumulasi dalam bentuk pati. Oleh

lembaga

tidak

tampak

dari

(Tjitrosoepomo, 1992).
Oksigen

karena itu akan terjadi penyimpanan hasil


untuk

pati yang makin banyak dalam kloroplas

perkecambahan, yaitu untuk metabolisme

selama sehari penuh. Malam hari jika

tingkat awal yang mungkin dilakukan

fotosintesis

berhenti,

respirasi

dan

secara anaerob, tetapi akan cepat berubah

translokasi

karbohidrat

berjalan

terus,

menjadi aerob setelah kulit biji pecah,

sehingga kandungan pati dalam daun

sehingga oksigen berdifusi ke dalam. Suhu

berkurang sepanjang malam sampai tinggal

yang

sedikit atau habis sama sekali pada pagi

tepat

penting

sangat

perkecambahan. Cahaya

48

penting

untuk

juga penting

harinya

(Loveless,

1982).

Butir

pati

Buletin Anatomi dan Fisiologi


Volume XXIII, Nomor 1, Maret 2015
dibentuk pertama kali dalam kloroplas.

1985).Penelitian

Kelak pati dipecah dan dalam bentuk gula

menunjukkan bahwa naungan berpengaruh

dipindahkan ke jaringan-jaringan makanan

dalam meningkatkan kandungan klorofil a,

(Fahn, 1991).

b dan total daun tanaman sledri dengan

Pertumbuhan dan perkembangan


pada

tumbuhan

berkecambahnya

metode hidroponik. Penelitian lain yaitu

dengan

tanaman pegagan (Centella asiatica L

biji.

Kondisi

Urban) dengan pemberian pupuk alami di

aktifitas

bawah naungan dapat mempengaruhi berat

pemanjangan

selserta

berpengaruhpada

pertumbuhan.

cahaya

dan

kering

tanaman

(Musyarofah,2007).
Perubahan bentuk dan struktur

untuk

anatomi kotiledon selama perkecambahan

mengatur pertumbuhan misalnya auksin,

biji belum banyak diteliti, sehingga perlu

sitokinin, giberelin, asam traumalin, dan

penelitian lebih lanjut tentang pengaruh

kalin. Kualitas, intensitas, dan lamanya

naungan berbeda terhadap kotiledon dan

radiasi

pertumbuhan

dan

mengontrol

Gen

basah

sintesis

protein

untuk

(2005)

dimulai

lembabdiperlukanuntuk

dibutuhkan

Paishal

hormon

yang

berfungsi

mengenai

yang

sangat

mempunyai pengaruh yang besar terhadap

berhubungan dengan kecambah

kacang

berbagai proses fisiologi tumbuhan (Ting,

hijau.

1982).Perkembangan
juga

dipengaruhi

tumbuhan

struktur

tumbuhan

oleh

cahaya

(fotomorfogenesis). Efek fotomorfogenesis


ini dapat dengan mudah diketahui dengan
cara

membandingkan

kecambah

daunnya

METODOLOGI
A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan

penelitian

ini

yang

dilaksanakan bulan Mei sampai Juli

tumbuh di tempat terang dengan kecambah

2014 di Laboratorium BSF Tumbuhan

dari tempat gelap. Kecambah yang tumbuh

Jurusan Biologi FSM UNDIP Semarang.

di tempat gelap akan mengalami etiolasi

B. Bahan dan Alat

atau kecambah tampak pucat dan lemah

Bahan yang digunakan adalah

karena produksi klorofil terhambat oleh

bijikacang hijau (Phaseolus vulgarisL.).

kurangnya

pada

Media tanam menggunakan tanah pasir.

kecambah yang tumbuh di tempat terang,

Alat yang digunakan dalam penelitian

daun lebih berwarna hijau, tetapi batang

ini adalah

menjadi lebih pendek karena aktifitas

benda dan penutup, silet, kertas label,

hormon pertumbuhan auksin terhambat oleh

caliper, luxmeter, kamera digital.

adanya

cahaya.

cahaya

Sedangkan,

(Salisbury

and

polibag,mikroskop,gelas

Ross,

49

Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon


Sri Haryanti dan Rini Budihastuti 47 56
4.Pengamatan morfoanatomi dan berat

C. CaraKerja
1. Persiapan penelitian :

basah kotiledon dilaksanakan umur4,

- Persiapan media tanam dengan

8 saat berkecambah dan(difoto untuk

tanah pasir dimasukkan dalam

dokumentasi),

polibag dengan

pengukuran tebal daun pada kecambah

volume

yang

pengamatan

umur 8 hari dengan mikrometer.

sama.
- Benih

sedang

kacang

hijau

diseleksi

D. RancanganPenelitian

terlebih dahulu, yaitu direndam

Penelitian dilaksanakan dengan

dalam air selama 1 jam. Biji yang

Rancangan Acak Lengkap dengan 3

tenggelam adalah biji yang bagus

perlakuan yaitu perkecambahan di ruang

dan baik digunakan sebagai benih.

gelap (G), cukup (C) dan terang (T).

Biji kemudian disemai dalam 18

Masing-masing

polibag masing - masing 10 biji.

dengan ulangan 3 kali. Data yang

Kecambah dari dalam 9 polibag

diperoleh

dianalisis

dipakai

menggunakan

Anova

untuk

pengamatan

perlakuan

tersebut

dengan
(Analisis

of

morfoanatomi

Varians) taraf kepercayaan 95%. Jika

kotiledon dan 9 polibag lain untuk

ada beda nyata dilanjutkan dengan uji

pengamatan

DuncanS.

parameter

parameter

pertumbuhan (3 ulangan)
2. Pemeliharaan : Setiap hari dilakukan
penyiraman kecambah dengan air
volume 30 mL .

perkecambahan

kotiledon dari kecambah umur 4 dan 8


di

ruang

gelap(1500 lux)
- C: perkecambahan di ruang cukup
cahaya (2000 lux)
- T: perkecambahan di ruang terang
(2500 lux)
5.Parameter

50

A. Morfoanatomi Kotiledon
Hasil pengamatan struktur anatomi

3. Perlakuan :
- G:

HASIL DAN PEMBAHASAN

hari (Tabel 1, 2) secara deskriptif


menunjukkan
kepadatan

terjadinya
butir

perubahan

amilum

dalam

kelompok-kelompok jaringan parenkim


kotiledon

yang

berbentuk

bulatan-

bulatan mengalami penurunan dengan


bertambahnya

umur

kecambah

- Morfoanatomi kotiledon

Disamping itu semakin hari permukaan

- Beratbasah kotiledon

kotiledon

lekukan yang memberi tanda bahwa

Ketebalan daun

menunjukkan

lekukan-

Buletin Anatomi dan Fisiologi


Volume XXIII, Nomor 1, Maret 2015
mulai terjadi pengeringan dan kotiledon

mulai mengecil.

Tabel 1. Diskripsi morfoanatomi kotiledon umur 4 hari


Terang

Cukup

Gelap

Lapisan sub epidermis

Lapisan sel dengan

Lapisan subepidermis tidak ada

sel-selnya mengandung

kromoplas lebir besar (2

yang mengandung kromoplas

kromoplas (1-2 lapis)

lapis)

Sel-sel dengan pigmen

Sel-sel dengan pigmen ungu

Dinding sel-sel parenkim bagian

ungu (karotenoid)

(karotenoid)

tengah berwarna kecoklatan

butir-butir amilum

Butir amilum banyak

Butir amilum

banyak
Warna kotiledon hijau

Banyak
Warna kotiledon hijau

Warna kotiledon hijau ungu gelap

keunguan

Tabel 2.Deskripsi morfoanatomi kotiledon umur 8 hari


Terang

Cukup

Gelap

Kromoplas dalam sel-sel

Kromoplas dlm sel-sel

Kromoplas dlm sel-sel

subepidermis tidak ada

subepidermis warna ungu

subepidermis warna ungu

(banyak)
Sel-sel jaringan kortek

Sel-sel jaringan kortek

Jaringan kortek transparan

transparan

transparan

Sel-sel berkas pengangkut

Sel-sel berkas pengangkut

Sel-sel berkas pengangkut

warna hijau(kloroplas)

yg lebih dalam berkelompok

yg lebih dalam

warna hijau

berkelompok lebih kecil

Permukaan kotiledon dekat

Sel-sel dekat raphe

Permukaan kotiledon

raphe melekuk,warna hitam

dindingnya coklat,selnya

melekuk-lekuk, raphe

besar-besar

coklat muda

Butir amilum cukup banyak

Amilum sedikit

Amilum sedikit

Warna kotiledon hijau

Warna kotiledon hijau

Warna kotiledon

keunguan

hijaukekuningan/pucat

51

Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon


Sri Haryanti dan Rini Budihastuti 47 56
Jaringan di dekat melekatnya

besar dengan warna hijau/kuning pucat

kotiledon mulai ada warna kecoklatan.

(Gambar

Hal ini diduga menunjukkan adanya

intensitas cahaya rendahmenyebabkan

senyawa

klorofil

polifenol,

yang

memacu

1). Hal ini menunjukkan

kurang

terbentuk

dalam

lepasnya kotiledon dari epikotil. Secara

kotiledon tersebut. Warna kotiledon

fisiologis

adalah

pada kecambah dalam terang lebih hijau

menggantikan fungsi daun yang belum

. Adanya klorofil yang mulai terbentuk

muncul,

dan cukup baik dalam menangkap

karbohidrat

fungsi

kotiledon

sehingga

energi

mengalami

dari

pemecahan

cahaya

pada

proses

fotosintesis

membantu

menghasilkan ATP untuk pertumbuhan

sehingga

kecambah

terutama daun. Bentuk kotiledon pada

berkembang sebelum daun pertama

perlakuan gelap (G) menunjukkan lebih

terbentuk sempurna.

Gambar 1. Morfologi kotiledon pada kecambah umur 4 hari setelah perlakuan


(T=terang, C=cukup, G= gelap)

B.Struktur Mikroskopis Kotiledon

intensitas

cahaya

Kandungan klorofil langsung berperan

tumbuhan

juga

pada penangkapan energi radiasi dan

mempengaruhi proses perkecambahan

mengubahnya menjadi energi kimia,

biji.

maka jumlahnya

menunjukkan struktur anatomi dengan

kecepatan

akan menentukan

di

diterima

berbeda,

sehingga

dalam

kotiledon

Adanya

kelompok-kelompok parenkim yang sel-

naunganyang berbeda berakibat pada

selnya banyak mengandung klorofil.Saat

52

pertumbuhan.

Jaringan

yang

Buletin Anatomi dan Fisiologi


Volume XXIII, Nomor 1, Maret 2015
kondisi intensitas cahaya rendah (G),

yang akan dirombak oleh hormon dan

pigmen pemanen cahaya klorofil a dan b

enzim perkecambahan. Di antara sel-sel

akan dibantu pigmen pemanen lain yaitu

parenkim tersebut belum terlihat adanya

karotenoid dalam menangkap cahaya

sel-sel dalam kelompok-kelompok yang

yang

fotosintesis

banyak mengandung pigmen klorofil

berjalan optimal. Karotenoid meningkat

(Gambar 2). Selama perkecambahan

saat

klorofil ini dapat menyerap cahaya,

terbatas

intensitas

perlakuan

sehingga

cahaya

terang

tinggi

(T)

pada

berfungsi

sehingga

fotosintesis

dapat

tetap

melindungi klorofil dari fotooksidasi

berlangsung. Namun bentuk kotiledon

(Fransisco,

makin lama makin mengecil seiring

et

al,

2005).

Diduga

intensitas cahaya mempengaruhi gen

dengan

pemanen

kecambah. Warna pigmen dan biomassa

cahaya,

sehingga

terbentuknya

daun

pertama

menyebabkan tiap spesies memiliki

juga

akan

berubah

sesuai

respon berbeda dalam mengaktifkan gen

kandungan

senyawa

di

tersebut sesuai kuantitas cahaya yang

bahkan pada bagian raphe terdapat

diterima. Struktur anatomi kotiledon biji

warna kecoklatan diduga sel-sel nya

kering tersusun dominan oleh parenkim

mengandung senyawa fenol memacu

penimbun yang mengandung banyak

etilensehingga

amilum sebagai makanan cadangan,

(Santosa, 1990).

terjadiabsisi

dengan

dalamnya,

kotiledon

Gambar 2. Penampang lintang kotiledon umur 4 hari dan 8 hari (kolom kiri atas tengah,bawah dan kanan
bawah), amilum dalam parenkim kotiledon (kolom kanan atas dan tengah)

53

Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon


Sri Haryanti dan Rini Budihastuti 47 56
A. Berat Basah Kotiledon (g)
Tabel 3. Rerata berat Basah Kotiledon
Perlakuan

Berat basah (g)

0,0036 b

0,0025 b

0,01 a

Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan
taraf kepercayaan 95%.

Hasil pengamatan berat basah

basahnya

tertinggi.

Disamping

itui

kotiledon setelah perlakuan dapat dilihat

diduga oksigen yangrendah menghambat

pada Tabel 3dan menunjukkan berbeda

dalam proses respirasi, sehingga energi

nyata

untuk

antar

perlakuan.

Pengamatan

enzim-enzim

pengubah

tersebut menunjukkan bahwa pada berat

karbohidrat menjadi senyawa sederhana

basah kotiledon tertinggi ditunjukkan

dan ATP juga lambat. Berat basah

pada perlakuan gelap G) dan berkurang

berkaitan dengan adanya kandungan air

pada terang (T) dan cukup (C). Pada

dalam jaringan atau organ tumbuhan

keadaan terang terjadinya perombakan

selain bahan organik, dalam hal ini

kotiledon lebih lambat daripada keadaan

kotiledon (Sitompul dan Guritno, 1995).

gelap,sehingga berat basahnya lebih

Berat basah tanaman merupakan hasil

cepat berkurang. Diduga fotosintesis

aktivitas

keadaan gelap yang dilakukan kotiledon

dipengaruhi kadar air jaringan dan hasil

berjalan

lambat

metabolismenya.

cahaya,

sehingga

karena

kurangnya

kotiledon

pertumbuhan

berat

Gambar 3. Histogram berat basah kotiledon umur 8 hari

54

dan

nilainya

Buletin Anatomi dan Fisiologi


Volume XXIII, Nomor 1, Maret 2015
B.Ketebalan daun
Tabel 4. Ketebalan daun (mikron) Kecambah Kacang hijau setelah perlakuan
Perlakuan

Ketebalan

daun

(mikron)
T

24,12 a

27,38 a

16,68 b

Ket: angka yang diikuti huruf sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
uji Duncan taraf kepercayaan 95%

Gambar 4. Histogram ketebalan daun kecambah setelah perlakuan

Data ketebalan daun (Tabel 4)

penyinaran radiasi matahari sepanjang

menunjukkan berbeda nyata antar ketiga

hari dan translokasi fotosintatnya lebih

perlakuan. Berdasarkan hasil analisis

cepat dari pengangkutan oleh respirasi,

sidik ragam diperoleh bahwa naungan

sehingga

atau intensitas cahaya yang berbeda

kloroplas. Hal ini yang memacu pada

berpengaruh terhadap ketebalan daun.

grana untuk menyerap lebih banyak

Perlakuan T (terang) berbeda tidak nyata

energi

terhadap C (cukup) namun berbeda

fotosintesis, sehingga hasil respirasinya

nyata dengan G (gelap). Perlakuan

untuk bahan pembelahan sel meristem

intensitas cukup ( C) ketebalan daunnya

daun optimal, sehingga pertumbuhan

tertinggi. Hal ini diduga fotosintesis

sel- sel palisade parenkim menjadi lebih

daun terbantu oleh adanya energi yang

panjang-panjang, akibatnya

berasal dari kotiledon. Dengan intensitas

bertambah ketebal.

sisa pati masih ada dalam

cahaya

untuk

melakukan

daun

cahaya tinggi atau cukup, maka terjadi

55

Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon


Sri Haryanti dan Rini Budihastuti 47 56
Kondisi

gelap

(G)

produksi

hormon auksin atau IAA turun. Auksin


adalah hormon tumbuh yang banyak
ditemukan di sel-sel meristem, seperti
ujung akar dan ujung batang. Oleh
karena itu tanaman akan lebih cepat
memanjang/etiolasi. Selain itu,diduga
enzim riboflavin pada ujung batang
menyerap sinar nila dari sinar matahari.
Sinar nila saat intensitas rendah dapat
merusak enzim-enzim pembentukkan
asam indolasetat ,sehingga akan terjadi
penghambatan
deferensiasisel-sel

pembelahan
parenkim

dan
kortek

batang dan sel-sel primordia daun.

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tersebut
dapat disimpulkan sbb:
1. Naungan dengan intensitas cahaya
yang berbeda secara deskriptif
berpengaruh terhadap morfologi dan
struktur anatomi kotiledon.
2. Naungan dengan intensitas cahaya
yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap berat basah kotiledon dan
ketebalan daun

DAFTAR PUSTAKA
Djukri dan Purwoko, 2003.Pengaruh
Naungan Paranet
terhadap
Sifat Toleransi Tanaman Talas
(Colocasia
esculenta
L)
Schott. Ilmu Pertanian 2 (10)
:17-25

56

Fahn, A. 1992. Anatomi Tumbuhan. Gadjah


Mada University Press. UGM
Yogyakarta
Fransisco, J,. Caranhas,D. Moriera, U.
Varmes ,A. Paulo dan Marcos.
2005. Growth, Photosynthesis
and Stress Indicator in Young
Rosewood
Plant
(Anibarosaedore Ducke) under
Different Light Intensitas.
Brasilian Journal of Plant
Physiology (17):3
Loveless, A.R. 1982. Prinsip-prinsip
Biologi
Tumbuhan
untuk
Daerah Tropis. PT Gramedia
Jakarta
Musyarofah, N. 2007. Respon Tanaman
Pegagan (Centella asiatica L.
Urban) tehadap Pemberian
Pupuk Alami di Bawah
Naungan. Buletin Agronomi
35 (3):217-224
Paishal .R. 2005. Pengaruh Naungan dan
Pupuk
Daun
terhadap
Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman
Sledri
(Apium
graveolens
L)
dengan
Teknologi Hidroponik Sistem
Terapung. Skripsi. Program
Studi Hortikultura Fakultas
Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Santosa, 1990. Fisiologi Tumbuhan. Proyek
Pelatihan jangka Pendek dalam
Negeri Persiapan Perkuliahan
LPTK Tipe B. Yogyakarta.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995.
Fisiologi Tumbuhan : Jilid III.
Penerbit ITB Bandung.
Sitompul , S.M dan B. Guritno. 1995.
Analisis
Pertumbuhan
Tanaman.
UGM
Press
Yogyakarta
Tjitrosoepomo,G.
1978.
Morfologi
Tumbuhan. PT Gramedia
jakarta
Ting,I. 1982. Plant Physiology. Addison
Willey California.

You might also like