Professional Documents
Culture Documents
ISSN : 2302-3961
Page | 1
ISSN : 2302-3961
The existence of tankers which includes the elderly, and a few chartered tankers not
comply with corporate oil flow measurement and calibration is less accurate, it
encourages frequent losses at the time of receipt.
As you know been affected by the emergence of a lot of evaporation losses, failure to
comply with the measurement of oil flow kooporat, neggunakan equipment that is not
standard, natural conditions, human resources are less skilled, botom fluctuations, and
various other things that can affect.
Key word : Use of Digital Video recorder.
BAB I. PENDAHULUAN.
Sebagaimana kita ketahui bersama
bahwa Bahan Bakar Minyak (BBM)
merupakan sumber energi yang sangat
strategis bagi kehidupan Bangsa-Bangsa di
Dunia, khususnya bagi Bangsa Indonesia
yang
saat ini sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan nasional.
Mengingat keberadaannya sangat vital
dan dominan dalam menopang roda
perekonomian
Pemerintah,
maka
diperlukan satu tindakan pengawasan yang
serius agar penanganan pendistribusian
BBM berjalan efektif dan efisien.
Kita sadari bahwa dalam pelaksanaannya banyak ditemukan kendala- kendala
dilapangan, namun demikian kegiatan
tersebut harus tetap berlangsung tepat
waktu, tepat jumlah,
tepat mutu &
tujuannya.
Untuk itu maka diperlukan strategi yang
matang, baik dari segi pengangkutan,
penimbunan, maupun pendistribusiannya
kepada masyarakat, dan hal ini tidak akan
terlepas dari kemungkinan timbulnya losses
serta biaya operasional yang tidak sedikit,
dan bahkan cenderung meningkat.
Oleh karenanya penulis mencoba
menggambarkan dan menjelaskan bagaiVol 1 No. 1 Oktober 2012
ISSN : 2302-3961
menimbulkan mutu produk menjadi
berubah dan memburuk karena terlalu lama
produk ditimbun.
Pada dasarnya losses dapat digolongkan
menjadi :
1. Accountable losses.
Adalah kerugian nyata yang dapat
dihitung jumlahnya dan hal ini mengakibatkan berkurangnya kuantitas serta terjadi
pada waktu pembongkaran, pengisian,
pengangkutan, penguapan, dan termasuk
juga kebocoran akibat dari sarana fasilitas
yang dipergunakan kurang sempurna.
2. Unaccountable losses.
Kerugian ini disebut juga kerugian
semu dimana sebenarnya tidak mengurangi
kuantitasnya, akan tetapi dari segi
administrasi harus dibukukan meskipun
kehilangan itu mungkin akan kembali pada
hari berikutnya, dan kejadian ini disebabkan oleh : kesalahan pengukuran, salah
menghitung, bottom fluktuasi, dan kalibrasi
tanki yang tidak akurat lagi.
Dari uraian mengenai Accountable dan
Unaccountable
losses
diatas
perlu
diantisipasi tindakan pengawasannya, yang
tujuan utamanya adalah bagaimana cara
penanggulangannya agar losses yang
terjadi dapat ditekan seminimal mungkin,
sehingga tercapai effisiensi.
Keberhasilan dalam penelitian losses
memerlukan persyaratan sebagai berikut :
a. Pendataan secara rutin atas kerugian
yang terjadi pada setiap saat dan setiap
kegiatan
b. Menelusuri sumber-sumber penyebabnya dan mengatasinya.
Page | 3
ISSN : 2302-3961
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
ISSN : 2302-3961
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT
PENELITIAN
A. Tujuan
Dengan memanfaatkan Digital Video
Recorder (DVR) pengawasan losses
dan penekanan biaya operasional
Depot Kotabaru dapat ditingkatkan
dengan tingkat biaya operasional yang
rendah.
B. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk
sumbangan pemikiran dari penulis demi
kemajuan Perusahaan di masa yang akan
datang dan bagi penulis sekaligus dapat
dijadikan sebagai sarana pengembangan
diri.
BAB IV. PEMBAHASAN PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP
Dalam penelitian ini, kami sengaja
membatasi ruang lingkup masalah yang
terdiri dari kegiatan pengawasan dan
penekanan biaya operasional di PT.
Pertamina
Unit Pemasaran VI Depot
Kotabaru.
B. SEKILAS DEPOT KOTABARU
1. Letak Geografis
Depot Kotabaru diresmikan oleh
Direktur Utama Pertamina Bapak Faisal
Abdaoe pada tanggal 28 Juni 1990.
Terletak di jalan Pertamina Km. 4
Brigdjen H. Hasan Basri RT.8 RW. II di
desa Semayap, Kecamatan Pulau Laut
Utara, Kabupaten Kotabaru, Propinsi
Kalimantan Selatan atau tepatnya di pantai
Page | 5
ISSN : 2302-3961
11)
12)
13)
14)
15)
b.
1)
2)
3)
4)
5)
C. PERMASALAHAN DEPOT
KOTABARU
1. SIMBER DAYA MANUSIA
Peran utama Depot Kotabaru, tidak
lain adalah melaksanakan kegiatan
penerimaan, penimbunan dan penyaluran
BBM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat diwilayah Kabupaten Kotabaru dan
Batulicin, serta membekali 3 ( Tiga ) Depot
wilayah operasional Fungsi Suplai &
Distribusi UPms VI seperti : Depot Sampit,
Depot Pangkalan Bun dan Depot Pulang
Pisau. Dalam kondisi emergency juga
mensuplai Depot Banjarmasin.
Kegiatan yang dilaksanakan Depot
Kotabaru adalah meliputi kegiatan sebagai
berikut :
a. Penerimaan
BBM
dari
Kilang
Balikpapan (Tanker Discharge di Jetty I).
b. Penyaluran BBM via laut ( Back Loading
& Bunker Service di Jetty I dan II ).
c. Penyaluran BBM via darat (Pengisian
M.Tanki & penyaluran melalui Pipa ke
PLN ).
Page | 6
ISSN : 2302-3961
penerimaan, penimbunan dan penyaluran
BBM di Depot Kotabaru tetap berjalan
aman & lancar tanpa hambatan, maka
diperlukan langkah tindakan konkrit
dengan cara memotivasi SDM, antara lain :
a. Memberikan
kesempatan
untuk
mengikuti pelatihan.
b. Memberi penghargaan ( Reward ) bila
dapat menekan kerugian paling rendah/
dibawah target Unit Pemasaran VI.
c. Mengadakan rotasi jabatan intern, untuk
menambah pengetahuan dan wawasan
kerja, serta menghilangkan kejenuhan
atau munculnya pikiran-pikiran negatif
yang
mengakibatkan
kerugian
Perusahaan.
2. UPAH LEMBUR
Padatnya kegiatan operasional dan
terbatasnya jumlah Man Power di Depot
Kotabaru mengakibatkan banyak Pekerja
yang harus melaksanakan kerja lembur/
tugas rangkap, karena pekerjaan tersebut
tidak mungkin dapat ditunda dan mutlak
harus dilaksanakan pada saat itu,
khususnya untuk tugas-tugas Tanker
Loading & Discharge dan tugas
pengamanan Perusahaan yang mutlak
keberadaannya :
a. PPP BBM
Jumlah Pekerja shift pada bagian PPP
BBM yang ditempatkan di Jetty I untuk
menangani kegiatan tanker discharge,
Jetty II menangani tanker loading &
bunker service , dan pelayanan BBM
via Mobil Tanki hanya 4 orang, 1
Pekerja melaksanakan pengisian mobil
Page | 7
ISSN : 2302-3961
diselamatkan secara keseluruhan dan belum
lagi rawan terhadap bahaya kebakaran.
Selain sarana & fasilitas yang telah
ada/ standard, kiranya diperlukan sarfas
penunjang
seperti
Digital
Video
Recorder yang sangat besar pengaruhnya
dalam membantu pengawasan losses di
Depot Kotabaru.
4. POLA DISTRIBUSI BBM
Bahan Bakar Minyak yang diterima Depot
Kotabaru dapat dibagi atas :
a. Kilang Balikpapan.
b. Ship To Ships Transfer (kondisi
emergency )
Memperhatikan Pola Suplai BBM
Depot Kotabaru dengan sarana angkutannya tidak dapat terlepas dari kerugian yang
ditimbulkan.
Depot - Depot yang di suplai oleh Depot
Kotabaru :
a. Depot Sampit : Disuplai dengan Tanker/
Tongkang.
b. Depot Pangkalan Bun : Disuplai dengan
Tanker/ Tongkang
c. Depot Pulang Pisau : Disuplai dengan
Tongkang.
Dengan menggambarkan pola suplai
diatas dapatlah diketahui losses yang
ditimbulkan dari sarana angkutan tanker/
tongkang pada waktu penerimaan, sehingga
dapat dibandingkan dengan penerimaan
yang sebenarnya ditangki darat.
Untuk
mengetahui
sebab-sebab
timbulnya losses yang diangkut dengan
tanker / tongkang ada baiknya kita telusuri
Page | 8
ISSN : 2302-3961
dengan mengetahui
distribusi diatas.
pola
suplai
dan
STRUKTUR JABATAN
DEPOT KOTABARU SUPLAI DAN DISTRIBUSI
UNIT PEMASARAN VI BALIKPAPAN
DIREKTORAT PEMASARAN DAN NIAGA
A.Halidi - 9
Pw s . PPP
05
Akhmad Halidi
09
H.Busran - 9
08
07
4
04
SIwi Nugroho
Margono - 9
Pw s. Adm. Penjualan
& Umum
Effansyah - 9
Pw s. Adm Keuangan
3
Juru Ops
Pml & LK3
09
09
3
09
Dan Sek
Gate Keeper
09
09
Pen jaga
Ast. Adm.Keu
1
Vacant
Juru Pener imaan
& Pe nimbunan
Paiman - 10
07
08
Ch airullah - 10
Sumardion o - 10
Pnt. Pener ima an
& Pe nimbunan
09
Agus S - 10
TKPP 7 orang
Vacant 3orang
Vacant
08
Pnt. Penyaluran
M.Saleh - 10
Juru Penyaluran
Pnt. Marin e
09
3
Rus lan i 1 0
Nas rud din L 10
Vacant
07
Marz uki 8
NOTE :
VACANT = 7 ORANG
09
A.Hidayat 10
Vacant
Menyetujui
Direktur
Pemasaran dan Niaga
GAMBAR 3.1
STRUKTUR ORGANISASI DAN JUMLAH
MAN POWER
ISSN : 2302-3961
yang akan keluar karena mendapat
tekanan dari bawah.
b. Oleh karena perubahan suhu setiap hari
sebagai akibat adanya siang dan malam,
andaikata dengan adanya P.V.Valve
akan berna-fas seirama dengan naik/
turunnya suhu.
Dari uraian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa besar/ kecilnya rugi
penguapan ditentukan oleh :
a) Kapasitas tangki itu sendiri atau besar
kecilnya ullage.
b) Type dan ukuran tangki serta luas
permukaan minyak.
c) Lamanya produk didalam tangki.
d) Jumlah minyak yang dipompakan
kedalam atau keluar tangki dan flow
rate pemompaan.
e) Cuaca diluar tangki akan berpengaruh
pada proses penguapan.
9. RUGI KARENA PENGANGKUTAN
Adanya sisa minyak didalam tangki
kapal, setelah pembongkaran serta adanya
kebocoran pada pipa, slang bongkar dapat
menimbulkan kerugian pada waktu
penerimaan.
Kebocoran-kebocoran pada peralatanperalatan didarat seperti pipa, tanki timbun
bila tidak cepat ditanggulangi dapat
menimbulkan kerugian yang cukup besar.
10 KERUGIAN KARENA SALAH
UKUR & PERHITUNGAN
Kesalahan pengukuran dan perhitungan
didalam tangki pada hakekatnya tidaklah
ada minyak yang hilang, akan tetapi
Page | 10
ISSN : 2302-3961
mutunya diturunkan dengan nilai lebih
murah dari sudut harga sehingga
merupakan kerugian, namun ada juga
produk yang dinaikkan mutunya.
Kerugian akibat kontaminasi pada
waktu penerimaan harus dihindari karena
menimbulkan kerugian yang cukup besar.
13. TINDAKAN PENYIMPANGAN/
PENCURIAN.
Tindakan penyimpangan/ pencurian
seringkali dilakukan oleh para pelaksana
dilapangan, khususnya pada saat tidak ada
kegiatan loading maupun discharge, hal ini
disebabkan karena kurang/ tidak adanya
pengawasan dari Petugas PPP BBM
maupun Petugas Sekuriti di Dermaga yang
jaraknya cukup jauh dari Pos Jaga Sekuriti.
Sebagai
upaya
meningkatkan
pengawasan,
serta
mencegah/
mempersempit
kemungkinan adanya
tindakan pencurian oleh Naban PPP, maka
dipasanglah peralatan
Digital Video
Recorder yang memiliki kemampuan
cukup handal dalam memonitor dan
merekam setiap kejadian diseputar fasilitas
loading & discharge BBM pada Jetty I &
II, serta di bangsal Pengisian Mobil Tanki
selama 24 Jam setiap harinya.
14. BATAS TOLERANSI KERUGIAN
Dari uraian diatas, maka jenis kerugian
dapat diklasifikasikan dalam batas toleransi
sebagai berikut :
a. Tanker
Tolerable Loss
(Barrel 60F)
Loading loss / gain
0,50%
Transport loss / gain 0,20%
Target Loss
(Barrel 60F)
0,20%
0,10%
Page | 11
ISSN : 2302-3961
0,50%
0,50%
0,20%
0,40%
b. Penimbunan / Penyaluran
working loss / gain
0,40%
0,15%
: 1.250 - 3.500
Page | 12
ISSN : 2302-3961
: 3.500 - 6.500
: 6.500 - 10.000
: 10.000 - 17.000
c.
d.
e.
f.
Page | 13
ISSN : 2302-3961
2.
3.
4.
5.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Buku Panduan Suplai Dan Distribusi
BBM Tahun 1990
2. Buku Pengukuran Arus Minyak
Korporat
3. Loss Control Esso Oil Convervation
Manual 1962
4. Method Of Gaging Petroleum And
Petroleum Products
5. Manual Sampling Of Petroleum And
Petroleum Products
6. Oil Losses Dalam Tranport Dan
Penyimpanan
Page | 14
ISSN : 2302-3961
Page | 15
ISSN : 2302-3961
Page | 16
ISSN : 2302-3961
To result this observation, the researcher has suggestion about the influence of teaching
method with theory of piaget more has signification result. So the target of certifiable
lecturing can reach, and to extend the study must be need the method of of existence of
furthermore research both theory of piaget.
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemasangan instalasi listrik tidak dapat
dilakukan sembarangan. Jika tidak hati
hati dapat membawa akibat yang fatal, baik
bagi pemasang instalasi maupun bagi
pemakainya.
Pemasangan
instalasi
berbertujuan melindungi manusia dan
mengamankan barang dari bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh listrik, serta
menyediakan tenaga listrik yang aman dan
efisien.
Semakin rumitnya dan meningkatnya
jumlah dan jenis barang produksi yang
dihasilkan oleh suatu industri, maka
kehadiran standarisasi yang berdasarkan
peraturan yang ada merupakan suatu faktor
utama yang perlu diperhatikan.
Peraturan untuk instalasi listrik
terdapat pada buku Peraturan Umum
Instalasi Listrik 2000, yang disingkat PUIL
2000. Buku peraturan instalasi ini
diterbitkan
oleh
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), PUIL 2000
ini berlaku untuk semua instalasi listrik
arus kuat (Ayat 102.A1), kecuali instalasi
instalasi atau bagian bagian instalasi yang
disebut dalam Ayat 102.A2.
Dua organisasi international yang
bergerak dibidang standarisasi adalah
International
Electrotechnical
Page | 17
ISSN : 2302-3961
berpengaruh terhadap bakat dan
keahlian mahasiswa Teknik Elektro
Politeknik Kotabaru pada mata kuliah
Instalasi Listrik?
1.2.3 Variabel / metode mana yang paling
dominan pegaruhnya terhadap bakat /
keahlian mahasiswa Teknik Elektro
Politeknik Kotabaru pada mata kuliah
Instalasi Listrik ?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
1.3.1 TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk mengetahui dan menganalisa
pengaruh
pengaruh
metode
perkuliahan dengan memberikan teori
BEHAVIORISME
(tingkah
laku)
terhadap bakat / keahlian mahasiswa
Teknik Elektro Politeknik Kotabaru
pada mata kuliah Instalasi Listrik ?
b. Untuk mengetahui dan menganalisa
pengaruh
pengaruh
metode
perkuliahan dengan memberikan teori
PERKEMBANGAN PIAGET terhadap
bakat / keahlian mahasiswa Teknik
Elektro Politeknik Kotabaru pada mata
kuliah Instalasi Listrik ?
c. Untuk mengetahui variabel yang mana
paling berpengaruh terhadap bakat dan
keterampilan mahasiswa pada mata
kuliah instalasi listrik.
1.3.2 MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi mahasiswa Teknik Elektro
Politeknik Kotabaru merasa lebih puas
memiliki bakat dan peningkatan
keterampilan ainstalasi listrik dengan
Page | 18
ISSN : 2302-3961
bila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Menurut teori ini yang
terpenting adalah masukan/input yang
berupa stimulus dan keluaran/output yang
berupa respons.
Sedangkan apa yang terjadi diantara
stimulus dan respons dianggap tak penting
diperhatikan sebab tidak bisa diamati
hanyalah stimulus dan respons. Faktor lain
yang juga penting adalah faktor penguatan
(reinforcement). Penguatan adalah apa saja
yang dapat memperkuat timbulnya respons.
Bila penguatan ditambahkan (disebut
positive reinforcement) maka respons akan
semakin kuat. Begitu pun bila penguatan
dikurangi (disebut negative reinforcement),
respons pun akan tetap dikuatkan. Asumsi
pokoknya, bahwa semua hasil belajar yang
berupa perubahan tingkah laku yang dapat
diamati,
juga
dianggap
terlalu
menyederhanakan masalah belajar yang
sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar
dapat diamati dan diukur, paling tidak
dalam tempo seketika.
Seperti teori teori belajar yang lain,
teori Behaviorisme pun dalam aplikasinya
tergantung beberapa hal seperti sifat materi,
karakteristik mahasiswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Namun secara umum, aplikasi teori
Behaviorisme biasanya meliputi beberapa
langkah.
(Di dalam buku pekerti-AA) juga
disebutkan untuk teori Piaget ini pun dalam
aplikasi praktisnya sangat mementingkan
keterlibatan mahasiswa secara aktif dalam
Page | 19
ISSN : 2302-3961
untuk mencapai saat berhenti inilah
dibutuhkan
proses
equilibrasi
/
penyeimbangan. Jika proses equilibrasi ini
berhasil dengan baik, maka terbentuklah
suatu struktur kognitif yang baru dalam diri
si mahasiswa yakni penyatuan yang
harmonis antara pengetahuan lama dan
pengetahuan baru.
Seperti teori Bruner dan Ausubel, teori
piaget ini pun dalam aplikasi praktisnya
sangat
mementingkan
keterlibatan
mahasiswa secara aktif dalam proses
belajar. Menurut teori piaget, hanya dengan
mengaktifkan mahasiswa, maka proses
asimilasi/ akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat erjadi dengan baik.
(Lembaga manajemen PPM) Proses
mengajar
merupakan
proses
yang
sistematis
untuk
memindahkan
(mentransfer) pengetahuan dari pengajar ke
mahasiswa. Karena itu dalam mengajar,
Pengajar harus menyusun proses yang
mengikuti prinsip prinsip perkuliahan
sehingga proses pemindahan ini berjalan
secara effektif.
(AA, Manajemen Mutu Terpadu)
Perguruan tinggi dapat pula dikatakan
sebagai satu institusi industri yang
menghasilkan berbagai jasa pendidikan.
Jasa yang dihasilkan oleh perguruan tinggi
dapat berupa kurikulum.
Kegiatan
pembelajaran
atau
perkuliahan, kegiatan ekstra kurikuler,
bimbingan penyuluhan, kegiatan tutorial,
paket belajar atau bahan ajar, proyek
penelitian, kegiatan pengabdian masyarakat
Page | 20
ISSN : 2302-3961
Proses
(mengikuti
Kegiatan
pembelajaran
)
Lulus
an
/
Kelua
ran
Masyara
kat
Page | 21
ISSN : 2302-3961
dan kelengkapannya juga dilihat dari segi /
aspek estetika sebagai bahan hiasan serta
kemudahan
dalam
operasionalnya
(misalnya : remote controlled contactor).
Perlengkapan instalasi harus dipasang
sedemikian
rupa
sehingga
tidak
membahayakan, harus tahan terhadap
kemungkinan kerusakan mekanis, termal,
kimiawi, biologis
(jamur),
dan
kontaminasi medan elektromagnetik.
Semakin rumitnya dan meningkatnya
jumlah dan jenis barang produksi yang
dihasilkan oleh suatu industri, maka
kehadiran standarisasi yang berdasarkan
peraturan yang ada merupakan sutu faktor
utama yang perlu diperhatikan.
Peraturan untuk instalasi listrik
terdapat pada buku Peraturan Umum
Instalasi Listrik 2000, yang disingkat PUIL
2000. Buku peraturan instalasi ini
diterbitkan
oleh
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), PUIL 2000
ini berlaku untuk semua instalasi listrik
arus kuat (Ayat 102.A1), kecuali instalasi
instalasi atau bagian bagian instalasi yang
disebut dalam Ayat 102.A2.
Dua organisasi international yang
bergerak dibidang standarisasi adalah
International
Electrotechnical
Commission (IEC) untuk bidang teknik
listrik dan International Organization for
Standarization (ISO) untuk bidang
bidang lainnya.
Organisasi organisasi tersebut
menerbitkan publikasi publikasi yang
disebut standar atau norma.
Page | 22
ISSN : 2302-3961
membuat rancangan penelitian. Jadi
rancangan penelitian ini merupakan strategi
peneliti untuk mengatur jalannya penelitian
sehingga data yang didapatkan itu efektif.
Dan juga mencari jawaban atas
permasalahan yang ada, dimana untuk itu
para peneliti beranggapan betapa perlunya
metode penelitian yang sesuai.
Ditinjau dari masalah dan tujuannya,
maka penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk
mendeskripsikan kejadian kejadian, masa
lalu dan sekarang dengan melihat kaitan
antara variabel variabel yang ada.
Dengan demikian bentuk rancangan
penelitian ini adalah deskriptif regresi
sederhana
dengan
menggunakan
pendekatan kauntitatif, dan dipusatkan
untuk mengetahui besarnya hubungan
variabel variabel yang diteliti, maka
dalam penelitian ini variabel variabel
yang ada digolongkan menjadi dua yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini yang dijadikan
variabel bebas (X) adalah metode
pembelajaran, sedang variabel terikat (Y)
adalah
bakat
dan
keterampilan
mahasiswa.
Untuk mempermudah melihat kaitannya
antara variabel bebas dan variabel terikat,
maka para peneliti sajikan diagram blok
gambar 2.2.
3.2. POPULASI DAN SAMPEL
PENELITIAN
3.2.1. POPULASI PENELITIAN.
Page | 23
ISSN : 2302-3961
Populasi
penelitian
ini
adalah
mahasiswa semester III (tiga), V (lima),
dan mahasiswa yang sedang melaksanakan
tugas akhir. Untuk semester III (tiga)
a. SAMPEL PENELITIAN.
Untuk sampel penelitian ini sesuai
dengan
populasinya
diambil
dari
mahasiswa semester III (tiga) sebanyak 21
(dua puluh satu orang).
Dengan dibagi 2 kelompok perlakuan
masing masing kelompok terdiri dari 10
(sepuluh) orang dan 11 (sebelas) orang,
kelompok pertama diberikan metode
BEHAVIORISME (tingkah laku) dan
kelompok kedua diberikan metode
PERKEMBANGAN PIAGET.
Metode
pembelajaran (X)
Variabelterikat
Variabel terikat
Gambar 2
Diagram blok variabel bebas dan variabel terikat
b. INSTRUMENT PENELITIAN
Guna mengukur variabel yang diteliti
maka digunakan suatu instrument. Jadi
in.strument ini digunakan peneliti sebagai
alat pengumpul data waktu mengadakan
penelitian. Agar instrumnet menghasilkan
data yang mengarah pada tujuan penelitian
ini maka instrument dibuat berdasarkan
variabel variabel yang ada, dan telah
dijabarkan menjadi indikator indikator.
Indikator indikator inilah yang akan
dijadikan
instrument
dengan
cara
mengembangkannya
menjadi
kalimat
pernyataan yang nantinya harus dijawab
mahasiswa.
Data yang ingin digali dalam penelitian
ini adalah data mengenai pengaruh metode
pengajaran mata kuliah praktikum instalasi
listrik terhadap bakat dan keterampilan
mahasiswa
jurusan
teknik
elektro
politeknik Kotabaru.
Dalam penelitian ini pemberian skornya
memakai skala likert. Bentuk skala likert
adalah sebagai berikut :
Sangat setuju
:
5
Setuju
:
4
Kadang kadang
:
3
Tidak Setuju
:
2
Sangat Tidak Setuju :
1
Peneliti kemudian menghendaki skala
likert tersebut diatas dimodifikasi dengan
alasan
menyesuaikan
dengan
item
pertanyaan
angket
yaitu
dengan
menggunakan gradasi skor 4 (empat)
sampai dengan 1 (satu).
Sering
: 4
Jarang
: 3
Pernah
: 2
Tidak pernah : 1
3.3 PENGUMPULAN DATA
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data kuantitatif sebab data yang
diperoleh berbentuk bilangan, dan dilihat
dari nilainya, maka termasuk jenis data
kontinu. Untuk mempermudah dalam
Page | 24
ISSN : 2302-3961
penerapan dan penguasaan materi
praktikum.
Sebaiknya
bersifat
mengembangkan
inisiatif
secara
bertahap sehingga perlu mengurangi
petunjuk dan pertimbangkan waktunya.
Tahap pengembangan materi : Tahap
Orientasi, Tahap Konsolidasi dan
Subyek Penelitian.
d. Memberikan stimulus berupa tes,
latihan dan tugas tugas
e. Mengamati dan mengkaji respons yang
diberikan
f. Memberikan penguatan / reinforcement
3.3.3 Teori Piaget
a. Menentukan
tujuan
tujuan
instruksional.
b. Menetukan materi praktik
Tahap konfirmasi : membuat tugastugas praktikum yang berhubungan
keberhasilan mencapai sasaran bakat
dan keterampilan, sesuaikan dengan
kecepatan mahasiswa menyelesaikan
tugas praktikum.
Tahap aplikasi : Buat latihan latihan
untuk
praktek
dengan
tujuan
mengembangkan
kemampuan
penerapan dan penguasaan materi
praktikum.
Sebaiknya
bersifat
mengembangkan
inisiatif
secara
bertahap sehingga perlu mengurangi
petunjuk dan pertimbangkan waktunya.
Tahap pengembangan materi : Tahap
Orientasi, Tahap Konsolidasi dan
Subyek Penelitian.
Page | 25
ISSN : 2302-3961
11
Jenis Kegiatan
Penyusuanan
Proposal
Pembuatan Angket
dan
Penyebaran angket
Pengambilan data 1
Mengevaluasi data
Pengambilan data 2
Mengevaluasi data
Pengambilan data 3
Mengevaluasi data
Menganalisis
Penyusunana Laporan
Penelitian
Penggandaan,
penjilidan
III
IV
VI
VII
VIII
IX
XI
3.5. ANALISA
Adapun langkah langkah yang
digunakan untuk melaksanakan analisa data
sebagai berikut :
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden atau subyek
Dengan menggunakan persamaan ini
peneliti dapat menggunakan kualifikasi
persentase dan menarik kesimpulan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DESKRIPSI DATA
Pada bab ini akan dibahas hasil
penelitian tenatang pengaruh metode
pembelajaran praktek instalasi listrik
terhadap
bakat
dan
keterampilan
mahasiswa teknik elektro semester III (tiga)
Politeknik Kotabaru, yang sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian ini,
dimana telah dipaparkan pada bab
Page | 26
ISSN : 2302-3961
75 15
=
= 12
5
b. Menentukan Persentase
Untuk mengetahui jumlah perbandingan
skor masing masing variabel. Adapun
persamaan yang digunakan adalah :
100%
=
502
100% = 4,6%
11
Y Y Y
10
11
12
13
14
15
Tot
al
4 2 1
45
4 2 3
43
3 3 3
44
4 4 4
41
4 3 2
43
4 2 1
43
4 2 3
45
3 4 1
40
4 2 3
40
10
4 2 3
39
Metode Behaviorisme
a. Menentukan Jumlah Interval
Untuk mendeskripsikan masing
masing variabel yang diteliti.
Terdapat 15 item pertanyaan dengan 5
pilihan jawaban sehingga skor yang
tertinggi memungkinkan adalah 15 x 5 = 75
dan kemungkinan skor terendah adalah 15
x 1 = 15. Jadi jarak intervalnya adalah :
75 15
= 12
5
b. Menentukan Persentase
Untuk mengetahui jumlah perbandingan
skor masing masing variabel. Adapun
persamaan yang digunakan adalah :
100%
Page | 27
423
100% = 4,23%
10
ISSN : 2302-3961
5.2.2. Untuk memperluas kajian tentang
metode pembelajaran ini perlu
adanya penelitian yang lebih lanjut
tentang kedua teori terutama teori
piaget.
DAFTAR PUSTAKA
1. Setyadin, Bambang, 2005, Desain dan
Metode Penelitian Kuantitatif, Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Malang,
Malang.
2. Subagyo,
Heru.
2007.
Kondisi
Ketenagalistrikkan.
Asosiasi
Profesionalis Elektrikal Indonesia.
Jakarta
3. Suciati, 2001. Rekonstruksi Mata
Kuliah. Pusat Antar Universitas. Untuk
Peningkatan
dan
Pengembangan
Aktivitas
Instruksional
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
4. Suciati,
2001.
Konsep
Dasar
Pengembangan
Kurikulum. Untuk
Peningkatan
dan
Pengembangan
Aktivitas
Instruksional
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
5. Suciati, 2001. Alternative Assesment.
Untuk Peningkatan dan Pengembangan
Aktivitas
Instruksional
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
6. Suciati, 2001. Ragam Media Dalam
Pembelajaran. Untuk Peningkatan dan
Pengembangan Aktivitas Instruksional
Page | 28
ISSN : 2302-3961
dan
Pengembangan
Aktivitas
Instruksional
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Page | 29
ISSN : 2302-3961
Page | 30
ISSN : 2302-3961
meningkatkan kekuatan tarik logam las
karena ukuran buatirannya kecil, sedangkan
ketangguhannya yang baik disebabkan
adanya struktur interlocking.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Las Listrik Gas Metal (Gas Metal Arc
Welding / GMAW)
Las listrik gas metal atau Gas Metal Arc
Welding (GMAW) adalah proses las listrik
yang menggunakan busur listrik yang
berasal dari elektrode yang dipasok terusmenerus secara tetap dari suatu mekanisme
ke kolam las (Widharto, S. 2007).
Selanjutnya menurut Widharto, S. 2007,
beberapa variabel las GMAW yang
mempengaruhi penetrasi, ukuran jalur
(bead geometry) dan mutu keseluruhan las
adalah :
1) Arus pengelasan
2) Polaritas
3) Tegangan busur (arc voltage) atau
panjang busur
4) Diameter elektrode
5) Kecepatan Pengelasan
6) Orientasi elektrode (trail or lead angle)
7) Posisi sambungan las
8) Komposisi gas lindung dan laju aliran
gas
2. Masukan Panas ( Heat Input )
Masukan panas adalah besarnya energi
panas tiap satuan panjang las ketika
sumber panas bergerak. Masukan panas
(H), dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
Page | 31
P
EI
=
v
v
. . (1)
Dimana :
P : Tenaga input ( Watt )
v : Kecepatan pengelasan ( mm/s )
E : Potensial listrik ( volt )
I : Arus listrik ( Amper )
3. Siklus Termal Daerah Lasan
Daerah lasan terdiri dari 3 bagian yaitu
logam lasan, daerah pengaruh panas (Heat
Affected Zone) dan logam induk seperti
pada gambar 1. Selama proses pengelasan
berlangsung, logam las dan daerah
pengaruh
panas
akan
mengalami
serangkaian siklus thermal yang berupa
pemanasan
sampai
mencapai
suhu
maksimum dan diikuti dengan pendinginan
seperti pada gambar 2.
ISSN : 2302-3961
Pada pengelasan baja, kandungan C pada
logam las biasanya dibuat rendah, yaitu 0,1
%
massa
dengan
tujuan
untuk
mempertahankan
sifat
mampu
las
(weldability). Sebagai akibatnya, jika
kondisi
kesetimbangan
(equilibrium)
tercapai maka logam las akan mengalami
serangkaian transformasi fasa selama
proses pendinginan, yaitu dari logam las
cair berubah menjadi ferit- kemudian
(austenit) dan akhirnya menjadi (ferrit).
Pada umumnya laju pendinginan pada
proses pengelasan cukup tinggi sehingga
kondisi kesetimbangan tidak terjadi dan
akibatnya struktur mikro yang terbentuk
tidak selalu mengikuti diagram fasa. Suhu
maksimum pada siklus thermal diatas perlu
diketahui karena dapat dipakai untuk
memprediksi perubahan metalurgi seperti
peleburan logam, pembentukan austenit
dan
pembentukan
kristal
baru
(rekristalisasi).
Untuk mendapatkan struktur mikro hasil
pengelasan yang baik yaitu berupa ferit
acicular, maka unsur paduan, kandungan
oksigen, waktu pendingin (At8/5) dan ukuran
butir austenit harus tepat. Struktur mikro
dari las biasanya kombinasi dari struktur
mikro berikut ini :
1. Ferit Batas Butir
Ferit batas butir terbentuk pertama kali
pada transformasi
-, biasanya
terbentuk sepanjang batas austenit pada
suhu 1000 C ~ 650 C
2. Ferit Widmanstatten
Jika suhunya lebih rendah maka akan
terbentuk ferit Widmanstatten. Ukurannya
Page | 32
ISSN : 2302-3961
getas sehingga kekuatan tarik dan
ketangguhannya rendah.
(a)
(b)
Gambar 3. a) skema ferit acicular,
b) foto mikro ferit acicular
4. Struktur Mikro dan Sifat-Sifat
Mekanik
Pada proses pengelasan, transformasi
(austenit) (ferit) merupakan tahap yang
paling krusial karena struktur mikro logam
las yang berarti juga sifat-sifat mekanisnya
sangat ditentukan pada tahap ini. Diantara
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
transformasi (austenit) ke (ferit) adalah
masukan panas (heat input), komposisi
kimia las, kecepatan pendinginan dan
bentuk sambungan las seperti ditunjukkan
oleh diagram CCT (Continuous Cooling
Transformstion) seperti pada gambar 4.
Page | 33
ISSN : 2302-3961
Komposisi
0.44 0.26 0.72 0.013 0.015
(% berat)
Tabel 2. Sifat Mekanik Baja S45C
Jenis
Bahan
Kekuatan Tarik
(Kg/mm2)
S45C
65 ~ 80
Kekuatan
Luluh
(Kg/mm2)
35 ~ 45
LOGAM INDUK
Si
Mn
Komposisi
0.07 0.3
(% berat)
0.9
0.02
0.035
5
HAZ
HAZ
Sudut las ( C)
Jarak nozel ke
benda kerja (cm)
Temperature
Interpass (0C)
P1
P2
P3
P4
180
180
180
180
18
18
18
18
45,6
37,8
31,2
24
4,26
5,14
6,23
8,10
7,2
7,2
7,2
7,2
10
10
10
10
45
45
45
45
0,7
0,7
0,7
0,7
150
150
150
150
Page | 34
ISSN : 2302-3961
impak
Charpy
Joule
Tenaga. patah
Luas. penampang. patah mm 2
GxR
Tenaga. patah
cos cos
dapat
(2)
.....(3)
Temperatur (OC)
700
600
500
400
300
200
100
0:00:00
0:05:11
0:10:23
0:15:34
0:20:45
0:25:56
0:31:07
0:36:19
0:41:30
0:46:41
0:51:52
0:57:03
1:02:14
Page | 35
=2
. . . .
ISSN : 2302-3961
+
. (4)
) . (5)
AF
10 m
WF
Page | 36
ISSN : 2302-3961
GF
10 m
(b)
WF
AF
WF
25 m
25 m
(a)
25 m
(b)
Page | 37
60
Harga Ketangguhan (Joule)
ISSN : 2302-3961
54,678
53,737
53,08
42,553
42,553
42,55342,553
50
40
50,838
30
20
10
0
4,26
5,14
6,23
8,10
Page | 38
ISSN : 2302-3961
0,8
0,7
0,683
0,671
0,663
0,531
0,531
0,605
0,531 0,531
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
4,26
5,14
6,23
8,10
Masukan panas (Kj/cm)
Logam Las
Raw Material
Page | 39
ISSN : 2302-3961
2. Anang Setiawan dan Yusa Asra Yuli
Wardana. 2006. Analisa Ketangguhan
dan Struktur Mikro pada Daerah Las
dan HAZ Hasil Pengelasan Sumerged
Arc Welding pada Baja SM 490. Jurnal
Teknik Mesin Vol.8, No.2(10).
3. Arianto Leman S. dan Suharno. 2004.
Pengaruh kecepatan pengelasan pada
SAW baja SM
490 terhadap
ketangguhan beban impak. Jurnal
Teknik Mesin Vol.6, No.2(10).
4. Messler, Robert W.,Jr.,
1999.
Principles Of Welding. John Willey &
Sons, Inc.
5. Suharno.
2008.
Prinsip-Prinsip
Teknologi dan Metalurgi Pengelasan
Logam. UNS Press. Surakarta.
6. Suharno. 2008. Struktur Mikro Las Baja
C-Mn
Hasil
Pengelasan
Busur
Terendam dengan Variasi Masukan
Panas. Jurnal Teknik Mesin Vol.10.
No.1 (4).
7. Wiryosumarto, H. dan Okumura, T.
1994. Teknologi Pengelasan Logam,
PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
8. Widharto, S. 2007. Menuju Juru Las
Tingkat Dunia. PT. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Page | 40
ISSN : 2302-3961
Page | 41
ISSN : 2302-3961
mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual.
Listrik memiliki fungsi dan peranan
yang sangat vital dan strategis, karena
berperan memenuhi hajat hidup orang
banyak dan menunjang pembangunan
nasional.
Mengingat fungsi dan peranannya,
maka ketersediaan dan pemanfaatan listrik
harus diwujudkan secara andal, aman dan
akrab lingkungan (3A)
Dilihat dari keadaan diatas sistem distribusi
akan memberikan pelayanan dengan
kemungkinan terjadinya pemutusan /
pemadaman (out tage). Dalam kondisi yang
demikian, hal utama yang harus diprioritaskan adalah pendistribusian energi listrik
yang lancar dan andal, kepuasan pelanggan
terhadap PT. PLN, kualitas pelayanan yang
baik terhadap pelanggan, biaya sistem
secara keseluruhan, termasuk konstruksi,
operasi dan pemeliharaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.
B. Syarat Sistem Distribusi Yang Baik
Menurut Ir. Soemarwanto keberhasilan
didalam sistem distribusi dapat terjamin
bila dipenuhi beberapa persyaratan antara
lain : kontinuitas pelayanan / reliability
andal, flexibilitas terhadap pertumbuhan
beban baik
C. Faktor Faktor Penyebab Terjadi
Gangguan
Faktorfaktor yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pada sistem adalah : a)
Page | 42
ISSN : 2302-3961
sangat tinggi yang dapat menguapkan
zat atau material, merusakkan peralatan
sera dapat menimbulkan api.
4. Gangguan dapat mengakibatkan system
daya tiga fasa menjadi tidak seimbang
atau tidak simetri, hal ini mengakibatkan
peralatan tiga fasa tidak layak untuk
dioperasikan.
5. Gangguan dapat menghalangi aliran
daya.
6. Gangguan dapat mengakibatkan system
tidak stabil dn menghentikan aliran daya
system tenaga listrik.
Gangguan dapat bersifat sementara atau
permanen, gangguan sementara tidak
memerlukan perbaikan untuk beroperasinya
sistem tenaga listrik, misalnya pada
keadaan beban lebih; sedangkan gangguan
permanen mengakibakan operasi sistem
tenaga tidak akan normal kembali sebelum
gangguan diperbaiki.
D. Sumber Gangguan
Sumber gangguan pada sistem distribusi
dari dalam sistem : a) tegangan dan arus
abnormal; b) pemasangan yang kurang
baik; c) penuaan dan; d) beban lebih,
sedangkan sumber gangguan dari luar
sistem : a) gangguan mekanis karena
pekerjaan saluran lain; b) kendaraan yang
lewat diatasnya; c) petir; d) perubahan pada
struktur tanah (deformasi).
E. Akibat Gangguan
Akibat akibat yang disebabkan
gangguan antara lain : a) menginterupsi
Page | 43
ISSN : 2302-3961
Listrik
Marsudi
Page | 44
ISSN : 2302-3961
Energi dari bahan bakar fosil telah
menimbulkan revolusi industri dan
menjadikan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi mencapai tingkat perkembangannya, dimana eksploitasi sumber energi
lainnya
berada
dalam
jangkauan
kemampuan kita. Kini listrik telah cukup
mantap sebagai suatu alat untuk
memanfaatkan energi dan membawanya
untuk melayani manusia. Listrik akan terus
ada karena kegunaannya yang banyak.
Lebih
mudah
membuatnya,
mendistribusikannya, dan mengendalikannya, serta jika dipasang dengan benar listrik
aman bagi siapa saja yang menggunakannya. Dari semua teknologi tinggi yang
sekarang kita dapati tanpa kesulitan,
bergantung pada penyediaan listrik yang
aman dan dapat dihandalkan.
K. Struktur Jaringan.
Dalam buku materi kursus / pembekalan uji
keahlian bidang teknik tenaga listrik /
ditebitkan oleh APEI menyatakan :
Struktur jaringan adalah radial murni atau
radial open loop ( bentuk tertutup namun
operasi radial).
Jarang sekali pelanggan dipasok dengan
tingkat keandalan tinggi secara tertutup
(loop) baik dari satu sumber ataupun dari
sumber berlainan.
Komponen Perlengkapan Utama.
Bahan Penghantar memakai 2 (dua) jenis :
Bare Conductor atau tak berisolasi (BCC,
A2C, A3C). Dan kabel baik kabel tunggal,
jamak atau berpilin (twisted).
Page | 45
ISSN : 2302-3961
Gaya gaya mekanis terbesar pada 10 cm
dibawah ujung tiang pada 1/6 tiang dan di
dalam tanah.
Sehingga pada bagian bagian tersebut
perlu diperhatikan kemampuan menahan
bebannya.
O. Gaya Gaya Mekanis Pada Tiang
Penyangga.
Tiang penyangga mengalami gayagaya mekanis terutama adalah gaya-gaya
sebagai berikut :
1. Beban penghantar yang dipikul.
2. Beban akibat tiupan angin pada
penghantar dan pada tiang itu sendiri.
3. Regangan (tensile stress) penghantar
logam
akibat
perubahan
suhu
lingkungan
atau
akibat
adanya
sambungan pelanggan.
4. Beban akibat air hujan atau suhu
didaerah dingin.
Beban-beban
tersebut
mempengaruhi
kekuatan tiang penyangga.
Kekuatan tiang penyangga didimensikan
dalam satuan Newton atau daN (0,98 kg).
Kekuatan tiang dihitung pada kondisi yang
minimum, sehingga didapatkan harga yang
realistis.
1. Kondisi tekanan angin maksimum.
2. Temperatur
kerja
maksimum
penghantar (60 C).
3. Angka keamanan mekanis 0,5 (50%).
Sehingga tiang dengan fungsi sebagai
penyangga diujung (akhir jaringan), di
tengah, tiang sudut, akan mengalami total
gaya mekanis yang berbeda.
Page | 46
ISSN : 2302-3961
dengan titik terendah jaringan pada lalu
lintas berat dengan permukaan jalan
minimum 6 meter pada temperatur
menghantar 60 C.
4. Ketentuan Saluran Kabel Tegangan
Rendah.
Penanaman Kabel Tanah
1. Memperhatikan jenis dan macam isolasi
dan isolasi pelindung kabel.
Contoh :
- Kabel tanpa pelindung pipa baja harus
dilindungi secara mekanis.
- Kabel dengan pelindung netral jacket
dapat ditanam langsung.
2. Memperhatikan kondisi kimiawi dan
terhadap pengaruh gangguan mekanis,
namun untuk perlindungan mekanis
dianggap cukup :
- Ditanam 0,8 meter dibawah jalan raya
utama.
- Ditanam 0,6 meter dibawah jalan yang
tidak dilalui kendaraan.
5. Material
dan
Perlengkapan
Konstruksi
Jaringan
Distribusi
Tegangan Rendah.
Komponen dan perlengkapan konstruksi
jaringan kabel udara (TWISTED CABLE) :
1. Pole Bracket
2. Strain Clamp
3. Steelstrip Band
4. Link
5. Turn Buckle
6. Suspension Clamp
7. Kabel twisted
Page | 47
ISSN : 2302-3961
Gambar 2.2. Trafo Distribusi Portal
Sumber : Materi kursus / pembekalan uji keahlian
bidang teknik tenaga listrik ditebitkan oleh APEI.
Uraian
Biaya investasi
Tahan Cuaca.
Pemeliharaan
Perbaikan.
Estetika.
ROW.
Pengembangan.
Keandalan.
SKTM
Mahal.
Baik
Tidak
ada.
Sulit
Baik
Sulit
Sulit.
SUTM
Murah
Kurang
Rutin
Mudah
Kurang
Mudah
Mudah
Baik
Page | 48
ISSN : 2302-3961
bervariasi, maka tentu memiliki indikator
atau atribut.
Variabel terikat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kepuasan pelanggan
terhadap kualitas pelayanan PT. PLN
(Persero) Cabang Kotabaru, sedangkan
variabel bebasnya diambil dari pelayanan
PLN yang didasari oleh pemadaman yaitu
pemadaman akibat dari pemadaman pada
pembangkit, pemadaman distribusi atau
pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan
B. Rancangan Penelitian
Dalam
penelitian
ini
rancangan
penelitian yang digunakan adalah jenis
rancangan kuantitatif, karena data yang
diperoleh berbentuk angka / numerik /
counted. Data kuantitatif ini jenisnya
meliputi 1) Data nominal 2) Data ordinal
3) Data interval 4) Data rasio
C. Teknik / metode pengumpulan data
Dalam penelitan ini, banyak cara
menggali atau mengumpulkan data
yaitu:
1. Observasi adalah penelitian secara
langsung pada obyek penelitian dimana
data yang diperoleh berdasarkan hasil
identifikasi dilapangan yang selanjutnya
dirumuskan pada beberapa masalah
pokok yang relevan dengan tujuan
penelitian ini.
cara
cara
observasi, dapat dilakukan dengan :
Direct observation, Indirect observation,
Participation. Sedangkan alat alat
Page | 49
ISSN : 2302-3961
Tabel 4.2
Penelitian
Kisi
Variabel
Sub sub
variabel
Pengetahuan
Pemahaman
Analisa
Sintesis
Evaluasi
Kepuasan
Pelanggan
Pemadaman
pembangkit
Pemadaman
Distribusi /
Pemadaman
perawatan
kisi
Instrumen
Sumber
Data
Pelanggan
PT. PLN
(Persero)
Cabang
Kotabaru
Nomor
item
6
1,2,3,5,6,7,
8
1,2,3,4,5,.7
.9
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini pelanggan PT PLN
(Persero) Cabang Kotabaru berdasarkan
tiap gardu, dimana masing masing gardu
diambil 2 pelanggan, hal ini diambil
penulis berdasarkan pemadaman yang
terjadi baik pemadaman karena gangguan
pembangkit atau pemadaman akibat
gangguan distribusi, dialami oleh satu
gardu atau bahkan seluruh gardu (
pemadaman
pembangkit
)
kecuali
pemadaman
akibat gangguan yang
disebabkan kerusakan pada instalasi
pelanggan sendiri tidak terjadi pemadaman
per gardu. Adapun jumlah gardunya
sebanyak 78 gardu. Sehingga jumlah
subyek penelitian yang dimabil sebanyak
156 pelanggan.
E. Sampel Penelitian
Jumlah gardu pada PT PLN (Persero)
Cabang Kotabaru, yaitu sebanyak 78
Gardu listrik.
Page | 50
ISSN : 2302-3961
Uji F serta tingkat probabilitas dengan
tingkat kepercayaan 95 % atau alfa = 0,05
Jika uji F > F- tabel dan probabilitas <
Alfa 0,05 maka ada pengaruh, sehingga
hipotesis Nol ( H0 ) ditolak dan hipotesis
alternatif ( Ha ) diterima, selanjutnya jika
uji F < F tabel dan probabilitas alfa 0,05
tidak ada pengaruh maka hipotesis Nol
(H0) dan hipotesis alternatif ditolak
Disamping itu juga dapat dilakukan uji
t ( uji student ) yaitu untuk mengetahui
masing masing variabel bebas secara
parsial terhadap variabel tidak bebasnya
dengan tingkat kepercayaan 95 % atau alfa
= 0,05.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam mendiskripsikan temuan dari
hasil jawaban responden pelanggan PT.
PLN (Persero) wilayah Kotabaru dan
Mekarpura, yang dibagi menjadi 78 gardu
listrik, sebagaimana telah diungkapkan
didepan, diketahui bahwa mutu dari
kualitas pelayanan PT. PLN mempengaruhi
tingkat kepuasan atau tidaknya pelanggan /
konsumen, hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Indikator indikator yang
digunakan untuk mengukur adanya
pengaruh faktor tersebut menunjukkan
kuatnya hubungan (mutu daya pembangkit,
kerapatan beban, komponen / peralatan
yang digunakan). Tetapi seberapa besar
hubungan tersebut belum diketahui.
Dengan demikian untuk mengetahui
adanya pengaruh atau korelasi dan arah
hubungan antara kualitas pelayanan PLN
Page | 51
ISSN : 2302-3961
Unstandarized
Coefficients
B
Constant
Pemadaman
Pembangkit
Pemadaman
Distribusi
1,366
-,106
Std.
Error
,437
,040
,113
,038
Stand
arized
Coeffi
cients
Beta
Sig.
-, 227
3,129 ,002
-2,679 ,000
,251
2,969
,000
Page | 52
ISSN : 2302-3961
digunakan berpengaruh signifikan atau
nilai Sig. 0,000 dengan level p < 0,05.
Hasil ini menjelaskan bahwa pemadaman
karena pembangkit yang digunakan
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas pelayanan PT. PLN
(Persero) Cabang Kotabaru terhadap
kepuasan pelanggan.
B. Pengaruh
Pemadaman
Karena
Distribusi Atau Pemadaman Karena
Pemeliharaan / Perawatan Terhadap
Kepuasan Pelanggan
Untuk
mengetahui
pengaruh
pemadaman karena pemadaman distribusi
atau pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan terhadap kualitas pelayanan PT.
PLN (Persero) Cabang Kotabaru terhadap
kepuasan pelanggan, hasil pengujian
regresi sebagaimana disajikan dalam tabel
5.2 diatas menunjukkan bahwa variabel
pemadaman
akibat
distribusi
yaitu
pemadaman karena perawatan atau
perbaikan berpengaruh signifikan atau nilai
Sig. 0,000 dengan level p < 0,05. Hasil ini
menjelaskan bahwa variabel pemadaman
distribusi
atau
pemadaman
karena
pemeliharaan / perawatan mempunyai
pengaruh
yang signifikan terhadap
pelayanan PT. PLN Cabang Kotabaru
terhadap kepuasan pelanggan.
Dari 2 (dua) variabel bebas yang
diteliti,
yaitu
pemadaman
karena
pembangkit (X1), pemadaman distribusi
atau pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan (X2) yang dianggap paling
Page | 53
ISSN : 2302-3961
pemadaman yang tidak terlalu sering dan
tidak lama.
Hasil hitungan analisis regresi didepan
mengenai hubungan antara kualitas
pelayanan PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru terhadap kepuasan pelanggan,
kepuasan pelanggan sebagai variabel
dependent (Y) dengan variabel independent
pemadaman
karena
pembangkit
memperlihatkan koefisien regresi bivariete
sebesar -0,106 dengan angka yang bertanda
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan kedua variabel tersebut diatas
adalah searah. Artinya peningkatan volume
kualitas pelayanan PT. PLN ( Persero )
Cabang Kotabaru terhadap kepuasan
pelanggan, merupakan kontribusi dari
pemadaman karena pembangkit, seperti
penyediaan bahan bakar yang kurang cukup
atau kerusakan alat pada pembangkit dan
sebagainya.
Implikasi dari adanya hubungan
tersebut, maka PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru dalam melakukan pemadaman
tenaga
listriknya
harus
senantiasa
memperhatikan berapa kapasitas daya dari
pembangkit sampai bisa memenuhi
permintaan pelanggan dan melakukan
kerjasama dengan pihak tertentu dalam
pengadaan bahan bakar, kurangnya
pasokan daya dari pembangkit yang tidak
bisa mencukupi permintaan daya dari
pelanggan, kelangkaan bahan bakar karena
PT. PLN (Persero) Cabang Kotabaru
menggunakan pembangkit PLTD sehingga
dapat mengurangi terjadinya pemadaman,
Page | 54
ISSN : 2302-3961
menyebabkan gangguan hubung singkat
dan lan sebagainya.
Implikasi dari adanya hubungan
tersebut, maka PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru
harus
sering
melakukan
perimbasan terhadap pohon pohon yang
dapat mengganggu, pengecekan terhadap
komponen atau peralatan yang digunakan
sehingga dengan keberadaan pohon
pohon yang mengganggu tidak ada dan
peralatan atau komponen yang digunakan
dalam keadaan baik pemadaman karena
distribusi
atau
pemadaman
karena
pemeliharaan / perawatan jaringan dapat
meningkatkan volume kualitas pelayanan
PT. PLN (Persero) Cabang Kotabaru
terhadap kepuasan pelanggan.
Implikasi dari adanya hubungan
tersebut, maka PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru
seyogyanya
dalam
mendistribusikan tenaga listriknya harus
senantiasa
memperhatikan
peraturan
instalasi listrik yang berlaku ( PUIL )
sehingga pendistribusian tenaga listrik
menjadi lancar.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hipotesis dan mode analisis
yang ada telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis mengambil suatu kesimpulan
sebagai berikut :
1. Secara bersama sama variabel
variabel pemadaman pada pembangkit,
pemadaman distribusi atau pemadaman
karena pemeliharaan / perawatan
Page | 55
ISSN : 2302-3961
kerjasama yang baik dan menciptakan
proses pendistribusian yang sehat sehingga
tidak merugikan dan saling menjatuhkan
sesama karyawan, dan kepercayaan
masyarakat terhadap tenaga listrik yang
dijual kepelanggan dapat berjalan dengan
lancar.
Daftar Pustaka.
1. Badan Pusat Statistik Kotabaru, 2004,
Kabupaten Kotabaru Dalam Angka
2004,
BAPPEDA
KABUPATEN
KOTABARU (BPS).
2. Kadir, Abdul, 2000, Distribusi dan
Utilisasi Tenaga Listrik, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
3. Kustono, Djoko, 2005, Analisis
Korelasi dan Regresio, Lembatga
Penelitian Universitas Negeri Malang,
Malang.
4. Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi
Listrik, Penerbit Erlangga, Ciracas,
Jakarta 13740.
5. PUIL, 2003, Penerbit Yayasan PUIL,
Jakarta.
6. Robert W, Hass, 1995, Marketing
Management, Business Publication,
Texas.
7. Setyadin, Bambang, 2005, Desain dan
Metode Penelitian Kuantitatif, Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Malang,
Malang.
Page | 56
ISSN : 2302-3961
Page | 57
ISSN : 2302-3961
Sebagian besar penduduk Kabupaten
Kotabaru masih terpusat di Kecamatan
Pulau Laut Utara, yaitu sekitar 77.286 jiwa
atau 40,88 persen dari semua jumlah
penduduk di Wilayah Kotabaru. (Data dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotabaru,
2004). Besarnya jumlah penduduk di
Kecamatan Pulau Laut Utara dikarenakan
di Kecamatan tersebut adalah sebagai Pusat
Kota di Kabupaten Kotabaru. Di wilayah
Kecamatan yang lain untuk pembangkit
tenaga listriknya juga menggunakan PLTD,
tetapi dengan kapasitas yang kecil
dikarenakan jumlah penduduk yang masih
sedikit. Khusus untuk wilayah kecamatan
Pulau Laut Utara, Pulau Laut Tengah, dan
sebagian Pulau Laut Timur kapasitas
pembangkit listrik-nya sebesar 11.237 Kw.
Dengan
jumlah
pelanggan
14.071
pelanggan dengan berbagai macam tarif
pemakaian. (data dari PLN. (Persero)
Cabang Kotabaru tahun 2006). Melihat
jumlah penduduk yang cukup besar dengan
perkembangan penduduk yang begitu pesat
dan dibarengi dengan kemajuan teknologi
serta kebutuhan masyarakat akan tenaga
listrik, maka perlu untuk dipikirkan untuk
penyediaan pembangkit tenaga listrik
dimasa yang akan datang.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
Dalam materi kursus Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik.di Institut Semen dan
Beton Indonesia menyebutkan bahwa :
1. Tegangan Pasokan
Page | 58
2.
a.
b.
c.
ISSN : 2302-3961
d. Bila pada titik pemasokan diperlukan
transformator, maka keandalan dapat
ditingkatkan dengan menghubungkan
sekunder transformator pemasok dalam
moda secondary selective atau moda
secondary
spot
network,
atau
memanfaatkan tie breakers dan tau
dengan transformator cadangan.
3. Manfaat Utama Instalasi Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangunan suatu instalasi PLTU
dimaksudkan untuk mengubah energi
termal dari hasil pembakaran bahan
bakar menjadi energi listrik yang
akhirnya ditransmisikan melalui kabel
kabel menuju konsumen listrik tersebut.
Energi listrik diperoleh
melalui
pengubahan energi kinetik dalam
bentuk putaran poros menjadi energi
potensial listrik
melalui
sebuah
generator listrik. Energi kinetik putaran
poros dihasilkan oleh sebuah turbin
yang dalam hal ini digerakkan oleh uap
sebagai fluida kerja. Turbin uap ini
merupakan salah satu peralatan dari
suatu rangkaian peralatan-peralatan
utama sebuah PLTU.
B. Pembangkit Energi Listrik
Dalam buku Pembangkitan Energi Listrik
karangan Djiteng Marsudi menyebutkan
bahwa : PLTD mempunyai ukuran dari 40
kW sampai puluhan MW. Untuk
menyalakan listrik di daerah baru
umumnya digunakan PLTD oleh PLN. Di
pihak, jika perkembangkan pemakaian
tenaga listrik telah melebihi 100 MW,
Page | 59
ISSN : 2302-3961
e. Setiap rencana yang mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan
wajib dilengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan.
Pada dasarnya semua usaha dan kegiatan
pembangunan
menimbulkan
dampak
lingkungan hidup.
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT
PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum yaitu
untuk mengetahui kapasitas pembangkit
listrik yang harus disediakan untuk
melayani kebutuhan akan tenaga listrik
di Wilayah Kotabaru. Tujuan penelitian
secara khusus yaitu :
1. Untuk mengetahui berapa kapasitas
pembangkit
listrik
yang
harus
disediakan
untuk
melayani
pelanggannya di wilayah Kotabaru
dalam kurun waktu sepuluh tahun yang
akan datang.
2. Untuk
mengetahui
penambahan
kapasitas pembangkit listrik diadakan
secara bertahap atau sekaligus.
3. Untuk mengetahui apa perlu adanya
penggantian pembangkit listrik yang
awalnya memakai PLTD dijadikan
pembangkit tenaga listrik alternatif yang
lain.
B. Manfaat Penelitian
Sebagai masukan bagi PT. PLN
(Persero)
di Cabang Kotabaru dalam
penyediaan tenaga listrik dalam rangka
penyesuaian
dengan
fluktuasi
Page | 60
ISSN : 2302-3961
pelaksanaan dan kondisi gejala yang
berlangsung. Menurut sumber, data yang
ada yaitu : Jumlah pembangkit, Merk
mesin, Type Mesin, nomer Serie, daya
setiap mesin yang ada di PLTD Sistem
Kotabaru, disamping itu juga didapatkan
rata-rata beban puncak selama empat tahun
terakhir, yaitu mulai bulan Mei 2003
sampai bulan Oktober 2006. Sedangkan
data beban puncak sebelumnya tidak dapat
kami sajikan dalam penelitian ini,
dikarenakan kurang terdokumenkan dengan
rapi dan sudah terjadi penggantian petugas
yang ada di kantor PLTD Sistem Kotabaru.
D. Data Hasil Penelitian
TABEL 1
Data Kondisi Pembangkit di PLTD Sistem Kotabaru
Periode 16 Mei 2003 s/d 30 Juni 2004
Nama
Sentral
PLTD
Kotabaru
Jumlah
PLTD
Swasta
Jumlah
TOTAL
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
8
1
2
3
4
4
12
Merk
SWD
SWD
KUBOTA
DEUTZ
MWM
WARTSILA
WARTSILA
MIRRLEES
KUBOTA
Unit
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
Unit
Unit
Mesin
Type
No. Serie
DRO 216
DRO 216K
L6D26 BHCS
TBD 616 V 16
10868-2
11081
6198
2201680
8 R 22 MD
8 R 22 MD
ESL8MK2
L6D26 BHCS
4992
4993
712701
6208
KTA 50 G3
KTA 38 G5
KTA 38 G6
KTA 50 G3
33120445
33127073
33130018
33132033
Daya
Terpas
ang
(kW)
336
401
600
700
1.250
1.250
940
600
6.007
1.000
800
800
1.120
3.720
9.797
TABEL 2
Data Kondisi Pembangkit di PLTD Sistem
Kotabaru
Periode 01 Juli 2004 s/d 15 Maret 2005
Nama
Sentral
No
Merk
Mesin
Type
No. Serie
Daya
Terpas
ang
Page | 61
PLTD
Kotabaru
Jumlah
PLTD
Swasta
Jumlah
TOTAL
1
2
3
4
5
6
7
8
8
1
2
3
4
5
5
13
SWD
SWD
KUBOTA
DEUTZ MWM
WARTSILA
WARTSILA
MIRRLEES
KUBOTA
Unit
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
Unit
Unit
ISSN : 2302-3961
DRO 216
DRO 216K
L6D26 BHCS
TBD 616 V 16
8 R 22 MD
8 R 22 MD
ESL8MK2
L6D26 BHCS
10868-2
11081
6198
2201680
4992
4993
712701
6208
KTA 50 G3
KTA 38 G5
KTA 38 G6
KTA 50 G3
KTA 50 G3
33120445
33127073
33130018
33132033
33129731
(kW)
336
401
600
700
1.250
1.250
940
600
6.007
1.000
800
800
1.120
1.120
4.840
10.91
7
PLTD
Kotabaru
Jumlah
PLTD
Swasta
Jumlah
TOTA
L
No
1
2
3
4
5
6
7
8
8
1
2
3
4
5
6
6
14
Merk
SWD
SWD
KUBOTA
DEUTZ MWM
WARTSILA
WARTSILA
MIRRLEES
KUBOTA
Unit
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
Unit
Unit
Mesin
Type
No. Serie
DRO 216
DRO 216K
L6D26 BHCS
TBD 616 V 16
8 R 22 MD
8 R 22 MD
ESL8MK2
L6D26 BHCS
10868-2
11081
6198
2201680
4992
4993
712701
6208
KTA 50 G3
KTA 38 G5
KTA 38 G6
KTA 50 G3
KTA 50 G3
KTA 50 G3
33120445
33127073
33130018
33132033
33129731
Daya
Terpasa
ng
(kW)
336
401
600
700
1.250
1.250
940
600
6.007
1.000
800
800
1.120
1.120
1.120
5.960
12.037
No
Merk
Mesin
Type
No. Serie
Daya
Terpasa
ng (kW)
PLTD
Kotabar
u
Jumlah
PLTD
Swasta
Jumlah
TOTA
L
1
2
3
4
5
6
7
8
8
1
2
SWD
SWD
KUBOTA
DEUTZ MWM
WARTSILA
WARTSILA
MIRRLEES
KUBOTA
Unit
CUMMINS
CUMMINS
DRO 216
DRO 216K
L6D26 BHCS
TBD 616 V 16
8 R 22 MD
8 R 22 MD
ESL8MK2
L6D26 BHCS
10868-2
11081
6198
2201680
4992
4993
712701
6208
KTA 50 G3
KTA 38 G5
33120445
33127073
3
4
5
6
6
14
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
Unit
Unit
KTA 38 G6
KTA 50 G3
KTA 50 G3
KTA 50 G3
33130018
33132033
33129731
336
401
600
700
1.250
1.250
940
600
6.007
1.000
Keluar
Sistem
800
1.120
1.120
1.120
5.160
11.237
Periode
16 s/d 31 Mei 2003
1 s/d 15 Juni 2003
16 s/d 30 Juni 2003
1 s/d 15 Juli 2003
16 s/d 31 Juli 2003
1 s/d 15 Agustus 2003
16 s/d 31 Agustus 2003
16 s/d 30 September 2003
1 s/d 15 Oktober 2003
16 s/d 31 Oktober 2003
1 s/d 15 November 2003
16 s/d 30 November 2003
1 s/d 15 Desember 2003
16 s/d 31 Desember 2003
Rata-rata Beban Puncak
Daya
Mampu
Sistem (kW)
6.000
6250
5100
6030
5230
6030
6530
6130
6130
6170
6170
4320
6270
6930
Beban
Puncak
Malam
(kW)
4.928
5030
5090
4738
5387
5003
5133
4994
5019
5133
5203
5066
4852
5159
5052
Beban
Puncak
Siang
(kW)
3.513
3573
3433
3333
3283
3283
3383
3403
3423
3510
3570
3433
3633
3413
3442
Periode
1
2
3
Daya
Mampu
Sistem (kW)
6510
5800
5800
Beban
Puncak
Malam
(kW)
5184
5329
5248
Beban Puncak
Siang (kW)
3423
3568
3523
Page | 62
ISSN : 2302-3961
6360
6360
6360
6360
5510
6410
6160
6260
6910
7560
7660
7460
8560
6990
6990
7650
8210
8670
7670
6940
8770
5114
5296
5457
5251
5190
5273
5405
5374
5208
5236
5111
5122
5084
5258
5294
5533
5662
5689
5349
5376
5491
5314
3453
3569
3664
3563
3558
4046
3757
3616
3554
3599
3465
3391
3977
4206
4206
3870
3892
3933
3944
3949
4114
3743
Periode
1 s/d 15 Januari 2005
16 s/d 31 Januari 2005
1 s/d 15 Pebruari 2005
16 s/d 28 Pebruari 2005
1 s/d 15 Maret 2005
16 s/d 31 Maret 2005
1 s/d 15 April 2005
16 s/d 30 April 2005
1 s/d 15 Mei 2005
16 s/d 31 Mei 2005
1 s/d 15 Juni 2005
16 s/d 30 Juni 2005
1 s/d 15 Juli 2005
16 s/d 31 Juli 2005
1 s/d 15 Agustus 2005
16 s/d 31 Agustus 2005
1 s/d 15 September 2005
16 s/d 30 September 2005
1 s/d 15 Oktober 2005
16 s/d 31 Oktober 2005
1 s/d 15 November 2005
16 s/d 30 November 2005
1 s/d 15 Desember 2005
16 s/d 31 Desember 2005
Rata-rata Beban Puncak
Daya
Mampu
Sistem
(kW)
8770
8820
8820
8460
8460
9010
9010
8410
9010
8910
8910
8460
8460
8460
8710
8710
8710
8710
8710
8710
7710
7710
7710
8710
Beban
Puncak
Malam
(kW)
5689
5784
5634
5759
5629
5619
5484
5589
5634
5604
5682
5672
5482
5502
5642
5522
5407
5582
5702
5702
5454
5494
5762
5586
5609
Beban Puncak
Siang (kW)
3884
4267
3934
4102
4395
3904
4039
4032
4079
4059
4022
4322
4002
3852
4002
3962
3922
4172
4119
4119
4072
4172
4242
4282
4082
TABEL 8
Data Beban Puncak PLTD Sistem Kotabaru
Periode Tahun 2006
No
Periode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Daya
Mampu
Sistem
(kW)
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
6160
Beban
Puncak
Malam
(kW)
5812
5642
5482
5802
5722
5782
5662
5616
5891
5643
5473
5453
5263
5233
5323
5413
5344
5298
5350
5537
Beban
Puncak
Siang (kW)
4262
4382
3917
4362
4412
4522
4372
4351
4251
4250
4049
4059
3939
3979
3979
4169
3979
4159
4009
4179
Periode
Beban Puncak
Malam (kW)
1
2
3
4
2003
2004
2005
2006
5053
5313
5609
5537
Beban Puncak
Siang (kW)
3441
3743
4082
4179
Page | 63
ISSN : 2302-3961
E. Metode Analisis
Untuk mengolah data hasil penelitian
tersebut, maka peneliti menggunakan
metode:
a. Harga relatif merupakan metode yang
paling sederhana dan cocok untuk
mengukur perbedaan nilai nilai satu
macam variable yang berbeda.
Rumus :
I DRn
Pn
P0
Dimana :
I DRn Indeks Data Ralatif tahun ke-n
Pn Data pada tahun ke-n
P0 Data pada tahun dasar.
b. Perhitungan rata-rata dibagi menjadi 2,
yaitu : Mayor Mean dan minor mean.
Rata rata hitung / mean adalah rata
rata populasi dilambangkan dengan ,
rata rata sample dilambangkan dengan
X. untuk data yang dikelompokkan
menggunakan rumus :
X
Dimana :
X Rata rata
X i Data Ke-I
n Banyaknya data
c. Untuk dapat merencanakan penambahan
kapasitas
tenaga
listrik
pada
pengembangan PLTD sistem Kotabaru,
dibutuhkan data beban mulai beban
awal hingga perkiraan beban dimasa
mendatang. Untuk itu perlu estimasi
laju pertumbuhan beban untuk tiap
tahunnya.
Pertumbuhan beban ini didasarkan atas
estimasi (peramalan) dan ramalan-ramalan
ISSN : 2302-3961
Keterangan :
Ln Beban setelah n tahun (kW)
L0 Beban awak (kW)
r Laju pertumbuhan beban (%)
n Periode tahun ke-n
Misalkan beban awal L0 10kW, dan beban
tahun ketiga L3 13,31kW, maka laju
pertumbuhan bebannya ( r ) adalah :
13,31 = 10 (1 + r)3
13,31/10 = (1 + r)3
ln 1,331 = 3 ln (1 + r)
ln (1 + r) = 0,09531
r = ln-1 (0,09531) 1
=0,1 = 10 %
Beban
Puncak
(kW)
5053
5313
5609
5537
5313 5053
0,05145
5053
r 0 0 r 100 0 0 0,05145 100 0 0
r
r 5,145 0 0
2003
2004
2005
2006
0
1
2
3
Dimana
Laju
Pertumbuhan
Beban r (%)
5,145
11,003
9,578
Periode
Perencanaan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ISSN : 2302-3961
Tahun
Beban (kW)
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
5053
5507
6002
6542
7130
7771
8470
9232
10.062
10.967
11.954
13.029
14.201
15.479
Page | 66
ISSN : 2302-3961
Page | 67
ISSN : 2302-3961
Page | 68
ISSN : 2302-3961
kerusakan peralatan teknologi sangat
mungkin terjadi dimasa mendatang
sehingga diperlukan sebuah metode untuk
menganalisis risiko operasional layanan
IPTV sebagai alat bantu pengambilan
keputusan penanganan risiko.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 IPTV(Internet Protocol Television)
Menurut peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia
Nomor: 11/per/m.kominfo/07/2010 Ban 1
Pasal 1 menyatakan bahwa Televisi
Protokol Internet (Internet Protocol
Television/ IPTV) yang selanjutnya
disingkat IPTV adalah teknologi yang
menyediakan layanan konvergen dalam
bentuk siaran radio dan televisi, video,
audio, teks, grafik, dan data yang
disalurkan ke pelanggan melalui jaringan
protocol internet yang dijamin kualitas
layanannya, keamanannya, kehandalannya,
dan
mampu
memberikan
layanan
komunikasi dengan pelanggan secara 2
(dua) arah atau interaktif dan real time
dengan menggunakan pesawat televisi
standar dan/atau alat telekomunikasi yang
menggunakan media audio visual.
Implementasi IPTV pertama oleh PT.
Telkom Indonesia pada tanggal 4 Juni
2010. Belajar dari sukses perusahaan
Telekomunikasi negara lain (antara lain:
PCCW Hongkong, True, TT&T, TOT
Thailand, Singtel Singapore, PTCL
Pakistan, Chunghwa Telecom Taiwan,
Neuf France dan Quest USA), menurut
skenario implementasi IPTV oleh PT.
Page | 69
ISSN : 2302-3961
4. VoD (video on demand) merupakan
sitem yang memberikan layanan on
demand kepada pelanggan
5. CA(condition Acsess) adalah suatu
mekanisme yang memungkinkan sistem
memberikan hak akses terautentikasi
tehadap sebuah program yang diminta
user
6. End Terminal dibagi beberapa tipe
tergantung akses yang digunakan.
Untuk jaringan private akan digunakan
home gateway dan set top box. Dimana
home gateway merupakan gerbang
koneksi ke Broadband. Sedangkan STB
merupakan perangkat antarmuka dari
home gateway ke terminal TV
pelanggan. Untuk jaringan publik akan
digunakan client application yang
diinstall di perangkat dan terintegrasi
dengan browser yang digunakan
7. Merupakan perangkat yang digunakan
untuk membantu distribusi konten
diatas jaringan
8. CDN( Content Delivery Network)
merupakan perangkat yang digunakan
untuk membantu distribusi konten
diatas jaringan
9. NMS(network management service)
merupakan sistem yang digunakan
untuk memelihara dan memonitor
jaringan yang digunakan mendeliver
layanan IPTV
2.2. Enterprise Risk Management
Enterprise Risk Management (ERM)
adalah sebuah proses, berpengaruh pada
sebuah entitas jajaran direksi, pihak
Page | 70
ISSN : 2302-3961
3)
4)
2)
3)
setiap
perusahaan menghadapi risiko dengan
kondisi berbeda sebagai bagian dari
organisasi dan manajemen risiko
memfasilitasi respon yang efektif ke
pengaruh-pengaruh
terkait
dan
mengintegrasikan respon ke berbagai
risiko yang mungkin timbul
Meraih
peluang
dengan
mempertimbangkan jangkauan event
yang potensial, pihak manajemen
diposisikan untuk mengidentifikasi dan
proaktif merealisasikan peluang.
Memperbaiki
penyebaran
kapital
(deployment of capital) mendapatkan
informasi risiko yang handal dan
mengijinkan pihak manajemen untuk
memprediksi semua kebutuhan kapital
yang efektif dan mengubah alokasi
kapital.
ISSN : 2302-3961
j) Keterkaitan risiko dengan fungsi
keuangan dan pendanaan
k) Pengintegrasian indentifikasi risiko dan
perkiraan risiko ke strategi organisasi
2.2.3. Framework ERM
Dua buah framework Enterprise Risk
Management (ERM) adalah COSO dan
RIMS.
Keduanya
mendeskripsikan
pendekatan
untuk
mengidentifikasi,
menganalisa, bertanggung jawab, dan
memonitor risiko ataupun peluang di dalam
maupun di luar lingkungan yang dihadapi
perusahaan.
COSO memiliki delapan komponen dan
empat kategori objek. Delapan komponen
tersebut antara lain:
a) Lingkungan
internal
(internal
environment)
b) Setting objek (objective setting)
c) Identifikasi event (event identification)
d) Perkiraan risiko (risk assesment)
e) Tanggung jawab risiko (risk response)
f) Aktivitas kontrol (control activities)
g) Komunikasi dan informasi (information
and communication)
h) Pengawasan (monitoring)
Empat kategori objek antara lain:
1) Strategi tujuan akhir, mendukung misi
organisasi
2) Operasi menggunakan sumber daya
secara efektif dan efisien
3) Laporan finansial
4) Pemenuhan (compliance) sesuai
dengan hukum dan regulasi yang
berlaku
Page | 72
ISSN : 2302-3961
c) Manajemen risiko keinginan (risk
appetite management) derajat
pemahaman akibat risiko perdagangan
pada bisnis perusahaan. Perhitungan
dengan
kepemimpinan
dan
kebijaksanaan
memandu
pembuat
keputusan dan memperkecil jarak antara
yang diinginkan dengan risiko yang
sesungguhnya.
Risiko
keinginan
mendefinisikan lingkup risiko yang
diterima
dan
toleransi
risiko
mendefinisikan variasi ukuran risiko
keinginan yang dianggap akan diterima.
d) Akar
kedisiplinan
(root
cause
discipline) derajat disiplin yang
diaplikasikan untuk mengukur akar
permasalahan dan mendefinisikan event
yang terkait pada proses bisnis sehingga
dapat
mengurangi
ketidakpastian,
kumpulan informasi, dan mengukur
keefektifan kontrol. Derajat risiko dari
manusia, lingkungan eksternal, sistem,
proses, dan relasi harus dieksplorasi.
e) Risiko yang tidak di-cover (uncovering
risk) derajat kualitas dan cakupan
penetrasi dari aktivitas prediksi risiko
dalam dokumentasi risiko dan peluang.
Derajat kumpulan pengetahuan dari
tenaga ahli, basis data, dan file
elektronik (seperti Microsoft Word,
Microsoft Excel) untuk menghubungkan
antar perusahaan.
f) Manajemen performansi derajat
dijalankannya visi dan strategi, bekerja
dari keuntungan finansial, kastamer,
proses bisnis, dam pembelajaran
perkembangan sudut pandang seperti
Page | 73
ISSN : 2302-3961
c) Pemenuhan dan etik memonitor
pemenuhan dengan investigasi secara
langsung
d) Pemenuhan finansial mengidentifikasi
keuangan untuk laporan risiko finansial
e) Hukum departemen mengelola dan
menganalisa trend penting yang legal
dan dapat berpengaruh pada organisasi
f) Jaminan menjamin semua yang butuh
jaminan pada organisasi
g) Kekayaan
memastikan
dana
memenuhi kebutuhan bisnis ketika
manajemen risiko terkait dengan harga
komoditas dan ekspor impor
h) Jaminan
kualitas
operasional
(Operational Quality Assurance)
memverifikasi keluaran operasional
beserta toleransinya
i) Manajemen operasional memastikan
bisnis tetap berjalan
j) Kredit memastikan kredit yang
diberikan ke kastamer sesuai dengan
kemampuan bayar mereka
k) Layanan kastamer memastikan
keluhan kastamer ditangani dengan
benar
l) Audit
internal
mengevaluasi
efektivitas dari setiap fungsi risiko dan
merekomendasikan perbaikan
a) Mengembangkan
laporan
hasil
konsolidasi untuk macam-macam hal
yang terkait (stakeholders)
b) Memonitor hasil aksi yang dilakukan
untuk mengurangi risiko
c) Memastikan risiko dapat ditangani
dengan efisien oleh auditor internal, tim
konsultan, dan entitas evaluasi lainnya.
Page | 74
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pengumpulan Data
1. Wawancara
Yang dimaksud wawancara adalah
proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab,
sambil
bertatap
muka
antara
penanya/pewawancara
dengan
penjawab/responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara).
2. Studi dokumen
Studi dokumen dilakukan dengan
mempelajari berbagai laporan,manual dan
materi tertulis lainnya pada unit kerja yang
menjadi obyek manajemen risiko untuk
mengetahui kejadian apa saja yang bisa
terjadi dan kemungkinan penyebabnya
3. Analisis dan Penilaian risiko
Langkah selanjutnya risiko diidentifikasi
dan dikelompokan berdasarkan arsitektur
IPTV. Kemudian risiko dianalisis dan
dinilai dengan menggunakan pendekatan
enterprise risk management
4. HASIL DAN ANALISIS
ISSN : 2302-3961
Risiko yang sudah diidentifikasi kemudian
dikelompokkan berdasarkan arsitektur
IPTV. Pengelompokkan risiko ditampilkan
pada table 4.1 pada table 4.1 menampilkan
risiko dan factor penyebanya.
Tabel 4.1. Risiko dan Dampak Risiko
Risiko
Risiko
infrastruktur
jaringan
fiber optic
Risiko
Teknologi
perangkat
IPTV
Kejadian
Risiko
Kerusakan
Jaringan fiber
optic,
Kualitas
Jaringan
Masa operasi
alat
Kesalahan,
Pengoperasian
Alat,
Bencana
Alam
Risiko
pelanggan
Target
pelanggan
tidak
terpenuhi
Risiko
satelit
Kehilangan
Satelit
Risiko
Sumber
Daya
Manusia
Kurang cepat
dalam
merespon
permasalahan
Faktor Penyebab
Bencana alam (gempa
bumi,
tanah
longsor,kebakaran,
petir), faktor eksternal
seperti Human error ,
pencurian dll
Bencana alam (gempa
bumi, kebakaran, petir
dll), faktor eksternal
seperti Human error ,
pencurian
dengan
pengrusakan dll
Persaingan
bisnis
terutama
tarif
dan
layanan,
adanya
teknologi baru yang
mengancam keberadaan
IPTV
Keterbatasan
masa
operasi yang disebabkan
oleh
kualitas
konstruksinya,
ketahanan
sistem,
subsistem
dan
komponen,
cadangan
bahan bakar di dalam,
keakuratan peluncuran
ke orbit, risiko terhadap
badai mikrometeorit
Kurangnya pelatihan,
dan koordinasi antar
karyawan
ISSN : 2302-3961
Kemungkinan
Uraian
Frekuensi
Hampir Tidak Pernah Tidak dalam 2 tahun
Terjadi
Possible
Kemungkinan Terjadi
ada Tapi Kecil
Kemungkinan
Terjadi(kadangkadang)
Likely
Sering Terjadi
Almost
Certain
Terjadi 3 - 4 kali
dalam 2 tahun
Sangat Sering Terjadi Lebih dari 5 kali
terjadi dalam 2 tahun
Uraian
Minor
Moderate
Dampaknya kecil
Severe
Major
Dampaknya besar
Worse Case
Dampak Kemungkinan
Worse
Likely
Case
Major
Possible
Kemungkinan
Almost Never
Unlikely
Almost Never
Page | 76
ISSN : 2302-3961
case
Kemungkinan
Possible
Risiko
Dampak
Kemungkinan
Keakuratan
Worse Case Unlikely
peluncuran ke
orbit
Bencana Alam
Worse Case Almost Never
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa maka diperoleh
kesimpulan ;
Almost Never
ISSN : 2302-3961
[6]. Djohanputro.
2004.
Risiko
Korporat
Penerbit PPM, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Kusumadewi,Sri dan Purnomo, Hari.
(2010), Aplikasi Logika Fuzzy untuk
Pendukung Keputusan, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Manajemen
Terintegrasi.
Page | 78
ISSN : 2302-3961
Page | 79