You are on page 1of 79

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

UPAYA MENINGKATKAN PENGAWASAN LOSSES DAN


PENEKANAN BIAYA OPERASIONAL DEPOT KOTABARU DENGAN
MEMANFAATKAN DIGITAL VIDEO RECORDER
Saiful Karim, Moethia Faridha
Jurusan Teknik Listrik Polieknik Kotabaru
Jl. Raya Stagen Km. 9,5 Kotabaru. Kalimantan Selatan
Email : ifulsuperindo@gmail.com
ABSTRAK

In general, the emergence of losses in Kotabaru Depot is the result of a lack of


supervision at the time of receipt and distribution of fuel by tanker and barge, to
distribution to the consumer / industry, and limited human resources due to some workers
MPPK and mutation to another location in 2004.
With the losses incurred at the time of receipt of the tanker called supply and
distribution losses is called working loss, it is necessary to be aware at all times so that
losses do not exceed the limit of tolerance or losses exceed predetermined targets.
Problems that often occur in the Depot Kotabaru when viewed from dense activity
tanker discharge, back loading, bunker and fuel distribution services via land and sea, it is
necessary to support the means of distribution facilities, accompanied with a number of
human resources memadahi.
The emergence of fuel loss and increased operating costs actually caused by various
reasons, so it is worth exploring the sources of unknown cause for immediate and concrete
action can be taken as an improvement.
Considering the losses that occurred in 2004 tendensinya increase, despite many
efforts are done, then the reason that the author tries to make the other research entitled
"Efforts to improve the oversight of operational losses and suppression costs Depot
Kotabaru by utilizing Digital Video Recorder (DVR)" .
Losses that exceed the tolerance biatas in 2004, both discharge / supply of tankers
and working losses caused by the loss of facilities used means less support and modern.
Losses fuel many facilities affected by the means used and the level of knowledge and
skills of the executor in the field, as well as continuous monitoring techniques.
The presence of high losses and ballooning operating costs due to the lack of overtime
personnel PPP fuel handling activities, and job security PKK / security in Kotabaru
Depot.
For the attainment of the fuel distribution regardless of course no means a facility
used in the ready-made.
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Page | 1

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

The existence of tankers which includes the elderly, and a few chartered tankers not
comply with corporate oil flow measurement and calibration is less accurate, it
encourages frequent losses at the time of receipt.
As you know been affected by the emergence of a lot of evaporation losses, failure to
comply with the measurement of oil flow kooporat, neggunakan equipment that is not
standard, natural conditions, human resources are less skilled, botom fluctuations, and
various other things that can affect.
Key word : Use of Digital Video recorder.
BAB I. PENDAHULUAN.
Sebagaimana kita ketahui bersama
bahwa Bahan Bakar Minyak (BBM)
merupakan sumber energi yang sangat
strategis bagi kehidupan Bangsa-Bangsa di
Dunia, khususnya bagi Bangsa Indonesia
yang
saat ini sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan nasional.
Mengingat keberadaannya sangat vital
dan dominan dalam menopang roda
perekonomian
Pemerintah,
maka
diperlukan satu tindakan pengawasan yang
serius agar penanganan pendistribusian
BBM berjalan efektif dan efisien.
Kita sadari bahwa dalam pelaksanaannya banyak ditemukan kendala- kendala
dilapangan, namun demikian kegiatan
tersebut harus tetap berlangsung tepat
waktu, tepat jumlah,
tepat mutu &
tujuannya.
Untuk itu maka diperlukan strategi yang
matang, baik dari segi pengangkutan,
penimbunan, maupun pendistribusiannya
kepada masyarakat, dan hal ini tidak akan
terlepas dari kemungkinan timbulnya losses
serta biaya operasional yang tidak sedikit,
dan bahkan cenderung meningkat.
Oleh karenanya penulis mencoba
menggambarkan dan menjelaskan bagaiVol 1 No. 1 Oktober 2012

mana tantangan yang harus dihadapi agar


seluruh mata rantai kegiatan operasional
Depot Kotabaru, seperti : Tanker Loading
& Discharge, Bunker Service, dan
pelayanan BBM melalui Mobil Tanki tetap
berjalan lancar, dengan tingkat kerugian
dan biaya operasional yang rendah. Secara
umum timbulnya kerugian di Depot
Kotabaru
adalah
akibat
kurangnya
pengawasan pada saat penerimaan dan
penyaluran BBM melalui tanker dan
tongkang, sampai dengan pendistribusiannya kepada konsumen / Industri, dan
terbatasnya SDM akibat beberapa Pekerja
MPPK dan mutasi ke lokasi lain pada
tahun 2004.
Dengan adanya kerugian yang
ditimbulkan pada waktu penerimaan dari
tanker yang disebut supply losses dan
pendistribusian yang disebut working loss,
maka perlu diwaspadai setiap saat agar
kerugian yang terjadi tidak melebihi batas
toleransi atau melampaui target losses yang
telah ditetapkan.
Problema yang sering terjadi di Depot
Kotabaru bila dilihat dari padatnya kegiatan
tanker discharge, back loading, pelayanan
bunker dan penyaluran BBM melalui darat
maupun laut, maka diperlukan adanya
Page | 2

Jurnal Power Tech


sarana fasilitas distribusi yang menunjang,
disertai dengan jumlah sumber daya
manusia yang memadahi.
Timbulnya kerugian BBM dan meningkatnya biaya operasional sebenarnya diakibatkan oleh berbagai sebab, sehingga perlu
ditelusuri sumber-sumber penyebabnya
agar dapat segera diketahui, serta dapat
diambil satu tindakan konkrit sebagai
upaya perbaikan.
Mengingat kerugian yang terjadi pada
tahun 2004 tendensinya meningkat,
meskipun telah banyak usaha-usaha yang
dilakukan, maka dengan alasan inilah
penulis mencoba membuat peneltian yang
berjudul
Upaya
meningkatkan
pengawasan losses dan penekanan biaya
operasional Depot Kotabaru dengan
memanfaatkan Digital Video Recorder
(DVR )
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.
A. PENGERTIAN LOSSES
Dalam setiap pergerakan BBM pasti
akan timbul Losses atau kerugian, dan hal
ini juga tidak dapat terlepas dari masalah
sarana fasilitas yang dipergunakan, baik itu
dari segi penerimaan, penimbunan maupun
penyaluran/ pendistribusiannya.
Dengan sarana dan fasilitas yang siap
pakai, maka kegiatan operasional dipastikan dapat berjalan sesuai harapan, dan
tidak menimbulkan losses yang melampaui
batas toleransi.
Sebenarnya terjadinya losses ini bukan
saja mengakibatkan berkurangnya minyak
dari segi kuantitas, namun dapat juga
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
menimbulkan mutu produk menjadi
berubah dan memburuk karena terlalu lama
produk ditimbun.
Pada dasarnya losses dapat digolongkan
menjadi :
1. Accountable losses.
Adalah kerugian nyata yang dapat
dihitung jumlahnya dan hal ini mengakibatkan berkurangnya kuantitas serta terjadi
pada waktu pembongkaran, pengisian,
pengangkutan, penguapan, dan termasuk
juga kebocoran akibat dari sarana fasilitas
yang dipergunakan kurang sempurna.
2. Unaccountable losses.
Kerugian ini disebut juga kerugian
semu dimana sebenarnya tidak mengurangi
kuantitasnya, akan tetapi dari segi
administrasi harus dibukukan meskipun
kehilangan itu mungkin akan kembali pada
hari berikutnya, dan kejadian ini disebabkan oleh : kesalahan pengukuran, salah
menghitung, bottom fluktuasi, dan kalibrasi
tanki yang tidak akurat lagi.
Dari uraian mengenai Accountable dan
Unaccountable
losses
diatas
perlu
diantisipasi tindakan pengawasannya, yang
tujuan utamanya adalah bagaimana cara
penanggulangannya agar losses yang
terjadi dapat ditekan seminimal mungkin,
sehingga tercapai effisiensi.
Keberhasilan dalam penelitian losses
memerlukan persyaratan sebagai berikut :
a. Pendataan secara rutin atas kerugian
yang terjadi pada setiap saat dan setiap
kegiatan
b. Menelusuri sumber-sumber penyebabnya dan mengatasinya.
Page | 3

Jurnal Power Tech


c. Meningkatkan pengawasan pada setiap
kegiatan operasi.
Dengan adanya pengawasan yang rutin
dan berkesinambungan, disertai dengan
pendataan yang akurat, maka timbulnya
losses dan meningkatnya biaya operasional
dapat segera diketahui untuk diambil
langkah-langkah perbaikan dan penekanannya sedini mungkin.
B. ISTILAH
1. Bill of loading (B/L) adalah surat
keterangan muatan kapal yang ditandatangani oleh nahkoda kapal berdasarkan perhitungan di tangki pihak
pengirim.
2. Certificate of quantity discharge (CQD)
adalah
surat
keterangan
yang
menyatakan jumlah bahan bakar
minyak yang di bongkar dari alat
transportasi berdasarkan perhitungan
pihak penerima.
3. Actual Receipt (AR) adalah kuantitas
bahan bakar minyak yang diterima
oleh tangki pihak penerima.
4. Cerificate of quantity loaded (CQL)
adalah
surat
keterangan
yang
menyatakan jumlah bahan bakar
minyak yang dimuat ke alat
transportasi berdasarkan perhitungan
pihak pengirim.
5. Certificate of quality adalah surat yang
menyatakan kualitas dan spesifikasi
bahan bakar minyak yang dikeluarkan
oleh laboraturium
6. Compartement log sheet adalah surat
keterangan yang mengatakan jumlah
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961

7.

8.

9.

10.

11.

12.

dan jenis muatan di kompartemen


kapal setelah di muat dan sebelum di
bongkar.
Dry Certificate adalah surat keterangan
Oil inspector/ loading master, yang
menyatakan bahwa kompartemen
kapal benar-benar dalam keadaan
kosong/ kering.
FD-235 adalah laporan sepuluh harian
pergerakan bahan bakar minyak di
Depot, Instalasi, DPPU dalam satuan
volume observed dan volume standar
Barrels 600F yang berisi:
A = Jumlah persediaan awal produk
B = Jumlah produk yang diterima
Depot/DPPU.
C = Jumlah produk yang dikirim.
D = Jumlah persediaan akhir produk
Letter of protest adalah surat protes
yang dibuat oleh pengirim/ penerima
atau oleh nahkoda jika terjadi
perbedaan melebihi prosentase yang
tidak dapat ditolerir.
Query Bulk Tanker Cargo Discrepancy
adalah surat protes yang dibuat oleh
penerima kepada pengirim jika
terdapat perbedaan kuantitas actual
receipt dengan angka B/L melebihi
batas toleransi.
Ship to Ship transfer (STS) adalah
suatu kegitan pengalihan muatan dari
kapal pengangkut ke kapal floating
storage atau kegiatan pengalihan
muatan dari kapal floating storage ke
kapal pengangkut lainnya.
Ships Figure after loading (SFAL)
adalah kuantitas bahan bakar minyak
Page | 4

Jurnal Power Tech

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

berdasarkan perhitungan di atas kapal


setelah pemuatan.
Ships Figure before discharge (SFBD)
adalah kuantitas bahan bakar minyak
berdasarkan perhitungan di atas kapal
sebelum bongkar.
Ships Figure after Discharge (SFAD)
adalah kuantitas bahan bakar minyak
berdasarkan perhitungan di atas kapal
sesudah bongkar.
Working loss atau rugi kerja adalah
selisih kurang kuantitas BBM karena
kegiatan penyaluran.
R1 atau ruigi pemuatan adalah selisih
kurang antara angka B/L dengan
angka kapal setelah muat (Ships
Figure after loading) di pelabuhan
muat.
R2 atau rugi transportasi, adalah selisih
kurang antara angka kapal sesudah
muat (Ships Figure after loading)
dengan angka kapal sebelum bongkar
(Ships figures before discharge).
R3 atau rugi pembongkaran adalah
selisih kurang antara kapal (Ships
figure before Discharge) dengan angka
penerimaan aktual di tangki darat
(Actual Receipt).
R4 atau rugi penerimaan adalah selisih
kurang antara angka B/L dengan angka
penerimaan di tangki darat (actual
receipt).
Tank Ticket adalah dokumen yang
menyatakan
hasil
pengukuran
ketinggian cairan BBM, air bebas dan
suhu cairan di dalam tangki.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT
PENELITIAN
A. Tujuan
Dengan memanfaatkan Digital Video
Recorder (DVR) pengawasan losses
dan penekanan biaya operasional
Depot Kotabaru dapat ditingkatkan
dengan tingkat biaya operasional yang
rendah.
B. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk
sumbangan pemikiran dari penulis demi
kemajuan Perusahaan di masa yang akan
datang dan bagi penulis sekaligus dapat
dijadikan sebagai sarana pengembangan
diri.
BAB IV. PEMBAHASAN PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP
Dalam penelitian ini, kami sengaja
membatasi ruang lingkup masalah yang
terdiri dari kegiatan pengawasan dan
penekanan biaya operasional di PT.
Pertamina
Unit Pemasaran VI Depot
Kotabaru.
B. SEKILAS DEPOT KOTABARU
1. Letak Geografis
Depot Kotabaru diresmikan oleh
Direktur Utama Pertamina Bapak Faisal
Abdaoe pada tanggal 28 Juni 1990.
Terletak di jalan Pertamina Km. 4
Brigdjen H. Hasan Basri RT.8 RW. II di
desa Semayap, Kecamatan Pulau Laut
Utara, Kabupaten Kotabaru, Propinsi
Kalimantan Selatan atau tepatnya di pantai
Page | 5

Jurnal Power Tech


utara Pulau Laut, didirikan di atas tanah
seluas 60.000 m. Sebagaimana diketahui
bahwa fungsi utama dari Depot Kotabaru
adalah
untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Kabupaten Kotabaru dan Tanah
Bumbu, juga merupakan Supply Point bagi
Depot-Depot
di
Wilayah
Propinsi
Kalimantan Tengah, dan dalam kondisi
tertentu juga membantu memenuhi
kebutuhan Depot Banjarmasin dengan
sarana transportasi darat dan laut
menggunakan Tanker jenis small & Barges
( Kapasitas 1500 sampai dengan 3000
DWT ).
Depot Kotabaru di suplai dari PT
Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V
Balikpapan, menggunakan tanker kapasitas
5000 DWT atau jenis small II, dan
bahkan saat ini telah selesai dibangun/
ditingkatkan fasilitas Dermaga I yang
mampu untuk disandari tanker dengan
kapasitas 15.000 DWT. Ada 20 (dua
puluh) Kecamatan yang tersebar di daratan
pulau Kalimantan maupun pulau-pulau di
sekitar Kalimantan Selatan, yang meliputi :
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

Kabupaten Kotabaru, terdiri dari :


Kecamatan Pulau Laut Utara
Kecamatan Pulau Laut Barat
Kecamatan Pulau Laut Timur
Kecamatan Pulau Laut Selatan
Kecamatan Pulau Sembilan
Kecamatan Pulau Sebuku
Kecamatan Pamukan Utara
Kecamatan Pamukan Selatan
Kecamatan Sampanahan
Kecamatan Kelumpang Utara

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
11)
12)
13)
14)
15)
b.
1)
2)
3)
4)
5)

Kecamatan Kelumpang Tengah


Kecamatan Kelumpang Selatan
Kecamatan Hampang
Kecamatan Sungai Loban
Kecamatan Sungai Durian
Kabupaten Tanah Bumbu, terdiri
dari :
Kecamatan Batu Licin
Kecamatan Pagatan
Kecamatan Kusan Hulu
Kecamatan Kusan Hilir
Kecamatan Sungai Danau

C. PERMASALAHAN DEPOT
KOTABARU
1. SIMBER DAYA MANUSIA
Peran utama Depot Kotabaru, tidak
lain adalah melaksanakan kegiatan
penerimaan, penimbunan dan penyaluran
BBM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat diwilayah Kabupaten Kotabaru dan
Batulicin, serta membekali 3 ( Tiga ) Depot
wilayah operasional Fungsi Suplai &
Distribusi UPms VI seperti : Depot Sampit,
Depot Pangkalan Bun dan Depot Pulang
Pisau. Dalam kondisi emergency juga
mensuplai Depot Banjarmasin.
Kegiatan yang dilaksanakan Depot
Kotabaru adalah meliputi kegiatan sebagai
berikut :
a. Penerimaan
BBM
dari
Kilang
Balikpapan (Tanker Discharge di Jetty I).
b. Penyaluran BBM via laut ( Back Loading
& Bunker Service di Jetty I dan II ).
c. Penyaluran BBM via darat (Pengisian
M.Tanki & penyaluran melalui Pipa ke
PLN ).
Page | 6

Jurnal Power Tech


d. Optimalisasi pemanfaatan sarfas & SDM
dan pengamanan Asset .
Untuk dapat melaksanakan kegiatan
pendistribusian BBM secara aman, lancar
dan terkendali, Depot Kotabaru hanya
mengandalkan/ mengoptimalkan sarfas &
kemampuan SDM yang sangat terbatas,
baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya
yang cukup jauh dari harapan atas jumlah
idealnya SDM yang mengoperasikan
Seafed Depot sekelas Depot Kotabaru yang
hanya dilaksanakan oleh 14 Pekerja, yang
idealnya 24 Orang.
Dengan jumlah SDM yang terbatas
inilah maka munculah satu pemikiran untuk
menambah kekurangan SDM melalui
pemanfaatan sebuah peralatan elektronik
berupa Digital Video Recorder yang
dipasang pada Filling shed, Gate Keeper,
di Jetty I & Jetty II dengan maksud untuk
lebih memudahkan pengawasan atas
seluruh kegiatan operasional Penerimaan &
Penyaluran BBM melalui Laut dan darat,
sekaligus untuk memberikan kesempatan
pada Pekerja agar dapat beristirahat yang
cukup sesuai dengan jam kerjanya, tanpa
harus kerja lembur.
Optimalisasi pemanfaatan Sumber
Daya Manusia di Depot Kotabaru menjadi
target dan prioritas utama yang terus
dilakukan, karena disadari bahwa kondisi
Pertamina sedang pada posisi sulit,
sehingga kecil kemungkinannya untuk
dapat memperoleh tambahan Pekerja sesuai
kebutuhan riil.
Terbatasnya jumlah SDM, serta adanya
tuntutan
Perusahaan
agar
kegiatan
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
penerimaan, penimbunan dan penyaluran
BBM di Depot Kotabaru tetap berjalan
aman & lancar tanpa hambatan, maka
diperlukan langkah tindakan konkrit
dengan cara memotivasi SDM, antara lain :
a. Memberikan
kesempatan
untuk
mengikuti pelatihan.
b. Memberi penghargaan ( Reward ) bila
dapat menekan kerugian paling rendah/
dibawah target Unit Pemasaran VI.
c. Mengadakan rotasi jabatan intern, untuk
menambah pengetahuan dan wawasan
kerja, serta menghilangkan kejenuhan
atau munculnya pikiran-pikiran negatif
yang
mengakibatkan
kerugian
Perusahaan.
2. UPAH LEMBUR
Padatnya kegiatan operasional dan
terbatasnya jumlah Man Power di Depot
Kotabaru mengakibatkan banyak Pekerja
yang harus melaksanakan kerja lembur/
tugas rangkap, karena pekerjaan tersebut
tidak mungkin dapat ditunda dan mutlak
harus dilaksanakan pada saat itu,
khususnya untuk tugas-tugas Tanker
Loading & Discharge dan tugas
pengamanan Perusahaan yang mutlak
keberadaannya :
a. PPP BBM
Jumlah Pekerja shift pada bagian PPP
BBM yang ditempatkan di Jetty I untuk
menangani kegiatan tanker discharge,
Jetty II menangani tanker loading &
bunker service , dan pelayanan BBM
via Mobil Tanki hanya 4 orang, 1
Pekerja melaksanakan pengisian mobil
Page | 7

Jurnal Power Tech


tanki, dan 3 pekerja melaksanakan
kegiatan tanker loading/ bunker dan
discharge untuk 3 shift yang terdiri dari :

1) Petugas Pengisian Mobil Tanki jumlah


personil 1 Orang, idealnya 2 Orang
(tanpa shift )
2) Petugas Gate Keeper jumlah personil
nihil, Idealnya 2 Orang
3) Kegiatan penyaluran BBM via laut ,
bunker service dan loading tanker/ LCT
untuk membekali Depot Sampit,
Pangkalan Bun dan Pulang Pisau di
Jetty II jumlah personil
yang
menangani hanya 1 orang, seharusnya
minimal 4 orang untuk 3 shift
4) Kegiatan tanker discharge di Jetty I
dengan jumlah personil 1 orang,
seharusnya 4 orang untuk 3 shift, sama
seperti di Jetty II.
3. SARANA DAN FASILITAS
Terjadinya losses tidak terlepas dari
sarana fasilitas yang dipakai, meskipun
secara umum kondisi fasilitas harus laik
pakai.
Ada beberapa sarfas yang apabila
dilihat dari segi umur ekonominya sudah
harus diganti, namun kenyataannya tetap
dipakai, sehingga bila terjadi kebocoran
pada
waktu
penerimaan
ataupun
penimbunan akan mengakibatkan kerugian
yang cukup besar.
Kerugian yang ditimbulkan dari
kebocoran tangki timbun ataupun pipa
cukup besar pengaruhnya kepada rugi
kerja, karena bila terjadi kebocoran volume
minyak yang terbuang tidak akan dapat
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
diselamatkan secara keseluruhan dan belum
lagi rawan terhadap bahaya kebakaran.
Selain sarana & fasilitas yang telah
ada/ standard, kiranya diperlukan sarfas
penunjang
seperti
Digital
Video
Recorder yang sangat besar pengaruhnya
dalam membantu pengawasan losses di
Depot Kotabaru.
4. POLA DISTRIBUSI BBM
Bahan Bakar Minyak yang diterima Depot
Kotabaru dapat dibagi atas :
a. Kilang Balikpapan.
b. Ship To Ships Transfer (kondisi
emergency )
Memperhatikan Pola Suplai BBM
Depot Kotabaru dengan sarana angkutannya tidak dapat terlepas dari kerugian yang
ditimbulkan.
Depot - Depot yang di suplai oleh Depot
Kotabaru :
a. Depot Sampit : Disuplai dengan Tanker/
Tongkang.
b. Depot Pangkalan Bun : Disuplai dengan
Tanker/ Tongkang
c. Depot Pulang Pisau : Disuplai dengan
Tongkang.
Dengan menggambarkan pola suplai
diatas dapatlah diketahui losses yang
ditimbulkan dari sarana angkutan tanker/
tongkang pada waktu penerimaan, sehingga
dapat dibandingkan dengan penerimaan
yang sebenarnya ditangki darat.
Untuk
mengetahui
sebab-sebab
timbulnya losses yang diangkut dengan
tanker / tongkang ada baiknya kita telusuri

Page | 8

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

dengan mengetahui
distribusi diatas.

pola

suplai

dan

5. STRUKTUR ORGANISASI DAN


JUMLAH MAN POWER
Hal aman : 11

STRUKTUR JABATAN
DEPOT KOTABARU SUPLAI DAN DISTRIBUSI
UNIT PEMASARAN VI BALIKPAPAN
DIREKTORAT PEMASARAN DAN NIAGA

Lampiran Surat Keputusan


Nomor : Kpts/F00000/2005-S0
Tan ggal :
2005

Manajer Suplai & Distribusi

A.Halidi - 9
Pw s . PPP

05

Akhmad Halidi

09

H.Busran - 9
08

Pw s .Pml & LK3

07
4

04

SIwi Nugroho

Margono - 9
Pw s. Adm. Penjualan
& Umum

Effansyah - 9
Pw s. Adm Keuangan
3

Juru Ops
Pml & LK3

09

09
3

09

Dan Sek

Ast .Adm. Penjualan


& Umu m

Gate Keeper

09

09

Pen jaga

Ast. Adm.Keu
1

Vacant
Juru Pener imaan
& Pe nimbunan

Paiman - 10

07

08

Ch airullah - 10

Sumardion o - 10
Pnt. Pener ima an
& Pe nimbunan

Ka. Dep ot Kotabaru

09

Agus S - 10

TKPP 7 orang

Vacant 3orang
Vacant

08

Pnt. Penyaluran

M.Saleh - 10

Juru Penyaluran

Pnt. Marin e

09
3

Rus lan i 1 0
Nas rud din L 10
Vacant

07

Marz uki 8

NOTE :
VACANT = 7 ORANG

09

Juru Operasi Marine

A.Hidayat 10
Vacant

Menyetujui
Direktur
Pemasaran dan Niaga

GAMBAR 3.1
STRUKTUR ORGANISASI DAN JUMLAH
MAN POWER

6. JENIS & SUMBER LOSSES


Didalam suatu industri Perminyakan
Loss Control selalu mendapat perhati-an
sungguh-sungguh karena BBM sangat peka
terhadap unsur-unsur yang merugikan.
Pengawasan atas kerugian merupakan
bahan penting untuk dipelajari dan
dikembangkan, karena dengan perbaikanperbaikan yang memakan biaya tidak
sedikit
diharapkan dapat diperoleh
penghematan yang lebih besar.
Kerugian-kerugian yang sering timbul
di Depot Kotabaru pada umumnya selama
dalam pemuatan dan pembongkaran tanker
dapat dihindari sepanjang rutin dalam
melakukan tindakan pengawasan.
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Sebagian Produk yang penguapannya


tidak seberapa besar, namun menurut
pengalaman sering pula mengalami
kerugian yang disebabkan kesalahan
pengukuran, menghitung, kesilapan dalam
administrasi, minyak tumpah ataupun
adanya
tindakan
penyimpangan/
pencurian.
Suatu analisa dari faktor-faktor yang
menimbulkan kerugian memerlukan data
dan perincian yang cermat dari kerugian itu
sendiri untuk dapat diambil kesimpulan dan
pencegahannya.
Adapun penyebab timbulnya losses BBM
adalah sebagai berikut :
a. Penguapan
b. Pernafasan
c. Pengangkutan dengan Tanker/ Tongkang
d. Kesalahan ukur & perhitungan
e. Perubahan suhu
f. Kontaminasi
g. Tindakan penyimpangan/ pencurian.
7. RUGI PENGUAPAN
Ruang kosong (ullage)dari suatu tanki
bensin misalnya selalu terisi oleh gas yang
terdiri dari campuran uap minyak/ udara.
Jumlah minyak akan menguap keruang
kosong tersebut akan bercampur dengan
udara yang ada disana, tergantung dari
panasnya suhu dipermukaan minyak,
tekanan gas pada suhu tersebut dan jumlah
tekanan diruang kosong tergantung pada
banyaknya udara yang masuk ke dalamnya.
Meningkatnya suhu dalam tangki akan
mempengaruhi pada tingginya tekanan gas
dan semakin cepat proses penguapan.
Page | 9

Jurnal Power Tech


a. Pengeluaran minyak dari suatu tanki
akan mendapat tekanan dari bawah
didalam ruang kosong (tekanan kurang
dari atmosfir diluar tangki) sehingga
udara segar akan tersedot masuk ke
dalam tangki. Makin rendah flow rate
pengeluaran makin banyak udara yang
masuk, dan dengan masuknya udara
segar membuat campuran gas yang ada
didalam ullage dan yang telah jenuh
menjadi tidak jenuh lagi, sehingga
minyak di dalam tangki menguap sampai
campuran gas jenuh kembali.
b. Selain karena kemasukan udara segar
penurunan suhu didalam tangki juga
menimbulkan penyusutan
c. Bila suhu meningkat didalam tangki akan
terjadi penguapan (te-kanan didalam
ruang kosong lebih tinggi dari atmosfir
diluar tangki) sehingga sebagian dari
campuran gas yang ada didalam minyak
akan mengalir keluar.
8. RUGI PERNAFASAN
Kerugian yang diakibatkan oleh
pernafasan sebenarnya prosesnya sama
dengan rugi akibat penguapan dan hal ini
terjadi disebabkan :
a. Suhu yang panas diluar tangki terutama
pada campuran gas di-dalam ruang
kosong akan memuai dan mendorong
keluar serta pada malam hari suhu
menjadi dingin sehingga udara segar
masuk kedalam ruang kosong dan
bercampur dengan uap minyak, bila
siang hari sinar matahari menjadi panas

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
yang akan keluar karena mendapat
tekanan dari bawah.
b. Oleh karena perubahan suhu setiap hari
sebagai akibat adanya siang dan malam,
andaikata dengan adanya P.V.Valve
akan berna-fas seirama dengan naik/
turunnya suhu.
Dari uraian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa besar/ kecilnya rugi
penguapan ditentukan oleh :
a) Kapasitas tangki itu sendiri atau besar
kecilnya ullage.
b) Type dan ukuran tangki serta luas
permukaan minyak.
c) Lamanya produk didalam tangki.
d) Jumlah minyak yang dipompakan
kedalam atau keluar tangki dan flow
rate pemompaan.
e) Cuaca diluar tangki akan berpengaruh
pada proses penguapan.
9. RUGI KARENA PENGANGKUTAN
Adanya sisa minyak didalam tangki
kapal, setelah pembongkaran serta adanya
kebocoran pada pipa, slang bongkar dapat
menimbulkan kerugian pada waktu
penerimaan.
Kebocoran-kebocoran pada peralatanperalatan didarat seperti pipa, tanki timbun
bila tidak cepat ditanggulangi dapat
menimbulkan kerugian yang cukup besar.
10 KERUGIAN KARENA SALAH
UKUR & PERHITUNGAN
Kesalahan pengukuran dan perhitungan
didalam tangki pada hakekatnya tidaklah
ada minyak yang hilang, akan tetapi
Page | 10

Jurnal Power Tech


kesalahan tersebut menimbulkan kerugian
secara administrasi.
Pemakaian alat-alat ukur, yang tidak
standard, kalibrasi tangki yang tidak akurat
lagi akan menimbulkan kesalahan didalam
pengukuran
dan
perhitungan
yang
berakibat pada kerugian. Tera meter arus
yang tidak akurat dapat menimbulkan
kelebihan dalam penyerahan.
11. KERUGIAN DIAKIBATKAN
PERUBAHAN SUHU
Dalam
administrasi
pembukuan
persedian, penerimaan dan penye-rahan
dipertanggung jawabkan dalam volume
tanpa mempertimbang-kan density dan
suhu meskipun volume sebenarnya
dipengaruhi oleh suhu, sehingga bila pada
waktu penerimaan suhu dalam keadaan
rendah akan mengakibatkan kerugian
administratif.
Untuk perbandingan selisih pada volume
karena
perubahan
suhu
digunakan
perhitungan minyak kedalam satuan vol.
standard liter 15C atau Berrel 60F.
12. RUGI PENURUNAN MUTU
KARENA KONTAMINASI
Bila terjadi kontaminasi pada waktu
penerimaan BBM dari tanker karena
kesalahan mengoperasi atau ketidak
ketatnya pengawasan didalam mutu
sehingga produk yang diterima dari tanker
tercampur dengan produk yang ada dalam
tanki timbun.
Akibat kontaminasi, produk yang ada
didalam tangki harus diblending dan
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
mutunya diturunkan dengan nilai lebih
murah dari sudut harga sehingga
merupakan kerugian, namun ada juga
produk yang dinaikkan mutunya.
Kerugian akibat kontaminasi pada
waktu penerimaan harus dihindari karena
menimbulkan kerugian yang cukup besar.
13. TINDAKAN PENYIMPANGAN/
PENCURIAN.
Tindakan penyimpangan/ pencurian
seringkali dilakukan oleh para pelaksana
dilapangan, khususnya pada saat tidak ada
kegiatan loading maupun discharge, hal ini
disebabkan karena kurang/ tidak adanya
pengawasan dari Petugas PPP BBM
maupun Petugas Sekuriti di Dermaga yang
jaraknya cukup jauh dari Pos Jaga Sekuriti.
Sebagai
upaya
meningkatkan
pengawasan,
serta
mencegah/
mempersempit
kemungkinan adanya
tindakan pencurian oleh Naban PPP, maka
dipasanglah peralatan
Digital Video
Recorder yang memiliki kemampuan
cukup handal dalam memonitor dan
merekam setiap kejadian diseputar fasilitas
loading & discharge BBM pada Jetty I &
II, serta di bangsal Pengisian Mobil Tanki
selama 24 Jam setiap harinya.
14. BATAS TOLERANSI KERUGIAN
Dari uraian diatas, maka jenis kerugian
dapat diklasifikasikan dalam batas toleransi
sebagai berikut :
a. Tanker

Tolerable Loss
(Barrel 60F)
Loading loss / gain
0,50%
Transport loss / gain 0,20%

Target Loss
(Barrel 60F)
0,20%
0,10%

Page | 11

Jurnal Power Tech


Discharge loss / gain
Supply loss / gain

ISSN : 2302-3961
0,50%
0,50%

0,20%
0,40%

b. Penimbunan / Penyaluran
working loss / gain

0,40%

0,15%

Pemindahan dari satu tempat ketempat


lain dapat mengakibatkan perubahan
kuantitas yang menyebabkan terjadinya
kerugian
Jenis-jenis susut tersebut dikategorikan
sebagai berikut.
Susut angkutan air
Susut angkutan darat
Susut melalui pipa
Susut penyimpanan dan penanganan
Susut angkutan air adalah perbedaan
kuantitas bahan bakar minyak karena
kegiatan pemindahan dari suatu tempat
ketempat lain menggunakan alat angkutan
air (laut dan sungai).
Perhitungan susut tersebut dilakukan
pada beberapa titik; susut pemuatan (R1),
susut
transportasi
(R2),
susut
pembongkaran (R3) dan susut suplai (R4).
Batasan susut tersebut adalah sebagai
berikut :
c. R1 : yaitu perbedaan antara angka B/L
dengan angka kapal setelah muat (Ships
Figure After Loading) di pelabuhan
muat.
R1 = (SFAL B / L) x 100 %
B/ L

Batas toleransi yang diperkenankan


adalah sebesar 0,2 %.
d. R2 : yaitu perbedaan antara angka kapal
sesudah muat (Ships Figure After
Loading) dipelabuhan muat dengan
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

angka kapal sebelum bongkar (Ships


Figure Before Dischargerd) di pelabuhan
bongkar.
R2 = ( SFBD SFAL ) x 100 %
B/L

Batas toleransi yang diperkenan-kan


adalah sebesar 0,1 %
c. R3 : yaitu perbedaan antara angka kapal
(Ships Figure Before Discharged)
dengan angka penerimaan aktual di
tangki darat (Actual Receipt).
R3 = ( AR SFBD ) x 100 %
B/L

Batas Toleransi yang diperkenankan


sebesar 0,2 %.
e. R4 : yaitu perbedaan antara angka B/L
dengan angka aktual penerimaan di
pelabuhan bongkar (Actual Receipt /AR)
berdasarkan perhitungan tangki datar.
R4 = AR B / L x 100 %
B/L

Batas Toleransi yang diperkenankan


sebesar 0,4 %.
15. TYPE TANKER YANG
DIOPERASIKAN
Tanker yang sandar di Dermaga
khusus Depot Kotabaru ada berbagai jenis
Tanker
dan
disesuaikan
dengan
kemampuan dari masing-masing Dermaga
yang ada di Depot Kotabaru.
Jenis dan ukuran tanker yang
dioperasikan di Depot Kotabaru terdiri dari
tanker milik,dan tanker charter dengan type
( D.W.T ) sebagai berikut :
- Small Tanker I

: 1.250 - 3.500

Page | 12

Jurnal Power Tech


- Small Tanker II
- General Purpose I
- General Purpose II

ISSN : 2302-3961
: 3.500 - 6.500
: 6.500 - 10.000
: 10.000 - 17.000

Dengan mengetahui jenis tanker yang


akan beroprasi di Depot Kotabaru, maka
dapat dengan mudah mengarahkan posisi
bongkar bagi tanker yang bersangkutan
16. KERUGIAN PENERIMAAN EX
TANKER
Selisih kurang penerimaan (Supply
loss) = Loading loss + Transfort loss +
Dischard Loss atau Suplay loss = Actual
Receipt Bill of Lading.
Yang menjadi tanggung jawab Depot
adalah rugi bongkar (discharge loss)
sedangkan rugi pemuatan (loading loss),
transport loss merupakan tanggung jawab
masing-masing Direktorat Pengolahan Dan
Perkapalan Komunikasi & Kebendaraan,
bila tanker memuat dari Kilang, S.T.S dan
Import, sedangkan pemuatan dari Depot
yang menjadi Terminal Back loading,
loading loss dan discharge loss adalah
tanggung jawab Direktorat Pembekalan
Pemasaran Dalam Negeri.
Dalam pengawasan jika terjadi losses
melebihi batas toleransi 0,40 % di Depot
harus dilihat sebagai berikut :
a. Bila terjadi rugi bongkar melebihi batas
rugi bongkar melebihi batas toleransi
namun rugi penerimaan dibawah batas
toleransi maka dapat dikatakan hal ini
disebabkan
adanya
kesalaha
pengukuran.
b. Jika
suatu
tanker
melakukan
pembokaran lebih dari satu lokasi, dan
terjadi losses diatas toleransi diport
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

c.

d.

e.

f.

pertama namun diport lainnya terdapat


selisih lebih diatas batas toleransi, maka
total penerimaan dikedua port atau lebih
dibandingkan dengan bill of lading.
Dan bila terjadi supply loss diatas
toleransi agar diberikan penjelasan,
namu bila dibawah batas toleransi tidak
perlu diberikan penjelasan.
Apabila ada split cargo, diport pertama
terjadi selisih lebih diatas toleransi,
sedang diport lainnya terdapat selisih
kurang diatas batas toleransi, losses
yang terjadi tidak dapat dilihat perlokasi
penerimaan tetapi harus keseluruhan.
Pada umumnya kapal-kapal charter
masih ada yang belum mengukur
Density di pelabuhan bongkar tidak
dilaksanakan dan untuk perhitungan
dalam berat menggunakan Density 150C
Loading
port,
sehingga
hasik
perhitungan tidak akurat.Pengukuran
yang dilakukan hanya ullage dan suhu,
sedangkan density observed tidak
diukur dan menggunakan Density 150C
loading port untuk perhitungan berat,
sehingga keakurasiannya mendorong
terjadinya losses.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
1. Terjadinya losses yang melampaui
biatas toleransi pada tahun 2004, baik
discharge/ supply losses dari tanker
maupun working loss disebabkan oleh
adanya sarana fasilitas yang digunakan
kurang menunjang dan tidak modern.

Page | 13

Jurnal Power Tech


2. Losses BBM banyak dipengaruhi oleh
kondisi sarana fasilitas yang dipakai dan
tingkat pengetahuan serta ketrampilan
dari pelaksana dilapangan, serta teknik
Pengawasan yang berkesinambungan.
3. Adanya losses yang tinggi &
membengkaknya biaya operasional
upah lembur disebabkan kurangnya
jumlah personil yang menangani
kegiatan PPP BBM, PKK dan Tugas
pengamanan/
sekuriti
di
Depot
Kotabaru.
4. Untuk pencapaian pendistribusian bahan
bakar minyak tentu tidak terlepas pada
sarana fasilitas yang digunakan dalam
keadaan siap pakai.
5. Adanya tanker yang sudah termasuk
kelompok tua, dan beberapa tanker yang
dicharter belum mengikuti ketentuan
pengukuran arus minyak korporat serta
kalibrasinya yang kurang akurat, hal ini
mendorong seringnya terjadi losses
pada waktu penerimaan.
6. Seperti diketahui timbulnya losses
banyak dipegaruhi oleh penguapan,
tidak mengikuti ketentuan pengukuran
arus minyak kooporat, neggunakan
peralatan yang tidak standard, kondisi
alam, sumber daya manusia yang
kurang trampil, botom fluktuasi, dan
berbagai hal lainnya yang dapat
mempengaruhi.
B. SARAN-SARAN
1. Didalam pangawasan working loss
perlu dipertimbangkan batas toleransi
yang thruput skala besar dengan kecil,
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961

2.

3.

4.

5.

karena jumlah losses dalam volume liter


jauh lebih besar terjadi thruput besar.
Untuk mengetahui basarnya rugi
penguapan yang merupakan working
loss dapat menggunakan rumusan
seperti yang kami uraikan dalam
penulisan karya tulis.
Dalam penekan loss kerja harus
mendapat perhatian pada sarana fasilitas
yang digunakan, keterampilan dalam
pengukuran dan menghitung, alat
pengukuran yang dipakai apakah sudah
memenuhi standard atau belum.
Mengingat
faktor
cuaca
sering
mempengaruhi besarnya working loss,
maka disarankan juga agar menghitung
didalam berat sebagai pembanding.
Disarankan agar tidak sering melakukan
transfer inter tank , kecuali untuk tank
cleaning, atau tanki bocor karena
adanya inter tank transfer menimbulkan
losses yang besar.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Buku Panduan Suplai Dan Distribusi
BBM Tahun 1990
2. Buku Pengukuran Arus Minyak
Korporat
3. Loss Control Esso Oil Convervation
Manual 1962
4. Method Of Gaging Petroleum And
Petroleum Products
5. Manual Sampling Of Petroleum And
Petroleum Products
6. Oil Losses Dalam Tranport Dan
Penyimpanan

Page | 14

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

7. Static And Dynamic Measurement Of


Crude Oil And Peroleum Products
8. Tuntunan Teknis Pembongkaran Dan
Pneimbunan BBM Di TTP
9. Petunjuk Untuk Menekan Losses

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Page | 15

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

PENGARUH METODE PENGAJARAN MATA KULIAH


PRAKTIKUM INSTALASI LISTRIK TERHADAP BAKAT DAN
KETERAMPILAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK KOTABARU
Moethia Faridha, Feddy Wanditya S, Saiful Karim
Jurusan Teknik Listrik Polieknik Kotabaru
Jl. Raya Stagen Km. 9,5 Kotabaru. Kalimantan Selatan
Email : bariethia@gmail.com
ABSTRAK
Key word : The influence of method teaching
The target made by a standart that is to reach uniformity such as :measurement,
goods quality and form result of industry, how to away the drawing and activity.
In approximating that most in expert studetns cant electric, so if that electrics can be
used peacepul as possible, the condition even also have been determined in regulation.
The background above to Politechnics studetns of Kotabaru is specially for the item of
lacturing of electrics installation aim. So they have the talent knowledge of membership
about it all. In instalation can be quaranteed by security of it self in this case the
Politechnics studetns of electro technique majors. And peaceful for attached instalation,
but all depended how the study process can comprehend or can expalained by using varios
of learning theory.
Which is on reality do not all lectures have time which last for lifting a hand maximal
utilize to support process learn to teach the students, beside the economics problems the
technical problem of other that also hinder lectures to became good fasilitator.
This research ake place in technique majors instalation laboratory room of electro
Politechnics Kotabaru and use a quantitative device, as for research subject is to measure
influence of study method to talent ang skill of data colecting technique of studnt while use
interview and colecting the exist data in field.
From result of research concluding in general influence of method of piaget (x) given
by lecturer of include in high criterion comparing with method of behaviorisme ( y the
matter this means method (x) thend to more is caused by method (x) made students more
active in lecturing.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Page | 16

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

To result this observation, the researcher has suggestion about the influence of teaching
method with theory of piaget more has signification result. So the target of certifiable
lecturing can reach, and to extend the study must be need the method of of existence of
furthermore research both theory of piaget.
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemasangan instalasi listrik tidak dapat
dilakukan sembarangan. Jika tidak hati
hati dapat membawa akibat yang fatal, baik
bagi pemasang instalasi maupun bagi
pemakainya.
Pemasangan
instalasi
berbertujuan melindungi manusia dan
mengamankan barang dari bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh listrik, serta
menyediakan tenaga listrik yang aman dan
efisien.
Semakin rumitnya dan meningkatnya
jumlah dan jenis barang produksi yang
dihasilkan oleh suatu industri, maka
kehadiran standarisasi yang berdasarkan
peraturan yang ada merupakan suatu faktor
utama yang perlu diperhatikan.
Peraturan untuk instalasi listrik
terdapat pada buku Peraturan Umum
Instalasi Listrik 2000, yang disingkat PUIL
2000. Buku peraturan instalasi ini
diterbitkan
oleh
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), PUIL 2000
ini berlaku untuk semua instalasi listrik
arus kuat (Ayat 102.A1), kecuali instalasi
instalasi atau bagian bagian instalasi yang
disebut dalam Ayat 102.A2.
Dua organisasi international yang
bergerak dibidang standarisasi adalah
International
Electrotechnical

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Commission (IEC) untuk bidang teknik


listrik dan International Organization for
Standarization (ISO) untuk bidang
bidang lainnya.
Organisasi organisasi tersebut
menerbitkan publikasi publikasi yang
disebut standar atau norma.
Tujuan utama dibuat suatu standarisasi,
yaitu untuk mencapai keseragaman antara
lain :Ukuran, bentuk dan mutu barang
produksi hasil dari industri, cara
menggambar dan cara kerja.
Dapat diperkirakan bahwa kebanyakan
mahasiswa tidak ahli dibidang listrik.
Supaya listrik dapat digunakan dengan
seaman mungkin, maka syarat syaratnya
pun yang telah ditentukan dalam peraturan
sangat ketat.
1.1.1 Peraturan Umum Instalasi Listrik
(PUIL 2000). Merupakan peraturan
yang mengatur semua tentang
instalasi.
1.1.2 Undang undang keselamatan kerja
yang ditetapkan dalam Undang
undang No1 tahun 1970.
1.1.3 Peraturan bangunan nasional.
1.1.4 Peraturan pemerintah RI No 18 tahun
1972 tentang PLN.
1.1.5 Peraturan peraturan lain mengenai
kelistrikkan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan PUIL 2000.

Page | 17

Jurnal Power Tech


Dengan latar belakang di atas bagi
mahasiswa Politeknik Kotabaru khususnya
untuk materi perkuliahan Instalasi Listrik
bertujuan agar mereka memiliki bakat dan
bekal pengetahuan keahlian tentang itu
semua, sehingga dalam pemasangan
instalasi listrik dapat dijamin keaamanan
bagi si pemasang itu sendiri dalam hal ini
merupakan mahasiswa Politeknik Kotabaru
Jurusan Teknik Elektro, dan aman untuk
instalasi yang dipasang. Tetapi semua itu
juga
tergantung
bagaimana
proses
pembelajaran
dapat
dipahami
atau
dijelaskan dengan menggunakan berbagai
teori belajar.
Yang pada kenyataannya tidak semua
Dosen memiliki waktu yang cukup untuk
memberi
bantuan
maksimal
guna
mendukung proses belajar mengajar
mahasiswa. Selain masalah ekonomi,
masalah teknis yang lain juga menghalangi
Dosen untuk menjadi fasilitator yang baik.
1.2 RUMUSAN MASALAH :
Berdasarkan latar belakang diatas
permasalahannya dapat dirumuskan :
1.2.1 Apakah dalam penyampaian metode
perkuliahan dengan memberikan teori
BEHAVIORISME (tingkah laku)
berpengaruh terhadap bakat dan
keahlian mahasiswa Teknik Elektro
Politeknik Kotabaru pada mata kuliah
Instalasi Listrik?
1.2.2 Apakah dalam penyampaian metode
perkuliahan dengan memberikan teori
PERKEMBANGAN
PIAGET

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
berpengaruh terhadap bakat dan
keahlian mahasiswa Teknik Elektro
Politeknik Kotabaru pada mata kuliah
Instalasi Listrik?
1.2.3 Variabel / metode mana yang paling
dominan pegaruhnya terhadap bakat /
keahlian mahasiswa Teknik Elektro
Politeknik Kotabaru pada mata kuliah
Instalasi Listrik ?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
1.3.1 TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk mengetahui dan menganalisa
pengaruh

pengaruh
metode
perkuliahan dengan memberikan teori
BEHAVIORISME
(tingkah
laku)
terhadap bakat / keahlian mahasiswa
Teknik Elektro Politeknik Kotabaru
pada mata kuliah Instalasi Listrik ?
b. Untuk mengetahui dan menganalisa
pengaruh

pengaruh
metode
perkuliahan dengan memberikan teori
PERKEMBANGAN PIAGET terhadap
bakat / keahlian mahasiswa Teknik
Elektro Politeknik Kotabaru pada mata
kuliah Instalasi Listrik ?
c. Untuk mengetahui variabel yang mana
paling berpengaruh terhadap bakat dan
keterampilan mahasiswa pada mata
kuliah instalasi listrik.
1.3.2 MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi mahasiswa Teknik Elektro
Politeknik Kotabaru merasa lebih puas
memiliki bakat dan peningkatan
keterampilan ainstalasi listrik dengan

Page | 18

Jurnal Power Tech


metode pembelajaran yang baik dan
andal.
b. Bagi unsur masyarakat / pelanggan yang
instalasinya dipasang oleh mahasiswa
Teknik Elektro Politeknik Kotabaru
merasa puas dan merasa aman dengan
hasil kerja pemasangan instalasi
mahasiswa.
c. Bagi
peneliti
sebagai
wahana
mengembangkan kemampuan meneliti.
2. TINJAUAN PUSTAKA
(Paulina Pannen & Purwanto). Yang
biasanya terjadi dalam perkuliahan adalah
Dosen memberikan atau menyajikan materi
kepada mahasiswa untuk memahami materi
yang disajikan dan jika mungkin untuk
menerapkan materi tersbut pada masalah
masalah nyata dalam kehidupan sehari
hari mahasiswa. Dalam perkuliahan seperti
ini, Dosen berfungsi sebagai sumber
informasi dan ilmu pengetahuan. Namun
dalam era globalisasi sekarang ini
informasi tunggal tidak memungkinkan
lagi. Dalam situasi seperti itu Dosen dapat
membantu
mahasiswa
belajar
agar
memahami
dan
dapat
menerapkan
pengetahuan yang disajikan, dan Dosen
sebagai fasilitator. Peran Dosen sebagai
fasilitator ini sangat penting.
(Di dalam buku pekerti-AA) dijelaskan mengenai deskripsi singkat mengenai
metode pengajaran menggunakan teori
Behaviorisme (tingkah laku). Menurut teori
ini, belajar adalah perubahan tingkah laku.
Sesorang dianggap telah belajar sesuatu

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
bila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Menurut teori ini yang
terpenting adalah masukan/input yang
berupa stimulus dan keluaran/output yang
berupa respons.
Sedangkan apa yang terjadi diantara
stimulus dan respons dianggap tak penting
diperhatikan sebab tidak bisa diamati
hanyalah stimulus dan respons. Faktor lain
yang juga penting adalah faktor penguatan
(reinforcement). Penguatan adalah apa saja
yang dapat memperkuat timbulnya respons.
Bila penguatan ditambahkan (disebut
positive reinforcement) maka respons akan
semakin kuat. Begitu pun bila penguatan
dikurangi (disebut negative reinforcement),
respons pun akan tetap dikuatkan. Asumsi
pokoknya, bahwa semua hasil belajar yang
berupa perubahan tingkah laku yang dapat
diamati,
juga
dianggap
terlalu
menyederhanakan masalah belajar yang
sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar
dapat diamati dan diukur, paling tidak
dalam tempo seketika.
Seperti teori teori belajar yang lain,
teori Behaviorisme pun dalam aplikasinya
tergantung beberapa hal seperti sifat materi,
karakteristik mahasiswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Namun secara umum, aplikasi teori
Behaviorisme biasanya meliputi beberapa
langkah.
(Di dalam buku pekerti-AA) juga
disebutkan untuk teori Piaget ini pun dalam
aplikasi praktisnya sangat mementingkan
keterlibatan mahasiswa secara aktif dalam

Page | 19

Jurnal Power Tech


proses perkuliahan. Menurut teori piaget,
hanya dengan mengaktifkan mahasiswa,
maka
proses
asimilasi/
akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi
dengan baik.
Teori piaget menyebutkan proses
belajar terjadi menurut pola tahap tahap
perkembangan tertentu sesuai umur
mahasiswa.
Proses belajar terjadi beberapa tahap
tahap : 1) asimilasi yaitu proses
penyesuaian pengetahuan baru dengan
struktur kognitif mahasiswa 2) akomodasi
yaitu proses penyesuaian struktur kognitif
mahasiswa dengan pengetahuan baru 3)
equilibrasi yaitu proses penyeimbangan
mental setelah terjadi proses asilmilasi/
akomodasi.
Contoh asimilasi dan akomodasi
adalah seperti berikut. Misalnya seorang
mahasiswa telah memiliki pengetahuan
tentang sesuatu misal cara memasang
instalasi, kemudian dosen memberi
pelajaran tentang cara memasang instalasi
menurut aturan yang berlaku, maka proses
penyesuaian
materi
baru
terhadap
pengetahuan yang sudah dimiliki si
mahasiswa itulah yang disebut asimilasi.
Jika proses ini dibalik, yakni pengetahuan
si mahasiswa disesuaikan dengan materi
baru maka proses ini disebut sebagai
akomodasi.
Selama proses asimilasi dan akomodasi
terjadi, diyakini adanya perubahan struktur
kognitif dalam benak mahasiswa. Proses
perubahan ini suatu saat harus berhenti

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
untuk mencapai saat berhenti inilah
dibutuhkan
proses
equilibrasi
/
penyeimbangan. Jika proses equilibrasi ini
berhasil dengan baik, maka terbentuklah
suatu struktur kognitif yang baru dalam diri
si mahasiswa yakni penyatuan yang
harmonis antara pengetahuan lama dan
pengetahuan baru.
Seperti teori Bruner dan Ausubel, teori
piaget ini pun dalam aplikasi praktisnya
sangat
mementingkan
keterlibatan
mahasiswa secara aktif dalam proses
belajar. Menurut teori piaget, hanya dengan
mengaktifkan mahasiswa, maka proses
asimilasi/ akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat erjadi dengan baik.
(Lembaga manajemen PPM) Proses
mengajar
merupakan
proses
yang
sistematis
untuk
memindahkan
(mentransfer) pengetahuan dari pengajar ke
mahasiswa. Karena itu dalam mengajar,
Pengajar harus menyusun proses yang
mengikuti prinsip prinsip perkuliahan
sehingga proses pemindahan ini berjalan
secara effektif.
(AA, Manajemen Mutu Terpadu)
Perguruan tinggi dapat pula dikatakan
sebagai satu institusi industri yang
menghasilkan berbagai jasa pendidikan.
Jasa yang dihasilkan oleh perguruan tinggi
dapat berupa kurikulum.
Kegiatan
pembelajaran
atau
perkuliahan, kegiatan ekstra kurikuler,
bimbingan penyuluhan, kegiatan tutorial,
paket belajar atau bahan ajar, proyek
penelitian, kegiatan pengabdian masyarakat

Page | 20

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

dan administrasi yang dapat diterima dan


dimanfaatkan
oleh
pengguna
jasa
pendidikan.
Pengguna jasa pendidikan tinggi
berdasarkan hubungan kepentingan dan
partisipasinya dapat diklasifikasi menjadi
pengguna pendidikan primer, sekunder dan
tertier. 1) Pengguna jasa pendidikan primer
adalah penerima dan pengguna langsung
jasa pendidikan tinggi, yang terdiri dari
mahasiswa yang secara langsung menerima
dan menggunakan jasa pendidikan tinggi
tersebut. 2) Pengguna jasa pendidikan
tinggi sekunder adalah pihak pihak yang
berkepentingan atas jasa pengguna jasa
pendidikan primer seperti orang tua,
mahasiswa,
pemerintah,
masyarakat,
lembaga dan lain lain. 3) Pengguna jasa
pendidikan tertier adalah pihak pihak
yang menerima dan mempergunakan
lulusan / keluaran pendidikan tinggi / dunia
kerja.
Masukan
( calon)
mahasisw
a

Proses
(mengikuti
Kegiatan
pembelajaran
)

Lulus
an
/
Kelua
ran

Masyara
kat

Gambar 2.1 Proses linear Dalam Industri Jasa


Pendidikan tinggi
(Setiady, Budi. 2007. Material Teknik Listrik)

Setiap orang yang berkecimpung


dalam lapangan keteknikkan, misal ahli
teknik listrik, seharusnya mempunyai
pengetahuan yang memadai mengenai
bahan bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan mereka. Bagi mereka memiliki
pengetahuan mengenai jenis jenis bahan
dan sifat sifat bahan adalah sangat perlu.
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Dengan pengetahuan tersebut mereka tahu


bagaimana memperlakukan bahan bahan
yang mereka pakai dengan sebaik
baiknya,
atau
memanfaatkan
dan
menghindari penggunaan yang berbahaya.
Mereka mengerti bahan apa yang harus
dipakai untuk suatu maksud tertentu, dapat
mencari alternatif bahan pengganti dan
sebagainya.
(Heru Subagyo Pengurus Pusat
AFEI) : Sebagai profesionalis di bidang
jasa konstruksi ketenagalistrikan, tentunya
kita mempunyai peran yang signifikan
dalam penyediaan dan pemanfaatan
ketenagalistrikan.
Sehingga
afdolnya
kita
harus
mengetahui
bagaimana
kondisi
ketenagalistrikan di Indonesia dan sebagai
mitra PLN, ikut juga membantu
mewujudkan ketenagalistrikan yang andal,
aman dan akrab lingkungan (3A).
Pemasangan instalasi terikat pada
peraturan peraturan yang bertujuan pada
aspek pengaman terhadap manusia, barang,
mahluk hidup lain dan terhadap lingkungan
yang bertitik berat pada keamanan. Aspek
pelayanan penyediaan tenaga listrik yang
aman, efisien dan terjaga kontinuitasnya.
Mengingat kedua hal diatas, maka
pemasangan instalasi harus ketat mengikuti
ketentuan yang berlaku (dalam PUIL atau
peraturan-peraturan terkait lain). Pada saat
ini berkembang bahwa konstruksi instalasi
dan kelengkapannya juga dilihat dari segi /
aspek estetika sebagai bahan hiasan serta

Page | 21

Jurnal Power Tech


kemudahan
dalam
operasionalnya
(misalnya : remote controlled contactor).
Perlengkapan instalasi harus dipasang
sedemikian
rupa
sehingga
tidak
membahayakan, harus tahan terhadap
kemungkinan kerusakan mekanis, termal,
kimiawi, biologis (jamur), dan kontaminasi
medan elektromagnetik.
(APEI, Materi pembekalan Kursus)
Tujuan Perancangan Instalasi listrik adalah
untuk keselamatan
manusia, makhluk
hidup dan keamanan harta benda,
berfungsinya instalasi listrik dengan baik
sesuai dengan maksud dan penggunaannya.
Pemasangan instalasi listrik tidak dapat
dilakukan sembarangan. Jika tidak hati
hati dapat membawa akibat yang fatal, baik
bagi pemasang instalasi maupun bagi
pemakainya. Peraturan peraturan ini
bertujuan melindungi manusia dan
mengamankan barang dari bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh listrik, sera
menyediakan tenaga listrik yang aman dan
efisien.
Pemasangan instalasi terikat pada
peraturan peraturan yang bertujuan pada
aspek pengaman terhadap manusia, barang,
mahluk hidup lain dan terhadap lingkungan
yang bertitik berat pada keamanan. Aspek
pelayanan penyediaan tenaga listrik yang
aman, efisien dan terjaga kontinuitasnya.
Mengingat kedua hal diatas, maka
pemasangan instalasi harus ketat mengikuti
ketentuan yang berlaku (dalam PUIL atau
peraturan-peraturan terkait lain). Pada saat
ini berkembang bahwa konstruksi instalasi

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
dan kelengkapannya juga dilihat dari segi /
aspek estetika sebagai bahan hiasan serta
kemudahan
dalam
operasionalnya
(misalnya : remote controlled contactor).
Perlengkapan instalasi harus dipasang
sedemikian
rupa
sehingga
tidak
membahayakan, harus tahan terhadap
kemungkinan kerusakan mekanis, termal,
kimiawi, biologis
(jamur),
dan
kontaminasi medan elektromagnetik.
Semakin rumitnya dan meningkatnya
jumlah dan jenis barang produksi yang
dihasilkan oleh suatu industri, maka
kehadiran standarisasi yang berdasarkan
peraturan yang ada merupakan sutu faktor
utama yang perlu diperhatikan.
Peraturan untuk instalasi listrik
terdapat pada buku Peraturan Umum
Instalasi Listrik 2000, yang disingkat PUIL
2000. Buku peraturan instalasi ini
diterbitkan
oleh
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), PUIL 2000
ini berlaku untuk semua instalasi listrik
arus kuat (Ayat 102.A1), kecuali instalasi
instalasi atau bagian bagian instalasi yang
disebut dalam Ayat 102.A2.
Dua organisasi international yang
bergerak dibidang standarisasi adalah
International
Electrotechnical
Commission (IEC) untuk bidang teknik
listrik dan International Organization for
Standarization (ISO) untuk bidang
bidang lainnya.
Organisasi organisasi tersebut
menerbitkan publikasi publikasi yang
disebut standar atau norma.

Page | 22

Jurnal Power Tech


Dapat diperkirakan bahwa kebanyakan
orang tidak ahli dibidang listrik. Supaya
dapat digunakan dengan seaman mungkin,
maka syarat syaratnya pun yang telah
ditentukan dalam peraturan sangat ketat.
2.1 Peraturan Umum Instalasi Listrik
(PUIL 2000). Merupakan peraturan
yang mengatur semua tentang instalasi.
2.2 Undang undang keselamatan kerja
yang ditetapkan dalam Undang
undang No1 tahun 1970.
2.3 Peraturan bangunan nasional.
2.4 Peraturan pemerintah RI No 18 tahun
1972 tentang PLN.
2.5 Peraturan peraturan lain mengenai
kelistrikkan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan PUIL 2000.
Dengan adanya standarisasi akan
mampu membatasi jumlah jenis bahan dan
barang, sehingga akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan.
Dengan tercapainya standarisasi, mesin
mesin dan alat alat dapat dipergunakan
secara lebih baik dan efisien, sehingga
dapat menurunkan harga pokok dan
meningkatkan mutu.
Pemasangan instalasi listrik terikat pada
peraturan peraturan yaitu : pengamanan
manusia dan barang, penyediaan tenaga
listrik yang aman dan efisien.
3. METODE PENELITIAN.
3.1. RANCANGAN PENELITIAN
Data penelitian ini diharapkan sesuai
dengan karakter variabel dan tujuan
penelitian ini. Untuk itulah para peneliti

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
membuat rancangan penelitian. Jadi
rancangan penelitian ini merupakan strategi
peneliti untuk mengatur jalannya penelitian
sehingga data yang didapatkan itu efektif.
Dan juga mencari jawaban atas
permasalahan yang ada, dimana untuk itu
para peneliti beranggapan betapa perlunya
metode penelitian yang sesuai.
Ditinjau dari masalah dan tujuannya,
maka penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk
mendeskripsikan kejadian kejadian, masa
lalu dan sekarang dengan melihat kaitan
antara variabel variabel yang ada.
Dengan demikian bentuk rancangan
penelitian ini adalah deskriptif regresi
sederhana
dengan
menggunakan
pendekatan kauntitatif, dan dipusatkan
untuk mengetahui besarnya hubungan
variabel variabel yang diteliti, maka
dalam penelitian ini variabel variabel
yang ada digolongkan menjadi dua yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini yang dijadikan
variabel bebas (X) adalah metode
pembelajaran, sedang variabel terikat (Y)
adalah
bakat
dan
keterampilan
mahasiswa.
Untuk mempermudah melihat kaitannya
antara variabel bebas dan variabel terikat,
maka para peneliti sajikan diagram blok
gambar 2.2.
3.2. POPULASI DAN SAMPEL
PENELITIAN
3.2.1. POPULASI PENELITIAN.

Page | 23

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

Populasi
penelitian
ini
adalah
mahasiswa semester III (tiga), V (lima),
dan mahasiswa yang sedang melaksanakan
tugas akhir. Untuk semester III (tiga)
a. SAMPEL PENELITIAN.
Untuk sampel penelitian ini sesuai
dengan
populasinya
diambil
dari
mahasiswa semester III (tiga) sebanyak 21
(dua puluh satu orang).
Dengan dibagi 2 kelompok perlakuan
masing masing kelompok terdiri dari 10
(sepuluh) orang dan 11 (sebelas) orang,
kelompok pertama diberikan metode
BEHAVIORISME (tingkah laku) dan
kelompok kedua diberikan metode
PERKEMBANGAN PIAGET.
Metode
pembelajaran (X)

Bakat dan keterampilan


mahasiswa

Variabelterikat

Variabel terikat

Gambar 2
Diagram blok variabel bebas dan variabel terikat

b. INSTRUMENT PENELITIAN
Guna mengukur variabel yang diteliti
maka digunakan suatu instrument. Jadi
in.strument ini digunakan peneliti sebagai
alat pengumpul data waktu mengadakan
penelitian. Agar instrumnet menghasilkan
data yang mengarah pada tujuan penelitian
ini maka instrument dibuat berdasarkan
variabel variabel yang ada, dan telah
dijabarkan menjadi indikator indikator.
Indikator indikator inilah yang akan
dijadikan
instrument
dengan
cara

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

mengembangkannya
menjadi
kalimat
pernyataan yang nantinya harus dijawab
mahasiswa.
Data yang ingin digali dalam penelitian
ini adalah data mengenai pengaruh metode
pengajaran mata kuliah praktikum instalasi
listrik terhadap bakat dan keterampilan
mahasiswa
jurusan
teknik
elektro
politeknik Kotabaru.
Dalam penelitian ini pemberian skornya
memakai skala likert. Bentuk skala likert
adalah sebagai berikut :
Sangat setuju
:
5
Setuju
:
4
Kadang kadang
:
3
Tidak Setuju
:
2
Sangat Tidak Setuju :
1
Peneliti kemudian menghendaki skala
likert tersebut diatas dimodifikasi dengan
alasan
menyesuaikan
dengan
item
pertanyaan
angket
yaitu
dengan
menggunakan gradasi skor 4 (empat)
sampai dengan 1 (satu).
Sering
: 4
Jarang
: 3
Pernah
: 2
Tidak pernah : 1
3.3 PENGUMPULAN DATA
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data kuantitatif sebab data yang
diperoleh berbentuk bilangan, dan dilihat
dari nilainya, maka termasuk jenis data
kontinu. Untuk mempermudah dalam

Page | 24

Jurnal Power Tech


menganalisisnya maka data diperoleh
dibuatkan skala interval. Jadi untuk
memperoleh
data
yang
digunakan
membuktikan ada tidaknya kaitan yang
signifikan antara metode pembelajaran
dengan bakat dan keterampilan mahasiswa.
b. Sumber Data
Mengenai sumber data penelitian ini
diperoleh melalui angket yang dijawab oleh
para mahasiswa jurusan teknik elektro.
c. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun metode pengambilan
data dibantu dengan menggunakan konsep
perkuliahan yang selanjutnya dari peneliti
akan menggunakan hasil mahasiswa
tersebut sesuai metode behaviorisme dan
perkembangan piaget. Dosen perlu
memperhatikan hal hal berikut :
3.3.2 Teori Behaviorisme :
a. Menentukan
tujuan
tujuan
instruksional.
b. Menganalisis lingkungan kelas yang ada
saat ini termasuk mengidentifikasi
entry
behavior
mahasiswa
(pengetahuan awal mahasiswa.
c. Menentukan materi praktik
Tahap konfirmasi : membuat tugastugas praktikum yang berhubungan
keberhasilan mencapai sasaran bakat
dan keterampilan, sesuaikan dengan
kecepatan mahasiswa menyelesaikan
tugas praktikum.
Tahap aplikasi : Buat latihan latihan
untuk
praktek
dengan
tujuan
mengembangkan
kemampuan

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
penerapan dan penguasaan materi
praktikum.
Sebaiknya
bersifat
mengembangkan
inisiatif
secara
bertahap sehingga perlu mengurangi
petunjuk dan pertimbangkan waktunya.
Tahap pengembangan materi : Tahap
Orientasi, Tahap Konsolidasi dan
Subyek Penelitian.
d. Memberikan stimulus berupa tes,
latihan dan tugas tugas
e. Mengamati dan mengkaji respons yang
diberikan
f. Memberikan penguatan / reinforcement
3.3.3 Teori Piaget
a. Menentukan
tujuan
tujuan
instruksional.
b. Menetukan materi praktik
Tahap konfirmasi : membuat tugastugas praktikum yang berhubungan
keberhasilan mencapai sasaran bakat
dan keterampilan, sesuaikan dengan
kecepatan mahasiswa menyelesaikan
tugas praktikum.
Tahap aplikasi : Buat latihan latihan
untuk
praktek
dengan
tujuan
mengembangkan
kemampuan
penerapan dan penguasaan materi
praktikum.
Sebaiknya
bersifat
mengembangkan
inisiatif
secara
bertahap sehingga perlu mengurangi
petunjuk dan pertimbangkan waktunya.
Tahap pengembangan materi : Tahap
Orientasi, Tahap Konsolidasi dan
Subyek Penelitian.

Page | 25

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

c. Menetukan topik topik yang mungkin


dipelajari secara aktif oleh mahasiswa
(dengan bimbingan dari dosen)
d. Menentukan dan merancang kegiatan
belajar yang cocok untuk topik topik
yang akan dipelajari mahasiswa
(kegiatan ini biasanya berbentuk
eksperimentasi,
problem
solving,
roleplay dan sebagainya).
e. Mempersiapkan berbagai pertanyaan
yang
dapat
memacu
kreatifitas
mahasiswa untuk berdiskusi atau
bertanya.
f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

3.5.1.Teknik Analisis Deskriptif


Adalah untuk mendeskripsikan masing
masing variabel yang diteliti.

3.5.2. Menentukan Persentase


Dengan memperhitungkan persentase
dapat diperoleh suatu gambaran kondisi
dari setiap sub variabel yang diteliti, teknik
ini digunakan untuk mengetahui jumlah
perbandingan skor masing masing
variabel.
Adapun
persamaan
yang
digunakan adalah :
100%

3.4. Jadwal Kegiatan


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11

Jenis Kegiatan
Penyusuanan
Proposal
Pembuatan Angket
dan
Penyebaran angket
Pengambilan data 1
Mengevaluasi data
Pengambilan data 2
Mengevaluasi data
Pengambilan data 3
Mengevaluasi data
Menganalisis
Penyusunana Laporan
Penelitian
Penggandaan,
penjilidan

III

IV

VI

VII

VIII

IX

XI

3.5. ANALISA
Adapun langkah langkah yang
digunakan untuk melaksanakan analisa data
sebagai berikut :

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden atau subyek
Dengan menggunakan persamaan ini
peneliti dapat menggunakan kualifikasi
persentase dan menarik kesimpulan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DESKRIPSI DATA
Pada bab ini akan dibahas hasil
penelitian tenatang pengaruh metode
pembelajaran praktek instalasi listrik
terhadap
bakat
dan
keterampilan
mahasiswa teknik elektro semester III (tiga)
Politeknik Kotabaru, yang sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian ini,
dimana telah dipaparkan pada bab
Page | 26

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

terdahulu bahwa penelitian ini berupa


deskripsi data.
Seluruh angket telah disebarkan
sebanyak 21 (dua puluh satu)dijawab
dengan baik dan semuanya kembali.
Menurut data yang masuk dapat
dijadikan masukan untuk peningkatan hasil
perkuliahan.
Berikut ini disajikan deskripsi data
secara berurutan mulai dari metode teori
piaget kemudian behaviorisme.
4.1.1 Teori piaget
a. Menentukan Jumlah Interval
Untuk mendeskripsikan masing
masing variabel yang diteliti.
Terdapat 15 item pertanyaan dengan 5
pilihan jawaban sehingga skor yang
tertinggi memungkinkan adalah 15 x 5 = 75
dan kemungkinan skor terendah adalah 15
x 1 = 15. Jadi jarak intervalnya adalah :

75 15
=
= 12
5
b. Menentukan Persentase
Untuk mengetahui jumlah perbandingan
skor masing masing variabel. Adapun
persamaan yang digunakan adalah :
100%
=

502
100% = 4,6%
11

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

4.1.2 Metode Behaviorisme


Tabel 5. 2
Tabulasi Jawaban Responden Variabel
No

Y Y Y

10

11

12

13

14

15

Tot
al

4 2 1

45

4 2 3

43

3 3 3

44

4 4 4

41

4 3 2

43

4 2 1

43

4 2 3

45

3 4 1

40

4 2 3

40

10

4 2 3

39

Metode Behaviorisme
a. Menentukan Jumlah Interval
Untuk mendeskripsikan masing
masing variabel yang diteliti.
Terdapat 15 item pertanyaan dengan 5
pilihan jawaban sehingga skor yang
tertinggi memungkinkan adalah 15 x 5 = 75
dan kemungkinan skor terendah adalah 15
x 1 = 15. Jadi jarak intervalnya adalah :

75 15
= 12
5

b. Menentukan Persentase
Untuk mengetahui jumlah perbandingan
skor masing masing variabel. Adapun
persamaan yang digunakan adalah :
100%

Page | 27

Jurnal Power Tech


=

423
100% = 4,23%
10

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan yang sesuai
dengan tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Secara umum pengaruh metode piaget
x) yang diberikan oleh dosen pengajar
termasuk
dalam
kriteria
tinggi
dibandingkan
dengan
metode
behaviorisme (y), hal ini berarti metode
(x) lebih baik digunakan dalm
pengajaran dibandingkan metode (y).
b. Kelompok yang diperlakukan Metode
(x) lebih cenderung lebih aktif
dibandingkan dengan kelompok Metode
(y), hal ini disebabkan metode (x)
mahasiswa di buat lebih aktif dalam
perkuliahan.
5.2. SARAN
Berdasarkan hasil dari penelitian ini
maka peneliti mempunyai saran sebagai
berikut :
5.2.1. Pengaruh metode pengajaran dengan
teori piaget lebih signifikan hasilnya,
sehingga kondisi yang seperti ini
harus
tetap
dijaga,
bahkan
ditingkatkan lagi. Sehingga tujuan
perkuliahan yang bermutu dapat
tercapai.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
5.2.2. Untuk memperluas kajian tentang
metode pembelajaran ini perlu
adanya penelitian yang lebih lanjut
tentang kedua teori terutama teori
piaget.
DAFTAR PUSTAKA
1. Setyadin, Bambang, 2005, Desain dan
Metode Penelitian Kuantitatif, Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Malang,
Malang.
2. Subagyo,
Heru.
2007.
Kondisi
Ketenagalistrikkan.
Asosiasi
Profesionalis Elektrikal Indonesia.
Jakarta
3. Suciati, 2001. Rekonstruksi Mata
Kuliah. Pusat Antar Universitas. Untuk
Peningkatan
dan
Pengembangan
Aktivitas
Instruksional
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
4. Suciati,
2001.
Konsep
Dasar
Pengembangan
Kurikulum. Untuk
Peningkatan
dan
Pengembangan
Aktivitas
Instruksional
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
5. Suciati, 2001. Alternative Assesment.
Untuk Peningkatan dan Pengembangan
Aktivitas
Instruksional
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
6. Suciati, 2001. Ragam Media Dalam
Pembelajaran. Untuk Peningkatan dan
Pengembangan Aktivitas Instruksional

Page | 28

Jurnal Power Tech


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen
Pendidikan
Nasional.
Jakarta
7. Suciati, 2001. Ringkasan Teori Belajar
dan Penerapannya. Untuk Peningkatan

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
dan
Pengembangan
Aktivitas
Instruksional
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.

Page | 29

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

ANALISA KETANGGUHAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA LOGAM


LAS HASIL PENGELASAN GMAW DENGAN METODE
PENGELASAN BERLAPIS PADA BAJA S45C
Ahmadil Amin
Jurusan Teknik Mesin Polieknik Kotabaru
Jl. Raya Stagen Km. 9,5 Kotabaru. Kalimantan Selatan
E-mail: ahmadil.poltek_ktb@yahoo.co.id
Abstract
Mechanical properties of welded joints is closely related to the microstructure formed
after the welding process. Heat input of multilayer Welding can affect the cooling rate and
micro-formed in the weld metal. By doing a re-heating via heat welding structural repairs
are expected to occur which cause the formation of fine crystal grains and can reduce
welding boundary embrittlement. Independent variable used is multilayer welding heat
input (4.26; 5.14; 6.23; 8.1) Kj / cm. Results showed that the low heat input produces a
low peak temperature with a lot of layers. Repeated heating in the weld metal allows the
formation of columnar structures and structures affected by heating again (reheat). The
decrease in the number of structures accicular ferrite (AF) in the weld metal led to lower
toughness prices and the price impact.
Keywords: Toughness, Microstructure, GMAW, Multilayer welding, S45C steel.
BAB I. PENDAHULUAN
Pengelasan adalah proses penyambungan
antara dua bagian logam atau lebih dengan
menggunakan energi panas, akibatnya
logam disekitar daerah las mengalami
perubahan struktur metalurgi, deformasi
dan tegangan termal. Untuk mengurangi
pengaruh tersebut, maka dalam proses
pengelasan perlu diperhatikan tentang
metode dan prosedur pengelasan yang
dilakukan.
Struktur mikro pada logam las yang
terbentuk pada saat transformasi fasa dari

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

austenit ke ferit dipengaruhi oleh banyak


faktor seperti komposisi kimia logam
pengisi (filler) dan logam induk, inklusi,
masukan panas, dan laju pendinginan. Jika
masukan
panas besar maka
laju
pendinginan proses pengelasan menjadi
lambat, akibatnya struktur yang terbentuk
didominasi oleh ferit batas butir yang
bersifat lunak. Sedangkan pada kecepatan
pendinginan yang tinggi, struktur akhir
yang terjadi mengarah pada pembentukan
martensit, sehingga jika ini terjadi jelas

Page | 30

Jurnal Power Tech


bahwa hasil pengelasan menjadi lebih keras
dan getas (Suharno. 2008).
Berbagai metode untuk memperbaiki
struktur logam las telah dilakukan para
peneliti terdahulu (Anang Setiawan dkk.
2006, Arianto Leman S. dkk. 2004,
Suharno. 2008, Cleiton C. Silva et all
2009), pada prinsipnya metode untuk
memperbaiki struktur logam las adalah
dengan pembatasan masukan panas.
Metode lain
dilakukan oleh peneliti
(Abdulkareem S. Aloraiera, et all) yaitu
dengan cara pemanasan kembali melalui
panas las. Melalui pengelasan lapis banyak
sebenarnya secara tidak langsung telah
dilakukan usaha penurunan penggetasan.
Dalam hal ini lapisan las yang ada di
bawah dipanaskan oleh lapisan diatasnya
sehingga dicapai temperatur di atas titik
transformasi Ac3 yang menyebabkan
terbentuknya butir-butir kristal yang halus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbaikan
yang
signifikan
pada
mikrostruktur,
ukuran
HAZ
dan
pengurangan kekerasan sebagai akibat dari
lapisan tumpang tindih temper bead.
Sambungan las yang akan digunakan
pada sambungan konstuksi baja seperti
jembatan dan bejana tekan, harus memiliki
persyaratan yang ketat diantaranya adalah
tegangan tarik dan ketangguhan harus
mempunyai nilai tinggi, minimal 27 joule
pada suhu -500C atau 100 Joule pada suhu
00C (Anang Setiawan dkk. 2006).
Persyaratan di atas dapat terpenuhi jika
struktur mikro logam las berupa Ferit
Accicular.
Ferit
Accicular
dapat

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
meningkatkan kekuatan tarik logam las
karena ukuran buatirannya kecil, sedangkan
ketangguhannya yang baik disebabkan
adanya struktur interlocking.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Las Listrik Gas Metal (Gas Metal Arc
Welding / GMAW)
Las listrik gas metal atau Gas Metal Arc
Welding (GMAW) adalah proses las listrik
yang menggunakan busur listrik yang
berasal dari elektrode yang dipasok terusmenerus secara tetap dari suatu mekanisme
ke kolam las (Widharto, S. 2007).
Selanjutnya menurut Widharto, S. 2007,
beberapa variabel las GMAW yang
mempengaruhi penetrasi, ukuran jalur
(bead geometry) dan mutu keseluruhan las
adalah :
1) Arus pengelasan
2) Polaritas
3) Tegangan busur (arc voltage) atau
panjang busur
4) Diameter elektrode
5) Kecepatan Pengelasan
6) Orientasi elektrode (trail or lead angle)
7) Posisi sambungan las
8) Komposisi gas lindung dan laju aliran
gas
2. Masukan Panas ( Heat Input )
Masukan panas adalah besarnya energi
panas tiap satuan panjang las ketika
sumber panas bergerak. Masukan panas
(H), dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :

Page | 31

Jurnal Power Tech


H=

P
EI
=
v
v

. . (1)

Dimana :
P : Tenaga input ( Watt )
v : Kecepatan pengelasan ( mm/s )
E : Potensial listrik ( volt )
I : Arus listrik ( Amper )
3. Siklus Termal Daerah Lasan
Daerah lasan terdiri dari 3 bagian yaitu
logam lasan, daerah pengaruh panas (Heat
Affected Zone) dan logam induk seperti
pada gambar 1. Selama proses pengelasan
berlangsung, logam las dan daerah
pengaruh
panas
akan
mengalami
serangkaian siklus thermal yang berupa
pemanasan
sampai
mencapai
suhu
maksimum dan diikuti dengan pendinginan
seperti pada gambar 2.

Gambar 1. Distribusi panas pada


pengelasan

Gambar 2. Siklus thermal las

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
Pada pengelasan baja, kandungan C pada
logam las biasanya dibuat rendah, yaitu 0,1
%
massa
dengan
tujuan
untuk
mempertahankan
sifat
mampu
las
(weldability). Sebagai akibatnya, jika
kondisi
kesetimbangan
(equilibrium)
tercapai maka logam las akan mengalami
serangkaian transformasi fasa selama
proses pendinginan, yaitu dari logam las
cair berubah menjadi ferit- kemudian
(austenit) dan akhirnya menjadi (ferrit).
Pada umumnya laju pendinginan pada
proses pengelasan cukup tinggi sehingga
kondisi kesetimbangan tidak terjadi dan
akibatnya struktur mikro yang terbentuk
tidak selalu mengikuti diagram fasa. Suhu
maksimum pada siklus thermal diatas perlu
diketahui karena dapat dipakai untuk
memprediksi perubahan metalurgi seperti
peleburan logam, pembentukan austenit
dan
pembentukan
kristal
baru
(rekristalisasi).
Untuk mendapatkan struktur mikro hasil
pengelasan yang baik yaitu berupa ferit
acicular, maka unsur paduan, kandungan
oksigen, waktu pendingin (At8/5) dan ukuran
butir austenit harus tepat. Struktur mikro
dari las biasanya kombinasi dari struktur
mikro berikut ini :
1. Ferit Batas Butir
Ferit batas butir terbentuk pertama kali
pada transformasi
-, biasanya
terbentuk sepanjang batas austenit pada
suhu 1000 C ~ 650 C
2. Ferit Widmanstatten
Jika suhunya lebih rendah maka akan
terbentuk ferit Widmanstatten. Ukurannya
Page | 32

Jurnal Power Tech


besar dan pertumbuharmya cepat
sehingga akan memenuhi permukaan
butirnya. Struktur mikro ini terbentuk
pada suhu 750 C ~ 650 C disepanjang
batas butir austenit. Ferit widmanstatten
mempunyai ukuran besar dengan orientasi
arah yang hampir sama sehingga
memudahkan terjadinya perambatan
retak.
3. Ferit Acicular
Ferit acicular berbentuk intragranular
dengan ukuran yang kecil dan
mempunyai orentasi arah yang acak. Jika
terjadi retak pada hasil las dengan
struktur mikro ferit acicular, maka retak
tersebut tidak akan cepat merambat
karena oreientasi arahnya acak. Karena
hal tersebut, maka struktur mikro ferit
acicular mempunyai ketangguhan paling
tinggi dibanding strutur mikro yang lain.
Biasannya ferit acicular terbentuk sekitar
suhu 650 C. Skema dan foto mikro
ferit acicular dapat dilihat pada gambar
3.
4. Bainit
Bainit merupakan ferit yang tumbuh
dari batas butir austenit dan berupa
pelat-pelat sejajar dengan Fe3 C diantara
pelat-pelat tersebut atau didalam pelat.
Bainit mempunyai kekerasan yang lebih
tinggi dibanding ferit, tetapi lebih
rendah dari pada martensit.
5. Martensit
Martensit akan terbentuk pada proses
pengelasan dengan pendinginan sangat
cepat, mempunyai sifat sangat keras dan

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
getas sehingga kekuatan tarik dan
ketangguhannya rendah.

(a)
(b)
Gambar 3. a) skema ferit acicular,
b) foto mikro ferit acicular
4. Struktur Mikro dan Sifat-Sifat
Mekanik
Pada proses pengelasan, transformasi
(austenit) (ferit) merupakan tahap yang
paling krusial karena struktur mikro logam
las yang berarti juga sifat-sifat mekanisnya
sangat ditentukan pada tahap ini. Diantara
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
transformasi (austenit) ke (ferit) adalah
masukan panas (heat input), komposisi
kimia las, kecepatan pendinginan dan
bentuk sambungan las seperti ditunjukkan
oleh diagram CCT (Continuous Cooling
Transformstion) seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Diagram CCT (Messler, 1999)


BAB III. METODE PENELITIAN
Bahan penelitian adalah baja karbon
sedang (S45C). Komposisi kimia bahan
dapat dilihat pada tabel 1 dan sifat mekanik
bahan dapat dilihat pada tabel 2.

Page | 33

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

Tabel 1. Komposisi Kimia Baja S45C


Unsur
C
Si Mn
P
S

pengelasan yang dilaksanakan dapat dilihat


pada gambar 2.

Komposisi
0.44 0.26 0.72 0.013 0.015
(% berat)
Tabel 2. Sifat Mekanik Baja S45C
Jenis
Bahan

Kekuatan Tarik
(Kg/mm2)

S45C

65 ~ 80

Kekuatan
Luluh
(Kg/mm2)
35 ~ 45

Variabel bebas yang digunakan adalah


masukan panas pengelasan berlapis yaitu
(4,26; 5,14; 6,23; 8,1) Kj/cm, sedangkan
variabel terikat yang diamati adalah
ketangguhan logam las. Skema proses
penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Skema proses penelitian

LOGAM INDUK

Gambar 2. Ilustrasi kondisi pengelasan


Tabel 3. Komposisi kimia elektroda
Unsur

Si

Mn

Komposisi
0.07 0.3
(% berat)

0.9

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

0.02
0.035
5

(Wiryosumarto, H. dan Okumura, T. 1994).


Tabel 4. Parameter pengelasan GMAW
Parameter
Arus Listrik
(Amper)
Potensial Listrik
(Volt)
Kecepatan
Pengelasan
(cm/min)
Masukan Panas
(Kj/cm)
Kecepatan Pasok
elektroda (m/min)
Laju aliran gas
(ltr/min)
0

Pengelasan dilakukan di Politeknik


Negeri Malang menggunakan las busur
listrik jenis GMAW (LORCH M2090).
Elektroda yang digunakan adalah E70S-6
diameter 0,8 mm. Sebagai gas pelindung
selama pengelasan digunakan 100% gas
CO2. Komposisi kimia elektroda dapat
dilihat pada tabel 3. Parameter pengelasan
dapat dilihat pada tabel
4. Kondisi

HAZ

HAZ

Sudut las ( C)
Jarak nozel ke
benda kerja (cm)
Temperature
Interpass (0C)

P1

P2

P3

P4

180

180

180

180

18

18

18

18

45,6

37,8

31,2

24

4,26

5,14

6,23

8,10

7,2

7,2

7,2

7,2

10

10

10

10

45

45

45

45

0,7

0,7

0,7

0,7

150

150

150

150

Uji ketangguhan impak dilaksanakan di


lab ilmu logam Institut Teknologi Nasional
(ITN ) Malang. Bahan uji dibuat menurut
standar ASTM E 23-96 seperti ditunjukkan
pada gambar 3.

Page | 34

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

Gambar 3. Bahan uji Ketangguhan impak


standar ASTM E23-96
Dari pengujian
diperoleh nilai :
Harga Impak =

impak

Charpy

Joule
Tenaga. patah
Luas. penampang. patah mm 2

GxR

Tenaga. patah
cos cos

dapat
(2)

.....(3)

Hasil pengujian diperkuat dengan foto


mikro yang dilaksanakan di lab Pengujian
Bahan Universitas Brawijaya Malang.
Analisis data dilakukan melalui analisis
siklus termal pengelasan dan analisis
struktur mikro (metallografi).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data temperatur pengelasan GMAW
dengan variasi masukan panas dapat dilihat
pada gambar 4.

Temperatur (OC)

700
600
500

Peak Temperatur 577 OC


Cooling Rate 0,56 OC /sec
Peak Temperatur 379 OC
Cooling Rate 0,31 OC /sec

400
300
200
100
0:00:00
0:05:11
0:10:23
0:15:34
0:20:45
0:25:56
0:31:07
0:36:19
0:41:30
0:46:41
0:51:52
0:57:03
1:02:14

Waktu Pendinginan (hrs)


Masukan panas 4,26 kj/cm
Masukan panas 8,10 kj/cm

Gambar 4. Temperatur vs waktu


pendinginan
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Dari grafik pada gambar 4 terlihat


perbedaan temperatur puncak (peak
temperature) yang terjadi antara masukan
panas 4,26 kj/cm dan 8,10 kj/cm.
Temperatur puncak yang dipilih adalah
temperatur puncak dari data termokopel
yang berada 10 mm dari weld centre.
Temperatur puncak untuk masukan panas
8,10 kj/cm menempati posisi lebih tinggi
dari pada temperatur puncak untuk
masukan panas 4,26 kj/cm.
Masukan panas yang semakin besar
menghasilkan temperatur puncak yang
semakin tinggi dan gradient temperatur
terhadap waktu pendinginan yang semakin
besar. Gradient yang semakin besar
menunjukkan cooling rate atau laju
pendinginan pasca pengelasan semakin
tinggi.
4.1. Pengaruh
masukan
panas
pengelasan berlapis terhadap siklus
termal pengelasan GMAW pada
baja S45C.
Data temperatur dari termokopel yang
berada pada posisi 10 mm dari weld centre
dapat digunakan untuk menghitung
temperatur puncak (peak temperature) dan
laju pendinginan (cooling rate) yang terjadi
pada logam las. Menurut Messler, Robert
W.,Jr.,
(1999) untuk menghitung
temperatur puncak yang terjadi digunakan
persamaan 4 sedangkan untuk menghitung
laju pendinginan (cooling rate)
yang
terjadi digunakan persamaan 5. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.

Page | 35

Jurnal Power Tech


1

=2

. . . .

ISSN : 2302-3961
+

. (4)

) . (5)

Tabel 5. Temperatur puncak dan laju


pendinginan logam las
Masukan Temperatur
Laju
Panas
Puncak
Pendinginan
O
(Kj/cm)
( C)
(OC/sec)
4,26
695
4,24
8,10
1019
4,76
Pada tabel 5 dapat dilihat perbedaan
temperatur puncak (peak temperature)
yang terjadi antara masukan panas 4,26
kj/cm dan 8,10 kj/cm. Temperatur puncak
untuk masukan panas 8,10 kj/cm
menempati posisi lebih tinggi dari pada
temperatur puncak untuk masukan panas
4,26 kj/cm. Pada masukan panas 4,26 kj/cm
temperatur puncak (peak temperature)
yang terjadi pada daerah logam las adalah
695 OC dan laju pendinginan (cooling rate)
4,24 OC/sec. Sedangkan pada masukan
panas 8,10 kj/cm temperatur puncak (peak
temperature) yang terjadi pada daerah
logam las adalah
1019 OC dan laju
pendinginan (cooling rate) 4,76 OC /sec.
Fenomena temperatur puncak (peak
temperature) dan laju pendinginan (cooling
rate) ini dipengaruhi oleh masukan panas.
Masukan panas tinggi maka peak
temperature juga akan semakin tinggi dan
gradient yang terjadi akan semakin besar.
Gradient yang semakin tinggi tersebut
menunjukkan cooling rate atau laju
pendinginan
yang
semakin
cepat,

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

sebaliknya peak temperature rendah maka


gradient cenderung kecil.
Semakin tinggi masukan panas, maka
jumlah layer yang ditunjukkan oleh jumlah
siklus termal selama proses pengelasan
semakin sedikit. Masukan panas yang
rendah menghasilkan temperatur puncak
yang rendah dengan jumlah layer yang
banyak. Jumlah siklus termal yang banyak
dengan temperatur puncak las yang rendah
memungkinkan logam las pada benda kerja
mengalami pemanasan berulang yang lebih
banyak juga, tetapi dengan temperatur
pemanasan yang lebih rendah.
4.2. Pengaruh siklus termal pengelasan
GMAW terhadap struktur mikro
logam las pada baja S45C.
Pemanasan yang berulang-ulang pada
logam las memungkinkan terbentuknya
struktur columnar dan struktur yang terkena
pemanasan kembali (reheat). Perubahan
struktur mikro pada logam las untuk bahan
uji dengan masukan panas 4,26 Kj/cm dan
8,1 Kj/cm dapat dilihat pada gambar 14.
GF

AF

10 m

WF

Page | 36

Jurnal Power Tech


(a)

ISSN : 2302-3961

Masukan panas 4,26 Kj/cm


AF

GF

10 m

(b)

WF

Masukan panas 8,1 Kj/cm

berbentuk seperti needle yang tersusun


acak. Sedangkan struktur widmanstatten
ferrite memiliki bentuk fisik seperti platplat sejajar dengan lapisan carbida
didalamnya, sehingga mudah terjadi
perambatan retak. Selanjutnya grain
boundary ferrite memiliki properties
ductile, dimana proses terbentuknya
berlangsung secara difusi karbon. Struktur
accicular ferrite (AF) yang terbentuk dapat
dilihat pada gambar 15.

Gambar 14. Fotomikro struktur columnar


logam las pembesaran 100X
Seperti terlihat pada gambar 14, foto
mikro struktur columnar pada logam las
dengan masukan panas 4,26 Kj/cm
memperlihatkan struktur yang didominasi
oleh accicular ferrite (AF) dan sedikit
struktur Widmanstatten (WF) dan Grain
boundary ferrite (GF). Sebaliknya pada
logam las dengan masukan panas 8,1 Kj/cm
struktur yang terbentuk didominasi oleh
Grain boundary Ferrite (GF) serta Ferrite
Widmanstatten (WF) dan sedikit Accicular
Ferrite (AF) .
Menurut suharno (2008)
cepat
lambatnya
laju
pendinginan
turut
menentukan
prosentasi terbentuknya
accicular ferrite, yang mana pada laju
pendinginan lebih lambat akan terbentuk
accicular ferrite yang lebih banyak.
Accicular ferrite ini merupakan struktur
yang diharapkan dari setiap proses
pengelasan karena memiliki properties
yang lebih tangguh yang berfungsi sebagai
interlocking structure. Accicular ferrite

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

AF

WF

25 m

Gambar 15. Struktur mikro accicular


ferrite (AF) pembesaran 400x
Bainit atas

25 m

(a)

Masukan panas 4,26 Kj/cm


GF

25 m

(b)

Masukan panas 8,1 Kj/cm

Gambar 16. Foto mikro struktur reheat


pada logam las pembesaran 400x,

Page | 37

Jurnal Power Tech

4.3. Pengaruh struktur mikro terhadap


ketangguhan
hasil
pengelasan
GMAW pada baja S45C.
Perubahan struktur mikro
diatas
berkorelasi dengan harga ketangguhan dan
harga impak pada logam las. Grafik
hubungan harga ketanguhan dan masukan
panas dapat dilihat pada gambar 17
sedangkan grafik hubungan harga impak
dan masukan panas dapat dilihat pada
gambar 18.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

60
Harga Ketangguhan (Joule)

Gambar 16 adalah fotomikro struktur


reheat pada logam las, terlihat struktur
grain boundary ferrit dan bainit atas.
Analisa fotomikro struktur reheat pada
logam las memperlihatkan bahwa dengan
meningkatnya masukan panas pengelasan
berlapis berpengaruh pada besar butir yang
terjadi. Pada masukan panas 4,26 Kj/cm
terlihat struktur bainit yang terbentuk lebih
halus daripada masukan panas 8,10 kj/cm.
Menurut
suharno
(2008)
selain
berhubungan dengan kekuatan, besar butir
juga mempengaruhi energi patah (uji
impak) dan perambatan retak. Hal ini dapat
menjelaskan mengapa benda uji dengan
masukan panas 4,26 kj/cm memiliki harga
ketangguhan yang lebih tinggi dari pada
benda uji masukan panas 8,10 kj/cm.

ISSN : 2302-3961
54,678

53,737

53,08

42,553

42,553

42,55342,553

50
40

50,838

30
20
10
0
4,26

5,14

6,23

8,10

Masukan Panas (Kj/cm)


Logam Las
Raw Material

Gambar 17. Harga ketangguhan vs


Masukan panas logam las
Dari gambar 17 dapat dilihat pengaruh
masukan panas pengelasan berlapis
terhadap
harga
ketangguhan
hasil
pengelasan GMAW pada baja S45C,
dimana perlakuan yang memberikan harga
ketangguhan logam las tertinggi yaitu
54,678 joule pada masukan panas 4,26
Kj/cm. Selanjutnya harga ketangguhan
logam las mengalami penurunan seiring
dengan peningkatan masukan panas.
Perlakuan yang memberikan harga
ketangguhan logam las terendah terjadi
pada masukan panas 8,10 Kj/cm yaitu
50,838 joule.

Page | 38

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

Harga Impak (J/mm2)

0,8
0,7

0,683

0,671

0,663

0,531

0,531

0,605
0,531 0,531

0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
4,26

5,14
6,23
8,10
Masukan panas (Kj/cm)

Logam Las

Raw Material

Gambar 18. Harga Impak vs Masukan


Panas Logam Las
Dari gambar 18 dapat dilihat pengaruh
masukan panas pengelasan berlapis
terhadap harga impak hasil las GMAW
pada baja S45C. Perlakuan yang
memberikan harga impak logam las
tertinggi yaitu 0,683 J/mm2 pada masukan
panas 4,26 Kj/cm. Selanjutnya harga impak
logam las mengalami penurunan seiring
dengan peningkatan masukan panas.
Perlakuan yang memberikan harga impak
logam las terendah terjadi pada masukan
panas 8,10 Kj/cm yaitu 0,605 J/mm2 .
Secara umum fenomena ketangguhan
impak diatas menunjukkan
bahwa
peningkatan masukan panas pengelasan
berlapis akan berdampak pada penurunan
harga ketangguhan dan harga impak logam
las. Ketangguhan impak logam las terlihat
lebih tinggi dibandingkan ketangguhan
impak raw material.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Masukan
panas
yang
rendah
menghasilkan temperatur puncak yang
rendah dengan jumlah layer yang
banyak. Semakin tinggi masukan panas,
maka jumlah layer yang ditunjukkan oleh
jumlah siklus termal selama proses
pengelasan semakin sedikit.
2. Pemanasan yang berulang-ulang pada
logam las memungkinkan terbentuknya
struktur columnar dan struktur yang
terkena pemanasan kembali (reheat).
struktur columnar pada
logam las
dengan masukan panas 4,26 Kj/cm
memperlihatkan
struktur
yang
didominasi oleh accicular ferrite (AF)
dan sedikit struktur Widmanstatten (WF)
dan Grain boundary ferrite (GF).
Sebaliknya pada logam las dengan
masukan panas 8,1 Kj/cm struktur yang
terbentuk didominasi oleh Grain
boundary Ferrite (GF) serta Ferrite
Widmanstatten (WF) dan sedikit
Accicular Ferrite (AF) .
3. Penurunan jumlah struktur accicular
ferrit (AF) yang terbentuk pada logam las
menyebabkan terjadinya penurunan
harga ketangguhan dan harga impak.
Perlakuan yang memberikan harga
ketangguhan logam las tertinggi yaitu
54,678 joule pada masukan panas 4,26
Kj/cm dan terendah pada masukan panas
8,10 Kj/cm yaitu 50,838 joule. Perlakuan
yang memberikan harga impak logam las

Page | 39

Jurnal Power Tech


tertinggi yaitu 0,683 J/mm2 pada
masukan panas 4,26 Kj/cm dan terendah
pada masukan panas 8,10 Kj/cm yaitu
0,605 J/mm2 .
2. Saran
Berdasarkan
hasil penelitian maka
saran yang dapat diajukan sebagai berikut:
1. Untuk menurunkan penggetasan hasil
las GMAW pada pengelasan baja karbon
sedang
hendaknya
melakukan
pengelasan berlapis.
2. Untuk meningkatkan harga ketangguhan
impak hasil pengelasan GMAW pada
baja S45C sebaiknya menggunakan
masukan panas yang rendah.
3. Penelitian berikutnya diharapkan dapat
mengembangkan pengelasan berlapis
dengan masukan panas yang berbeda
serta menambah variabel lain seperti
suhu interpass.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdulkareem S. Aloraiera, Suraj Joshib,
Mahyar Asadic, Rubicel G. Alenac,
John A. Goldakd. 2010. Microstructural
and hardness modeling: Effect of
multiple bead deposition in temper bead
welding technique, International Journal
of Energy & Technology 2 (16) 1-11.
ISSN 2035-911X.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
2. Anang Setiawan dan Yusa Asra Yuli
Wardana. 2006. Analisa Ketangguhan
dan Struktur Mikro pada Daerah Las
dan HAZ Hasil Pengelasan Sumerged
Arc Welding pada Baja SM 490. Jurnal
Teknik Mesin Vol.8, No.2(10).
3. Arianto Leman S. dan Suharno. 2004.
Pengaruh kecepatan pengelasan pada
SAW baja SM
490 terhadap
ketangguhan beban impak. Jurnal
Teknik Mesin Vol.6, No.2(10).
4. Messler, Robert W.,Jr.,
1999.
Principles Of Welding. John Willey &
Sons, Inc.
5. Suharno.
2008.
Prinsip-Prinsip
Teknologi dan Metalurgi Pengelasan
Logam. UNS Press. Surakarta.
6. Suharno. 2008. Struktur Mikro Las Baja
C-Mn
Hasil
Pengelasan
Busur
Terendam dengan Variasi Masukan
Panas. Jurnal Teknik Mesin Vol.10.
No.1 (4).
7. Wiryosumarto, H. dan Okumura, T.
1994. Teknologi Pengelasan Logam,
PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
8. Widharto, S. 2007. Menuju Juru Las
Tingkat Dunia. PT. Pradnya Paramita.
Jakarta.

Page | 40

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

KORELASI KUALITAS PELAYANAN PT PLN (Persero) CABANG


KOTABARU TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN
Moethia Faridha, Saiful Karim
Jurusan Teknik Listrik Polieknik Kotabaru
Jl. Raya Stagen Km. 9,5 Kotabaru. Kalimantan Selatan
Email : bariethia@gmail.com
PT. PLN (Persero ) Cabang Kotabaru adalah lembaga yang menyediakan atau
menjual energi listrik kepada konsumen. Energi listrik yang dijual kekonsumen tidak saja
harus disampaikan dengan lancar saja, tetapi juga harus memiliki keandalan yang tinggi.
Maksud keandalan yang tinggi adalah didalam melayani pelanggan jarang mengalami
gangguan, misalnya terjadi pemadaman.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut maka pihak penjual energi listrik harus
meningkatkan dalam pelayanan terutama dalam menangani masalah pemadaman
tersebut.
Penelitian ini mengambil studi kasus di PT. PLN (Persero) Cabang Kotabaru dan
menggunakan rancangan kuantitatif. Adapun subyek penelitiannya adalah pelanggan PT.
PLN (Persero) Cabang Kotabaru yang dilayani oleh PLTD Cabang Kotabaru. Dan jenis
sample random, sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan angket/kuisioner
dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemadaman distribusi yang disebabkan
pemeliharaan, perawatan maupun perbaikan sering terjadi di PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru lebih dominan dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan sudah tua, tiang
listrik yang roboh akibat tertimpa pohon dibandingkan dengan pemadaman dari
pembangkit.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bahwa PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru lebih memperhatikan peralatan atau komponen yang sudah lama digunakan
atau jenis peralatan yang digunakan dalam pendistribusian tenaga listrik kepada
pelanggan, pohon pohon yang dilewati jalur penghantar listrik dirawat dan ditebang
sehingga pemadaman akibat distribusi tidak sering terjadi
Kata kunci : Kepuasan Pelanggan
BAB I. PENDAHULUAN
Sistem distribusi tidak dapat digunakan
betul-betul ekonomis dari seluruh keadaan,

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

hal ini disebabkan oleh letak geografis


daerah Kotabaru yang sangat bervariasi
terdiri dari perpaduan tanah pegunungan

Page | 41

Jurnal Power Tech


dan daerah pantai /genangan dan daerah
daratan dengan daerah perairan yang
dipenuhi pulau pulau kecil, kerapatan
beban dimana pemusatan penduduk yang
bersentral dikota, sedang didaerah pedesaan
cenderung sepi sehingga terjadinya
perbedaan kerapatan beban ( load density ).
Dimana jumlah penduduk Kabupaten
Kotabaru pada tahun 2006 adalah 250.296
jiwa yang tersebar di 15 Kecamatan dan
193 desa/kelurahan.
Dengan begitu besarnya jumlah
penduduk dan terus bertambah setiap
tahun, tetapi tidak diimbangi dengan
penyebaran penduduk. Sebagian besar
penduduk Kabupaten Kotabaru masih
terpusat di Kecamatan Pulau Laut Utara,
yaitu sekitar 77.286 jiwa atau 40,88 persen
dari semua jumlah penduduk di Wilayah
Kotabaru. (Data dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kotabaru, 2006). Besarnya
jumlah penduduk di Kecamatan Pulau Laut
Utara dikarenakan di Kecamatan tersebut
adalah sebagai Pusat Kota di Kabupaten
Kotabaru.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa
hampir semua aktifitas masyarakat
Kotabaru, mulai dari masyarakat yang ada
di pelosok pedesaan, masyarakat perkotaan,
dunia usaha, terlebih-lebih bagi masyarakat
dunia industri, sangat tergantung pada
ketersediaan energi listrik.
Listrik sangat bermanfaat untuk
memajukan
kesejahteraan
umum,
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
meningkatkan perekonomian dalam rangka

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual.
Listrik memiliki fungsi dan peranan
yang sangat vital dan strategis, karena
berperan memenuhi hajat hidup orang
banyak dan menunjang pembangunan
nasional.
Mengingat fungsi dan peranannya,
maka ketersediaan dan pemanfaatan listrik
harus diwujudkan secara andal, aman dan
akrab lingkungan (3A)
Dilihat dari keadaan diatas sistem distribusi
akan memberikan pelayanan dengan
kemungkinan terjadinya pemutusan /
pemadaman (out tage). Dalam kondisi yang
demikian, hal utama yang harus diprioritaskan adalah pendistribusian energi listrik
yang lancar dan andal, kepuasan pelanggan
terhadap PT. PLN, kualitas pelayanan yang
baik terhadap pelanggan, biaya sistem
secara keseluruhan, termasuk konstruksi,
operasi dan pemeliharaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.
B. Syarat Sistem Distribusi Yang Baik
Menurut Ir. Soemarwanto keberhasilan
didalam sistem distribusi dapat terjamin
bila dipenuhi beberapa persyaratan antara
lain : kontinuitas pelayanan / reliability
andal, flexibilitas terhadap pertumbuhan
beban baik
C. Faktor Faktor Penyebab Terjadi
Gangguan
Faktorfaktor yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pada sistem adalah : a)

Page | 42

Jurnal Power Tech


surja petir / surja hubung; b) burung atau
daun daun yang terbang dekat isolator
dari saluran, maka clearance atau jarak
aman menjadi berkurang sehingga ada
kemungkinan terjadinya loncatan bunga
api; c) polusi atau debu debu yang
menempel pada isolator merupakan
konduktor yang bisa menyebabkan
terjadinya loncatan bunga api; d) pohon
pohon yang tumbuh dekat saluran
transmisi; e) retak retak pada isolator
maka secara mekanis apabila ada petir yang
menyambar
akan
terjadi
tembus
(berakdown)
pada
isolator,
teknis
pemasangan / operasional yang salah, serta
lama pemakaian atau usia dari isolator.
(TS. Hutauruk.1991. hal 2).
C. Gangguan Pada Sistem Tenaga
Listrik.
Rusaknya peralatan yang disebabkan oleh
sentakan atau sebab lain mengakibatkan
terjadinya gangguan adalah setiap keadaan
sistem yang menyimpang dari normal.
Gangguan ini dapat merusak atau
mempengaruhi sistem daya antara lain :
1. Jenis gangguan yang tidak normal dari
batas yang diijinkan akan menyebabkan
arus yang besar mengalir pada saluran
udara sistem daya.
2. Gangguan
dapat
menurunkan,
menghilangkan atau menaikkan sistem
tegangan di luar batas yang ditentukan.
3. Gangguan hubung singkat dan gangguan
yang memancarkan listrik dalam cairan
dapat menyebabkan temperatur yang

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
sangat tinggi yang dapat menguapkan
zat atau material, merusakkan peralatan
sera dapat menimbulkan api.
4. Gangguan dapat mengakibatkan system
daya tiga fasa menjadi tidak seimbang
atau tidak simetri, hal ini mengakibatkan
peralatan tiga fasa tidak layak untuk
dioperasikan.
5. Gangguan dapat menghalangi aliran
daya.
6. Gangguan dapat mengakibatkan system
tidak stabil dn menghentikan aliran daya
system tenaga listrik.
Gangguan dapat bersifat sementara atau
permanen, gangguan sementara tidak
memerlukan perbaikan untuk beroperasinya
sistem tenaga listrik, misalnya pada
keadaan beban lebih; sedangkan gangguan
permanen mengakibakan operasi sistem
tenaga tidak akan normal kembali sebelum
gangguan diperbaiki.
D. Sumber Gangguan
Sumber gangguan pada sistem distribusi
dari dalam sistem : a) tegangan dan arus
abnormal; b) pemasangan yang kurang
baik; c) penuaan dan; d) beban lebih,
sedangkan sumber gangguan dari luar
sistem : a) gangguan mekanis karena
pekerjaan saluran lain; b) kendaraan yang
lewat diatasnya; c) petir; d) perubahan pada
struktur tanah (deformasi).
E. Akibat Gangguan
Akibat akibat yang disebabkan
gangguan antara lain : a) menginterupsi

Page | 43

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

kontinuitas pelayanan daya kepada


konsumen apabila gangguan itu sampai
menyebabkan terputusnya suatu sirkuit atau
menyebabkan keluarnya suatu unit
pembangkit; b) penurunan tegangan yang
cukup besar menyebabkan rendahnya
kualita tenaga listrik dan merintangi kerja
normal pada peralatan konsumen; c)
pengurangan
stabilitas
sistem
dan
menyebabkan jatuhnya generator; d)
merusak peralatan pada daerah terjadinya
gangguan itu. (TS. Hutauruk.1991. hal 3).
F. Tingkat Keandalan Distribusi
Menurut Ir. Soemarwanto : a) tingkat I
kontinuitas pelayanan memungkinkan
pemadaman berjam jam yaitu waktu yang
diperlukan untukmencari dan memperbaiki
bagian yang russak karena gangguan; b)
tingkat II pemadaman berjam jam yaitu
waktu yang diperlukan oleh petugas
melokalisir dan memanifulasi sistem untuk
menghidupkan sementara dari arah lain; c)
tingkat III pemadaman beberapa menit
yaitu memanifulasi dari petugas stand by /
dilakukan deteksi; d) tingkat IV
pemadaman
beberapa
menit
yaitu
memanifulasi dan perbaikan dilakukan
secara otomatis; e) tingkat V tanpa
pemadaman karena instalasi dilengkapi
dengan pengaman cadangan terpisah dan
otomatis penuh.
G. Pembangkitan
Energi
karangan
Djiteng
menyebutkan bahwa :

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Listrik
Marsudi

Pada dasarnya semua usaha dan


kegiatan
pembangunan
menimbulkan
dampak lingkungan hidup.

Gambar 2.1 Proses Pembangkitan Sampai


Pemanfaatan Tenaga Listrik
Sumber : Heru Subagyo (APEI)

H. Sistem Distribusi Tegangan Rendah


Merupakan bagian hilir dari suatu sistem
tenaga listrik pada tegangan distribusi
dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para
pelanggan tegangan rendah.
Radius operasi jaringan distribusi tegangan
rendah dibatasi oleh : susut tegangan yang
disyaratkan, Luas penghantar jaringan,
distribusi pelanggan sepanjang jalur
jaringan distribusi, sifat daerah pelayanan
(desa, kota), kelas pelanggan ( pada beban
rendah, pada beban tinggi).
Umumnya radius pelayanan berkisar 350
meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan
diizinkan 5% - 10% dari tegangan
operasi.
I. Sistem Distribusi Daya.
Menurut Frank D petruzella (Elektronik
Industri) daya listrik yang dihasilkan pada
stasiun pembangkit harus mengalami
beberapa tahap pendistribusian sebelum

Page | 44

Jurnal Power Tech


daya itu digunakan oleh beban listrik secara
aman dan tanpa gangguan.
Keandalan dan keamanan distribusi daya
listrik tergantung pada penggunaan alat
pelindung untuk membuka dan menutup
rangkaian, mendeteksi adanya arus
gangguan dan mengisolasi rangkaian yang
abnormal dengan sistem yang mendapat
gangguan.
Awal sejarah penyediaan tenaga listrik
menurut Abdul Kadir (2000), suatu
system distribusi dianggap hanya sebagai
tambahan atau pelengkap suatu pusat
tenaga listrik. Desainnya, bilamana dapat
disebut demikian, hanya disiapkan atau
dibuat secara sambil lalu. Mutu, dalam arti
pengaturan tegangan dan keandalan, tidak
mendapat pertimbangan yang berarti. Kini,
dengan meluasnya pemakaian tenaga
listrik, tuntutan kepada system distribusi
menjadi lebih besar, akan tetapi juga
diperlukan pengawasan yang lebih tajam
terhadap adanya gangguan.
J. Kebutuhan dan sumber energy
Menurut Trevor (2004) masa depan
kita sulit untuk diprediksi, tetapi kita perlu
tidak tergantung pada bahan bakar fosil
yang dengan tingkat kelajuan konsumsi
saat ini, diperkirakan akan habis dalam
seperempat awal abad mendatang. Oleh
karena itu, kita harus lebih realistis untuk
merencanakan sisem masa depan yang
fleksibel. Memiliki batas keselamatan yang
besar, dan memberi perhatian pada sumber
yang terbarukan.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
Energi dari bahan bakar fosil telah
menimbulkan revolusi industri dan
menjadikan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi mencapai tingkat perkembangannya, dimana eksploitasi sumber energi
lainnya
berada
dalam
jangkauan
kemampuan kita. Kini listrik telah cukup
mantap sebagai suatu alat untuk
memanfaatkan energi dan membawanya
untuk melayani manusia. Listrik akan terus
ada karena kegunaannya yang banyak.
Lebih
mudah
membuatnya,
mendistribusikannya, dan mengendalikannya, serta jika dipasang dengan benar listrik
aman bagi siapa saja yang menggunakannya. Dari semua teknologi tinggi yang
sekarang kita dapati tanpa kesulitan,
bergantung pada penyediaan listrik yang
aman dan dapat dihandalkan.
K. Struktur Jaringan.
Dalam buku materi kursus / pembekalan uji
keahlian bidang teknik tenaga listrik /
ditebitkan oleh APEI menyatakan :
Struktur jaringan adalah radial murni atau
radial open loop ( bentuk tertutup namun
operasi radial).
Jarang sekali pelanggan dipasok dengan
tingkat keandalan tinggi secara tertutup
(loop) baik dari satu sumber ataupun dari
sumber berlainan.
Komponen Perlengkapan Utama.
Bahan Penghantar memakai 2 (dua) jenis :
Bare Conductor atau tak berisolasi (BCC,
A2C, A3C). Dan kabel baik kabel tunggal,
jamak atau berpilin (twisted).

Page | 45

Jurnal Power Tech


Tiang penyangga memakai : Tiang besi
panjang 7 meter, 9 meter atau dibawah
saluran udara.
Tiang beton, dengan panjang yang sama,
Tiang kayu (sudah jarang dipakai).
Pada daerah padat bangunan penghantar
dengan konstruksi khusus.
L. Jaringan Tegangan Rendah
Jaringan distribusi tegangan rendah
dimulai dari sumber yang disebut Gardu
Distribusi mulaidari panel hubung bagi TR
(Rak TR) keluar didistribusikan. Untuk
setiap sirkit keluar melalui pengaman arus
disebut penyulang/ feeder
M. Sistem Tegangan.
Sistem tegangan yang dianut ada 3 (tiga)
macam :
1. 1. Sistem 3 fasa (fasa tiga) 380 Volt /
220 Volt
2. Sistem 2 fasa (fasa dua) 440 / 220, 220
3. Sistem 1 fasa ( fasa satu) 110 V, 220
Volt, 250 Volt
Sistem tegangan dipilih mengikuti konsep
teknis (Distribution System Engineering)
yang dianut satu sama lain dapat berbeda,
misalnya :
Sistem Kontinental, Sistem Amerika,
Sistem Kanada.
N. Tinggi Tiang Di Atas Permukaan
Tanah.
Sebagai pegangan pelaksanaan lapangan
bagian
yang tertanam pada tiang
adalah sepanjang 1/6 x panjang total.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
Gaya gaya mekanis terbesar pada 10 cm
dibawah ujung tiang pada 1/6 tiang dan di
dalam tanah.
Sehingga pada bagian bagian tersebut
perlu diperhatikan kemampuan menahan
bebannya.
O. Gaya Gaya Mekanis Pada Tiang
Penyangga.
Tiang penyangga mengalami gayagaya mekanis terutama adalah gaya-gaya
sebagai berikut :
1. Beban penghantar yang dipikul.
2. Beban akibat tiupan angin pada
penghantar dan pada tiang itu sendiri.
3. Regangan (tensile stress) penghantar
logam
akibat
perubahan
suhu
lingkungan
atau
akibat
adanya
sambungan pelanggan.
4. Beban akibat air hujan atau suhu
didaerah dingin.
Beban-beban
tersebut
mempengaruhi
kekuatan tiang penyangga.
Kekuatan tiang penyangga didimensikan
dalam satuan Newton atau daN (0,98 kg).
Kekuatan tiang dihitung pada kondisi yang
minimum, sehingga didapatkan harga yang
realistis.
1. Kondisi tekanan angin maksimum.
2. Temperatur
kerja
maksimum
penghantar (60 C).
3. Angka keamanan mekanis 0,5 (50%).
Sehingga tiang dengan fungsi sebagai
penyangga diujung (akhir jaringan), di
tengah, tiang sudut, akan mengalami total
gaya mekanis yang berbeda.

Page | 46

Jurnal Power Tech


1. Pengaruh Kondisi Tanah.
Kondisi tanah yang rawan / lunak dapat
menyebabkan robohnya tiang penyangga.
Pada dasarnya perlu diperhitungkan
kekuatan tanah sehingga dapat diketahui
jenis tanah lunak atau tidak. Berdasarkan
hitungan tersebut dapat ditentukan perlu
tidaknya memakai pondasi. Namun untuk
tiang-tiang awal/ akhir, tetap diperlukan
pondasi
2. Penggunaan Kawat Peregang Atau
Tiang Penegang (Stake Pole).
Kawat penegang dapat mengurangi
beban mekanis tiang, demikian juga
pemakaian tiang penopang. Sehingga tiang
dengan kekuatan mekanis yang kecil dapat
dipergunakan untuk menahan beban
mekanis yang lebih besar. Konstruksi ini
umum dipakai pada tiang-tiang akhir
penghantar kecil dan tiang-tiang sudut.
3. Batasan Pemilihan Teknis Dalam
Pemilihan Kekuatan Tiang.
Masalah kekuatan mekanis penghantar
besarnya beban pada titik tumpu dapat
menyebabkan penghantar retak/ putus
pada titik tersebut.
Masalah lingkungan, terlalu panjangnya
bentangan
penghantar
menyulitkan
penarikan penghantar baik dari sudut
konstruksi ataupun operasional atau dari
segi kemanan lingkungan dan estika.
Pengaruh rute geografis jalur/ lintasan,
tidak semua jalur jaringan pada lintasan
yang lurus.
Sehingga jarak gawang / span hantar
tiang penyangga di standarisir 40 meter

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
dengan titik terendah jaringan pada lalu
lintas berat dengan permukaan jalan
minimum 6 meter pada temperatur
menghantar 60 C.
4. Ketentuan Saluran Kabel Tegangan
Rendah.
Penanaman Kabel Tanah
1. Memperhatikan jenis dan macam isolasi
dan isolasi pelindung kabel.
Contoh :
- Kabel tanpa pelindung pipa baja harus
dilindungi secara mekanis.
- Kabel dengan pelindung netral jacket
dapat ditanam langsung.
2. Memperhatikan kondisi kimiawi dan
terhadap pengaruh gangguan mekanis,
namun untuk perlindungan mekanis
dianggap cukup :
- Ditanam 0,8 meter dibawah jalan raya
utama.
- Ditanam 0,6 meter dibawah jalan yang
tidak dilalui kendaraan.
5. Material
dan
Perlengkapan
Konstruksi
Jaringan
Distribusi
Tegangan Rendah.
Komponen dan perlengkapan konstruksi
jaringan kabel udara (TWISTED CABLE) :
1. Pole Bracket
2. Strain Clamp
3. Steelstrip Band
4. Link
5. Turn Buckle
6. Suspension Clamp
7. Kabel twisted

Page | 47

Jurnal Power Tech


8. Cable Joint/ Joint Sleeve
9. Brach Connector
10. Isolating Tip
11. Plastic Strap
12. Mechanical Protection
13. Elektroda pentanahan
14. Penghantar pentanahan
15. Pipa Galvanis inchies, 3 inchies, 4
inchies.
W. Komponen Utama Gardu Distribusi.
1. Trafo distribusi.
2. Fuse Cut Out : peralatan pengaman
yang ditempatkan di sisi tegangan
menengah. Fuse dipasang, di atas
setingkat dari arus nominal trafo sisi
tegangan menengah.
3. Arrester : peralatan pengaman tegangan
lebih, sebagai akibat sambaran petir,
maupun switching. Ditempatkan di sisi
tegangan menengah dan di bumikan.
4. Panel Tegangan Rendah : peralatan
bantu, tempat meletakkan sakelar
pemutus utama, rel rel tegangan
rendah dan fuse holder, serta peralatan
tegangan rendah lainnya.
5. Saklar pemutus utama, Fuse jurusan,
dan Pentanahan / pembumian.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
Gambar 2.2. Trafo Distribusi Portal
Sumber : Materi kursus / pembekalan uji keahlian
bidang teknik tenaga listrik ditebitkan oleh APEI.

X. Keuntungan dan Kelemahan SKTM


SUTM
Tabel 2.1 Keuntungan & Kelemahan
SKTM - SUTM
Sumber : Heru Subagyo (APEI)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Uraian
Biaya investasi
Tahan Cuaca.
Pemeliharaan
Perbaikan.
Estetika.
ROW.
Pengembangan.
Keandalan.

SKTM
Mahal.
Baik
Tidak
ada.
Sulit
Baik
Sulit
Sulit.

SUTM
Murah
Kurang
Rutin
Mudah
Kurang
Mudah
Mudah
Baik

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT


PENELITIAN.
A. TUJUAN PENELITIAN :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa
pengaruh pengaruh pemadaman karena
pembangkit, pemadaman distribusi /
pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan terhadap kepuasan pelanggan
oleh PT. PLN ( Persero ).
2. Untuk mengetahui dan menganalisa
faktor
yang
paling
dominan
pengaruhnya
terhadap
terjadinya
pemadaman oleh PT. PLN ( Persero ).

Page | 48

Jurnal Power Tech


B. MANFAAT PENELITIAN
1. Sebagai masukan bagi PT. PLN
(Persero) Cabang Kotabaru dalam
penyuplaian / pendistribusian energi
listrik, tidak mengalami gangguan /
pemadaman baik akibat pemadaman
pembangkit maupun gangguan yang
terjadi pada distribusi.
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti
dalam
menambah
wawasan
pengetahuan dalam bidang tenaga
listrik.
3. Bagi pelangan merasa lebih puas
dengan adanya peningkatan pelayanan
yang baik dan andal.
BAB IV. METODE PENELITIAN.
A. Variabel
Suatu penelitian dilihat dari judulnya
sudah tersirat adanya variabel. Yang
disebut variabel ialah suatu rumusan dari
satu konsep yang memiliki karakteristik
nilai berbeda untuk setiap individu dan
memiliki dua atau lebih nilai (Wiersma,
1980).
Suatu variabel itu memiliki ciri ciri : 1)
Nilainya bervariasi, 2) Measurable ( Dapat
diukur ), dan 3) Relevan dengan masalah
penelitian. Apabila suatu penelitian yang
variabelnya tidak memiliki ciri ciri
tersebut, maka penelitian tersebut tidak
jelas konsep teoritiknya.
Variabel penelitian itu sudah barang
tentu memiliki konsep, dan variabel
penelitian itu karena memiliki nilai

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
bervariasi, maka tentu memiliki indikator
atau atribut.
Variabel terikat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kepuasan pelanggan
terhadap kualitas pelayanan PT. PLN
(Persero) Cabang Kotabaru, sedangkan
variabel bebasnya diambil dari pelayanan
PLN yang didasari oleh pemadaman yaitu
pemadaman akibat dari pemadaman pada
pembangkit, pemadaman distribusi atau
pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan
B. Rancangan Penelitian
Dalam
penelitian
ini
rancangan
penelitian yang digunakan adalah jenis
rancangan kuantitatif, karena data yang
diperoleh berbentuk angka / numerik /
counted. Data kuantitatif ini jenisnya
meliputi 1) Data nominal 2) Data ordinal
3) Data interval 4) Data rasio
C. Teknik / metode pengumpulan data
Dalam penelitan ini, banyak cara
menggali atau mengumpulkan data
yaitu:
1. Observasi adalah penelitian secara
langsung pada obyek penelitian dimana
data yang diperoleh berdasarkan hasil
identifikasi dilapangan yang selanjutnya
dirumuskan pada beberapa masalah
pokok yang relevan dengan tujuan
penelitian ini.
cara

cara
observasi, dapat dilakukan dengan :
Direct observation, Indirect observation,
Participation. Sedangkan alat alat

Page | 49

Jurnal Power Tech


perlengkapan yng dipergunakan dalam
observasi biasanya berupa : check list,
anecdotal record, notebook, cassette,
video tape recorder dan foto / tustel.
2. Kuesioner adalah penyelidikan suatu
masalah yang umumnya banyak
menyangkut kepentingan umum ( orang
banyak ), dilakukan dengan jalan
mengedarkan suatu daftar pertanyaan
berupa formulir formulir diajukan
secara tertulis kepada sejumlah subjek
untuk
mendapatkan
jawaban
/
tanggapan ( respons) tertulis seperlunya.
Kuesioner adalah daftar yang berisi item
item pertanyaan untuk diisi oleh
responden
sesuai
kondisi
yang
diketahuinya,
dialaminya
dan
dirasakannya.
3. Wawancara adalah dilakukannya tanya
jawab
secara
langsung
kepada
responden terutama yang menyangkut
dengan proses penjualan jasa pelayanan
listrik di Cabang Kotabaru. Tujuan
wawancara ini adalah : untuk
memastikan dan mengecek informasi
yang diperoleh, untuk dijadikan sumber
bagi penemuan hipotesis hipotesis,
untuk memberikan data kuantitatif dan
kualitatif yang scopenya luas, untuk
mengecek data yang diperoleh dari
sumber / informasi sekunder.
Tabel 4.1 Kualifikasi Jawaban Angket
Penelitian
Skala Kualifikasi Bobot
Y
Ya
2
TDK Tidak
1

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
Tabel 4.2
Penelitian

Kisi

Variabel

Sub sub
variabel
Pengetahuan
Pemahaman
Analisa
Sintesis
Evaluasi

Kepuasan
Pelanggan
Pemadaman
pembangkit
Pemadaman
Distribusi /
Pemadaman
perawatan

kisi

Instrumen

Sumber
Data
Pelanggan
PT. PLN
(Persero)
Cabang
Kotabaru

Nomor
item
6
1,2,3,5,6,7,
8
1,2,3,4,5,.7
.9

D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini pelanggan PT PLN
(Persero) Cabang Kotabaru berdasarkan
tiap gardu, dimana masing masing gardu
diambil 2 pelanggan, hal ini diambil
penulis berdasarkan pemadaman yang
terjadi baik pemadaman karena gangguan
pembangkit atau pemadaman akibat
gangguan distribusi, dialami oleh satu
gardu atau bahkan seluruh gardu (
pemadaman
pembangkit
)
kecuali
pemadaman
akibat gangguan yang
disebabkan kerusakan pada instalasi
pelanggan sendiri tidak terjadi pemadaman
per gardu. Adapun jumlah gardunya
sebanyak 78 gardu. Sehingga jumlah
subyek penelitian yang dimabil sebanyak
156 pelanggan.
E. Sampel Penelitian
Jumlah gardu pada PT PLN (Persero)
Cabang Kotabaru, yaitu sebanyak 78
Gardu listrik.

Page | 50

Jurnal Power Tech


F. Analisa data
Untuk mengolah data hasil penelitian
tersebut, maka peneliti menggunakan
metode analisis regresi berganda ( multiple
regression ) Metode ini digunakan untuk
melihat tingkat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas, jika
digunakan bila bariabel bebas lebih dari
satu, tinggi rendah beberapa variabel bebas
berpengaruh terhadap tinggi rendah sebuah
variabel terikat.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah kualitas pelayanan PT. PLN
(PERSERO) dan variabel terikatnya adalah
kepuasan pelanggan, karena mutu dari
kualitas pelayanan PT. PLN mempengaruhi
tingkat puas atau tidaknya pelanggan /
konsumen.
Untuk itu maka digunakan rumus regresi
( Sugiono , 2003 : 251 ) dengan formulasi
sebagai berikut :
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + E
dimana :
Y = Kepuasan pelanggan
X1 = Pemadaman karena pembangkit
X2 = Pemadaman pada distribusi
b1 b4 = Koefisien regresi yang
diukur
b0 = Konstanta
Untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara variabel bebas dengan
variabel tidak bebas secara simultan, dapat
dilihat hasil uji koefisien korelasi multiple
R sedangkan tingkat pengaruh dapat dilihat
hasil uji koefisien Determinasi R2,
sedangkan signifikan hasil tidaknya
pengaruh tersebut dapat dilihat dari hasil

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
Uji F serta tingkat probabilitas dengan
tingkat kepercayaan 95 % atau alfa = 0,05
Jika uji F > F- tabel dan probabilitas <
Alfa 0,05 maka ada pengaruh, sehingga
hipotesis Nol ( H0 ) ditolak dan hipotesis
alternatif ( Ha ) diterima, selanjutnya jika
uji F < F tabel dan probabilitas alfa 0,05
tidak ada pengaruh maka hipotesis Nol
(H0) dan hipotesis alternatif ditolak
Disamping itu juga dapat dilakukan uji
t ( uji student ) yaitu untuk mengetahui
masing masing variabel bebas secara
parsial terhadap variabel tidak bebasnya
dengan tingkat kepercayaan 95 % atau alfa
= 0,05.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam mendiskripsikan temuan dari
hasil jawaban responden pelanggan PT.
PLN (Persero) wilayah Kotabaru dan
Mekarpura, yang dibagi menjadi 78 gardu
listrik, sebagaimana telah diungkapkan
didepan, diketahui bahwa mutu dari
kualitas pelayanan PT. PLN mempengaruhi
tingkat kepuasan atau tidaknya pelanggan /
konsumen, hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Indikator indikator yang
digunakan untuk mengukur adanya
pengaruh faktor tersebut menunjukkan
kuatnya hubungan (mutu daya pembangkit,
kerapatan beban, komponen / peralatan
yang digunakan). Tetapi seberapa besar
hubungan tersebut belum diketahui.
Dengan demikian untuk mengetahui
adanya pengaruh atau korelasi dan arah
hubungan antara kualitas pelayanan PLN

Page | 51

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

dalam hal ini


adalah
kurangnya
pemadaman yang terjadi dengan kepuasan
pelanggan diwilayah Kotabaru dan
Mekarpura, yang memerlukan analisis lebih
lanjut tentang arah hubungan dari masing
masing variabel kepuasan pelanggan
tersebut.
Dalam melakukan perhitungan analisis
regresi karena pertimbangan praktis maka
semua data diolah dengan menggunakan
komputer aplikasi software SPSS 10,01 for
windows. Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan Model Full Regretion, diolah
hasil analisis sebagai berikut :
Tabel 5.1 Hasil Analisis
Model

Unstandarized
Coefficients

B
Constant
Pemadaman
Pembangkit
Pemadaman
Distribusi

1,366
-,106

Std.
Error
,437
,040

,113

,038

Stand
arized
Coeffi
cients
Beta

Sig.

-, 227

3,129 ,002
-2,679 ,000

,251

2,969

,000

Dari output korelasi (correlation) pada


lampiran terlihat bahwa hubungan yang
signifikan terjadi pada semua variabel
pelayanan pelanggan (pemadaman karena
pembangkit, pemadaman distribusi atau
pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan), yang dimasukkan sebagai
variabel independen (predictors) terhadap
kualitas pelayanan PT. PLN (Persero)
Cabang Kotabaru terhadap kepuasan
pelanggan, karena nilai signifikan ( Sig. 2
tailed ) adalah jauh dibawah 0,05. Dimana

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

terlihat korelasi yang sangat kuat terjadi


antara kualitas pelayanan PT. PLN
(Persero) Cabang Kotabaru terhadap
kepuasan pelanggan dengan pemadaman
karena pembangkit, pemadaman distribusi
atau pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan dengan nilai 0,366.
Berdasarkan uji Anova atau F- Test,
diperoleh F hitung sebesar 5,853 dengan
tingkat signifikan sebesar 0,000. Oleh
karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil
dari 0,05, maka model regresi yang
dikembangkan dapat dipakai / digunakan
untuk memprediksi kualitas pelayanan PT.
PLN (Persero) Cabang Kotabaru terhadap
adanya kepuasan pelanggan dengan adanya
pemadaman di PT. PLN (Persero) wilayah
penyulang Kotabaru dan Mekarpura.
Berdasarkan hasil olah data computer
dengan menggunakan program SPSS 10,01
for windows tersebut ( lampiran ) diperoleh
hasil persamaan regresi linear lincar
berganda sebagai berikut ;
Y = -0,366 I -0,106X1 I 0,113 X2
Sesuai dengan garis persamaan regresi
linear
diatas,
maka
dapat
diinterpresentasikan sebagai berikut ;
a. Koefisien regresi X1 sebesar -0,106
menyatakan bahwa setiap pemadaman
karena
pembangkit
yang
diidentifikasikan dalam penelitian ini
sebesar 1 satuan akan meningkatkan
kualitas pelayanan PT. PLN Persero )
Cabang Kotabaru terhadap kepuasan
pelanggan ( Y ) sebesar -0, 106 dengan
asumsi faktor lainnya yaitu pemadaman

Page | 52

Jurnal Power Tech


distribusi atau pemadaman karena
perbaikan.
b. Koefisien regresi X2 sebesar 0,113
menyatakan bahwa setiap pemadaman
distribusi atau pemadaman karena
pemeliharaan / perawatan diidentifikasikan dalam penelitian ini sebesar 1
satuan akan meningkatkan kualitas
pelayanan PT. PLN ( Persero ) Cabang
Kotabaru terhadap kepuasan pelanggan
( Y ) sebesar 0,113 dengan asumsi
faktor lainnya yaitu pemadaman karena
pembangkit.
Untuk mengetahui pengaruh masing
masing variabel bebas secara bivariete
terhadap variabel terikat dapat dilihat pada
uji bivariete, yaitu dengan membandingkan
nilai t-hitung dengan nilai t-tabel atau
melihat nilai signifikansi.
Dengan
kriteria
apabila
nilai
signifikansi pada variabel bebas tersebut
lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan
terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
A. Pengaruh
Pemadaman
Karena
Pembangkit Terhadap Kepuasaan
Pelanggan
Untuk
mengetahui
pengaruh
pemadaman karena pembangkit yang
digunakan terhadap kualitas pelayanan PT.
PLN ( Persero ) Cabang Kotabaru terhadap
kepuasan pelanggan, hasil pengujian
regresi sebagaimana disajikan dalam table
2. diatas menunjukkan bahwa variabel
pemadaman karena pembangkit yang

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
digunakan berpengaruh signifikan atau
nilai Sig. 0,000 dengan level p < 0,05.
Hasil ini menjelaskan bahwa pemadaman
karena pembangkit yang digunakan
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas pelayanan PT. PLN
(Persero) Cabang Kotabaru terhadap
kepuasan pelanggan.
B. Pengaruh
Pemadaman
Karena
Distribusi Atau Pemadaman Karena
Pemeliharaan / Perawatan Terhadap
Kepuasan Pelanggan
Untuk
mengetahui
pengaruh
pemadaman karena pemadaman distribusi
atau pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan terhadap kualitas pelayanan PT.
PLN (Persero) Cabang Kotabaru terhadap
kepuasan pelanggan, hasil pengujian
regresi sebagaimana disajikan dalam tabel
5.2 diatas menunjukkan bahwa variabel
pemadaman
akibat
distribusi
yaitu
pemadaman karena perawatan atau
perbaikan berpengaruh signifikan atau nilai
Sig. 0,000 dengan level p < 0,05. Hasil ini
menjelaskan bahwa variabel pemadaman
distribusi
atau
pemadaman
karena
pemeliharaan / perawatan mempunyai
pengaruh
yang signifikan terhadap
pelayanan PT. PLN Cabang Kotabaru
terhadap kepuasan pelanggan.
Dari 2 (dua) variabel bebas yang
diteliti,
yaitu
pemadaman
karena
pembangkit (X1), pemadaman distribusi
atau pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan (X2) yang dianggap paling

Page | 53

Jurnal Power Tech


dominan pengaruhnya adaah pemadaman
distribusi
atau
pemadaman
karena
pemeliharaan / perawatan yang digunakan.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis statistik
dengan bantuan program SPSS 10.01
menunjukkan bahwa kedua variabel yang
dianalisis yaitu pemadaman karena
pembangkit (X1), pemadaman distribusi
atau pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan (X2) mempunyai pengaruh
secara bersama sama terhadap kualitas
pelayanan PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru terhadap kepuasan pelanggan.
Dari hasil tersebut menunjukkan hipotesis
yang diajukan terbukti diterima.
Selanjutnya pembahasan secara lebih
rinci dapat dijelaskan lebih mendetail
dibawah ini :
D. Implikasi
Pengaruh
Variabel
Pemadaman Karena Pembangkit
Terhadap Kepuasan Pelanggan
Dalam pendistribusian tenaga listrik
diutamakan
sampai
kepelanggan
berlangsung terus menerus dan lancar.
Dalam era sekarang ini, pelanggan atau
konsumen merupakan penentu keberhasilan
perusahaan. Jika perusahaan tersebut ingin
sukses, maka kata kuncinya adalah
pelanggan. Perusahaan khususnya PT. PLN
( Persero ) Cabang Kotabaru dalam hal ini
harus menyesuaikan pemadaman listriknya
kepada pelanggan sesuai dengan tingkat
pemadaman sehingga merasa puas dengan

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
pemadaman yang tidak terlalu sering dan
tidak lama.
Hasil hitungan analisis regresi didepan
mengenai hubungan antara kualitas
pelayanan PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru terhadap kepuasan pelanggan,
kepuasan pelanggan sebagai variabel
dependent (Y) dengan variabel independent
pemadaman
karena
pembangkit
memperlihatkan koefisien regresi bivariete
sebesar -0,106 dengan angka yang bertanda
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan kedua variabel tersebut diatas
adalah searah. Artinya peningkatan volume
kualitas pelayanan PT. PLN ( Persero )
Cabang Kotabaru terhadap kepuasan
pelanggan, merupakan kontribusi dari
pemadaman karena pembangkit, seperti
penyediaan bahan bakar yang kurang cukup
atau kerusakan alat pada pembangkit dan
sebagainya.
Implikasi dari adanya hubungan
tersebut, maka PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru dalam melakukan pemadaman
tenaga
listriknya
harus
senantiasa
memperhatikan berapa kapasitas daya dari
pembangkit sampai bisa memenuhi
permintaan pelanggan dan melakukan
kerjasama dengan pihak tertentu dalam
pengadaan bahan bakar, kurangnya
pasokan daya dari pembangkit yang tidak
bisa mencukupi permintaan daya dari
pelanggan, kelangkaan bahan bakar karena
PT. PLN (Persero) Cabang Kotabaru
menggunakan pembangkit PLTD sehingga
dapat mengurangi terjadinya pemadaman,

Page | 54

Jurnal Power Tech


bahan yang digunakan, lama pemakaian
bahan bakar tersebut, usia dari peralatan
yang digunakan pada pembangkit, sehingga
dapat mengurangi pemadaman karena
pembangkit dan pendistribusian tenaga
listrik menjadi lancar.
E. Implikasi
Pengaruh
variabel
Pemadaman Karena Distribusi atau
Pemadaman Karena Pemeliharaan /
Perawatan
terhadap
Kepuasan
Pelanggan.
Hasil perhitungan analisis regresi
didepan mengenai hubungan antara kualitas
pelayanan PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru terhadap kepuasan pelanggan
sebagai variabel dependent ( Y ) dengan
variabel independent pemadaman karena
distribusi
atau
pemadaman
karena
pemeliharaan / perawatan memperlihatkan
koefisien bevariete sebesar 0,113 dengan
angka yang bertanda positif. Hal ini
menunjukkan hubungan kedua variabel
tersebut adalah searah.
Artinya peningkatan volume kualitas
pelayanan PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru terhadap kepuasan pelanggan,
merupakan sebagainya adalah kontribusi
dari pemadaman karena distribusi atau
pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan jaringan, seperti perbaikan tiang
listrik roboh diterpa angin atau diterpa
pohon, penggantian komponen atau
peralatan yang digunakan kabel listrik yang
terkena layang layang, isolator
mengalami
break
down
sehingga

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
menyebabkan gangguan hubung singkat
dan lan sebagainya.
Implikasi dari adanya hubungan
tersebut, maka PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru
harus
sering
melakukan
perimbasan terhadap pohon pohon yang
dapat mengganggu, pengecekan terhadap
komponen atau peralatan yang digunakan
sehingga dengan keberadaan pohon
pohon yang mengganggu tidak ada dan
peralatan atau komponen yang digunakan
dalam keadaan baik pemadaman karena
distribusi
atau
pemadaman
karena
pemeliharaan / perawatan jaringan dapat
meningkatkan volume kualitas pelayanan
PT. PLN (Persero) Cabang Kotabaru
terhadap kepuasan pelanggan.
Implikasi dari adanya hubungan
tersebut, maka PT. PLN (Persero) Cabang
Kotabaru
seyogyanya
dalam
mendistribusikan tenaga listriknya harus
senantiasa
memperhatikan
peraturan
instalasi listrik yang berlaku ( PUIL )
sehingga pendistribusian tenaga listrik
menjadi lancar.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hipotesis dan mode analisis
yang ada telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis mengambil suatu kesimpulan
sebagai berikut :
1. Secara bersama sama variabel
variabel pemadaman pada pembangkit,
pemadaman distribusi atau pemadaman
karena pemeliharaan / perawatan

Page | 55

Jurnal Power Tech


berpengaruh secara signifikan, hal ini
dibukikan dengan adanya nilai F hitung
> nilai sig.
2. Secara bivariette variabel pemadaman
pada pembangkit tidak berpengaruh
signifikan pada kualitas pelayanan PT.
PLN ( Persero ) Cabang Kotabaru
terhadap
kepuasan
pelanggan.
Disimpulkan pula bahwa variabel
pemadaman karena pemeliharaan /
perawatan, berpengaruh signifikan pada
kualitas pelayanan PT. PLN ( Persero )
Cabang Kotabaru terhadap kepuasan
pelanggan.
B. Saran Saran
Dari hasil pembahasan yang telah
dibahas sebelumnya, maka penulis
mengemukakan beberapa saran, yaitu
1. Agar kiranya dalam pemadaman tenaga
listrik PT. PLN ( Persero ) Cabang
Kotabaru
harus
memperhatikan
kepuasan pelanggan yang disesuaikan
dengan tingkat pemadaman kualitas
pelayanan PT. PLN ( Persero ) Cabang
Kotabaru terhadap kepuasan, dan jika
terjadi pemadaman akibat pohon yang
tumbang agar kiranya secepat mungkin
melokalisir
terjadinya
gangguan
sehingga pemadaman yang terjadi
hanya beberapa gardu saja tidak sampai
pemadaman satu feeder.
Agar kiranya pihak PT. PLN (Persero)
Cabang Kotabaru dapat mengadakan

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
kerjasama yang baik dan menciptakan
proses pendistribusian yang sehat sehingga
tidak merugikan dan saling menjatuhkan
sesama karyawan, dan kepercayaan
masyarakat terhadap tenaga listrik yang
dijual kepelanggan dapat berjalan dengan
lancar.
Daftar Pustaka.
1. Badan Pusat Statistik Kotabaru, 2004,
Kabupaten Kotabaru Dalam Angka
2004,
BAPPEDA
KABUPATEN
KOTABARU (BPS).
2. Kadir, Abdul, 2000, Distribusi dan
Utilisasi Tenaga Listrik, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
3. Kustono, Djoko, 2005, Analisis
Korelasi dan Regresio, Lembatga
Penelitian Universitas Negeri Malang,
Malang.
4. Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi
Listrik, Penerbit Erlangga, Ciracas,
Jakarta 13740.
5. PUIL, 2003, Penerbit Yayasan PUIL,
Jakarta.
6. Robert W, Hass, 1995, Marketing
Management, Business Publication,
Texas.
7. Setyadin, Bambang, 2005, Desain dan
Metode Penelitian Kuantitatif, Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Malang,
Malang.

Page | 56

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

RENCANA PENYEDIAAN KAPASITAS


TENAGA LISTRIK UNTUK 10 TAHUN KEDEPAN
DI WILAYAH KOTABARU
Saiful Karim, Moethia Faridha,
Jurusan Teknik Listrik Polieknik Kotabaru
Jl. Raya Stagen Km. 9,5 Kotabaru. Kalimantan Selatan
Email : ifulsuperindo@gmail.com
Abstrak
Di Wilayah Kotabaru penyediaan tenaga listrik (pembangkit) dengan menggunakan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang sementara ini masih mampu untuk
melayani kebutuhan tenaga listrik kepada masyarakat. Khusus untuk wilayah kecamatan
Pulau Laut Utara, Pulau Laut Tengah, dan sebagian Pulau Laut Timur kapasitas
pembangkit listrik-nya sebesar 11.237 Kw. Dengan jumlah pelanggan 14.071 pelanggan
dengan berbagai macam tarif pemakaian. (data dari PLN. (Persero) Cabang Kotabaru
tahun 2006). Melihat jumlah penduduk yang cukup besar dengan perkembangan
penduduk yang begitu pesat dan dibarengi dengan kemajuan teknologi serta kebutuhan
masyarakat akan tenaga listrik, maka perlu untuk dipikirkan untuk penyediaan
pembangkit tenaga listrik dimasa yang akan datang.
Rencana penyediaan kapasitas tenaga listrik untuk 10 tahun kedepan di wilayah
Kotabaru pada penelitian ini didasarkan pada criteria dimana kecukupan daya akan
selalu dipertahankan guna mengatasi keseimbangan pertumbuhan beban yang akan
dilayani oleh PLTD system Kotabaru. Jadi, kapasitas pasti (Firm Capacity) suatu PLTD
system Kotabaru selalu diambil lebih besar atau sama dengan beban.Untuk memperoleh
perkiraan data beban dimasa mendatang adalah dengan mengetahui berapa besar laju
pertumbuhan beban pada wilayah kotabaru yang dilayani oleh PLTD system Kotabaru.
Dengan melihat hasil dari pembahasan yang telah dilakukan peneliti dalam
merencanakan kapasitas penyediaan tenaga listrik di wilayah PLN (Persero) Cabang
Kotabaru khususnya pelanggan yang dilayani oleh PLTD system Kotabaru untuk 10 tahun
kedepan maka dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan beban dalam tiap tahunnya
adalah 9% selama 10 periode dalam waktu 10 tahun, dengan beban awal 6542 kW
sebagai usaha pengembangan PLN (Persero) Cabang Kotabaru yang dilayani oleh PLTD
system Kotabaru.
Kata Kunci : Pembangkit Listrik, Kapasitas Daya.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Page | 57

Jurnal Power Tech


BAB I. PENDAHULUAN
Pembangunan
Nasional
bertujuan
memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa guna
mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spirituil
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945. Salah satu upaya mewujudkan
tujuan
nasional
tersebut,
adalah
pembangunan sector ketenagalistrikan yang
mampu menunjang dan mendorong
kegiatan ekonomi maupun kegiatan di
sector-sektor produktif lainnya dalam
jumlah yang cukup dan merata dengan
mutu pelayanan yang baik.
Tenaga listrik mempunyai peranan penting
dalam pelaksanaan pembangunan karena
sebagai penunjang dan pendorong kegiatan
ekonomi, yang akhirnya turut meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Dalam rangka penyediaan tenaga listrik
diperlukan penyediaan tenaga listrik atau
pembangkit yang cukup untuk melayani
masyarakat yang kian lama kian bertambah
jumlah dan kebutuhan akan energi listrik.
Di Wilayah Kotabaru penyediaan tenaga
listrik (pembangkit) dengan menggunakan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
yang sementara ini masih mampu untuk
melayani kebutuhan tenaga listrik kepada
masyarakat. Dengan jumlah penduduk
Kabupaten Kotabaru pada tahun 2003
adalah 250.296 jiwa yang tersebar di 15
Kecamatan dan 193 desa/ kelurahan.
Dengan begitu besarnya jumlah penduduk
dan terus bertambah setiap tahun tidak
diimbangi dengan penyebaran penduduk.
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
Sebagian besar penduduk Kabupaten
Kotabaru masih terpusat di Kecamatan
Pulau Laut Utara, yaitu sekitar 77.286 jiwa
atau 40,88 persen dari semua jumlah
penduduk di Wilayah Kotabaru. (Data dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotabaru,
2004). Besarnya jumlah penduduk di
Kecamatan Pulau Laut Utara dikarenakan
di Kecamatan tersebut adalah sebagai Pusat
Kota di Kabupaten Kotabaru. Di wilayah
Kecamatan yang lain untuk pembangkit
tenaga listriknya juga menggunakan PLTD,
tetapi dengan kapasitas yang kecil
dikarenakan jumlah penduduk yang masih
sedikit. Khusus untuk wilayah kecamatan
Pulau Laut Utara, Pulau Laut Tengah, dan
sebagian Pulau Laut Timur kapasitas
pembangkit listrik-nya sebesar 11.237 Kw.
Dengan
jumlah
pelanggan
14.071
pelanggan dengan berbagai macam tarif
pemakaian. (data dari PLN. (Persero)
Cabang Kotabaru tahun 2006). Melihat
jumlah penduduk yang cukup besar dengan
perkembangan penduduk yang begitu pesat
dan dibarengi dengan kemajuan teknologi
serta kebutuhan masyarakat akan tenaga
listrik, maka perlu untuk dipikirkan untuk
penyediaan pembangkit tenaga listrik
dimasa yang akan datang.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
Dalam materi kursus Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik.di Institut Semen dan
Beton Indonesia menyebutkan bahwa :
1. Tegangan Pasokan

Page | 58

Jurnal Power Tech

2.
a.

b.

c.

Energi listrik dapat dipasok oleh


perusahaan
pembangkitan
pada
tegangan distribusi ( TM ) 20 KV, atau
34,5 KV atau tegangan transmisi 70 KV
150 KV tergantung pada besarnya
beban. Topologi system distribusi serta
tarif yang diterapkan. Karena tegangan
kerja biasanya lebih rendah dari
tegangan distribusi, maka umumnya
pasokan selalu dilengkapi dengan
transformator di titik pasokan.
Konfigurasi Sumber
Keandalan dapat sangat ditingkatkan
dengan menambahkan sumber kedua
yang dikonfigurasikan sebagai ring
busbar. Dengan konfigurasi ring ini,
beberapa beban dapat dipasok dari
berbagai sumber dengan pemisah /
pemutus otomatis dan menghasilkan
keandalan yang tinggi.
Keandalan dapat ditingkatkan juga
dengan
sumber
kedua
yang
dikonfigurasikan dalam skema primary
selective. Sumber pertama disebut
sebagai sumber normal, yang kedua
akan bertindak sebagai sumber back up.
Bila terjadi gangguan pada sumber
normal, maka sumber back up dapat
diberi tegangan secara otomatis ataupun
manual.
Metode lain bagi peningkatan keandalan
adalah dengan menerapkan system
primary loop. Mirip dengan ring busbar,
tapi system ini menggunakan dua
sumber yang terpisah yang dapat
bekerja parallel.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
d. Bila pada titik pemasokan diperlukan
transformator, maka keandalan dapat
ditingkatkan dengan menghubungkan
sekunder transformator pemasok dalam
moda secondary selective atau moda
secondary
spot
network,
atau
memanfaatkan tie breakers dan tau
dengan transformator cadangan.
3. Manfaat Utama Instalasi Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangunan suatu instalasi PLTU
dimaksudkan untuk mengubah energi
termal dari hasil pembakaran bahan
bakar menjadi energi listrik yang
akhirnya ditransmisikan melalui kabel
kabel menuju konsumen listrik tersebut.
Energi listrik diperoleh
melalui
pengubahan energi kinetik dalam
bentuk putaran poros menjadi energi
potensial listrik
melalui
sebuah
generator listrik. Energi kinetik putaran
poros dihasilkan oleh sebuah turbin
yang dalam hal ini digerakkan oleh uap
sebagai fluida kerja. Turbin uap ini
merupakan salah satu peralatan dari
suatu rangkaian peralatan-peralatan
utama sebuah PLTU.
B. Pembangkit Energi Listrik
Dalam buku Pembangkitan Energi Listrik
karangan Djiteng Marsudi menyebutkan
bahwa : PLTD mempunyai ukuran dari 40
kW sampai puluhan MW. Untuk
menyalakan listrik di daerah baru
umumnya digunakan PLTD oleh PLN. Di
pihak, jika perkembangkan pemakaian
tenaga listrik telah melebihi 100 MW,
Page | 59

Jurnal Power Tech


penyediaan
tenaga
listrik
yang
menggunakan PLTD tidak ekonomis lagi
sehingga harus dibangun pusat listrik lain,
seperti PLTU atau PLTA. Untuk melayani
beban PLTD dengan kapasitas diatas 100
MW akan tidak ekonomis karena unitnya
menjadi banyak, mengingat Unit PLTD
yang terbesar di pasaran sekitar 12,5 MW.
Pelestarian lingkungan hidup sebagaimana
dimuat Undang Undang Nomor 23 tahun
1997 :
1. Untuk menjamin pelertarian fungsi
lingkungan hidup, setiap usaha/kegiatan
dilakukan melanggar baku mutu dan
criteria baku kerusakan lingkungan
hidup.
2. Ketentuan tentang konservasio sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya,
telah ditetapkan Undang-undang Nomor
5 tahun 1990 tentang konsevasi sumber
daya alam hayati ekosistemnya.
3. Perlindungan
lingkungan
hidup
dilakukan berdasarkan baku mutu
lingkungan yang diatur denganperaturan
perundang-undangan, antara lain:
a. Peraturan
pemerintah
tentang
pengendalian pencemaran air.
b. Peraturan
pemerintah
tentang
pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun.
c. Penataan lingkungan, antara lain
bagi kegiatan / usaha yang
menimbulkan dampak besar dan
penting diperlakukan izin usaha dari
instansi terkait.
d. Pembuangan
limbah
kemedia
lingkungan diperlukan izin.
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
e. Setiap rencana yang mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan
wajib dilengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan.
Pada dasarnya semua usaha dan kegiatan
pembangunan
menimbulkan
dampak
lingkungan hidup.
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT
PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum yaitu
untuk mengetahui kapasitas pembangkit
listrik yang harus disediakan untuk
melayani kebutuhan akan tenaga listrik
di Wilayah Kotabaru. Tujuan penelitian
secara khusus yaitu :
1. Untuk mengetahui berapa kapasitas
pembangkit
listrik
yang
harus
disediakan
untuk
melayani
pelanggannya di wilayah Kotabaru
dalam kurun waktu sepuluh tahun yang
akan datang.
2. Untuk
mengetahui
penambahan
kapasitas pembangkit listrik diadakan
secara bertahap atau sekaligus.
3. Untuk mengetahui apa perlu adanya
penggantian pembangkit listrik yang
awalnya memakai PLTD dijadikan
pembangkit tenaga listrik alternatif yang
lain.
B. Manfaat Penelitian
Sebagai masukan bagi PT. PLN
(Persero)
di Cabang Kotabaru dalam
penyediaan tenaga listrik dalam rangka
penyesuaian
dengan
fluktuasi
Page | 60

Jurnal Power Tech


bertambahnya pelanggan setiap periode
tertentu.
Sebagai bahan referensi bagi peneliti dalam
menambah wawasan pengetahuan dalam
bidang tenaga listrik
BAB IV. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini di PT.
PLN ( Persero ) Cabang Kotabaru yang
dilayani oleh PLTD Cabang Kotabaru,
yaitu meliputi Kecamatan Pulau Laut
Utara, Pulau Laut Tengah dan sebagian
Pulau Laut Timur. Adapun waktu yang
digunakan dalam penelitian ini hingga
selesai laporan hasil penelitian ini adalah
kurang lebih 3 bulan yaitu dari bulan
Agustus hingga Oktober 2006.
B. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif yang instrumen pengumpulan
datanya menggunakan cara mengumpulkan
data-data beban puncak selama empat
tahun terakhir yang ada pada PT. PLN
(Persero) Cabang Kotabaru, yang digunakan untuk mengetahui rata-rata beban
puncak disetiap tahunnya yang dilayani
oleh PLTD system Kotabaru.
C. Sifat dan Sumber Data
Sifat data dalam penelitian ini adalah
data
kuantitatif,
yang
berbentuk
angka/numerik/counted. Alasan penulis
menggunakan metode ini adalah bertujuan
untuk mengumpulkan informasi faktual
secara rinci yang melukiskan fenomena
yang terjadi untuk mempertimbangkan
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
pelaksanaan dan kondisi gejala yang
berlangsung. Menurut sumber, data yang
ada yaitu : Jumlah pembangkit, Merk
mesin, Type Mesin, nomer Serie, daya
setiap mesin yang ada di PLTD Sistem
Kotabaru, disamping itu juga didapatkan
rata-rata beban puncak selama empat tahun
terakhir, yaitu mulai bulan Mei 2003
sampai bulan Oktober 2006. Sedangkan
data beban puncak sebelumnya tidak dapat
kami sajikan dalam penelitian ini,
dikarenakan kurang terdokumenkan dengan
rapi dan sudah terjadi penggantian petugas
yang ada di kantor PLTD Sistem Kotabaru.
D. Data Hasil Penelitian
TABEL 1
Data Kondisi Pembangkit di PLTD Sistem Kotabaru
Periode 16 Mei 2003 s/d 30 Juni 2004
Nama
Sentral

PLTD
Kotabaru

Jumlah
PLTD
Swasta
Jumlah
TOTAL

N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
8
1
2
3
4
4
12

Merk

SWD
SWD
KUBOTA
DEUTZ
MWM
WARTSILA
WARTSILA
MIRRLEES
KUBOTA
Unit
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
Unit
Unit

Mesin
Type

No. Serie

DRO 216
DRO 216K
L6D26 BHCS
TBD 616 V 16

10868-2
11081
6198
2201680

8 R 22 MD
8 R 22 MD
ESL8MK2
L6D26 BHCS

4992
4993
712701
6208

KTA 50 G3
KTA 38 G5
KTA 38 G6
KTA 50 G3

33120445
33127073
33130018
33132033

Daya
Terpas
ang
(kW)
336
401
600
700
1.250
1.250
940
600
6.007
1.000
800
800
1.120
3.720
9.797

Sumber : (PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan


Tengan & Selatan) Cabang Kotabaru

TABEL 2
Data Kondisi Pembangkit di PLTD Sistem
Kotabaru
Periode 01 Juli 2004 s/d 15 Maret 2005
Nama
Sentral

No

Merk

Mesin
Type

No. Serie

Daya
Terpas
ang

Page | 61

Jurnal Power Tech

PLTD
Kotabaru

Jumlah
PLTD
Swasta
Jumlah
TOTAL

1
2
3
4
5
6
7
8
8
1
2
3
4
5
5
13

SWD
SWD
KUBOTA
DEUTZ MWM
WARTSILA
WARTSILA
MIRRLEES
KUBOTA
Unit
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
Unit
Unit

ISSN : 2302-3961
DRO 216
DRO 216K
L6D26 BHCS
TBD 616 V 16
8 R 22 MD
8 R 22 MD
ESL8MK2
L6D26 BHCS

10868-2
11081
6198
2201680
4992
4993
712701
6208

KTA 50 G3
KTA 38 G5
KTA 38 G6
KTA 50 G3
KTA 50 G3

33120445
33127073
33130018
33132033
33129731

(kW)
336
401
600
700
1.250
1.250
940
600
6.007
1.000
800
800
1.120
1.120
4.840
10.91
7

Sumber : (PT. PLN (Persero) Wilayah


Kalimantan Tengan & Selatan) Cabang Kotabaru
TABEL 3
Data Kondisi Pembangkit di PLTD Sistem
Kotabaru
Periode 16 Maret 2005 s/d 15 Juni 2005
Nama
Sentral

PLTD
Kotabaru

Jumlah

PLTD
Swasta

Jumlah
TOTA
L

No
1
2
3
4
5
6
7
8
8
1
2
3
4
5
6
6
14

Merk

SWD
SWD
KUBOTA
DEUTZ MWM
WARTSILA
WARTSILA
MIRRLEES
KUBOTA
Unit
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
Unit
Unit

Mesin
Type

No. Serie

DRO 216
DRO 216K
L6D26 BHCS
TBD 616 V 16
8 R 22 MD
8 R 22 MD
ESL8MK2
L6D26 BHCS

10868-2
11081
6198
2201680
4992
4993
712701
6208

KTA 50 G3
KTA 38 G5
KTA 38 G6
KTA 50 G3
KTA 50 G3
KTA 50 G3

33120445
33127073
33130018
33132033
33129731

Daya
Terpasa
ng
(kW)
336
401
600
700
1.250
1.250
940
600
6.007
1.000
800
800
1.120
1.120
1.120
5.960
12.037

Sumber : (PT. PLN (Persero) Wilayah


Kalimantan Tengah & Selatan) Cabang Kotabaru
TABEL 4
Data Kondisi Pembangkit di PLTD Sistem
Kotabaru
Periode 16 Juni 2005 s/d 31 Oktober 2006
Nama
Sentral

No

Merk

Mesin
Type

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

No. Serie

Daya
Terpasa
ng (kW)

PLTD
Kotabar
u

Jumlah

PLTD
Swasta

Jumlah
TOTA
L

1
2
3
4
5
6
7
8
8
1
2

SWD
SWD
KUBOTA
DEUTZ MWM
WARTSILA
WARTSILA
MIRRLEES
KUBOTA
Unit
CUMMINS
CUMMINS

DRO 216
DRO 216K
L6D26 BHCS
TBD 616 V 16
8 R 22 MD
8 R 22 MD
ESL8MK2
L6D26 BHCS

10868-2
11081
6198
2201680
4992
4993
712701
6208

KTA 50 G3
KTA 38 G5

33120445
33127073

3
4
5
6
6
14

CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
CUMMINS
Unit
Unit

KTA 38 G6
KTA 50 G3
KTA 50 G3
KTA 50 G3

33130018
33132033
33129731

336
401
600
700
1.250
1.250
940
600
6.007
1.000
Keluar
Sistem
800
1.120
1.120
1.120
5.160
11.237

Sumber : (PT. PLN (Persero) Wilayah


Kalimantan Tengah & Selatan) Cabang Kotabaru
TABEL 5
Data Beban Puncak PLTD Sistem Kotabaru
Periode Tahun 2003
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Periode
16 s/d 31 Mei 2003
1 s/d 15 Juni 2003
16 s/d 30 Juni 2003
1 s/d 15 Juli 2003
16 s/d 31 Juli 2003
1 s/d 15 Agustus 2003
16 s/d 31 Agustus 2003
16 s/d 30 September 2003
1 s/d 15 Oktober 2003
16 s/d 31 Oktober 2003
1 s/d 15 November 2003
16 s/d 30 November 2003
1 s/d 15 Desember 2003
16 s/d 31 Desember 2003
Rata-rata Beban Puncak

Daya
Mampu
Sistem (kW)
6.000
6250
5100
6030
5230
6030
6530
6130
6130
6170
6170
4320
6270
6930

Beban
Puncak
Malam
(kW)
4.928
5030
5090
4738
5387
5003
5133
4994
5019
5133
5203
5066
4852
5159
5052

Beban
Puncak
Siang
(kW)
3.513
3573
3433
3333
3283
3283
3383
3403
3423
3510
3570
3433
3633
3413
3442

Sumber : (PT. PLN (Persero) Wilayah


Kalimantan Tengah & Selatan) Cabang Kotabaru
TABEL 6
Data Beban Puncak PLTD Sistem Kotabaru
Periode Tahun 2004
No

Periode

1
2
3

1 s/d 15 Januari 2004


16 s/d 31 Januari 2004
1 s/d 15 Pebruari 2004

Daya
Mampu
Sistem (kW)
6510
5800
5800

Beban
Puncak
Malam
(kW)
5184
5329
5248

Beban Puncak
Siang (kW)

3423
3568
3523

Page | 62

Jurnal Power Tech


4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

16 s/d 29 Pebruari 2004


1 s/d 15 Maret 2004
16 s/d 31 Maret 2004
1 s/d 15 April 2004
16 s/d 30 April 2004
1 s/d 15 Mei 2004
16 s/d 31 Mei 2004
1 s/d 15 Juni 2004
16 s/d 30 Juni 2004
1 s/d 15 Juli 2004
16 s/d 31 Juli 2004
1 s/d 15 Agustus 2004
16 s/d 31 Agustus 2004
1 s/d 15 Sept 2004
16 s/d 30 Sept 2004
1 s/d 15 Oktober 2004
16 s/d 31 Oktober 2004
1 s/d 15 Nov 2004
16 s/d 30 Nov 2004
1 s/d 15 Des 2004
16 s/d 31 Des 2004
Rata-rata Beban Puncak

ISSN : 2302-3961
6360
6360
6360
6360
5510
6410
6160
6260
6910
7560
7660
7460
8560
6990
6990
7650
8210
8670
7670
6940
8770

5114
5296
5457
5251
5190
5273
5405
5374
5208
5236
5111
5122
5084
5258
5294
5533
5662
5689
5349
5376
5491
5314

3453
3569
3664
3563
3558
4046
3757
3616
3554
3599
3465
3391
3977
4206
4206
3870
3892
3933
3944
3949
4114
3743

Sumber : (PT. PLN (Persero) Wilayah


Kalimantan Tengah & Selatan) Cabang Kotabaru
TABEL 7
Data Beban Puncak PLTD Sistem Kotabaru
Periode Tahun 2005
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Periode
1 s/d 15 Januari 2005
16 s/d 31 Januari 2005
1 s/d 15 Pebruari 2005
16 s/d 28 Pebruari 2005
1 s/d 15 Maret 2005
16 s/d 31 Maret 2005
1 s/d 15 April 2005
16 s/d 30 April 2005
1 s/d 15 Mei 2005
16 s/d 31 Mei 2005
1 s/d 15 Juni 2005
16 s/d 30 Juni 2005
1 s/d 15 Juli 2005
16 s/d 31 Juli 2005
1 s/d 15 Agustus 2005
16 s/d 31 Agustus 2005
1 s/d 15 September 2005
16 s/d 30 September 2005
1 s/d 15 Oktober 2005
16 s/d 31 Oktober 2005
1 s/d 15 November 2005
16 s/d 30 November 2005
1 s/d 15 Desember 2005
16 s/d 31 Desember 2005
Rata-rata Beban Puncak

Daya
Mampu
Sistem
(kW)
8770
8820
8820
8460
8460
9010
9010
8410
9010
8910
8910
8460
8460
8460
8710
8710
8710
8710
8710
8710
7710
7710
7710
8710

Beban
Puncak
Malam
(kW)
5689
5784
5634
5759
5629
5619
5484
5589
5634
5604
5682
5672
5482
5502
5642
5522
5407
5582
5702
5702
5454
5494
5762
5586
5609

Beban Puncak
Siang (kW)

3884
4267
3934
4102
4395
3904
4039
4032
4079
4059
4022
4322
4002
3852
4002
3962
3922
4172
4119
4119
4072
4172
4242
4282
4082

Sumber : (PT. PLN (Persero) Wilayah


Kalimantan Tengah & Selatan) Cabang Kotabaru

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

TABEL 8
Data Beban Puncak PLTD Sistem Kotabaru
Periode Tahun 2006
No

Periode

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

16 s/d 31 Januari 2006


1 s/d 15 Pebruari 2006
16 s/d 28 Pebruari 2006
1 s/d 15 Maret 2006
16 s/d 31 Maret 2006
1 s/d 15 April 2006
16 s/d 30 April 2006
1 s/d 15 Mei 2006
16 s/d 31 Mei 2006
1 s/d 15 Juni 2006
16 s/d 30 Juni 2006
1 s/d 15 Juli 2006
16 s/d 31 Juli 2006
1 s/d 15 Agustus 2006
16 s/d 31 Agustus 2006
1 s/d 15 September 2006
16 s/d 30 September 2006
1 s/d 15 Oktober 2006
16 s/d 31 Oktober 2006
Rata-rata Beban Puncak

Daya
Mampu
Sistem
(kW)
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
8710
6160

Beban
Puncak
Malam
(kW)
5812
5642
5482
5802
5722
5782
5662
5616
5891
5643
5473
5453
5263
5233
5323
5413
5344
5298
5350
5537

Beban
Puncak
Siang (kW)
4262
4382
3917
4362
4412
4522
4372
4351
4251
4250
4049
4059
3939
3979
3979
4169
3979
4159
4009
4179

Sumber : (PT. PLN (Persero) Wilayah


Kalimantan Tengah & Selatan) Cabang Kotabaru

Dari data hasil penelitian yang di peroleh


dari sumber maka dapat disajikan dengan
menunjukkan pertumbuhan beban yang
terjadi selama empat periode, yaitu mulai
pertengahan tahun 2003 sampai dengan
akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut :
TABEL 9
Rata-rata Beban Puncak PLTD Sistem
Kotabaru Periode 2003 2006
No

Periode

Beban Puncak
Malam (kW)

1
2
3
4

2003
2004
2005
2006

5053
5313
5609
5537

Beban Puncak
Siang (kW)

3441
3743
4082
4179

Page | 63

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

E. Metode Analisis
Untuk mengolah data hasil penelitian
tersebut, maka peneliti menggunakan
metode:
a. Harga relatif merupakan metode yang
paling sederhana dan cocok untuk
mengukur perbedaan nilai nilai satu
macam variable yang berbeda.
Rumus :

I DRn

Pn
P0

Dimana :
I DRn Indeks Data Ralatif tahun ke-n
Pn Data pada tahun ke-n
P0 Data pada tahun dasar.
b. Perhitungan rata-rata dibagi menjadi 2,
yaitu : Mayor Mean dan minor mean.
Rata rata hitung / mean adalah rata
rata populasi dilambangkan dengan ,
rata rata sample dilambangkan dengan
X. untuk data yang dikelompokkan
menggunakan rumus :
X

Dimana :
X Rata rata
X i Data Ke-I
n Banyaknya data
c. Untuk dapat merencanakan penambahan
kapasitas
tenaga
listrik
pada
pengembangan PLTD sistem Kotabaru,
dibutuhkan data beban mulai beban
awal hingga perkiraan beban dimasa
mendatang. Untuk itu perlu estimasi
laju pertumbuhan beban untuk tiap
tahunnya.
Pertumbuhan beban ini didasarkan atas
estimasi (peramalan) dan ramalan-ramalan

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

dari (sumber PLN, Ramalan tahun 2003


2006) :
1) Pendataan perkembangan beban dari
tahun ke-tahun yang meliputi :
a) Beban
industri
yang
sudah
tersambung dan yang masih
menunggu penyambungan daya.
b) Data beban untuk pelayanan umum
seperti : perumahan termasuk
pertokoan, perkantoran, sekolahsekolah,
tempat
ibadah
dan
penerangan jalan umum.
c) Fluktuasi beban selama 24 jam yang
menggambarkan kurva beban.
2) Perencanaan perluasan daerah yang
telah dibuat seperti :
a) Rencana perluasan daerah industri.
b) Rencana
perluasan
perumahan
maupun perkantoran.
3) Pertumbuhan kerapatan penduduk yang
tentunya menambah permintaan daya,
serta adanya peningkatan sosial
ekonomi penduduk yang dilayani oleh
PLTD sistem Kotabaru.
Dari pedoman di atas dapat diramalkan laju
pertumbuhan beban setiap tahun dan besar
beban
dimasa
mendatang.
Dengan
mengelompokkan daerah pelayanan PLTD
sistem Kotabaru ini maka beban akhir dari
PLTD sistem Kotabaru dapat diperkirakan.
Karena terbatasnya data yang diperoleh,
maka pedoman diatas diabaikan. Sehingga
data peramalan beban ditentukan dengan
data beban yang masa lalu, maka besar laju
pertumbuhan beban dapat dihitung dengan
pendekatan matematis :
n
Ln L0 1 r
Page | 64

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

Keterangan :
Ln Beban setelah n tahun (kW)
L0 Beban awak (kW)
r Laju pertumbuhan beban (%)
n Periode tahun ke-n
Misalkan beban awal L0 10kW, dan beban
tahun ketiga L3 13,31kW, maka laju
pertumbuhan bebannya ( r ) adalah :
13,31 = 10 (1 + r)3
13,31/10 = (1 + r)3
ln 1,331 = 3 ln (1 + r)
ln (1 + r) = 0,09531
r = ln-1 (0,09531) 1
=0,1 = 10 %

kW sebagai periode pertama (n = 1) maka


diperoleh laju pertumbuhan beban ( r )
sebagai berikut :
n
Ln L0 1 r
1
L1 L0 1 r
5313 5053 1 r

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Seperti telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, rencana penyediaan kapasitas
tenaga listrik untuk 10 tahun kedepan di
wilayah Kotabaru pada penelitian ini
didasarkan pada criteria dimana kecukupan
daya akan selalu dipertahankan guna
mengatasi keseimbangan pertumbuhan
beban yang akan dilayani oleh PLTD
system Kotabaru. Jadi, kapasitas pasti
(Firm Capacity) suatu PLTD system
Kotabaru selalu diambil lebih besar atau
sama dengan beban.
Untuk memperoleh perkiraan data
beban dimasa mendatang adalah dengan
mengetahui berapa besar laju pertumbuhan
beban pada wilayah kotabaru yang dilayani
oleh PLTD system Kotabaru. Berdasarkan
data yang sudah ada pada table 9, dapat
diperkirakan besar laju pertumbuhan beban
awal pada tahun 2003 (Lo) sebesar 5053
kW dan L1 pada tahun 2004 adalah 5313

Beban
Puncak
(kW)
5053
5313
5609
5537

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

5313 5053
0,05145
5053
r 0 0 r 100 0 0 0,05145 100 0 0
r

r 5,145 0 0

Dengan cara yang sama untuk beban


puncak yang lain, dapat dilihat perhitungan
pada table berikut ini :
Tabel 10
Hasil Perhitungan Laju Pertumbuhan
Beban
Tahun

2003
2004
2005
2006

0
1
2
3

Dimana

Laju
Pertumbuhan
Beban r (%)
5,145
11,003
9,578

5,145 11,003 9,578


3
0
0
8,58 0 9 0
r

Dengan memperkirakan bahwa kondisi


lingkungan tidak berubah atau konstan,
dengan kata lain besar beban yang
bertambah sesuai dengan laju pertumbuhan
beban 9 %, maka perkiraan beban dimasa
mendatang
dapat
dihitung
dengan
persamaan di atas dan hasilnya dapat
dilihat pada table 11 berikut ini :
Tabel 11
Data Perkiraan Beban Pada PLTD
Sistem Kotabaru
Page | 65

Jurnal Power Tech


n
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Periode
Perencanaan

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

ISSN : 2302-3961
Tahun

Beban (kW)

2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016

5053
5507
6002
6542
7130
7771
8470
9232
10.062
10.967
11.954
13.029
14.201
15.479

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.


A. KESIMPULAN
Dengan
melihat
hasil
dari
pembahasan yang telah dilakukan peneliti
dalam merencanakan kapasitas penyediaan
tenaga listrik di wilayah PLN (Persero)
Cabang Kotabaru khususnya pelanggan
yang dilayani oleh PLTD system Kotabaru
untuk 10 tahun kedepan maka dapat
disimpulkan bahwa laju pertumbuhan
beban dalam tiap tahunnya adalah 9%
selama 10 periode dalam waktu 10 tahun,
dengan beban awal 6542 kW sebagai usaha
pengembangan PLN (Persero) Cabang
Kotabaru yang dilayani oleh PLTD system
Kotabaru.
B. SARAN SARAN.
Dari hasil analisis peramalan beban
pada PLTD system Kotabaru menunjukkan
kondisi beban pada tahun 2009 hampir
mendekati beban penuh dari daya mampu

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

pembangkit tenaga listrik. Oleh karena itu


disarankan:
a. Kapasitas pembangkit listrik yang harus
disediakan
untuk
melayani
pelanggannya di wilayah Kotabaru
sepuluh tahun yang akan datang sesuai
dengan peramalan beban sebesar 15.479
kW.
b. Adapun
sistematika
penambahan
kapasitas pembangkit listrik dalam
kurun waktu selama sepuluh tahun itu
secara berkala, dalam memenuhi
kebutuhan energi listrik di PLTD system
Kotabaru.
Sedangkan untuk penambahan kapasitas
pembangkit listrik di PLTD system
Kotabaru sebaiknya memakai Pembangkit
Listrik Tenaga Uap, mengingat bahan baku
yang ada di Kotabaru cukup memadahi,
disamping itu keberadaan PLTD yang ada
sekarang sudah berada di lingkungan
penduduk yang padat yang akhirnya
lingkungan disekitarnya menjadi bising,
dan kebocoran pembuangan limbah oli
sudah meresahkan lingkungan sekitarnya.
Daftar Pustaka.
1. Badan Pusat Statistik Kotabaru, 2004,
Kabupaten Kotabaru Dalam Angka
2004,
BAPPEDA
KABUPATEN
KOTABARU (BPS).
2. Kadir, Abdul, 2000, Distribusi dan
Utilisasi Tenaga Listrik, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.

Page | 66

Jurnal Power Tech


3. Kustono, Djoko, 2005, Analisis
Korelasi dan Regresio, Lembatga
Penelitian Universitas Negeri Malang,
Malang.
4. Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi
Listrik, Penerbit Erlangga, Ciracas,
Jakarta 13740.
5. Materi Diklat Bidang Teknik Sub
Bidang Pembangkitan, Pengoperasian
PLTD, 2005, PT PLN (Persero) Jasa
Diklat Unit Pendidikan dan Pelatihan
Bogor.
6. Materi Kursus Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, 2004, Institut Semen
dan Beton Indonesia, Ciangsana,
Gunung Putri Bogor.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961

7. PUIL, 2003, Penerbit Yayasan PUIL,


Jakarta.
8. Robert W, Hass, 1995, Marketing
Management, Business Publication,
Texas.
9. Setyadin, Bambang, 2005, Desain dan
Metode Penelitian Kuantitatif, Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Malang,
Malang.
10. Widayati, Asih, 2004, Buku Ajar
Statistik Bisnis, Kerja sama Politeknik
Negeri Malang dengan Politeknik
Kotabaru.

Page | 67

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PENERAPAN LAYANAN IPTV DI


INDONESIA DENGAN PENDEKATAN METODE ENTERPRISE RISK
MANAGEMENT(STUDI KASUS PT. TELKOM)
Triyanto Pangaribowo
Jurusan Teknik Listrik Polieknik Kotabaru
Jl. Raya Stagen Km. 9,5 Kotabaru. Kalimantan Selatan
Email : t_pangaribowo_st@yahoo.com.sg
Abstrak
IPTV di Indonesia merupakan teknologi baru yang dikembangkan oleh PT. Telkom
Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan televisi yang
berkualitas dan interaktif dan sebagai pengganti produk telepon kabel yang semakin
menurun.
Dalam memberikan pelayanan IPTV yang berkualitas, perlu analisis risiko
operasional yang memungkinkan terjadi dimasa mendatang. Serta perencanaan
menghadapi semua risiko yang dapat menyebabkan gangguan operasional layanan IPTV.
Untuk membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan penanganan risiko
diperlukan analisis terhadap risiko yang sudah terjadi dan yang memungkinkan terjadi
kembali dimasa mendatang.
Menganalisis potensi risiko operasional layanan IPTV adalah tujuan dari penelitian
ini. Analisis risiko operasional layanan IPTV pada penelitian ini menggunakan
pendekatan metode Enterprise Risk Management. Hasil Analisis risiko tersebut sebagai
bahan masukan dalam pengambilan keputusan penanganan risiko operasional layanan
IPTV.
Analisis risiko operasional layanan IPTV ditujukan untuk mengetahui besar
kemungkinan risiko yang dapat terjadi dimasa mendatang. Berdasarkan hasil analisa
risiko jaringan infrastruktur memiliki kemungkinan terjadi paling besar.
Kata Kunci : IPTV, Risiko Operasional, Enterprise Risk Management
1. PENDAHULUAN
IPTV (Internet Protocol Television)
adalah layanan televisi digital yang
dikirimkan menggunakan internet protocol
melalui infrastruktur jaringan. Pengiriman
sinyal televisi digital tersebut melewati

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

sebuah koneksi broadband yang digunakan


dalam sebuah jaringan dengan kualitas
pelayanan yang terjamin. Teknologi ini
merupakan langkah baru industri televisi
dalam mengatasi kekurangan teknologi
televisi tradisional saat ini.

Page | 68

Jurnal Power Tech


Layanan
IPTV
di
Indonesia
diluncurkan pada tanggal 4 Juni 2011 oleh
PT. Telkom adalah konvergensi teknologi
telekomunikasi dengan penyiaran. IPTV
secara umum meliputi broadcast televisi
dan video diatas akses internet dan
interaksi
multimedia
dengan
true
broadband seperti game. Selain itu juga
ada layanan content on demand yang
termasuk TV on demmand, video on
demmand, music on demmand, dan karaoke
on demmand.
Dalam rangka mendukung distribusi
layanan IPTV maka PT. Telkom
membangun teknologi akses yang memiliki
kemampuan menyediakan bandwidth yang
besar yaitu dengan jaringan akses fiber
optik. Fiber optik memiliki kelebihan tidak
mudah terpengaruh interferensi gelombang
elektromagnetik,
bebas
korosi
dan
menyediakan rugi-rugi minimal untuk
transportasi data, dengan segala kelebihan
itu teknologi ini mampu mengakomodasi
kebutuhan bandwidth untuk transmisi
IPTV.
Selain
infrastruktur,
dibutuhkan
perangkat teknologi sebagai pendukung
operasional layanan IPTV yang mampu
mengakomodasi kebutuhan pelanggan. Jika
nperangkat pendukung IPTV tersebut tidak
terpenuhi tentunya akan menemui banyak
kendala dalam operasionalnya .
Risiko aset perangkat teknologi IPTV dapat
muncul tanpa diprediksi sebelumnya yang
dapat menyebabkan gangguan operasional
IPTV bahkan sampai menimbulkan
kerugian
bagi
perusahaan.
Risiko
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
kerusakan peralatan teknologi sangat
mungkin terjadi dimasa mendatang
sehingga diperlukan sebuah metode untuk
menganalisis risiko operasional layanan
IPTV sebagai alat bantu pengambilan
keputusan penanganan risiko.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 IPTV(Internet Protocol Television)
Menurut peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia
Nomor: 11/per/m.kominfo/07/2010 Ban 1
Pasal 1 menyatakan bahwa Televisi
Protokol Internet (Internet Protocol
Television/ IPTV) yang selanjutnya
disingkat IPTV adalah teknologi yang
menyediakan layanan konvergen dalam
bentuk siaran radio dan televisi, video,
audio, teks, grafik, dan data yang
disalurkan ke pelanggan melalui jaringan
protocol internet yang dijamin kualitas
layanannya, keamanannya, kehandalannya,
dan
mampu
memberikan
layanan
komunikasi dengan pelanggan secara 2
(dua) arah atau interaktif dan real time
dengan menggunakan pesawat televisi
standar dan/atau alat telekomunikasi yang
menggunakan media audio visual.
Implementasi IPTV pertama oleh PT.
Telkom Indonesia pada tanggal 4 Juni
2010. Belajar dari sukses perusahaan
Telekomunikasi negara lain (antara lain:
PCCW Hongkong, True, TT&T, TOT
Thailand, Singtel Singapore, PTCL
Pakistan, Chunghwa Telecom Taiwan,
Neuf France dan Quest USA), menurut
skenario implementasi IPTV oleh PT.
Page | 69

Jurnal Power Tech


Indonusa
Telemedia
2006
perlu
diperhatikan
tujuh
faktor
kritis
implementasi
IPTV,
yaitu:
System
Integration Expertise, Operation Know
How, Network Conditioning (Bandwidth
and Quality of Service), Content
Acquisition, Broadband Customer Based,
PayTV Licensed dan Select a Proven
Solution.

Gambar. 2.1. Arsitektur IPTV


Fungsi masing-masing bagian adalah
1. Head end, terdiri dari IRD ( integrated
receiver decoder) yang berfungsi
sebagai penerima kanal televisi melalui
satelit, dan encoder yang berfungsi
mengubah format video ke MPEG-4
untuk dilewatkan ke jaringan IP
2. Middleware merupakan komponen
utama pengendali layanan IPTV.
Middleware terintegrasi dengan VoD
server, conten managemen/delivery
system (CMS/CDS), end user terminal,
CD (condition access)/DRM(Digital
right management) dan NMS
3. BCMS
(business
and
content
management system) merupakan sistem
yang digunakan untuk mengelola bisnis
dan konten sistem IPTV
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
4. VoD (video on demand) merupakan
sitem yang memberikan layanan on
demand kepada pelanggan
5. CA(condition Acsess) adalah suatu
mekanisme yang memungkinkan sistem
memberikan hak akses terautentikasi
tehadap sebuah program yang diminta
user
6. End Terminal dibagi beberapa tipe
tergantung akses yang digunakan.
Untuk jaringan private akan digunakan
home gateway dan set top box. Dimana
home gateway merupakan gerbang
koneksi ke Broadband. Sedangkan STB
merupakan perangkat antarmuka dari
home gateway ke terminal TV
pelanggan. Untuk jaringan publik akan
digunakan client application yang
diinstall di perangkat dan terintegrasi
dengan browser yang digunakan
7. Merupakan perangkat yang digunakan
untuk membantu distribusi konten
diatas jaringan
8. CDN( Content Delivery Network)
merupakan perangkat yang digunakan
untuk membantu distribusi konten
diatas jaringan
9. NMS(network management service)
merupakan sistem yang digunakan
untuk memelihara dan memonitor
jaringan yang digunakan mendeliver
layanan IPTV
2.2. Enterprise Risk Management
Enterprise Risk Management (ERM)
adalah sebuah proses, berpengaruh pada
sebuah entitas jajaran direksi, pihak
Page | 70

Jurnal Power Tech


manajemen,
dan
personel
lain,
diaplikasikan dalam pengesetan strategi di
dalam
perusahaan,
didesain
untuk
mengidentifikasi event yang potensial yang
dapat berpengaruh pada entitas, dan
mengelola risiko dengan penerimaan risiko
yang diharapkan, untuk menyediakan
jaminan
yang
beralasan
terhadap
penerimaan setiap objek entitas.
Inti dari manajemen risiko enterprise
adalah bahwa setiap entitas yang ada
mempunyai nilai untuk stakeholders.
Semua
entitas
selalu
menghadapi
ketidakpastian dan yang menjadi tantangan
adalah
bagaimana
mengelola,
mengidentifikasi
seberapa
besar
kemungkinan ketidakpastian yang mungkin
diterima
untuk meningkatkan
nilai
stakeholder.Ketidakpastian merepresentasikan risiko dan peluang dimana memiliki
potensi untuk mengikis atau mengubah
nilai.
Manajemen
risiko
enterprise
membuat
pengelolaan
ketidakpastian
menjadi lebih efektif terkait dengan risiko
dan peluang dengan tujuan untuk
mempertinggi nilai.
Manajemen risiko enterprise meliputi:
1) Menyelaraskan risiko keinginan dan
strategi mempertimbangkan entitas
risiko keinginan dalam mengevaluasi
alternatif yang strategis, mengeset
objek-objek
yang
terkait,
dan
mengembangkan mekanisme untuk
mengelola risiko terkait.
2) Mengubah keputusan respon adanya
risiko enterprise risk management
menyediakan
aturan
untuk
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961

3)

4)

2)

3)

mengidentifikasi dan memilih alternatif


respon/pencegahan
adanya
risiko,
mengurangi risiko, membagi risiko, dan
menerima risiko.
Mengurangi operasional dan kerugian
tak terduga entitas mempunyai
kemampuan untuk mengidentifikasi
event yang potensial dan membangun
respon, mengurangi biaya dan kerugian
tidak terduga.
Mengidentifikasi dan mengelola risiko
enterprise/perusahaan

setiap
perusahaan menghadapi risiko dengan
kondisi berbeda sebagai bagian dari
organisasi dan manajemen risiko
memfasilitasi respon yang efektif ke
pengaruh-pengaruh
terkait
dan
mengintegrasikan respon ke berbagai
risiko yang mungkin timbul
Meraih
peluang

dengan
mempertimbangkan jangkauan event
yang potensial, pihak manajemen
diposisikan untuk mengidentifikasi dan
proaktif merealisasikan peluang.
Memperbaiki
penyebaran
kapital
(deployment of capital) mendapatkan
informasi risiko yang handal dan
mengijinkan pihak manajemen untuk
memprediksi semua kebutuhan kapital
yang efektif dan mengubah alokasi
kapital.

2.2.1 Teknik-Teknik Indentifikasi Risiko


Teknik-teknik untuk mengidentifikasi
risiko pada suatu perusahaan adalah
sebagai berikut:
a) Bertukar pikiran (brainstorming)
Page | 71

Jurnal Power Tech


b) Membangun data yang berisi segala
inventori yang dipunyai dan kerugian
yang pernah dialami
c) Wawancara pada personel-personel
organisasi
yang
terkait
dan
memperkirakan risiko
d) Memfasilitasi
workshop
untuk
mendiskusikan risiko
e) Analisi SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)
f) Kuesioner dan survei risiko
g) Analisis skenario strategi penanganan
risiko
h) Menggunakan
teknologi
untuk
mengidentifikasi
risiko
dan
memutuskan strategi penanganan yang
harus diterapkan
2.2.2 Elemen-elemen ERM
Elemen-elemen ERM adalah sebagai
berikut:
a) Komitmen Chief Executive Officer
(CEO)
b) Kebijaksanaan
risiko
dan
misi
perusahaan
c) Laporan unit bisnis, dan jajaran
eksekutif
d) Pengembangan
kerangka
kerja
(framework) risiko
e) Pengembangan bahasa risiko yang
umum
f) Teknik untuk mengidentifikasi risiko
g) Perangkat untuk memperkirakan risiko
h) Perangkat untuk melaporkan dan
memonitor risiko
i) Keterkaitan risiko pada pihak-pihak
yang sesuai dan bertanggung jawab
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
j) Keterkaitan risiko dengan fungsi
keuangan dan pendanaan
k) Pengintegrasian indentifikasi risiko dan
perkiraan risiko ke strategi organisasi
2.2.3. Framework ERM
Dua buah framework Enterprise Risk
Management (ERM) adalah COSO dan
RIMS.
Keduanya
mendeskripsikan
pendekatan
untuk
mengidentifikasi,
menganalisa, bertanggung jawab, dan
memonitor risiko ataupun peluang di dalam
maupun di luar lingkungan yang dihadapi
perusahaan.
COSO memiliki delapan komponen dan
empat kategori objek. Delapan komponen
tersebut antara lain:
a) Lingkungan
internal
(internal
environment)
b) Setting objek (objective setting)
c) Identifikasi event (event identification)
d) Perkiraan risiko (risk assesment)
e) Tanggung jawab risiko (risk response)
f) Aktivitas kontrol (control activities)
g) Komunikasi dan informasi (information
and communication)
h) Pengawasan (monitoring)
Empat kategori objek antara lain:
1) Strategi tujuan akhir, mendukung misi
organisasi
2) Operasi menggunakan sumber daya
secara efektif dan efisien
3) Laporan finansial
4) Pemenuhan (compliance) sesuai
dengan hukum dan regulasi yang
berlaku

Page | 72

Jurnal Power Tech


RIMS (Risk and Insurance Management
Society) mendefinisikan ERM sebagai
kultur, proses, dan perangkat untuk
mengidentifikasi peluang yang strategis
dan mengurangi ketidakpastian. ERM
merupakan kumpulan pandangan mengenai
risiko dari sudut pandang operasional
maupun strategis dan merupakan proses
yang
mendukung
pengurangan
ketidakpastian
serta
mempromosikan
ekploitasi peluang.
Menurut RIMS Risk Maturity Model
untuk ERM terdapat tujuh buah kompetensi
utama sebaik apa manajemen risiko
enterprise dapat dicapai, berikut adalah
tujuh kompetensi berdasarkan RIMS Risk
Maturity Model:
a) ERM berbasis pendekatan (based
approach) derajat dukungan untuk
ERM dari segi kultur perusahaan.
Mengacu pada pemenuhan regulasi
untuk semua proses, fungsi, garis bisnis,
aturan, dan geografi. Derajat integrasi,
komunikasi, dan koordinasi audit
internal, teknologi informasi, kontrol,
dan manajemen risiko.
b) ERM manajemen proses (process
management) derajat bergolaknya
proses ERM yang mengacu pada proses
bisnis dan menggunakan langkah proses
ERM
untuk
mengidentifikasi,
memperkirakan,
mengevaluasi,
mengurangi, dan memonitor. Derajat
menggabungkan metode kualitatif yang
didukung metode kuantitatif, analisis,
dan perangkat (tools).

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
c) Manajemen risiko keinginan (risk
appetite management) derajat
pemahaman akibat risiko perdagangan
pada bisnis perusahaan. Perhitungan
dengan
kepemimpinan
dan
kebijaksanaan
memandu
pembuat
keputusan dan memperkecil jarak antara
yang diinginkan dengan risiko yang
sesungguhnya.
Risiko
keinginan
mendefinisikan lingkup risiko yang
diterima
dan
toleransi
risiko
mendefinisikan variasi ukuran risiko
keinginan yang dianggap akan diterima.
d) Akar
kedisiplinan
(root
cause
discipline) derajat disiplin yang
diaplikasikan untuk mengukur akar
permasalahan dan mendefinisikan event
yang terkait pada proses bisnis sehingga
dapat
mengurangi
ketidakpastian,
kumpulan informasi, dan mengukur
keefektifan kontrol. Derajat risiko dari
manusia, lingkungan eksternal, sistem,
proses, dan relasi harus dieksplorasi.
e) Risiko yang tidak di-cover (uncovering
risk) derajat kualitas dan cakupan
penetrasi dari aktivitas prediksi risiko
dalam dokumentasi risiko dan peluang.
Derajat kumpulan pengetahuan dari
tenaga ahli, basis data, dan file
elektronik (seperti Microsoft Word,
Microsoft Excel) untuk menghubungkan
antar perusahaan.
f) Manajemen performansi derajat
dijalankannya visi dan strategi, bekerja
dari keuntungan finansial, kastamer,
proses bisnis, dam pembelajaran
perkembangan sudut pandang seperti
Page | 73

Jurnal Power Tech


balanced scorecard dari Kaplan atau
pendekatan sejenis yang lainnya.
Derajat didapatnya ketidakpastian atau
deviasi potensial dari rencana atau
pengharapan.
g) Keterikatan dan dukungan bisnis
(business resiliency and sustainability)
Tingkatan pada aspek dukungan
proses ERM yang terintegrasi pada
perencanaan operasional. Termasuk
juga evaluasi bagaimana perencanaan
mendukung keterikatan dan nilai.
Derajat kepemilikan dan perencanaan
dapat mencakup dan mengatasi
permasalahan
platform
teknologi.
Contohnya vendor dan kebebasan serta
kemandirian
distribusi,
gangguan
peluang
supply
(supply
chain),
perubahan harga pasar yang ekstrim,
perubahan aliran dana, likuiditas bisnis,
dan lain sebagainya.
2.5.4. Tipe-tipe Fungsi Risiko
Fungsi primer risiko pada sebuah
perusahaan
besar
yang
mungkin
berpartisipasi dengan program ERM adalah
sebagai berikut:
a) Perencanaan strategi mengidentifikasi
ancaman eksternal dan peluang
kompetitif terkait dengan inisiatif yang
strategis pada penanganannya.
b) Pemasaran memahami target kastamer
untuk memastikan produk atau layanan
sesuai dengan yang dibutuhkan
kastamer.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

ISSN : 2302-3961
c) Pemenuhan dan etik memonitor
pemenuhan dengan investigasi secara
langsung
d) Pemenuhan finansial mengidentifikasi
keuangan untuk laporan risiko finansial
e) Hukum departemen mengelola dan
menganalisa trend penting yang legal
dan dapat berpengaruh pada organisasi
f) Jaminan menjamin semua yang butuh
jaminan pada organisasi
g) Kekayaan

memastikan
dana
memenuhi kebutuhan bisnis ketika
manajemen risiko terkait dengan harga
komoditas dan ekspor impor
h) Jaminan
kualitas
operasional
(Operational Quality Assurance)
memverifikasi keluaran operasional
beserta toleransinya
i) Manajemen operasional memastikan
bisnis tetap berjalan
j) Kredit memastikan kredit yang
diberikan ke kastamer sesuai dengan
kemampuan bayar mereka
k) Layanan kastamer memastikan
keluhan kastamer ditangani dengan
benar
l) Audit
internal

mengevaluasi
efektivitas dari setiap fungsi risiko dan
merekomendasikan perbaikan
a) Mengembangkan
laporan
hasil
konsolidasi untuk macam-macam hal
yang terkait (stakeholders)
b) Memonitor hasil aksi yang dilakukan
untuk mengurangi risiko
c) Memastikan risiko dapat ditangani
dengan efisien oleh auditor internal, tim
konsultan, dan entitas evaluasi lainnya.
Page | 74

Jurnal Power Tech

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pengumpulan Data
1. Wawancara
Yang dimaksud wawancara adalah
proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab,
sambil
bertatap
muka
antara
penanya/pewawancara
dengan
penjawab/responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara).
2. Studi dokumen
Studi dokumen dilakukan dengan
mempelajari berbagai laporan,manual dan
materi tertulis lainnya pada unit kerja yang
menjadi obyek manajemen risiko untuk
mengetahui kejadian apa saja yang bisa
terjadi dan kemungkinan penyebabnya
3. Analisis dan Penilaian risiko
Langkah selanjutnya risiko diidentifikasi
dan dikelompokan berdasarkan arsitektur
IPTV. Kemudian risiko dianalisis dan
dinilai dengan menggunakan pendekatan
enterprise risk management
4. HASIL DAN ANALISIS

ISSN : 2302-3961
Risiko yang sudah diidentifikasi kemudian
dikelompokkan berdasarkan arsitektur
IPTV. Pengelompokkan risiko ditampilkan
pada table 4.1 pada table 4.1 menampilkan
risiko dan factor penyebanya.
Tabel 4.1. Risiko dan Dampak Risiko
Risiko

Risiko
infrastruktur
jaringan
fiber optic

Risiko
Teknologi
perangkat
IPTV

Kejadian
Risiko
Kerusakan
Jaringan fiber
optic,
Kualitas
Jaringan
Masa operasi
alat
Kesalahan,
Pengoperasian
Alat,
Bencana
Alam

Risiko
pelanggan

Target
pelanggan
tidak
terpenuhi

Risiko
satelit

Kehilangan
Satelit

Risiko
Sumber
Daya
Manusia

Kurang cepat
dalam
merespon
permasalahan

4.1. Identifikasi Risiko Operasional IPTV

Proses identifikasi risiko dengan


mengacu pada arsitektur IPTV. Risiko
operasional IPTV perusahaan dipengaruhi
oleh faktor sumber daya manusia, teknologi
dan bencana alam, selain itu juga
dipengaruhi oleh faktor ekternal. Faktorfaktor
risiko
operasional
tersebut
memberikan
dampak
yang
dapat
mempengaruhi operasional perusahaan.
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Faktor Penyebab
Bencana alam (gempa
bumi,
tanah
longsor,kebakaran,
petir), faktor eksternal
seperti Human error ,
pencurian dll
Bencana alam (gempa
bumi, kebakaran, petir
dll), faktor eksternal
seperti Human error ,
pencurian
dengan
pengrusakan dll
Persaingan
bisnis
terutama
tarif
dan
layanan,
adanya
teknologi baru yang
mengancam keberadaan
IPTV
Keterbatasan
masa
operasi yang disebabkan
oleh
kualitas
konstruksinya,
ketahanan
sistem,
subsistem
dan
komponen,
cadangan
bahan bakar di dalam,
keakuratan peluncuran
ke orbit, risiko terhadap
badai mikrometeorit
Kurangnya pelatihan,
dan koordinasi antar
karyawan

4.2. Analisis dan Penilaian Risiko


Operasional
Proses penilaian risiko berdasarkan pada
interview, studi dokumen dan pengamatan
Page | 75

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

terhadap kejadian yang telah terjadi selama


penyelenggaraan
IPTV.
Kemudian
dilakukan analisa terhadap frekuensi dan
dampak suatu risiko.
Tabel.4.2 Level kemungkinan terjadi
risiko
Level
Almost
Never
Unlikely

Kemungkinan
Uraian
Frekuensi
Hampir Tidak Pernah Tidak dalam 2 tahun
Terjadi

Possible

Kemungkinan Terjadi
ada Tapi Kecil
Kemungkinan
Terjadi(kadangkadang)

Likely

Sering Terjadi

Almost
Certain

Terjadi 1 kali dalam 2


tahun
Terjadi 2 kali dalam 2
tahun

Terjadi 3 - 4 kali
dalam 2 tahun
Sangat Sering Terjadi Lebih dari 5 kali
terjadi dalam 2 tahun

Untuk kriteria pada masing-masing istilah


dapat digunakan kriteria minor, moderate,
severe, major dan worse case, seperti
ditunjukkan pada table 4.3 dibawah ini
Tabel.4.3 Skala dampak risiko
Dampak
Level

Uraian

Minor

Dampaknya sangat kecil

Moderate

Dampaknya kecil

Severe

Dampaknya cukup besar

Major

Dampaknya besar

Worse Case

Dampaknya sangat besar

4.2.1 Risiko Infrastruktur Jaringan


Risiko
infrastruktur
diakibatkan
karena adanya gangguan jaringan yang
mendukung operasional IPTV baik yang
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

terjadi saat ini maupun yang akan datang.


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
risiko infrastruktur yang sering terjadi
terputusnya kabel fiber optic dan kualitas
jaringan yang belum maksimal karena
belum semua jaringan kabel tembaga
diganti dengan fiber optik
Terputusnya kabel fiber optic yang
sering terjadi diakibatkan bencana alam dan
karena adanya kesalahan manusia namun
risiko tersebut dapat dikendalikan dengan
baik
Tabel 4.4. Penilaian terhadap risiko
Infrastruktur Jaringan
Risiko
Terputusnya jaringan
fiber optic
Kualitas Jaringan

Dampak Kemungkinan
Worse
Likely
Case
Major
Possible

4.2.2 Risiko Teknologi Perangkat IPTV


Risiko perangkat IPTV disebabkan
kerusakan perangkat IPTV yang dapat
terjadi dimasa mendatang karena masa
operasi alat, petir, kesalahan pengoperasian
dan bencana alam.berdasarkan analisa
maka diperoleh risiko pada perangkat IPTV
yang ditunjukkan pada table 4.5
Tabel 4.5. Penilaian terhadap risiko
perangkat IPTV
Risiko
Dampak
Terbatas masa Major
operasi
perangkat
Kesalahan
Major
pengoperasian
perangkat
Bencana Alam
Worse

Kemungkinan
Almost Never

Unlikely

Almost Never

Page | 76

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

case

4.2.3 Risiko Pelanggan


Risiko target pelanggan tidak tercapai
memungkinkan terjadi dimasa mendatang
karena persaingan bisnis mengingat
larangan monopoli dalam dunia usaha.
Kedepan penyelenggaraan IPTV bukan
hanya didominasi oleh PT. Telkom, jadi
persaingan kualitas layanan dan tarif dapat
mempengaruhi jumlah pelanggan. Untuk
saat ini IPTV hanya diselenggarakan oleh
PT. Telkom jadi untuk 2 tahun ini belum
ada pesaing Telkom
Tabel 4.5. Penilaian terhadap risiko
pelanggan
Risiko
Dampak Kemungkinan
Target
Major
pelanggan
tidak terpenuhi

Kemungkinan
Possible

4.2.5 Risiko Satelit


Faktor yang mempengaruhi risiko
satelit dan mempengaruhi masa operasi
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Risiko
Dampak
Kemungkinan
Keakuratan
Worse Case Unlikely
peluncuran ke
orbit
Bencana Alam
Worse Case Almost Never

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa maka diperoleh
kesimpulan ;

Almost Never

4.2.4 Risiko Sumber Daya Manusia


Risiko sumber daya manusia disebabkan
kurangnya pelatihan,dan kurang cepat
dalam menangani gangguan baik perangkat
maupun jaringan. Berdasarkan hasil
analisis maka penilaian risiko sumber daya
manusia ditunjukkan pada table 4. 6
Tabel 4.6. Penilaian terhadap risiko
Sumber Daya Manusia
Risiko
Dampak
Kurang
cepat Major
respon terhadap
permasalahan

satelit yaitu kualitas konstruksinya,


ketahanan
sistem,
subsistem
dan
komponen, cadangan bahan bakar di dalam,
keakuratan peluncuran ke orbit, dan risiko
terhadap badai mikrometeorit, atau
benturan dengan pecahan orbit
Tabel 4.7. Penilaian terhadap risiko
satelit

1. Dampak risiko dan kemungkinan


tertinggi yang
terjadi yaitu risiko
infrastruktur
jaringan.
Risiko
infrastruktur jaringan terdiri dari
terputusnya kabel fiber optic yang
sering terjadi diakibatkan bencana alam
dan karena adanya kesalahan manusia
2. Risiko perangkat IPTV terdiri dari
kerusakan perangkat IPTV yang dapat
terjadi dimasa mendatang karena masa
operasi
alat,
petir,
kesalahan
pengoperasian dan bencana alam
3. Risiko target pelanggan tidak tercapai
memungkinkan
terjadi
dimasa
mendatang karena persaingan bisnis
baik dari segi kualitas layanan maupun
tariff layanan
4. Risiko sumber daya manusia terdiri dari
kurangnya pelatihan,dan kurang cepat
Page | 77

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

dalam menangani gangguan baik


perangkat maupun jaringan.
5. Rrisiko satelit terdiri dari kehilangan
satelit
karena
yaitu
kualitas
konstruksinya,
ketahanan
sistem,
subsistem dan komponen, cadangan
bahan bakar di dalam, keakuratan
peluncuran ke orbit, dan risiko terhadap
badai mikrometeorit, atau benturan
dengan pecahan orbit

[6]. Djohanputro.
2004.
Risiko
Korporat
Penerbit PPM, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Kusumadewi,Sri dan Purnomo, Hari.
(2010), Aplikasi Logika Fuzzy untuk
Pendukung Keputusan, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

[9]. Williams. C. Arthur, Jr. Heins.


Richard M, 1998. Risk Management
and Insurance. Sixth Mc Graw-Hill
International Editions. Singapore.

[2]. Kusumadewi, Sri. 2006. Neuro


Fuzzy: Integrasi Sistem Fuzzy dan
Jaringan Syaraf Tiruan. GrahaIlmu,
Yogyakarta.
[3].

Kusumadewi, Sri. (2003), Artificial


Intelligence (Teknik dan Aplikasinya),
Graha Ilmu, Yogyakarta.

[4]. Leo J Susilo dan Victor Riwu Kaho.


2010, Manajemen Risiko berbasis
ISO 31000 untuk industri non
perbangkan, Penerbit PPM, Jakarta.
[5]. Kountur, Ronny, 2004. Manajemen
Risiko Operasional : Memahami Cara
Mengelola
Risiko
Operasional
Perusahaan. PPM Jakarta.

Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Manajemen
Terintegrasi.

[7]. A Abas Salim. 1993. Dasar-Dasar


Asuransi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
[8]. Darmawi Herman,1994. Manajemen
Risiko, Bumi Aksara, Jakarta.

[10]. Pokoradi, Lazlo. 2002, Fuzzy Logic


Based Risk Assesment, AARMS,
Volume 1, Issued 1 (2002) 63-73,
University of Debrecen, Debrecen
Hungary
[11]. Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika
Republik
Indonesia
nomor : 11/per/m.kominfo/07/2010
tentang Penyelenggaraan Layanan
Televisi Protokol Internet (Internet
Protocol Television/ IPTV)
[12]. Committee of Sponsoring Organizations
(COSO) of the Treadway Commission.
2004. EnterpriseRisk Management
Integrated Framework.
[13]. Institute of Management Accountants.2007.
Enterprise Risk Management: Tools and
Techniquesfor Effective Implemetation.

Page | 78

Jurnal Power Tech

ISSN : 2302-3961

[14]. Basel Committee


on Banking
Supervision.Consultative Document:
The New Basel Capital Accord.
Bank for International Settlements,
2001.
.

Consultative Document: Operational


Risk. Bank for International Settlements,
2001.

. Working Paper on the Regulatory


Treatment of Operational Risk. Bank
for International Settlements, 2001.
[15]. Kusumadewi, S, 2004. Penentuan
Tingkat
Risiko
Penyakit
Menggunakan Tsukamoto Fuzzy
Inference Sistem, seminar nasional II:
the application of technology toward
a better life
[16]. Wiryono, KS, Suharto, 2008. Analisis
Risiko Operasional di PT. Telkom
dengan pendekatan metode ERM,
Jurnal Manajemen Teknologi, Vol. 7
No. 1
[17]. Laporan Tahunan Telkom 2011
[18]. Laporan Tahunan Telkom 2010
[19]. Johnson, David M. dan James
DeLoach.
Enterprise
Risk
Management A Renewed Focus.
www.protiviti.com.
[20]. http://en.wikipedia.org/wiki/Enterpris
e_Risk_Management
Vol 1 No. 1 Oktober 2012

Page | 79

You might also like