You are on page 1of 9

Artikelasli

KEJADIAN PERITONITIS PADA PASIEN CONTINUOUS AMBULATORY


PERITONEAL DIALYSIS: IDENTIFIKASI MIKROORGANISME DAN
SENSITIFITAS ANTIBIOTIK
ElizabethHaryanti,YennyKandari
ni,IGdeRakaW i
diana,WayanSudhana,
JodiLoekman,KetutSuwitra
DivisiGinjaldanHipertensi,Bagian/
SM FIlmuPenyakitDalam,FK Unud/RSUPSangl
ah,Denpasar
Email:el
iz349best
@ yahoo.
com
ABSTRACT
Pat
i
ent
st
reatedwithContinuousAmbulat
oryPeri
t
onealDi
al
ysi
s(CAPD)areconst
ant
l
yexposedtomicrobiali
nvasion
oft
he peri
t
onealcavity and rapid microbiologicaldi
agnosisofperi
toni
ti
sisessenti
aldue t
o Hospi
tal
izat
ion and i
mposesa
significant burden of morbidity. The aims of this study were to enumerate the association between microorganisms, sensitifity,
andresi
st
enceofantibioticonCAPD patientswit
hcl
ini
calperit
onit
is.
Wecol
l
ect
eddatathroughmedicalrecordsbyt
henumberofCAPD pat
i
ent
swi
t
hcl
i
ni
calperi
t
oni
t
i
sfrom June2004 unt
il
June2009.Thestudywasanalysiswithone-wayANOVA.Wefound23 pat
ient
scli
nicalperit
onit
isoutof77CAPD pat
ient
s,
wi
t
hi
nsi
dencewas14% per-year,aged 14 65 y (15M ;8F).Thechronicpyel
onephri
ti
cwasaleadi
ng (16/
23)causeofend
st
agesrenaldi
sease.EachpatientsunderwentHD pri
or(5 60 mont
hs)toCAPD,wit
hsurvivalt
imewas2 51 months.Outof
23 pat
i
ent
s,4 werereturnedtohemodialisis,15 weredi
ed,duetocardi
ogenicshock46.
7%.Asept
icperit
onit
iswas31.
3%,and
the common microorganism was staphylococcus 18.8%. Peritoneal fluid test showed mean score of sensitivity were tetracycline
22.93, ciprofloxacin 19.36, piperacillin-tazobactam 17.36, thrimetropin/sulfamethoxazole 16.5, fosfomycin 15.78, consecutively
and t
herestwereresistent.Staphylococuswasst
rongl
y rel
at
ed t
o insi
denceperit
onit
is,and t
etracycli
newasthemosthi
ghly
sensi
t
i
veant
i
bi
ot
i
cinCAPD patients.
Keywords:CAPD,peritonitis,microorganism,ant
i
bi
ot
ic

PENDAHULUAN
Sejak tahun 1976 Popovich dan rekan kerjanya
telah memperkenalkan penggunaan CAPD sebagai
alternatifterapiyang popularpada pasien end st
age
renal disease (ESRD),sehinggapadatahun1985 sudah
mencapai27.
000 pasien yang memakaiCAPD.Akan
tetapidariberbagaili
teraturdilaporkanangkakej
adi
an
peritonitis pada 6,
3 episode perpasien-pert
ahun.
Ditandaidarikeluhancairanperit
onealyangkeruhdan
gejalaklinisperitonit
is.Padaj
urnalinidisebutkanlebih
82

dari20% di
temukan mikroorgani
sme staphylococcus
1,
darihasilkul
turcai
ranperit
oneal
.2
Sej
ak t
ahun 1980 angka kej
adian peritonitis
padabeberapapusatdi
ali
sisberbeda,padasuatustudi
dil
aporkan1 epi
sodedari24 pasi
en,studilainmencatat
1 episodepada60 pasi
en.Di
dugakeanekaragamanini
dipengaruhiolehti
ngkatedukasidanti
dakterlepasdari
3
teknik pemasangan pada saatit
u. Pada sebuah pusat
dialisisdiBal
timore,di
kat
akan peri
tonitismerupakan
kompl
i
kasi mayor, meski
pun i
nfeksi candida
4
berpengaruh t
erhadap angkakesaki
t
an dan kematian.
J Peny Dalam, Volume 11 Nomor 2 Mei 2010

Pada Conggress Int


ernat
ionalSociet
y for Peri
toneal
Dialysiske-11 DiAmst
erdam-Neht
erl
ands,dipaparkan
beberapa hal tentang terapi CAPD sebagai renal
replacementtherapy yangmasihlebi
hungguldibanding
Hemodialisis dari efektifitas, adekuasi dan kepuasan
pasien. Pada kesempat
an tersebut dibahas sal
ah
satunyaterutamatentang peritonitis,infeksipadaexit
site dantunnel.Angkakejadianperit
onit
issudahmul
ai
berkurang oleh karena kewaspadaan dan pemberi
an
antibiotikyangrasional
,di
dapat
kan1 episodedari21,
5
pasienperbulanyangmanasebelumnya1 episodedari
5
9,
9pasien(menurun61%).
Untukmendi
agnosiskecuri
gaanperit
onit
ispada
pasienCAPD,dilakukanevaluasiklinisseperti,adanya
keluhancairanperitonealkeruh,nyeriperut,dilanj
utkan
denganpemeriksaangram dankulturcai
ranperit
oneal.
Akan tetapi keluhan cai
ran peritoneal keruh sudah
3
merupakantandamayoruntukkecurigaanperitoni
tis.
Pada beberapa studi penyebab peri
toni
ti
s
tersering ditemukan adalah mikroorganisme gram
positif, diantaranya staphylococcus aureus dan
3,
5
epidermidis.
Berbagai antimikrobial dipakai
sebagaiterapiperitoni
ti
s pada CAPD,tidak didapat
i
rekomendasiyang tetap oleh karena mikroorgani
sme
yangberanekaragam.Hanyasajapemberianantibi
ot
ik
dapat secara intraperitoneal (IP),intravenous (IV),
3
atau oral.
Pemberian ant
ibiotik single dikat
akan
sangatefektifdan hasilnya memuaskan,pada tahun
1996 direkomendasi
kan combinasichepalosporin dan
aminoglycoside,akan tetapigenerasi1 cephelospori
n
tidak mencerminkan hasilyang memuaskan terhadap
Methicillin ResistantStaphylococcusAureus(M RSA),
dipertimbangkan pemberian ceftazidime, dimana
mencakupgram posit
ifdannegatif.Dalam pemberi
an
antibiotikperlunyauntukdi
lakukananalisishasilkult
ur
cairanperitonealmasingmasingpasien,dant
oksisi
tas
3
dariantibiotikterhadapfungsiginjal.
Padakesempatani
nikamimel
akukanpenel
it
ian
terhadap seluruh pasien CAPD di RSUP Sangl
ahDenpasar yang mengal
ami peritonitis, selama
dimulainyaterapiCAPD sejak Juni2004 hinggaJuni
2009.Bertujuan untuk mengetahui angka kejadian,

mikroorganisme,sensitifitas dan resistensi antibiotik


terkait terapi yang rasional, efektif dan efisien sehingga
dapatmenurunkanangkamorbidit
asdanmeningkatkan
kual
itashi
duppasi
en.
BAHAN DAN CARA
Penel
iti
ani
nimenggunakandesainstudipotong
li
nt
anganal
it
ik,denganmenggunakanujistatistikoneway ANOVA,bert
ujuan untuk mengetahuiberbagai
macam mikroorganisme yang berhubungan dengan
kej
adian peritonitis, sensitifitas dan resistensi antibiotik
padapasienCAPD dengankomplikasiperitonitis.
Jumlahsampeladalahseluruhpasien(usia> 12
tahun)yangmendapat
kant
erapiCAPD danmengalami
kompl
i
kasi perit
oni
tis, diambil secara retrospektif
dari dat
a rekam medi
k RSUP Sanglah Denpasar
.
Kesel
uruhan pasi
en yang mengalami komplikasi
peritoni
t
is sebanyak 23 sampeldaritotal77 jumlah
pasienCAPD sej
akJuni2004 sampaiJuni2009.
Anal
i
si
s dat
a dil
akukan set
elah terkumpul
sejuml
ah sampel pasi
en CAPD dengan komplikasi
Peri
t
oniti
s,sejakJuni2004 hi
nggaJuni2009.
a. Ujinormali
t
asKolmogorov-smirnov,digunakan
untuk menguji apakah data penelitian
berdist
ribusinormalataut
idak
b. Anal
i
si
s st
ati
st
i
k deskri
pti
f digunakan untuk
menggambarkankarakterist
ikusi
a,jeniskelamin
dandist
ri
busifrekuensiberbagaivariableyaitu;
penyebab gagalgi
nj
alkronik,lama pemakaian
terapiCAPD,persent
asikembalike-HD,angka
kemat
i
an, sebab kemati
an, mikroorganisme
penyebabperi
t
oniti
s.
c. Anal
i
si
s one-way ANOVA di
gunakan apabila
dat
asebarannormal,l
ebihdari2 kelompokdan
varianssama.
d. Anal
i
si
s posthoc di
gunakan apabila pada uji
one-way ANOVA menghasi
lkannilaip< 0,
05.
e. Anal
i
si
s stat
ist
ik menggunakan nilaip < 0,
05
sebagai bat
as kemaknaan dengan memakai
perangkatlunakkomputer

Kej
adi
anPerit
onit
i
spadaPasi
enCont
inuousAmbulatory Peritoneal Dialysis:Identifikasi M ikroorganisme
dan Sensitifitas Antibiotik
Elizabet
hHaryant
i, Yenny Kandarini, IGde Raka Widiana, Wayan Sudhana, Jodi Loekman, Ket
utSuwitra

83

CAPD juga bervariasi dari 2 bulan hingga 51 bulan, yangkembali ke HD sebanyak 4orang,
yangmasih hidup 8 orang. Penyebab kematian (Diagram 1);penyakit jantungkoroner 20%,
stroke 20%, malignant 6,7%, syok hipovolemik 6,7% dan terbanyak shok kardiogenik

Keterangan:
sebesar 46,7%.

SK: Syokkardiogenik,M : malignancy,SV: syokhipovolemik

HASIL

Tabel3.Frekuensikejadian peritoniti
s
Padapenelitianinididapatkan23 sampeldari77
pasien CAPD yang mengalamikomplikasiperitonit
i
s,
denganrerata
au
umur
r46,
46,
26 + 13,
07tahun,usiaterendah
14 tahun,dan tertua65 t
ahun.Jeniskelamin laki-l
aki
15 orang,wanita8 orang.Insidenperitonitissel
ama5
tahun(Tabel1).

Valid 2005
2006
2007
2008
2003
Total

1
5
12
8
2
28

Persentase

71,
9%

SK: Syok kardi


ogeni
k, M : malignancy, SV: syok
i
povol
emi
k
2hx
6
18,
8%
t
onit
is
3T
xabel3.Frekuensikejadianperi
1

Tabel1.Tahun,kejadianperitonitis
Jumlah
Frekuensi pasien
hidup

Frekuensi
Jumlahpasien
kejadian
pGa
eri
toni
sSebabkematian
mb
arti
1.
Ke
t
e
r
a
n
g
a
:
Diagram
kematian
1
x 1. Sebabn
23

4x
Frekuensikej
adi
an
Insiden
Persentase
perepisoden

25
42
54
57
49
77

0,
04
0,
119
0,
222
0,
14
0,
04
0,
561

3,
6
17,
9
42,
9
28,
6
7,
1
100,
0

Insiden peritonitis rata-rata pertahun/pasi


en CAPD
hidup:14%,dengani
nsidentertinggipadatahun2007
dan 2008.Penyebab darigagalginjaltermi
nal(Tabel
2),terbanyakolehkarenaPNC 69,
6%.
Tabel2.Et
i
ol
ogigagalginjalterminal
Etiologi

Frekuensi

Persentase

GNP
PNC
DKD

4
16
2

17,
4%
69,
6%
8,
7%

NC

4,
3%

peri
t
oniti
s

5x
1x

2x
3x
4x
M5x
ikroorganisme

Juml
ahpasien

23
6
1
1
darikultu
r
1

cairan

3,
1%
3,
1%

Persent
ase

3,
1%

71,
9%
18,
8%
3,
1%
3,
1%
perito3,
neal
1%

Terdapat 10Jenismikroorganisme penyebabperitoniti

Mi
kroorganismedarikul
t
urcairanperitoneal
StaphyT
lo
c
o
c
c
u
s
1
8
,
8
%,
eu
oo
mo
aeru
gi
no
s
ab12,
5%,St
erdapat 10 Jeni
sPs
mi
kd
ro
rganas
ni
sme
pe
ny
eb
a
er
i
t
oni
t
i
s(Ga
mb6
ar
,ya
i
t
u:t
e
r
y,
a
k%,
St
ap
hyi
l
oco
cuter
s bauman
3p
,
1
%,
P
anto
ea
,
32)
%,
Cand
i
dbaan6
3
Ac
no
bc
ak
18,
8%,Pseudomonasaerugi
nosa 12,
5%,St
rept
ococcus
3,
1%,ECL 3,
1%,ESA 3,
1%.Sebanyak31,
3% hasi
l
nya steri
l
.
9,
4%,Chri
sl
ut
eol
a3,
1%,Pant
oea6,
3%,Candi
da6,
3%,
Aci
net
obact
er baumanni
i 3,
1%, Fl
avy Orysi
habi
t
ang
3,
1%,ECL 3,
1%,ESA 3,
1%.Sebanyak31,
3% hasi
l
nya
st
eri
l
.

Keseluruhan pasien pernah mendapat t


erapi
penggantiginjalhemodialisissebelum CAPD dengan
lamaHD bervariasidari5 bulanhingga60 bulan.Lama
pasien hidup dengan CAPD juga bervariasi dari 2
bulanhingga51 bulan,yangkembalikeHD sebanyak
4 orang,yangmasihhidup8 orang.Penyebabkematian
(Gambar 1);penyaki
tjantung koroner 20%,stroke
20%,malignansi6,
7%,syok hipovol
emi
k 6,
7% dan
terbanyakshokkardiogeniksebesar46,
7%.
Gambar2.M i
kroorgani
smepenyebabperi
t
onitis

84

J Peny Dalam, Volume 11 Nomor 2 Mei 2010

Tabel4.Skorantibiotikpadakulturcairanperi
t
oneal

Chl
oramphenicol
Ciprofloxacin
DKB (Debekacin)
Eryt
hromycin
Fosfomyci
n
Gent
amyci
n
Sul
ferazon
Tet
racycl
i
n
Ceft
azi
di
me
Thri
met
ropi
n/
sul
famet
hoxazole
Cefot
axi
me
Cefoperazonsulbactam
M eropenem
Pi
peraci
l
l
i
n-taxobactam
Ampi
ci
l
l
i
n
Amoxyci
l
l
i
n
Li
nesol
i
d
Vancomyci
n
Nv
Ampi
ci
l
l
i
nsulbactam
Tot
al

10,
29
19,
36
7,
00
12,
07
15,
79
14,
71
7,
79
22,
93
14,
50
16,
50

St
d.
Devi
at
i
on
11,
30
13,
84
11,
56
9,
55
13,
57
11,
90
8,
52
8,
11
11,
57
11,
59

St
d.
Error
3,
02
3,
70
3,
09
2,
55
3,
63
3,
18
2,
28
2,
17
3,
10
3,
10

95% Confidence
Int
ervalforM ean
3,
76
16,
81
11,
36
27,
35
,
33
13,
67
6,
56
17,
58
7,
95
23,
62
7,
85
21,
58
2,
86
12,
71
18,
25
27,
61
7,
82
21,
18
9,
81
23,
19

12,
36
9,
36
14,
50
17,
36
3,
79
3,
71
7,
29
1,
21
0
0
10,
53

11,
51
13,
52
13,
70
11,
89
7,
61
7,
49
12,
19
4,
54
0
0
12,
01

3,
08
3,
61
3,
66
3,
18
2,
04
2,
00
3,
26
1,
21
0
0
,
70

5,
71
1,
55
6,
59
10,
49
-,
61
-,
61
,
25
-1,
41
0
0
9,
11

M ean

14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
280

Ujione-way ANOVA terhadapskorantibiotik


Dilakukan analisis uji one-way ANOVA
secara deskriptif untuk melihat sensitifitas dan
resistensiantibiotik (Tabel4 dan Tabel5)terhadap
mikroorganisme secara keseluruhan, pada seluruh
pasienCAPD dengankomplikasiperitonitis.Daridata
yangadakamihanyamengevaluasi5 antibiotikdengan
gradasi sensitifitas mulai dari yang tertinggi, yaitu
tetracyclin 22,93, ciprofloxacin 19,36, piperacillintaxobactam 17,
36, thrimetropin/sulfamethoxazole
16,
5, dan fosfomycin 15,
79. Antibiotik lain
menggambarkan sensitifitas yang rendah dan sisanya
resisten.

19,
00
17,
16
22,
41
24,
22
8,
18
8,
04
14,
32
3,
84
0
0
11,
94

Mi
ni
mum

M aximum

,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00

25,
00
36,
00
28,
00
22,
00
40,
00
28,
00
24,
00
32,
00
30,
00
29,
00

,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00
,
00

29,
00
35,
00
30,
00
33,
00
21,
00
21,
00
31,
00
17,
00
,
00
,
00
40,
00

Tabel 5. Skor sensitifitas dan resistensi antibiotika


Chlorampheni
kol
Ciprofloxacin
Dekekacin
Fosfomycin
Gent
amycin
Tetracicl
in
Ceft
azidim
Thrimetropi
n/
sul
famethoxazol
e
Cefot
axi
me
M eropenem
Pi
peraci
lli
n-tazobactam
Ampicill
i
n
Amoxicill
i
n

Kej
adi
anPerit
onit
i
spadaPasi
enCont
inuousAmbulatory Peritoneal Dialysis:Identifikasi M ikroorganisme
dan Sensitifitas Antibiotik
Elizabet
hHaryant
i, Yenny Kandarini, IGde Raka Widiana, Wayan Sudhana, Jodi Loekman, Ket
utSuwitra

Sensit
i
f

Resi
st
en

<12
<15
<14
<11
<12
<14
<14
<10
<14
<17
<13
<13

18
16-20
>18
>15
>15
19
>18
11-15
>23
14-15
>18
14-16
-

85

Ampicillin
Amoxicillin

<13
<13

14-16
-

Prinsipdari dialisis CAPD ialah difusi dan osmosis;

dari konsentrasi tinggi ke rendah (difusi),contohnya urea,k

Proses difusi akan cepat apabila tekanan antara darah dan c

yang besar/beda tekanan. Disamping itu terj


adi ultrafiltra

akan menganggu tekanan osmoti


k. Terjadi absorsi
melewati membran peritoneal,
tingginya kadar dextrose ak
limfatik dan j
uga ultra filtrasi.10 Jal
an masuk berbagai
10
Terj
i aab
sorsi
limf
atik
an
juit
ga-sit
u
iltrasi.
Jalan m
mi
kroad
org
ni
s
meter
utama
med
la
luiex
eltra
atauf
t
unnel
19
(Ga
mb
ar4)
.
teru
tama
melalu
i exit-site atautunnel(Gambar1).19
Diagram 3. Sensitifitas dan resistensi antibiotik

Gambar 3. Sensitifitas dan resistensi antibiotik


PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian kami menunjukkan insiden peritonitis sebagai komplikasi terapi

PEM BAHASAN

CAPD pada ESRD, masih merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian, karena
mengingat angka kesakitan yang tinggi,walaupun angka kematian akibat peritonitis tidak
ada. Di South Africa,dikatakan kejadian peritonitis penyebab utama kegagalan CAPD,

Darihasilpenelitiankamimenunjukkaninsi
den
peritonitis sebagai komplikasi terapi CAPD pada
ESRD,masihmerupakanmasalahyangperlumenjadi
perhatian, karena mengingat angka kesaki
tan yang
tinggi, walaupun angka kematian akibat peritoni
t
is
tidak ada. Di Sout
h Africa, dikatakan kej
adian
peritonitispenyebab utama kegagalan CAPD,16,
6%
15
pasien kembalike HD. DiDenpasar,kembali
nya 4
pasienkeHD bukanolehsebabperitonitisakant
et
api,
terbanyakolehkarenamigrasicathet
er,atautersumbat/
alirantidaklancar
.
Dari data stat
ist
ik US t
ahun 2000, mencat
at
1 kejadian dalam 12 hingga 24 bulan pasien dial
ysi
s
10
peritonealyang mengalamiperitonitis. Pada sebuah
studiyangdilakukandiAustraliadimanamengeval
uasi
kejadianperitonitisselama12 bulansejakfebuari2000
hinggajanuari2001,didapat
kan64% (145/293)pasi
en
11
mengalamiperitonitis. Studil
ain selama 15 t
ahun
diArgentina,didapatkan 96 episode peritonitis pada
12
110,
43 pasien pertahun (0,
87 episode/pasien-tahun).
Darihasilanalisis terhadap pasien CAPD selama 5
tahun diDenpasar-Balidi
dapatkan episodeperitoni
t
is
sebesar0,
14 episodepertahun.
Prinsip dari di
ali
sis CAPD ial
ah di
fusi dan
osmosis; pergerakan molekul yang terl
arut dari
konsentrasitinggikerendah (difusi),contohnyaurea,
kreatinin,vitamin B12 dan fosfat.Prosesdifusiakan
cepatapabilatekananantaradarahdancairanperi
toneal
terdapatgradien yang besar/bedatekanan.Disamping
itu terjadi ultrafiltrasi, pergerakan dari molekul air
melewatimembranperi
toneal,tingginyakadardextrose

16,6% pasien kembali ke HD.15 Di Denpasar,kembalinya 4pasien ke HD bukan olehsebab

86

19

19
Gambar
5. Porta
s ofen
trymikroorganisme
Gambar
4. Portals
of l
entry
mikroorganisme

Gej
ala klinis dari peritonits ditandai dengan keluha

Gejala klinis dari peritonitis ditandai dengan


nyeri perut,panas badan,terkadang diare atau konstipasi,
keluhan cairan peritoneal yang keruh, nyeri perut,
reboubadan,
nd tend
erness,dari
cairan
peritoneal d
panas
terkadang
diarehasil
atauanalisa
konstipasi,
pada
pemeriksaan
fisikdan
didapati
rebound
tenderness,
dari100 sel/
kultur kuman
jumlah
lekosit
lebih dari
mm
hasil analisa cairan peritoneal didapati adanya hasil
selurudari
hnyakultur
dengan
kelu
hanjumlah
cairanlekosit
peritoneal
keruh dan nye
positif
kuman
dan
lebih dari
100
sel/mm
kami teliti seluruhnya
dikelu
hkan3.10,13
olehSampel
semua yang
pasien.
dengan keluhan cairan peritoneal keruh dan nyeri
perut, untuk panas badan tidak dikeluhkan oleh semua
pasien.
Seperti yang telah dipaparkan pada latar belakang
dimana insiden pada berbagai tempat sangat bervariasi,
oleh karena infeksi peritonitis berhubungan erat dengan
kontaminasi catheter Tenchoff dengan lingkungan
sekitar. Pada pusat CAPD di Pakistan didapatkan
beberapa jenis mikroorganisme seperti Staphylococcus
epidermis 80 90%, Staphylococcus aureus 30 40%
dan Eschericia coli 5 10%.10
Pada studi selama 15 tahun di Argentina didapat
berbagai mikroorganisme seperti pada Tabel 6.

J Peny Dalam, Volume 11 Nomor 2 Mei 2010

Tabel 6. Isolasi mikroorganisme dari 93 episode peritonitis selama 15 tahun revi


ew di Argentina12
Gram-positive cocci
Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus haemolyticus
Staphylococcus warneri
Staphylococcus caprae
Enterococcus faecium
Enterococcus hi
rae
Streptococcus parasanguinis
Streptococcus pasteurianus
Streptococcus agaladiae
Streptococcus mutans
Streptococcus sanguinis biotype 1
Streptococcus mi
tis
Streptococcus salivarius
Total

n (%)
26
22
3
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
64 (56.64)

Gram-negative fermentative rods

n (%)

Escheri
chi
a coli
Klebsi
ela pneumoniae
Enterobacter cloacae
Klebsi
ela oxytoca
Ci
trobacter freundii
Proteus mi
rabi
li
s
Proteus vulgari
s
Serrati
a marcescens
Enterobacter agglomerans
Salmonella enteritidis
Yokenella regensburgei
Methylobacteri
um fujisawaense
Total

6
4
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
22 (19.47)

Gram-negative non-fermentative rods


Pseudomonas aerugi
nosa
Pseudomonas pseudoalcali
genes
Pseudomonas fluorescens
Pseudomonas alcali
genes
Pseudomonas grupo 1
Aci
netobacter baumanni
i
Burkholderi
a cepaci
a complex
Psychobacter i
mmobi
li
s
Sphi
ngomonas pauci
mobi
li
s
Total

Anaerobes

n (%)
9
3
1
1
1
2
1
1
1
20 (17.70)

n (%)

Bacteroi
des vulgatus

Total

1 (0.88)

Yeasts

n (%)

Candi
da albi
cans

Candi
da glabrata

Candi
da parapsi
losi
s

Total

5 (4.43)

M icelial fungi
Neosartorya hi
ratsukae
Total

Di RSUP Sanglah, Denpasar didapatkan jenis


mikroorganisme seperti Tabel 7.
Pada berbagai studi menyebutkan mikroorganisme terbanyak adalah Staphylococcus coagulase
positifatau negatif/epidermidis (flora normalkulit).5,10-13
Pada studi kami, didapatkan mikroorganisme terbanyak
adalah Staphylococcus 18,8%, disamping bakteri, dari

n (%)
1
1 (0.88)

hasil kultur cairan peritoneal pada sampel kami juga


didapakan adanya Candida pada 2 pasien (6,3%).
Peritonitis oleh Candida adalah relatif jarang, akan
tetapi apabila didapatkan peritonitis akibat Candida
sangat bermakna terhadap angka kesakitan dan angka
kematian, gejala klinis dapat lebih berat dibanding
peritonitis oleh bakteri dan dapat berakibat fatal.

Kejadian Peritonitis pada Pasien Continuous Ambulatory Peri


toneal Di
alysi
s:Identifikasi M ikroorganisme
dan Sensitifitas Antibiotik
Eli
zabethHaryanti
,Yenny Kandari
ni
,IGde Raka Wi
di
ana,Wayan Sudhana,JodiLoekman,Ketut Suwi
tra

87

Tabel 7. Jenis mikroorganisme dari 23 sampel, Juni 2004


Juni 2009 (Sanglah, Denpasar)
Valid Steril
Staphylococcus
PS
Streptococcus
Chrisluteola
Pan
Candida
Acinobacter baumannii
Flavy
ECL
ESA
Total

Frekuensi
10
6
4
3
1
2
2
1
1
1
1
32

Persentase
31,3
18,8
12,5
9,4
3,1
6,3
6,3
3,1
3,1
3,1
3,1
100,0

Insiden bervariasi, di Eropa 1,5 10%, setinggi insiden


di daerah timur jauh (15%). Peritonitis oleh Candida
biasanya disertai dengan bakteri. Institusi Nefrologi
dan Hemodialisis di Yugoslavia meneliti peritonitis
yang disebabkan oleh Candida pada tahun 1991 1995,
dimana dari 13 pasien, 3 pasien meninggal, 7kembali ke
HD, 5 bertahan akan tetapi 2 diantaranya memerlukan
pemasangan catheter peritoneal yang baru, dalam hal
ini antimikotik sangat diperlukan.18
Beberapa ahli bedah berpendapat oleh karena
reaksi tubuh terhadap catheter yang tertanam, akan
merangsangreaksi inflamasi.13 Komplikasi non-infeksi
pada CAPD berkaitan dengan kateter, seperti masalah
outflow oleh karena konstipasi, berat badan meningkat,
obstruksi, infeksi pada exit si
te, infeksi pada tunnel,
teknik pemasangan (perforasi, perdarahan, herniasi
dan infeksi), atau dialisis itu sendiri.10 Hasil kultur
cairan peritoneal steril di tempat kami sebesar 31,3%
dari seluruh kejadian peritonitis. Apabila didapati
pasien dengan gejala klinis peritonitis, akan tetapi dari
hasil kultur cairan peritoneal dengan hasil steril harus
dievaluasi adakah bakteri yang tidak spesifik seperti,
peritonitis tuberkulosis, peritonitis eosinofilik, dan
penyakit intra abdomen yang lain.17 Hasil kultur steril
yang kami peroleh dimungkinkan oleh karena analisis
cairan peritoneal diambil setelah pasien mendapat
terapi antibiotik.
88

Dilaporkan sebuah kasus recurrent peritonitis


selama terapi antibiotik, dimana dilakukan observasi
selama 35 hari perawatan terdapat 2 episode peritonitis,
diduga oleh karena tidak efektifnya antibiotik yang
diberikan terhadap hasil kultur cairan peritoneal.16
Pada pusat dialisis di Denpasar kejadian peritonitis
pada satu pasien dapat lebih dari 1 kali, akan tetapi
tidak dikarenakan oleh kekambuhan yang disebabkan
gagalnya terapi pemberian antibiotik, diduga oleh karena
rendahnya edukasi untuk tetap menjaga kebersihan,
untuk mencari penyebab berulangnya kejadian
peritonitis pada kesempatan ini tidak kami analisis,
lebih memfokuskan untuk mencari mikroorganisme
penyebab dan antibiotik sebagai terapi empiris yang
rasional.
Analisis selama 15 tahun di rumah sakit
pendidikan di Argentina, memaparkan tentang
pemakaian antibiotik yang mana dalam pemberian
antibiotik pada pasien CAPD dengan komplikasi
peritonitis sangatlah penting untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab. Sebagian besar episode
peritonitis 87,1% hanya disebabkan oleh satu
mikroorganisme, sisanya oleh polimikrobial. Pada tahun
1997 ditemukan vancomycin-resi
stant Enterococcus
faeci
um, sehingga mempertimbangkan pemberian
cephalothin. Untuk kecurigaan peritonitis oleh karena
gram negatif pada waktu itu diberikan ceftazidime
dan imipenem, sedangkan ciprofloxacin merupakan
pilihan ke-3 setelahnya. Sehingga pada studi tersebut
dianjurkan pemberian vancomycin ditambah dengan
ceftazidime atau imipenem.12
Pada studi di Australia tahun 2003, juga meneliti
tentang efektifitas vancomycin dibanding cefazolin
sebagai terapi empirik. Ternyata didapati juga
Methicilli
n resistent coagulase-negatifStaphylococcus,
dan dapat diberikan golongan cephalosporin, beta
lactam atau vancomycin dan cefazolin. Antibiotik
vancomycin menunjukkan hasil yang memuaskan,
walaupun pada sub grup Western Australia cefazolin
lebih superior dibanding vancomycin.11
Berdasarkan rekomendasi dari International
Society Peritoneal Dialysis oleh Piraino, et al.20
JPeny Dalam,Volume 11Nomor 2Mei2010

pemberian terapi antibiotik pada episode peritonitis


pasien CAPD minimum selama 2 minggu, apabila
kondisi berat, antibiotik dapat diberikan selama 3
minggu. Pada panduan tersebut pemberian antibiotik
selain pada terapi peritonitis, juga dapat diberikan
sebagai terapi preventif peritonitis pada peritoneal
dialisis. Sebagai terapi empiris untuk gram positif,
pilihan dapat vancomycin atau cephalosporin, dan
gram negatif dengan generasi ke-3 cephalosporin
atau aminoglikosid. Pada banyak program, generasi I
cephalosporin seperti cefazolin atau cephalothin cukup
untuk gram negatif. Penggunaan aminoglikosida akan
meningkatkan ototoxisitas golongan quinolon dapat
dipakai sebagai terapi alternatif pengganti. M onoterapi
pada suatu randomized trial dengan imipenem/cilastatin
sangat efektif.
Dari data yang ada kami hanya mengevaluasi
5 antibiotik dengan gradasi sensitifitas mulai dari
yang tertinggi, yaitu tetracyclin 22,93, ciprofloxacin
19,36, piperacillin-tazobactam 17,36, trimetropin/
sulfamethoxazole 16,5 dan fosfomycin 15,79.
Antibiotik lain menggambarkan sensitifitas yang
rendah dan sisanya resisten. Dari hasilsensitifitas dan
resistensi antibiotik pada studi kami menunjukkan
tetrasiklin memiliki sensitifitas tertinggi secara umum.

DAFTAR RUJUKAN
1.

2.

3.

4.

5.

6.

KESIM PULAN
Pada penelitian ini kami dapatkan 23 pasien
dengan gejala peritonitis dari 77pasien CAPD, dengan
kejadian pertahun 14%, usia antara 14 65 tahun, 15
pasien wanita, dan 8 laki-laki. Staphylococcus memiliki
hubungan yang kuat terhadap kejadian peritonitis
dan dalam hal ini tetrasiklin merupakan antibiotik
yang memiliki sensitifitas tertinggi pada pasien
dengan CAPD. Dari hasil analisa cairan peritoneal
menunjukkan skor antibiotik secara berurutan dari yang
paling sensitif: tetrasiklin dengan angka sensitifitas
22,93, ciprofloxasin 19,36, piperacillin-tazobactam
17,36, trimetropin/sulfamethoxazole 16,5, fosfomicin
15,78 dan sisanya resisten. Pentingnya melakukan
kultur pada cairan peritoneal dialysisakan menurunkan
angka kesakitan.

7.

8.

9.

Javelosa R, Pena A, Javelosa G, Villaneva N. A


cl
inicaland microbiologic profil
e ofperitonitis
in chronic peritoneal dialysis at UERM memorial
medical center: a retrospective study. Phil J
M icrobiol Infect Dis 1988;
17(1):34-6.
Poole Warren LA, Taylor PC, Farrel PC.
Laboratory diagnosis of peritonitis in patients
treated with continous ambulatory peritoneal
dialysis. JPathology 1989;
18(2):237-9.
Keane W F, Bailie GR, Boeschoten E, Gokal
R. Adult peritoneal dialysis-related peritonitis
treatment recommendations: 2000 update.
Peritoneal Dialysis International 2000;20:
396-411.
Pollock CA, Ibels LS, Caterson RJ. Continous
ambulatory peritoneal dialysis. Eight years
of experience at a single center. M edicine
(Baltimore)1989;
68(5):
293-308.
Krediet RT. 30 Years of peritoneal dialysis
development:the past and the future. Peritoneal
Dialysis International 2007;27:
2.
Sukandar Enday. Infeksi kronik saluran kemih
atas (ginjal)pielonefritis kronik. In:Sukandar
Enday, editor. Nefrologi klinik. 3th ed. Bandung:
Tiga Serangkai;2006.p.72.
Imam Effendi, M arkum HM S. Pmeriksaan
penunjang pada penyakit ginjal. In: Aru W
Sudoyo, Bambang Setyohadi, Idrus Alwi, editors.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2004.p.507-9.
Beth Piraino, George R, Bailie, Judith Bernardini,
et al. Guidelines for peritoneal dialysis adequacy.
NKF K/DOQI Guidelines 2000. Available
at: http:
//www.kidney.org/profesionals/kdoq.
Accessed on:15th Juli 2007.
P Pessegueiro, M Amoedo, S Barros, JAniceto
C, Pires. Aseptic peritonitis. J of Nefrologia
2006;4:26.

Kejadian Peritonitis pada Pasien Continuous Ambulatory Peri


toneal Di
alysi
s:Identifikasi M ikroorganisme
dan Sensitifitas Antibiotik
Eli
zabethHaryanti
,Yenny Kandari
ni
,IGde Raka Wi
di
ana,Wayan Sudhana,JodiLoekman,Ketut Suwi
tra

89

10.

11.

12.

13.

14.

90

M unib Syeb. Continous ambulatory peritoneal


dialysis (CAPD). Review artikel. Gomal J of
M edical Sciences 2006;
4(2):82-5.
Kan GW, Thomas M ark AB, Heath CH. A 12month review of peritoneal dialysis-related
peritonitis in Western Australia: is empiric
vancomycin still indicated for some patient?
Peritoneal Dialysis International 2003;
22:465-8.
Santoianni JE, Predari SC, Veron D, Zucchini
A, De Paulis AN. A 15 year-review of peritoneal
dialysis-related peritonitis: M icrobiological
trends and patterns of infection in a teaching
hospital in Argentine. Revista Argentina de
M icrobiologia 2008;
40:17-23.
Javelosa R, Pena A, Javelosa G, Villanueva N. A
clinicaland microbiologicprofile ofperitonitis in
chronic peritoneal dialysis at UERM M emorial
M edical Center:a retrospective study. Phil J
M icrobiol Infect Dis 1988;
17(1):34-6.
Woo Patrick CY, Wong Samsons SY, Lau
Susanna KP, Yuen Kwok-yung. Continous
ambulatory peritoneal dialysis-related peritonitis
associated with l
ancefield groud g betahemolytic streptococcus: report of two cases
requiring tenckhoff catheter removal. Jof Clnical
M icrobiology 2004;42(9):
4399-402.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

KatzIvor J, Sofianou L, HopleyM . An African


community-based chronic ambulatory peritoneal
dialysis programme. Nephrol Dial Transplant
2001;16:
2395-400.
Fasianos E, Angelini P, Artesano L, Payota G,
Berloco P, et al. A case report:recurrent peritonitis
in peritoneal dialysis patient during antibiotic
therapy:is catheter removal always reasonable?.
Dialysis and Transplantation 2008;36:2515-20.
Pessegueiro P, Amoedo M , Barros S, Aniceto
J, Pires C. Aseptic peritonitis in a peritoneal
dialysis patient. Nefrologia 2006;26(4):493-6.
Avrarnovic M , Radovanovic-Velickovic R,
Djordjevic V, M itic B, Kostic S. Fungal
peritonitis in continuous ambulatory peritoneal
dialysis. The Scientific J Facta Universitatis
M edicine and Biology 1997;
4(1):62-5.
Spencer RC. Infections in continuous ambulatory
peritoneal dialysis. J M ed M icrobiol 1988;27:
1-9.
Piraino B, Bailie GR, Bernardini J, Boeschoten
E, Gupta A, Holmes C, et al. Peritoneal
dialysis-related infections recommendations:
2005 update. Peritoneal Dialysis International
2005;25:
107-31.

JPeny Dalam,Volume 11Nomor 2Mei2010

You might also like