Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Diarrhea is a digestive tract disease with a consistency of loose stools and an increased
frequency. The morbidity and mortality rates for children diarrhea in Indonesia still tend to be
high. This study aims to determine the description of pharmacological therapy in the treatment
of outpatients with acute diarrhea in Jiwan Public Health Center, Madiun by referring to the
management of diarrhea therapy from the Ministry of Health. This research was conducted in
a descriptive observational manner with retrospective data collection on outpatients with acute
diarrhea at the Jiwan Public Health Center, Madiun in the Januri-June 2019 period. Sampling
used a purposive sampling technique that met the inclusion criteria. The type of data used in
this study is secondary data taken from patient medical records. Data analysis of the results of
the study was carried out descriptively to determine the demographic distribution and
treatment of patients with acute diarrhea in children at the Jiwan Public Health Center,
Madiun. Most of the treatments had met the management of diarrhea. The percentage of drug
use included using ORS as much as 29%, antidiarrheal attalpulgite and kaolin pectin by 26%,
zinc 25%, anti-vomiting used by domperidone 7% and metochlopramide 4%, cotrimoxazole
antibiotics 49% of the total cases 100% (75 cases). Evaluation of the dose of co-trimoxazole
and zinc, there were 10% and 75% incorrect doses.
Abstrak
Diare adalah salah satu penyakit saluran pencernaan dengan konsistensi buang air
besar yang lembek dan frekuensi yang meningkat. Angka morbiditas dan mortalitas penyakit
diare anak di Indonesia masih cenderung tingi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran terapi farmakologi dalam penanganan pasien diare akut anak rawat jalan di
puskesmas Jiwan, Madiun dengan mengacu pada tatalaksana terapi diare dari Kemenkes.
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif observasional dengan pengambilan data secara
retrospektif pada pasien diare akut anak rawat jalan di puskesmas Jiwan, Madiun pada periode
Januri-Juni 2019. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang telah
memenuhi kriteria inklusi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diambil dari data rekam medik pasien. Analisis data hasil penelitian dilakukan secara
deskriptif untuk mengetahui gambaran distribusi demografi dan pengobatan pasien diare akut
anak di puskesmas Jiwan, Madiunsebagian besar pengobatan telah memenuhi tatalaksana diare.
Adapun persentase penggunaan obat diantaranya penggunakan oralit sebanyak 29%, antidiare
attalpulgite dan kaolin pektin sebanyak 26%, zinc 25%, antimuntah yang digunakan
domperidone 7% dan metochlopramide 4%, antibiotik kotrimoxazole 49% dari total kasus
100% (75 kasus). Evaluasi dosis pemberian co-trimoxazole dan zinc terdapat 10% dan 75%
tidak tepat dosis
35
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 11. No.1, Juli 2020
36
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 11. No.1, Juli 2020
yang menyajikan jumlah dan persentasenya. bermain di luar sehingga lebih sering kontak
Data gambaran pengobatan diare disajikan dengan lingkungan luar yang kotor.
secara deskriptif diolah menjadi bentuk tabel
yang menyajikan jumlah dan persentasenya, Tabel 3.1 Karakteristik Responden
selain itu akan dianalisis ketepatan obat dan
Param
dosis untuk jenis antibiotik yang mengacu Frek Perse
eter Kriter
pada Pustaka WHO Model Formulary for uens ntans
Karakt ia
Children dan Badan Pengawas Obat dan i e (%)
eristik
Makanan (BPOM, RI) dan analisis ketepatan Laki – 39 52
dosis zinc mengacu pada tatalaksana diare Jenis Laki
diare dari Kemenkes. Kelami Pere 36 48
. n mpua
n
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Total 75 100
3.1 Karakteristik responden 5 – 7 37 49
Penelitian ini dilakukan kepada pasien tahun
diare akut anak di Puskesmas Jiwan, Madiun. 8 – 10 29 39
Berdasarkan table 3.1, jumlah pasien diare Usia
tahun
akut anak yang menjadi sampel penelitian > 10 9 12
sebanyak 75 pasien. Berdasarkan hasil tahun
penelitian pasien anak yang mengalami diare Total 75 100
akut berjenis kelamin laki-laki sebanyak 39
anak atau 52 % dari total kasus, sedangkan
3.2 Gambaran Pengobatan Diare
untuk anak perempuan sebanyak 36 anak Pengobatan diare anak yang dilakukan di
(48%).
Puskesmas Jiwan Madiun berdasarkan hasil
Rata-rata angka kejadian diare pada anak
pemeriksaan dan anamnesis pasien. Gambaran
berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi pengobatan diare akut anak di Puskesmas
dibanding dengan anak perempuan., hasil Jiwan, Madiun terlihat pada table 3.2 di bawah
penelitian ini sejalan dengan yang telah
ini :
dilakukan oleh Korompis, Maryanti, dan
Jurnalis yang menyatakan bahwa anak laki- Tabel 3.2a Gambaran Pengobatan Diare
laki lebih sering mengalami diare (Jurnalis et
al., 2018; Korompis et al., 2013; Maryanti et Nama Obat Jumla Persentas
al., 2017). Anak laki-laki lebih sering h e (%)
mengalami kejadian diare dibandingkan kasus
dengan anak perempuan, hal ini karena faktor
daya tahan tubuh anak perempuan lebih kuat Oralit 22 29
dibandingkan dengan laki-laki (Suara.Com, Antasida 53 71
2020). Attapulgit 11 15
Usia anak yang menjadi sampel Kaolin-pektin 8 11
penelitian berkisar antara 5-12 tahun. Co-trimoxazole 37 49
Kejadian diare akut paling banyak dialami Zinc 19 25
pasien anak yang berusia antara 5-7 tahun Parasetamol 13 17
dengan frekuensi sebanyak 37 anak (49%),
Domperidon 5 7
kemudian usia 8-10 tahun sebanyak 29 anak
Metochlopamid 3 4
(39%) dan kejadian paling rendah dialami oleh
e
pasien anak dengan usia lebih dari 10 tahun.
Vit B complex 6 8
Kejadian diare pada anak usia di bawah 10
tahun masih sering dialami, hal ini disebabkan Terapi utama pada kasus diare adalah
karena berbagai faktor diantaranya, usia anak terapi rehidrasi menggunakan oralit, merujuk
kurang dari 10 tahun masih sering untuk pada hasil penelitian dari 75 kasus diare anak
yang menjadi smapel penelitian, hanya 29%
kasus atau sebanyak 22 anak mendapatkan
37
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 11. No.1, Juli 2020
terapi oralit. Penggunaan oralit disini belum Madiun dilakukan secara empiris berdasarkan
100% digunakan pada terapi pokok diare data anamnesis dari pasien.
anak. Penggunaan oralit hanya pada kasus Adanya indikasi pembeian antibiotik
diare yang mengalami dehidrasi/menunjukkan didasarkan pada adanya keluhan pasien anak
adanya dehidrasi baik ringan maupun sedang. yang mengarah pada adanya infeksi/ diare
Walapun demikian, ada tidaknya gejala yang disebabkan karena adanya bakteri.
dehidrasi hendaknya pada kasus diare anak ini Pemberian antibiotic ini cenderung pada terapi
sebaiknya diberikan terapi rehidrasi oral empiris, di mana bakteri/jenis kuman
menggunakan oralit, karena oralit termasuk penyebab diare belum diketahui. Pemilihan
dalam terapi dasar pada lintas diare jenis antibiotika diberikan berdasarkan
(Kemenkes RI, 2011a). Tujuan diberikan perkiraan kemungkinan kuman penyebabnya.
oralit adalah untuk mengganti cairan dan juga Ini didasarkan pada pengalaman yang layak
elektrolit tubuh yang ikut keluar saat diare atau berdasarkan pada pola epidemiologi
guna mencegah timbulnya dehidrasi yang kuman setempat. Harapan dengan adanya
lebih berat (Kemenkes RI, 2011a). terapi menggunakan antibiotik secara empiris
penggunaan oralit dapat menurunkan angka ini akan memperkecil resiko komplikasi atau
kematian kasus diare akut anak perkembangan lebih lanjut dari infeksinya.
(UNICEF/WHO, 2004).
Sebagian besar pasien anak mendapatkan Tabel 3.2b Alasan Pemberian Antibiotik
terapi menggunakan antasida guna mengatasi Alasan pemberian Frekue Persent
rasa mual dari pasien. Penggunaan antasida antibiotic nsi ase (%)
pada kasus diare anak ini dinilai kurang kasus
BAB berlendir 3 8
rasional, hal ini mengacu pada indikasi
Demam 7 19
pemberian antasida adalah jika produksi asam Demam+ BAB 14 38
lambung meningkat yang dapat memicu berlendir
respon mual-muntah. Demam+BAB 6 16
Penggunaan antidiare pada kasus ini berlender, berbau
adalah jenis antisekretori attalpulgit dan dan warna
kaolin pektin. Attalpulgit dan kaolin pektin kehijauan
dapat menghentikan diare dengan mekanisme Tanpa adanya 7 19
aksi secara non spesifik melalui aksi adsorbsi. demam dan lendir
Kaolin-Pektin bekerja dengan cara tapi bab bebau
meningkatkan viskositas faeses dan menyerap Total 37 100
toksin/racun yang berasal dari makanan
ataupun hygenitas lingkungan. (Jawi, 2014). Berdasarkan table 3.2b, alasan
Penggunaan antidiare jenis attalpulgit dan diberikan terapi antibiotik karena tanda/gejala
kaolin pektin masih umum digunakan pada adanya infeksi yang ditandai dengan adanya
kasus diare akut anak, karena sebagian kasus demam, BAB terdapat lender/darah, serta
diare anak disebabkan karena hygenitas berbau busuk. Pemberian antibiotic yang
makanan yang kurang bersih dan sanitasi didasarkan pada anamnesis sesuai table 3.2b,
lingkungan (Rahman et al., 2016). maka dalam hal ini pengobatan diare
Antibiotik yang digunakan dalam menggunakan antibiotik dinilai tepat indikasi
menangani kasus diare akut anak di (Kemenkes RI, 2011b).
Puskesmas Jiwan Madiun semuanya Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi
menggunakan Co-trimoxazole yang empiris adalah eradikasi atau penghambatan
merupakan kombinasi dari Sulfametoxazole pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi
dan Trimetoprim Berdasarkan data rekam penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil
medik yang telah diambil, terdapat kasus diare pemeriksaan mikrobiologi. Pada umumnya
anak akut sebanyak 75 kasus, dengan 37 kasus kejadian diare spesifik disebabkan oleh
(49%) diberikan terapi antibiotik. Pemberian kuman/bakteri E-coli (Paul, 2020).
antibiotik pada kasus diare harus ada indikasi Salah satu golongan antibiotik yang dapat
diare spesifik karena adanya infeksi bakteri. diberikan pada kasus diare akut anak adalah
Penegakkan diare spesifik di Puskesmas Jiwan co-trimoxazole (Chusna et al., 2018; Guarino
38
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 11. No.1, Juli 2020
et al., 2018) dalam hal ini pemilihan dan tercapainya tujuan terapi yaitu mencegah
penggunaan antibiotic co-trimoxazole dinilai kejadian diare ulangan dan meningkatkan
tepat obat dan indikasi. Namun demikian dosis daya tahan tubuh anak. Pemberian antipiretik,
yang diberikan kepada pasien anak berbeda- parasetamol diberikan pada 13 pasien anak.
beda karena adanya perbedaan usia dan berat Parasetamol hanya diberikan untuk pasien
badan anak. Dosis pemberian antibiotik untuk yang mengalami demam saja, dalam hal ini
anak berdasarkan dari berat badan anak penggunaan parasetamol tepat indikasi.
(Kemenkes RI, 2011b). Dosis co-trimoxazole Parasetamol merupakan salah satu antipiretik
adalah 4 mg/kgBB maksimal 165 mgper hari, yang aman dan efektif diberikan untuk
dosis yag terhitung disini adalah trimetoprim mengatasi demam dan sakit kepala untuk anak
(Lacy, 2009; World Health Organization, (Kanabar, 2017) dosis pemberian parasetamol
2009). Sedangkan dosis dari BPOM RI adalah yang aman untuk anak adalah 10-
anak/bayi: tiap 2 jam, 6 minggu sampai 5 15mg/kg/dosis setiap 4 sampai 6 jam (James
bulan, 120 mg, 6 bulan sampai 5 tahun, 240 et al., 2011) .
mg; 6 - 12 tahun, 480 mg diberikan setiap 12 Antimual yang digunakan pada kasus
jam, dosis yang terhitung di sini adalah dosis diare akut anak ini adalah domperidone dan
sulfametoxazole. Antibiotik co-trimoxazole metrochlopramide . penggunaan kedua jenis
merupakan antibiotik kombinasi dari antimual ini diperbolehkan jika adanya
trimethoprim dan sulfametoxazole dengan indikasi mual-muntah. Pemberian
perbandingan 1: 5 (Badan Pengawas Obat dan metochlopramide untuk anak dosis zinc untuk
Makanan, 2015). Berdasarkan table 3.2c dapat anak usia lebih dari 6 bulan adalah 1
kita analisis ketepatan dosis penggunaan tablet/hari selama 10 hari. Analisis ketepatan
antibiotik co-trimoxazole pada penanganan dosis dilihat dari frekuensi dan durasi
kasus diare akut anak terdapat 90% tepat pemberian zinc . berdasarkan table 3.5 hanya
dosis, sedang 10% kasus diare akut anak yang 4 pasien (25%) dari total kasus 19. Sebagian
menggunakan antibiotik co-trimoxazole tidak besar ketidaktepatan dosis pemberian zinc
tepat dosis kategori frekuensi lebih sebanyak dalam hal ini anak diperbolehkan jika di atas
2 kasus dan dosis kurang sebanyak 2 kasus. usia 2 tahun, penggunaannya sangat hati-hati
Zinc merupakan salah satu suplemen karena resiko efek sampingnya yang tinggi
tambahan yang harus diberikan pada kasus dibandingkan dengan domperidone
diare anak dengan tujuan untuk mencegah (Manteuffel, 2009). Domperidon dapat
kejadian diare ulangan dan meningkatkan digunakan dalam mengobati anak-anak
daya tahan tubuh anak (Kemenkes RI, 2011a). menderita gejala AGE (Acute
WHO dan UNICEF merekomendasikan Gastroenteritis). Keduanya menunjukkan
penggunaan zink karena berdasarkan hasil khasiat yang dapat diterima anak-anak serta
penelitian diketahui bahwa pengobatan diare profil kemanan yang baik (Rerksuppaphol,
dengan pemberian cairan rehidrasi disertai 2013).
zink lebih efektif karena dapat mengurangi Pemberian vitamin B-complex juga
prevalensi dan durasi diare akut diberikan sebagai terapi tambahan vitamin
(UNICEF/WHO, 2004). Berdasarkan table untuk membantu meningkatkan selera makan
3.2a, jumlah kasus diare akut anak yang anak yang mengalami kendala susah makan
mendapatkan terapi zinc hanya 19 kasus saat terjadi diare. Vitamin Bcomplek tersusun
(25%), hal ini dapat dikatakan bahwa masih atas vitamin B1, B6 dan B12, kombinasi
sangat minim sekali penggunaan zinc untuk ketiga jenis vitamin B ini mempunyai
kasus diare anak di puskesmas Jiwan Madiun. aksi/peran dalam membantu merangsang
Pada kasus diare akut sebanyak 75% kasus pertumbuhan, meningkatkan kemampuan
diare anak terkait frekuensi dan durasi berpikir, dan memberikan tenaga tambahan
pemberian zinc yang kurang. Pemberian zinc (Kompasiana, 2010).
jika tidak sesuai aturan maka akan
mempengaruhi efektivitas serta tidak
39
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 11. No.1, Juli 2020
40
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 11. No.1, Juli 2020
41
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 11. No.1, Juli 2020
42