You are on page 1of 7

CERATA Jurnal Ilmu Farmasi

CERATA JurnalISSN
Ilmu online
Farmasi, Vol. ……
2685-1229
Vol. ...... Print 2089-1458

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG


RASIONAL PADA PASIEN PNEUMONIA RAWAT INAP
DI RS X KOTA CIREBON
Afifah Faradhila1, Tomi1*, Iin Indawati1 , Rahmi Nurhaini2
Program Studi S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon, Indonesia1.
Program Studi D3 Farmasi, Universitas Muhammadiyah Klaten, Indonesia2.
*Email: tomi.crb@gmail.com

Abstract
Antibiotics are the main therapy for pneumonia caused by bacteria. Inappropriate use of
antibiotics leads to resistance. The purpose of this study was to describe the charateristics
(gender, age, and payment status), the rationale for the use of antibiotics including the
parameters of the right indication, the right patient, the right dose, and the right route of
drug which refers to Permenkes number 28 of 2021 in pneumonia patients in the inpatient
installation of RS X Kota Cirebon. This research is an observational study with retrospective
data collection techniques through medical records. Sampling was done done by purposive
sampling. The sample in this study was the medical recorsd of patients diagnosed with
pneumonia who received antibiotic therapy and met the inclusion criteria of 97 medical
records. The guidelines used are Permenkes number 28 of 2021 concercing guidelines for the
use of antibiotics. Data analysis was carried out descriptively using Microsoft Excel 2019
presented in the form of tables, diagrams and percentages accompanied by explanations. The
results of the study showed that the suitability of using antibiotics based on guidelines
obtained right indication of 100%, right drug 34%, right dose 50,5%, and right route of drug
administration 100%. Data on the number of patients who used antibiotics in pneumonia
patients rationally was 23,7% and irrational use was 76,3%.
Keywords: Rationality; Antibiotics; Pneumonia

Abstrak
Pemberian antibiotik merupakan terapi utama pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri.
Ketidaktepatan penggunaan antibiotik mengakibatkan terjadinya resistensi. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui gambaran karakteristik (jenis kelamin, usia, dan status
pembayaran), kerasionalan penggunaan antibiotik meliputi parameter tepat indikasi, tepat
obat, tepat dosis, dan tepat rute pemberian obat yang mengacu pada Permenkes nomor 28
tahun 2021 pada pasien pneumonia di Instalasi Rawat Inap RS X Cirebon. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional dengan teknik pengambilan data secara retrospektif
melalui rekam medik. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Sampel
dalam penelitian ini yaitu rekam medik pasien yang terdiagnosa pneumonia yang
mendapatkan terapi antibiotik dan memenuhi kriteria inklusi sebanyak 97 rekam medik.
Pedoman yang digunakan yaitu Permenkes nomor 28 tahun 2021 tentang pedoman
penggunaan antibiotik Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan Microsoft
Excel 2019 disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan persentase disertai dengan penjelasan.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik pasien pneumonia didominasi oleh berjenis
kelamin laki – laki (55,7%), kelompok usia > 65 tahun (27,8%), menggunakan BPJS (87,6%)
dan kesesuaian penggunaan antibiotik berdasarkan pedoman diperoleh tepat indikasi 100%,
tepat obat 38,1%, tepat dosis 47,4%, dan tepat rute pemberian obat 100%. Data jumlah pasien
yang menggunaan antibiotik pada pasien pneumonia sebagian besar secara tidak rasional
yaitu sebesar 76,3%.

1
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. …..

Kata Kunci: Rasionalitas; Antibiotik; Pneumonia

1. PENDAHULUAN pemberian obat (Ilmi et al., 2020). Dengan


Salah satu penyumbang angka demikian, perlu dilakukannya penelitian
mortalitas dan morbiditas di seluruh dunia ini terkait evaluasi penggunaan antibiotik
adalah kasus pneumonia. Indonesia pada pasien pneumonia di instalasi rawat
sebagai neraga berkembang memiliki inap RS X Kota Cirebon yang bertujuan
kasus pneumonia pada semua kelompok untuk mengetahui rasionalitas penggunaan
usia dan ditemukan pada kelompok usia antibiotik menggunakan parameter (tepat
balita, dewasa, dan lanjut usia. Pneumonia indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat
merupakan penyebab utama kematian rute pembrian obat) yang mengacu pada
diantara semua kelompok usia dengan 4 Permenkes nomor 28 tahun 2021
juta kematian (7 % dari angka kematian disesuaikan dengan standar pedoman.
total dunia). Hasil penelitian Riset
Kesehatan Dasar tahun 2018, sebesar 2,5% 2. METODE
pada kelompok usia 55-66 tahun, sebesar Jenis penelitian ini merupakan
3% kelompok usia 65-74 tahun, dan penelitian observasional dengan
sebesar 3% kelompok usia 75 tahun keatas. pengambilan data secara retrospektif. Data
Proporsi terbesar ialah pada usia anak diambil melalui rekam medik RS X Kota
kurang dari lima tahun dan dewasa lebih Cirebon. Populasi dalam penelitian ini
dari 75 tahun (Ilmi et al., 2020). adaalah seluruh rekam medik pasien yang
Pneumonia merupakan suatu bentuk terdiagnosa pneumonia di instalasi rawat
infeksi saluran pernapasan bawah dimana inap RS X Kota Cirebon pada periode
hal ini menyebabkan terjadinya mortalitas Januari – Desember 2022 yakni sebanyak
dan morbiditas di rumah sakit (Apriliany 197 rekam medik. Pengambilan sampel
et al., 2022). Pneumonia disebut juga dilakukan dengan metode purposive
sebagai infeksi pernapasan akut yang sampling yaitu sebanyak 97 rekam medik
mempengaruhi paru – paru dimana salah pasien pneumonia yang memenuhi kriteria
satu penyebabnya adalah bakteri (Kusumo inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian
et al., 2021). Menurut WHO menyatakan ini yaitu rekam medik pasien di instalasi
bahwa paru – paru terdiri dari kantung rawat inap RS X Kota Cirebon yang
kecil yang dinamai alveoli dimana jika terdiagnosa pneumonia, rekam medik
seseorang dalam kondisi normal bernapas pasien pneumonia yang lengkap meliputi
akan berisikan udara (Bestari & jenis kelamin, usia, status pembayaran
Karuniawati, 2017). Namun, apabila pasien, dan data pasien pneumonia yang
seseorang terdiagnosa pneumonia maka menggunakan antibiotik, rekam medik
alveoli tersebut akan dipenuhi nanah pasien pneumonia pada Bulan Januari
maupun cairan, sehingga saat bernapas hingga Desember 2022, rekam medik
akan terasa menyakitkan dan kondisi pasien pneumonia semua usia. Kriteria
seseorang normal maka akan terisi udara ekslusi penelitian ini yaitu rekam medik
(Saputri & Purhadi, 2022). pasien yang robek dan rusak.
Salah satu upaya pengendalian Data diolah dengan menggunakan
resistensi antibiotik yaitu dilakukannya Microsoft Excel 2019 dan analisis data
evaluasi penggunaan antibiotik hal ini dilakukan secara deskriptif serta hasilnya
berkaitan dengan peresepan antibiotik yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram,
rasional. Menurut Kementrian Kesehatan persentase, dan uraian deskriptif. Data
RI, tolak ukur dalam penggunaan dianalisis secara deskriptif untuk
antibiotik yang bijak dan rasional mengetahui karakteristik pasien
diantaranya pemilihan antibiotik sesuai pneumonia (jenis kelamin, usia, status
kebutuhan terapi atau tepat sesuai indikasi, pembayaran) dan rasionalitas penggunaan
dosis yang tepat, frekuensi dan lama antibiotik pada pasien di Instalasi Rawat

2
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. ……

Inap RS X Kota Cirebon yang terdiagnosa


pneumonia yang menggunakan parameter 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan
3.1. Karakteristik Pasien
tepat rute pemberian obat yang mengacu
Data rekam medik pasien
pada Permenkes nomor 28 tahun 2021 dan
pneumonia yang digunakan dalam penelitian
disesuaikan dengan standar pedoman.
ini berjumlah 97 rekam medik yang
Standar pengobatan yang digunakan untuk
memenuhi kriteria inklusi pada periode
pembanding dalam penelitian ini adalah
Januari – Desember 2022. Karakteristik
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
pasien pneumonia yakni tercantum tabel 3.1
Indonesia Nomor 28 Tahun 2021 tentang
sebagai berikut.
Pedoman Penggunaan Antibiotik.
Tabel 3.1. Distribusi pasien pneumonia di Instalasi Rawat Inap RS X Kota Cirebon
Evaluasi Rasionalitas Antibiotik
No Karakteristik Keterangan Jumlah Persentase
Pasien (%)
1 Jenis Kelamin Laki – laki 54 55,7%
Perempuan 43 44,3%
Total 97 100%
2 Usia ≥ 0 – 5 Tahun 11 11,34%
> 5 – 11 Tahun 3 3,09%
> 11 – 16 Tahun 1 1,03%
> 16 – 25 Tahun 3 3,09%
> 25 – 35 Tahun 4 4,12%
> 35 – 45 Tahun 11 11,34%
> 45 – 55 Tahun 16 16,50%
> 55 – 65 Tahun 21 21,65%
> 65 Tahun 27 27,84%
Total 97 100%
3 Status Pembayaran BPJS 85 87,6%
Umum 12 12,4%
Total 97 100%
Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan jenis pravelensi pasien pneumonia meningkat
kelamin terbanyak yang diderita oleh pasien kurang lebih 2 – 4 kali yang terjadi pada usia
pneumonia adalah jenis kelamin laki – laki tersebut. Hal tersebut dikarenakan adanya
sebanyak 54 pasien (55,7%), sedangkan jenis penurunan tingkat sistem imun tubuh seiring
kelamin perempuan sebanyak 43 pasien dengan bertambahnya usia seseorang, dimulai
(44,3%). Menurut penelitian (Ilmi et al., ketika seseorang berusia 50 tahun sehingga
2020), laki – laki lebih rentan terpapar oleh dapat dengan mudah terserang penyakit
patogen penyebab infeksi dibandingkan infeksi. Semakin bertambahnya usia
dengan perempuan, hal ini dikarenakan seseorang semakin pula rentan terjangkit
banyaknya aktivitas di luar rumah, gaya hidup penyakit infeksi yang ditandai dengan
yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok penurunan fungsi paru, sehingga dapat
ataupun adanya pengaruh lingkungan. menurunkan efektivitas kinerja sistem
Aktivitas merokok dapat mengubah bentuk pernapasan. Diakibatkan oleh peningkatan
jaringan saluran napas dan fungsi silia sebagai kekakuan dinding dada yang mempermudah
penyaring rusak, saluran membengkak dan patogen menyerang saluran pernapasan bawah
menyempit. dan menyebabkan infeksi termasuk
Berdasarkan usia 27,84% penderita pneumonia (Ilmi et al., 2020). Berdasarkan
pneumonia menyerang usia >65 tahun dan status pembayaran didominasi oleh pasien
21,65% terjadi pada usia >55 – 65 tahun. Usia BPJS (87,6%).
mempunyai peran yang penting terhadap
terjadinya pneumonia. Pada pasien lanjut usia 3.2. Evaluasi Rasionalitas Antibiotik

3
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. …..

Tabel 3.2.Rasionalitas antibiotik berdasarkan Berdasarkan tabel 3.2 diperoleh


tepat indikasi seluruh pasien pneumonia sudah tepat indikasi
Keterangan Jumlah Persentase (100%). Dikatakan tepat indikasi dikarenakan
Tepat seluruh pasien pneumonia mendapatkan
97 100% pengobatan yang sesuai berdasarkan
indikasi
Tidak tepat pedoman.
0 0%
indikasi
Total 97 100% Tabel 3.3.Rasionalitas antibiotik berdasarkan
tepat obat
Tepat indikasi merupakan ketepatan Keterangan Jumlah Persentase
dalam penggunaan obat yang disesuaikan Tepat obat 37 38,1%
dengan indikasi dapat dinilai dari obat yang Tidak tepat 60 61,9%
digunakan oleh pasien dengan diagnosa obat
dokter. Dalam penelitian ini tepat indikasi Total 97 100%
yang dimaksud adalah penggunaan antibiotik .
oleh pasien yang didiagnosis infeksi (Dirga et
al., 2021).

Tabel 3.4 Penggunaan antibiotik yang tidak tepat obat


Diagnosis Antibiotik yang digunakan Keterangan Sumber
CAP Azithromycin Tidak sesuai (Kemenkes
/ Pneumonia Ciprofloxacin pedoman RI, 2021)
Cefixime
Cefoperazone
Cefoperazone sulbactam
Cefotaxime
Ceftazidime
Ceftizoximee
Ceftriaxone
Cefoperazone sulbactam +
Azithromycin
Cefoperazone sulbactam +
Levofloxacin
Ceftazidime + Azithromycin
Ceftizoximee + Azithromycin
Ceftizoximee + Levofloxacin
Ceftriaxon + Cefoperazone
sulbactam + Azithromycin
Ampicillin sulbactam +
Ceftriaxone
Pneumonia Cefoperazon Tidak sesuai (Kemenkes
nosokomial pedoman RI, 2021)
Tepat obat merupakan pemberian obat Berdasarkan tabel 3.2 pasien
dengan mempertimbangkan pemilihan jenis pneumonia sebagian besar tidak tepat obat
antibiotik yang sesuai dengan panduan (61,9%). Ketidaktepatan terjadi karena terapi
penggunaan antibiotik (Dirga et al., 2021). yang diberikan oleh pasien tidak sesuai
Penilaian dalam ketepatan pemilihan obat dengan pedoman yang digunakan, seperti
dalam konteks ini yaitu pemilihan jenis halnya azithromycin yang diberikan oleh
antibiotik dengan menggunakan standar pasien pneumonia rawat inap tidak sesuai
pedoman yaitu Permenkes RI Nomor 28 seharusnya terapi tersebut diberikan pada
Tahun 2021 Tentang Pedoman Penggunaan pasien rawat jalan. Selain itu, penggunaan
Antibiotik. terapi antibiotik tunggal lainnya tidak tepat

4
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. ……

karena antibiotik tersebut penggunaannya pemberian cefoperazone oleh penderita


direkomendasikan menggunakan kombinasi. nosokomial juga tidak sesuai dengan pedoman
Terapi kombinasi yang diberikan dan yang digunakan (Kemenkes RI, 2021).

Tabel 3.4.Rasionalitas antibiotik berdasarkan tepat dosis


Keterangan Jumlah Persentase
Tepat Dosis 46 47,4%
Tidak 51 52,6%
Tepat Dosis
Total 97 100%

Tabel 3.5 Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dosis


Nama Dosis sesuai pedoman Dosis yang Keterangan
Antibiotik digunakan
Ceftazidime Dosis dewasa :  2 x 1 gr Tidak sesuai
1 gr i.v. setiap 8 jam  3 x 175 mg
Dosis anak :
25–50 mg/kgBB i.v.
setiap 8 jam
(Kemenkes RI, 2021)
Levofloxacin Dosis dewasa :  2 x 750 mg Tidak sesuai
750 mg i.v. setiap 24 jam  3 x 750 mg
(Kemenkes RI, 2021)  1 x 1 gr
 1 x 500 mg
Ceftriaxone Dosis dewasa :  2 x 650 mg Tidak sesuai
1 gr i.v. setiap 12 jam  1 x 500 mg
Dosis anak : 50  2 x 250 mg
mg/kgBB i.v. setiap 12  1 x 200 mg
jam  2 x 200 mg
(Kemenkes RI, 2021)  2 x 300 mg
 1 x 500 mg
Cefotaxime Dosis dewasa :  2 x 100 mg Tidak sesuai
1 gram i.v. setiap 8 jam  2 x 450 mg
Dosis anak :  1 x 300 mg
50 mg/kg/hari i.v. terbagi  3 x 150 mg
dalam 2 – 4 kali
pemberian
(Kemenkes RI, 2021)
Ampicillin Dosis dewasa : 1,5 gr i.v. 4 x 300 mg Tidak sesuai
sulbactam setiap 6 jam
Dosis anak :
50 mg/kgBB setiap 6 jam
(Kemenkes RI, 2021)
Cefoperazone Antibiotik dan dosis tidak 2 x 1 gr Tidak sesuai
tercantum dalam pedoman 2 x 1 gr
2 x 1 gr
Ciprofloxacin Antibiotik dan dosis tidak 2 x 1 gr Tidak sesuai
tercantum dalam pedoman
Ceftizoxime Antibiotik dan dosis tidak 3 x 1 gr Tidak sesuai
tercantum dalam pedoman 2 x 1 gr

5
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. …..

Cefixime Antibiotik dan dosis tidak 2 x 200 mg Tidak sesuai


tercantum dalam pedoman

Berdasarkan tabel 3.4 diperoleh penggunaan antibiotik jika pasien pneumonia


bahwa sebesar 52,6% pasien pneumonia tidak mengalami ketidaktepatan diantara salah satu
tepat dosis. Ketidaktepatan dosis seperti yang parameter empat tepat seperti tidak tepat
tercantum dalam tabel 3.6, hal ini dikarenakan indikasi, tidak tepat obat, tidak tepat dosis,
frekuensi pemberian pemberian ceftazidime ataupun tidak tepat rute pemberian obat.
pada pasien dewasa tidak tepat dan pada
pasien anak mengalami overdose. Dosis dan Tabel 3.8.Data jumlah pasien yang
frekuensi pemberian levofloxacin tidak tepat menggunaan antibiotik pada pasien
sehingga mengalami overdose dan sebagian pneumonia yang rasional dan tidak rasional
underdose. berdasarkan parameter 4 tepat
Selain itu, dosis dan frekuensi Hasil Jumlah Persentase
pemberian ceftriaxone pada bayi-anak tidak Rasional 32 33%
tepat yakni mengalami underdose. Dosis dan Tidak 65 67%
frekuensi cefotaxime pada pasien dewasa rasional
mengalami underdose dan pada pasien anak Total 97 100%
mengalami overdose. Terapi ampicillin
sulbactam tidak tepat dosis karena mengalami Tabel 3.8 menunjukan bahwa
underdose. Terapi cefoperazone, kebanyakan pasien pneumonia rawat inap di
ciprofloxacin, ceftizoxime, dan cefixime tidak RS X Kota Cirebon yang menggunakan
tepat dosis karena tidak tercantum dalam antibiotik secara rasional 33% dan secara
pedoman (Kemenkes RI, 2021). tidak rasional sebanyak 67%.

Tabel 3.7.Rasionalitas antibiotik berdasarkan


tepat rute pemberian obat
Keterangan Jumlah Persentase 4. KESIMPULAN
Tepat Rute 97 100% Berdasarkan hasil penelitian
Pemberian karakteristik pasien pneumonia rawat inap
Tidak 0 0% di RS X Kota Cirebon mayoritas diderita
Tepat Rute oleh pasien berjenis kelamin laki – laki
Pemberian (55,7%), kelompok usia >65 tahun
Total 97 100% (21,65%), menggunakan BPJS (87,6%)
dan kesesuaian penggunaan antibiotik
Rute pemberian antibiotik pada pasien berdasarkan pedoman diperoleh tepat
pneumonia di Instalasi Rawat Inap RS X Kota indikasi 100%, tepat obat 38,1%, tepat
Cirebon dapat dilakukan dengan pemberian dosis 47,4%, dan tepat rute pemberian obat
secara oral maupun intravena. Cara pemberian 100%. Data jumlah pasien yang
antibiotik pada awal pengobatan hingga akhir menggunaan antibiotik pada pasien
masa perawatan setiap pasien berbeda, pneumonia sebagian besar secara tidak
meliputi antibiotik tunggal dengan rute rasional yaitu sebesar 76,3%.
pemberian oral, intravena dan antibiotik
kombinasi. Tabel 3.7 diperoleh bahwa seluruh
pasien pneumonia Hal tersebut dibenarkan REFERENSI
karena sudah sesuai dengan pedoman
(Kemenkes RI, 2021).
Apriliany, F., Olivia Umboro, R., Fitriya
Kerasionalitasan penggunaan Ersalena, V., & Kunci, K. (2022).
antibiotik yaitu meliputi tepat indikasi, tepat Rasionalitas antibiotik empiris pada
obat, tepat dosis, dan tepat rute pemberian pasien hospital acquired pneumonia
obat yang sudah sesuai dengan pedoman. (HAP) di RSUD provinsi NTB.
Dapat dikatakan tidak rasional dalam Majalah Farmasi Dan Farmakologi,

6
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. ……

26(1), 26–31. Inovasi Farmasi Indonesia, 1(2), 102–


https://doi.org/10.20956/mff.v26i1.1 112.
9426 Kemenkes RI. (2021). Peraturan Menteri
Bestari, M. P., & Karuniawati, H. (2017). Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Evaluasi Rasionalitas dan Efektifitas 28 Tahun 2021 Tentang Pedoman
Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penggunaan Antibiotik. 1–97.
Pneumonia Pediatrik di Instalasi Rawat Kusumo, G. P., Heriyani, F., Hidayah, N., &
Inap Rumah Sakit Pusat Jawa Tengah. Studi. (2021). Literature Review :
Jurnal Farmasi Indonesia, 14(2), 62–70. Hubungan Kelembaban Rumah Dengan
http://journals.ums.ac.id/index.php/phar Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
macon Wilayah Pabrik. Homeostatis, 4(1), 127–
Dirga, Khairunnisa, S. M., Akhmad, A. D., 132.
Setyawan, I. A., & Pratama, A. (2021). Saputri, V. A., & Purhadi. (2022).
Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pemodelan Faktor – Faktor yang
Pasien Rawat Inap di Bangsal Penyakit Mempengaruhi Kasus Pneumonia
Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek pada Balita di Provinsi Jawa Barat
Provinsi Lampung. Jurnal Kefarmasian dengan Metode GWGPR. Inferensi,
Indonesia, 11(1), 65–75. 5(2), 91–103.
Elvina, R., Rahmi, N., & Oktavira, S. A. https://doi.org/10.12962/j27213862.v
(2017). Evaluasi Penggunaan 5i2.12619
Antibiotik pada Pasien Community- Tambun, S. H., Puspitasari, I., &
Acquired Pneumonia (CAP) di Laksanawati, I. S. (2019). Evaluasi
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Luaran Klinis Terapi Antibiotik pada
“X” Jakarta. Pharmacy, 14(1), 64– Pasien Community Acquired
74. Pneumonia Anak Rawat Inap. Jurnal
Ilmi, T., Yulia, R., Herawati, F., Farmasi, P. Manajemen Dan Pelayanan Farmasi
S., Kadiri, U., Farmasi, P. S., Surabaya,
(Journal of Management and
U., Farmasi, P. S., Surabaya, U., Ilmi,
T., Kadiri, U., & Paru, P. D. (2020).
Pharmacy Practice), 9(3), 213.
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada https://doi.org/10.22146/jmpf.47915
Pasien Pneumonia Di Rumah Sakit
Umum Daerah Tulungagung. Jurnal

You might also like