Professional Documents
Culture Documents
UNTAD
Diajukan oleh :
Kepada
JUNI 2016
ABSTRACT
Background: Acute Respiratory Infections (ARI) is a respiratory disease upper or
lower and cause a spectrum of illnesses. In Indonesia, ARI is one of the causes of
patient visits to health facilities, that are clinic and hospital. One of the risk factor
for ARI is not getting complete immunization.
Objective: To determine the relationship between completeness of immunization
status with ARI occurrence in under five children aged 12-59 months in the area
of Puskesmas Lindu Sigi 2015.
Methods: The study was observational analytic with cross sectional approach.
The population of under five children aged 12-59 months who come to the
Puskesmas Lindu 2015. The sample amounted to 83 children, obtained by
purposive sampling. Diagnosis is based on history and physical examination
according to the guidelines clinic. Immunization status obtained from Kartu
Menuju sehat (KMS). Analysis of data using statistical Chi Square test.
Results: Data obtained ARI under five children get immunization Complete as
many as nine children (28.1%), ARI under five children who do not get the full
immunization as many as 39 children (76.5%). Patients ARI and under five
children who do not get as many as 23 full immunization of children (71.9%),
while 12 under five children (23.5%) did not receive full immunization and
respiratory infection. From these data it looks under five children who are not
given full immunization greater risk of ARI. This is supported by Chi-Square
where the value of p = 0.000 is an association between immunization is complete
with ARI. Value Phi test -0.476 showed a negative correlation with the strength of
a medium correlation.
Conclusion: There is significant relationship between the completeness of
Immunization against ARI occurrence in under five children aged 12-59 months
in the area of Puskesmas Lindu in 2015.
ABSTRAK
Latar Belakang : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit
saluran pernapasan atas atau bawah dan menimbulkan berbagai spektrum
penyakit. Di Indonesia ISPA merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien ke
sarana kesehatan, yaitu ke puskesmas dan ke RS. Salah satu faktor resiko kejadian
ISPA adalah tidak mendapatkan imunisasi lengkap.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan kelengkapan status imunisasi dengan
kejadian ISPA pada balita usia 12-59 bulan di Puskesmas Lindu Kabupaten Sigi
Tahun 2015.
Metode : Penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Populasinya balita usia 12-59 bulan yang datang ke Puskesmas Lindu tahun 2015.
Sampelnya berjumlah 83 anak, diperoleh dengan cara purposive sampling.
Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai pedoman
puskesmas. Status pemberian Imunisasi didapatkan dari Kartu Menuju Sehat
(KMS). Analisis data menggunakan uji statistic Chi Square .
Hasil : Diperoleh data balita ISPA yang mendapatkan Imunisasi Lengkap
sebanyak 9 anak (28.1%), balita ISPA yang tidak mendapatkan Imunisasi Lengkap
sebanyak 39 anak (76,5%). Pasien balita yang tidak ISPA serta mendapatkan
Imunisasi Lengkap sebanyak 23 anak (71,9%) sedangkan 12 balita (23,5%) tidak
mendapatkan Imunisasi Lengkap dan tidak ISPA. Dari data tersebut terlihat balita
yang tidak diberikan Imunisasi Lengkap lebih beresiko mengalami ISPA. Ini
didukung dengan uji Chi-Square dimana nilai p= 0,000 yaitu terdapat hubungan
antara pemberian imunisasi lengkap dengan kejadian ISPA. Nilai uji Phi -0,476
menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan sedang.
Simpulan : Ada hubungan yang bermakna antara pemberian Imunisasi Lengkap
dengan kejadian ISPA pada balita usia 12-59 bulan di puskesmas Lindu Tahun
2015.
Kata Kunci : ISPA, Imunisasi
PENDAHULUAN
ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi mulai dari infeksi
respiratori atas dan adneksanya hingga parenkim paru. Pengertian akut adalah
infeksi yang berlangsung hingga 14 hari. Infeksi respiratori atas adalah infeksi
primer respiratori di atas laring, sedangkan infeksi laring ke bawah disebut infeksi
respiratori bawah[1], Populasi yang rentan terserang ISPA adalah anak-anak usia
kurang dari 5 tahun, usia lanjut >65 tahun atau orang dengan masalah kesehatan
seperti (malnutrisi, dan gangguan kekebalan tubuh)[2].
Di Indonesia sendiri, ISPA merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien ke sarana kesehatan, yaitu 40-60% dari seluruh kunjungan ke
puskesmas dan 15-30% dari seluruh kunjungan rawat jalan dan rawat inap RS.
Jumlah episode ISPA di Indonesia diperkirakan 3-6 kali pertahun, tetapi berbeda
antar daerah[1]. Salah satunya di Provinsi Sulawesi Tengah, penyebaran ISPA di
seluruh Provinsi Sulawesi Tengah dengan rentang prevalensi yang sangat
bervariasi (18,8 42,7%)[3].
Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Sigi tahun 2013, di Kabupaten sigi
presentase penderita ISPA yang dapat ditemukan dan berhasil di tangani baru
sebesar 51,7%, sedangkan pada kecamatan Lindu yang merupaka daerah resiko
schistosomiasis penderita ISPA yang dapat ditemukan dan berhasil di tangani baru
sekitar 4,2% dari total perkiraan balita penderita ISPA[2].
Campak, pertusis, dan beberapa penyakit lain dapat meningkatkan risiko
terkena ISPA dan memperberat ISPA itu sendiri, tetapi sebelumnya hal ini dapat
dicegah. Di india, anak yang baru sembuh dari campak, selama 6 bulan berikutnya
dapat mengalami ISPA enam kali lebih sering daripada anak yang tidak terkena
campak. Balita yang terkena campak, pertusis, dan difteri akibat tidak lengkapnya
pemberian imunisasi dasar dapat menyebabkan 15-25% dari seluruh kematian
yang berkaitan dengan ISPA[1].
Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat
imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons memori
terhadap pathogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen
nonvirulen/nontoksik[4]. Usaha global dalam meningkatkan cakupan imunisasi
campak dan pertusis telah mengurangi angka kematian ISPA akibat kedua
penyakit ini. Vaksin pneumokokus dan H.influenzae tipe B saat ini sudah
diberikan pada anak-anak dengan efektivitas yang cukup baik[1].
Anak yang lengkap imunisasinya pada saat menginjak usia dua tahun,
maka dia sudah terlindung dari 8 macam penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, yaitu: Tuberculosis, Hepatitis B,
kriteria yaitu :
1. Kriteria Inklusi
a. Balita beruia 12-59 bulan
b. Datang ke Puskesmas Lindu Tahun 2015
c. Pasien balita dengan data rekam medis lengkap
d. Balita dengan KMS (Kartu Menuju Sehat) yang lengkap
e. Balita yang berdomisili diwilayah kerja Puskesmas Lindu Kabupaten
Sigi Provinsi Sulawesi Tengah
2. Kriteria Ekskulsi
Jumlah
Persentase (%)
12-24 bulan
38
45,7
25-36 bulan
17
20,4
37-59 bulan
28
33,7
Total
83
100
Jumlah
Persentase (%)
Lengkap
32
38,5
Tidak Lengkap
51
61,5
Total
83
100
Jumlah
Persentase (%)
Ya
55
66,3
Tidak
28
33,7
Total
83
100
ISPA
Total
Jumlah
Presentase
Jumlah
Ya
39
76.5%
9
Tidak
12
23.5%
23
51
100 %
32
Presentase
28.1%
71.9%
100 %
62
21
83
Total
Nilai
0,05
Nilai p
0,000
yang
besar
dalam
usaha
infeksi
untuk
mencegah
dan
penyebaran
langkah
(misalnya,
Kejadian ISPA pada balita usia 12-59 bulan adalah sebagian besar
SARAN
1. Diharapkan dapat memberikan motivasi kepada petugas kesehatan untuk
berperan dalam meningkatkan pemberian imunisasi lengkap.
2. Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman kepada orang tua tentang
pentingnya pemberian imunisasi lengkap dalam mencegah ISPA pada
balita
3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, disarankan kepada peneliti agar
melanjutkan penelitian dengan mencari faktor-faktor lain penyebab ISPA.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2013. Cakupan Imunisasi Dasar
Anak Usia 1-5 tahun. Sari Pediatri.Vol. 14, Pp. 283-286. Banda Aceh.
[Diakses 22 juli 2015]. Dari: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-5-3.pdf.
2. Riskesda (Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi). 2013. Profil Kesehatan
Kabupaten Sigi 2013. Palu: Bagian Promosi Kesehatan.
3. Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Privinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehtan DEPKES RI.
4. Baratawidjaja. K.R., 2010. Imunologi Dasar. Edisi ke-9. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indoneia.
5. Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan
Akut. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
6. Nira, N.K., Pramono, D., Naning, R, 2013, Risk Factors of Pneumonia
Among Under Five Children in Purbalingga District, Central Java
pada
29
Juli
2015].
Dari:
http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/9/9HariyaniStikes%20Respati
%20TSM(18).pdf.pdf.