You are on page 1of 10

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No.

1 November 2012: 1-10_________________ ISSN 2087-4871

HUBUNGAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DAN SUHU PERMUKAAN


LAUT DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS UTAMA DI
PERAIRAN LAUT JAWA DARI CITRA SATELIT MODIS

(RELATIONSHIP CHLOROPHYLL-A CONCENTRATION AND SEA


SURFACE TEMPERATURE WITH PRIMARY PELAGIC FISH CATHES IN
JAVA SEA FROM MODIS SATELLITE IMAGES)
Ega Putra2, Jonson Lumban Gaol2, Vincentius P. Siregar1,2
1Corresponding author
2 DepartemenIlmu dan Teknologi Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
E-mail: vincents@biotrop.org

ABSTRACT

This research aims to study spatial and temporal variation of chlorophyll-a concentration and sea surface temperature as
well as his relationship with pelagic fish catches in Java Sea. The results showed in 2006 th-2010th sea surface temperaturerice
occurs by 1C which monthly average range between 27,9C 31,4C. Sea surface temperature are relatively higher in
transitional seasons compared to west season and east season. Chlorophyll-a concentration in area of research ranging from 0,22
mg/m- 1,15 mg/m. Chlorophyll-a concentration value each month fluctuates follow wind of progress. Maximum value of
chlorophyll-a concentration happening in wesh season and minimum value occurs in transitional season 2. Layang scad, banyar
fish and eastern little tuna has a negative response to sea surface temperature especially in east season. As for sardine fish and
fringescalle sardine show absence of a direct relationshop between sea surface temperature with CPUE value catches. Sardine fish
and fringescalle sardine show any positive response to rising chlorophyll-a concentration, while for layang scad, banyar fish and
eastern little tuna an increase value of chlorophyll-a concentration does not have a direct impact on rising CPUE value of third
type of this fish.

Keywords: Chlorophyll-a concentration, sea surface temperature, CPUE pelagic fish, Java Sea

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari variasi spasial dan temporal konsentrasi klorofil-a dan suhu
permukaan laut serta hubungannya dengan hasil tangkapan ikan pelagis di Laut Jawa. Hasil penelitian
menunjukkan dalam tahun 2006-2010 terjadi kenaikan suhu permukan laut sebesar 1C dimana suhu
permukan laut rata-rata bulanan berkisar antara 27,9C 31,4C. Suhu permukaan laut relatif lebih tinggi
pada saat musim peralihan dibandingkan dengan musim barat dan musim timur. Konsentrasi klorofil-a pada
wilayah penelitian berkisar antara 0,22 mg/m- 1,15 mg/m. Nilai konsentrasi klorofil-a setiap bulannya
berfluktuasi mengikuti musim angin yang sedang berlangsung. Nilai maksimum konsentrasi klorofil-a terjadi
pada musim Barat dan nilai minimumnya terjadi pada musim peralihan 2. Ikan layang, banyar dan tembang
memiliki respon yang negatif terhadap suhu permukaan laut terutama pada musim timur. Sedangkan untuk
ikan lemuru dan ikan tembang menunjukkan tidak adanya hubungan langsung antara suhu permukaan laut
dengan nilai CPUE hasil tangkapan. Ikan lemuru dan ikan tembang menunjukkan adanya respon positif
terhadap naiknya konsentrasi klorofil-a, sedangkan untuk ikan layang, banyar dan tongkol kenaikan nilai
konsentrasi klorofil tidak berdampak langsung pada naiknya nilai CPUE ketiga jenis ikan ini.

Kata kunci: Konsentrasi klorofil-a, suhu permukan laut, CPUE ikan pelagis, Laut Jawa

I. PENDAHULUAN dipengaruhi oleh dua massa air yang


mendominasi perairan Laut Jawa. Kedua
Laut Jawa merupakan salah satu massa air ini berasal dari massa air Laut
perairan yang kaya akan potensi ikan Cina Selatan dan massa air Laut Flores
pelagis kecil. Menurut Wijopriono (2008), (Hadikusumah, 2008). Kedua massa air
pada periode tahun 1999-2002 sumber ini mempengaruhi pola persebaran
daya ikan pelagis di perairan Laut Jawa parameter oseanografi seperti kandungan
mengalami variasi dalam sebaran dan klorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL)
kelimpahan menurut musim. Musim- yang berdampak pada pola musim
musim penangkapan ikan di Laut Jawa penangkapan ikan di Laut Jawa.

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB _______________________________ E-mail: jtpkipb@gmail.com


Penginderaan jauh merupakan Dalam penelitian ini data catch
suatu teknik yang dapat diaplikasikan merupakan data hasil tangkapan ikan
untuk pengamatan parameter pelagis yang didaratkan dari sejumlah
oseanografi perairan seperti kandungan kapal yang merupakan upaya
klorofil-a dan SPL baik secara spasial penangkapan (effort). Hal ini dapat
maupun temporal. Salah satu satelit digambarkan melalui persamaan sebagai
penginderaan jauh yang dapat berikut (Gulland, 1983 dalam Syarif et
mendeteksi kandungan klorofil-a dan al., 2009):
SPL adalah satelit Aqua Moderate Ct
Resolution Imaging Spectroradiometer CPUE ........................ (1)
(MODIS). Data satelit Aqua MODIS dapat Et
digunakan untuk menentukan Keterangan :
konsentrasi klorofil-a dan sebaran SPL CPUE = Hasil per upaya tangkap
di perairan Laut Jawa. Variasi kondisi Ct = Hasil tangkapan pada
oseanografi Laut Jawa berhubungan bulan ke-t
dengan variasi hasil tangkapan ikan. Et = Upaya penangkapan pada
Oleh karena itu, pemantauan bulan ke-t
karakteristik parameter oseanografi
penting dilakukan sebagai salah satu Bila di suatu daerah terdapat
aspek dalam mengkaji pengelolaan berbagai alat tangkap maka salah
perikanan di Laut Jawa. satunya harus dipakai sebagai standar
Penelitian ini bertujuan untuk dan alat tangkap lain distandarisasi
menganalisis variasi spasial dan terhadap alat tangkap tersebut. Hal ini
temporal konsentrasi klorofil-a dan disebabkan karena kemampuan tangkap
sebaran SPL di perairan Laut Jawa serta tiap alat tangkap berbeda-beda. Alat
faktor-faktor yang mempengaruhinya, tangkap yang menjadi standar adalah
dan menganalisis hubungan konsentrasi alat tangkap yang memiliki produktifitas
klorofil-a dan SPL dengan hasil penangkapan rata-rata paling tinggi.
tangkapan ikan pelagis di perairan Laut Kemampuan penangkapan atau fishing
Jawa. power index (FPI) dihitung dengan
membandingkan produktifitas penang-
kapan masing-masing alat tangkap
II. METODOLOGI PENELITIAN terhadap produktifitas alat tangkap
standar. Rumus yang dipakai untuk
Lokasi penelitian terletak di menghitung FPI adalah sebagai berikut
perairan Laut Jawa pada koordinat 106 (Gulland, 1983 dalam Syarif et al.,
BT 116 BT dan 3 LS - 7 LS. Data 2009):

yang digunakan meliputi beberapa data = ........................ (2)

seperti: data klorofil-a dan SPL rata-rata
Keterangan :
mingguan dari citra satelit Aqua MODIS
FPI =Fishing Power Index
level-3 dengan resolusi 4x4 km, data
CPUEidst = CPUE alat tangkap yang
angin bulanan selama 5 tahun (2006-
akan distandarisasi
2010), data curah hujan bulanan selama
CPUEist = CPUE alat tangkap
5 tahun, dan data hasil tangkapan ikan
standar
yang didaratkan di PPN Pekalongan,
Jawa Tengah (2006-2010). Pengolahan
Perhitungan upaya penangkapan
data SPL dan klorofil-a menggunakan
standar diperoleh dari hasil kali antara
perangkat lunak SeaDas dengan sistem
nilai FPI masing-masing alat tangkap
operasi Linux Ubuntu 10.04. Hasil
yang distandarisasi dengan upaya
pengolahan berupa data dalam format *
penangkapan yang akan distandarisasi.
ASCII yang kemudian ditampilkan
kembali dalam bentuk grafik time series
= ........................ (3)
dan dalam bentuk gambar sebaran
Keterangan :
spasial.
fs =upaya penangkapan hasil
Produktifitas suatu alat tangkap
standarisasi
dapat diduga dengan melihat hubungan
fdst = upaya penangkapan yang
antar hasil tangkapan (catch) dengan
akan distandarisasi
upaya penangkapan (effort), yang
Nilai CPUE dihitung kembali
disebut Catch Per Unit Effort (CPUE).
dengan upaya penangkapan yang baru

2 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1. November 2012: 1-10
ISSN 2087-4871

yaitu niai upaya penangkapan setelah Agustus) SPL berkisar pada nilai
dilakukan standarisasi upaya penang- 27,96C 30,10C. Untuk musim
kapan. peralihan rata-rata SPL relatif lebih

= .............................................. (4) tinggi jika dibandingkan dengan dengan

musim barat dan musim timur. Pada
Keterangan : musim peralihan 1 (Maret Mei) rata-
CPUESi = Hasil per upaya tangkap
rata SPL berkisar antara 29,46C
yang telah distandarisasi 31,49C dan musim peralihan 2
bulan ke i (September November) berada pada
Ci = Hasil tangkapan pada nilai suhu 28,01C 30,65C. Secara
bulan ke i umum trend perubahan SPL yang terjadi
Ei = Upaya penangkapan pada
di Laut Jawa dalam kurun waktu
bulan ke i penelitian menunjukkan kenaikan.
Kenaikan SPL di Laut Jawa ini berkisar
1C dalam jangka waktu 5 tahun atau
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 0.2C setiap tahunnya. Siregar dan Gaol
(2010) menyebutkan telah terjadi
3.1. Distribusi SPL secara Spasial dan kenaikan SPL di perairan Laut Jawa
Temporal sebesar 0,1C setiap tahunnya dari
Pola pergerakan SPL di Laut tahun 2001-2010. Kenaikan SPL ini
Jawa mengikuti pola musim angin yang diduga disebabkan oleh faktor-faktor
terjadi di Laut Jawa, yaitu: musim barat, meteorologi seperti kenaikan suhu
timur, dan peralihan. Sebaran SPL udara.
secara spasial di Laut Jawa dapat dilihat
pada Gambar 1. 3.2. Distribusi Klorofil-a secara Spasial
SPL Laut Jawa berdasarkan dan Temporal
sebararan spasial citra satelit MODIS Kandungan klorofil-a di Laut Jawa
berkisar antara 27C - 31C. Hal ini secara spasial dapat dilihat pada
tidak berbeda jauh dengan suhu Gambar 3. Klorofil-a terkonsentrasi di
permukaan laut Indonesia menurut daerah pesisir perairan dan
Nontji (2005), yaitu: berkisar antara konsentrasinya semakin berkurang
28C - 31C. SPL di Laut Jawa mengikuti menuju arah lepas pantai. Konsentrasi
pola angin musim yang terjadi di klorofil-a paling besar terdapat pada
perairan Indonesia. Musim Barat pesisir pantai Selatan Pulau Kalimantan
memperlihatkan masuknya SPL bernilai dan pesisir pantai Utara Pulau Jawa.
rendah dari Laut Cina Selatan melewati Pada perairan lepas pantai Laut
Laut Jawa menuju Selat Makassar dan Jawa memperlihatkan konsentrasi
Laut Flores. Sedangkan pada musim klorofil-a yang hampir seragam dengan
timur terjadi peristiwa sebaliknya nilai konsentrasi klorofil-a kecil dari 0.05
dimana SPL bernilai rendah memasuki mg/m. Tingginya konsentrasi klorofil-a
perairan Laut Jawa dari Selat Makassar di wilayah pesisir ini terjadi karena
dan Laut Flores dan mengarah ke Laut terakumulasinya zat hara yang dibawa
Cina Selatan. Pada musim barat dan oleh aliran sungai menuju perairan laut
musim timur terjadi penurunan SPL di wilayah pesisir khususnya di pesisir
akibat pergerakan massa air yang pantai selatan Pulau Kalimantan. Musim
disebabkan oleh angin musim ini. barat dan musim peralihan 1
Peningkatan SPL di Laut Jawa terjadi merupakan musim dimana konsentrasi
pada musim peralihan 1 dan 2 dimana klorofil-a cukup tinggi. Hal ini diduga
pengaruh angin musim mulai berkurang terjadi karena tingginya curah hujan
sehingga terjadi pemanasan kolom yang turun di Indonesia sehingga
perairan oleh sinar matahari. menyebabkan banyaknya zat hara yang
SPL Laut Jawa secara deret masuk ke perairan laut melalui aliran
waktu dapat dilihat pada Gambar 2. sungai. Sebaliknya pada musim timur
Pada musim barat (Desember Februari) dan peralihan 2 terjadi penurunan
dalam kurun waktu 5 tahun, SPL Laut konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa.
Jawa berkisar antara 28,49C 30,65C,
sedangkan untuk musim timur (Juli

Hubungan Konsentrasi Klorofil-A dan Suhu Permukaan Laut .............. (PUTRA, LUMBAN GAOL, SIREGAR) 3
DES MAR

JAN APR

FEB MEI

Musim Barat Musim Peralihan 1

JUN SEP

JUL OKT

AGT NOV

Musim Timur Musim Peralihan 2

Gambar 1. Distribusi SPL rata-rata bulanan Januari 2006 - Desember 2006

Menurut Nontji (2005), musim Laut Jawa menurun dalam kurun waktu
barat merupakan musim angin yang 5 tahun terakhir. Kandungan konsen-
membawa banyak hujan sedangkan trasi klorofil rata-rata di perairan Laut
musim timur sedikit membawa hujan. Jawa berkisar antara 0,22 mg/m - 1,15
Secara derat waktu kandungan mg/m. Nilai konsentrasi klorofil setiap
klorofil-a yang dapat terdeteksi dari citra bulannya berfluktuasi mengikuti musim
satelit Aqua MODIS dapat dilihat pada angin yang sedang berlangsung dan
Gambar 4. Secara keseluruhan, trend mencapai puncaknya pada musim barat.
konsentrasi klorofil yang terdapat di

4 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1. November 2012: 1-10
ISSN 2087-4871

Gambar 2. Fluktuasi SPL rata-rata bulanan Januari 2006 Desember 2010

DES MAR

JAN APR

FEB MEI

a. Musim Barat Musim Peralihan 1

Gambar 3a. Distribusi klorofil-a rata-rata bulanan Januari 2006 - Desember 2006

Hubungan Konsentrasi Klorofil-A dan Suhu Permukaan Laut .............. (PUTRA, LUMBAN GAOL, SIREGAR) 5
JUN SEP

JUL OKT

AGT NOV

b. Musim Timur Musim Peralihan 2

Gambar 3b. Distribusi klorofil-a rata-rata bulanan Januari 2006 - Desember 2006

Gambar 4. Fluktuasi klorofil-a rata-rata bulanan Januari 2006 Desember 2010

3.3. Tangkapan per Unit Upaya (CPUE) (Sardinella Spp). Komoditas tangkapan
Ikan Pelagis Utama di Laut Jawa utama yang didaratkan adalah ikan
Produksi hasil tangkapan yang layang. Menurut penelitian Zamroni dan
didaratkan di PPN Pekalongan Suwarso (2009) ikan layang (Decapterus
didominasi oleh lima jenis ikan, yaitu: russelli dan D. macrosoma) merupakan
ikan layang (Decapterus Spp.), lemuru spesies yang dominan dengan
(Sardinella sirm), tongkol (Enthynnus persentase mencapai 42 58% dari total
affinis), banyar/kembung lelaki hasil tangkapan. Nilai CPUE tangkapan
(Rastrelliger kanagurta), dan tembang

6 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1. November 2012: 1-10
ISSN 2087-4871

ikan pelagis utama di Laut Jawa dapat CPUE yang menurun. Nilai CPUE
dilihat pada Gambar 5. tertinggi ikan banyar rata-rata tiap
Dalam rentang waktu tahun tahunnya terjadi sekitar bulan Maret-
2006-2010 terlihat nilai CPUE ikan Mei (musim peralihan1) dan bulan Juli
layang cenderung menunjukkan trend Agustus (musim timur). Nilai CPUE
yang menurun. Nilai CPUE ikan layang terendah ikan banyar terjadi antara
terbesar terjadi pada bulan September bulan Desember-Februari. Untuk ikan
2009 dengan nilai 11,94 ton/trip tembang, nilai CPUE tertinggi terjadi
sedangkan nilai CPUE terendah ikan sekitar bulan April-Juni. Nilai CPUE
layang terjadi pada bulan Juni 2010 terendah ikan tembang terjadi sekitar
dengan nilai 0,12 ton/trip. Hal ini bulan DesemberFebruari. Nilai CPUE
diperkuat dengan hasil penelitian ikan tembang memperlihatkan trend
Nugroho (2006) bahwa telah terjadi yang meningkat.
penurunan produksi ikan layang yang
berasal dari perikanan pukat cincin yang 3.4. Hubungan antara SPL dengan
tertangkap di perairan Laut Jawa dan Hasil Tangkapan
sekitarnya. Pengaruh SPL terhadap nilai
Nilai CPUE ikan lemuru dan ikan CPUE hasil tangkapan ikan pelagis
tongkol memperlihatkan trend yang yang berbeda-beda antara satu ikan dengan
meningkat. Nilai CPUE ikan lemuru ikan yang lainnya. Hal ini dapat terlihat
tertinggi terjadi antara bulan Desember- pada Gambar 6. Komoditas ikan layang
Februari (Musim Barat) setiap tahunnya. dan ikan banyar merupakan ikan yang
Sedangkan untuk nilai CPUE terendah bersifat stenohalin yaitu hidup pada
terjadi antara bulan Oktober-November. perairan dengan salinitas yang sempit.
Untuk ikan tongkol, kenaikan nilai Kedua jenis ikan ini hidup optimal pada
CPUE terlihat terjadi sekitar bulan salinitas perairan yang tinggi. Masuknya
Februari-April dan bulan Agustus- massa air yang bersuhu rendah dan
Oktober. Nilai CPUE ikan tongkol bersalinitas tinggi dari Laut Flores dan
terendah terjadi antara bulan Juni-Juli. Selat Makassar pada musim timur ke
Ikan banyar memperlihatkan trend nilai Laut Jawa membawa dampak terhadap

1 4

2 5

1. Ikan Layang (Decapterus Spp.)


3 2. Ikan Lemuru (Sardinella sirm)
3. Ikan Tongkol (Enthynnus affinis)
4. Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta)
5. Ikan Tembang (Sardinella Spp)

Gambar 5. Catch Per Unit Effort (CPUE) ikan pelagis utama di Laut Jawa

Hubungan Konsentrasi Klorofil-A dan Suhu Permukaan Laut .............. (PUTRA, LUMBAN GAOL, SIREGAR) 7
hasil tangkapan kedua jenis ikan ini. peralihan 2. Pola ini mengindikasikan
Salinitas yang tinggi pada musim timur tidak adanya hubungan langsung antara
dan peralihan 2 menyebabkan tingginya SPL dengan nilai CPUE ikan lemuru dan
CPUE ikan layang dan ikan banyar. ikan tembang.
Sebaliknya pada musim barat dan
peralihan 1 SPL Laut Jawa naik dan 3.5. Hubungan antara Konsentrasi
salinitas perairan turun sehingga nilai Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan
CPUE ikan layang dan ikan banyar Kandungan klorofil-a pada suatu
turun. Dari Gambar 6 dapat dilihat perairan sangat erat kaitannya dengan
turunnya SPL bulan Juni-September rantai makanan. Kandungan klorofil-a
2007 (musim timur) diiringi naiknya yang tinggi pada perairan akan
nilai CPUE ikan layang, sebaliknya meningkatkan produktifitas zoo
naiknya SPL pada bulan Maret-Mei 2008 plankton, sehingga tercipta suatu rantai
(musim peralihan 1) diiringi turunnya makanan yang menunjang produktifitas
nilai CPUE ikan layang. ikan di perairan. Ikan layang dan ikan
Untuk jenis ikan tongkol nilai banyar merupakan jenis ikan pelagis
CPUE ikan tongkol menunjukkan pola yang keberadaanya tidak secara
dimana saat SPL naik, nilai CPUE ikan langsung dipengaruhi oleh klorofil-a.
tongkol akan naik sebaliknya saat SPL Secara deskriptif terlihat pada kedua
turun, nilai CPUE ikan tongkol akan jenis ikan pelagis ini akan menunjukkan
turun. Ikan lemuru dan ikan tembang kecenderungan dimana nilai CPUE ikan
merupakan jenis ikan pelagis yang akan naik saat konsentrasi klorofil-a
keberadaannya tergantung pada rendah terutama saat musim timur.
plankton yang merupakan makanan Sebagaimana telah disebutkan
utama kedua jenis ikan ini (Nontji, sebelumnya, musim timur merupakan
2005). Nilai CPUE ikan lemuru dan ikan musim angin yang membawa massa air
tembang cenderung naik pada musim yang bersalinitas tinggi dan bersuhu
barat dan musim peralihan 1 serta akan rendah masuk ke Laut Jawa.
turun pada musim timur dam musim

1 4

2 5

1. Ikan Layang (Decapterus Spp.)


3 2. Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta)
3. Ikan Tongkol (Enthynnus affinis)
4. Ikan Lemuru (Sardinella sirm)
5. Ikan Tembang (Sardinella Spp.)

Gambar 6. Hubungan antara SPL dengan hasil tangkapan ikan pelagis utama di Laut
Jawa

8 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1. November 2012: 1-10
ISSN 2087-4871

Kondisi ini merupakan kondisi yang sumber makanan. Untuk ikan lemuru
sangat mendukung keberadaan ikan terlihat kenaikan konsentrasi klorofil-a
layang dan ikan banyar. langsung diiringi dengan kenaikan nilai
Keberadaan ikan tongkol secara CPUE seperti pada musim barat tahun
langsung kurang dipengaruhi oleh 2008, 2009, dan 2010. Selanjutnya
keberadaan konsentrasi klorofil-a. Nilai penurunan konsentrasi klorofil-a pada
CPUE ikan tongkol akan meningkat musim timur juga diiringi dengan
sekitar musim peralihan 1 dan peralihan penurunan nilai CPUE ikan lemuru.
2. Pada musim peralihan 1 konsentrasi Ikan tembang memiliki respon yang
klorofil-a cenderung tinggi sedangkan hampir sama dengan ikan lemuru
sebaliknya pada musim peralihan 2 terhadap konsentrasi klorofil-a. Tetapi
konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa kenaikan nilai CPUE ikan tembang
rendah. terjadi beberapa waktu setelah terjadi
Ikan lemuru dan ikan tembang kenaikan konsentrasi klorofil-a.
merupakan jenis ikan pelagis yang Terdapat rentang waktu sekitar
keberadaannya tergantung pada satu sampai dua bulan antara mulai
konsentrasi klorofil-a. Kenaikkan naiknya nilai CPUE ikan tembang
konsentrasi klorofil-a perairan akan dengan konsentrasi klorofil-a maksimum
diiringi dengan kenaikkan nilai CPUE diperairan Laut Jawa. Konsentrasi
kedua jenis ikan ini. Naiknya nilai klorofil-a mencapai puncaknya pada
konsentrasi klorofil-a tidak langsung musim barat sedangkan kenaikan nilai
berdampak pada naiknya nilai CPUE, CPUE baru terjadi pada awal musim
akan tetapi membutuhkan beberapa peralihan 1. Hal ini dapat dilihat pada
waktu sehingga klorofil yang ada telah bulan Februari-Juni 2006 dan bulan
dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai Desember 2009-Juni 2010.

1 4

2 5

1. Ikan Layang (Decapterus Spp.)


3 2. Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta)
3. Ikan Tongkol (Enthynnus affinis)
4. Ikan Lemuru (Sardinella sirm)
5. Ikan Tembang (Sardinella Spp.)

Gambar 7. Hubungan antara klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan pelagis utama di
Laut Jawa

IV. KESIMPULAN

Hubungan Konsentrasi Klorofil-A dan Suhu Permukaan Laut .............. (PUTRA, LUMBAN GAOL, SIREGAR) 9
SPL rata-rata bulanan di Laut dengan kenaikan nilai CPUE. Untuk
Jawa dari citra satelit Aqua MODIS ikan layang, banyar dan tongkol
tahun 2006 2010 berkisar antara kenaikan nilai konsentrasi klorofil-a
27,9C 31,4C. Penyebaran SPL di Laut tidak langsung berdampak pada naiknya
Jawa mengikuti pola angin musim yang nilai CPUE ketiga jenis ikan ini.
terjadi di perairan Indonesia dimana SPL
cenderung turun pada musim barat dan
timur serta naik pada musim peralihan DAFTAR PUSTAKA
1 dan peralihan 2.
Secara deret waktu, terlihat Hadikusumah. 2008. Karakteristik
terjadinya trend kenaikan SPL di Laut Parameter Fisika dan Kandungan
Jawa dalam kurun waktu 5 tahun Klorofil-a di Laut Jawa. Jurnal Ilmu
terakhir sebesar 1C atau 0.2C setiap Kelautan. 13 (2): 103-112.
tahunnya. Konsentrasi klorofil-a
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara.
berkisar antara 0,22 mg/m - 1,15
Djambatan. Jakarta.
mg/m. Nilai konsentrasi klorofil-a setiap
bulannya berfluktuasi mengikuti musim Nugroho, D. 2006. Kondisi Trend
angin yang sedang berlangsung. Biomassa Ikan Layang (Decapterus
Konsentrasi klorofil-a tertinggi spp.) di Laut Jawa dan Sekitarnya.
terjadi pada musim barat dan terendah Jurnal Penelitian Perikanan
terjadi pada musim peralihan 2. Secara Indonesia. 12 (3): 167-174.
keseluruhan trend konsentrasi klorofil-a
Sharif, A., S. Syakila, dan W. D.
di Laut Jawa terlihat menurun.
Lubayasari. 2009. Pendugaan stok
Hubungan antara SPL dan
ikan layur (Trichiurus sp) di
konsentrasi klorofil-a dengan komoditas
Perairan Teluk Pelabuhan Ratu,
ikan pelagis menunjukkan respon yang
Kabupaten Sukabumi, Provinsi
berbeda antara satu jenis ikan dengan
Jawa Barat. Departemen
jenis ikan lainnya. Ikan layang dan
Manajemen Sumberdaya Perairan,
banyar memiliki respon yang negatif
Fakultas Perikanan dan Ilmu
terhadap SPL terutama pada musim
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
timur. Hal ini diduga disebabkan karena
Bogor.
masuknya massa air yang bersuhu
rendah dan bersalinitas tinggi dari Laut Siregar, V. P. dan J. L. Gaol. 2012.
Flores dan Selat Makassar pada musim Dampak Pemanasan Global
timur. Ikan tongkol memperlihatkan pola terhadap Aktifitas Perikanan di
dimana naiknya SPL menyebabkan Jawa. SEAMEO BIOTROP. Bogor.
naiknya nilai CPUE sebaliknya turunnya
Wijopriono. 2008. Spatial Temporal
SPL menyebabkan turunnya nilai CPUE
Distribution of Small Pelagic Fishes
ikan tongkol. Sedangkan untuk ikan
in Java Sea. Indonesian Fisheries
lemuru dan ikan tembang menunjukkan
Research Journal. 14 (1): 21-35.
tidak adanya hubungan langsung antara
SPL dengan nilai CPUE hasil tangkapan. Zamroni, A dan Suwarso. 2009.
Respon ikan pelagis terhadap Perkembangan Hasil Tangkapan
konsentrasi klorofil-a menunjukkan Ikan Pelagis Kecil di Sekitar laut
adanya respon positif pada komoditas Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan
ikan lemuru dan ikan tembang dimana Indonesia. 15(4): 307-312.
kenaikan konsentrasi klorofil-a diikuti

10 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1. November 2012: 1-10

You might also like