You are on page 1of 7

KOMPETENSI, MOTIVASI KERJA, DAN

KINERJA PENGAWAS TK-SD

Soebagyo Brotosedjati
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl. Letjen Sudjono Humardani No. 1 Kampus Jombor Sukoharjo
e-mail: soebagyobs@yahoo.com

Abstract: Competence, Work Motivation, and Performance of Kindergarten & Elementary School
Supervisors. The study tries to investigate whether training, work load and experience, and evaluation
system affect supervision competence, whether supervision competence affects work motivation, and
whether work motivation eventually affects supervisors performance. The sample includes 198 supervisors
of Kindergarten and Elementary School in Surakarta Municipality. The data are collected through ques-
tionnaire and analyzed using path analysis. The result shows that supervision competence is affected by
training, work load and experience, and evaluation system. Training has the biggest effect toward supervision
competence. Work motivation is directly or indirectly affected by training, work load and experience,
evaluation system, and supervision competence. Work load has the biggest effect toward work motivation.
Supervisors performance of Kindergarten and Elementary School is directly or indirectly affected by
training, work load and experience, evaluation system, supervision competence, and work motivation. Su-
pervision competence has the most profound effect toward performance of supervisors of kindergarten and
elementary Schools.

Abstrak: Kompetensi, Motivasi Kerja, dan Kinerja Pengawas TK-SD. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kompetensi kesupervisian pada motivasi kerja, dan pengaruh motivasi kerja pada
kinerja pengawas. Sampel penelitian sejumlah 198 pengawas TK-SD se eks-karesidenan Surakarta. Data
dikumpulkan dengan angket, dianalisis dengan teknik analisis jalur menggunakan komputer program
SPSS 17.00. Hasil penelitian membuktikan kompetensi kesupervisian dipengaruhi oleh diklat, pengalaman
kerja, beban kerja, dan sistem penilaian. Motivasi kerja secara langsung maupun tidak langsung dipenga-
ruhi oleh diklat, pengalaman kerja, beban kerja, sistem penilaian, dan kompetensi kesupervisian. Kinerja
pengawas TK-SD secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh diklat, pengalaman kerja, beban
kerja, sistem penilaian, kompetensi kesupervisian, dan motivasi kerja. Kompetensi kesupervisian paling
besar pengaruhnya terhadap kinerja pengawas TK-SD.

Kata Kunci: diklat, pengalaman kerja, beban kerja, sistem penilaian, kompetensi, motivasi kerja, dan
kinerja

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, salah yang diidentifikasi oleh pemerintah bersama dengan
satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indone- UNESCO dan Bank Dunia. Pertama, kebijakan dan
sia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jen- penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan
jang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan pendekatan education production function atau input-
dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan output analysis yang tidak dilaksanakan secara kon-
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara sekuen. Penyelenggaraan pendidikan selama ini ter-
lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kom- lalu menekankan pada input, dan tidak serius mem-
petensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, per- perhatikan proses. Ketersediaan input tentu saja tidak
baikan sarana dan prasarana pendidikan, dan pening- secara otomatis menghasilkan output sebagaimana yang
katan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, dikehendaki, apabila prosesnya berlangsung tanpa kon-
berbagai indikator mutu pendidikan belum menun- trol yang serius. Kedua, penyelenggaraan pendidikan
jukkan peningkatan yang berarti (Depdiknas, 2001). nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik, se-
Rendahnya mutu pendidikan nasional disebab- hingga menempatkan sekolah sebagai penyeleng-
kan oleh banyak faktor. Terdapat tiga faktor utama gara pendidikan sangat tergantung pada keputusan

482
Brotosedjati Kompetensi, motivasi kerja, dan kinerja pengawas TK-SD 483

birokrasi yang jalurnya sangat panjang, dan sering supervisi akademik, (4) kompetensi evaluasi pendi-
tidak sesuai dengan konteks dan kondisi setempat. Hal dikan, (5) kompetensi penelitian dan pengembangan,
ini mengakibatkan sekolah kehilangan kemandirian, dan (6) kompetensi sosial. Tiap-tiap kompetensi di-
motivasi dan inisiatif untuk memajukan lembaga. Ke- jabarkan dalam sub-sub kompetensi.
tiga, minimnya peran serta masyarakat, khususnya Bila semua standar dan indikator kompetensi
orang tua peserta didik dalam penyelenggaraan pendi- tersebut benar-benar dimiliki dan dilaksanakan oleh
dikan. Partisipasi masyarakat selama ini pada umum- pengawas, niscaya harapan tentang peran pengawas
nya hanya terbatas dalam penyediaan input, dan tidak sebagai agen perubahan dan konsultan bagi para guru
menjangkau pada proses pendidikan. Hal ini menja- dan kepala sekolah akan dapat terwujud. Melalui kom-
dikan pihak sekolah kurang memiliki accountability petensi yang dimiliki, pengawas dapat berperan banyak
yang sifatnya langsung kepada masyarakat atau stake- dalam meningkatkan kinerja guru dan kualitas pendi-
holder (Depdiknas, 2001: 1-3). dikan di sekolah yang dibinanya.
Ketiga kelemahan manajemen pendidikan nasio- Dari hasil penelitian yang dilakukan Direktorat
nal tersebut, telah dicoba dipecahkan dengan penerapan Tenaga Kependidikan pada tahun 2007 (sebelum
berbagai kebijakan. Dalam kaitannya dengan proses Permendiknas disahkan) terhadap 442 orang penga-
manajemen, pemerintah mengadopsi model manaje- was dari berbagai daerah yang meliputi enam kompe-
men berbasis sekolah yang nertujuan memberikan oto- tensi, nilai yang paling rendah justru pada supervisi
nomi kepada sekolah, sekaligus mendorong peranserta akademik dan manajerial. Padahal dua kompetensi itu
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. merupakan tugas inti dari seorang pengawas (Dharma,
Dalam realitas di lapangan perubahan pola baru 2009: 35).
manajemen tersebut tidak selalu dapat dilaksanakan Namun di lapangan masih banyak kendala yang
oleh setiap sekolah. Banyak sekolah yang justru gagap dapat menghambat optimalisasi kinerja pengawas.
dan tidak siap dengan pemberian otonomi. Mereka Kendala ini dapat diidentifikasi berasal dari dua sum-
telah sekian lama dibiasakan dengan adanya aturan ber, yakni dari diri pengawas sendiri, dan sistem/biro-
yang ketat serta petunjuk yang detail yang membuat krasi pendidikan yang berjalan. Meski demikian antara
motivasi diri, kreativitas, dan keberanian mengambil kendala pribadi dan kendala sistem hakikatnya saling
risiko pada para pengelola sekolah sangat rendah. terkait.
Mereka lebih berharap segalanya dibuatkan pedoman Kendala dari diri pengawas, antara lain yang
yang rinci. dominan adalah rendahnya motivasi dan komitmen.
Selain itu keberanian mereka untuk mengambil Akan tetapi motivasi kerja juga tidak berdiri sendiri.
inisiatif dan berbeda dengan sekolah lain demi pening- Iklim atau situasi kerja, dan kebijakan yang terkait
katan mutu sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah dengan pekerjaan juga mempengaruhi tinggi rendah-
juga kurang. Pengambilan keputusan partisipatif yang nya motivasi. Dalam hal ini seorang pengawas dapat
dibarengi dengan transparansi dan akuntabilitas juga saja memiliki motivasi yang rendah dalam bekerja,
belum berjalan dengan baik. Dengan demikian, baik karena tidak adanya korelasi antara kesungguhan be-
dari segi manajemen sekolah maupun praktik pembe- kerja dengan penghasilan atau peningkatan karir. Di
lajaran sampai sejauh ini belum menampakkan peru- samping itu, sistem birokrasi, atasan pengawas juga
bahan yang signifikan. tidak memiliki instrumen untuk melakukan penilaian
Dalam rangka mendorong dan menjamin kom- secara sungguh-sungguh dan adil. Akibatnya, antara
petensi serta profesionalitas pengawas sekolah, Men- pengawas yang sungguh-sungguh dengan yang bekerja
diknas tahun 2007 telah menerbitkan peraturan nomor sekadarnya tidak ada bedanya. Dalam hal ini diperlu-
12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah/ma- kan adanya reward and punishment terhadap kinerja
drasah. Dalam peraturan ini pengawas dipersyaratkan pengawas yang lebih konkrit.
memiliki kualifikasi pendidikan S1 untuk pengawas Faktor lain adalah berkaitan dengan beban kerja.
TK/SD dan S2 bagi pengawas SMP/SMA/SMK. Me- Setiap jabatan mestinya memiliki rincian tugas yang
reka juga harus pernah menjadi guru sekurang-ku- jelas. Dalam hal ini ekspektasi terhadap produk yang
rangnya 8 tahun atau menjadi kepala sekolah sekurang- harus dihasilkan dalam pelaksanaan tugas pengawas
kurangnya 4 tahun, memiliki pangkat minimum pena- tidak jelas. Tuntutan kerja bagi pengawas tidak kon-
ta, golongan ruang III/c, dan berusia setinggi-tinggi- krit, misalnya dalam satu periode tertentu harus sekian
nya 50 tahun. guru yang dibina atau ditingkatkan profesionalitasnya,
Selain itu dalam Permendiknas 12/2007 juga di- sekian kepala sekolah yang harus didampingi dan se-
persyaratkan enam standar kompetensi yang harus di- bagainya. Kerja pengawas seakan dibiarkan sehingga
kuasai pengawas, yaitu (1) kompetensi kepribadian, lebih tergantung pada komitmen, inisiatif, dan krea-
(2) kompetensi supervisi manajerial, (3) kompetensi tivitas masing-masing.
484 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 6, Oktober 2011, hlm. 482-488

Berbagai kendala tersebut telah lama dirasakan. (2009: 95) melukiskan hubungan pengawas-kepala
Meski demikian, hingga saat ini belum terjadi perubah- sekolah-guru sebagai roda bergigi yang bisa mengge-
an yang signifikan. Sutisna (1989: 287-289) menyata- rakkan peningkatan mutu pendidikan. Pengawas seko-
kan ada sejumlah faktor yang membatasi ruang gerak lah menjadi roda pertama yang bisa menggerakkan
supervisi. Pertama berkaitan dengan falsafah dan kebi- kepala sekolah dan guru, yang pada akhirnya dapat
jakan dari para pejabat puncak yang secara administra- meningkatkan prestasi belajar siswa.
tif bertanggung jawab terhadap pengadaan personil, Dengan adanya berbagai variabel di atas, maka
fasilitas, dan dana yang diperlukan bagi pelaksanaan wajar bila kinerja pengawas menjadi tidak optimal.
supervisi yang baik. Mereka belum secara tegas mem- Harapan yang besar terhadap peran pengawas sebagai
buat kebijakan yang mendorong pelaksanaan super- penjamin serta pendorong peningkatan mutu pendi-
visi bagi peningkatan pembelajaran. Fungsi supervisor dikan tampaknya masih belum menunjukkan tanda-
masih rancu dengan tugas-tugas pengawasan yang tanda menggembirakan. Penelitian Yahya (2006) terha-
bersifat administratif. Kedua adalah dukungan finan- dap pengawas SMU di Jawa Barat menemukan bahwa
sial bagi optimalisasi pelaksanaan tugas supervisi. secara umum manajemen pengembangan kemampuan
Untuk dapat melaksanakan kunjungan kelas dalam profesional pengawas perlu adanya penataan ulang
meningkatkan kualitas pembelajaran guru, tentu su- secara terpadu, sistemik, dan berkesinambungan dalam
pervisor harus memiliki waktu yang cukup, disertai suatu pemikiran konseptual. Untuk itu ia menyarankan
dengan fasilitas transportasi dan insentif yang mema- perlunya kajian manajemen pengembangan kemam-
dai. Ketiga berkaitan dengan pendidikan prajabatan puan pengawas.
(formal) maupun pelatihan yang dipersyaratkan bagi Penelitian Misbah (2007) menemukan bahwa
seorang calon pengawas. Dalam hal ini belum ada jalur pengawas sekolah di Indonesia rata-rata hanya mela-
khusus yang harus ditempuh seorang calon pengawas kukan kunjungan selama sekitar dua sampai tiga jam
sebelum memangku jabatan tersebut. di sekolah, ketika menilai sekolah, di samping kunjung-
Kecuali faktor-faktor di atas, ada masalah utama an lain seperti monitoring ujian, pendataan dari Dinas
yang merupakan warisan masa lalu yaitu rekrutmen Pendidikan, diseminasi kebijakan baru dan sebagainya.
atau seleksi. Dulu pengawas lebih sekadar menjadi Hal ini menunjukkan betapa singkatnya waktu kun-
ajang perpanjangan pensiun. Pengawas seolah-olah jung pengawas, yang tentunya tidak mungkin membe-
menjadi posisi buangan atau sekadar kelanjutan dari rikan dampak yang besar terhadap perubahan dan
kepala sekolah yang sudah berakhir masa jabatan- kemajuan sekolah. Hal ini masih diperparah lagi
nya. Bahkan yang lebih memprihatinkan ada orang dengan tidak tersedianya petunjuk atau pedoman
yang tak pernah terjun di bidang pendidikan ditunjuk kerja yang jelas (handbook) dalam proses
sebagai pengawas. Ada pegawai dinas pariwisata atau pengawasan maupun pembinaan sekolah.
dinas lain dengan mudah ditunjuk menjadi pengawas, Masbukhin (2008) menyatakan bahwa kualifi-
sehingga yang bersangkutan tidak bisa melakukan kasi dan kompetensi pengawas belum seperti yang
supervisi, karena tidak menguasai. Hal inilah yang diharapkan. Di beberapa daerah para pengawas me-
menjadikan wibawa pengawas menjadi runtuh. Banyak nyatakan bahwa wawasan akademik dirinya berada di
guru dan kepala sekolah tidak menghormati penga- bawah guru dan kepala sekolah, sebab mereka tidak
was, bahkan muncul anggapan bahwa ada atau tidak pernah disentuh dengan inovasi yang terjadi.
ada pengawas sekolah sama saja (Dharma, 2009: 34). Pengawas di hampir semua propinsi kurang
Kondisi pengawas di Indonesia pada saat ini ada- diminati, sebab perekrutan pengawas bukan karena
lah sebagai berikut. Kualifikasi pengawas TK/SD 38% prestasi tetapi semacam tenaga buangan dari kepala
belum S1. Rekruitmen tidak didasarkan pada kom- sekolah dan guru atau tenaga struktural yang memper-
petensi. Belum ada induction program. Jabatan dan panjang masa pensiun. Kualifikasi pendidikan para pe-
karir pengawas tidak menarik. Mereka kurang me- ngawas umumnya masih banyak yang belum sarjana
nguasai supervisi akademis. Kompetensi mereka masih (S1) terutama pengawas TK/SD.
belum memadai. Belum ada continuing profesionalism Usia rata-rata pengawas cukup tua yakni 52 ta-
development (CPD) yang terprogram. Citra dan wiba- hun dengan rata-rata masa kerja sebagai PNS 25 tahun.
wa akademik masih rendah. Program kepengawasan Sedangkan masa kerja menjadi pengawas rata-rata 6
belum disusun berdasarkan analisis kebutuhan sekolah. tahun. Jenjang karir pengawas masih kurang jelas
Laporan kepengawasan belum digunakan sebagai bahan dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pembinaan
pertimbangan pengambil keputusan (Dharma, 2009: dan pengembangan kemampuan profesional tenaga
71). pengawas boleh dikatakan tidak ada, baik berupa diklat
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, kepengawasan, penataran khusus pengawas, seminar,
pengawas sekolah memegang kunci utama. Dharma lokakarya dan kegiatan ilmiah lainnya. Bahkan dalam
Brotosedjati Kompetensi, motivasi kerja, dan kinerja pengawas TK-SD 485

kegiatan penataran/pelatihan guru, pelatihan kepala 32,713+0,321X1+0,176X2+0,200X3+0,286X4+0,734


sekolah, dan kegiatan akademik lainnya pengawas dengan nilai F sebesar 43,030 pada taraf signifikansi
tidak pernah dilibatkan. Tugas pokok yang rancu me- 0,000 lebih kecil dari 5%. Hasil tersebut menunjuk-
nempatkan pengawas bukan lagi sebagai supervisor kan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95%, model
akademik dan manajerial. Selain itu daya dukung ku- regresi yang digunakan sesuai dengan model konsep-
rang menunjang untuk melaksanakan tugas kepen- tual yang dirancang, sehingga persamaan regresi ter-
gawasan satuan pendidikan. Biaya operasional/rutin sebut memiliki makna yang berarti apabila digunakan
untuk melaksanakan tugas kepengawasan tidak mema- untuk membuat suatu prediksi.
dai terlebih lagi untuk pengawasan di daerah terpencil. Dengan demikian hipotesis kerja yang berbunyi
Berdasarkan latar belakang ini, penelitian menge- Ada pengaruh langsung diklat, pengalaman kerja,
nai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kiner- beban kerja, dan sistem penilaian terhadap kompetensi
ja pengawas sekolah/madrasah menjadi penting untuk kesupervisian pengawas TK-SD di eks-karesidenan
diteliti, agar upaya peningkatan kinerja pengawas dapat Surakarta baik parsial maupun bersama-sama dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Tujuan yang diterima (Tabel 1).
ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk me-
ngetahui besarnya pengaruh diklat, pengalaman kerja, Tabel 1. Koefisien Jalur Pengaruh X1, X2, X3,
beban kerja, dan sistem penilaian terhadap kinerja dan X4 terhadap X5 (Kompetensi Kesu-
pengawas, baik secara langsung maupun tidak lang- pervisian)
sung (melalui kompetensi kesupervisian dan motiva-
si kerja). Koefisien
Variabel Reg, ter-
t hitung Sig. Status
bebas standar
METODE (Beta)
Diklat 0,321 4,799 0,000 Signifikan
Penelitian ini menggunakan pendekatan ex-post-
facto. Sampel dalam penelitian ini adalah 198 yang Pengalaman 0,176 2,276 0,003 Signifikan
Kerja
dipilih secara proporsional random sampling dari po-
Beban Kerja 0,200 3,186 0,002 Signifikan
pulasi sebesar 456 orang pengawas TK-SD di eks-
karesidenan Surakarta. Sistem 0,286 4,536 0,000 Signifikan
Penilaian
Data dikumpulkan melalui angket yang sudah
diuji validitas dan reliabilitasnya. Sesuai dengan model
hubungan konseptual antarvariabel, jenis analisis da- Diklat, pengalaman kerja, beban kerja, sistem
tanya menggunakan analisis jalur. Berdasarkan ran- penilaian, dan kompetensi kesupervisian berpengaruh
cangan model analisis jalur, dilakukan tiga tahap ana- langsung terhadap motivasi kerja pengawas TK-SD
lisis regresi ganda, yaitu tahap I , tahap II, dan tahap baik secara parsial pervariabel maupun bersama-sama.
III. Untuk keperluan pengujian digunakan toleransi Dari hasil analisis jalur tahap dua diperoleh koefisien
5%. Hipotesis kerja diterima apabila nilai koefisien determinasi yang dibakukan (Adjusted R Square) se-
probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari 5%. Selan- besar 0,464. Koefisien determinasi tersebut selanjut-
jutnya pengujian hipotesis kedua dan ketiga menggu- nya digunakan untuk menghitung nilai residual. Hasil
nakan analisis jalur (path analysis). Sedangkan untuk pengoperasian model analisis regresi ganda pada tahap
menguji model hubungan kausal yang dispesifikasi- II menghasilkan persamaan regresi = 42,538 +
kan, koefisien jalur adalah nilai beta (). 0,130X1 + 0,156X2 + 0,326X3 + 0,165X4 + 0,345X5 +
0,732 dengan nilai F sebesar 35,094 pada taraf signi-
fikansi 0,000 lebih kecil dari 5%. Secara parsial per-
HASIL DAN PEMBAHASAN
variabel, hal ini tampak pada Tabel 2.
Ada pengaruh langsung antara diklat, penga- Ada pengaruh langsung antara diklat, penga-
laman kerja, beban kerja, dan sistem penilaian terhadap laman kerja, beban kerja, sistem penilaian, kompetensi
kompetensi kesupervisian pengawas TK-SD di eks- kesupervisian, dan motivasi kerja terhadap kinerja
karesidenan Surakarta baik parsial maupun bersama- Pengawas TK-SD di eks-karesidenan Surakarta, baik
sama. Dari hasil analisis jalur tahap satu diperoleh koe- secara parsial pervariabel maupun bersama-sama. Dari
fisien determinasi yang dibakukan (Adjusted R Square) hasil analisis jalur tahap tiga diperoleh koefisien de-
sebesar 0,460. Koefisien determinasi tersebut selan- terminasi yang dibakukan (Adjusted R Square) sebe-
jutnya digunakan untuk menghitung nilai residual. sar 0,504. Nilai residual analisis regresi ganda tahap
Hasil pengoperasian model analisis regresi ganda tiga adalah 0,704. Hasil pengoperasian model analisis
pada tahap I menghasilkan persamaan regresi = regresi ganda pada blok ketiga menghasilkan persa-
486 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 6, Oktober 2011, hlm. 482-488

maan regresi = 17,153 + 0,138X1 + 0,129X2 + sistem penilaian, dan kompetensi kesupervisian mem-
0,238X3 + 0,181X4 + 0,248 X5 + 0,269X6 + 0,704 de- beri sumbangan efektif terhadap motivasi kerja sebesar
ngan nilai F sebesar 35,094 pada taraf signifikansi 46,4%. Dan diklat, pengalaman kerja, beban kerja,
0,000 lebih kecil dari 5% (Tabel 3). sistem penilaian, kompetensi kesupervisian, dan mo-
tivasi kerja memberi sumbangan efektif terhadap
Tabel 2. Koefisien Jalur Pengaruh X1, X2, X3, X4 kinerja sebesar 50, 4%. Sumbangan efektif masing-
dan X5 terhadap X6 (Motivasi) masing variabel secara parsial berturut-turut dari yang
paling besar pengaruhnya terhadap kinerja pengawas
Koefisien yaitu kompetensi kesupervisian 11,61%, motivasi kerja
Variabel Reg, ter-
bebas standar
t hitung Sig. Status 7,24%, beban kerja 6,58%, sistem penilaian 4,31%,
(Beta) diklat 2,81%, dan pengalaman kerja 2,11%.
Diklat 0,130 2,225 0,050 Signifikan
Pengalaman 0,156 2,314 0,045 Signifikan Kinerja Pengawas TK-SD
Kerja
Beban Kerja 0,326 5,068 0,000 Signifikan Dari hasil analisis deskriptif ditemukan 58%
Sistem 0,165 2,497 0,013 Signifikan
pengawas TK-SD kinerjanya sudah baik, dan masih
Penilaian ada sebanyak 42% yang kinerjanya perlu mendapat-
Kompetensi 0,345 4,813 0, 000 Signifikan kan perhatian dan perlu ditingkatkan. Hal ini bisa
Kesupervisi- terjadi karena proses rekrutmen belum sesuai dengan
an yang dikehendaki pemerintah melalui Permendiknas
nomor 12 tahun 2007 mengenai standar pengawas
Tabel 3. Koefisien Jalur Pengaruh X1, X2, X3, X4, sekolah/madrasah.
X5 dan X6 terhadap Y (Kinerja) Pengawas sekolah yang mempunyai kinerja de-
ngan kategori sangat tinggi dan tinggi pada umum-
Koefisien nya pengalaman kerjanya lebih banyak, sering men-
Variabel Reg, ter-
bebas standar
t hitung Sig. Status dapatkan penataran/diklat, sering bertugas sebagai in-
(Beta) struktur/penatar, pengalaman sebagai guru lebih lama,
Diklat 0,138 0,565 0,047 Signifikan berpengalaman juga sebagai pengawas TK-SD, men-
Pengalaman 0,129 1,199 0,042 Signifikan jadi pengawas juga sudah lebih lama, dan aktif dalam
Kerja kegiatan APSI (Asosiasi Pengawas Seluruh Indone-
Beban Kerja 0,238 3,624 0,000 Signifikan sia). Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi mereka
Sistem 0,181 2,250 0,031 Signifikan untuk lebih giat bekerja. Kecuali itu, dilihat dari sisi
Penilaian kompetensi kesupervisian mereka juga lebih berkom-
Kompetensi 0,248 3,393 0, 001 Signifikan peten, karena diangkat menjadi pengawas sudah lebih
Kesuper-
lama. Para pengawas yang kinerjanya pada kategori
visian
sedang bahkan kurang dan rendah, ternyata penga-
Motivasi 0,269 3,874 0, 000 Signifikan
Kerja laman kerjanya masih minim, karena baru saja diang-
kat menjadi pengawas, malah ada yang belum melak-
Dari hasil pengoperasian model hubungan kausal sanakan tugas sebagai pengawas, dan diangkat sebagai
antara variabel exogenus/ endogenus dengan variabel pengawas bukan karena kompetensi, namun lebih ber-
endogenus lainnya pada masing-masing tahap analisis, nuansa politis yaitu sebagai tim sukses dalam pilkada.
selanjutnya dapat diidentifikasi koefisien-koefisien ja- Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pe-
lur (path coefficients) yang signifikan di masing-ma- ngalaman kerja, diklat, dan kompetensi kesupervisi-
sing blok untuk digunakan sebagai pembentukan mo- an serta motivasi kerja memang benar-benar dapat
del yang dispesifikasikan. Karena semua koefisien memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
jalur adalah signifikan, model konseptual sebagaimana para pengawas. Di antara enam variabel yang diteliti
yang diajukan dapat diterima dan tidak mengalami pengaruhnya pada kinerja pengawas, variabel yang
perubahan. paling besar pengaruhnya adalah sistem penilaian.
Sumbangan efektif seluruh variabel secara ber- Kesimpulan tersebut di atas juga didukung hasil
sama-sama adalah sebagai berikut. Diklat, pengalaman penelitian yang dilakukan oleh Sudharto (2007) bah-
kerja, beban kerja, dan sistem penilaian memberi sum- wa pengalaman kerja dan motivasi secara signifikan
bangan efektif terhadap kompetensi kesupervisian berpengaruh pada kinerja kepala SMA. Kinerja sese-
sebesar 46%. Diklat, pengalaman kerja, beban kerja, orang dipengaruhi oleh faktor ability, motivation, dan
Brotosedjati Kompetensi, motivasi kerja, dan kinerja pengawas TK-SD 487

role clarify. Selain itu, menurut Sutisna (1989: 287- dapat juga menyebabkan pengawas TK-SD kurang
289) ada sejumlah faktor yang membatasi ruang ge- termotivasi untuk bekerja.
rak supervisi. Pertama, berkaitan dengan falsafah dan Selain itu, seorang pengawas TK-SD kadang
kebijakan dari para pejabat puncak yang secara ad- mempunyai permasalahan pada motivasi kerja dan
ministratif bertanggung jawab terhadap pengadaan kinerjanya, yaitu apakah (1) dapat melaksanakan de-
personil, fasilitas, dan dana yang diperlukan bagi pe- ngan benar jika bekerja, (2) memiliki kemampuan un-
laksanaan supervisi yang baik. Mereka belum secara tuk melakukan tugas dengan tepat, dan (3) mengetahui
tegas membuat kebijakan yang mendorong pelaksa- standar kerja yang diharapkan. Apabila permasalahan
naan supervisi bagi peningkatan pembelajaran. Fungsi itu muncul, maka untuk mengatasinya membutuhkan
supervisor masih rancu dengan tugas-tugas pengawas- pengembangan sumber daya manusia, antara lain dapat
an yang bersifat administratif. Kedua, dukungan finan- dilakukan melalui diklat dan pengalaman kerja, pem-
sial bagi optimalisasi pelaksanaan tugas supervisi. berian beban kerja yang seimbang, sistem penilaian
Untuk dapat melaksanakan kunjungan kelas dalam yang tepat, dan penciptaan suasana yang kondusif agar
meningkatkan kualitas pembelajaran guru, tentu su- timbul inovasi dan kreativitas.
pervisor harus memiliki waktu yang cukup, disertai Motivasi kerja seseorang sering dihubungkan
dengan fasilitas transportasi dan insentif yang me- dengan jenis pekerjaan. Faktor pekerjaan yang dapat
madai. Ketiga, hal-hal berkaitan dengan pendidikan mendorong lebih giat bekerja disebut faktor motiva-
prajabatan (formal) maupun pelatihan yang dipersya- tor, dan faktor ekstrinsik (lingkungan) disebut faktor
ratkan bagi seorang calon pengawas. Dalam hal ini penyehat (hygiene factors). Cakupan kondisi ekstrinsik
belum ada jalur khusus yang harus ditempuh seorang dan intrinsik dikemukakan oleh Gibson, dkk. (1996)
calon pengawas sebelum memangku jabatan tersebut. bahwa faktor-faktor kondisi ekstrinsik (dissatisfiers)
Kecuali faktor-faktor di atas, ada masalah utama meliputi upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status,
yang merupakan warisan masa lalu yaitu rekrutmen kebijakan perusahaan/prosedur perusahaan, mutu su-
atau seleksi. Dulu pengawas lebih sekadar menjadi pervisi, hubungan antar pribadi dengan atasan, bawah-
ajang perpanjangan pensiun. Pengawas seolah-olah an atau dengan rekan sejawat. Faktor-faktor motivator
menjadi posisi buangan atau sekadar kelanjutan dari (satisfiers) dari kondisi intrinsik terdiri dari prestasi
kepala sekolah yang sudah berakhir masa jabatannya. kerja (achievement), pengakuan (recognition), tang-
Bahkan yang lebih memprihatinkan ada orang yang gung jawab (responsibility), kemajuan (advancement),
tak pernah terjun di bidang pendidikan ditunjuk sebagai pekerjaan itu sendiri (the work it self), dan kemung-
pengawas (Dharma, 2009: 34). kinan berkembang (the possibility of growth).
Dari analisis jalur juga ditemukan bahwa moti-
Motivasi Kerja Pengawas TK-SD vasi kerja secara langsung dipengaruhi oleh diklat,
pengalaman kerja, beban kerja, sistem penilaian, dan
Dari hasil analisis statistik deskriptif ditemukan kompetensi kesupervisian. Besarnya pengaruh kelima
bahwa pengawas TK-SD di eks-karesidenan Sura- varibel tersebut secara bersama-sama terhadap moti-
karta 45% motivasi kerjanya tergolong sedang, 38% vasi kerja 46,4%. Sedangkan besarnya pengaruh ma-
tinggi, kurang dan sedang 17%. Hal ini sesuai dengan sing-masing variabel berturut-turut dari yang paling
hasil penelitian dari aspek kompetensi yang pada umum- besar yaitu variabel beban kerja, kompetensi kesuper-
nya berada pada kategori sedang sebanyak 38%. Kom- visian, sistem penilaian, diklat, dan pengalaman kerja.
petensi yang tergolong tinggi hanya 26%.
Mereka yang mempunyai motivasi rendah ke- Kompetensi Kesupervisian Pengawas TK-SD
mungkinan disebabkan penghargaan yang diterima
tidak sebanding dengan kinerja yang ditampilkan, Dari hasil analisis deskriptif dapat disimpulkan
karena mereka termasuk yang belum disertifikasi, se- bahwa kompetensi kesupervisian pengawas TK-SD
hingga belum menerima tunjangan profesi. Kecuali di eks-karesidenan Surakarta dalam kategori sedang
itu persepsi masyarakat terhadap kredibilitas penga- sehingga masih perlu ditingkatkan. Hal ini tidak lepas
was yang kurang positif juga bisa menyebabkan mo- dari pengalaman mereka yang 45% pada kategori cu-
tivasi kerjanya rendah. Misalnya pengawas sebagai kup, bahkan 31% kurang berpengalaman. Sementara
jabatan buangan, sehingga kurang dihargai kebera- yang berpengalaman hanya 13% dan sangat berpenga-
daannya. Belum lagi secara struktural posisi laman 4%.
pengawas juga tidak jelas serta karir berikutnya juga Dari hasil analisis jalur diketahui kompetensi ke-
tidak ada, paling mereka sampai pensiun menjadi supervisian secara bersama-sama dipengaruhi diklat,
pengawas. Lingkungan kerja yang kurang mendukung pengalaman kerja, beban kerja, dan sistem penilaian.
488 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 6, Oktober 2011, hlm. 482-488

Besarnya pengaruh secara bersama-sama atau sum- SIMPULAN


bangan efektif 46%. Variabel diklat paling besar pe-
Secara berturut-turut mulai yang paling besar,
ngaruhnya, disusul kemudian sistem penilaian, beban
kompetensi kesupervisian dipengaruhi oleh diklat,
kerja, dan pengalaman kerja.
sistem penilaian, beban kerja, dan pengalaman kerja.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil
Motivasi kerja secara langsung maupun tidak lang-
penelitian yang dilakukan Yahya (2006) terhadap Pe-
sung dipengaruhi oleh beban kerja, kompetensi kesu-
ngawas SMU di Jawa Barat. Secara umum manaje-
pervisian, sistem penilaian, diklat, dan pengalaman
men pengembangan kemampuan profesional penga-
kerja. Kinerja pengawas TK-SD secara langsung mau-
was perlu penataan ulang secara terpadu, sistemik, dan pun tidak langsung dipengaruhi oleh kompetensi ke-
berkesinambungan dalam suatu pemikiran konseptual. supervisian, motivasi kerja, beban kerja, sistem pe-
Untuk itu ia menyarankan perlunya ada kajian mana- nilaian, diklat, dan pengalaman kerja.
jemen pengembangan kemampuan pengawas. Hasil Implikasi hasil penelitian ini adalah perlunya
penelitian Dharma (2009) juga menyimpulkan antara pemerintah menyiapkan pedoman perekrutan dan pe-
lain bahwa rekrutmen tidak didasarkan pada kompe- ngangkatan pengawas, pedoman diklat termasuk ku-
tensi, jabatan, dan karir. Jabatan pengawas tidak mena- rikulum dan bahan diklat sesuai Permendiknas 12/2007.
rik, kurang menguasai supervisi akademis, kompetensi Pemerintah kabupaten/kota melalui dinas pendidikan
masih belum memadai, dan citra serta wibawa aka- harus melaksanakan perekrutan sesuai Permendik-
demik masih rendah. nas 12/2007; diklat sesuai pedoman yang ditentukan
Dari hasil analisis jalur diketemukan kompetensi pemerintah; pengangkatan dilakukan setelah lulus
kesupervisian secara bersama-sama dipengaruhi oleh diklat dengan diberi beban kerja, fasilitas dan kesejah-
diklat, pengalaman kerja, beban kerja, dan sistem pe- teraan yang proporsional; dan menempatkan penga-
nilaian. Besarnya pengaruh atau sumbangan efektif was pada struktur organisasi dinas pendidikan secara
secara bersama-sama 46%. Di antara keempat variabel jelas. Para pengawas TK-SD hendaknya secara sung-
tersebut yang paling besar pengaruhnya terhadap kom- guh-sungguh berupaya meningkatkan kompetensi dan
petensi kesupervisian adalah diklat 10,3%, urutan kinerjanya dengan belajar secara mandiri, sehingga
kedua sistem penilaian 8,17%, urutan ketiga beban kesan jabatan pengawas sebagai jabatan buangan
kerja 4%, dan urutan keempat adalah pengalaman akan hilang dengan sendirinya dan pengawas dihar-
kerja 3,09%. gai oleh semua pihak.

DAFTAR RUJUKAN

Dharma, S. 2009. Menuju Tenaga Kependidikan Profesio- Misbah, Z. 2007. Proses Supervisi Sekolah: Studi Kompa-
nal: Pembangunan Tenaga Kependidikan 2005- rasi Pengawasan Sekolah di Indonesia dan Belanda.
2009. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Jurnal Tenaga Kependidikan, 2(2):23-35.
Ditjen PMPTK Depdiknas. Sudharto. 2007. Pengaruh Budaya Organisasi Sekolah,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Manaje- Pengalaman Kerja, dan Kompensasi terhadap Ke-
men Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: puasan, Motivasi Kerja, dan Kinerja Kepala SMA
Program Rintisan oleh Pemerintah, UNESCO, dan se eks Karesidenan Semarang. Disertasi, tidak di-
UNICEF. terbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Gibson, J. L.; Invancevich, J. M. & Donnelly, Jr. J. H. Sutisna, O. 1989. Administrasi Pendidikan: Dasar Teore-
1996. Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. tis untuk Praktik Profesional. Bandung: Angkasa
Terjemahan Nunuk Ardiani. Jakarta: Binarupa Ak- Yahya, S.N. 2006. Manajemen Pengembangan Kemam-
sara. puan Profesional Pengawas SMU di Lingkungan
Masbukhin. 2008. Memaksimalkan Fungsi Pengawas Se- Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional
kolah. Koran Pendidikan. (Online), (http://koran- Propinsi Jawa Barat. Tesis tidak dipublikasikan.
pendidikan.com/artikel/693/). Diakses 21 Juni 2008. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

You might also like