You are on page 1of 10

PENCEMARAN BAHAN ORGANIK DAN EUTROFIKASI DI PERAIRAN CITUIS,

PESISIR TANGERANG

Anna Rejeki Simbolon


Progam Studi Pendidikan Biologi Universitas Kristen Indonesia
annarejekisimbolon@gmail.com
Abstract
Cituis Waters is one that is in the waters of the Coastal Tangerang and directly adjacent to the commercial and
port activities in Tangerang and Jakarta. The waters of an estuary of the river that crosses the region Cirarab
Tangerang and Jakarta. The high activity of settlements and industries throughout the area of Tangerang and
Jakarta generate organik waste and empties into the waters Cituis. High organik matter content in waters will
result in eutrophication waters. This study aims to determine the content of organik matter in the waters Cituis
and indications of eutrophication in the waters. Sampling of random sampling survey carried out in five
sampling points along BOD5ies Cituis April 2013. Descriptive analysis by the Ministry of Environment Decree
Number 51 of 2004 on marine water quality standards for water biota. Nitrate and phosphate are high and have
passed the quality standards set so that these waters are indicated experiencing eutrofikasi. The content of BOD 5
and DO are still in accordance with the quality standards set.
Keywords : Organik pollution, Cituis Waters, Tangerang Coastal
sepanjang wilayah Tangerang tentu saja
PENDAHULUAN
menghasilkan limbah organik yang
Tangerang merupakan salah satu
bermuara di wilayah pesisir Tangerang.
wilayah dengan aktivitas industri yang
Perairan Cituis merupakan salah satu
padat, baik industri rumah tangga maupun
perairan dengan aktivitas terpadat dan
aktivitas pabrik. Limbah yang berasal dari
terbesar di Pesisir Kabupaten Tangerang.
aktivitas tersebut dibuang ke sungai yang
Perairan ini merupakan wilayah yang
mengalir di sekitar wilayah Tangerang, dan
berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan
bermuara ke pesisir. Pesisir Kabupaten
berbatasan langsung dengan jalur perairan
Tangerang merupakan muara dari kelima
yang berhubungan langsung dengan pusat
sungai antara lain muara S. Cidurian,
pemerintahan dan perniagaan di kawasan
muara S. Cipasilian, muara S. Cimandiri
Tangerang, DKI Jakarta dan Banten.
(Lontar), muara S. Cimauk, muara S.
Pesatnya aktivitas industri dan masyarakat
Cirarab (biasa disebut Muara Cituis) dan
baik di wilayah pesisir dan di sepanjang
muara S. Cisadane. Kelima aliran sungai
wilayah Tangerang akan memungkinkan
tersebut mengaliri melintasi wilayah
terjadinya pencemaran di daerah tersebut.
Tangerang dan sekitarnya. Setidaknya
Masukan bahan organik yang terbawa
terdapat 692 industri di Kabupaten
melalui limbah yang dihasilkan oleh
Tangerang, antara lain industri batu
kegiatan manusia akan masuk ke perairan
baterai, tekstil, percetakan, karet,
dan pada kondisi tertentu akan
pematrian logam, perakitan mesin
mengganggu existing perairan. Kandungan
kendaraan dan elektronik hingga aktivitas
bahan organik yang terlalu tinggi akan
kendaraan (BPS Tangerang, 2012).
menyebabkan perairan mengalami
Kegiatan industri dan permukiman di
109
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016

eutrofikasi. Eutrofikasi ialah kondisi dikhawatirkan menjadi input masukan


dimana perairan mengalami peningkatan bahan organik di perairan ini.
kadar bahan organik, kondisi ini ditandai Penelitian mengenai kandungan
dengan terjadinya peningkatan bahan organik dan kemungkinan terjadinya
fitoplankton dan tumbuhnya tumbuhan air eutrofikasi belum pernah dilakukan di
yang meningkat (blooming algae). Perairan Cituis sehingga penelitian ini
Eutrofikasi juga dikhawatirkan akan bertujuan untuk mengetahui kadar bahan
mengurangi kadar oksigen terlarut dalam organik di perairan ini dan indikasi
perairan, dan tingginya kandungan terjadinya eutrofikasi di Perairan Cituis.
ammonia yang bersifat toksik bagi biota Penelitian ini diharapkan dapat
air. Peningkatan aktivitas industri dan memberikan informasi mengenai
masyarakat di wilayah Tangerang, kandungan bahan organik di Perairan
dikhawatirkan akan memberi pengaruh Cituis sehingga menjadi bahan masukan
negatif terhadap kondisi perairan di bagi semua pihak yang berkepentingan di
Perairan Cituis. Perairan Cituis merupakan daerah tersebut agar selalu melakukan
perairan terluas dengan muara terbesar pemantauan, pemeliharaan, serta
yang terdapat di Pesisir Kabupaten pemanfaatan perairan wilayah pesisir
Tangerang. Perairan ini berada di bagian dengan lebih baik sehingga dapat
paling timur Pesisir Kabupaten Tangerang berlangsung secara berkelanjutan.
dan berbatasan langsung dengan kota METODOLOGI
Tangerang dan DKI Jakarta. Tempat Tempat dan Waktu Penelitian
pendaratan Ikan (TPI) Cituis tepat berada Penelitian ini dilakukan di Perairan
di muara Cituis dan merupakan TPI Cituis, Pesisir Kabupaten Tangerang.
terbesar di Pesisir Kabupaten Tangerang. Penelitian dilakukan dari bulan April 2013
Tingginya aktivitas industry, pemukiman sampai Juni 2013.
hingga aktivitas perikanan TPI Cituis
Tabel 3.1 Parameter dan metode pengukuran sampel
No Parameter Satuan Alat/Metode Pengukuran
Air
1 DO mg/l DO meter In situ
2 BOD55 mg/l APHA, ed. 22, 2012, 5220-B Ex situ
3 NH3- mg/l APHA, ed. 22, 2012, 4500-NH3-F Ex situ
4 NO3- mg/l APHA, ed. 22, 2012, 4500-NO3-E Ex situ
5 NO2- mg/l APHA, ed. 22, 2012, 4500-NO2-B Ex situ
6 PO4-3 mg/l APHA, ed. 22, 2012, 4500-P-E Ex situ
7 pH pH meter In situ

110
Anna Rejeki Simbolon: Pencemaran Bahan Organik Dan Eutrofikasi Di Perairan Cituis, Pesisir Tangerang

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan dengan teknik survey. berdasarkan pada standar baku mutu yang
Metode pengambilan sampel ditentukan digunakan untuk air laut mengacu pada
dengan purposive sampling pada 5 titik Keputusan Menteri Negara Lingkungan
pengambilan sampel. Pengambilan sampel Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang baku
dilakukan sebanyak lima kali sebagai mutu air laut untuk keperluan biota laut.
ulangan untuk memperkecil eror. Analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
laboratorium dilakukan di Laboratorium Peraian Cituis, Pesisir Kabupaten
Produktivitas & Lingkungan, Fakultas Tangerang merupakan perairan yang
Perikanan & Ilmu Kelautan IPB. Parameter berbatasan langsung dengan Perairan DKI
dan metode pengukuran sampel disajikan Jakarta. Perairan ini memiliki peran
dalam Tabel 1. Peta lokasi pengambilan penting baik dari segi perekonomian
sampel disajikan pada Gambar 1. maupun sis ekologisnya. Perairan ini
Metode Pengumpulan Data menjadi jembatan arus lalu lintas barang
Metode yang digunakan dalam dari laut Jawa menuju kawasan Tangerang
penelitian ini adalah analisis deskriptif dan DKI Jakarta. Selain itu, perairan ini
kuantitatif. Pengumpulan data primer memiliki ekosistem mangrove dan terumbu
dilakukan melalui survei lapangan, karang yang besar, tepatnya di kawasan
pengukuran langsung di lapangan dan di Perairan Karangserang (Perairan Tanjung
laboratorium. Data sekunder diperoleh Burung), sehingga wilayah ini sangat
dengan pencarian pustaka ke instansi mendukung usaha-usaha perikanan yang
terkait dan literatur terutama dengan hasil produktif.
penelitian yang serupa. Pesatnya aktivitas industri dan
Analisis Kualitas Air masyarakat baik di wilayah pesisir dan di
Pengukuran parameter fisika-kimia sepanjang wilayah Tangerang akan
perairan dianalisis secara deskriptif
111
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016

memungkinkan terjadinya pencemaran di Ancaman terhadap pencemaran di


daerah tersebut. perairan Pesisir Kabupaten Tangerang
Wilayah pesisir sangat rentan berasal dari limbah domestik sekitar 2.8
terhadap adanya pencemaran, hal tersebut juta penduduk Kabupaten Tangerang dan
dikarenakan wilayah pesisir merupakan data tahun 2011 sekitar 692 perusahaan
tempat bermuaranya sungai-sungai yang industri dimana 84 perusahaan berada di
berasal dari wilayah daratan. Masukan wilayah pesisir (BPS Tangerang, 2012).
berbagai macam limbah, baik limbah padat Data yang diperoleh merupakan data
maupun cair yang berasal dari daratan perusahaan yang telah memiliki ijin,
mengakibatkan wilayah pesisir sebagai semakin meningkatnya perusahann yang
tempat akumulasinya berbagai macam tidak memiliki ijin tentu saja akan semakin
limbah. Selain itu, masyarakat disekitar memperburuk kualitas lingkungan di
pesisir sering memanfaatkan pesisir daerah tersebut. Hasil pengukuran
sebagai tempat pembuangan sampah. Hal kandungan organik selama penelitian di
tersebut mengakibatkan semakin Perairan Cituis disajikan pada Tabel 2.
menumpuknya sampah padat khususnya di Hasil pengukuran kadar organik
dekat daerah pemukiman, yaitu dibandingkan dengan bakumutu KepMen-
permukiman yang membelakangi pantai. LH No 51 tahun 2004 yang disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kandungan Bahan Organik di Perairan Cituis
No Parameter Titik Pengambilan Sampel Mean SD
C1 C2 C3 C4 C5
1 NH3 0.09 0.32 0.09 0.11 0.13 0.15 0.09
2 NO3 0.08 0.06 0.06 0.07 0.09 0.07 0.01
3 NO2 0.01 0.001 0.01 0.01 0.02 0.014 0.01
4 PO4-3 0.15 0.14 0.16 0.02 0.19 0.14 0.07
5 pH 8.14 8.39 8.39 8.26 8.35 8.30 0.11
6 DO 7.13 9.26 9.23 6.7 7.13 7.89 1.25
7 BOD55 2.61 1.66 1.43 2.37 0.95 1.81 0.68

Tabel 3. Baku Mutu air laut untuk biota laut


No Parameter Satuan Bakumutu

NH3 mg/l 0.3


2 NO3 mg/l 0.008
3 NO2 mg/l
4 PO4-3 mg/l 0.015
5 pH 7-8,5
6 DO mg/l >5
7 BOD55 mg/l 20

112
Anna Rejeki Simbolon: Pencemaran Bahan Organik Dan Eutrofikasi Di Perairan Cituis, Pesisir Tangerang

Mean Bakumutu

Bakumutu,
BOD5, 20

Bakumutu, DO,
10
Mean, DO, 7.89
Bakumutu, Bakumutu, Bakumutu, Bakumutu,
NH3, 0.3 NO3, 0.008 NO2, 0 PO4-3, 0.015
Mean, NH3, Mean, NO3, Mean, NO2, Mean, PO4-3, Mean, BOD5,
0.1522 0.075 0.013 0.1352 1.808

Gambar 2. Perbandingan Kadar Bahan Organik dengan Baku Mutu

Amonia (NH3) merupakan salah satu antara 0,09 - 0,32 mg/l dengan rata-rata
nitrogen anorganik yang larut dalam air 0,15 0,09 mg/l (Tabel 2). Sementara itu
(Connel dan Miller, 1995). Senyawa ini bakumutu kandungan NH3 yang ditetapkan
berasal dari nitrogen yang menjadi NH4 pemerintah berdasarkan Kepmen-LH No.
pada pH rendah dan disebut amonium. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut
Amonia dalam air permukaan berasal dari baku mutu untuk biota laut sebesar 0,3
air seni dan tinja, juga dari oksidasi zat mg/l (Tabel 3). Hal tersebut menunjukan
organik secara mikrobiologis yang berasal kandungan ammonia di Perairan Cituis
dari air alam atau air buangan industri dan masih sesuai dengan baku mutu yang
aktivitas masyarakat. Ammonia merupakan ditetapkan. Grafik perbadingan kadar
salah satu parameter pencemaran organik ammonia dengan bakumutunya disajikan
di perairan yang dihasilkan melalui proses pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan
pembusukan bahan-bahan organik rata-rata kandungan ammonia masih
(eutrofikasi) secara anaerobik oleh berada dibawah bakumutu. Welch (1980)
mikroba (Linsley, 1991). Kandungan menyatakan bahwa kandungan amonia < 1
ammonia yang tinggi pada suatu perairan mg/l tidak akan mengganggu kehidupan
akan menyebabkan warna air menjadi organisme perairan.
keruh dan menghasilkan bau yang tidak Phospat (PO) terdapat dalam
yang tidak sedap (Erari et al., 2012). perairan alami dalam jumlah yang sangat
Kandungan ammonia (NH3) yang sedikit dan berperan sebagai senyawa
diperoleh selama pengamatan berkisar mineral dan senyawa organik, bila
113
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016

jumlahnya meningkat akan berbahaya bagi pospat di wilayah ini. Selain itu Perairan
biota aquatik yang hidup dalam perairan Cituis merupakan muara dari Sungai
tersebut (Jenie BSL, 1993). Secara alami Cisadane yang melintasi Kota Tangerang
lingkungan perairan memiliki kadar sehingga aktivitas industri dan pemukiman
phospat 10 % dan 90 % sisanya bersumber yang berada di sepanjang wilayah Kota
dari aktifitas manusia seperti, buangan Tangerang akan masuk ke perairan ini.
limbah industri, domestik, dan kegiatan Pada tahun 2012 setidaknya terdapat 17
lainnya. Bila kadar phospat di dalam industri galangan kapal yang tidak berijin
perairan tinggi akan menyebabkan masalah mengeluarkan limbahnya ke anak Sungai
eutrofikasi (Dewi, 2003). Fosfat Cisadane dan bermuara ke Perairan Cituis.
merupakan nutrisi yang esensial bagi Hasil pantauan JPI tahun 2008, industri
pertumbuhan suatu organisme perairan, tekstil, logam, kertas, dan pengolahan
namun tingginya konsentrasi fosfat di pembungkus makanan (plastik) membuang
perairan mengindikasikan adanya zat limbahnya di sepanjang aliran Sungai
pencemar. Senyawa fosfat umumnya Cirarab (Joniansyah, 2012). Masuknya
berasal dari limbah industri, pupuk, limbah berbagai limbah industri tersebut baik di
domestik dan penguraian bahan organik sepanjang anak Sungai Cisadane dan
lainnya. Sungai Cirarab tentunya akan semakin
Kadar phospat (PO4) yang diukur meningkatkan kandungan pospat di
selama penelitian berkisar antara 0,02 Perairan Cituis.
0,19 mg/l dengan rata-rata 0,14 0,07 Kandungan nitrat dalam air di Perairan
mg/l (Tabel 2). Nilai tersebut telah Cituis berkisar antara 0,06 -0,09 mg/l
melewati baku mutu yang ditetapkan dengan rata-rata 0,07 0,01 mg/l.
pemerintah yakni sebesar 0,15 mg/l (Tabel Sementara itu, baku mutu yang ditetapkan
3). Tingginya kadar pospat di Perairan oleh KepMen-Lh no 51 tahun 2004 untuk
Cituis diduga berasal dari aktivitas indsutri baku mutu nitrat bagi biota air adalah
dan permukiman yanga ada di sepanjang 0,008 mg/l. Berdasarkan nilai tersebut,
aliran Sungai Cirarab, yang bermuara maka kandungan nitrat di Perairan Citius
langsung ke Perairan Cituis. Wilayah telah melewati baku mutu yang ditetapkan.
Perairan Cituis merupakan wilayah timur Nitrat di perairan merupakan makro
pesisir Tangerang yang berbatasan nutrien yang mengontrol produktivitas
langsung dengan pemukiman kota primer di daerah eufotik. Kadar nitrat di
Tangerang dan DKI Jakarta sehingga perairan sangat dipengaruhi oleh asupan
peningkatan aktivitas pemukiman dan nitrat dari badan sungai. Sumber utama
industri semakin meningkatkan kadar nitrat berasal dari buangan rumah tangga
114
Anna Rejeki Simbolon: Pencemaran Bahan Organik Dan Eutrofikasi Di Perairan Cituis, Pesisir Tangerang

dan pertanian termasuk kotoran hewan dan netral (pH 78) dan basa (pH>9). Nilai pH
manusia (Makmur et al., 2012). Tingginya yang diperoleh selama pengukuran
kadar nitrat di Perairan Cituis diduga menunjukkan nilai variasi yang tidak
berasal dari aktivitas tempat pelelangan terlalu besar (Tabel 2). Kisaran pH yang
ikan (TPI) dan pelabuhan pendaratan ikan diperoleh di Perairan Cituis berkisar antara
(PPI) di Muara Cituis. Limbah hasil 8 8.39 dengan ratarata 8.300.11.
perikanan akan masuk ke perairan dan Berdasarkan Kepmen-LH No. 51 Tahun
menjadi sumber nitrat di perairan Cituis. 2004 tentang baku mutu air laut baku mutu
Tingginya kadar nitrat di Perairan Cituis pH untuk biota laut berkisar 7-8.5. Hal
dikhawatirkan akan menyebabkan tersebut menunjukkan kisaran pH di
terjadinya eutrofikasi di perairan ini. Perairan Cituis masih sesuai dengan baku
Kadar nitrit yang diperoleh selama mutu untuk biota air. Menurut Pennak
penelitian berkisar antara 0,001-0,02 mg/l (1978) nilai pH yang mendukung
dengan rata-rata 0,0140,01 mg/l. kehidupan Moluska berkisar antara 5.7
Kandungan nitrit belum diatur dalam baku 8.4. Nilai pH<5 dan > 9 menciptakan
mutu air laut dikarenakan sifatnya tidak kondisi yang tidak menguntungkan bagi
stabil dalam air laut. Nitrit di perairan kebanyakan organisme makrobenthos
biasanya ditemukan dalam jumlah sedikit (Hynes, 1978). Menurut Pescod (1973) pH
karena bersifat tidak stabil. Senyawa nitrit suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa
yang terdapat di perairan merupakan hasil faktor antara lain oleh suhu, salinitas,
reduksi senyawa nitrat atau oksidasi aktivitas fotosintensis, respirasi serta
amonia oleh mikroorganisme dan berasal proses bio-degradasi bahan organik.
dari hasil ekskresi fitoplankton (Makmur et Dissolved oxygen (DO) atau oksigen
al., 2012). terlarut diperlukan untuk menguraikan
Nilai pH perairan merupakan salah bahan organik di perairan. Semakin tinggi
satu parameter yang penting dalam tingkat kandungan bahan organik semakin
pemantauan status perairan. Nilai pH berkurang kandungan oksigen dalam air.
yang ideal untuk kehidupan organisme air Menurut Sunu (2001), oksigen terlarut
pada umumnya antara 7 sampai 8.5. Nilai minimum sebesar 5 mg/l dibutuhkan untuk
pH mempengaruhi toksisitas senyawa dapat mempertahankan kehidupan di air.
kimia, sebagian besar biota akuatik sensitif Berdasarkan hasil pengukuran nilai
terhadap perubahan pH (Effendi 2003). oksigen terlarut (DO) yang dilakukan
Derajat keasaman (pH) merupakan selama penelitian, menunjukkan bahwa
pencerminan keberadaan ion H+ di suatu kadar oksigen terlarut berada pada kisaran
perairan sehingga menjadi asam (pH<4), antara 6,7 mg/l 9,2 mg/l dengan rata-rata
115
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016

7,89 1,25 mg/l. Besarnya kandungan ikan yang berada di pinggir Muara Cituis.
oksigen terlarut sangat dipengaruhi oleh Nilai BOD5 yang masih sesuai dengan
laju fotosintesis, respirasi, suhu, salinitas, baku mutu menunjukkan bahwa secara
penetrasi cahaya, kuat arus dan jumlah umum aktivitas penguraian bahan organik
bahan organik yang terdapat diperairan oleh mikroorganisme pada masing-masing
(Odum, 1996). Perbadingan kandungan lokasi pengamatan sangat rendah. Hal
oksigen dengan bakumutunya disajikan tersebut diduga karena jumlah bahan
pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukan organik yang dapat diuraikan oleh
bahwa konsentrasi oksigen terlarut masih mikroorganisme pada saat pengamatan
sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan rendah. Kadar BOD5 belum menunjukkan
kepmen-LH No. 51 Tahun 2004 tentang hasil keseluruan bahan organik, karena
baku mutu air laut untuk biota laut yang BOD5 hanya menunjukkan kadar bahan
ditetapkan yakni nilai DO sebesar > 5 organik yang mampu diuraikan oleh
mg/l. Hal tersebut menunjukkan bahwa mikroorganisme. Kadar BOD5 suatu
nilai DO di Perairan Cituis masih baik dan perairan dipengaruhi oleh suhu,
sesuai untuk kehidupan biota air. kelimpahan plankton, keberadaan mikroba,
Biological oxigen demand (BOD5) serta jenis dan kandungan bahan organik
merupakan gambaran kadar bahan organik dalam perairan tersebut.
yang dapat dioksidasi oleh mikroba aerob Keadaan eutrofikasi yang terlalu lama akan
menjadi karbondioksida dan air (Davis dan mengganggu kondisi perairan khususnya
Cornwell, 1991). Nilai BOD5 yang tinggi terjadinya kondisi blooming algae. Kadar
akan menurunkan ketersediaan oksigen nitrat dan pospat yang tinggi akan
terlarut dalam air karena terpakai dalam menyebabkan meningkatnya jumlah jenis
proses oksidasi bahan organik yang dapat dan kelimpahan fitoplankton (umunya dari
diuraikan oleh mikroorganisme. Hasil jenis alga diatom) tertentu dan
pengukuran BOD5 selama penelitian dapat pertumbuhan tumbuhan air yang terlalu
dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, tinggi. Jenis tumbuhan yang umumnya
kandungan BOD5 yang diperoleh berkisar terjadinya pada perairan eutrofikasi adalah
antara 0,95-2,61 mg/l dengan rata-rata eceng gondok. Tingginya pertumbuhan ini
1,810,68 mg/l. Hasil tersebut masih akan menutup cakupan perairan sehingga
sesuai dengan baku mutu berdasarkan penetrasi cahaya yang masuk ke perairan
Kepmen LH No.51 tahun 2004 yaitu akan berkurang. Kondisi ini akan
sebesar 20 mg/l (Tabel 3). Kandungan menyebabkan berkurangnya kadar oksigen
bahan organik di Perairan Cituis diduga terlarut dalam perairan Sementara itu,
berasal dari aktivitas pelabuhan pendaratan kandungan ammonia yang tinggi akan
116
Anna Rejeki Simbolon: Pencemaran Bahan Organik Dan Eutrofikasi Di Perairan Cituis, Pesisir Tangerang

menghasilkan senyawa toksik yang akan Tingginya kandungan nitrat dan pospat di
menganggu kehidupan biota air. Kondisi Perairan Cituis mengindikasikan telah
eutrofikasi dapat dihindari dengan terjadinya eutrofikasi di perairan tersebut
mengatur laju masukan limbah bahan sehingga diperlukan pengawasan untuk
organik ke dalam perairan. Selain itu, menghindari eutrofikasi yang semakin
pengambilan tumbuhan air secara rutin parah.
akan meningkatkan peneterasi cahaya Saran
dalam air. Pengawasan pemerintah Saran dari penelitian ini adalah
terhadap indikasi terjadinya eutrofikasi di perlunya penelitian lanjutan terkait
perairan ini perlu dilakukan sehingga identifikasi jenis dan kelimpahan
keberlanjutan ekosistem di perairan ini fitoplankton di perairan ini sehingga rasio
akan terjaga dengan baik. N/P dapat dibandingkan dengan jenis
KESIMPULAN fitoplankton yang tinggi. Perlunya
Kesimpulan pengelolaan perairan dan pengawasan
Kesimpulan yang didapat dari terkait laju masukan limbah ke perairan ini
penelitian ini yaitu kandungan bahan dapat mengurangi indikasi eutrofikasi dan
organik khususnya pospat dan nitrat yang kualitas air yang lebih baik.
telah melewati baku mutu berdasarkan UCAPAN TERIMAKASIH
KepMen-LH no 51 tahun 2004 tentang Penulis mengucapkan terimakasih
baku mutu air laut untuk biota air. kepada Dr.Yusli Wardiatno, M.Sc yang
Sementara itu, nilai pH, dan kandungan telah mengijinkan penulis melaksanakan
BOD, DO serta ammonia masih sesuai penelitian di IPB.
dengan baku mutu yang ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Dewi DF. 2003. Phosphate removal by
Kabupaten Tangerang dalam Angka. crystallization in fluidized bed reactor
Badan Pusat Statistik Kabupaten using silica sand. Jurnal Purifikasi,
Tangerang. 4(4): 151-156.
Connel DW dan Miller GJ. 1995. Kimia Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
dan Ekotoksikologi Pencemaran. Pengelolaan Sumberdaya Perairan.
Koestoer Y, Sehati (edt). UI Press. Yogyakarta. Kanisius.
Jakarta. Erari SS, Jubhar M dan Karina L. 2012.
Davis ML, Cornwell DA. 1991. Pencemaran organik di Perairan Pesisir
Introduction to Enviromental Pantai Teluk Youtefa Kota Jayapura,
Engineering. second edition. New York. Papua. Prosiding Seminar Nasional
McGraw-Hill Kimia Unesa. ISBN : 978-979-028-550-
7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 C 327.

117
Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016

Hynes HBN. 1978. The Ecology of organik dan rasio N/P terhadap
Running Waters. Toronto. University of kelimpahan fitoplankton di kawasan
Toroto press. budidaya kerang hijau Cilincing.
Jenie BSL. 1993. Penanganan Limbah Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah,
Industri Pangan. Kanisius. 15 (2): 51-64.
Linsley RK. 1991. Teknik Sumberdaya Odum EP. 1996. Dasar-Dasar Ekologi.
Air. Penerbit Erlangga. Tjahjono S, penerjemah; Srigandono B,
Joniansyah. 2012 Okt 31. 17 Pabrik editor. Yogyakarta. Gadjah Mada
galangan kapal di Tangerang tak University Press. Terjemahan dari:
berizin. Tempo [Internet]. [Diunduh Fundamental of Ecology. Ed ke-3.
pada 7 April 2016]. Tersedia pada: Pescod MB. 1973. Investigation of Ration
http://www.tempo.co/read/news/2012/1 Effluent and Stream Of Tropical
0/31/083438858/17-Pabrik-galangan- Countries. Bangkok. AIT.
Kapal-di-Tangerang-Tak-Berizin. Sunu P. 2001. Melindungi Lingkungan
[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. Dengan Menerapkan ISO 14001.
2004. Keputusan Menteri Negara Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun Indonesia.
2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. Welch EB. 1980. Ecological Effect of
Makmur M, Haryoto K, Setyo SM dan Waste Water. Cambridge University
Djarot SW. 2012. Pengaruh limbah Press. London.

118

You might also like