You are on page 1of 11

PENYEDIAAN FASILITAS PENANGANAN SAMPAH PERMUKIMAN

TEPIAN SUNGAI
DESA BULU KECAMATAN SEMEN KABUPATEN KEDIRI
(PROVISION OF WASTE MANAGEMENT FACILITY
RIVERSIDE SETTLEMENT
BULU VILLAGE – SEMEN DISTRICTS – KEDIRI DISTRICT )
Arief Budi Santoso, Arief Setyawan1, Titik Poerwati2
1Dosen
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
21Dosen
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Malang
Jl. Bendungan Sigura-gura No. 2 Malang Telp (0341) 551431, 553015
Email : santoso.ariefbudi92@gmail.com

ABSTRACT
The issue of garbage in settlements mainly on the amount produced is constantly increasing, while the area of land
available for the provision of land for waste facilities and infrastructure relatively small so that there are irregularities in the
handling of the river in the form of waste disposal. The waste is then washed away following the river until ocean. Proper
handling will minimize impacts. Located in the village of Bulu especially at 3 RW RW ie 05.07 and 08. Restricted Sidomulyo
village on the west and east side of the river Brantas. This location was chosen because of the riverside settlements
immediately adjacent to the river and crossed by the river that empties into the river Brantas.
This study uses observations, interviews and questionnaires to obtain data. Then use the first two methods of
analysis descriptive analysis to describe the characteristics of the community, then the second method uses superimpose
analysis to determine the location of the appropriate waste management facilities.
At the time of observation in mind that the citizens of the research location discard garbage disposal 1-2x intensity in
1 day. Then based on the analysis found that the total waste generated as many as 2,808 M3 / day consisting of 60-65% of
the waste leftovers, 15-20% of plastic waste, 15% of the waste that can be recycled and 5% is the B3 waste. Then for the
provision of the necessary facilities is 4 units of communal waste containers, 3 carts, 3 units of garbage nets and using 1 TPS
type 1 as well as the use of water plant at the mouth to reduce the impact of sedimentation on the river. Then by using a
pattern of indirect communal garbage collection is expected to transport all garbage.
Keywords: Waste Management, Facilities, riverside settlements

ABSTRAKSI
Persoalan sampah di permukiman terutama pada jumlah yang dihasilkan semakin hari semakin
meningkat, sedangkan luas lahan yang tersedia untuk penyediaan lahan untuk sarana dan prasarana
persampahan tergolong sedikit sehingga terdapat penyimpangan dalam penanganan berupa pembuangan
sampah kesungai. Sampah tersebut kemudian akan hanyut mengikuti sungai hingga bermuara dilautan.
Penanganan yang tepat akan meminimalisir dampak yang terjadi. Berada di Desa Bulu khususnya pada 3 RW
yaitu RW 05,07 dan 08. Dibatasi Desa Sidomulyo disebelah barat dan sungai Brantas disebelah timur. Lokasi ini
dipilih dikarenakan adanya permukiman tepian sungai yang langsung berbatasan dengan sungai dan dilewati
oleh sungai yang bermuara di sungai Brantas.
Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan kuisioner untuk memperoleh data.
Kemudian menggunakan 2 metode analisa yang pertama analisa deskriptif untuk menggambarkan karakteristik
masyarakat, kemudian metode yang kedua menggunakan analisa superimpose untuk menentukan lokasi dari
fasilitas penanganan sampah yang sesuai.
Pada saat obeservasi diketahui bahwa warga dilokasi penelitian membuang sampah dengan intensitas
pembuangan 1-2x dalam 1 hari. Kemudian berdasarkan analisa diketahui bahwa total sampah yang dihasilkan
sebanyak 2,808 M3/hari yang terdiri dari 60-65% sampah sisa makanan,15-20% limbah plastik, 15% sampah yang
dapat didaur ulang dan 5% merupakan limbah B3. Kemudian untuk penyediaan fasilitas yang diperlukan adalah
4 unit wadah sampah komunal, 3 gerobak , 3 unit jaring sampah dan menggunakan 1 TPS tipe 1 serta
menggunakan tanaman air pada muara untuk mengurangi dampak sedimentasi pada sungai. Kemudian dengan
menggunakan pola pengumpulan sampah komunal tidak langsung diharapkan akan mengangkut semua
sampah yang ada.
Kata Kunci :Penanganan Sampah, fasilitas, permukiman tepi sungai

1
I. PENDAHULUAN 1. Adanya timbulan sampah yang
Pencemaran sungai akibat perilaku membuang menumpuk pada sungai yang berasal dari
sampah dapat menyebabkan kerusakan bagi permukiman dan tidak ditangani.
lingkungan dan kesehatan bagi masyarakat yang 2. Tidak tersedianya sarana prasarana
berada disekitar sungai. Kurangnya kesadaran dan penanganan sampah dilokasi penelitian.
ketersediaan fasilitas dalam menangani 3. Keberadaan sungai yang penuh dengan
permasalahan ini menyebabkan keadaan sungai sampah yang akan bermuara di sungai
semakin parah. Banyak permukiman di Indonesia Brantas lalu akan terbawa hingga laut jika
berada disepanjang aliran sungai baik yang besar tidak ditangani.
ataupun kecil. Penanganan dengan cara yang tepat Tujuan dan Sasaran
baik yang didarat maupun yang berada disungai Pada penelitian ini tentunya ada beberapa poin
dapat meminimalisir dampak yang terjadi akibat uang ingin dicapai berdasarkan fenomena yang
perbuatan membuang sampah kesungai sehingga akan diteliti dan akan menghasilkan output
keberlangsungan sungai dan lingkungan sekitarnya penelitian yang sesuai dengan yang diharapkan.
dapat berjalan dengan semestinya. Adapun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
Dari sekian banyak sungai di Indonesia, hanya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
sekitar 2% yang memenuhi baku mutu air. Tujuan
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini
Direktorat Jendral Pengendalian Pencemaran dan adalah untuk mengetahui mengenai penanganan
Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan pengelolaan sampah pada permukiman tepian
Hidup dan Kehutanan, ditahun 2015 sebanyak 67,94 sungai di Desa Bulu, Kabupaten Kediri.
persen atau mayoritas air sungai di Indonesia dalam Sasaran
status tercemar berat. ”Berdasarkan identifikasi Untuk mencapai tujuan penelitian ada
yang kami lakukan, sumber utama pencemar air beberapa sasaran yang harus dicapai antara lain :
sungai di Indonesia sebagian besar berasal dari a. Identifikasi jenis sampah, volume, dan lokasi
limbah domestic atau rumah tangga “ ungkap timbulan sampah.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan b. Identifikasi sistem penanganan sampah yang
Lingkungan KLHK, M.R. Karliansyah dalam ada.
diskusi interaktif Pekan Lingkungan Hidup 2016 di c. Penyediaan fasilitas penanganan sampah dan
Jakarta Convention Center. Hal ini merupakan lokasi yang sesuai.
tanggung jawab semua pihak baik pemerintah II. PEMBAHASAN
ataupun masyarakatnya. Maka dari itu pengelolaan Metode pengumpulan data
sampah harus menjadi prioritas baik dalam skala Metode pengumpulan data merupakan salah
kecil maupun besar. (www.nationalgeographic.co.id) satu aspek yang berperan dalam kelancaran dan
Sungai (Peraturan Pemerintah no 35 tahun 1991) keberhasilan suatu penelitian dan salah satu cara
Adalah tempat – tempat atau wadah – wadah serta untuk mendapatkan keadaan nyata dalam
jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan
muara dengan dibatasi kanan dan kirinya seta dengan dua cara yaitu survey primer yang terdiri
sepanjang alirannya oleh garis sempadan. Indonesia dari observasi, kuisioner dan wawancara lalu ada
mempunyai banyak sungai yang mempunyai survey sekunder yang menggunakan data yang
banyak fungsi antara lain sebagai dranase primer, telah ada.
sumber air baku, irigasi, hingga jaringan Survey Primer
transportasi dan distribusi. Fungsinya yang sangat Survey primer adalah suatu kegiatan dalam
penting bahkan ada daerah – daerah yang hanya sebuah penelitian dengan cara melakukan
bisa dijangkau dengan jalur transportasi air pengamatan langsung dilapangan. Data primer
sehingga sudah semestinya sungai mendapatkan adalah data yang diambil langsung oleh peneliti itu
perhatian lebih. Sedangkan fungsinya sebagai sendiri.
sumber air baku dan irigasi sangat penting untuk Observasi
daerah yang merupakan daerah pertanian. Sungai Observasi adalah pengamatan yang dilakukan
mempunyai peranan penting dalam kehidupan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial
manusia dan banyak sekali permukiman yang dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian
berada di sepanjang tepian sungai sehingga sedikit dilakukan pencatatan. Observasi sebagai alat
banyak akan ada penyimpangan dalam pengelolaan pengumpulan data dapat dilakukan secara spontan
sampahnya. Banyak masyarakat yang masih dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan
membuang sampahnya langsung ke sungai. sebelumnya. Pada dasarnya teknik observasi
Karakteristik sampah yang dihasilkan akan digunakan untuk melihat atau mengamati
dipengaruhi oleh jenis penggunaan lahan perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan
disepanjang sungai tersebut. berkembang yang kemudian dapat dilakukan
Rumusan Masalah penilaian atas perubahan tersebut (Subagyo
,2006:63).
Dalam arti luas, Observasi atau pengamatan
berarti setiap kegiatan untuk melakukan
2
pengukuran terhadap sesuatu yang dikaji. Akan (sementara), dan
tetapi, dalam arti yang lebih sempit yaitu pengumpulan, pembuangan
pengamatan dengan menggunakan indra pemindahan dan  Kesehatan
pengangkutan, masyarakat
penglihatan yang berarti tidak mengajukan
pemrosesan dan  Ekonomi
pertanyaan-pertanyaan. Sehingga pengamatan pembuangan sampah  Teknik
dicatat secara deskriptif yang secara akurat dengan suatu cara yang (engineering)
mengamati dan merekam fenomena yang muncul sesuai dengan prinsip-  Perlindungan
dan mengetahui hubungan atar aspek dalam prinsip terbaik dari alam
fenomena tersebut. kesehatan masyarakat, (konservasi)
Kuisioner dan Wawancara ekonomi, teknik  Keindahan
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan (engineering),  Pertimbangan
data yang dilakukan dengan memberikan perlindungan alam lingkungan
(conservation), keindahan  Sikap
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
dan pertimbangan masyarakat
kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner lingkungan lainnya dan
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien juga mempertimbangkan
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan sikap masyarakat.
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan oleh 2 Sampah Sampah atau Limbah Variabel :
responden. Selain itu, kuisioner juga cocok adalah semua buangan  Aktifitas
digunakan bila jumlah responden cukup besar dan yang dihasilkan oleh manusia
tersebar di wilayah luas. Kuesioner dapat berupa aktifitas manusia dan  Aktifitas
hewan yang berbentuk hewan
pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka
padat,lumpur (sludge),  Padat
dapat diberikan kepada responden secara langsung. cair maupun gas yang  Lumpur
Untuk mengetahui jumlah responden agar dibuang karena tidak (sludge)
mendapatkan data kuisioner yang baik dapat dibutuhkan atau  Cair
digunakan metode sampling. diinginkan lagi walaupun  Gas
Menurut Margono (2004: 127) menyatakan dianggap sudah tidak  Tidak
bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak berguna dan dikehendaki, dibutuhkan/
ditetapkan lebih dahulu. namun bahan bahan diinginkan
tersebut kadang dapat lagi
Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil
dimanfaatkan kembali  Dapat
semua hingga penelitiannya merupakan penelitian dan dijadikan bahan baku dimanfaatkan
populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil (Prof Enri Damanhuri dan kembali dan
antara 10-15% atau 20-55% atau lebih tergantung Dr Tri Padmi dalam jadi bahan
sedikit banyaknya dari: diktat teknik lingkungan baku
1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga tahun 2010, FTSL ITB).
dan dana 3 permukiman Permukiman adalah Variabel :
2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari bagian dari lingkungan  Lingkungan
hidup diluar kawasan hidup
setiap subyek, karena hal ini menyangkut
lindung, baik berupa  Kawasan
banyak sedikitnya dana.
kawasan perkotaan lindung
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh maupun perdesaan yang  Kawasan
peneliti untuk peneliti yang resikonya besar, berfungsi sebagai perkotaan
tentu saja jika samplenya besar hasilnya akan lingkungan tempat  Kawasan
lebih baik tinggal atau lingkungan perdesaan
Survey Sekunder hunian dan tempat  Lingkungan
Survey sekunder merupakan pengumpulan kegiatan yang tempat
data atau perekaman data instansi yang berupa data mendukung tinggal/hunia
perikehidupan dan n
sekunder. Irawan (2005:5) menjelaskan bahwa data
penghidupan (UU no.4  Perikehidupa
sekunder adalah data yang diambil secara tidak tahun 1992, tentang n
langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya Perumahan dan  Penghidupan
diambil daridokumen-dokumen (laporan ,karya Permukiman).
tulis orang lain, koran, majalah). Seseorang 4 Sungai sungai adalah tempat- Variabel :
mendapatkan informasi dari “orang lain”. tempat dan wadah-wadah  Jaringan
Tabel Variabel Penelitian serta jaringan pengaliran pengaliran air
N Kata Teori Variabel air mulai dari mata air  Mata air
o Kunci sampai muara dengan  Muara
1 Penanganan Tchobanoglous (1977) Variabel : dibatasi kanan dan  Garis
sampah dalam Maulana (1998)  Penimbunan kirinya serta sepanjang sempadan
mengatakan penanganan  Penyimpanan pengalirannya oleh garis
sampah adalah suatu sempadan.(PP 35/1991
 Pengumpulan
bidang yang tentang sungai).
 Pemindahan
berhubungan dengan dan Sumber : Hasil Analisa
pengaturan terhadap pengangkuta Desa Bulu/ Lokasi Penelitian
penimbunan, n Desa Bulu adalah desa paling timur yang
penyimpanan  Pemrosesan berada di Kecamatan Semen, yang langsung
3
berbatasan dengan Kota Kediri. Memiliki tipe 4 RW 07 RT 03 50 250
dataran rendah yang relatif tidak berbukit bukit.
5 RW 08 RT 01 39 195
Dengan luasan sekitar 1,99 Km2 ,dibatasi wilayah
sebagai berikut : 6 RW 08 RT 02 30 150
 Sebelah Utara :Kota Kediri JUMLAH 234 1170
 Sebelah Selatan:Kecamatan Mojo
Sumber : Profil Desa 2016
 Sebelah Timur :Kota Kediri dan Sungai Penggunaan Lahan
Brantas Penggunaan Lahan pada Desa Bulu didominasi
 Sebelah Barat :Desa Sidomulyo berupa bangunan dan pekarangan seluas 106,81 Ha
Kemudian untuk lokasi penelitian berada di 3 dikarenakan letaknya yang berada diperbatasan
RW yaitu RW 05,07 dan 08. Pada RW 05 terletak kota. Disusul oleh penggunaan lahan berupa sawah
pada RT 01 yang berada di sebelah utara dari sungai dan tegalan yaitu 72,9 Ha dan 4,29 Ha. Dan untuk
kecil. Sedangkan pada RW 07 terletak pada RT 01 ,02 penggunaan lahan pada lokasi penelitan didominasi
,dan 03 berada pada pinggir jalan raya. Lalu untuk oleh permukiman warga dan pertanian lahan kering.
RW 08 terutama pada RT 01 dan 02 berada setelah Agar lebih jelas dapat dilihat pada peta Penggunaan
jembatan kecil. Lahan.
Penduduk Peta Penggunaan Lahan
Penduduk di Desa Bulu mayoritas bekerja di
sektor pertanian dan peternakan. Dengan total
penduduk sekitar 5374 jiwa dengan jumlah 1538 KK.
Tabel Jenis Pekerjaan Desa Bulu
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 PNS 80
2 Petani/Buruh Tani 358
3 Peternak 87
4 Montir 7
5 Tukang Batu 23
6 Tukang Kayu 39
7 Tukang Sumur 15 Lokasi Timbulan Sampah dan Sumbernya
Lokasi penelitian berada di sepanjang
8 Pemulung 5 permukiman tepian sungai yang berada di Desa
9 Tukang Jahit 28 Bulu, lebih tepatnya berada di RT 01 RW 05,
kemudian di RW 07 dan RW 08 dengan total 7 RT.
10 Tukang Kue 33
Jumlah penduduk nya sekitar 1170 jiwa. Sebagian
11 Tukang Anyaman 4 besar bermukim disekitar sungai. Didapati dari
12 Tukang Rias 7 survey primer yang dilakukan peneliti di lokasi
tersebut ditemukan beberapa titik yang menjadi
13 TNI 12 lokasi timbulan sampah. Lokasi tersebut berada
14 POLRI 16 disungai di dekat jembatan yang menghubungkan
Kabupaten Kediri dan Kota Kediri, lalu disungai
15 Pensiun 35
dekat jembatan yang berada di RW 08,kemudian di
16 TKI 89 sungai yang berada tidak jauh dari Kantor Desa
17 PRT 37 Bulu, kemudian di depan permukiman di RW 05 dan
dijembatan di RW 05.
18 Supir 50 Untuk sumber/ penghasil sampah pada lokasi
19 Lainnya 613 penelitian diketahui bahwa yang paling banyak
1538 menghasilkan sampah berasal dari permukiman.
Sumber : Profil Desa 2016 Untuk warga yang berada didekat sungai terutama
Untuk jumlah penduduk pada lokasi penelitian warga RW 07 dan 08, warga langsung membuang
yang berada di 3 RW yaitu RW 05,RW 07 dan RW 08 sampah tanpa diolah terlebih dahulu. Untuk warga
dapat dilihat pada tabel berikut : RW 05 yang berada didepan lahan pertanian kering
Jumlah KK dan Jiwa Lokasi Penelitian cenderung membakar sampahnya dipinggir jalan
dekat rumah, sedangkan yang berdekatan dengan
No Lokasi Jumlah KK Jumlah Jiwa
sungai melakukan hal yang sama dengan warga RW
RW1 05 RT 01 59 295 07 dan 08 yaitu langsung membuang sampahnya
2 RW 07 RT 01 30 150 kesungai.
3 RW 07 RT 02 26 130

4
Peta Sumber dan Timbulan Sampah RW 07 & 08 melakukan kegiatan kerja bakti atau bersih desa,
semua responden menjawab e atau 100% yaitu tidak
pernah. Dapat disimpulkan bahwa pada lokasi
penelitian tidak pernah diadakan kerja bakti dan
tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah.
Pada pertanyaan ketiga yaitu mengenai tingkat
kelengkapan fasilitas sampah yang ada, sekitar 95%
responden menjawab tidak ada, dan 5% menjawab
kurang lengkap. Data ini menunjukkan bahwa
dilokasi penelitian kekurangan fasilitas untuk
penanganan sampah,dan dari lokasi responden
diketahui yang memiliki fasilitas adalah yang berada
dijalan raya saja. Sehingga tingkat kelengkapan
fasilitasnya sangat rendah.
Peta Sumber & Timbulan Sampah RW 05 Pada pertanyaan keempat yaitu mengenai
tingkat kepuasan cara penanganan sampah yang
ada, sekitar 95% responden menjawab tidak puas,
dan 5% menjawab kurang puas. Ini juga terkait
dengan ada tidaknya fasilitas penanganan sampah,
sehingga responden yang tidak memiliki fasilitas
penanganan sampah juga tidak puas terhadap cara
penanganan sampah yang ada.
Pada pertanyaan kelima yaitu sikap masyarkat
terhadap sampah dengan pertanyaan seberapa
terganggu responden terhadap timbulan sampah
yang ada, sebanyak 77% responden menjawab
sangat terganggu, 16% responden menjawab
terganggu dan 7% responden menjawab cukup
terganggu.
Analisa Deskriptif Jadi dapat disimpulkan dari hasil kuisioner
Pada analisa deskriptif ini bertujuan untuk bahwa masyarakat didaerah penelitian mempunyai
menjawab mengenai variabel – variabel yang intensitas pembuangan yang tinggi, namun tidak
digunakan dalam penelitian ini. Sumber data yang pernah ada kegiatan pembersiha secara beramai
digunakan dalam analisa deskriptif berasal dari ramai, kemudian untuk penyediaan dan cara
kuisioner dan wawancara terhadap 100 responden penanganannya tidak merasakan kepuasan serta
yang berada dilokasi penelitian. Dengan masyarakat sebenarnya terasa terganggu dengan
menggambarkan distribusi data menggunakan adanya timbulan sampah.
statistik maka akan diperoleh gambaran mengenai Wawancara adalah salah satu cara untuk
kesimpulan dari variabel yang diteliti. mendapatkan data yang lebih mendalam
Analisa Deskriptif Kuisioner & Wawancara dibandingkan kuisioner dikarenakan jawaban yang
Pada analisa deskriptif yang bersumber dari didapat lebih beragam dan tidak terpaku pada
data kuisioner dan wawancara ini mempunyai 5 jawaban yang telah disediakan peneliti. Dipenelitian
buah pertanyaan kuisioner yang bertujuan ini menggunakan 3 pertanyaan untuk mendapatkan
menjawab beberapa variabel yaitu intensitas data dari responden. Jumlah responden yang
pembuangan sampah, tingkat partisipasi dalam menggunakan teknik wawancara ini sebanyak 10
penanganan sampah, kelengkapan fasilitas yang ada, orang yang tersebar di 3 RW yaitu 7 orang di RW 07
kepuasan cara penanganan sampah yang ada, dan dan 08 kemudian 3 orang di RW 05.
sikap masyarakat terhadap sampah. Sedangkan Pada pertanyaan pertama yaitu “bagaimana
untuk wawancara menggunakan 3 pertanyaan yang cara penanganan sampah yang anda lakukan?”.
berguna untuk menjawab variabel tentang Peneliti mendapatkan jawaban yang beragam yaitu
pengetahuan masyarakat tentang sampah, dari 10 responden ada 7 responden yang menjawab
penanganan sampah, dan partisipasi masyarakat. dalam penanganan sampah mereka lakukan
Pada kuisioner ini berisi 5 pertanyaan.untuk menggunakan cara dibungkus dengan bungkus
pertanyaan pertama yaitu intensitas pembuangan plastik lalu dibuang di sungai yang berada dekat
sampah ini sebanyak 59% responden menjawab a dengan rumah mereka. Sedangkan ada 3 responden
yaitu kurang dari 1 hari, 35% menjawab b 1-2 hari yang menjawab penanganan sampah yang mereka
dan 6% menjawab c 3-4 hari. Dapat disimpulkan lakukan dengan cara dikumpulkan kemudian
bahwa pada lokasi penelitian diketahui intensitas dibakar di lahan kosong diseberang rumah mereka.
pembuangan sampahnya sangat tinggi. Kemudian untuk pertanyaan kedua yaitu “
Pada pertanyaan kedua yaitu mengenai bagaimana sikap anda jika ada permintaan tentang
partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan menangani sampah?”. Peneliti mendapatkan
lingkungannya melalui pertanyaan seberapa sering jawaban yang hampir sama dari 10 responden yaitu
5
mereka mau ikut berpartisipasi jika ada permintaan Tabel Jumlah Sampah Harian per RW
menangani sampah yang ada. Volume
Sedangkan untuk pertanyaan ketiga dengan Volume
Intensitas Jumlah Total
No Lokasi Sampah
tujuan mengetahui tingkat pengetahuan responden (/1hari) Kk Sampah
(M3)
tentang sampah yaitu “ apa saja yang anda ketahui (M3)
tentang sampah?” dari 10 responden didapatkan 1 RW 05 0.012 1 59 0.708
data bahwa pengetahuan responden tentang sampah
tergolong rendah. Dikarenakan dari jawaban 2 RW 07 0.006 2 106 1.272
responden mengenai jenis sampah, responden hanya 3 RW 08 0.006 2 69 0.828
mengetahui bahwa sampah hanya berjenis alami
(organik) dan buatan (anorganik) sehingga mereka JUMLAH 234 2.808
hanya dapat menangani kedua jenis sampah ini Sumber : Hasil analisa
dengan cara yang sederhana. Mereka tidak terlalu Keterangan :
mengetahui konsep 3 R dan cara melakukannya.  Volume sampah : didapatkan dari
Dari hasil wawancara diketahui bahwa untuk ukuran kantong plastic yang digunakan
cara penanganan yang dilakukan masyarakat pada oleh warga pada RW terkait.
lokasi penelitian menggunakan dua cara yang  Intensitas : jumlah pembuangan sampah
sederhana yaitu dimasukan pada kantong plastic masyarakat dalam satuan hari.
lalu dibuang dan dengan cara dikumpulkan dan  Volume total sampah : didapat kan dari
dibuang, kemudian pengetahuan tentang sampah volume sampah harian dikali intensitas
dan penanganannya tergolong rendah namun dikali jumlah kepala keluarga.
memiliki keinginan untuk berpartisipasi tentang Dari tabel analisa diatas didapatkan data total
penanganan. dari volume sampah sebanyak 2,808 M3/hari, hasil
Analisa Jumlah Timbulan Sampah ini menunjukan bahwa jumlah sampah yang
Dari survey didapatkan data bahwa ada dua dihasilkan sudah banyak dan harus ditangani.
tipe penanganan sampah yaitu dengan dibungkus Karena untuk volume sebanyak itu perhari akan
lalu buang disungai atau dikumpulkan lalu dibakar. menimbulkan masalah jika tidak ditangani.
Untuk penanganan yang pertama dilakukan oleh Untuk jenis sampah yang dihasilkan warga,
mayoritas penduduk yang berada pada lingkungan dari pengamatan peneliti dengan cara mengambil
RW 07 dan RW 08 yang berada dibagian barat dan sampel didapatkan data bahwa sekitar 60 -65% jenis
dekat dengan sungai. Lokasi pembuangan sampah sampah yang dihasilkan merupakan sisa makanan,
warga kebanyakan berada disungai didekat 20-25% sampah plastik ,15% bahan yang dapat
jembatan dan dibelokan sungai. Pemilihan lokasi ini didaur ulang, dan sisanya merupakan limbah B3.
oleh warga dikarenakan letaknya yang mudah Kemudian dari jumlah tersebut dijadikan acuan
diakses oleh warga dan dekat dengan permukiman untuk penetuan jumlah sampah per jenis untuk
mereka. semua wilayah penelitian. Untuk lebih jelas dapat
Kemudian untuk tipe penanganan yang kedua dilihat pada tabel berikut.
yaitu dikumpulkan lalu dibakar. Tipe penanganan Tabel Volume Sampah per Jenis Sampah
ini lebih banyak dilakukan oleh warga RW 05 yang Jenis Sampah
berada disebelah timur dan berbatasan dengan Volume Sisa
No Lokasi Plastik Daur
sungai Brantas. Warga RW 05 menggunakan cara Sampah Makanan B3
(15- Ulang
(M3/Hari) /Organik (5%)
penanganan ini dikarenakan mereka masih memiliki 20%) (15%)
(60-65%)
lahan kosong yang ada disekitar permukimannya 0.106
yang kebanyakan terletak diseberang dari rumah Rw 0.4248- 2-
mereka. 1 0.708 0.1062 0.0354
05 0.4602 0.141
Kemudian untuk waktu kegiatan membuang 6
sampahnya juga terdapat perbedaan. Warga RW 07 0.190
dan 08 melakukan kegiatan membuang sampah Rw 0.7632- 8-
2 1.272 0.1908 0.0636
pada pagi dan sore hari, sedangkan untuk warga 07 0.8268 0.254
RW 05 melakukannya pada sore hingga menjelang 4
0.1242
petang. Jumlah sampah yang dihasilkan berbeda Rw 0.4968-
3 0.828 - 0.1242 0.0414
yaitu pada RW 07 dan 08 ketika membuang sampah 08 0.5382
0.1656
menghasilkan sekitar 1 plastik sedang yang Jumlah 0.491
mempunyai ukuran 20x30 cm pada pagi hari lalu 1 2.808 1.755 0.4212 0.1404
(M3) 4
kantong lagi ketika sore hari. Sedangkan untuk Sumber : Hasil Analisa
warga RW 05 yang hanya satu kali membuang Dari tabel diatas diketahui bahwa volume
menghasilkan sampah sekitar 1 kantong plastik sampah sisa makanan merupakan yang terbanyak
besar berukuran 30x40 cm. untuk lebih jelas dapat dengan jumlah 1,755 M3/hari terdiri dari sisa
dilihat pada tabel berikut. makanan, sisa sayuran, kulit buah, sisa bahan
masakan, daun-daunan , rumput dan sisa bahan

6
dapur. Yang kemudian akan ditangani dengan cara Untuk mengetahui jenis pola pengumpulan
pengomposan di TPS. sampahnya didapatkan dari hasil analisa kuisioner
kemudian sampah plastik dengan volume dan wawancara. Didapatkan bahwa untuk metode
0.4914 M3/hari terdiri dari bungkus snack, bungkus pengumpulannya menggunakan metode pola
bumbu, kantong plastik, sisa mainan plastik dan komunal tidak langsung dengan persyaratan :
barang bekas yang terbuat dari plastik. Lalu dengan a. Peran serta masyarakat tinggi
cara insenerasi jika memungkinkan atau langsung b. Wadah komunal ditempatkan sesuai
diangkut ke TPA. dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah
Kemudian ada sampah daur ulang dengan dijangkau alat pengumpul
volume 0.4212 M3/hari terdiri dari kertas, koran, c. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia
botol plastik, botol kaca, kaleng minuman, sisa kayu d. Bagai kondisi topografi relatif datar (rata –
yang akan ditangani dengan cara dijual kepada rata <5%) ,dapat menggunakan alat
pengepul atau lainnya, dan terakhir sampah B3 pengumpulan non mesin (gerobak,becak)
dengan volume 0.1404 M3/hari terdiri dari popok bagi kondisi topografi >5% dapat
bayi, pembalut, baterai bekas, bekas obat, kamfer, menggunakan cara lain seperti pikulan,
pengharum ruangan dan kaleng cat akan ditangani container kecil beroda dan karung
dengan cara diangkut ke TPA dikarenakan jenis e. Lebar jalan gang dapat dilalui alat
sampah ini memerlukan penanganan khusus yang pengumpul tanpa mengganggu pemakai
sukar dilakukan di TPS. jalan lainnya.
Analisa Klasifikasi Sistem Pengelolaan, Jumlah, Proses Pengangkutan Sampah Metode
dan Tipe Fasilitas Komunal Tidak Langsung
Untuk klasisifikasi pengelolaan berdasarkan Wadah komunal Gerobak Kontainer/TPS
lingkungan permukiman yang ada yaitu :
a. 1 Rukun Tetangga dengan jumlah Truk TPA
penduduk 150-250 jiwa (30-50 rumah)
Tabel Jumlah kebutuhan fasilitas penanganan
b. 1 Rukun Warga : 2500 jiwa (± 500 rumah)
sampah
c. 1 Kelurahan : 30.000 jiwa (± 6000 rumah)
d. 1 kecamatan : 120.000 jiwa (± 24.0000
Jenis Fasilitas
rumah) Volume
Lokasi Wadah Komposter Alat Container
Tabel Klasifikasi Fasilitas Penangan Sampah NO (M3)
Komunal Komunal Pengumpul armroll
No Jenis Peralatan Kapasitas Pelayanan Umur (unit) (unit) (Gerobak) truk
Volume KK Jiwa Teknis
(Tahun) 1 RW 05 0.708 1 1 1
1 Wadah 0,5 – 20 – 100-200 2 RW 07 1.272 2 2 1 1
Komunal 1,0 M3 40
2 Komposter 0,5 – 10 – 50 -100 3 RW 08 0.828 1 1 1
Komunal 1,0 M3 20
Jumlah 2.808 4 4 3 1
3 Alat 1 M3 128 640 2-3
Sumber : Hasil Analisa
Pengumpul :
Gerobak Dari tabel diatas dapat diketahui untuk jumlah
Bersekat/ fasilitas berupa wadah sampah komunal
sejenisnya memerlukan total 4 unit. Untuk memudahkan
4 Kontainer 6 M3 640 3200 5-8 penanganan, pada wadah komunal ini dilengkapi
Armroll Truk 10 M3 1375 5330 dengan pemisahan berdasarkan jenis sampah. Untuk
5 TPS Tipe I 100 M2 500 2500 20 memudahkan saat penanganan menggunakan 3
TPS TipeII ±300 M2 6000 30000 kategori yaitu organik, anorganik dan B3. Untuk
TPS Tipe III ±1000 M2 24000 120000 volume minimal yang disarankan adalah volume
6 Bangunan 20
maksimum dari jumlah sampah yang dihasilkan oleh
Pendaur
Ulang Sampah 150M2 600 3000
tiap RW. Yaitu untuk RW 05 dengan volume 0,78
Skala M3, RW 07 dengan volume 1,27 M3, dan untuk RW
Lingkungan 08 dengan volume 0,82 M3.
Sumber : SNI 3242 -2008 Kemudian untuk wadah komposter komunal
Kemudian dari klasifikasi tersebut disesuaikan sebanyak 4 unit, komposter ini dibutuhkan jika pada
dengan data jumlah KK yang ada dari lokasi masing wilayah dapat melakukan proses
penelitian didapati bahwa untuk jenis peralatan komposting. Besarnya wadah komunal ini
wadah komunal memerlukan 1 unit pada RW 05dan disesuaikan dengan jumlah maksimum jenis sampah
RW 08,2 unit pada RW 07. Untuk komposter organik yang ada pada setiap RW.
komunal memerlukan 1 unit pada RW 05 dan RW Kemudian untuk alat pengumpul/ gerobak
08, dan 2 unit pada RW 07. Untuk alat pengumpul memerlukan 3 unit dengan kapasitas minimal sesuai
sampah berupa gerobak bersekat/sejenisnya dengan volume jumlah sampah pada setiap RW.
memerlukan 1 unit pada setiap RW. Kemudian tipe Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
TPS yang diperlukan adalah TPS tipe 1.

7
Tabel Kebutuhan Lahan Fasilitas 4. Penyediaan gerobak dengan sekat untuk
No Jenis Kapasitas Jumlah Luasan yang pengangkutan sampah sesuai dengan
Fasilitas (M3) Diperlukan (M2) ketentuannya.
1 Wadah 1 4 4 5. Penyediaan fasilitas pengomposan berupa
Komunal tong yang dapat menampung setidaknya 1,8
2 Komposter 1 4 4
M3/hari sampah organik mesin pencacah dan
Komunal
alat penunjang lainnya.
3 Gerobak 1-1,5 3 3,5
Analisa Lokasi Fasilitas Penanganan Sampah.
Sumber : Hasil Analisa
Pada analisa penentuan lokasi fasilitas
Dari tabel tersebut diketahui untuk pemenuhan
penanganan sampah ini ada dua jenis penanganan.
fasilitas diperlukan luasan sebesar 11,5 M2 untuk 3
Yang pertama penanganan secara umum
fasilitas tersebut.
menggunakan TPS, wadah komunal dan fasilitas lain
Kemudian untuk fasilitas berupa TPS
yang telah dianalisa jumlahnya. Kemudian yang
menggunakn TPS tipe I sesuai dengan skalanya yaitu
kedua merupakan penanganan spesifik yang berada
dengan persyaratan :
pada sungai. Pada penanganan yang pertama
1. Ruang pemilahan.
menggunakan cara menganalisa peta dengan metode
2. Gudang.
overlay. Menggunakan variabel yang tertera pada
3. Tempat pemindahan sampah yang
bab 2 yaitu SNI 1994 dan mendapatkan daerah yang
dilengkapi dengan landasan container.
layak untuk dibangun. Kemudian setelah didapati
4. Luas lahan ± 100 -50 m2.
peta hasil analisa tersebut yang dapat disebut
Jadi total kebutuhan lahan untuk penyediaan
sebagai peta analisa kelayakan lahan kemudian di
fasilitas sejumlah 111,5 M2.
overlay lagi dengan menggunakan variabel yang ada
Kemudian untuk spesifikasi fasilitas dan cara
dalam SNI 3242-2008 tentang cara pengelolaan
penanganan sampah dengan metode ini sebagai
sampah dipermukiman. Kemudian dari analisa
berikut :
tersebut didapatkan bahwa untuk lokasi fasilitas
1. Pola pewadahan sampah sesuai dengan jenis
penanganan sampah berupa TPS yang sesuai berada
sampah yang telah terpilah yaitu :
dilahan antara RW 05 dan 08. Kemudian untuk
 Sampah organik seperti daun sisa,
penempatan fasilitas berupa wadah sampah
sayuran, kulit buah lunak, sisa
komunal dan komposter komunal dapat dilihat pada
makanan dengan wadah warna gelap
peta. Kemudian untuk jalur pengangkutan
 Sampah anorganik seperti gelas
sampahnya digambarkan di peta dengan garis yang
plastic, logam dan lainnya dengan
menghubungkan antara wadah sampah komunal
wadah warna terang
hingga ke TPS. Agar lebih jelas dapat dilihat pada
 Sampah berbahaya beracun rumah
diagaram dan peta berikut.
tangga (B3) dengan warna merah.
Alur Analisa Penentuan Lokasi Fasilitas
2. Untuk penanganan sampahnya dengan cara :
a. Pengomposan :
1. Berdasarkan kapasitas Kelayakan Lokasi
(individual, komunal, skala Lahan + Fasilitas
SNI 1994
lingkungan) SNI 3242 Penangan
2. Berdasarkan proses (alami, 2008 Sampah
biologis dengan cacing, biologis
dengan mikroorganisme
Peta Rekomendasi Lahan TPS
tambahan).
b. Insenerasi.
c. Daur ulang :
1. Menggunakan kembali sampah
organik sebagai makanan ternak.
2. Menjual kembali sampah yang
sejenis kertas, kardus, plastik,
gelas, kaca, logam, dan lainnya
dikemas sesuai jenisnya.
d. Pengurangan volume sampah dengan
pencacahan atau pemadatan.
e. Biogasifikasi (pemanfaatan energi
hasil pengolahan sampah)
3. Kemudian untuk wadah disediakan 3 buah
untuk masing masing wadah komunal yang Kemudian untuk fasilitas penanganan spesifik
dibedakan dengan 3 warna sesuai dengan yaitu fasilitas yang menangani sampah pada sungai
ketentuan. menggunakan alat berupa jaring sampah yang
terbentang disungai. Alat ini terdiri dari 2 buah
jaring yang pertama berbentuk persegi panjang yang

8
membentang secara diagaonal pada sungai yang 2. Adanya pelampung dapat
berfungsi sebagai penahan sampah yang melewati mengikuti tinggi air sungai
sungai, yang kedua berupa lingkaran yang terletak 3. memisahkan sampah sesuai
disebelah pojok dari jaring yang pertama yang ukuran
berfungsi sebagai wadah untuk mengangkat sampah Kekurangan :1. Tidak dapat digunakan pada saat
yang telah terjaring pada jaring pertama. Jaring ini bulan Kemarau
dilengkapi dengan pelampung yang berfungsi agar 2. Sampah mikro tidak dapat teratasi.
bagian dari atas jaring pertama selalu berada di atas 3. Sampah masih harus dipilah
permukaan air sehingga tidak ada sampah yang jenisnya.
terlewati. Kegunaan dari fasilitas penanganan Peta Rekomendasi Penempatan Fasilitas Spesifik
spesifik ini untuk mengurangi dampak dari sampah
yang berada disungai dan hanyut hingga memasuki
sungai besar. Pemasangan fasilitas ini dapat
dilakukan pada bulan – bulan kemarau .Agar lebih
jelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Adapun kegunaan dari pemasangan jaring
secara diagonal bukannya horizontal seperti pada
umumnya adalah untuk menggiring sampah yang
telah terjaring menuju jaring kedua yang berfungsi
sebagai pengangkut sampah tersebut dari air sungai.
Untuk peletakan dari jaring ini akan lebih mudah
untuk pengangkutan sampah dari sungai maka
lokasi yang sesuai berada pada 3 titik. Titik pertama
berada pada jembatan yang berada disebelah utara
lokasi penelitian yang langsung berbatasan dengan
Kota Kediri. Titik kedua berada dijembatan antara
RW 07 dan RW08. Dan titik ketiga berada pada
jembatan yang berada pada RW 05. Ukuran dari
lubang padajaring disetiap lokasi berbeda beda,
pada jaring pertama merupakan yang terbesar,
kemudian yang kedua menengah, hingga jaring
terakhir mempunyai lubang yang kecil. Perbedaan
pada jaring ini untuk mengurangi beban yang harus
ditahan oleh setiap jaring. Jika menggunakan ukuran
yang sama maka jaring pertama akan menahan
beban yang berlebihan hingga berdampak pada
ketahanan atau masa pakai jaring tersebut.
Kemudian untuk penanganan bahaya Deskripsi sederhana dari desain alat berupa
sedimentasi akibat terkikisnya pinggiran sungai jaring yaitu 2 buah jaring, yang pertama berbentuk
maka pada muara sungai akan ditanam tanaman air persegi 4 dan yang kedua berupa lingkaran. Jaring 1
yang nantinya akar dari tanaman tersebut berfungsi membentang diagonal sedangkan jaring 2 berupa
sebagai pengikat bagi tanah yang terlarut dalam air lingkaran. Fungsi jaring 1 untuk menjaring sampah
sungai. Dari banyak jenis tanaman air, jenis tanaman kemudian digiring menuju jaring 2 yang berfungsi
air yang disarankan peneliti adalah jenis teratai. untuk mengangkat sampah dari sungai. Sistem ini
Alasan pemilihan tanaman ini dikarenakan terinsipirasi dari mesin sortir dan ban konveyor yang
fungsinya yang sesuai dikarenakan akar dari ada dipabrik.
tanaman ini berada di tanah kemudian adanya nilai
tambah yaitu pada estetika atau keindahan, dan
manfaatnya bagi masyarakat jika dijadikan sebagai
obat. Peletakan tanaman ini agar lebih jelas dapat
dilihat pada peta.
Keterangan :
Waktu penerapan : Musim Hujan
Waktu pemasangan : Musim Kemarau
Lokasi Penempatan : dibawah jembatan
Jumlah : 3 unit
Ukuran Lubang Jaring: Besar ,sedang ,kecil (Untuk
sortir sampah sesuai dengan
ukuran)
Kelebihan : 1. Dapat mengatasi sampah pada
sungai

9
III. KESIMPULAN penunjang untuk mengurangi dampak dari kegiatan
Kesimpulan membuang sampah yang tidak pada tempatnya
Dari hasil penelitian yang berlokasi di Desa 2. Perangkat Kantor Desa Bulu dan Karang
Bulu, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri dengan Taruna
judul “Ketersediaan Fasilitas Penanganan Sampah Untuk Perangkat Kantor Desa Bulu dan Karang
pada Permukiman Tepian Sungai” didapatkan Taruna diharapkan menjadi pelopor dalam
beberapa kesimpulan yaitu : melakukan kegiatan yang dapat mengurangi
1. Berdasarkan hasil pengamatan dan kegiatan membuang sampah dan dapat membuat
perhitungan analisa didapatkan bahwa dari 3 suatu kegiatan positif atau penyuluhan yang bisa
Rukun Warga (RW) volume sampahnya meningkat kesadaran masyarakat dalam hal
sebanyak 2,808 M3/hari yang berasal dari 234 penanganan sampah.
Kepala Keluarga (KK). Setelah di ambil 3. Masyarakat Desa Bulu yang berada di lokasi
beberapa sampel untuk menentukan volume Penelitian
per jenis sampah didapatkan data untuk Bagi masyarakat Desa Bulu agar dapat menangangi
volume sampah sisa makanan/ organik permasalahan sampah yang ada. Penanganan yang
sebanyak 1,755 M3/hari (60-65%), untuk efektif dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu
sampah plastic 0.4914 M3/hari (15-20%), rumah tangga. Serta diharapkan untuk
kemudian untuk sampah daur ulang sebanyak menghentikan kegiatan membuang sampah tidak
0.4212 M3/hari (15%) dan limbah B3 dengan pada tempatnya terutama ke sungai.
volume 0.1404 M3/hari (5%). 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
2. Untuk penyediaan fasilitas penanganan Bagi rekan – rekan yang akan mengambil penelitian
sampahnya dari hasil analisa didapatkan dengan tema yang serupa dapat menggunakan
bahwa untuk luasan yang diperlukan seluas beberapa variabel yang telah digunakan namun
115 M2 berisi jenis fasilitas wadah komunal disempurnakan dan disesuai dengan kondisi di
diperlukan 4 unit, komposter komunal 4 unit, lokasi sehingga mendapatkan penelitian yang lebih
gerobak 3 unit dan container armroll truk 1 kompleks dan dapat melengkapi tentang penyediaan
unit. Untuk tipe TPS yang direkomendasikan fasilitas penanganan sampah
adalah TPS tipe 1 . Kemudian untuk pola IV. DAFTAR PUSTAKA
pengumpulannya menggunakan metode pola Arikunto.2008.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta :
komunal tidak langsung. Bumi Aksara.
3. Untuk penempatan lokasi fasilitasnya berupa Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri.2010.Diktat Kuliah
wadah komunal terdapat 2 unit di RW 07 , 1 TL-3104 tentang Pengelolaan Sampah.Bandung:
unit di RW 08 dan 1 unit di RW 05. Kemudian 2 Program Studi Teknik Lingkungan ITB
unit komposter komunal di RW 07 , 1 unit di Darmawan,Guruh.2013. Peran Unit Pelaksana Teknis
RW 08 dan 1 unit di RW 05. Untuk penempatan Kebersihan Pertamanan Dan Pemakaman Dalam
lokasi TPS berada di lahan pertanian kering Pengelolaan Sampah Di Kota Sangatta Kabupaten Kutai
yang berada antara RW 05 dan RW 08. Untuk Timur.Samarinda: Ejournal Ilmu Pemerintahan,Vol.
penempatan fasilitas spesifik berada pada 3 1,No 4:1390.
jembatan yang berada dilokasi penelitian Fauzia,lutfi.2016.Limbah domestic musuh utama sungai
berupa 3 unit jaring yang membentang Indonesia.www.nationalgeographic.co.id
disungai kemudian penggunaan tanaman air Joko Subagyo,P.2006.Metode Penelitian dalam Teori dan
untuk mengurangi dampak dari tanah yang Praktek.Jakarta :Rineka Cipta
terlarut pada air sehingga terjadi pendangkalan Kordi,Ghufran dan Andi Baso
sungai. Tanjung.2007.pengelolaan kualitas air dalam budidaya
Rekomendasi perairan.Jakarta : Rineka Cipta.
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian Margono,S.2004.Metodologi Penelitian
pada lokasi penelitian di Desa Bulu, Kecamatan Pendidikan.Jakarta :Rineka Cipta.
Semen terutama pada penanganan sampah pada Peraturan Pemerintah No 35.1991.Tentang
permukiman tepian sungai yang telah dipaparkan Sungai.Jakarta :Mentri Sekertaris Negara.
sebelumnya. Maka peneliti mencoba memberikan SNI 03 1733 2004.2004. Tata Cara Perencanaan
saran/rekomendasi kepada beberapa pihak baik Lingkungan Perumahan di Perkotaan.Jakarta : Badan
yang berada dilokasi penelitian atau lokasi yang Standarisasi Nasional
memiliki kesamaan karakteristik. Beberapa saran/ SNI 3242 2008.2008.Pengelolaan Sampah di
rekomendasi yang diajukan peneliti sebagai berikut: Permukiman. Jakarta:Badan Standarisasi Nasional
1. Dinas Kebersihan dan Pertamanan SNI 19 2454 2002.2002.Tata Cara Teknik Operasional
Kabupaten Kediri Pengelolaan Sampah Perkotaan.Jakarta : Badan
Untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Standarisasi Nasional.
Kediri diharapkan agar memfasilitasi masyarakat Syarifuddin,dkk.2000.Sains Geografi.Jakarta : Bumi
dalam hal penanganan sampah. Baik dalam Aksara Undang-undang No 18.2008.Pengelolaan
penyediaan perangkat kebersihan, dana untuk Sampah.Jakarta :Kementrian Lingkungan Hidup.
pembangunan fasilitas dan penyediaan fasilitas

10
11

You might also like