You are on page 1of 11

KARAKTERISTIK PENDERITA KEJANG DEMAM PADA BALITA

RAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN


TAHUN 2010-2011
Syafni Rani1, Sori Muda Sarumpaet2, Jemadi3
1
Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU
2,3
Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU
Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155
email : ranisyafni@ymail.com

Abstract
Febrile convulsion is the commonest neurologis disorder in infant and child. Two to five
percent of children in the world have a febrile convulsion when 5 years old. More
than 90% occur when <5 years old. The highest incidence occur when two years first
life of children. To determine the characteristic of children 5 years old with febrile
convulsion were hospitalized in RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2010-2011 with
research descriptive case series design. Population and sample numbered 110 person
(total sampling). Data obtained from medical records, analyze data using Chi-square,
T-test and ANOVA. The results obtained that the children 5 years with febrile
convulsion the highest proportion in age group 1-3 years are 57,3%; male 57,3% with
sex ratio 1,3:1; normal weight birth 94,6%; good nutrition status 85,5%; febrile
convulsion history 38,0%; fever of febrile convulsion with temperature >38C - 39C
40,9%; had tonsilopharynxitis 37,1%; simple febrile seizure 59,1%; medicine and lab
81,8%; the average threatment time was 4 days; own expense 59,1%; heal patients
50%; there was difference in the average treatment time based on the state of coming
home (p=0,000). Suggested there are education for children under fives mother in
order can prevent her children from febrile convulsion when fever, and for mother who
have children with febrile convulsion history in order can prevent febrile convulsion
reccurence with way giving antipyretic and anticonvulsion to her children when start
fever.
Keywords: Febrile Convulsion, Characteristics of Patients, RSUD Dr. Pirngadi
Medan
yaitu kejang demam sederhana dan
PENDAHULUAN
kejang demam kompleks (Schwartz,
Kejang demam merupakan salah satu 2005). Di Asia sekitar 70%-90% dari
gangguan neurologis yang sering seluruh kejang demam merupakan
ditemukan pada bayi dan anak kejang demam sederhana dan sisanya
(Lumbantobing, 2004). Pada tahun merupakan kejang demam kompleks.
2005 World Health Organization Berdasarkan hasil penelitian yang
(WHO) melaporkan bahwa berdasarkan dilakukan oleh Karimzadeh, P., dkk
studi yang dilakukan di Departemen (2008) di Mofid Childrens Hospital,
anak RS Al-Jahra Kuwait pada 400 Iran pada 302 penderita kejang demam
anak usia satu bulan - 13 tahun dengan diperoleh 73,2% penderita merupakan
riwayat kejang, paling banyak anak penderita kejang demam sederhana dan
menderita kejang demam 77% (WHO, 26,8% merupakan penderita kejang
2005). Kejang demam dapat demam kompleks (Karimzadeh, 2008).
diklasifikasikan menjadi dua kelompok

1
Dua sampai lima persen dari seluruh METODE PENELITIAN
anak di dunia yang berumur 5 tahun
Rancangan penelitian yang digunakan
pernah mengalami kejang demam, lebih bersifat deskriptif dengan desain case
dari 90% terjadi ketika anak berusia <5 series. Penelitian dilaksanakan mulai
tahun (Christopher, 2012). Insiden dari April sampai Oktober 2012. Jumlah
tertinggi kejang demam terjadi pada sampel sama dengan jumlah populasi
usia dua tahun pertama (Vestergaard, (total sampling) yaitu 110 orang. Data
2006). Insidensi kejang demam Di sekunder yang diperoleh dari berkas
Amerika Serikat dan Eropa berkisar rekam medis diolah dan dianalisis
4%-5% pada anak usia 5 tahun dengan menggunakan komputer.
(Shinnar dan Glauser, 2002). Di Jepang
insidens kejang demam berkisar 8,3% HASIL DAN PEMBAHASAN
pada anak usia 3 tahun (Tsuboi, 1984).
Berdasarkan hasil penelitian prospektif Tabel 1.Distribusi Proporsi Penderita
Sillanpaa, M., dkk (2008) di Finlandia Berdasarkan Sosiodemografi
diperoleh insidens rate kejang demam No Sosiodemografi f %
6,9% pada anak usia 4 tahun (Sillanpaa, 1 Umur
2008). >4 minggu-<1tahun 26 23,6
1-3 tahun 63 57,3
Berdasarkan penelitian Yuana, I., dkk >3-5 tahun 21 19,1
(2010) di RSUP dr. Kariadi diperoleh Total 110 100,0
36 anak berusia <5 tahun mengalami 2 Jenis Kelamin
kejang demam, dimana laki-laki 52,8% Laki-laki 63 57,3
dan perempuan 47,2% (Yuana, 2010). Perempuan 47 42,7
Angka mortalitas akibat kejang demam Total 110 100,0
relatif rendah. Berdasarkan studi kohort
yang dilakukan di Denmark selama 28 Dari tabel 1. dapat diketahui bahwa
tahun diperoleh Case Fatality Rate proporsi penderita kejang demam pada
kejang demam 0,42% (Vestergaard, balita berdasarkan umur tertinggi pada
2008). kelompok umur 1-3 tahun yaitu 63
penderita (57,3%) dan terendah pada
Berdasarkan survei pendahuluan yang kelompok umur >3-5 tahun yaitu 21
telah dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi penderita (19,1%).
Medan diperoleh penderita kejang
demam pada balita yang dirawat inap Hal ini kemungkinan ada kaitannya
pada tahun 2010 sebanyak 47 orang dan dengan tingkat kematangan otak. Pada
pada tahun 2011 sebanyak 63 orang. saat usia <2 tahun keadaan otak belum
matang dimana kadar Corticotropin
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk releasing hormon di hipokampus tinggi
mengetahui karakteristik penderita sehingga berpotensi untuk terjadi
kejang demam pada balita rawat inap di bangkitan kejang apabila terpicu oleh
RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 - demam (Chen dkk, 2001). Pada otak
2011. Manfaat dari penelitian ini adalah belum matang neural Na+/K+ATP ase
sebagai sarana untuk meningkatkan masih kurang sehingga regulasi ion Na+,
pengetahuan dan wawasan penulis K+, dan Ca++ belum sempurna (Haglun
mengenai kejang demam dan sebagai dan Schwartzkroin, 1990). Eksitabilitas
bahan masukan bagi pihak RSUD Dr. neural juga lebih tinggi pada otak yang
Pirngadi Medan untuk meningkatkan belum matang dibandingkan otak yang
upaya pelayanan kesehatan kepada sudah matang. Pada masa ini disebut
penderita kejang demam. sebagai developmental window dan

2
rentan terhadap bangkitan kejang Tabel 3.Distribusi Proporsi Penderita
(Johnson dkk, 1996). Berdasarkan Status Gizi

Proporsi penderita kejang demam pada No Status Gizi f %


balita berdasarkan jenis kelamin lebih 1 Gizi lebih 1 0,9
tinggi pada jenis kelamin laki-laki yaitu 2 Gizi baik 94 85,5
57,3% dengan sex ratio = 1,3 : 1. Hal 3 Gizi kurang 13 11,8
ini didukung dengan hasil penelitian 4 Gizi buruk 2 1,8
yang dilakukan Lumbantobing, S.M., Total 110 100,0
(1995) menunjukkan bahwa 55,6% Dari tabel 3. dapat diketahui bahwa
penderita kejang demam adalah laki- proporsi penderita kejang demam pada
laki dan 44,4% perempuan. Sex ratio balita berdasarkan status gizi tertinggi
penderita = 1,25 : 1. adalah gizi baik yaitu 94 penderita
(85,5% ) dan terendah adalah gizi lebih
Tabel 2.Distribusi Proporsi Penderita yaitu satu penderita (0,9% ).
Berdasarkan Berat Badan
Lahir Status gizi yang kurang dan buruk
No Status Berat f % memiliki hubungan timbal balik dengan
Badan Lahir kurangnya asupan gizi dan kejadian
1 Tercatat 92 83,6 penyakit infeksi. Anak yang mengalami
2 Tidak Tercatat 18 16,4 gizi lebih dapat disebabkan karena pola
Total 110 100,0 asuh yang salah dan lingkungan yang
Berat Badan tidak sehat (Depkes RI dan WHO,
Lahir Tercatat 2008).
1 <2500 gram 5 5,4
Tabel 4.Distribusi Proporsi Penderita
2 2500 gram 87 94,6
Berdasarkan Status Riwayat
Total 92 100,0 Kejang Demam Sebelumnya
Dari tabel 2. dapat diketahui bahwa No Status Riwayat f %
proporsi penderita kejang demam pada Kejang Demam
balita berdasarkan berat badan lahir Sebelumnya
yang tercatat tertinggi adalah 2500
gram yaitu 87 penderita (94,6%) dan 1 Tercatat 79 71,8
terendah <2500 gram yaitu 5 penderita 2 Tidak tercatat 31 28,2
(5,4%). Total 110 100,0
Status Riwayat
Bayi yang lahir dengan berat badan Kejang Demam
rendah kemungkinan dapat mengalami Sebelumnya
hipoksia iskemia dan atau mengalami Tercatat
perdarahan intraventrikular. Hipoksia 1 Ada 30 38,0
dapat mengakibatkan rusaknya fungsi 2 Tidak Ada 49 62,0
inhibisi dan atau meningkatnya fungsi Total 79 100,0
eksitasi neuron, sehingga mudah timbul
Dari tabel 4. dapat diketahui bahwa
kejang apabila ada rangsangan yang
proporsi penderita kejang demam pada
memadai (Asharto dan Hariadi, 1998).
balita berdasarkan status riwayat kejang
demam sebelumnya yang tercatat
tertinggi adalah tidak ada yaitu 49
penderita (62,0%).

3
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Dari tabel 6. dapat diketahui bahwa
Bessisso, M.S., dkk (2000) di Qatar proporsi penderita kejang demam pada
menunjukkan bahwa kejang demam balita berdasarkan tinggi demam
berulang hanya terjadi pada 21% tertinggi adalah >38oC - 39 oC yaitu 45
penderita kejang demam (Bessisi dkk, penderita (40,9%) dan terendah >40oC
2000). yaitu 7 penderita (6,4%).

Tabel 5.Distribusi Proporsi Penderita Pada orang dewasa kira-kira 18% dari
Berdasarkan Riwayat Kejang sirkulasi total tubuh pergi ke otak. Pada
Demam Sebelumnya anak yang berusia 3 tahun angka ini
jauh lebih tinggi yaitu sekitar 65%.
No Riwayat Kejang f %
Pada anak yang berusia lebih muda
Demam
angka ini lebih tinggi lagi. Bila suhu
Sebelumnya
tubuh meningkat beberapa derajat,
1 1 kali 17 56,7 aliran darah harus pula ditingkatkan
2 2-3 kali 10 33,3 untuk menjaga agar pasokan oksigen
3 >3 kali 3 10,0 dan glukosa ke otak tetap cukup. Bila
Total 30 100,0 peningkatan aliran darah ini tidak
mencukupi terjadilah anoksia relatif
Dari tabel 5. dapat diketahui bahwa
yang kemungkinan dapat memicu
proporsi penderita kejang demam pada
terjadinya kejang pada anak
balita berdasarkan riwayat kejang
(Lumbantobing, 2004).
demam sebelumnya tertinggi adalah
satu kali yaitu 17 penderita (56,7%) dan Tabel 7.Distribusi Proporsi Penderita
terendah >3 kali yaitu 3 penderita
Berdasarkan Penyakit yang
(10,0%). Menyertai
Salah satu hal yang merupakan faktor No Status Penyakit f %
risiko berulangnya kejang demam yaitu yang Menyertai
usia anak <15 bulan pada saat 1 Tercatat 97 88,2
menderita kejang demam pertama. Dari 2 Tidak Tercatat 13 11,8
30 balita penderita kejang demam yang Total 110 100,0
memiliki status riwayat kejang demam Penyakit yang
sebelumnya terdapat 66,7% penderita Menyertai
mengalami kejang demam pertama Tercatat
ketika berumur <15 bulan, 10% 1 Tonsilofaringitis 36 37,1
penderita mengalami kejang demam 2 Gastroenteritis 21 21,6
pertama ketika berumur >15 bulan dan 3 ISPA 30 30,9
sisanya 23,3% tidak diketahui. 4 Pneumonia 4 4,1
5 Lainnya 6 6,2
Tabel 6.Distribusi Proporsi Penderita
Berdasarkan Tinggi Demam Total 97 100,0

No Tinggi Demam f % Dari tabel 7. dapat diketahui bahwa


proporsi penderita kejang demam pada
1 >36oC - 38 oC 44 40,0
balita berdasarkan penyakit yang
2 >38oC - 39 oC 45 40,9
menyertai yang tercatat tertinggi adalah
3 >39 oC - 40 oC 14 12,7
Tonsilofaringitis yaitu 36 penderita
4 >40 oC 7 6,4 (37,1%) dan terendah pneumonia yaitu
Total 110 100,0 4 penderita (4,1%). Hal ini didukung
dengan hasil penelitian Lumbantobing,

4
S.M., (1995) yang menunjukkan bahwa Pemberantasan kejang dilakukan
100 penderita (33,7%) kejang demam, dengan cara memberikan obat
kejang demamnya disertai dengan antikonvulsan kepada penderita.
tonsilofaringitis. Pemeriksaan penunjang (laboratorium
dan radiologis) dilakukan atas indikasi
Tabel 8.Distribusi Proporsi Penderita untuk mencari penyebab, seperti
Berdasarkan Klasifikasi pemeriksaan darah rutin, kadar gula
Kejang Demam darah, dan elektrolit.
No Klasifikasi Kejang f %
Demam Tabel 10. Lama Rawatan Rata-rata
Penderita Kejang Demam
1 Kejang Demam 65 59,1
pada Balita
Sederhana
2 Kejang Demam 45 40,9 Lama Rawatan Rata-rata (Hari)
Kompleks Mean 4
Total 110 100,0 Standar Deviasi (SD) 1,822
Coefisien of Variation 3,321
Dari tabel 8. dapat diketahui bahwa Minimum 1
proporsi penderita kejang demam pada Maksimum 10
balita berdasarkan klasifikasi kejang
demam lebih tinggi adalah kejang Dari tabel 10. diketahui bahwa lama
demam sederhana yaitu 65 penderita rawatan rata-rata adalah 4 hari, nilai
(59,1%) dan lebih rendah adalah kejang dari Coefisien of Variation 3,321% <
demam kompleks yaitu 45 penderita 10% yang menunjukkan lama rawatan
(40,9%). penderita kejang demam pada balita
tidak bervariasi, lama rawatan tercepat
Hal ini didukung oleh hasil penelitian adalah 1 hari dan terlama 10 hari.
yang dilakukan Siddiqui, T.S., (2000) di Penderita dengan lama rawatan paling
Department of Paediatrics, Hayat singkat sebanyak tiga orang. Penderita
Shaheed Teaching Hospital Peshawar dengan lama rawatan paling lama satu
diperoleh 65% penderita kejang demam orang.
mengalami kejang demam sederhana
dan 35% mengalami kejang demam Tabel 11. Distribusi Proporsi
kompleks (Siddiqui, 2000). Penderita Berdasarkan
Sumber Biaya
Tabel 9.Distribusi Proporsi Penderita
Berdasarkan No Sumber Biaya f %
Penatalaksanaan Medis 1 Biaya Sendiri 65 59,1
No Penatalaksanaan f % 2 ASKES 5 4,5
Medis 3 Jaminan 40 36,4
Pemeliharaan
1 Obat-obatan + Lab 90 81,8 Kesehatan
2 Obat-obatan + Lab + 20 18,2 Masyarakat (JPKM)
Radiologis
Total 110 100,0
Total 110 100,0
Dari tabel 11. dapat diketahui bahwa
Dari tabel 9. dapat diketahui bahwa
proporsi penderita kejang demam pada
proporsi penderita kejang demam pada
balita berdasarkan sumber biaya
balita berdasarkan penatalaksanaan
tertinggi adalah biaya sendiri yaitu 65
medis tertinggi adalah Obat-obatan dan
pendrita (59,1%) dan terendah Askes
Lab yaitu 90 penderita (81,8%).
yaitu 5 penderita (4,5%). Rumah Sakit

5
Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tabel 13. Distribusi Proporsi
adalah rumah sakit pemerintahan kota Klasifikasi Kejang Demam
Medan yang melayani pasien dengan Berdasarkan Umur
ASKES, JPKM, dan juga pasien umum.

Tabel 12. Distribusi Proporsi


Penderita Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang
No Keadaan f %
Sewaktu Pulang
1 Pulang Sembuh 55 50,0
2 Pulang Berobat 26 23,6
Jalan (PBJ)
3 Pulang Atas 28 25,5
Permintaan 2 =4,397 df=2 p=0,111
Sendiri (PAPS) Dari tabel 13. dapat diketahuit bahwa
4 Pulang Meninggal 1 0,9 pada penderita dengan kelompok umur
Total 110 100,0 >4 minggu - <1 tahun dan kelompok
umur 1-3 tahun paling banyak
Dari tabel 12. dapat diketahui bahwa menderita kejang demam sederhana
proporsi penderita kejang demam pada yaitu masing- masing 19 penderita
balita berdasarkan keadaan sewaktu (73,1%) dan 37 penderita (58,7%). Pada
pulang tertinggi adalah pulang sembuh kelompok umur >3-5 tahun paling
yaitu 55 penderita (50,0%) dan terendah banyak menderita kejang demam
pulang meninggal 1 penderita (0,9%), kompleks yaitu 12 penderita (57,1%).
maka diperoleh CFR (Case Fatality Hasil analisa statistik menggunakan uji
Rate) 0,9%. Chi-Square didapat nilai p >0,05 yang
Tingginya proporsi sembuh pada berarti tidak ada perbedaan proporsi
penderita kejang demam diasumsikan yang bermakna antara klasifikasi kejang
bahwa penderita cepat mendapatkan demam berdasarkan umur.
penanganan dan belum terlalu parah
Tabel 14. Distribusi Proporsi Jenis
ketika sampai di rumah sakit sehingga
Kelamin Berdasarkan
kejang demam dan penyakit infeksi
Klasifikasi Kejang Demam
yang meyertai dapat cepat diobati. Satu
orang penderita yang pulang meninggal
dengan lama rawatan 2 hari berhubung
dengan kondisi pasien yang sudah
dalam keadaan parah dikarenakan
mengalami kejang demam kompleks
disertai gastroenteritis dan status
gizinya kurang. Penderita merupakan
pasien rujukan dari salah satu rumah
sakit swasta di kota Medan yang
sebelumnya sudah dirawat selama 3 hari
2 =1,601 df=1 p=0,206
di rumah sakit tersebut.

6
Dari tabel 14. dapat diketahui bahwa Tabel 16. Lama Rawatan Rata-rata
proporsi penderita kejang demam Penderita Berdasarkan
sederhana lebih tinggi pada jenis Keadaan Sewaktu Pulang
kelamin laki-laki yaitu 34 penderita
No Keadaan Lama Rawatan
(52,3%) dan lebih rendah pada jenis Sewaktu Rata-rata (Hari)
kelamin perempuan yaitu 31 penderita Pulang n X SD
(47,7%). Proporsi penderita kejang 1 Pulang 55 4,65 1,756
demam kompleks lebih tinggi pada jenis Sembuh
kelamin laki-laki yaitu 29 penderita 2 PBJ 26 3,96 1,536
(64,4%) dan dan lebih rendah pada jenis 3 PAPS 28 2,82 1,611
kelamin perempuan yaitu 16 penderita 4 Meninggal 1 2 -
(35,6%). Hasil analisa statistik F=7,951 df=3 p=0,000
menggunakan uji Chi-Square di dapat
nilai p >0,05 yang berarti tidak ada Dari tabel 16. dapat diketahui bahwa
perbedaan proporsi yang bermakna penderita kejang demam pada balita
antara jenis kelamin berdasarkan yang pulang sembuh memiliki lama
klasifikasi kejang demam. rawatan rata-rata 4,65 hari, penderita
yang pulang berobat jalan memiliki
Tabel 15. Lama Rawatan Rata-rata lama rawatan rata-rata 3,96 hari,
Berdasarkan Klasifikasi penderita yang pulang atas permintaan
Kejang Demam sendiri memiliki lama rawatan rata-rata
No Klasifikasi Lama Rawatan
2,82 hari dan penderita yang pulang
Kejang Rata-rata (Hari) meninggal memiliki lama rawatan rata-
Demam rata 2 hari. Berdasarkan uji statistik
n X SD
anova diperoleh nilai p<0,05 yang
1 Kejang 65 4,02 1,850 berarti ada perbedaan yang bermakna
Demam antara lama rawatan rata-rata dengan
Sederhana keadaan sewaktu pulang. Penderita
2 Kejang 45 3,98 1,803
kejang demam pada balita yang pulang
Demam
Kompleks dalam keadaan sembuh secara
t=0,106 df=108 p=0,916 bermakna memiliki lama rawatan yang
paling lama dibandingkan dengan
Dari tabel 15. dapat diketahui bahwa pulang berobat jalan, pulang atas
dari seluruh penderita kejang demam permintaan sendiri dan meninggal.
pada balita terdapat 65 penderita kejang
demam sederhana dengan lama rawatan KESIMPULAN
rata-rata 4,02 hari dan 45 penderita 1. Hasil penelitian menunjukkan
kejang demam kompleks dengan lama bahwa pada balita penderita kejang
rawatan rata-rata 3,98 hari. Hasil analisa demam proporsi tertinggi adalah
statistik menggunakan uji t-test di dapat pada kelompok umur 1-3 tahun
nilai p >0,05 yang berarti tidak ada 57,3%; laki-laki 57,3% dengan seks
perbedaan yang bermakna antara lama rasio 1,3:1 ; berat badan lahir
rawatan rata-rata berdasarkan klasifikasi normal 94,6%; status gizi baik
kejang demam. 85,5%; status riwayat kejang
demam sebelumnya tidak ada
62,0%; riwayat kejang demam
sebelumnya 1 kali 56,7%; tinggi
demam >38C - 39C 40,9% ;
penyakit yang menyertai

7
tonsilofaringitis 37,1%; kejang Chen, Y, at al, 2001. Novel and
demam sederhana 59,1%; obat- transient populations of
obatan dan lab 81,8%; lama rawatan corticotrophin releasing hormone
rata-rata 4 hari; biaya sendiri 59,1%; expressing neurons in developing
pulang sembuh 50,0%. hippocampus suggest unique
2. Tidak ada perbedaan proporsi functional roles: A quantitative
klasifikasi kejang demam spatiotemporal analysis. The
berdasarkan umur (p=0,111); tidak Journal of Neuroscience.
ada perbedaan proporsi jenis September 15. 21(18):71717181.
kelamin berdasarkan klasifikasi http://www.jneurosci.org/content/21/1
kejang demam (p=0,206); tidak ada 8/7171.full. Akses : 3 Oktober
perbedaan lama rawatan rata-rata 2012.
berdasarkan klasifikasi kejang Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures
demam (p=0,916); ada perbedaan in Children. Emedicine health.
lama rawatan rata-rata berdasarkan http://www.emedicinehealth.com/seiz
keadaan sewaktu pulang (p=0,000). ures_in_children/article_em.htm.
Akses 19 April 2012.
SARAN
Depkes RI dan WHO, 2008. Modul
1. Kepada RSUD Dr.Pirngadi Medan Pelatihan Penilaian
agar lebih melengkapi data pasien Pertumbuhan Anak. Jakarta.
pada kartu status.
2. Diharapkan adanya edukasi pada ibu Haglun, MM, dan Schwartzkroin, PA,
yang memiliki anak balita agar 1990. Role of Na-K pump
dapat mencegah anaknya dari potassium regulation IPSPs in
kejang demam ketika demam. seizures and spreading
3. Kepada ibu yang memiliki anak depression in immature rabbit
dengan riwayat kejang demam agar hippocampal slices. Amerika. J
dapat mencegah terjadinya kejang Neurophysiol. Februari.Vol. 63,
demam berulang dengan cara segera http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
memberikan antipiretik dan 2313342. Akses 3 Oktober 2012.
antikonvulsan kepada anaknya Johnson, WG, at al, 1996. Pedigree
ketika mulai demam. analysis in families with febrile
seizures. Am J Med Genet.
DAFTAR PUSTAKA Amerika.Vol.61, Hal:345-352.
Asharto, E, Hariadi, 1998. Aspek http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
Perinatologi dan Kehamilan 8834046. Akses : 3 Oktober 2012.
Risiko Tinggi. Malang. FK Karimzadeh, P, at al, 2008. Febrile
UNBRAW. Dalam Fuadi, A., dkk., Convulsions: The Role Played By
2010. Faktor Risiko Bangkitan Paracinical Evaluation.. Iran. Iran
Kejang Demam pada Anak. J Child Neurology Okt 2008, Hal
Semarang. Sari Pediatri. Oktober 21-24.
2010.Vol. 12, No.3, Hal 142-149. http://journals.sbmu.ac.ir/ijcn/article/vi
ew/558/45. Akses 15 April 2012.
Bessisso, M, S, et al, 2000.
Recurrence Risk After a First Lumbantobing, S, M, 2004. Kejang
Febrile Convulsion. Qatar. Saudi Demam (Febrile Convulsion).
Medical Journal. Cetakan Ketiga. Balai Penerbit FK
http://www.smj.org.sa/DetailArticle.as UI: Jakarta.
p?ArticleId=116. Akses 19 April
2012.

8
Schwartz, M, W, 2005. Pedoman Children in the Eastern
Klinis Pediatri. Penerbit Buku Mediterranean Region : Status
Kedokteran EGC: Jakarta. of Children Lead Exposure.
http://www.emro.who.int/dsaf/dsa516
Shinnar, S, Glauser T, A, 2002. Febrile
.pdf. Akses 4 Mei 2012.
seizures. J Child Neurol. 2002.
Hal. 4452. Yuana, I, dkk, 2010. Korelasi Kadar
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Seng Serum dan Bangkitan
/11918463.Akses 1 Mei 2012. Kejang Demam. Semarang. Sari
Pediatri. Oktober 2010. Vol.12,
Siddiqui, T, S, 2000. Febrile
No.3, Hal 150-156.
Convulsions in Children :
http://eprints.undip.ac.id/29076/.
Relationship of Family History
Akses 14 April 2012.
to Type of Convulsions and Age
at Presentation.
http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/P
AST/14-4/Tahir.htm. Akses 11
April 2012.
Sillanpaa, M, et al, 2008. Incidence of
Febrile Seizures in Finland:
Prospective Population-Based
Study. Finlandia. Pediatric
Neurology. Vol. 38 , Hal. 391-
394.
http://www.pedneur.com/article/S088
7-8994(08)00109-4/. Akses 14 Mei
2012.
Tsuboi, T, 1984. Epidemiology of
febrile convulsions in children in
Japan. Neurology. Hal. 175-181.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
/6538005. Akses 14 Mei 2012.
Vestergaard, M, et al, 2006. The
Danish National Hospital
Register is Avaluable Study base
for Epidemiologic Research in
Febrile Seizures. Denmark. J Clin
Epidemiol. Jan 2006, Hal 61 66.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
/16360562. Akses 15 April 2012.
Vestergaard, M, et al, 2008. Death in
Children with Febrile Seizures :
A Population-Based Cohort
Study. Denmark. The Lancet.
Vol. 372, Hal 457-463.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
/18692714. Akses 19 April 2012.
WHO, 2005. A Riview of Literature
on Healthy Environment for the

9
10
11

You might also like