You are on page 1of 9

DERAJAT KEJANG DEMAM PADA ANAK BALITA

DI RUANG SERUNI RSUD JOMBANG


Catur Prasastia LD.*, Ayu Marta Ananuri
* Akademi Keperawatan Bina Sehat PPNI Mojokerto
Abstract
The impact of febrile seizure when the demands of oxygen are not fulfilled, there can
be brain hypoxia and brain damage. If it is let without treatment which is fast and responsive,
it will cause the death. The purpose of this study identified degree of febrile seizure in the
children whose were 1-5 years old at RSUD Jombang. The research design used descriptive.
The population was all of children who are suffering febrile seizure at Seruni Room RSUD
Jombang until be obtained sample as many as 30 children whose were 1-5 years old. Data
were taken by purposive sampling technique. The result of this study indicated the degree of
febrile seizure in the children whose were 1-5 years old at RSUD Jombang. It was founded
that most children who had a febrile seizure was the vast majority of children experienced a
simple febrile seizures of the complex febrile seizures by the time, the child was in the
hospital getting treatment so that the risk of recurrence of febrile seizures were very small. We
recommend that health workers provide health education to parents when their child home
from the hospital about febrile seizures. So that, parents understand more about how to
prevent and cope with febrile seizures in children and can provide appropriate action on their
child when the child has a febrile seizure.
Keywords: body temperature, febrile seizure, children
PENDAHULUAN
Kejang

rentan terhadap peningkatan mendadak


febris

suhu badan.sekitar 10 % anak mengalami

convulsion merupakan bangkitan kejang

sekurang- kurangnya 1 kali kejang. Pada

yang terjadi karena peningkatan suhu

usia 5 tahun,sebagian besar anak telah

akibat proses ekstrakranium dengan cirri

dapat mengatasi kerentanannya terhadap

terjadi

kejang (Hidayat, 2008). Bila terjadi pada

tahun,lamanya kurang dari 15 menit dapat

usia kurang dari 6 bulan harus dipikirkan

bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam

penyebab lain seperti infeksi susunan saraf

setelah timbulnya demam.pada kejang

pusat,

demam

bersama demam. (Gunawan & Saharso,

antara

wajah

demam

usia

anak

atau

bulan-

akan

menjadi

biru,matanya berputar-putar,dan anggota


badanya akan bergetar dengan hebat.

maupun

epilepsi

yang

terjadi

2012).
Fenomena

penderita

kejang

Kejang demam sering terjadi pada anak

demam pada anak balita 1- 5 tahun masih

dibawah usia 1 tahun sampai

awal

tinggi karena Insiden kejang demam di

kelompok usia 2 tahun sampai 5 tahun,

Amerika Serikat berkisar antara 2% - 5%

karena pada usia ini otak anak sangat

pada anak berusia kurang dari 5 tahun. Di

Asia

angka

kejadian

demam

44% anak mengalami batuk pilek, 44%

dilaporkan lebih tinggi sekitar 80%-90%

panas tanpa sebab yang jelas dan 11 anak

dari seluruh kejang demam adalah kejang

dengan diare serta 1 anak mengalami

demam

morbili sebelum kejang.

sederhana.

kejang

Kejang

demam

dilaporkan di Indonesia mencapai

2-

4% . (Pasaribu, 2013).

Berdasarkan data yang di peroleh


dari

rekam

medik

RSUD

Jombang

Penelitian yang dilakukan oleh

menunjukkan bahwa pada tahun 2012

Gunawan & Saharso (2012). Data dari 100

penderita kejang demam sebanyak 182

anak yang mengalami Kejang Demam

anak dan pada bulan januari- oktober 2013

pertama kalinya. Berdasarkan kelompok

penderita kejang demam sebanyak 103

usia per bulan, pada awal pendataan,

anak. Berdasarkan study pendahuluan

didapatkan rata-rata usia saat kejang

tanggal 7- 9 november dari 7 anak yang

pertama adalah 16,8 bulan, terbanyak pada

mengalami

usia 12 bulan. Perbandingan anak laki-laki

sebanyak

dan perempuan yang mengalami Kejang

mengalami kejang demam sederhana 6

Demam

Berdasarkan

(86%) anak, dan yang mengalami kejang

anamnesis dan pemeriksaan fisik, 53%

demam lebih banyak adalah anak laki-laki

didiagnosis

Demam

sebanyak 4 (57%) anak dan perempuan 3

Sederhana dan 47% merupakan Kejang

(43%) anak. Dan yang menderita kejang

Demam Kompleks. Tidak ada anak yang

demam lebih banyak pada anak usia 2

mengalami kelambatan perkembangan atau

tahun.

adalah
sebagai

2:1.

Kejang

mempunyai kelainan neurologis sebelum

kejang
1

demam

(14%)

Terjadinya

anak

kompleks
dan

bangkitan

yang

kejang

Kejang Demam pertama. Keadaan Kejang

demam pada balita kebanyakan bersamaan

Demam

dengan suhu badan yang tinggi dan cepat,

pertama

kali

rata-rata

membutuhkan waktu selama 3-5 menit,

yang

setelah itu penderita sadar atau menangis.

terutama

Hanya 8 anak yang mengalami kejang

kejang

kurang lebih 15 menit. Semua anak kejang

hipoksia (penurunan oksigen dalam darah),

setelah mengalami panas. Suhu badan saat

hipoglekimea (penurunan glikosa dalam

kejang berkisar di atas 38,5OC (81%),

darah ), asidemia (peningkatan asam dalam

sebagian kejang setelah suhu meningkat

darah), dehidrasi, demam tinggi,

antara

37-38,5OC.

Hanya

anak

disebabkan oleh berbagai sebab,


infeksi.
demam

Penyebab
seperti

penderita
mengalami

dan

penyebab lainnya sering tidak diketahui.

mengalami kejang fokal, 98% lainnya

Menurut

ngastiyah,

(2005)

serangan

mengalami kejang umum. Sebelum kejang,

kejang biasanya terjadi dalam 24 jam

pertama sewaktu demam,berlangsungnya

Derajat kejang demam pada anak Balita 1-

singkat dengan sifat bangkitan dapat

5 tahun di ruang seruni RSUD Jombang.

berbentuk

tonik,klonik,tonik,klonik,fokal

Tujuan penelitian ini adalah untuk

atau akinatik dan Tiap anak mempunyai

mengetahui derajat kejang demam pada

ambang kejang yang berbeda tergantung

anak

tinggi rendahnya ambang kejang seseorang

Jombang.

balita

di

ruang

seruni

RSUD

anak akan menderita kejang pada kenaikan


suhu tertentu . pada anak dengan dengan
ambang kejang yang rendah, kejang terjadi
pada suhu 380 C sedang

METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan yaitu

anak dengan

dengan jenis metode penelitian deskriptif

ambang kejang yang tinggi kejang terjadi

dan dilakukan dengan cara observasi.

bila suhu mencapai 400C atau lebih.

Populasi semua anak balita 1-5 tahun yang

Dampak kejang demam apabila kebutuhan

mengalami kejang demam yang dirawat di

oksigen ini tidak terpenuhi, dapat terjadi

RSUD Kabupaten Jombang pada tanggal 6

hipoksia otak dan kerusakan otak. Kejang

Februari 2014 sampai 4 Maret 2014 yang

yang berlangsung lama ,atau timbulnya

berjumlah 32 anak. Pengambilan sampel

status epileptikus, sangat meningkatkan

pada penelitian ini menggunakan tekhnik

kemungkinan terjadinya kerusakan otak.

Purposive sampling. Selama kurun waktu

Dari kenyataan ini dapat disimpulkan

6 Februari 2014 sampai 4 Maret 2014

bahwa berulangnya kejang demam lebih

tercatat 30 anak yang memenuhi kriteria

sering terjadi pada anak dengan ambang

inklusi dan eksklusi.

kejang

yang

rendah

sehingga

dalam

Variabel dalam penelitian ini adalah

penanggulanya perlu memperhatikan pada

derajat kejang demam anak usia 1-5 tahun

tingkat suhu berapa pasien menderita

di RSUD Jombang. Instrumen dalam

kejang.

penelitian

ini

observasi.

Lembar

Berdasarkan data diatas penulis

menggunakan
observasi

untuk

mengalami

kejang

tertarik untuk meneliti Derajat kejang

mengetahui

demam pada anak Balita 1-5

demam sederhana dan kejang demam

tahun di

Ruang Seruni RSUD Jombang.


Dari latar belakang diatas maka

kompleks.

yang

lembar

Kemudian

adata

dianalisa

dengan menggunakan distribusi frequensi.

batasan masalah dari penelitian adalah

Dengan Skor:

Bagaimana derajat kejang demam pada

KDS (Kejang demam sederhana) :1

anak Balita 1-5

KDK (Kejang demam kompleks) :2

RSUD

Jombang

tahun di ruang seruni


Tujuan

mengetahui

Sumber : ( muftaqin, 2008 )

HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN


Tabel 1 Distribusi frekuensi Berdasarkan
Umur dan Derajat Kejang Demam
Pada Balita 1-5 Tahun Di Ruang
Seruni RSUD Jombang pada
tanggal 6 Februari 2014 sampai 4
Maret 2014
No.

Umur

Frekuensi

Presentasi (%)

Tabel 3 Distribusi frekuensi Berdasarkan


Berat Badan Lahir dan Derajat
Kejang Demam Pada Balita 1-5
Tahun Di Ruang Seruni RSUD
Jombang pada tanggal 6 Februari
2014 sampai 4 Maret 2014
No.

Berat Badan
Lahir

Presentasi (%)

1 Tahun

30,0

1.

< 2500 Gram

10,0

2 Tahun

12

40,0

2.

> 2500 Gram

27

90,0

3 Tahun

20,0

Total

30

100,0

4 Tahun

3,3

5 Tahun

6,7

30

100,0

Total

Berdasarkan Tabel 4.3 Dapat diketahui


hasil dari frekuensi berdasarkan Berat

Berdasarkan Tabel 1 Dapat diketahui

Badan lahir dan derajat kejang demam

hasil dari frekuensi berdasarkan umur dan

menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

derajat kejang demam menunjukkan bahwa

dari total 30 responden yang mengalami

hampir setenganya dari total 30 responden

kejang demam adalah yang memiliki Berat

yang mengalami kejang demam adalah

Badan Lahir > 2500 yaitu sebanyak 90%

pada anak usia 2 tahun sebanyak 40 % atau

atau 27 responden

12 responden.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jenis Kelamin dan Derajat Kejang
Demam Pada Balita 1-5 Tahun Di
Ruang Seruni RSUD Jombang pada
tanggal 6 Februari 2014 sampai 4
Maret 2014
No

Jenis Kelamin

Presentasi (%)

1.

Laki-laki

30,0

2.

Perempuan

21

70,0

Total

30

100,0

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Berat Badan Sekarang dan Derajat
Kejang Demam Pada Balita 1-5
Tahun Di Ruang Seruni RSUD
Jombang pada tanggal 6 Februari
2014 sampai 4 Maret 2014
No.
1.
2.
3.

Berat Badan
Sekarang
7-10 Kg
11-15 Kg
16-25 Kg
Total

F
12
13
5
30

Berdasarkan

Berdasarkan Tabel 2 Dapat diketahui

Presentasi (%)
40
43,3
16,7
100

Tabel

Dapat

hasil dari frekuensi berdasarkan jenis

diketahui hasil dari frekuensi berdasarkan

kelamin

Berat Badan sekarang dan derajat kejang

dan

derajat

kejang

demam

menunjukkan bahwa sebagian besar dari

demam

total 30 responden yang mengalami kejang

setengah dari total 30 responden yang

demam

mengalami kejang demam adalah yang

adalah

yang

memiliki

jenis

menunjukkan

bahwa

kelamin Perempuan yaitu sebanyak70 %

memiliki Berat Badan

atau 21 responden.

sebanyak 43,3% atau 13 responden.

hampir

11- 15 kg yaitu

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Riwayat Penyakit dan Derajat
Kejang Demam Pada Balita 1-5
Tahun Di Ruang Seruni RSUD
Jombang pada tanggal 6 Februari
2014 sampai 4 Maret 2014
No.
1.
2.

24 responden atau 80,0% sedangkan yang


mengalami kejang demam kompleks yaitu
6 responden atau 20,0%. Tanda dan gejala
kejang demam sederhana adalah Tidak
terjadi penurunan kesadaran,Suhu < dari

Riwayat Penyakit
Ada riwayat kejang demam
tidak ada riwayat kejang
demam
Total

f
20

(%)
66,7

10
30

33,3
100

380C, jenis ukuran kedua pupil. (dilatasi


pupil), tipe gerakan bagian tubuh yang
terkena (bagian salah 1 sisi tubuh), durasi

Berdasarkan Tabel 4 Dapat diketahui

setiap fase kejang (< 15 menit), Mampu

hasil dari frekuensi berdasarkan Riwayat

berbicara(menangis setelah kejang) , tidak

penyakit

terdapat

dan

derajat

kejang

demam

inkotinesia

urine

atau

feses

menunjukkan bahwa sebagian besar dari

sedangkan yang mengalami kejang demam

total 30 responden yang mengalami kejang

kompeks:

demam adalah yang mempunyai riwayat

kesadaran, Suhu > dari 380C,

kejang demam yaitu sebanyak 66,7% atau

gerakan bagian tubuh yang

20 responden.

(semua bagian tubuh), terlihat gerakan

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Karakteristik


responden Berdasarkan Derajat
Kejang Demam Pada Balita 1-5
Tahun Di Ruang Seruni RSUD
Jombang pada tanggal 6 Februari
2014 sampai 4 Maret 2014.
No.
1.
2.

Derajat Kejang Demam


Kejang demam sederhana
Kejang demam kompleks
Total

Berdasarkan
diketahui

bahwa

menunjukkan

dari

bahwa

30

adanya penurunan
tipe
terkena

otomatis (aktivitas motorik yang tidak


disadari seperti bibir mengecap

atau

menelan berulang), durasi setiap fase


kejang (> 15 menit), ketidakmampuan
untuk berbicara setelah kejang, terdapat

(%)

inkotinesia urine atau feses. Hal ini

24

80,0

menunjukkan bahwa sebagian besar yang

20,0

mengalami derajat kejang demam adalah

100,0

kejang

30

Tabel

terdapat

Dapat
responden

sebagian

besar

demam

sederhana

yang

menunjukkan bahwa anak yang mengalami


kejang berlangsung kurang dari 15 menit

responden yang mengalami kejang demam

dan tidak berulang dihari yang sama.


Menurut Putri & Hasniah (2009),

sederhana

Kejang Demam Sederhana (simple febrile

adalah

24 responden

atau

80,0%.
Hasil penelitian berdasarkan Tabel
6. menunjukkan bahwa dari 30 total
responden sebagian besar dari responden
mengalami kejang demam sederhana yaitu

seizure) adalah bila kejang berlangsung


selama kurang dari 15 menit dan tidak
berulang pada hari yang sama.kejang
demam sederhana tidak menyebabkan

kelumpuhan,meninggal,atau mengganggu

responden (22,2 %) dari 30 responden dan

kepandaian. Resiko untuk menjadi epilepsi

pada umur 2 tahun sebanyak 2 responden

dikemudian hari juga sangat kecil, sekitar

(16,7 %) dari 30 responden, Sehingga

2%

adalah

menurut Rani Dkk (2010), pada saat usia <

berulangnya kejang demam,yang dapat

2 tahun keadaan belum matang dimana

terjadi pada 30 sampai 50% anak. Risiko-

kadar corticotropin releasing hormon di

risiko tersebut lebih besar pada kejang

hipokampus tinggi sehingga berpotensi

demam kompleks sedangkan pada kejang

untuk terjadi bangkitan kejang apabila

demam

terpicu

-3%..resiko

terbanyak

kompleks

(complex

febrile

oleh

demam.

seizueresi /complex partial seizures )

lumbantombing

adalah kejang yang berlangsung lebih lama

merupakan salah satu faktor resiko utama

dari 15 menit atau berulang dua kali atau

yang berhubungan dengan kejang demam

lebih dalam satu hari.(Putri & Hasniah,

karena hal ini erat kaitanya dengan

2009). Menurut Riyadi etc, (2009) Kejang

kematangan otak , tingkat kematangan otak

Demam adalah serangan kejang yang

dalam

terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu

biokimiawi otak. Menurut Triloka H. putri

rektal di atas 38oC). Dan faktor yang

& Badiul Hasniah(2009),umumnya antara

mempengaruhi

adalah

anak berumur 6bulan-5 tahun mengalami

faktor umur,suhu dan riwayat keluarga.

kejang demam sederhana dan kejang

(Aden,2010). Menurut fakta dan teori

demam kompleks. Berdasarkan fakta dan

Sebagian

mengalami

teori, faktor umur menjadi hal yang

dari pada

mempengaruhi terjadinya kejang demam

kejang demam kompleks karena pada saat

pada anak. Pada penelitian ini sebagian

dirumah sakit anak sudah mendapatkan

besar terjadi kejang demam pada anak usia

penanganan sehingga resiko berulangnya

1-2 tahun dan menurun pada usia 4 tahun.

kejang demam sangat kecil.


Hasil penelitian berdasarkan tabel 1

karena hal ini erat kaitanya dengan

kejang

besar

demam

responden

Kejang demam sederhana

menunjukkan

bahwa

responden yang

berumur 2 tahun yang mengalami Derajat


kejang demam sederhana sebanyak 10
responden(33,3 %) dari 30 responden.

bidang

(2004),

Menurut

Faktor

umur

anatomi,fisiologi

dan

kematangan otak , tingkat kematangan otak


dalam

bidang

anatomi,fisiologi

dan

biokimiawi otak. Artinya serangan kejang


demam

akan

menurun

dengan

sedangkan yang mengalami kejang demam

bertambahnya umur anak.


Hasil penelitian berdasarkan tabel 5

kompleks lebih banyak pada umur 1 2

diketahui bahwa sebagian besar responden

tahun yaitu pada umur 1 tahun sebanyak 2

yang mempunyai riwayat kejang demam

dan mengalami kejang demam sederhana

cenderung

sebanyak 19 responden (63,3%) sedangkan

keluarga,sehingga

yang mengalami kejang demam kompleks

keturunan . kasus tertinggi anak yang

sebanyak 1 responden (3,3%), sehingga

mempunyai riwayat kejang demam adalah

total responden yang mempunyai riwayat

20 anak dari total 30 anak. Artinya

kejang demam adalah 20 anak dengan

serangan kejang demam lebih beresiko

persentase (66,7%). Menurut Aden(2010),

kepada anak yang mempunyai riwayat

kejang

kejang demam.

demam

cenderung

ditemukan

dalam satu keluarga,sehingga melibatkan


faktor

dalam

satu

melibatkan

faktor

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan tentang

keturunan.lumbantombing(2004),mereka
dengan

ditemukan

riwayat

kejang

ini

ternyata

mempunyai insiden abnormalitas antenatal


dan perinatal yang lebih tinggi.Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda
tergantung

tinggi

rendahnya

ambang

Derajat Kejang Demam Pada Balita 1-5


Tahun Di Ruang Seruni RSUD Jombang
adalah 80,0% responden yang mengalami
kejang demam sederhana sedangkan yang
mengalami kejang demam kompleks yaitu
20,0%.

kejang seseorang anak akan menderita


kejang pada kenaikan suhu tertentu .
(Ngastiyah, 2005).Sehingga tidak atau
berulangnya kejang demam yang lebih
sering terjadi pada anak dengan ambang
riwayat

kejang

demam

maka

dalam

penanggulangannya perlu memperhatikan


pada tingkat suhu tubuh anak yang
beresiko mengalami atau menderita kejang
demam.Hasil penelitian ini menunjukkan
Kejang demam bisa terjadi jika suhu tubuh
naik atau turun dengann cepat. Pada
sebagian besar kasus,kejang terjadi tanpa
terduga

atau

tidak

dapat

dicegah.

(Aden,2010). Berdasarkan fakta dan teori,


riwayat kejang demam menjadi hal yang
mempengaruhi terjadinya kejang demam
pada

anak

karena

kejang

demam

SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
Hendaknya

memberikan

pendidikan

kesehatan pada orang tua ketika anak


mereka pulang dari rumah sakit tentang
kejang demam. Sehingga orang tua
lebih mengerti tentang cara mencegah
dan mengatasi kejang demam pada anak
serta dapat memberikan tindakan yang
tepat

pada

anak

ketika

mereka

mengalami kejang demam.


2. Bagi profesi keperawanan
Diharapkan

tenaga

kesehatan

lebih

bersosialisasi, meningkatkan pelatihan


yang

diperoleh

baik

melalui

penelitian,seminar

atau

literatur

kepustakaan

lainya

sehingga

lebih

mengerti tentang derajat kejang demam

Hidayat.
2010.
Metode
Penelitian
Kesehatan. Surabaya: Health Books
Publishing

yang dialami oleh balita.


3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan

penelitian

untuk

menganalisa faktor yang mempengaruhi


kejang demam.pada balita.
4. Bagi Orang Tua
Diharapkan orang tua lebih dapat
menambah

pengetahuan

sehingga

memahami kejang demam, dan serta


dapat memberikan

tindakan pertama

kepada balita yang mengalami kejang


demam.
DAFTAR PUSTAKA
Aden. 2010. Seputar
Gangguan
Lain
Yogyakarta: Siklus
Betz

Penyakit dan
Pada
Anak.

&Sowden. 2002. Buku Saku


Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC

Fathoni. 2011. Metodologi penelitian dan


teknik penyusunan skripsi. Jakarta:
Rineka Cipta
Gunawan dan Saharso. 2012. Faktor
resiko kejang demam berulang pada
anak. Surabaya: Departemen ilmu
kesehatan Anak Fakultas kedokteran
Universitas Airlangga
Hidayat. 2006.
Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak. Jakarta:Salemba
Medika
Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan
Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta:Salemba Medika

Kania. 2007. Penatalaksanaaan demam


pada Anak. Bandung: disampaikan
pada acara siang klinik penanganan
kejang
demam
pada
anak
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
d/11918463.
Lumbantobing. 2004. Kejang Demam
( Febrile Convulsions ). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Muftaqin,Arif.2008. Buku ajar Asuhan
keperawatan klien dengan gangguan
sistem persyarafan. Jakarta: salemba
medika
Nasution.
2008.
Metode
Research
(Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi
Aksara
Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta:EGC
Notoadmodjo. 2010. Metodelogi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Nursalam,
dkk.
2005.
Asuhan
Keperawatan Bayi dan anak(untuk
perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba medika
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan
metodologi
penelitian
ilmu
keperawatan: pedoman skipsi, Tesis
dan
Instrumen
penelitian
keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika
Oman, dkk. 2008. Panduan Belajar
keperawatan Emergensi. Jakarta:
EGC
Pasaribu. 2013. Kejang Demam Sederhana
pada Anak yang disebabbkan karena
Infeksi Tonsil dan Faring. Lampung:
Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung
http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp?
q=2009421101559 [Diakses pada
tanggal 11 September 2013]
Poter

&Perry.
2005.
Buku
ajar
Fundamental
Keperawatan
:
Konsep, proses, dan , praktik.
Jakarta: EGC

Putri dan Hasniah. 2009. Menjadi dokter


Pribadi Bagi anak kita. Jogyakarta:
Katahati
Rani, dkk. 2010. Karakteristik penderita
kejang demam pada balita rawat
inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan
tahu 2010-2011. Medan: Departemen
Epidemiologi
FKM
USU
http://eprints.undip.ac.id/29076/..
Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi
Penelitian kebidanan DIII, DIV, S1,
dan S2. Yogyakarta: Nuhamedika
Sujono & Sukarmin. 2009.
Keperawatan
Pada
Yogyakarta:Graha Ilmu

Asuhan
Anak.

Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar


Keperawatan Anak. Jakarta:EGC
Utaminingsih. 2010. Menjadi Dokter bagi
Anda. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu

You might also like