You are on page 1of 16

EFEKTIVITAS TEPID SPONGE DAN KOMPRES BAWANG

MERAH PADA AKSILA TERHADAP PENURUNAN SUHU


TUBUH ANAK KEJANG DEMAM DI RUANG ANAK – RSUD
dr. R. SOEDARSONO PASURUAN

Ervina Fahnul Maharani1), Nurul Hidayah, S.Kep, Ns, M.Kep 2), Ririn Anantasari,
S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Mat 2)
1)
Mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan Lawang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
2)
Dosen Sarjana Terapan Keperawatan Lawang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
E-mail : ervinafahnulm@gmail.com

EFFECTIVENESS OF TEPID SPONGE AND SHALLOT COMPRESS IN THE


AXILLA AGAINST THE DECREASED BODY TEMPERATURE OF FEVER
SEIZURES IN THE DECREASE IN BODY TEMPERATURE IN CHILDREN
WITH FEVER SEIZURES IN CHILDREN'S ROOM RSUD DR. R
SOEDARSONO, PASURUAN CITY

Fever seizure is a seizure generation that occurs when the body temperature increases more
than 38ºC due to extracranial process. Fever seizures are often the cause of hospitalization
and the child does not immediately get proper help and will quickly have an impact, namely
lack of oxygen, which causes apnue. One of the supporting interventions is tepid sponge
and shallot compress. Currently it hasnot been used as a complementary action in the room,
only as a recommendation to the family. So this study aims to determine the effectiveness
of tepide sponge and shallot compresses on the axilla to reduce body temperature in
children with febrile seizures, carried out on 25 November 20119 to 23 January 2020 in the
Children Room of dr. R Soedarsono, Pasuruan City.Design Quasi Experimental withdesign
time series. The population in this study were all pediatric patients with febrile convulsions
according to the inclusion criteria, totaling 30 respondents. The sample in this study were
15 children with theintervention tepid sponge and 15 children with the axillary compress
onion intervention. The sampling technique used consecutive sampling. Based on the
results of thestatistical Independent Sample T-testtest results obtained Pvalue 0.001 (p
<0.05). The results showed that the average decrease in body temperature in the
administration of tepid sponge was 0.68 ° C (SD = 0.20), while the mean decrease in body
temperature was given an onion compress to the axilla, namely 0.43 ° C (SD = 0.14). The
p value for decreasing body temperature between thegroups Tepid Sponge and Compress
shalloton the axilla has a significant p value of 0.001. So it is hoped that health workers
will give educators to children's mothers to use a tepid sponge and compress the onion on
the axilla to support febrile seizures

Keywords: Fever Seizures, Tepid sponge, Shallot Compress, Body Temperature

Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38ºC disebabkan proses ekstrakranium. Kejang demam sering menjadi penyebab rawat
inap dan anak tidak segera mendapat pertolongan yang tepat dan cepat akan berdampak
yaitu kekurangan oksigen pada yang mengakibatkan apnue. Salah satu intervensi
penunjang adalah tepid sponge dan kompres bawang merah, Saat ini belum dijadikan
sebagai tindakan komplementer di ruangan, hanya sebatas saran kepada keluarga. Maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas tepide sponge dan kompres bawang
merah pada aksila terhadap penurunan suhu tubuh pada anak kejang demam, dilaksanakan
pada tanggal 25 november 20119 sampai 23 Januari 2020 di Ruang Anak RSUD dr. R
Soedarsono Kota Pasuruan. Desain Quasi Eksperimental dengan rancangan time series.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak dengan kejang demam yang sesuai
kriteria inklusi berjumlah 30 responden. Sampel dalam penelitian ini yaitu 15 anak dengan
intervensi tepid sponge dan 15 anak dengan intervensi kompres bawang merah pada aksila.
Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Berdasarkan hasil uji
statistik Independent Sample T-test didapatkan hasil Pvalue 0,001 (p < 0,05). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari rerata penurunan suhu tubuh pada pemberian tepid
sponge yaitu 0.68°C (SD = 0,20), sedangkan rerata penurunan suhu tubuh pemberian
kompres bawang merah pada aksila yaitu 0.43°C (SD = 0,14). Nilai p value pada penurunan
suhu tubuh antara kelompok Tepid Sponge dan Kompres bawang merah pada aksila
memiliki signifikasi p value 0,001. Maka diharapkan petugas kesehatan memberikan
educator kepada ibu anak untuk menggunakan tepid sponge dan kompres bawang merah
pada aksila sebagai penunjang mengatasi kejang demam

Kata Kunci : Kejang Demam, Tepid sponge, Kompres Bawang Merah, Suhu Tubuh

PENDAHULUAN konteks lingkungan baik secara internal maupun


eksternal dan memiliki hidup yang kreatif dan
Anak merupakan individu yang berada dalam
produktif.
satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai
Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana
dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
suhu tubuh lebih tinggi
pertumbuhan dan perkmebangan yang dimulai dari
dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu
bayi (0-1 tahun), usia bermain (1-2,5 tahun), pra
penyakit (Maryunani, 2010). Hipertermi adalah suatu
sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik tetap (set
remaja (11- 18 tahun). Respon emosi terhadap penyakit
point) lebih dari 37ºC yang biasanya diakibatkan oleh
sangat beravriasi tergantung pada usia dan pencapaian
kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan lebih
tugas perkembangan anak (Hidayat, 2009). Apa yang
banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh
dimakan oleh anak mempengaruhi pertumbuhan
tubuh. Demam pada anak umumnya disebabkan oleh
kerangka tubuh, bentuk tubuh, dan kerentanan mereka
infeksi virus (Cahyaningrum, 2015). Demam yang
terhadap penyakit (Brom, 2005; Tersshakovec, 2003).
tidak segera ditangani maka akan menimbulkan
Kebiasaan makan dengan cepat dan makanan cepat saji
komplikasi hal ini juga diutarakan oleh Wardiyah,
bertentangan dengan kepedulian mengenai jumlah
Setiawati dan Romayati (2016) bahwa demam dapat
asupan lemak yang sesuai dalam pola makan anak.
membahayakan anak jika tidak segera ditangani
Menurut hidayat (2009) Rentang sehat sakit merupakan
dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi
batasan yang diberikan bantuan pelayanan
kejang demam dan penurunan kesadaran. Kejang
keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak
demam sering menjadi penyebab rawat inap di rumah
berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera,
sakit secara darurat dan masalah penting yang harus
sehat optimal, sehat, sakit kronis, dan meninggal. Jadi
diketahui untuk melakukan tindakan yang tepat karena
batasan sehat secara umum dapat diartikan suatu
jika terjadi agar tidak membawa dampak yang serius
keadaan yang sempurna baik, mental dan sosial serta
yaitu kekurangan oksigen yang mengakibatkan apnea
tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan yang
(Lusia, 2015) dalam (Marwan, 2017).
memiliki ciri sebagaimana berikut memiliki
Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana
kemampuan merefleksikan perhatian individu sebagai
suhu tubuh lebih tinggi
manusia, memiliki pandangan terhadap sehat dalam
dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu terhadap anaknya tatkala mengalami bangkitan kejang,
penyakit (Maryunani, 2010). Hipertermi adalah suatu maka diperlukan tindakan pencegahan terhadap
keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik tetap (set bangkitan kejang demam (Bahtera and Wijayahadi,
point) lebih dari 37ºC yang biasanya diakibatkan oleh 2010).
kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan lebih Solusi yang dapat dilakukan dalam menurunkan
banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh suhu tubuh dapat dilakukan secara fisik (non
tubuh. Demam pada anak umumnya disebabkan oleh farmakologi) yaitu dengan penggunaan energi panas
infeksi virus (Cahyaningrum, 2015). Demam yang melalui metode evaporasi yaitu vasodilatasi pembuluh
tidak segera ditangani maka akan menimbulkan darah perifer serta memfasilitasi perpindahan panas di
komplikasi hal ini juga diutarakan oleh Wardiyah, tubuh ke lingkungan sekitar sehingga terjadi penurunan
Setiawati dan Romayati (2016) bahwa demam dapat suhu tubuh. Salah satu contoh dari evaporasi adalah
membahayakan anak jika tidak segera ditangani tepid sponge dikarenakan tidak memiliki efek samping
dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi dan tidak membahayakan ataupun memperparah
kejang demam dan penurunan kesadaran. Kejang kondisi penderita. Penggunaan tepid sponge lebih
demam sering menjadi penyebab rawat inap di rumah mudah dilakukan dan tidak mengeluarkan biaya yang
sakit secara darurat dan masalah penting yang harus banyak dalam menurunkan suhu tubuh. Dapat
diketahui untuk melakukan tindakan yang tepat karena dilakukan dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh
jika terjadi agar tidak membawa dampak yang serius darah besar seperti di leher, ketiak, dan lipatan paha
yaitu kekurangan oksigen yang mengakibatkan apnea dengan teknik seka blok yang dapat membantu
(Lusia, 2015) dalam (Marwan, 2017). pembuluh darah tepi di kulit melebar dan pori-pori
Prevalensi kejadian kejang demam pada menjadi terbuka sehingga panas keluar dari dalam
anak dilaporkan WHO memperkirakan pada tahun tubuh. Selain itu, memungkinkan pasien atau keluarga
2005 terdapat ≥21,65 juta penderita kejang demam dan tidak terlalu tergantung pada obat antipiretik (Rana
lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal (Marwan, Ashshafa Nur Afrah, Faisal Kholid Fahdi, 2017). Cara
2017). Angka kejadian kejang demam di Asia menurunkan atau mengendalikan demam pada anak
dilaporkan lebih tinggi sekitar 80% - 90% dari seluruh dengan metode evaporasi juga dapat dilakukan dengan
kejang demam biasa (Arifuddin, 2016). Prevalensi obat tradisional. Dari hasil berbagai penelitian, obat
kasus demam di Indonesia menurut Wahdiyah, tradisional terbukti memiliki efek samping yang minim
Setiawati dan Romayati (2016) 2012-2013 dilaporkan bahkan tanpa menimbulkan efek samping, karena
3-4% dari anak yang berusia 6 bulan-5 tahun. bahan kimia yang terkandung dalam tanaman obat
Prevalensi kasus kejang pada anak di Jawa Timur tradisional sebagian besar dapat dicerna oleh tubuh.
terdapat 2-3% dari 100 anak yang mengalami kejang Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan untuk
demam. Menurut Ridha (2014) Kejang demam terjadi mengendalikan demam adalah bawang merah (Allium
pada suhu badan yang tinggi. Kejang demam adalah Cepa varietas ascalonicum) bawang merah dapat
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38ºC digunakan untuk mengompres. Hal ini disebabkan
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang bawang merah mengandung senyawa sulfur organic
demam menurunkan tingkat kecerdasan dan cacat yaitu Allylcysteine sulfoxide (Alliin) yang berfungsi
saraf, dan kekhawatiran dan kebingungan orang tua menghancurkan pembentukan pembekuan darah. Hal
tersebut membuat peredaran darah lancar sehingga observasi dilakukan lebih dari satu kali (sebelum
panas dari dalam tubuh dapat lebih mudah (Julianti, maupun sesudah perlakuan) (Notoatmodjo, 2012)
Anies and Cahyaningrum, 2014). Dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti
Menurut Potter dan Perry (2009) gerusan bawang pada tanggal 25 November 2019 sampai 23 Januari
merah dipermukaan kulit membuat pembuluh darah 2020, didapatkan angka kejadian pasien anak kejang
vena berubah ukuran yang diatur oleh hipotalamus demam di ruang anak RSUD dr Soedarsono Pasuruan
anterior untuk mengontrol pengeluaran panas, sehingga sebanyak 72 pasien.
terjadi vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan Besar sampel dalam penelitian ini adalah
hambatan produksi panas Darah didistribusi kembali ke sebagian pasien anak yang mengalamikejang demam di
pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan Ruang anak sebanyak 30 responden, yang dibagi
pengeluaran panas. Terjadinya vasodilatasi ini menjadi 2 kelompok. Kelompok K-A sebanyak 15
menyebabkan pembuangan panas melalui kulit orang yang dilakukan Intervensi pemberian tepid
meningkat, pori-pori membesar, dan pengeluaran sponge dan kelompok K-B sebanyak 15 orang
panas secara evaporasi (berkeringat) yang diharapkan dilakukan Intervensi pemberian kompres bawang
akan terjadi penurunan suhu tubuh mencapai keadaan merah pada aksila di Ruang anak RSUD dr Soedarsono
normal kembali pada pasien anak yang mengalami pasuruan.
kejang demam (Cahyaningrum, 2015). Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 25 November
terdahulu sudah membahas mengenai tepid sponge, 2019 sampai 23 Januari 2020. Analisis univariat dalam
begitu juga dengan kompres bawang merah dalam penelitian ini adalah adalah nama orangtua, nama anak,
menurunkan suh pada anak yang mengalami kejang usia anak, suhu tubuh, riwayat kejang demam. Uji
demam. Namun belum pernah ada yang normalitas menggunakan Shapiro Wilk. Uji normalitas
membandingkan kedua variabel tersebut. untuk mengambil keputusan yang valid mengenai jenis
Berdasarkan data dan latar belakang di atas uji yang digunakan untuk melakukan analisis bivariate
peneliti tertarik untuk menganalisa keefektivan antara (Hastono, 2007). Adapun tingkat kemaknaan yang
tepid sponge dengan kompres bawang merah pada dihasilkan dari uji normalitas menggunakan Shapiro
aksila terhadap penurunan suhu tubuh anak kejang Wilk didapatkan data pre-test dan post-test dari
demam di ruang anak RSUD dr. R. Soedasrono pemberian tepid sponge terhadap perubahan suhu
pasuruan tubuh berdistribusi normal dengan nilai signifikasi atau
p-value pre-test >0.05 dan nilai signifikasi atau p-
METODE PENELITIAN value post test >0.05 dan tingkat kemaknaan yang
Desain penlitian ini menggunakan rancangan dihasilkan dari uji normalitas menggunakan Shapiro
Quasi-experimental Design dengan menggunakan Wilk didapatkan data pre-test dan post-test dari
rancangan dengan rancangan time series Metode Time pemberian kompres bawang merah pada aksila
series design adalah rancangan penelitian dimana tidak terhadap perubahan suhu tubuh berdistribusi normal
ada kelompok kelompok kontrol, dengan dengan nilai signifikasi atau p- value pre-test >0.05 dan
menggunakan serangkaian observasi (tes), dapat nilai signifikasi atau p-value >0.05 maka data yang
memungkinkan validitasnya lebih tinggi oleh karena diperoleh dapat dikatakan berdistribusi normal.
Selanjutnya setelah menentukan hasil
pendistribusiannya, peneliti menggunakan jenis uji 36.8⁰C nilai T-hitung 0.90 & P-value 0,000 dan kelompok
analisis statistik Paired T-Test yang digunakan untuk perlakuan kompres bawang merah pada aksila dengan
melakukan analisis bivariate. Analisis statistic rata-rata suhu tubuh sesudah perlakuan ke-1 38.4⁰C
menggunakan analisis berbasis komputer. nilai T-hitung 0.30 & P-value 0,001, hari ke-2 37.9⁰C nilai
Analisa bivariat dari hasil uji normalitas T-hitung 0.38 & P-value 0,000, hari ke-3 37.3⁰C nilai T-
menggunakan Shapiro Wilk data yang diperoleh hitung 0.54 & P-value 0,000), maka diambil kesimpulan
terbukti berdistribusi normal, maka uji bivariat yang dari hasil uji Paired Sample Correlations T-Test bahwa
digunakan adalah uji Paired T-Test. Analisis data terdapat perbandingan antara tepid sponge
ditunjukan untuk menjawab tujuan penelitian dan menunjukkan dan kompres bawang merah pada aksila
menguji hipotesa dengan Paired T-Test dengan menunjukkan Sig. terhadap penurunan suhu tubuh anak
didapatkan nilai hari ke-1 Sig. (2-tailed) 0,001 < 0.05, kejang demam di ruang anak RSUD dr Soedarsono
Hari ke-2 Sig. (2-tailed) 0,000 < 0.05, Hari ke-3 Sig. Pasuruan. Bermakna bahwa ada pengaruh atau
(2-tailed) 0,000 < 0.05, atau tingkat kemaknaan p value perbedaan antara pemberian tepid sponge dengan
= 0,000 atau < α = 0,05. Bermakna bahwa terdapat kompres bawang merah pada aksila. Hasil uji statistik
perbedaan atau perubahan yang signifikan hasil two sample independent T-Test untuk menguji
penurunan suhu tubuh dari data pretest dan posttest keefektivan intervensi, menunjukkan selisih rerata
pemberian tepid songe terhadap penurunan suhu tubuh Suhu tubuh Pre-Post kelompok perlakuan tepd sponge
pada anak kejang demam di ruang anak RSUD dr dengan mean rank 0.68 dan kelompok perlakuan
Soedarsono Pasuruan. Paired T-Test dengan kompres bawang merah pada aksila 0.43 mendapatkan
didapatkan nilai hari ke-1 Sig. (2-tailed) 0,001 < 0.05, hasil Sig. (2-tailed) 0.001 pemberian Tepid Sponge
Hari ke-2 Sig. (2-tailed) 0,000 < 0.05, Hari ke-3 Sig. lebih efektif daripada kompres bawang merah pada
(2-tailed) 0,000 < 0.05, atau tingkat kemaknaan p value aksila terhadap penurunan suhu tubuh anak kejang
= 0,000 atau < α = 0,05. Bermakna bahwa terdapat demam.
perbedaan atau perubahan yang signifikan hasil HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
penurunan suhu tubuh dari data pretest dan posttest A. Karakteristik Dasar Sampel
pemberian kompres bawang merah pada aksila 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak kejang Berdasarkan Jenis Kelamin
demam di ruang anak RSUD dr Soedarsono Pasuruan. Tabel 4.1 Tabel distribusi Jenis Kelamin responden
Uji Paired T-Test digunakan untuk menentukan ada pasien anak kejang demam di ruang anak
tidaknya perbedaan rata-rata dua sample bebas. RSUD dr Soedarsono Pasuruan November
Analisa bivariat dari hasil uji normalitas 2019 – 23 Januari 2020
menggunakan Shapiro Wilk yang menunjukkan data Kelompok Tepid Sponge
berdistribusi normal, maka uji bivariat yang digunakan Jenis Kelamin Kelompok Kompres Bawang
Jumlah Jumlah
adalah uji Paired Sample T-Test dari kelompok (n=15) (n=15)
perlakuan tepid sponge diperoleh derajat suhu tubuh Laki – Laki 6 7
Perempuan 9 8
dengan rata-rata suhu tubuh sesudah perlakuan hari ke- Jumlah 15 15
1 38.2⁰C nilai T-hitung 0.45 & P-value 0,001, hari ke-2
37.6⁰C nilai T-hitung 0.68 & P-value 0,000, hari ke-3
2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel
Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 Tabel distribusi Usia responden pasien


yang mengalami hipotermia post op di ruang
Recovery Room RSUD Grati Pasuruan selama
penelitian pada 25 November 2019 – 23
Desember 2019.
5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel
usia Tepid Kompres Bawang Berdasarkan Riwayat Kejang Demam
Sponge Merah
Frekuensi Frekuensi Tabel 4.5 Tabel distribusi riwayat kejang demam
(Percent) responden pasien anak kejang demam di
1 Tahun 3 3 ruang anak RSUD dr Soedarsono Pasuruan
2 Tahun 5 3 November 2019 – 23 Januari 2020
3 Tahun 4 4 penelitian pada 25 November 2019 – 23
Desember 2019
4 Tahun 2 3
5 Tahun 1 2
tepidsponge
Total 15 Anak 15Anak
Riwayat Kejang bawang merah
Demam Jumlah Jumlah
(n=15) (n=15)
3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel
Berdasarkan Penyerta Kejang Demam Iya 4 5
Tabel 4.3 Tabel distribusi penyakit penyerta Tidak 11 10
responden pasien anak kejang demam di
ruang anak RSUD dr Soedarsono Pasuruan Hasil Penelitian
November 2019 – 23 Januari 2020 1. Mengidentifikasi Suhu Tubuh Sebelum
tepid sponge kompres bawang dan Sesudah Pemberian tepid sponge pada
Penyakit m anak kejang demam
Penyerta e
r Tabel 4.5 Suhu tubuh sebelum dan sesudah
a dilakukan pemberian tepid sponge terhadap
h penurunan suhu tubuh pasien anak kejang
Jumlah Jumlah penelitian pada 25 November 2019 – 23
(n=15) (n=15) Desember 2019 demam di ruang anak RSUD
ISPA 6 2 dr Soedarsono Pasuruan November 2019 –
OF 3 5 23 Januari 2020
DF 3 4 39
GEA 2 2 38,5 38,6
38 38,3 38,2
Hipoglike 1 2 37,5 37,7 37,6
mia + 37 36,8
36,5 Hari ke-1
Bronchitis 36
35,5 Hari ke-2
4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Hari ke-3
Berdasarkan Jenis Kejang Demam
Tabel 4.4 Tabel distribusi Jenis kejang demam
responden pasien anak kejang demam di
ruang anak RSUD dr Soedarsono Pasuruan
November 2019 – 23 Januari 2020
Tepid kompres
Jenis Kejang sponge bawang 2. Mengidentifikasi Suhu Tubuh Sebelum dan
Demam Jumlah Jumlah Sesudah Pemberian kompres bawang
(n=15) (n=15) merah pada anak kejang demam
KDS 11 10 Tabel 4.6 Suhu tubuh sebelum dan sesudah
KDK 4 5 dilakukan pemberian kompres bawang merah
terhadap penurunan suhu tubuh pasien anak Tubuh Kelompok
kejang demam di ruang anak RSUD dr Hari ke- Kompres
0.184
Soedarsono Pasuruan November 2019 – 23 2 Bawang
Januari 2020 Merah
Kelompok
Pre- test Perlakuan 0.136
39 Suhu Tepid Sponge
38,5 38,7
38,4 5 Tubuh Kelompok
38 38,2 Hari ke-1
37,8 37,9 Hari ke- Kompres
37,5
0.170
Hari ke-2
37,3 3 Bawang
37 Merah
Hari ke-3
36,5 Kelompok
PRE-TEST SUHU POST TEST SUHU Post-
Perlakuan 0.060
TUBUH TUBUH test
Tepid Sponge
Suhu
6 Kelompok
Tubuh
Kompres
Hari ke- 0.395
3. Menganalisis Perubahan Suhu Tubuh Sebelum Bawang
3
dan Sesudah Pemberian tepid sponge dan Merah
kompres bawang merah Terhadap penurunan
Suhu Tubuh anak kejang demam

Tabel 4.7 Perubahan Suhu tubuh sebelum dan 4. Menganalisis Rerata Pre-Post Tepid
sesudah dilakukan pemberian selimut elektrik Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada
terhadap penurunan suhu tubuh pasien anak Anak Kejang Demam
kejang demam di ruang RSUD dr Soedarsono
Pasuruan. Nilai normalitas menggunakan uji Tabel 4.8 analisis rerata suhu tubuh pre-post
normalitas Shapiro Wilk. pemberian intervensi tepid sponge terhadap
penurunan suhu tubuh anak kejang demam di
Signifikasi ruang anak RSUD dr Soedarsono Pasuruan 25
NO. Data Kelompok Saphiro November 2019 – 23 Desember 2020
Wilk
Kelompok No. Variabel N Mean Sig ∆
Pre-test Perlakuan 0.589 (2-
Suhu Tepid Sponge tiled)
1 Tubuh Kelompok 1. Pre-test 15 38.69 0.001 0.45
Hari ke- Kompres Post-test 38.24
0.108
1 Bawang Suhu Tubuh
Merah Sesi Hari
Kelompok ke-1
Post-
Perlakuan 0.316 2. Pre-test 15 38.32 0.000 0.68
test
Tepid Sponge Post-test 37.63
Suhu
2 Kelompok
Tubuh Suhu Tubuh
Kompres
Hari ke- 0.580 Sesi Hari
Bawang
1 ke-2
Merah
Kelompok 3. Pre-test 15 37.73 0.000 0.90
Pre- test Perlakuan 0.612 Post-test 36.83
Suhu Tepid Sponge Suhu Tubuh
3 Tubuh Kelompok Sesi Hari
Hari ke- Kompres ke-3
0.071
2 Bawang
Merah
Post- Kelompok 5. Menganalisis Rerata Pre-Post kompres
4 test Perlakuan 0.120 bawang merah pada aksila Terhadap
Suhu Tepid Sponge
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak C. Pembahasan
Kejang Demam
1. Mengidentifikasi Suhu Tubuh Sebelum dan
Tabel 4.9 analisis rerata suhu tubuh pre-post Sesudah Pemberian tepid sponge Terhadap
pemberian intervensi kompres bawang merah
penurunan suhu tubuh anak kejang demam di
pada aksila terhadap penurunan suhu tubuh
anak kejang demam di ruang anak RSUD dr ruang anak RSUD dr Soedarsono Pasuruan
Soedarsono Pasuruan 25 November 2019 – 23
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan hasil rerata
Desember 2020
No. Variabel N Mean Sig ∆ suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
(2-
tiled) pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu
1. Pre-test 15 38.74 0.001 0.30
Post-test 38.43 tubuh pada anak kejang demam yaitu teridentifikasi
Suhu
Tubuh adanya rata-rata suhu tubuh sebelum tindakan pada hari
Sesi Hari
ke-1 ke-1 38.6⁰C dan sesudah tindakan 38.2⁰C, Pada hari
2. Pre-test 15 38.29 0.000 0.38
ke-2 38.3⁰C dan sesudah tindakan 37.6⁰C, Pada hari
Post-test 37.91
Suhu ke-3 37.7⁰C dan sesudah tindakan 36.8⁰C, Menurut
Tubuh
Sesi Hari peneliti suhu tubuh sebelum dan sesudah
ke-2
3. Pre-test 15 37.88 0.000 0.54 mendapat interevensi Tepid Sponge dapat
Post-test 37.34
Suhu menurunkan suhu tubuh pada anak yang
Tubuh
Sesi Hari mengalami hipertermi dimana suhu tubuh yang
ke-3
tinggi (>38ºC) dapat melepaskan muatan listrik di
6. Menganalisis Efektivitas Antara Tepid
sponge dan komprs bawang merah otak sehingga timbul kejang, dimana hal ini
terhadap penurunan suhu tubuh anak
kejang demam disebut dengan kejang demam, pada intervensi

Tabel 4.10 Perbandingan derajat suhu tubuh tepid sponge kompres dilakukan di bagian
pre-test dan post-test antara tepid sponge dan
kompres bawang merah terhadap ppenurunan pembuluh besar pada tubuh yaitu ketiak, leher, dan
suhu tubuh anak kejang demam di ruang anak
RSUD dr Soedarsono Pasuruan November 2019 lipatan paha dengan cara teknik seka sehingga
– 23 Januari 2020 penelitian pada 25 November
2019 – 23 Desember 2019
permukaaan kulit mengalami vasodilatasi
Mean Rank Sig (2
sehingga terjadi evaporasi sehinga panas dalam
tailed)
Selisi Tepid 0.68 0.001
tubuh keluar. Sesuai dengan hasil penelitian
h Sponge
Rerat Kompre 0.43
sebelumnya yang telah dilakukan oleh (Aryanti
a Pre- s
post Bawang
Wardiyah, Setiawati, 2014) pemberian tepid
Merah
sponge dapat menurunkan suhu tubuh melalui Menurut peneliti dengan memberikan

proses penguapan dan dapat memperlancar interevensi Kompres Bawang Merah Pada Aksila

sirkulasi darah, sehingga darah akan mengalir dari dapat menurunkan suhu tubuh ada anak yang

organ dalam kepermukaan tubuh dengan mengalami kejang demam dimana pada gerusan

membawa panas. Menurut (Wardiyah, Setiawati bawang merah pada permukaan kulit membuat

and Romayati, 2016) Tepid sponge merupakan pelebaran pada pembuluh darah sehingga terjadi

suatu prosedur untuk meningkatkan kontrol proses evarporasi dan terjadi pengeluaran panas

kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan terlebih kompres bawang merah ini dilakukan di

konduksi, yang biasanya dilakukan pada pasien daerah askila dimana terdapat pembuluh darah

yang mengalami demam tinggi. Tujuan dilakukan besar sehingga penurunan suhu tubuh dapat terjadi

tindakan tepid sponge yaitu untuk menurunkan secara maksimal. Sesuai dengan hasil penelitian

suhu tubuh pada pasien yang mengalami sebelumnya yang telah dilakukan oleh (Putri and

hipertermia. Cahyaningrum, 2017) terdapat perbedaan suhu

2. Mengidentifikasi Suhu Tubuh Sebelum dan tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah

Sesudah Pemberian kompres bawang merah pada kompres bawang merah.


aksila Terhadap penurunan suhu tubuh anak Menurut (Cahyaningrum, 2015) pemberian
kejang demam di ruang anak RSUD dr Soedarsono
kompres bawang merah dipermukaan kulit
Pasuruan
membuat pembuluh darah vena berubah ukuran

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui rerata suhu yang diatur oleh hipotalamus anterior untuk

tubuh sebelum dilakukan intervensi pada mengontrol pengeluaran panas, sehingga terjadi

kelompok Kompres Bawang Merah Pada Aksila vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan

pada hari ke-1 adalah 38.7ºC setelah, hari ke-2 hambatan produksi panas. Darah didistribusi

adalah 38.2ºC, hari ke-3 adalah 37.8ºC setelah kembali ke pembuluh darah permukaan untuk

dilakukan intervensi rerata suhu tubuh hari ke-1 meningkatkan pengeluaran panas. Terjadinya

adalah 38.4ºC, hari ke-2 adalah 37.9ºC, hari ke-3 vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan panas

adalah 37.3ºC. melalui kulit meningkat, pori-pori membesar, dan


pengeluaran panas secara evaporasi (berkeringat) demam khususnya pada anak kejang demam. Hasil

yang diharapkan akan terjadi penurunan suhu penelitian ini didukung oleh penelitian yang

tubuh mencapai keadaan normal kembali. dilakukan oleh (Muthahharah and Andi Nia, 2017)

penatalaksanaan tepid sponge 1 kali dalam sehari

selama 3 hari pemberian (Wardiyah, Setiawati and


3. Menganalisis Menganalisis Rerata Pre-Post Romayati, 2016) yang menyatakan tepid sponge
Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Pada Anak Kejang Demam diberikan kepada anak yang mengalami hipertermi

selama 1 kali selama 3 hari tindakan tepid sponge


Berdasarkan tabel 4.9 pre-post test suhu tubuh
panas dari darah berpindah melalui dinding
pada kelompok interevensi tepid sponge
pembuluh darah kepermukaan kulit dan hilang ke
diperoleh penurunan pada hari ke-1 adalah
lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas
0.45ºC dengan nilai p value 0.001 < 0.05, pada
sehinggga terjadi penurunan suhu tubuh.
hari ke-2 adalah 0.69ºC dengan nilai p value
Hasil penelitian ini sejalan dengan
0.000 < 0.05, pada hari ke-3 adalah 0.90ºC
penelitian yang dilakukakan oleh (Rana Ashshafa
dengan nilai p value 0.000 < 0.05, yang berarti
Nur Afrah, Faisal Kholid Fahdi, 2017) tepid
ada pengaruh Tepid Sponge terhadap penurunan
sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan
suhu tubuh pada anak yang mengalami kejang
seka. Teknik tepid sponge ini menggunakan
demam.
kompres blok langsung dibeberapa tempat yang
Peneliti berasumsi, berdasarkan hasil
memiliki pembuluh darah besar seperti di leher,
penelitian rerata pasein anak yang telah mendapat
ketiak, dan lipatan paha. Selain itu teknik ini
perlakuan tepid sponge mengalami penurunan
ditambah dengan dengan memberikan seka
suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh setelah
dibeberapa area tubuh sehingga perlakuan yang
mendapat perlakuan tepid sponge selama 10 – 15
diterapkan akan lebih kompleks. Kompres blok
menit 1 kali dalam sehari selama 3 hari berturut-
langsung diberbagai tempat ini akan
turut akan meningkatkan kontrol kehilangan panas
menyampaikan sinyal ke hipotalamus dengan
tubuh melalui evaporasi sehingga mempercepat
lebih gencar dan pemberian seka akan
penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami
mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer berasumsi penurunan suhu tubuh pada anak kejang

serta memfasilitasi perpindahan panas di tubuh ke demam setelah mendapat kompres bawang merah

lingkungan sekitar sehingga terjadi penurunan 1 kali dalam sehari selama 3 hari berturut-turut

suhu tubuh. akan mempercepat penurunan suhu tubuh yang

diakibatkan kompres bawang merah pada


4. Menganalisis Rerata Pre-Post kompres bawang
merah pada aksila Terhadap Penurunan Suhu permukaan kulit menyebabkan vasodilatasi
Tubuh Pada Anak Kejang Demam
pembuluh darah sehingga menyebabkan
Hasil analisis data pada tabel Tabel 4.9 pre-
permukaan kulit mengalami pelebaran sehingga
post test suhu tubuh pada kelompok interevensi
terjadi kehilangan panas secara eveporasi serta
kompres bawang merah pada aksila diperoleh
kandungan zat dalam bawang merah yakni
penurunan pada hari ke-1 adalah 0.30ºC dengan
Allylcysteine sulfoxide dan minyak atsiri
nilai p value 0.001 < 0.05, pada hari-2 adalah
merupakan zat yang dapat menurunkan suhu tubuh
0.38ºC dengan p value 0.000 < 0.05, pada hari ke-
yang tinggi, terlebih kompres bawang merah
3 adalah 0.54ºC dengan nilai p value 0.000 < 0.05
dilakukan oleh peneliti di daerah aksila dimana
yang berarti ada pengaruh kompres bawang merah
daerah aksila merupakan tempat pembuluh dasar
pada aksila terhadap penurunan suhu tubuh pada
besar sehingga menyampaikan sinyal ke
anak yang mengalami kejang demam . Hasil
hipotalamus sehingga menyebabkan vasodilatasi
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
pembuluh darah perifer serta memfasilitasi
dilakukan (Cahyaningrum, 2015) kompres
perpindahan panas di tubuh ke lingkungan sekitar
bawang merah cepat menurunkan suhu tubuh anak
sehingga terjadi penurunan suhu. Penelitian ini
dengan kejang demam kandungan zat dalam
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
bawang merah yang dapat menurunkan suhu
(Julianti, Anies and Cahyaningrum, 2014) Bawang
tubuh.
merah yang digerus akan melepaskan enzim
Peneliti berasumsi, berdasarkan hasil
alliinase yang berfungsi sebagai katalisator untuk
penelitian rerata pasein anak yang telah mendapat
alliin yang akan bereaksi dengan senyawa lainnya.
perlakuan kompres bawang merah pada aksila

mengalami penurunan suhu tubuh. Peneliti


Kompres bawang merah merupakan bawang bahwa terdapat pe rbedaan yang signifikan antara
rerata penurunan suhu tubuh sesudah dilakukan
merah yang dapat mengobati demam antara lain:
intervensi pada masing-masing kelompok.
floroglusin, sikloaliin, metialiin, dan kaemferol
Kelompok tepid sponge ( M = 0.68ºC ; SD =
yang dapat menurunkan suhu tubuh; dan minyak 0.2042) mengalami penurunun suhu yang lebih
banyak daripada kelompok kompres bawang
atsiri yang dapat melancarkan peredaran darah
merah (M = 0.43ºC ; SD = 0.1496). Hal ini
(Putri and Cahyaningrum, 2017). Gerusan bawang
menunjukkan bahwa pemberian tepid sponge lebih
merah dipermukaan kulit membuat pembuluh efektif daripada pemberian kompres bawang
merah pada aksila untuk menurunkan suhu tubuh
darah vena berubah ukuran yang diatur oleh
pada anak yang mengalami kejang demam.
hipotalamus anterior untuk mengontrol
Peneliti berasumsi, pada dasarnya kedua
pengeluaran panas, sehingga terjadi vasodilatasi intervensi sama-sama dapat menurunkan suhu
tubuh. Perbedaan antara kedua kelompok ini
(pelebaran) pembuluh darah dan hambatan
terdapat dalam besarnya penurunan suhu tubuh
produksi panas. Darah didistribusi kembali ke
yang terjadi, pada kelompok tepid sponge terjadi
pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan penurunan suhu tubuh lebih banyak dibandingkan
dengan kelompok kompres bawang merah pada
pengeluaran panas. Terjadinya vasodilatasi ini
aksila. Peneliti berasumsi perbedaan pada
menyebabkan pembuangan panas melalui kulit
penurunan suhu tubuh yang terjadi pada kelompok
meningkat, pori-pori membesar, dan pengeluaran tepid sponge lebih banyak mengalami penurunan
suhu tubuh dikarenakan teknik tepid sponge ini
panas secara evaporasi (berkeringat) yang
menggunakan kompres blok langsung dibeberapa
diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh
tempat yang memiliki pembuluh darah besar
mencapai keadaan normal kembali (Putri and seperti di leher, ketiak, dan lipatan paha. Selain itu
teknik ini ditambah dengan dengan memberikan
Cahyaningrum, 2017).
seka dibeberapa area tubuh sehingga perlakuan

7. Menganalisis Efektivitas Antara Tepid sponge yang diterapkan akan lebih kompleks. Penelitian
dan komprs bawang merah terhadap penurunan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
suhu tubuh anak kejang demam
(Rana Ashshafa Nur Afrah, Faisal Kholid Fahdi,
Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji 2017) yang menyatakan Berdasarkan hasil
Indipendent Sample T-Test, terbukti ada perbedaan penelitian rerata pasien yang telah diberi intervensi
suhu tubuh yang signifikan antara pemberian tepid tepid sponge maupun kompres bawang merah
sponge dan kompres bawang merah pada aksila, p pada aksila mengalami penurunan suhu tubuh.
value 0.001 < 0.05), sehingga dapat disimpulkan Peneliti berasumsi penurunan suhu tubuh pasien
anak setelah mendapat interevensi tepid sponge 1 menjadi gas. Sesuai dengan hasil penelitian pada
kali dalam sehari selama 3 hari bertut-turut table 4.1 usia responden terdapat pada rentang 1
dikarenakan pada interevensi menggunkan prinsip tahun – 5 tahun hal ini sesuai dengan pernyataan
kehilangan panas secara evaporasi. Pada yang disampaikan oleh (HK, Susilawati and
kelompok kompres bawang merah pada aksila Amatiria, 2017) kejang demam merupakan
mengalami penurunan suhu tubuh namun tidak kelainan neurologis yang paling sering dijumpai
sebanyak dibandingkan dengan tepid sponge. pada bayi dan anak, terutama golongan umur 6
Menurut peneliti hal ini dikarenakan kompres bulan sampai 4 tahun, dan hampir 3 % dari pada
bawang merah hanya dilakukan di satu tempat anak yang berumur 5 tahun pernah menderitanya.
yang terdapat pembuluh dasar yaitu aksila Kejang ini disebabkan oleh demam yang semakin
meskipun begitu kompres bawang merah pada tinggi (suhu diatas > 38.0ºC) hal ini juga sesuai
aksila dapat menurunkan suhu tubuh dikarenakan dengan penlitian yang dilakukan oleh (Gunawan
kandungan dalam bawang merah yang dapat and Saharso, 2012) faktor usia cukup berperan
menurunkan suhu tubuh pada anak kejang demam terhadap kejadian KD. Risiko terjadinya KD
yang mengalami hipertermi. Penelitian ini sejalan berulang menurun seiring per- tambahan usia.
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Putri and Peningkatan ambang batas kejang seiring
Cahyaningrum, 2017) Bawang merah yang bertambahnya usia anak akan menurunkan risiko
digerus akan melepaskan enzim alliinase yang KD berulang.
berfungsi sebagai katalisator untuk alliin yang KESIMPULAN
akan bereaksi dengan senyawa lain misalnya kulit Perubahan suhu tubuh antara pretest dan
yang berfungsi menghancurkan bekuan darah. posttest pada masing-masing kelompok
Kandungan minyak atsiri dalam bawang merah mendapatkan hasil perbedaan yang signifikan
juga dapat melancarkan peredaran darah sehingga namun perbedaan yang lebih tinggi dapat dilihat
peredaran darah menjadi lancar. Kandungan lain pada kelompok tepid sponge. Hasil uji perbedaan
dari bawang merah yang dapat menurunkan suhu eketivitas antara kelompok tepid sponge dan
tubuh adalah florogusin, sikloaliin, metialiin, dan kompres bawang merah mendapatkan hasil yang
kaemferol. signifikan menunjukkan bahwa pemberian tepid
Menurut (Cahyaningrum, 2015), Selain sponge lebih efektif daripada kelompok kompres
penggunaan obat antipiretik, penurunan suhu bawang merah pada aksila untuk menurunkan
tubuh dapat dilakukan secara fisik (non suhu tubuh pada anak yang mengalami kejang
farmakologik) yaitu dengan penggunaan energi demam.
panas melalui metoda konduksi dan evaporasi.
Ketika kulit hangat menyentuh yang hangat maka DAFTAR PUSTAKA
akan terjadi perpindahan panas melalui evaporasi,
sehingga perpindahan energi panas berubah Almeida, M. De (2008) ‘Tepid sponging plus
dipyrone versus dipyrone alone for Anak’, Media Medika Indonesiana,
reducing body temperature in febrile 46(2), pp. 75–80.
children’, Instituto Materno Infantil
Professor Fernando Figueira (IMIP, Hartanti, L. I. S. 2017, program studi sarjana
126(2), pp. 107–111 keperawatan, Respiratory Stikes
Surakarta
Anisa, K. D. (2019) ‘Efektifitas kompres hangat
untuk menurunkan suhu tubuh pada an.d Hidayat, AAA, Pengantar Ilmu Keperawatan anak,
dengan hipertermia’, 5, pp. 122–127. edisi 1, Jakarta, Selemba Medika
Doi: 10.33485/jiik-wk.v5i2.112.
Hidayat, AAA, Pengantar Ilmu Keperawatan anak,
edisi 2, Jakarta, Selemba Medika
Aryanti Wardiyah, Setiawati, D. S. (2014)
‘Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres
Ismet, I. (2017) ‘Kejang Demam’, Jurnal
Hangat DAN TEPID SPONGE Terhadap Kesehatan Melayu, 1(1), p. 41. Doi:
10.26891/jkm.v1i1.13.
penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami
Demam RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Ismoedijanto (2015) ‘Demam pada Anak’, Sari
Lampung’, 4(1), Pp. 44–56
Pediatri, 2(2), pp. 103–108.
Lintong, F., Supit, W. And Kukus, Y. (2015)
‘Suhu tubuh: homeostasis dan efek
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan
terhadap kinerja tubuh manusia’,
Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Respiratory universitassam Ratulagi
Klien, Jakarta,
Manado.

Bahtera, T. And Wijayahadi, N. (2010) ‘Faktor


Jaelani. 2007, Khasiat Bawang Merah,
Risiko Bangkitan Kejang Demam pada
Yogyakarta, Kanisius
Anak’, Sari Pediatri, 12(3).

Lusia, Mengenal Demam Dan Perawatannya


Cahyaningrum, E. D. (2015) ‘Pengaruh kompres
Pada Anak, Surabaya, Airlangga
bawang merah terhadap suhu tubuh anak
University Press (AUP)
demam’, Seminar Nasional dan
Presentasi Hasil-Hasil Penelitian
Pengabdian Masyarakat, pp. 80–89.
Mail, E. (2017) ‘Penatalaksanaan awalkejang
Demam Pada Anak’, Hospital Majaphit,
9(2), pp. 1–14.
Djamaludin, N & Eveline, Panduan Pintar
Merawat Bayi Dan Balita, Jakarta,
Kawah Media
Marendra, Z & Febry, AB. 2010, Smart Parents
Pandai Mengatur Menu Dan Tanggap
Saat Anak Sakit, Jakarta Selatan, Gagas
Fajjriyah, N, 2017, Kiat Sukses Budidaya
Media
Bawang Merah, Yogyakarta, Bio
Genesis
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit. Jakarta,
Buku Kedokteran ECG
Gunawan, P. I. And Saharso, D. (2012) ‘faktor
risiko Kejang Demam Berulang pada
Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian ‘PertumbuhanDan Produksi Bawang
Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta Merah ( Allium Ascalonicum Growth
And Prodution of onion( Allium
ascalonicum L .) BASED ON’, 21(3),
Nursalam, 2016, Metodologi Penelitian Ilmu pp. 142–150.
Keperawatan Pendekatan Praktis, Edisi 4,
Jakarta, Salemba Medika
Pusponegoro, H. D. Et al. (2006) ‘Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam’,
Olvie G. Tandi, J. P. Dan A. P. (2015)
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter yang Mengalami Demam di ruang
Anak Indones. Alamanda RSUD dr.H Abdul Moeloek’,
Kesehatan Holistik, 10(1), pp. 36–44.
Riyadi S & Suharsono, 2010, Asuhan Available at: http://malahayati.ac.id/wp-
Keprawatan Pada Anak Sakit, content/uploads/2016/07/Jurnal-Aryanti-
Yogyakarta, Goysen Publishing Setiawati-Umi-Romayati.pdf.

Rana Ashshafa Nur Afrah, Faisal Kholid Fahdi,


S. F. (2017) ‘Pengaruh tepid sponge
terhadap perubahan suhu tubuh anak ’,
(December).

Setiadi, 2013, Konsep Dan Praktik Penulisan


Riset Keperawatan, Yogyakarta, Graha
Ilmu

Sowden, LA & Betz, CL. 2009, Buku Saku


Keperawatan Anak Pediatri, Jakarta,
Buku Kedokteran EGC

Sugiyono, 2010, Statistika untuk Penelitian,


Bandung, Alfabeta CV

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta
CV

Supit, Y. K. W., & Lintong, F. (2009). Suhu


tubuh: homeostasis dan efek terhadap kinerja
tubuh manusia.

Wardiyah, A., Setiawati and Romayati, U. (2016)


‘Perbandingan Efektivitas Pemberian
Kompres Hangat dan Tepid Spoge
terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak

You might also like