You are on page 1of 19

EFEKTIVITAS TEPID SPONGE DAN KOMPRES BAWANG

MERAH PADA AKSILA TERHADAP PENURUNAN SUHU


TUBUH ANAK KEJANG DEMAM DI RUANG ANAK – RSUD
dr. R. SOEDARSONO PASURUAN

Ervina Fahnul Maharani1), Nurul Hidayah, S.Kep, Ns, M.Kep 2), Ririn
Anantasari, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Mat 2)
1)
Mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan Lawang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
2)
Dosen Sarjana Terapan Keperawatan Lawang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
E-mail : ervinafahnulm@gmail.com

EFFECTIVENESS OF TEPID SPONGE AND SHALLOT COMPRESS IN THE


AXILLA AGAINST THE DECREASED BODY TEMPERATURE OF FEVER
SEIZURES IN THE DECREASE IN BODY TEMPERATURE IN CHILDREN
WITH FEVER SEIZURES IN CHILDREN'S ROOM RSUD DR. R
SOEDARSONO, PASURUAN CITY

Fever seizure is a seizure generation that occurs when the body temperature increases
more than 38ºC due to extracranial process. Fever seizures are often the cause of
hospitalization and the child does not immediately get proper help and will quickly have
an impact, namely lack of oxygen, which causes apnue. One of the supporting
interventions is tepid sponge and shallot compress. Currently it hasnot been used as a
complementary action in the room, only as a recommendation to the family. So this study
aims to determine the effectiveness of tepide sponge and shallot compresses on the axilla
to reduce body temperature in children with febrile seizures, carried out on 25 November
20119 to 23 January 2020 in the Children Room of dr. R Soedarsono, Pasuruan
City.Design Quasi Experimental withdesign time series. The population in this study
were all pediatric patients with febrile convulsions according to the inclusion criteria,
totaling 30 respondents. The sample in this study were 15 children with theintervention
tepid sponge and 15 children with the axillary compress onion intervention. The sampling
technique used consecutive sampling. Based on the results of thestatistical Independent
Sample T-testtest results obtained Pvalue 0.001 (p <0.05). The results showed that the
average decrease in body temperature in the administration of tepid sponge was 0.68 ° C
(SD = 0.20), while the mean decrease in body temperature was given an onion compress
to the axilla, namely 0.43 ° C (SD = 0.14). The p value for decreasing body temperature
between thegroups Tepid Sponge and Compress shalloton the axilla has a significant p
value of 0.001. So it is hoped that health workers will give educators to children's
mothers to use a tepid sponge and compress the onion on the axilla to support febrile
seizures

Keywords: Fever Seizures, Tepid sponge, Shallot Compress, Body Temperature

Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38ºC disebabkan proses ekstrakranium. Kejang demam sering menjadi penyebab
rawat inap dan anak tidak segera mendapat pertolongan yang tepat dan cepat akan
berdampak yaitu kekurangan oksigen pada yang mengakibatkan apnue. Salah satu
intervensi penunjang adalah tepid sponge dan kompres bawang merah, Saat ini belum
dijadikan sebagai tindakan komplementer di ruangan, hanya sebatas saran kepada
keluarga. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas tepide sponge dan
kompres bawang merah pada aksila terhadap penurunan suhu tubuh pada anak kejang
demam, dilaksanakan pada tanggal 25 november 20119 sampai 23 Januari 2020 di Ruang
Anak RSUD dr. R Soedarsono Kota Pasuruan. Desain Quasi Eksperimental dengan
rancangan time series. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak dengan
kejang demam yang sesuai kriteria inklusi berjumlah 30 responden. Sampel dalam
penelitian ini yaitu 15 anak dengan intervensi tepid sponge dan 15 anak dengan intervensi
kompres bawang merah pada aksila. Teknik pengambilan sampel menggunakan
consecutive sampling. Berdasarkan hasil uji statistik Independent Sample T-test
didapatkan hasil Pvalue 0,001 (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari rerata
penurunan suhu tubuh pada pemberian tepid sponge yaitu 0.68°C (SD = 0,20), sedangkan
rerata penurunan suhu tubuh pemberian kompres bawang merah pada aksila yaitu 0.43°C
(SD = 0,14). Nilai p value pada penurunan suhu tubuh antara kelompok Tepid Sponge dan
Kompres bawang merah pada aksila memiliki signifikasi p value 0,001. Maka diharapkan
petugas kesehatan memberikan educator kepada ibu anak untuk menggunakan tepid
sponge dan kompres bawang merah pada aksila sebagai penunjang mengatasi kejang
demam

Kata Kunci : Kejang Demam, Tepid sponge, Kompres Bawang Merah, Suhu Tubuh

PENDAHULUAN umum dapat diartikan suatu keadaan yang


sempurna baik, mental dan sosial serta
Anak merupakan individu yang
tidak hanya bebas dari penyakit dan
berada dalam satu rentang perubahan
kelemahan yang memiliki ciri sebagaimana
perkembangan yang dimulai dari bayi
berikut memiliki kemampuan
hingga remaja. Masa anak merupakan
merefleksikan perhatian individu sebagai
masa pertumbuhan dan perkmebangan
manusia, memiliki pandangan terhadap
yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia
sehat dalam konteks lingkungan baik
bermain (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5
secara internal maupun eksternal dan
tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
memiliki hidup yang kreatif dan produktif.
remaja (11- 18 tahun). Respon emosi
Demam (hipertermi) adalah suatu
terhadap penyakit sangat beravriasi
keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi
tergantung pada usia dan pencapaian tugas
dari biasanya, dan merupakan gejala dari
perkembangan anak (Hidayat, 2009). Apa
suatu penyakit (Maryunani, 2010).
yang dimakan oleh anak mempengaruhi
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana
pertumbuhan kerangka tubuh, bentuk
suhu tubuh melebihi titik tetap (set point)
tubuh, dan kerentanan mereka terhadap
lebih dari 37ºC yang biasanya diakibatkan
penyakit (Brom, 2005; Tersshakovec,
oleh kondisi tubuh atau eksternal yang
2003). Kebiasaan makan dengan cepat dan
menciptakan lebih banyak panas daripada
makanan cepat saji bertentangan dengan
yang dapat dikeluarkan oleh tubuh.
kepedulian mengenai jumlah asupan lemak
Demam pada anak umumnya disebabkan
yang sesuai dalam pola makan anak.
Menurut hidayat (2009) Rentang sehat oleh infeksi virus (Cahyaningrum, 2015).

sakit merupakan batasan yang diberikan Demam yang tidak segera ditangani maka

bantuan pelayanan keperawatan pada anak, akan menimbulkan komplikasi hal ini juga

adalah suatu kondisi anak berada dalam diutarakan oleh Wardiyah, Setiawati dan

status kesehatan yang meliputi sejahtera, Romayati (2016) bahwa demam dapat

sehat optimal, sehat, sakit kronis, dan membahayakan anak jika tidak segera

meninggal. Jadi batasan sehat secara ditangani dengan cepat dan tepat akan
menimbulkan komplikasi kejang demam Prevalensi kejadian kejang
dan penurunan kesadaran. Kejang demam demam pada anak dilaporkan WHO
sering menjadi penyebab rawat inap di memperkirakan pada tahun 2005 terdapat
rumah sakit secara darurat dan masalah ≥21,65 juta penderita kejang demam dan
penting yang harus diketahui untuk lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal
melakukan tindakan yang tepat karena jika (Marwan, 2017). Angka kejadian kejang
terjadi agar tidak membawa dampak yang demam di Asia dilaporkan lebih tinggi
serius yaitu kekurangan oksigen yang sekitar 80% - 90% dari seluruh kejang
mengakibatkan apnea (Lusia, 2015) dalam demam biasa (Arifuddin, 2016). Prevalensi
(Marwan, 2017). kasus demam di Indonesia menurut
Demam (hipertermi) adalah suatu Wahdiyah, Setiawati dan Romayati (2016)
keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi 2012-2013 dilaporkan 3-4% dari anak
dari biasanya, dan merupakan gejala dari yang berusia 6 bulan-5 tahun. Prevalensi
suatu penyakit (Maryunani, 2010). kasus kejang pada anak di Jawa Timur
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana terdapat 2-3% dari 100 anak yang
suhu tubuh melebihi titik tetap (set point) mengalami kejang demam. Menurut Ridha
lebih dari 37ºC yang biasanya diakibatkan (2014) Kejang demam terjadi pada suhu
oleh kondisi tubuh atau eksternal yang badan yang tinggi. Kejang demam adalah
menciptakan lebih banyak panas daripada bangkitan kejang yang terjadi pada
yang dapat dikeluarkan oleh tubuh. kenaikan suhu 38ºC yang disebabkan oleh
Demam pada anak umumnya disebabkan proses ekstrakranium. Kejang demam
oleh infeksi virus (Cahyaningrum, 2015). menurunkan tingkat kecerdasan dan cacat
Demam yang tidak segera ditangani maka saraf, dan kekhawatiran dan kebingungan
akan menimbulkan komplikasi hal ini juga orang tua terhadap anaknya tatkala
diutarakan oleh Wardiyah, Setiawati dan mengalami bangkitan kejang, maka
Romayati (2016) bahwa demam dapat diperlukan tindakan pencegahan terhadap
membahayakan anak jika tidak segera bangkitan kejang demam (Bahtera and
ditangani dengan cepat dan tepat akan Wijayahadi, 2010).
menimbulkan komplikasi kejang demam Solusi yang dapat dilakukan dalam
dan penurunan kesadaran. Kejang demam menurunkan suhu tubuh dapat dilakukan
sering menjadi penyebab rawat inap di secara fisik (non farmakologi) yaitu
rumah sakit secara darurat dan masalah dengan penggunaan energi panas melalui
penting yang harus diketahui untuk metode evaporasi yaitu vasodilatasi
melakukan tindakan yang tepat karena jika pembuluh darah perifer serta memfasilitasi
terjadi agar tidak membawa dampak yang perpindahan panas di tubuh ke lingkungan
serius yaitu kekurangan oksigen yang sekitar sehingga terjadi penurunan suhu
mengakibatkan apnea (Lusia, 2015) dalam tubuh. Salah satu contoh dari evaporasi
(Marwan, 2017). adalah tepid sponge dikarenakan tidak
memiliki efek samping dan tidak tubuh dapat lebih mudah (Julianti, Anies
membahayakan ataupun memperparah and Cahyaningrum, 2014).
kondisi penderita. Penggunaan tepid Menurut Potter dan Perry (2009)
sponge lebih mudah dilakukan dan tidak gerusan bawang merah dipermukaan kulit
mengeluarkan biaya yang banyak dalam membuat pembuluh darah vena berubah
menurunkan suhu tubuh. Dapat dilakukan ukuran yang diatur oleh hipotalamus
dibeberapa tempat yang memiliki anterior untuk mengontrol pengeluaran
pembuluh darah besar seperti di leher, panas, sehingga terjadi vasodilatasi
ketiak, dan lipatan paha dengan teknik (pelebaran) pembuluh darah dan hambatan
seka blok yang dapat membantu pembuluh produksi panas Darah didistribusi kembali
darah tepi di kulit melebar dan pori-pori ke pembuluh darah permukaan untuk
menjadi terbuka sehingga panas keluar dari meningkatkan pengeluaran panas.
dalam tubuh. Selain itu, memungkinkan Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan
pasien atau keluarga tidak terlalu pembuangan panas melalui kulit
tergantung pada obat antipiretik (Rana meningkat, pori-pori membesar, dan
Ashshafa Nur Afrah, Faisal Kholid Fahdi, pengeluaran panas secara evaporasi
2017). Cara menurunkan atau (berkeringat) yang diharapkan akan terjadi
mengendalikan demam pada anak dengan penurunan suhu tubuh mencapai keadaan
metode evaporasi juga dapat dilakukan normal kembali pada pasien anak yang
dengan obat tradisional. Dari hasil mengalami kejang demam (Cahyaningrum,
berbagai penelitian, obat tradisional 2015). Penelitian terdahulu sudah
terbukti memiliki efek samping yang membahas mengenai tepid sponge, begitu
minim bahkan tanpa menimbulkan efek juga dengan kompres bawang merah dalam
samping, karena bahan kimia yang menurunkan suh pada anak yang
terkandung dalam tanaman obat tradisional mengalami kejang demam. Namun belum
sebagian besar dapat dicerna oleh tubuh. pernah ada yang membandingkan kedua
Salah satu tanaman obat yang dapat variabel tersebut.
digunakan untuk mengendalikan demam Berdasarkan data dan latar belakang
adalah bawang merah (Allium Cepa di atas peneliti tertarik untuk menganalisa
varietas ascalonicum) bawang merah dapat keefektivan antara tepid sponge dengan
digunakan untuk mengompres. Hal ini kompres bawang merah pada aksila
disebabkan bawang merah mengandung terhadap penurunan suhu tubuh anak
senyawa sulfur organic yaitu Allylcysteine kejang demam di ruang anak RSUD dr. R.
sulfoxide (Alliin) yang berfungsi Soedasrono pasuruan
menghancurkan pembentukan pembekuan
darah. Hal tersebut membuat peredaran METODE PENELITIAN
darah lancar sehingga panas dari dalam Desain penlitian ini menggunakan
rancangan Quasi-experimental Design
dengan menggunakan rancangan dengan normalitas menggunakan Shapiro Wilk
rancangan time series Metode Time series didapatkan data pre-test dan post-test dari
design adalah rancangan penelitian dimana pemberian tepid sponge terhadap
tidak ada kelompok kelompok kontrol, perubahan suhu tubuh berdistribusi normal
dengan menggunakan serangkaian dengan nilai signifikasi atau p-value pre-
observasi (tes), dapat memungkinkan test >0.05 dan nilai signifikasi atau p-
validitasnya lebih tinggi oleh karena value post test >0.05 dan tingkat
observasi dilakukan lebih dari satu kali kemaknaan yang dihasilkan dari uji
(sebelum maupun sesudah perlakuan) normalitas menggunakan Shapiro Wilk
(Notoatmodjo, 2012) didapatkan data pre-test dan post-test dari
Dalam penelitian yang telah pemberian kompres bawang merah pada
dilakukan peneliti pada tanggal 25 aksila terhadap perubahan suhu tubuh
November 2019 sampai 23 Januari 2020, berdistribusi normal dengan nilai
didapatkan angka kejadian pasien anak signifikasi atau p- value pre-test >0.05 dan
kejang demam di ruang anak RSUD dr nilai signifikasi atau p-value >0.05 maka
Soedarsono Pasuruan sebanyak 72 pasien. data yang diperoleh dapat dikatakan
Besar sampel dalam penelitian ini berdistribusi normal. Selanjutnya setelah
adalah sebagian pasien anak yang menentukan hasil pendistribusiannya,
mengalamikejang demam di Ruang anak peneliti menggunakan jenis uji analisis
sebanyak 30 responden, yang dibagi statistik Paired T-Test yang digunakan
menjadi 2 kelompok. Kelompok K-A untuk melakukan analisis bivariate.
sebanyak 15 orang yang dilakukan Analisis statistic menggunakan analisis
Intervensi pemberian tepid sponge dan berbasis komputer.
kelompok K-B sebanyak 15 orang Analisa bivariat dari hasil uji
dilakukan Intervensi pemberian kompres normalitas menggunakan Shapiro Wilk
bawang merah pada aksila di Ruang anak data yang diperoleh terbukti berdistribusi
RSUD dr Soedarsono pasuruan. normal, maka uji bivariat yang digunakan
Penelitian dilaksanakan pada 25 adalah uji Paired T-Test. Analisis data
November 2019 sampai 23 Januari 2020. ditunjukan untuk menjawab tujuan
Analisis univariat dalam penelitian ini penelitian dan menguji hipotesa dengan
adalah adalah nama orangtua, nama anak, Paired T-Test dengan didapatkan nilai hari
usia anak, suhu tubuh, riwayat kejang ke-1 Sig. (2-tailed) 0,001 < 0.05, Hari ke-2
demam. Uji normalitas menggunakan Sig. (2-tailed) 0,000 < 0.05, Hari ke-3 Sig.
Shapiro Wilk. Uji normalitas untuk (2-tailed) 0,000 < 0.05, atau tingkat
mengambil keputusan yang valid mengenai kemaknaan p value = 0,000 atau < α =
jenis uji yang digunakan untuk melakukan 0,05. Bermakna bahwa terdapat perbedaan
analisis bivariate (Hastono, 2007). Adapun atau perubahan yang signifikan hasil
tingkat kemaknaan yang dihasilkan dari uji penurunan suhu tubuh dari data pretest dan
posttest pemberian tepid songe terhadap Correlations T-Test bahwa terdapat
penurunan suhu tubuh pada anak kejang perbandingan antara tepid sponge
demam di ruang anak RSUD dr menunjukkan dan kompres bawang merah
Soedarsono Pasuruan. Paired T-Test pada aksila menunjukkan Sig. terhadap
dengan didapatkan nilai hari ke-1 Sig. (2- penurunan suhu tubuh anak kejang demam
tailed) 0,001 < 0.05, Hari ke-2 Sig. (2- di ruang anak RSUD dr Soedarsono
tailed) 0,000 < 0.05, Hari ke-3 Sig. (2- Pasuruan. Bermakna bahwa ada pengaruh
tailed) 0,000 < 0.05, atau tingkat atau perbedaan antara pemberian tepid
kemaknaan p value = 0,000 atau < α = sponge dengan kompres bawang merah
0,05. Bermakna bahwa terdapat perbedaan pada aksila. Hasil uji statistik two sample
atau perubahan yang signifikan hasil independent T-Test untuk menguji
penurunan suhu tubuh dari data pretest dan keefektivan intervensi, menunjukkan
posttest pemberian kompres bawang merah selisih rerata Suhu tubuh Pre-Post
pada aksila terhadap penurunan suhu tubuh kelompok perlakuan tepd sponge dengan
pada anak kejang demam di ruang anak mean rank 0.68 dan kelompok perlakuan
RSUD dr Soedarsono Pasuruan. Uji kompres bawang merah pada aksila 0.43
Paired T-Test digunakan untuk mendapatkan hasil Sig. (2-tailed) 0.001
menentukan ada tidaknya perbedaan rata- pemberian Tepid Sponge lebih efektif
rata dua sample bebas. daripada kompres bawang merah pada
Analisa bivariat dari hasil uji aksila terhadap penurunan suhu tubuh anak
normalitas menggunakan Shapiro Wilk kejang demam.
yang menunjukkan data berdistribusi HASIL PENELITIAN DAN
normal, maka uji bivariat yang digunakan PEMBAHASAN
adalah uji Paired Sample T-Test dari A. Karakteristik Dasar Sampel
kelompok perlakuan tepid sponge 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
diperoleh derajat suhu tubuh dengan rata- Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
rata suhu tubuh sesudah perlakuan hari ke- Tabel 4.1 Tabel distribusi Jenis
1 38.2⁰C nilai T-hitung 0.45 & P-value 0,001, Kelamin responden pasien anak
hari ke-2 37.6⁰C nilai T-hitung 0.68 & P-value kejang demam di ruang anak
0,000, hari ke-3 36.8⁰C nilai T-hitung 0.90 & RSUD dr Soedarsono Pasuruan
P-value 0,000 dan kelompok perlakuan November 2019 – 23 Januari
kompres bawang merah pada aksila 2020
dengan rata-rata suhu tubuh sesudah Kelompok Tepid Sponge
Jenis Kelompok Kompres Bawang
perlakuan ke-1 38.4⁰C nilai T-hitung 0.30 & Kelamin Jumlah Jumlah
P-value 0,001, hari ke-2 37.9⁰C nilai T-hitung (n=15) (n=15)
Laki – Laki 6 7
0.38 & P-value 0,000, hari ke-3 37.3⁰C nilai Perempuan 9 8
T-hitung 0.54 & P-value 0,000), maka diambil Jumlah 15 15
kesimpulan dari hasil uji Paired Sample
Tepid kompres
Jenis Kejang sponge
2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demam bawang
Sampel Berdasarkan Usia Jumlah Jumlah
(n=15) (n=15)
Tabel 4.2 Tabel distribusi Usia
responden pasien yang
KDS 11 10
mengalami hipotermia post op di KDK 4 5

usia Tepid Kompres Bawang


Sponge Merah
Frekuensi Frekuensi
(Percent)
1 Tahun 3 3
2 Tahun 5 3
3 Tahun 4 4
4 Tahun 2 3
5 Tahun 1 2 5 Distribusi Frekuensi
Total 15 Anak 15Anak Karakteristik Sampel
ruang Recovery Room RSUD Berdasarkan Riwayat Kejang
Grati Pasuruan selama penelitian Demam
pada 25 November 2019 – 23
Desember 2019. Tabel 4.5 Tabel distribusi riwayat
kejang demam responden
pasien anak kejang demam di
ruang anak RSUD dr
3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Soedarsono Pasuruan
Sampel Berdasarkan Penyerta November 2019 – 23 Januari
Kejang Demam 2020
Tabel 4.3 Tabel distribusi penyakit penelitian pada 25 November
penyerta responden pasien 2019 – 23 Desember 2019
anak kejang demam di ruang
anak RSUD dr Soedarsono tepidsponge
Pasuruan November 2019 – 23 Riwayat Kejang bawang merah
Januari 2020 Demam Jumlah Jumlah
kompres bawang merah (n=15) (n=15)
Penyakit Jumlah Jumlah Iya 4 5
Penyerta (n=15) (n=15) Tidak 11 10
ISPA 6 2
OF 3 5 Hasil Penelitian
DF 3 4 1. Mengidentifikasi Suhu Tubuh
GEA 2 2 Sebelum dan Sesudah
Hipoglike 1 2 Pemberian tepid sponge pada
mia + anak kejang demam
Bronchitis
Tabel 4.5 Suhu tubuh sebelum
dan sesudah dilakukan
4 Distribusi Frekuensi Karakteristik pemberian tepid sponge
Sampel Berdasarkan Jenis Kejang terhadap penurunan suhu tubuh
Demam pasien anak kejang penelitian
Tabel 4.4 Tabel distribusi Jenis kejang pada 25 November 2019 – 23
demam responden pasien anak Desember 2019 demam di ruang
kejang demam di ruang anak anak RSUD dr Soedarsono
RSUD dr Soedarsono Pasuruan Pasuruan November 2019 – 23
November 2019 – 23 Januari Januari 2020
2020
38.5 38.6
38.3 Saphiro
38.2
37.5 37.7 37.6 Wilk
36.5 36.8 Kelompok
Pre-test Perlakuan 0.589
35.5 Hari ke-1Suhu Tepid Sponge

H
1Hari ke-2Tubuh Kelompok

BU

BU
TU

TU
Hari ke-3Hari ke- Kompres

HU

U
0.108

UH
1 Bawang

SU

TS
ST
Merah

ES
TE

-T
E-

ST
Kelompok
PR

PO
Post-
Perlakuan 0.316
test
Tepid Sponge
Suhu
2 Kelompok
Tubuh
2. Mengidentifikasi Suhu Tubuh Kompres
Hari ke- 0.580
Sebelum dan Sesudah Bawang
1
Pemberian kompres bawang Merah
merah pada anak kejang demam Kelompok
Pre- test Perlakuan 0.612
Tabel 4.6 Suhu tubuh sebelum dan Suhu Tepid Sponge
sesudah dilakukan pemberian 3 Tubuh Kelompok
kompres bawang merah terhadap Hari ke- Kompres
penurunan suhu tubuh pasien anak 0.071
2 Bawang
kejang demam di ruang anak Merah
RSUD dr Soedarsono Pasuruan Kelompok
November 2019 – 23 Januari 2020 Post-
Perlakuan 0.120
test
Tepid Sponge
Suhu
4 Kelompok
39 Tubuh
38.7 Kompres
38.5 Hari ke- 0.184
38.4 Bawang
38.2 Hari ke-1 2
38 37.9 Merah
37.8 Hari ke-2
37.5 Kelompok
37.3
Hari ke-3
37 Pre- test Perlakuan 0.136
Suhu Tepid Sponge
36.5
PRE-TEST SUHU TUBUH 5
POST TEST SUHU TUBUH Tubuh Kelompok
Hari ke- Kompres
0.170
3 Bawang
Merah
3. Menganalisis Perubahan Suhu Kelompok
Tubuh Sebelum dan Sesudah Post-
Perlakuan 0.060
Pemberian tepid sponge dan kompres test
Tepid Sponge
bawang merah Terhadap penurunan 6 Suhu
Kelompok
Suhu Tubuh anak kejang demam Tubuh
Kompres
Hari ke- 0.395
Bawang
Tabel 4.7 Perubahan Suhu tubuh 3
Merah
sebelum dan sesudah dilakukan
pemberian selimut elektrik
terhadap penurunan suhu tubuh
pasien anak kejang demam di 4. Menganalisis Rerata
ruang RSUD dr Soedarsono Pre-Post Tepid Sponge Terhadap
Pasuruan. Nilai normalitas Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak
menggunakan uji normalitas Kejang Demam
Shapiro Wilk.
Tabel 4.8 analisis rerata suhu
NO. Data Kelompok Signifikas tubuh pre-post pemberian intervensi
i tepid sponge terhadap penurunan
suhu tubuh anak kejang demam di ke-2
ruang anak RSUD dr Soedarsono 3. Pre-test 1 37.88 0.000 0.54
Pasuruan 25 November 2019 – 23 Post-test 5 37.34
Desember 2020 Suhu
Tubuh
No Variabel N Mean Sig
Sesi Hari
. (2-
ke-3
tiled)
1. Pre-test 15 38.69 0.001
Post-test 38.24 6. Menganalisis Efektivitas
Suhu Tubuh Antara Tepid sponge dan
Sesi Hari komprs bawang merah
ke-1 terhadap penurunan suhu
2. Pre-test 15 38.32 0.000 tubuh anak kejang demam
Post-test 37.63
Suhu Tubuh Tabel 4.10 Perbandingan
derajat suhu tubuh pre-test dan post-
Sesi Hari
test antara tepid sponge dan kompres
ke-2 bawang merah terhadap ppenurunan
3. Pre-test 15 37.73 0.000 suhu tubuh anak kejang demam di
Post-test 36.83 ruang anak RSUD dr Soedarsono
Suhu Tubuh Pasuruan November 2019 – 23
Sesi Hari Januari 2020 penelitian pada 25
ke-3 November 2019 – 23 Desember
2019

5. Menganalisis Rerata Pre-Post Mean Rank Sig (2


kompres bawang merah pada tailed)
aksila Terhadap Penurunan Selisi Tepid 0.68 0.001
Suhu Tubuh Pada Anak h Sponge
Kejang Demam
Rerat Kompre 0.43
a Pre- s
Tabel 4.9 analisis rerata suhu
tubuh pre-post pemberian
post Bawang
intervensi kompres bawang merah Merah
pada aksila terhadap penurunan
suhu tubuh anak kejang demam di C. Pembahasan
ruang anak RSUD dr Soedarsono
Pasuruan 25 November 2019 – 23 1. Mengidentifikasi Suhu Tubuh
Desember 2020 Sebelum dan Sesudah Pemberian
No Variabel N Mean Sig
tepid sponge Terhadap penurunan
. (2-
tiled) suhu tubuh anak kejang demam di
1. Pre-test 1 38.74 0.001 ruang anak RSUD dr Soedarsono
Post-test 5 38.43
Suhu Pasuruan
Tubuh Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan
Sesi Hari
ke-1 hasil rerata suhu tubuh sebelum dan
2. Pre-test 1 38.29 0.000
Post-test 5 37.91 sesudah dilakukan tindakan pemberian
Suhu
tepid sponge terhadap penurunan suhu
Tubuh
Sesi Hari tubuh pada anak kejang demam yaitu
teridentifikasi adanya rata-rata suhu tubuh penguapan dan dapat memperlancar

sebelum tindakan pada hari ke-1 38.6⁰C sirkulasi darah, sehingga darah akan
dan sesudah tindakan 38.2⁰C, Pada hari mengalir dari organ dalam
ke-2 38.3⁰C dan sesudah tindakan 37.6⁰C,
kepermukaan tubuh dengan membawa
Pada hari ke-3 37.7⁰C dan sesudah
panas. Menurut (Wardiyah, Setiawati
tindakan 36.8⁰C, Menurut peneliti suhu
and Romayati, 2016) Tepid sponge
tubuh sebelum dan sesudah mendapat
merupakan suatu prosedur untuk
interevensi Tepid Sponge dapat
meningkatkan kontrol kehilangan
menurunkan suhu tubuh pada anak
panas tubuh melalui evaporasi dan
yang mengalami hipertermi dimana
konduksi, yang biasanya dilakukan
suhu tubuh yang tinggi (>38ºC) dapat
pada pasien yang mengalami demam
melepaskan muatan listrik di otak
tinggi. Tujuan dilakukan tindakan tepid
sehingga timbul kejang, dimana hal ini
sponge yaitu untuk menurunkan suhu
disebut dengan kejang demam, pada
tubuh pada pasien yang mengalami
intervensi tepid sponge kompres
hipertermia.
dilakukan di bagian pembuluh besar
2. Mengidentifikasi Suhu Tubuh
pada tubuh yaitu ketiak, leher, dan Sebelum dan Sesudah Pemberian

lipatan paha dengan cara teknik seka kompres bawang merah pada aksila

sehingga permukaaan kulit mengalami Terhadap penurunan suhu tubuh anak

vasodilatasi sehingga terjadi evaporasi kejang demam di ruang anak RSUD dr

sehinga panas dalam tubuh keluar. Soedarsono Pasuruan

Sesuai dengan hasil penelitian


Berdasarkan tabel 4.6 diketahui
sebelumnya yang telah dilakukan oleh
rerata suhu tubuh sebelum dilakukan
(Aryanti Wardiyah, Setiawati, 2014)
intervensi pada kelompok Kompres
pemberian tepid sponge dapat
Bawang Merah Pada Aksila pada hari
menurunkan suhu tubuh melalui proses
ke-1 adalah 38.7ºC setelah, hari ke-2
adalah 38.2ºC, hari ke-3 adalah 37.8ºC Menurut (Cahyaningrum, 2015)

setelah dilakukan intervensi rerata suhu pemberian kompres bawang merah

tubuh hari ke-1 adalah 38.4ºC, hari ke- dipermukaan kulit membuat pembuluh

2 adalah 37.9ºC, hari ke-3 adalah darah vena berubah ukuran yang diatur

37.3ºC. oleh hipotalamus anterior untuk

Menurut peneliti dengan mengontrol pengeluaran panas,

memberikan interevensi Kompres sehingga terjadi vasodilatasi

Bawang Merah Pada Aksila dapat (pelebaran) pembuluh darah dan

menurunkan suhu tubuh ada anak yang hambatan produksi panas. Darah

mengalami kejang demam dimana pada didistribusi kembali ke pembuluh darah

gerusan bawang merah pada permukaan untuk meningkatkan

permukaan kulit membuat pelebaran pengeluaran panas. Terjadinya

pada pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi ini menyebabkan

proses evarporasi dan terjadi pembuangan panas melalui kulit

pengeluaran panas terlebih kompres meningkat, pori-pori membesar, dan

bawang merah ini dilakukan di daerah pengeluaran panas secara evaporasi

askila dimana terdapat pembuluh darah (berkeringat) yang diharapkan akan

besar sehingga penurunan suhu tubuh terjadi penurunan suhu tubuh mencapai

dapat terjadi secara maksimal. Sesuai keadaan normal kembali.

dengan hasil penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan oleh (Putri and


3. Menganalisis Menganalisis Rerata
Cahyaningrum, 2017) terdapat
Pre-Post Tepid Sponge Terhadap
perbedaan suhu tubuh yang bermakna Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak

antara sebelum dan setelah kompres Kejang Demam

bawang merah. Berdasarkan tabel 4.9 pre-post test

suhu tubuh pada kelompok


interevensi tepid sponge diperoleh penatalaksanaan tepid sponge 1 kali

penurunan pada hari ke-1 adalah dalam sehari selama 3 hari pemberian

0.45ºC dengan nilai p value 0.001 < (Wardiyah, Setiawati and Romayati,

0.05, pada hari ke-2 adalah 0.69ºC 2016) yang menyatakan tepid sponge

dengan nilai p value 0.000 < 0.05, diberikan kepada anak yang mengalami

pada hari ke-3 adalah 0.90ºC dengan hipertermi selama 1 kali selama 3 hari

nilai p value 0.000 < 0.05, yang tindakan tepid sponge panas dari darah

berarti ada pengaruh Tepid Sponge berpindah melalui dinding pembuluh

terhadap penurunan suhu tubuh pada darah kepermukaan kulit dan hilang ke

anak yang mengalami kejang demam. lingkungan melalui mekanisme

Peneliti berasumsi, berdasarkan kehilangan panas sehinggga terjadi

hasil penelitian rerata pasein anak yang penurunan suhu tubuh.

telah mendapat perlakuan tepid sponge Hasil penelitian ini sejalan

mengalami penurunan suhu tubuh. dengan penelitian yang dilakukakan

Penurunan suhu tubuh setelah oleh (Rana Ashshafa Nur Afrah, Faisal

mendapat perlakuan tepid sponge Kholid Fahdi, 2017) tepid sponge

selama 10 – 15 menit 1 kali dalam merupakan kombinasi teknik blok

sehari selama 3 hari berturut-turut akan dengan seka. Teknik tepid sponge ini

meningkatkan kontrol kehilangan menggunakan kompres blok langsung

panas tubuh melalui evaporasi sehingga dibeberapa tempat yang memiliki

mempercepat penurunan suhu tubuh pembuluh darah besar seperti di leher,

pada anak yang mengalami demam ketiak, dan lipatan paha. Selain itu

khususnya pada anak kejang demam. teknik ini ditambah dengan dengan

Hasil penelitian ini didukung oleh memberikan seka dibeberapa area

penelitian yang dilakukan oleh tubuh sehingga perlakuan yang

(Muthahharah and Andi Nia, 2017) diterapkan akan lebih kompleks.


Kompres blok langsung diberbagai kompres bawang merah cepat

tempat ini akan menyampaikan sinyal menurunkan suhu tubuh anak dengan

ke hipotalamus dengan lebih gencar kejang demam kandungan zat dalam

dan pemberian seka akan mempercepat bawang merah yang dapat menurunkan

vasodilatasi pembuluh darah perifer suhu tubuh.

serta memfasilitasi perpindahan panas Peneliti berasumsi, berdasarkan

di tubuh ke lingkungan sekitar hasil penelitian rerata pasein anak yang

sehingga terjadi penurunan suhu tubuh. telah mendapat perlakuan kompres

bawang merah pada aksila mengalami


4. Menganalisis Rerata Pre-Post
kompres bawang merah pada aksila penurunan suhu tubuh. Peneliti
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada
Anak Kejang Demam berasumsi penurunan suhu tubuh pada
Hasil analisis data pada tabel anak kejang demam setelah mendapat
Tabel 4.9 pre-post test suhu tubuh pada
kompres bawang merah 1 kali dalam
kelompok interevensi kompres bawang sehari selama 3 hari berturut-turut akan
merah pada aksila diperoleh penurunan mempercepat penurunan suhu tubuh
pada hari ke-1 adalah 0.30ºC dengan yang diakibatkan kompres bawang
nilai p value 0.001 < 0.05, pada hari-2 merah pada permukaan kulit
adalah 0.38ºC dengan p value 0.000 < menyebabkan vasodilatasi pembuluh
0.05, pada hari ke-3 adalah 0.54ºC darah sehingga menyebabkan
dengan nilai p value 0.000 < 0.05 yang permukaan kulit mengalami pelebaran
berarti ada pengaruh kompres bawang sehingga terjadi kehilangan panas
merah pada aksila terhadap penurunan secara eveporasi serta kandungan zat
suhu tubuh pada anak yang mengalami dalam bawang merah yakni
kejang demam . Hasil penelitian ini Allylcysteine sulfoxide dan minyak
juga sejalan dengan penelitian yang atsiri merupakan zat yang dapat
dilakukan (Cahyaningrum, 2015) menurunkan suhu tubuh yang tinggi,
terlebih kompres bawang merah kulit membuat pembuluh darah vena

dilakukan oleh peneliti di daerah aksila berubah ukuran yang diatur oleh

dimana daerah aksila merupakan hipotalamus anterior untuk mengontrol

tempat pembuluh dasar besar sehingga pengeluaran panas, sehingga terjadi

menyampaikan sinyal ke hipotalamus vasodilatasi (pelebaran) pembuluh

sehingga menyebabkan vasodilatasi darah dan hambatan produksi panas.

pembuluh darah perifer serta Darah didistribusi kembali ke

memfasilitasi perpindahan panas di pembuluh darah permukaan untuk

tubuh ke lingkungan sekitar sehingga meningkatkan pengeluaran panas.

terjadi penurunan suhu. Penelitian ini Terjadinya vasodilatasi ini

didukung oleh penelitian yang menyebabkan pembuangan panas

dilakukan oleh (Julianti, Anies and melalui kulit meningkat, pori-pori

Cahyaningrum, 2014) Bawang merah membesar, dan pengeluaran panas

yang digerus akan melepaskan enzim secara evaporasi (berkeringat) yang

alliinase yang berfungsi sebagai diharapkan akan terjadi penurunan

katalisator untuk alliin yang akan suhu tubuh mencapai keadaan normal

bereaksi dengan senyawa lainnya. kembali (Putri and Cahyaningrum,

Kompres bawang merah 2017).

merupakan bawang merah yang dapat


7. Menganalisis Efektivitas Antara
mengobati demam antara lain: Tepid sponge dan komprs bawang
merah terhadap penurunan suhu
tubuh anak kejang demam
floroglusin, sikloaliin, metialiin, dan
Tabel 4.10 menunjukkan hasil
kaemferol yang dapat menurunkan
uji Indipendent Sample T-Test, terbukti
suhu tubuh; dan minyak atsiri yang
ada perbedaan suhu tubuh yang
dapat melancarkan peredaran darah signifikan antara pemberian tepid
sponge dan kompres bawang merah
(Putri and Cahyaningrum, 2017).
pada aksila, p value 0.001 < 0.05),
Gerusan bawang merah dipermukaan
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pe rbedaan yang signifikan diterapkan akan lebih kompleks.
antara rerata penurunan suhu tubuh Penelitian ini sejalan dengan penelitian
sesudah dilakukan intervensi pada yang dilakukan oleh (Rana Ashshafa
masing-masing kelompok. Kelompok Nur Afrah, Faisal Kholid Fahdi, 2017)
tepid sponge ( M = 0.68ºC ; SD = yang menyatakan Berdasarkan hasil
0.2042) mengalami penurunun suhu penelitian rerata pasien yang telah
yang lebih banyak daripada kelompok diberi intervensi tepid sponge maupun
kompres bawang merah (M = 0.43ºC ; kompres bawang merah pada aksila
SD = 0.1496). Hal ini menunjukkan mengalami penurunan suhu tubuh.
bahwa pemberian tepid sponge lebih Peneliti berasumsi penurunan suhu
efektif daripada pemberian kompres tubuh pasien anak setelah mendapat
bawang merah pada aksila untuk interevensi tepid sponge 1 kali dalam
menurunkan suhu tubuh pada anak sehari selama 3 hari bertut-turut
yang mengalami kejang demam. dikarenakan pada interevensi
Peneliti berasumsi, pada dasarnya menggunkan prinsip kehilangan panas
kedua intervensi sama-sama dapat secara evaporasi. Pada kelompok
menurunkan suhu tubuh. Perbedaan kompres bawang merah pada aksila
antara kedua kelompok ini terdapat mengalami penurunan suhu tubuh
dalam besarnya penurunan suhu tubuh namun tidak sebanyak dibandingkan
yang terjadi, pada kelompok tepid dengan tepid sponge. Menurut peneliti
sponge terjadi penurunan suhu tubuh hal ini dikarenakan kompres bawang
lebih banyak dibandingkan dengan merah hanya dilakukan di satu tempat
kelompok kompres bawang merah pada yang terdapat pembuluh dasar yaitu
aksila. Peneliti berasumsi perbedaan aksila meskipun begitu kompres
pada penurunan suhu tubuh yang bawang merah pada aksila dapat
terjadi pada kelompok tepid sponge menurunkan suhu tubuh dikarenakan
lebih banyak mengalami penurunan kandungan dalam bawang merah yang
suhu tubuh dikarenakan teknik tepid dapat menurunkan suhu tubuh pada
sponge ini menggunakan kompres blok anak kejang demam yang mengalami
langsung dibeberapa tempat yang hipertermi. Penelitian ini sejalan
memiliki pembuluh darah besar seperti dengan penelitian yang dilakukan oleh
di leher, ketiak, dan lipatan paha. (Putri and Cahyaningrum, 2017)
Selain itu teknik ini ditambah dengan Bawang merah yang digerus akan
dengan memberikan seka dibeberapa melepaskan enzim alliinase yang
area tubuh sehingga perlakuan yang berfungsi sebagai katalisator untuk
alliin yang akan bereaksi dengan 38.0ºC) hal ini juga sesuai dengan
senyawa lain misalnya kulit yang penlitian yang dilakukan oleh
berfungsi menghancurkan bekuan (Gunawan and Saharso, 2012) faktor
darah. Kandungan minyak atsiri dalam usia cukup berperan terhadap kejadian
bawang merah juga dapat melancarkan KD. Risiko terjadinya KD berulang
peredaran darah sehingga peredaran menurun seiring per- tambahan usia.
darah menjadi lancar. Kandungan lain Peningkatan ambang batas kejang
dari bawang merah yang dapat seiring bertambahnya usia anak akan
menurunkan suhu tubuh adalah menurunkan risiko KD berulang.
florogusin, sikloaliin, metialiin, dan KESIMPULAN
kaemferol. Perubahan suhu tubuh antara
Menurut (Cahyaningrum, 2015), Selain pretest dan posttest pada masing-
penggunaan obat antipiretik, penurunan masing kelompok mendapatkan hasil
suhu tubuh dapat dilakukan secara fisik perbedaan yang signifikan namun
(non farmakologik) yaitu dengan perbedaan yang lebih tinggi dapat
penggunaan energi panas melalui dilihat pada kelompok tepid sponge.
metoda konduksi dan evaporasi. Ketika Hasil uji perbedaan eketivitas antara
kulit hangat menyentuh yang hangat kelompok tepid sponge dan kompres
maka akan terjadi perpindahan panas bawang merah mendapatkan hasil yang
melalui evaporasi, sehingga signifikan menunjukkan bahwa
perpindahan energi panas berubah pemberian tepid sponge lebih efektif
menjadi gas. Sesuai dengan hasil daripada kelompok kompres bawang
penelitian pada table 4.1 usia merah pada aksila untuk menurunkan
responden terdapat pada rentang 1 suhu tubuh pada anak yang mengalami
tahun – 5 tahun hal ini sesuai dengan kejang demam.
pernyataan yang disampaikan oleh
(HK, Susilawati and Amatiria, 2017) DAFTAR PUSTAKA
kejang demam merupakan kelainan
neurologis yang paling sering dijumpai Almeida, M. De (2008) ‘Tepid
sponging plus dipyrone versus
pada bayi dan anak, terutama golongan
dipyrone alone for reducing
umur 6 bulan sampai 4 tahun, dan body temperature in febrile
children’, Instituto Materno
hampir 3 % dari pada anak yang
Infantil Professor Fernando
berumur 5 tahun pernah menderitanya. Figueira (IMIP, 126(2), pp.
107–111
Kejang ini disebabkan oleh demam
yang semakin tinggi (suhu diatas >
Anisa, K. D. (2019) ‘Efektifitas ‘faktor risiko Kejang Demam
kompres hangat untuk Berulang pada Anak’, Media
menurunkan suhu tubuh pada Medika Indonesiana, 46(2),
an.d dengan hipertermia’, 5, pp. 75–80.
pp. 122–127. Doi:
10.33485/jiik-wk.v5i2.112. Hartanti, L. I. S. 2017, program studi
sarjana keperawatan,
Respiratory Stikes Surakarta
Aryanti Wardiyah, Setiawati, D. S.
(2014) ‘Perbandingan Efektifitas Hidayat, AAA, Pengantar Ilmu
Keperawatan anak, edisi 1,
Pemberian Kompres Hangat DAN
Jakarta, Selemba Medika
TEPID SPONGE Terhadap penurunan
Hidayat, AAA, Pengantar Ilmu
Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami
Keperawatan anak, edisi 2,
Demam RSUD dr. H. Abdul Moeloek Jakarta, Selemba Medika
Provinsi Lampung’, 4(1), Pp. 44–56
Ismet, I. (2017) ‘Kejang Demam’,
Jurnal Kesehatan Melayu,
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural
1(1), p. 41. Doi:
Keperawatan Konsep Dan
10.26891/jkm.v1i1.13.
Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien, Jakarta,
Ismoedijanto (2015) ‘Demam pada
Anak’, Sari Pediatri, 2(2), pp. 103–108.
Bahtera, T. And Wijayahadi, N. (2010)
Lintong, F., Supit, W. And Kukus, Y.
‘Faktor Risiko Bangkitan
(2015) ‘Suhu tubuh:
Kejang Demam pada Anak’,
homeostasis dan efek terhadap
Sari Pediatri, 12(3).
kinerja tubuh manusia’,
Respiratory universitassam
Ratulagi Manado.
Cahyaningrum, E. D. (2015) ‘Pengaruh
kompres bawang merah
terhadap suhu tubuh anak
Jaelani. 2007, Khasiat Bawang Merah,
demam’, Seminar Nasional
Yogyakarta, Kanisius
dan Presentasi Hasil-Hasil
Penelitian Pengabdian
Masyarakat, pp. 80–89.
Lusia, Mengenal Demam Dan
Perawatannya Pada Anak,
Surabaya, Airlangga
Djamaludin, N & Eveline, Panduan
University Press (AUP)
Pintar Merawat Bayi Dan
Balita, Jakarta, Kawah Media
Mail, E. (2017) ‘Penatalaksanaan
awalkejang Demam Pada
Fajjriyah, N, 2017, Kiat Sukses
Anak’, Hospital Majaphit,
Budidaya Bawang Merah,
9(2), pp. 1–14.
Yogyakarta, Bio Genesis

Gunawan, P. I. And Saharso, D. (2012)


Marendra, Z & Febry, AB. 2010, Smart Praktis, Edisi 4, Jakarta,
Parents Pandai Mengatur Salemba Medika
Menu Dan Tanggap Saat Anak
Sakit, Jakarta Selatan, Gagas
Media Olvie G. Tandi, J. P. Dan A. P. (2015)
‘PertumbuhanDan Produksi
Bawang Merah ( Allium
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Ascalonicum Growth And
Sakit. Jakarta, Buku Kedokteran ECG Prodution of onion( Allium
ascalonicum L .) BASED
ON’, 21(3), pp. 142–150.
Notoatmodjo, 2010, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta,
Rineka Cipta Pusponegoro, H. D. Et al. (2006)
‘Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Nursalam, 2016, Metodologi Penelitian Demam’,
Ilmu Keperawatan Pendekatan
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Sugiyono, 2012, Metode Penelitian
Ikatan Dokter Anak Indones. Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, Bandung, Alfabeta CV
Riyadi S & Suharsono, 2010, Asuhan
Keprawatan Pada Anak Sakit,
Yogyakarta, Goysen Supit, Y. K. W., & Lintong, F. (2009).
Publishing Suhu tubuh: homeostasis dan efek
terhadap kinerja tubuh manusia.

Rana Ashshafa Nur Afrah, Faisal


Kholid Fahdi, S. F. (2017) Wardiyah, A., Setiawati and Romayati,
‘Pengaruh tepid sponge U. (2016) ‘Perbandingan
terhadap perubahan suhu Efektivitas Pemberian
tubuh anak ’, (December). Kompres Hangat dan Tepid
Spoge terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak yang
Setiadi, 2013, Konsep Dan Praktik Mengalami Demam di ruang
Penulisan Riset Keperawatan, Alamanda RSUD dr.H Abdul
Yogyakarta, Graha Ilmu Moeloek’, Kesehatan Holistik,
10(1), pp. 36–44. Available at:
http://malahayati.ac.id/wp-
Sowden, LA & Betz, CL. 2009, Buku content/uploads/2016/07/Jurna
Saku Keperawatan Anak l-Aryanti-Setiawati-Umi-
Pediatri, Jakarta, Buku Romayati.pdf.
Kedokteran EGC

Sugiyono, 2010, Statistika untuk


Penelitian, Bandung, Alfabeta CV

You might also like