This document discusses using onion compresses as an intervention for hyperthermia in children with febrile convulsions. It provides background on febrile convulsions globally and in Indonesia. It then describes a study analyzing onion compresses on 2 children with febrile convulsions and hyperthermia at Nur Hidayah Hospital in Bantul. The results found that after 2 sessions of 5 hours of nursing care including 10 minutes of onion compresses, the hyperthermia was resolved and both children experienced a 0.4-0.5 degree Celsius reduction in body temperature. The conclusion is that onion compresses can help lower body temperature in children with febrile convulsions and hyperthermia.
This document discusses using onion compresses as an intervention for hyperthermia in children with febrile convulsions. It provides background on febrile convulsions globally and in Indonesia. It then describes a study analyzing onion compresses on 2 children with febrile convulsions and hyperthermia at Nur Hidayah Hospital in Bantul. The results found that after 2 sessions of 5 hours of nursing care including 10 minutes of onion compresses, the hyperthermia was resolved and both children experienced a 0.4-0.5 degree Celsius reduction in body temperature. The conclusion is that onion compresses can help lower body temperature in children with febrile convulsions and hyperthermia.
This document discusses using onion compresses as an intervention for hyperthermia in children with febrile convulsions. It provides background on febrile convulsions globally and in Indonesia. It then describes a study analyzing onion compresses on 2 children with febrile convulsions and hyperthermia at Nur Hidayah Hospital in Bantul. The results found that after 2 sessions of 5 hours of nursing care including 10 minutes of onion compresses, the hyperthermia was resolved and both children experienced a 0.4-0.5 degree Celsius reduction in body temperature. The conclusion is that onion compresses can help lower body temperature in children with febrile convulsions and hyperthermia.
Introduction: WHO estimates that the number of children experience febrile
convulsion in the world is more than 21.65 million and 216,000 more children have died. There are 17 million cases of fever worldwide and 500-600 thousand die each year. In Indonesia, the number of people with fever is estimated to reach 600,000-1.5 million cases every year and 80-90% occur in children aged 2-19 years. Shallot compresses can be used as an effort to reduce child’s body temperature which is easily accessible to the public, both in terms of price an availability. Purpose: To analyze onion compresses as an intervention for nursing problems hyperthermia in children with febrile convulsion at Nur Hidayah Hospital Bantul. Method: The method used is descriptive with a case study approach. Sampling used purposive sampling technique. The number of samples was 2 child respondents febrile convulsion with hyperthermia nursing problems. Result: Based on the result of nursing care with hyperthermia nursing problems given for 2x5 hours, it was found that the hypertermia problem was resolved and the results of the innovation intervention to compress the onion for 10 minutes in An. F and An. A who has a fever, there is a decrease in body temperature by 0,40C-0,50C. Conclusion: Onion compress as an intervention for hyperthermia nursing problems in children with febrile convulsion can help reduce body temperature.
Pendahuluan: WHO memperkirakan jumlah anak yang mengalami kejang
demam di dunia lebih dari 21,65 juta dan 216 ribu lebih anak meninggal dunia. Terdapat 17 juta jumlah kasus demam di seluruh dunia dan 500 – 600 ribu mengalami kematian tiap tahunnya. Di Indonesia jumlah penderita demam diperkirakan mencapai 600.000-1,5 juta kasus setiap tahun dan 80-90% terjadi pada anak berusia 2-19 tahun. Kompres bawang merah dapat digunakan sebagai upaya dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Tujuan: Menganalisis kompres bawang merah sebagai intervensi masalah keperawatan hipertermi pada anak dengan kejang demam di RS Nur Hidayah Bantul. Metode Penelitian: Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel 2 responden anak kejang demam dengan masalah keperawatan hipertermi. Hasil: Berdasarkan hasil asuhan keperawatan dengan masalah keperawatan hipertermi yang diberikan selama 2x5 jam didapatkan bahwa masalah hipertermi teratasi dan hasil intervensi inovasi kompres bawang merah selama 10 menit pada An. F dan An. A yang mengalami demam terjadi penurunan suhu tubuh sebesar 0,40C-0,50C. Kesimpulan: Kompres bawang merah sebagai salah satu intervensi masalah keperawatan hipertermi pada anak dengan kejang demam dapat membantu menurunkan suhu tubuh.
Kata kunci: Kompres bawang merah, Kejang demam, hipertermi
PENDAHULUAN sekitar 80%-90% dari seluruh kejang
Masalah kesehatan anak demam sederhana (Arifuddin, merupakan salah satu masalah 2016). Di Indonesia dilaporkan utama dalam bidang kesehatan yang angka kejadian kejang demam saat ini terjadi di Indonesia. Salah terdapat 2.772 anak berumur 6 satu gejala yang rentan dan sering bulan sampai dengan 3 tahun dan sekali terjadi pada anak adalah 832 diantaranya akan mengalami demam. Demam bukan merupakan kejang demam berulang (Kemenkes suatu penyakit, biasanya gejala RI, 2019). demam terjadi karena adanya World Health Organization kemungkinan masuknya suatu bibit (WHO) memperkirakan terdapat 17 penyakit dalam tubuh. Secara juta jumlah kasus demam di seluruh alami, tubuh mempertahankan diri dunia dengan insidensi mencapai dari serangan suatu penyakit 16-33 juta dengan 500–600 ribu dengan meningkatkan suhu tubuh kematian tiap tahunnya (Essa, F., (Hidayat, 2015). 2019). Di Indonesia penderita World Health Organisation demam diperkirakan 350-810 kasus (WHO) 2017 memperkirakan kejang per 1000 penduduk pertahun atau demam terjadi pada 2-5% anak usia kurang lebih sekitar 600.000-1,5 6 bulan sampai 5 tahun di negara juta kasus setiap tahun dan 80-90% maju dan jumlah anak yang adalah anak berusia 2-19 tahun mengalami kejang demam di dunia (Wardiyah & Romayati, 2016). lebih dari 21,65 juta dan 216 ribu Berdasarkan data Dinas lebih anak meninggal dunia (Paudel, Kesehatan Kabupaten Bantul (2021) 2018). Kejang demam di Amerika hasil survey demografi dan diperkirakan meningkat 4-5%, kesehatan AKB tahun 2020 sebesar sedangkan angka kejadian kejang 6,9/1.000 kelahiran hidup, AKB demam tertinggi di Asia berada di sebanyak 88 kasus yang hampir Guam yaitu 14%, India 5-10%, dan terjadi di semua wilayah Kabupaten Jepang 6- 9%. Persentase angka Bantul. Penyebab terbesarnya kejadian demam di bawah umur 4 karena kelainan bawaan sejumlah tahun berkisar 3-4 % dan setelah 26 kasus, aspirasi, diare, usia 4 tahun, persentase angka perdarahan intrakrani dan penyebab kejadian demam sekitar 6- 15 % lainnya sejumlah 17 kasus, BBLR (Wahid, 2019). Kejang demam lebih sejumlah 16 kasus dan asfiksia sering terjadi pada anak laki-laki sejumlah 16 kasus. Sedangkan dari pada anak perempuan dengan Angka Kematian Balita tahun 2020 perbandingan sekitar 1,6:1 (Leung sebanyak 95 balita. et al., 2018). Berdasarkan data register Angka kejadian kejang demam di ruangan rawat inap Arofah RS Nur Asia dilaporkan lebih tinggi dan Hidayah Bantul pada bulan Oktober- November 2021 penyakit pasien Bawang merah dapat digunakan ruang rawat inap anak yang untuk mengompres. Hal ini memiliki gejala awal berupa demam dikarenakan bawang merah yaitu Dengue Fever, KDS, KDK, DHF, mengandung senyawa sulfur organik Febris, GEA (Gastroenteritis Akut), yang berfungsi menghancurkan Pneumonia. Angka kejadian kejang bekuan darah, melancarkan demam berdasarkan data keadaan pembuluh darah, serta morbilitas pasien rawat inap bangsal meningkatkan pelepasan panas Arofah RS Nur Hidayah pada bulan secara evaporasi dari tubuh ke Oktober-November 2021 berjumlah lingkungan (Cahyaningrum, 2017). 20 orang, 15 diantaranya terjadi Berdasarkan hasil studi kasus pada anak usia 1-4 tahun. yang dilakukan oleh Cahyaningrum, Dampak yang ditimbulkan Anies & Julianti (2014), hipertermia apabila tidak ditangani menunjukkan bahwa terdapat dapat berupa penguapan cairan perbedaan yang bermakna dari tubuh yang berlebihan sehingga rerata suhu sebelum dan setelah terjadi kekurangan cairan dan pemberian kompres bawang merah kejang (Alves & Almeida, 2008 pada pada anak demam dengan dalam Setiawati, 2009). Hipertermi skala penurunan suhu tubuh sebesar berat (suhu lebih dari 410C) dapat 1,1350C. Hasil studi kasus yang juga menyebabkan hipotensi, dilakukan oleh (Riyady, 2016) kegagalan organ multipel, menunjukan bahwa kelompok anak koagulopati, dan kerusakan otak dengan demam yang mendapat yang irreversibel (Potter & Perry, perlakuan kompres bawang merah 2010). Dengan demikian, hipertermi menunjukan skala penurunan suhu harus diatasi dengan teknik yang tubuh sebesar 1,0990C. tepat. Berdasarkan uraian di atas, maka Upaya penanganan hipertermi peneliti melakukan intervensi terbagi menjadi dua tindakan yaitu inovasi berupa “Analisis Kompres tindakan farmakologis dan non Bawang Merah sebagai Intervensi farmakologis. Tindakan Masalah Keperawatan Hipertermi farmakologis yaitu tindakan pada Anak dengan Kejang Demam di pemberian obat antipiretik sebagai RS Nur Hidayah”. Oleh karena itu, penurun demam. Penanganan penting melakukan dan memberikan hipertermi non farmakologis adalah asuhan keperawatan secara tatalaksana fisik seperti memberi komprehensif pada anak yang minum yang banyak, tidak mengalami hipertermi dengan memberikan pakaian yang kombinasi penatalaksanaan antara berlebihan dan menyerap keringat, kegiatan mandiri perawat dan memperhatikan aliran udara di pengobatan medis sehingga ruangan, mencegah stress pada diharapkan dapat mempengaruhi anak dan memberikan kompres nilai normal suhu tubuh klien dan (Lusia, 2015). mencegah terjadinya komplikasi Selain itu, dapat dilakukan lebih lanjut. dengan memanfaatkan tanaman tradisional. Tanaman tradisional KAJIAN PUSTAKA diketahui memiliki toksisitas yang Kejang demam merupakan relatif lebih rendah jika kejang yang terjadi pada suhu dibandingkan dengan bahan kimia badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh dalam obat, sehingga bahan kimia diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan yang terkandung dalam tanaman ektrakranial. Kejang demam atau obat tradisional sebagian besar febrile convulsion adalah bangkitan dapat dimetabolisme oleh tubuh kejang yang terjadi pada kenaikkan (Febriani, 2018). suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016). Hipertermi merupakan Jenis penelitian ini adalah peningkatan suhu tubuh yang deskriptif dengan menggunakan berhubungan dengan pendekatan studi kasus. ketidakmampuan tubuh untuk Pengambilan sampel menggunakan menghilangkan panas ataupun teknik purposive sampling. Jumlah mengurangi produksi panas. sampel 2 responden anak kejang Hipertermi terjadi karena adanya demam dengan masalah ketidakmampuan mekanisme keperawatan hipertermi. Adapun kehilangan panas untuk kriteria inklusi yaitu keluarga dan mengimbangi produksi panas yang pasien yang bersedia menjadi berlebihan sehingga terjadi partisipan, pasien yang berusia 6 peningkatan suhu tubuh (Kahinedan bulan- 5 tahun, pasien anak kejang & Gobel, 2017). demam dengan masalah Kompres bawang merah adalah keperawatan hipertermi. Sedangkan suatu tindakan menurunkan suhu kriteria inklusinya yaitu pasien anak tubuh dengan menggunakan ramuan dengan suhu hiperpireksia dan bawang merah yang diolah dan di pasien anak yang memiliki luka letakkan pada area aksila dan atau pada bagian tubuhnya. pada bagian frontal (dahi/kening) Pada penelitian ini, peneliti (Tugi Oktiani, 2018). berlaku sebagi instrumen utama Rumusan pertanyaan pada dengan metode pengambilan data penelitian ini adalah bagaimana yaitu observasi, wawancara dan analisis kompres bawang merah studi dokumentasi. sebagai intervensi masalah Uji etik penelitian dilakukan di keperawatan hipertermi pada anak Komisi Etik Penelitian Kesehatan dengan kejang demam di RS Nur (KEPK) STIKes Surya Global Hidayah Bantul? Yogyakarta dengan No.1.26/KEPK/SSG/XI/2021. METODOLOGI PENELITIAN
HASIL PENELITIAN menangis dan rewel. Sebelumnya
1. Pengkajian Keperawatan kedua responden mengalami Pengkajian keperawatan kejang 1x selama ± 10 menit. dilakukan di Bangsal Arofah RS Kemudian keluarga membawa Nur Hidayah Bantul pada tanggal responden ke IGD RS Nur Hidayah 21 Desember dan 24 Desember untuk mendapatkan penanganan 2021. Responden pertama lebih lanjut. berinisial An. F dengan nomor RM Terdapat informasi lainnya 180xxx, berjenis kelamin laki- bahwa pada responden 1 laki, berusia 1 tahun 1 bulan. terdapat anggota keluarga yang Responden 2 berinisial An. A pernah mengalami kejang yaitu dengan nomor RM 208xxx, ayahnya dan saat hamil ibunya berjenis kelamin laki-laki, mengalami hipertensi. Sedangkan berusia 11 bulan 3 hari. pada responden 2, ayah Berdasarkan hasil pemeriksaan responden pernah mengalami diagnosa medis kedua responden kejang seperti responden. yaitu KDS. Hasil pemeriksaan fisik Hasil pengkajian riwayat didapatkan data pada responden penyakit responden 1 yaitu 1 yaitu keadaan umum sedang, keluhan utama mengalami kesadaran composmentis, hasil demam naik turun, badannya pemeriksaan tanda-tanda vital panas, sering menangis dan nadi 120x/menit, pernafasan rewel. Responden 2 mengalami 27x/menit, suhu 39,0◦C, wajah demam naik turun, badannya terlihat kemerahan, dahi terasa panas, tidak mau makan, sering hangat, mata sembab, kulit terasa hangat, akral hangat, kulit (Nursing Outcome Classification. kemerahan, CRT<2 detik. Rencana keperawatan meliputi: Sedangkan pada responden 2 Setelah dilakukan tindakan keadaan umum sedang, keperawatan selama 2x5jam kesadaran composmentis, hasil diharapkan suhu tubuh menurun pemeriksaan tanda-tanda vital dengan kriteria hasil Nadi 130x/menit, pernafasan Termoregulasi (0800): Suhu 28x/menit, suhu 39,2◦C, wajah tubuh normal 36,50C-37,50C, nadi terlihat kemerahan, dahi terasa dalam rentang normal (100x- hangat, mata sembab, kulit 160x/menit), tidak ada terasa hangat, akral hangat, kulit kemerahan, tidak ada kejang. kemerahan, CRT<2 detik. Respon Pengobatan (2301): tidak 2. Diagnosa Keperawatan ada reaksi alergi. Dan untuk NIC Diagnosa keperawatan yang (Nursing Intervention muncul pada responden pertama Classification) yaitu Perawatan yaitu Hipertermi berhubungan Demam (3740), Pengaturan Suhu dengan penyakit ditandai dengan (3900), Aplikasi Panas/Dingin DS: Ny.N mengatakan An.F (1380), Manajemen Kejang mengalami demam naik turun, (2680): Monitor suhu, nadi dan badannya panas, Ny.N status pernafasan setiap 4 jam, mengatakan sebelumnya An.F monitor warna kulit, longgarkan mengalami kejang 1x selama ± 10 baju dan gunakan pakaian tipis menit, Ny.N mengatakan An.F yang menyerap keringat, sering menangis dan rewel. DO: tingkatkan intake cairan dan Suhu: 38,5oC, wajah terlihat nutrisi adekuat ±350-400ml kemerahan, dahi terasa hangat, perhari, beritahu keluarga mata sembab, kulit terasa terkait terapi non farmakologi hangat, akral hangat, kulit kompres bawang merah untuk kemerahan. menurunkan suhu tubuh, Diagnosa keperawatan yang jelaskan penggunaan kompres muncul pada responden 2 yaitu bawang merah pada keluarga Hipertermi berhubungan dengan responden, cek suhu sebelum dan penyakit ditandai dengan DS: sesudah pemberian terapi Ny.G mengatakan An.A menggunakan thermometer, mengalami demam naik turun, berikan terapi non farmakologi badannya panas Ny.G berupa kompres bawang merah mengatakan sebelumnya An. A pada responden, evaluasi kondisi mengalami kejang 1x selama ± 10 umum, keamanan dan menit saat dirumah, Ny.G kenyamanan selama pemberian mengatakan An.A tidak mau kompres bawang merah, periksa makan, Ny.G mengatakan An. A adanya tanda-tanda iritasi kulit, sering menangis dan rewel. DO: berikan terapi cairan dan Suhu: 38,6oC, wajah terlihat elektrolit RL 20tpm mikro, kemerahan, dahi terasa hangat, berikan obat antipiretik yaitu mata sembab, kulit terasa paracetamol 100mg sesuai advice hangat, akral hangat, kulit dokter, monitor kejang, edukasi kemerahan. terkait penanganan kejang di 3. Perencanaan Keperawatan rumah, berikan obat anti kejang Perencanaan keperawatan yaitu diazepam 0,67mg sesuai yang akan diberikan pada kedua advice dokter. responden yaitu sesuai dengan buku panduan NIC (Nursing 4. Implementasi keperawatan Intervention Classification) dan Berdasarkan intervensi yang tujuan perencanaan sesuai telah direncanakan, peneliti dengan buku panduan NOC melakukan tindakan keperawatan pada kedua responden sesuai responden. Hasil yang didapatkan dengan rencana tindakan An. F tertidur, akral teraba keperawatan yang diberikan hangat, tidak ada tanda-tanda selama 2 hari atau 2x5 jam. alergi. Implementasi ketujuh Implementasi pada responden 1 peneliti melakukan pengukuran mulai dilakukan pada tanggal 21 suhu yaitu 20 menit setelah Desember 2021 jam 13.40 yaitu kompres bawang merah dengan melakukan pengukuran suhu, hasil yang didapatkan 38,0◦C. nadi, status pernafasan, Implementasi kedelapan memonitor warna kulit dan peneliti menganjurkan keluarga kejang. Hasil yang didapatkan untuk memenuhi cairan yaitu suhu tubuh 39,0°C, nadi partisipan ± 350 ml berupa ASI 120x/menit dan status dan air putih. Kemudian peneliti pernafasan 27x/menit, kulit memonitor terapi cairan dan teraba hangat, kulit kemerahan elektrolit yaitu terpasang infus dan tidak ada tanda-tanda RL 20tpm mikro. kejang. Implementasi kedua Implementasi yang dilakukan menganjurkan keluarga untuk pada hari berikutnya tanggal 22 melonggarkan baju dan Desember 2021 jam 09.00 yaitu memakaikan responden pakaian melakukan pengukuran suhu, tipis yang bisa membantu nadi, status pernafasan, penyerapan keringat. memonitor warna kulit dan Implementasi ketiga memberikan kejang. Hasil yang didapatkan obat parasetamol 100mg melalui yaitu suhu tubuh 37,7°C, nadi intravena dan diazepam 0,67mg 100x/menit, status pernafasan melalui oral sesuai advice 25x/menit dan kulit teraba dokter. hangat dan tidak ada tanda- Implementasi keempat tanda kejang. Kemudian memberitahu kepada keluarga memberitahu keluarga bahwa An. terkait terapi non farmakologi F akan diberikan kompres yaitu dengan memberikan bawang merah kembali, dan kompres bawang merah dan keluarga menyetujuinya. menjelaskan cara membuat Sebelum dilakukan kompres kompres bawang merah, waktu bawang merah, peneliti yang diperlukan dan efek dari mengukur suhu An. F terlebih pemberian kompres bawang dahulu menggunakan merah. Kemudian peneliti thermometer dan hasil yang meminta persetujuan terlebih didapatkan yaitu 37,7◦C, dahulu dari keluarga untuk kemudian peneliti melakukan tindakan kompres bawang merah kompres bawang merah selama yang akan dilakukan. 10 menit. Selama proses Implementasi kelima berlangsung, peneliti melakukan melakukan pengukuran suhu 5 observasi dan didapatkan hasil menit sebelum memberikan tidak ada tanda-tanda alergi atau kompres bawang merah dan hasil iritasi. Peneliti melakukan yang didapatkan yaitu 38,5◦C. evaluasi kondisi umum, Implementasi keenam melakukan keamanan dan kenyamanan kompres bawang merah selama responden. Hasil yang didapatkan 10 menit. Selama proses An. F lebih tenang dan nyaman. berlangsung, peneliti melakukan Peneliti melakukan pengukuran observasi dan didapatkan hasil suhu yaitu 20 menit setelah tidak ada tanda-tanda alergi atau kompres bawang merah dengan iritasi. Peneliti melakukan hasil yang didapatkan evaluasi kondisi umum, menunjukan penurunan suhu keamanan dan kenyamanan menjadi 37,3◦C. Kemudian peneliti memberikan edukasi proses berlangsung, peneliti pada keluarga pasien terkait melakukan observasi dan penanganan kejang demam didapatkan hasil tidak ada tanda- dirumah. Peneliti memonitor tanda alergi atau iritasi, dan An. terapi cairan dan elektrolit A menangis kemudian diam responden yaitu terpasang infus setelah diberi ASI oleh ibunya. RL 20tpm mikro. Setelah kompres bawang merah Implementasi keperawatan selesai, peneliti melakukan pada responden 2 mulai evaluasi kondisi umum, dilakukan pada tanggal 24 keamanan dan kenyamanan Desember 2021 jam 13.50 yaitu responden. Hasil yang didapatkan melakukan pengukuran suhu, An. A tertidur, lebih tenang, nadi, status pernafasan, tidak rewel dan nyaman. memonitor warna kulit dan Implementasi ketujuh peneliti kejang. Hasil yang didapatkan melakukan pengukuran suhu yaitu suhu tubuh 39.2°C, nadi yaitu 20 menit setelah kompres 130x/menit dan status bawang merah, dan hasil yang pernafasan 28x/menit, kulit didapatkan yaitu 38,2◦C. teraba hangat, kulit kemerahan Implementasi kedelapan dan tidak ada tanda-tanda peneliti menganjurkan keluarga kejang. Implementasi kedua untuk memenuhi cairan peneliti menganjurkan keluarga partisipan ± 400 ml selama di untuk melonggarkan baju dan rumah sakit agar tidak terjadi memakaikan responden pakaian dehidrasi pada An. A dan untuk tipis yang bisa membantu mencegah peningkatan suhu penyerapan keringat. tubuh. Peneliti memonitor terapi Implementasi ketiga peneliti cairan dan elektrolit responden memberikan obat parasetamol yaitu terpasang infus RL 20tpm 100mg melalui intravena dan mikro. diazepam 0,67mg melalui oral Implementasi yang dilakukan sesuai advice dokter. pada hari berikutnya tanggal 25 Implementasi keempat Desember 2021 jam 08.00 yaitu peneliti memberitahu kepada melakukan pengukuran suhu, keluarga terkait terapi non nadi, status pernafasan dan farmakologi untuk membantu memonitor warna kulit. Hasil menurunkan suhu yaitu dengan yang didapatkan yaitu suhu tubuh memberikan kompres bawang 37,8°C, nadi 100x/menit, status merah dan menjelaskan cara pernafasan 25x/menit dan kulit membuat kompres bawang teraba hangat. Kemudian peneliti merah, waktu yang diperlukan memberitahu keluarga bahwa An. dan efek dari pemberian kompres A akan diberikan kompres bawang merah. Kemudian bawang merah kembali, dan peneliti meminta persetujuan keluarga menyetujuinya. terlebih dahulu dari keluarga Sebelum dilakukan kompres untuk tindakan kompres bawang bawang merah, peneliti merah yang akan dilakukan. mengukur suhu An.A Setelah keluarga menyetujui, menggunakan thermometer dan implementasi kelima peneliti mencatatnya. Hasil yang melakukan pengukuran suhu 5 didapatkan yaitu 37,8◦C menit sebelum memberikan kemudian peneliti melakukan kompres bawang merah dan hasil kompres bawang merah selama yang didapatkan yaitu 38,6◦C. 10 menit. Selama proses Implementasi keenam peneliti berlangsung, peneliti melakukan melakukan kompres bawang observasi dan didapatkan hasil merah selama 10 menit. Selama tidak ada tanda-tanda alergi atau iritasi. Setelah kompres bawang Evaluasi keperawatan merah selesai, peneliti responden 2 pada tanggal 25 melakukan evaluasi kondisi Desember 2021 jam 13.00 yaitu umum, keamanan dan Ny. G mengatakan badan An. A kenyamanan responden. Hasil sudah tidak panas. Suhu 37,3◦C, yang didapatkan An. A lebih nadi 100x/menit, status tenang dan nyaman. Peneliti pernafasan 25x/menit, An. A melakukan pengukuran suhu lebih tenang, dan tertidur. yaitu 20 menit setelah kompres Masalah teratasi, pertahankan bawang merah, hasil yang intervensi. didapatkan yaitu 37,3◦C. . 6. Tindakan utama Keperawatan Kemudian peneliti memberikan /Inovasi edukasi pada keluarga responden Intervensi inovasi yang terkait penanganan kejang dilakukan pada kedua responden demam dirumah. Peneliti yaitu memberikan kompres memonitor terapi cairan dan bawang bawang merah selama elektrolit responden yaitu 2x5 jam dengan 2x pemberian terpasang infus RL 20tpm mikro. kompres bawang merah masing- 5. Evaluasi Keperawatan masing selama 10 menit. Dengan Evaluasi keperawatan adanya inovasi ini, peneliti dilakukan pada responden 1 berharap dapat membantu tanggal 21 Desember 2021 jam penurunan suhu tubuh 18.00 yaitu Ny. N mengatakan responden. An. F panas badannya sedikit Tabel 1 berkurang. Suhu 38,0◦C, nadi Hasil Pengukuran Suhu Sebelum 110x/menit, status pernafasan dan Sesudah Pemberian 25x/menit, kulit teraba hangat, Intervensi Kompres Bawang An. F lebih tenang, tidak rewel Merah dan tertidur. Masalah teratasi Berdasarkan tabel 1 sebagian, lanjutkan intervensi. menunjukan bahwa hasil Sehingga, peneliti perlu pengukuran suhu sebelum dan mempertahankan intervensi. sesudah pemberian intervensi Evaluasi keperawatan kompres bawang merah pada responden 1 pada tanggal 22 responden 1 An. F tanggal 21-12- Desember 2021 jam 13.00 yaitu 2021 yaitu 38,50C menjadi 38,00C Ny. N mengatakan badan An. F dan tanggal 22-12-2021 yaitu sudah tidak panas. Suhu 37,3◦C, 37,70C menjadi 37,30C. nadi 100x/menit, status Sedangkan responden 2 An. A pernafasan 25x/menit, An. F tanggal 24-12-2021 yaitu 38,60C lebih tenang, dan tertidur. menjadi 38,20C dan tanggal 25- Masalah teratasi, pertahankan 12-2021 yaitu 37,80C menjadi intervensi. 37,30C. Evaluasi keperawatan responden 2 pada tanggal 24 PEMBAHASAN Desember 2021 jam 18.00 yaitu 1. Pengkajian Ny. G mengatakan An. A masih Pengkajian keperawatan panas badannya. Suhu 38,2◦C, merupakan tahap awal dari nadi 110x/menit, status proses keperawatan dan pernafasan 25x/menit, kulit merupakan suatu proses yang teraba hangat, An. A lebih sistematis dalam pengumpulan tenang, tidak rewel dan tertidur. data dari berbagai sumber Masalah teratasi sebagian, data untuk mengevaluasi dan pertahankan intervensi. mengidentifikasi status Sehingga, peneliti perlu kesehatan klien (Budiono, mempertahankan intervensi. 2016). Nama Tanggal Sebelum Sesudah Suhu Responden An. F 21-12-2021 38,50C 38,0 An. F 22-12-2021 37,70C 37,30C An. A 24-12-2021 38,60C 38,2 menderita bangkitan kejang An. A 25-12-2021 37,80C 37,3 demam 4,5 kali lebih besar Hasil pengkajian dibanding yang tidak. menunjukkan usia kedua 2. Diagnosa Keperawatan responden yaitu 11 dan 13 Diagnosa keperawatan bulan dengan jenis kelamin merupakan suatu penilaian laki-laki. Hal ini sesuai dengan klinis untuk mengidentifikasi pendapat (Puspita et al., respon klien terhadap situasi 2019) bahwa kejang demam yang berkaitan dengan terjadi pada 2-4% anak kesehatan yang dialami yang berumur 6 bulan - 5 tahun. bertujuan untuk membantu Menurut ME Sumijati, 2000 klien dalam mencapai dalam (Erfiani Mail, 2017) kesehatan yang optimal menyatakan kejadian kejang (Herdman, T., 2015). demam lebih sering terjadi Berdasarkan data hasil pada laki-laki dibandingkan pengkajian yang dilakukan perempuan. Hal tersebut pada kedua responden, disebabkan karena pada keluarga mengatakan anaknya wanita terdapat maturasi mengalami demam naik turun, serebral yang lebih. sering menangis, rewel, kulit Hasil pengukuran suhu yang teraba hangat. Pemeriksaan dilakukan pada kedua tanda-tanda vital An. F yaitu partisipan yaitu 39,0 C dan 0 nadi 120x/menit, pernafasan 39,20C. Hal ini menunjukan 27x/menit, suhu 39,0◦C, bahwa suhu tubuh kedua sedangkan pemeriksaan tanda- responden berada di atas 380C tanda vital An. A yaitu nadi yang biasanya ditemukan pada 130x/menit, pernafasan penderita kejang demam saat 28x/menit, suhu 39.2◦C, tiba di rumah sakit. Hasil Sehingga dari data tersebut penelitian ini sejalan dengan masalah keperawatan yang penelitian yang dilakukan oleh ditemukan adalah hipertermia (Susanti, Yurika Elizabeth & berhubungan dengan proses Wahyudi, 2020) di RS Baptis penyakit (Ridha, 2014). Batu yang menerangkan Pengambilan diagnosa bahwa sebagian besar pasien keperawatan pada kejang kejang demam tiba di rumah demam tidak memiliki sakit dengan suhu tubuh lebih kesenjangan dengan teori dari 380C. yang ada. Hal ini sejalan Berdasarkan hasil dengan penelitian (Dewi pengkajian riwayat penyakit Silviana*, Siti Haryani**, 2020) pada keluarga, pada kedua tentang Pengelolaan responden terdapat anggota Hipertermi pada An. A dengan keluarga yang pernah Kejang Demam Simpleks di mengalami kejang yaitu ayah Ruang Amarilis RSUD Ungaran. responden. Hal ini merupakan Dalam penelitian tersebut salah satu faktor resiko yang ditemukan bahwa masalah dapat menyebabkan kejadian keperawatan yang diangkat kejang demam. Hasil yaitu hipertermi berhubungan penelitian yang dilakukan oleh dengan penyakit. Hal inilah (Arifuddin, 2016) yang membantu peneliti mengemukakan bahwa anak memperkuat pengambilan yang keluarga terdekatnya masalah keperawatan pada memiliki riwayat kejang An. F dan An. A dengan kejang demam (first degree relative) demam. mempunyai risiko untuk 3. Rencana Keperawatan Perencanaan keperawatan hipertermi serta memberikan adalah pengembangan strategi rasa nyaman, dengan hasil desain untuk mencegah, suhu tubuh 36,50C sampai mengurangi, dan mengatasi 37,50C, sehingga tujuan masalah-masalah yang telah tercapai yaitu suhu tubuh diidentifikasi dalam diagnosa dalam rentang normal 36,5- keperawatan (Budiono, 2016). 37,5 nadi dalam rentang Intervensi keperawatan normal (100-160x/menit), yang dirumuskan oleh peneliti tidak ada kemerahan, tidak yaitu monitor suhu, nadi dan ada kejang, dan tidak ada status pernafasan setiap 4 reaksi alergi dengan waktu jam, monitor warna kulit, 2x5 jam perawatan. longgarkan baju dan gunakan 4. Implementasi Keperawatan pakaian tipis yang menyerap Implementasi keperawatan keringat, berikan kompres adalah realisasi tindakan bawang merah, tingkatkan untuk mencapai tujuan yang intake cairan dan nutrisi telah ditetapkan (Budiono, adekuat ±350-400 ml perhari, 2016). edukasi penanganan kejang Implementasi keperawatan demam dirumah, berikan yang dilakukan pada kedua terapi cairan dan elektrolit, responden dimulai dengan berikan obat antipiretik dan melakukan pengukuran suhu anti kejang sesuai advice setiap 4 jam, nadi, status dokter. pernafasan, memonitor warna Rencana inovasi kulit dan kejang. Memonitor keperawatan yang telah suhu dilakukan setiap 4 jam dirumuskan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui adalah melakukan kompres keadaan umum klien bawang merah. Hal ini sesuai (Ardiansyah, 2016 dalam dengan teori Mubarak W.I., (Pratamawati, 2019). Lilis I., Joko S. (2015) bahwa Implmentasi keperawatan kompres bawang merah dapat menganjurkan keluarga untuk memberikan rasa hangat pada melonggarkan pakaian dan pasien dengan menggunakan menggunakan pakaian tipis alat atau cairan yang pada responden bertujuan menimbulkan hangat pada untuk mengurangi penguapan bagian yang memerlukan dan membantu penyerapan (punggung dan perut). keringat. Pelepasan pakaian Tujuan yang peneliti atau selimut akan tetapkan adalah suhu tubuh meningkatkan kemampuan normal 36,50C-37,50C, nadi alami tubuh untuk dalam rentang normal 100- menurunkan suhu tubuh 160x/menit, tidak ada (Utami & Wulandari, 2015). kemerahan, tidak ada kejang, Implementasi keperawatan tidak ada reaksi alergi. Hal ini pemberian obat antipiretik sesuai dengan dengan standart untuk menurunkan demam Nursing Outcomes dan obat anti kejang untuk Classification (NOC) dan sudah mencegah terjadinya kejang memenuhi kriteria SMART berulang. Menurut (Azis, 2019) (Spesifik, Measurable, sistem kerja obat antipiretik Achievable, Reasonable, adalah dengan cara Time), yaitu tujuan telah menurunkan set-point di otak spesifik bahwa pemberian dan membuat pembuluh darah kompres bawang merah dapat kulit melebar sehingga membantu mengurangi pengeluaran panas Evaluasi keperawatan yang ditingkatkan. dilakukan pada responden 2 Implementasi keperawatan An. A pada tanggal 24-25 menganjurkan keluarga untuk Desember 2021 jam 13.00 meningkatkan intake cairan yaitu Ny. G mengatakan badan dan nutrisi adekuat berupa air An. A sudah tidak panas. Suhu putih, susu. Hal ini sesuai 37,3◦C, nadi 100x/menit, dengan Sodikin (2011) yang status pernafasan 25x/menit, menyatakan bahwa pemberian An. A lebih tenang, dan minum bertujuan agar tidak tertidur. Masalah teratasi, terjadi dehidrasi dan pertahankan intervensi. membantu menurunkan panas. Hasil evaluasi keperawatan Implementasi keperawatan menunjukan evaluasi yang melakukan kompres bawang sudah sesuai dengan kriteria merah pada responden dan hasil yang disusun oleh mengobservasi selama proses peneliti yaitu tidak ada dan mengevaluasi setelah kemerahan dan tidak ada terapi. kejang pada kedua Dari kedua responden partisipan, suhu tubuh normal didapatkan respon yang sama, yaitu 37,30C, nadi dalam yaitu sebelum diberikan rentang normal 100x/menit, kompres bawang merah tidak ada reaksi alergi pada keluarga responden kedua responden. mengatakan bahwa suhu 6. Tindakan Keperawatan tubuh berada diatas batas Utama/Inovasi normal dan keluarga Intervensi inovasi yang partisipan mengatakan bahwa dilakukan pada kedua suhu tubuh berkurang setelah responden yaitu memberikan diberikan kompres bawang kompres bawang bawang merah. merah dengan tujuan untuk 5. Evaluasi Keperawatan menurunkan suhu tubuh Evaluasi keperawatan responden yang mengalami merupakan suatu kegiatan hipertermi dengan batas suhu peninjauan hal-hal yang sudah normal 36,50c-37,50C. Hal ini dijalankan sejak awal disebabkan karena bawang perawatan pasien (Beatrik, merah mengandung senyawa 2019). sulfur organik yaitu yang Pada penelitian ini, berfungsi menghancurkan menunjukkan adanya pembekuan darah dan kemajuan atau keberhasilan membuat peredaran darah dalam mengatasi masalah lancar (E D Cahyaningrum, keperawatan hipertermi 2014). kedua responden. Terapi kompres bawang Evaluasi keperawatan yang merah dilakukan dengan cara dilakukan oleh peneliti pada mengambil bawang merah 3 responden 1 An.F pada tanggal siung yang sudah dicuci. Iris 21-22 Desember 2021 jam tipis halus bawang merah 13.00 yaitu Ny. N mengatakan menggunakan pisau, kemudian badan An.F sudah tidak panas. campurkan sedikit minyak Suhu 37,3◦C, nadi 100x/menit, kayu putih, aduk hingga rata. status pernafasan 25x/menit, Dalam pembuatan kompres An.F lebih tenang, dan bawang merah ini, satu kali tertidur. Masalah teratasi, pembuatan hanya untuk satu pertahankan intervensi. kali pemakaian. Sebelum dilakukan kompres bawang merah, peneliti melakukan bahwa kedua responden pengukuran suhu pada mengalami penurunan suhu responden terlebih dahulu tubuh yaitu pada responden 1 menggunakan thermometer. An. F pada hari pertama yaitu Peneliti memberikan posisi 38,50C menjadi 38,00C dan responden senyaman mungkin, hari berikutnya dari 37,70C dan menganjurkan berbaring. menjadi 37,30C. Sedangkan Kemudian peneliti melakukan responden 2 An. A pada hari kompres bawang merah pada pertama yaitu 38,60C menjadi responden selama 10 menit. 38,20C dan hari berikutnya Area kompres dilakukan pada dari 37,70C menjadi 37,30C. perut dan aksila. Hal ini juga sejalan dengan Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian (Henriani1, 2017) (Hayuni et al., 2019) dengan yang mengatakan bahwa judul Efektifitas pemberian pemanfaatan bawang merah kompres bawang merah sebagai kompres dalam terhadap penurunan suhu menurunkan suhu tubuh anak tubuh pada anak usia 1-5 yang mengalami demam dapat tahun di Puskesmas Gilingan. dibalurkan atau digosokkan Hasil penelitian menunjukkan pada area aksila, karena pada penurunan suhu tubuh setelah bagian tersebut memiliki diberikan kompres bawang banyak pembuluh darah besar merah. Penelitian lain yang dan memiliki banyak kelenjar mendukung yaitu penelitian apokrin yang mempunyai (BD et al., 2018) dengan judul vaskuler, sehingga akan Pengaruh pemberian memperluas daerah yang tumbukan bawang merah mengalami vasodilatasi dan sebagai penurun suhu tubuh memungkinkan perpindahan pada balita demam di panas tubuh ke lingkungan Puskesmas Lubuk Buaya Kota delapan kali lebih banyak. Padang tahun 2018 dengan Hasil penelitian Septiani hasil penelitian rata-rata suhu (2017) mengatakan bahwa tubuh sebelum dilakukan pemanfaatan kompres bawang pemberian tumbukan bawang merah dapat dilakukan pada merah yaitu 37,91oC dan area tubuh lainnya seperti setelah dilakukan pemberian perut, punggung, ubun-ubun, tumbukan bawang merah yaitu lipatan dan paha anak. 37,42oC. Saat proses kompres Berdasarkan hasil tindakan bawang merah berlangsung keperawatan berupa inovasi dan setelah kompres bawang terapi kompres bawang merah merah, peneliti melakukan yang dilakukan pada kedua observasi dan evaluasi responden, penurunan suhu meliputi ada tidaknya tanda- tubuh kedua responden tanda iritasi, keamanan,dan berkisar antara 0,40C-0,50C. kenyamanan. Peneliti Keluarga responden juga melakukan pengukuran suhu mengatakan dengan adanya kembali pada responden pemberian kompres bawang setelah 20 menit. merah membuat suhu tubuh Dari kedua responden anaknya turun dan lebih kejang demam dengan tenang. Menurut asumsi masalah keperawatan peneliti, adanya penuruhan hipertermi yang telah suhu tidak hanya dipengaruhi dilakukan implementasi oleh inovasi utama tapi inovasi didapatkan hasil keterpatuhan dari intervensi. keperawatan yang ada dapat teratasi dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Arifuddin, A. (2016). Analisis Faktor KESIMPULAN Risiko Kejadian Kejang Demam. Berdasarkan hasil penelitian Jurnal Kesehatan Tadulako, tentang Analisis Kompres Bawang 2(2), 61. Merah sebagai Intervensi Masalah Azis, A. (2019). KUNYIT (Curcuma Keperawatan Hipertermi pada domestica Val) SEBAGAI OBAT Anak dengan Kejang Demam di ANTIPIRETIK. Jurnal Ilmu RS Nur Hidayah Bantul dibangsal Kedokteran Dan Kesehatan. Arofah pada kedua responden https://doi.org/10.33024/jikk. yaitu An.F dan An.A yang v6i2.2265 mengalami demam naik turun. BD, faridah, yusefni, elda, & Diagnosa keperawatan yang myzed, ingges dahlia. (2018). ditetapkan pada kedua Pengaruh Pemberian Tumbukan responden yaitu hipertermia Bawang Merah Sebagai Penurun berhubungan dengan penyakit. Suhu Tubuh Pada Balita Demam Hal ini sesuai dengan kebutuhan Di Puskesmas Lubuk Buaya Kota responden, tanda gejala dan Padang Tahun 2018. Jik- Jurnal tidak bertolak belakang dengan Ilmu Kesehatan, 2(2), 136–142. teori. Perencanaan asuhan https://doi.org/10.33757/jik.v keperawatan hipertermi pada 2i2.128 kedua responden yang ditetapkan Cahyaningrum, E D. (2014). sudah sesuai dengan masalah Efektifitas Kompres Hangat Dan keperawatan yang diangkat. Kompres Bawang Merah Untuk perencanaan keperawatan Terhadap Penurunan Suhu ini menggunakan standar Tubuh Anak Dengan Demam. intervensi Nursing Intervention Proceeding, 288. Classification (NIC). Cahyaningrum, Etika Dewi. (2017). Pelaksanaan tindakan Pengaruh kompres bawang keperawatan hipertermi yang merah terhadap suhu tubuh telah dilakukan pada kedua anak demam. Seminar Nasional responden di Bangsal Arofah RS Dan Presentasi Hasil-Hasil Nur Hidayah tidak menyimpang Penelitian Pengabdian dari intervensi yang telah Masyarakat, ISBN 978-6, 80–89. ditetapkan dan telah mengikuti Dewi Silviana*, Siti Haryani**, T. S. standar asuhan keperawatan (2020). Oleh : DEWI SILVIANA. sesuai teori. Selain itu, Erfiani Mail. (2017). pelaksanaan inovasi terapi PENATALAKSANAAN AWAL keperawatan kompres bawang KEJANG DEMAM PADA ANAK DI merah dapat diberikan pada POLI ANAK RUMAH SAKIT kedua responden, hasil yang BHAYANGKARA SURABAYA. didapatkan yaitu penurunan suhu HOSPITAL MAJAPAHIT. tubuh berkisar antara 0,40C-0,50C Hayuni, A. F., Widyastuti, Y., & dan dengan adanya pemberian Sarifah, S. (2019). kompres bawang merah Efektifitasbpemberian kompres membuat suhu tubuh responden bawang merah terhadap turun dan lebih tenang. Evaluasi penurunan suhu tubuh pada keperawatan hipertermi pada anak usia 1-5 tahun di An. F dan An. A di Bangsal Arofah puskesmas Gilingan. Media RS Nur Hidayah yang didapatkan Publikasi Penelitian, 15(1), 1– sesuai dengan apa yang 7. diharapkan, dan masalah Henriani1, M. M. D. (2017). Analisa Praktik Klinik Keperawatan 3i1.220 pada Balita yang Mengalami Riyady, P. R. (2016). The effect of Demam dengan Intervensi onion ( Allium Ascalonicum L) Inovasi Pemberian Kompres compres toward body Bawang Merah terhadap temperature of children with Penurunan Suhu Tubuh di hipertermia in bougenville Ruang IGD RSUD A. M. Parikesit room. School of Nursing Tenggarong Tahun 2017. Jurnal University of Jember, 253–256. Ners, 1(1), 26. jurnal.unej.ac.id/index.php/pr https://dspace.umkt.ac.id//ha osiding/article/download/3921 ndle/463.2017/308 /3015 Herdman, T., & H. (2015). Diagnosis Susanti, Yurika Elizabeth & Keperawatan : Definisi & Wahyudi, T. (2020). Di Rumah Klasifikasi. Jakarta: EGC. Sakit Baptis Batu Clinical Kahinedan, V. A., & Gobel, I. Characteristics of Children (2017). Studi penatalaksanaan With Febrile Seizure in the tindakan keperawatan pada Baptist Hospital Batu. Journal pasien hipertermi di ruang of Medicine. rawat inap blud rsd liun Wardiyah, A., & Romayati, U. kendage tahuna. Jurnal Ilmiah (2016). Perbandingan Sèsebanua. efektivitas pemberian kompres Leung, A. K. C., Hon, K. L., & hangat dan tepidsponge Leung, T. N. H. (2018). Febrile terhadap penurunan suhu seizures: An overview. In Drugs tubuh anak yang mengalami in Context. demam di ruang Alamanda https://doi.org/10.7573/dic.21 RSUD dr . H . Abdul Moeloek. 2536 Holistik Jurnal Kesehatan Vol Pratamawati, M. (2019). Asuhan 10, No 1, Januari 2016 : 36-44. Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Demam Tifoid Dengan Masalah Hipertermia Dirumah Sakit Panti Waluya Malang. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. Puspita, R. I., Maghfirah, S., & Sari, R. M. (2019). PENYULUHAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM PENCEGAHAN KEJANG DEMAM BALITA di Dukuh Ngembel Desa Baosan Lor Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo. Health Sciences Journal. https://doi.org/10.24269/hsj.v
Efektifitas Pemberian Kompres Tepid Water Sponge Dan Pemberian Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan PDF