You are on page 1of 7

Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol.

2 (1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM PADA ANAK

NURSE WITH KNOWLEDGE MANAGEMENT AND SUPPORT FAMILIES WITH CHILDREN


FEBRILE SEIZURES

Veronika Florence Mamahit*, Jon W Tangka**, Jetty Mongdong***

Mahasiswa fakultas Keperawatan Universitas sariputra Indonesia Tomohon


Dosen fakultas keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon

ABSTRACT

Febrile seizures of children if no immediate action is taken less than 15 minutes will result in death.
So we need knowledge and skills of nurses broader in the handling or management of febrile
seizures of children. The objective is to know the relationship between knowledge of nurses and
family support with the management of febrile seizures in children Dr Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
in 2011. The study was conducted using cross sectional design on 12 samples for nurses and
families. By using a statistical test Spearman rho correlations indicate the significance of relations
between the two variables are (p) = 0024, Correlation Coefficient (r) = 0.6450 indicating a strong
relationship between the free variable (knowledge of nurses and family support) and bound (the
management of seizures child's fever.) While the significance value that indicates the value is <0.05
hence H0 refused and H1 accepted or there is a correlation between knowledge of nurses and family
support with the management of febrile seizures in children in Room E BLU RSU Prof. Dr. R.D.
Manado Kandou February 2011. For that is expected to nurse presumably to broaden the knowledge
and skills through formal education or by improving education and training on the management of
febrile seizures.
Key words: Seizures Fever Children

ABSTRAK

Kejang demam anak jika tidak segera diambil tindakan kurang dari 15 menit akan mengakibatkan
kematian. Sehingga perlu pengetahuan dan ketrampilan yang lebih luas dari perawat dalam
penanganan atau penatalaksanaan kejang demam anak. Tujuan penulisan ini adalah mengetahui
hubungan pengetahuan perawat dan dukungan keluarga dengan penatalaksanaan kejang demam
pada anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2011. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan desain cross sectional pada 12 sampel untuk perawat dan keluarga. Dengan
menggunakan uji statistik correlations Spearman rho menunjukkan signifikansi dari hubungan kedua
variabel tersebut adalah (p)= 0.024, Koefesien Korelasi (r)= 0,6450 menunjukkan tingkat hubungan
yang kuat antara variable bebas (pengetahuan perawat dan dukungan keluarga) dan terikat
(penatalaksanaan kejang demam anak). Sedangkan nilai signifikansi yang menunjukkan nilai
tersebut <0.05 dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak atau ada hubungan pengetahuan
perawat dan dukungan keluarga dengan penatalaksanaan kejang demam pada anak di Ruangan E
BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Februari 2011. Untuk itu sangat diharapkan kepada
perawat kiranya dapat memperluas pengetahuan dan ketrampilan melalui peningkatan pendidikan
formal atau dengan mengikuti pendidikan dan latihan tentang penatalaksanaan kejang demam.

Kata kunci : Kejang Demam Anak

74
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)

PENDAHULUAN penyebab, serta pengobatan profilaksis untuk


mencegah berulangnya demam
Di negara yang sedang berkembang, (Soetomenggolo, 1999).
termasuk Indonesia terdapat dua faktor yaitu Kejang demam merupakan salah satu
gizi dan infeksi yang mempunyai pengaruh kelainan saraf yang paling sering dijumpai
yang besar sekali terhadap pertumbuhan anak. pada bayi dan anak. Biasanya antara usia tiga
Saat ini 70% kematian balita disebabkan bulan sampai lima tahun. Sekitar 2-5% anak
karena pneumonia, campak, diare, malaria, pernah mengalami kejang demam sebelum
dan malnutrisi. Ini berarti bahwa penyakit usia lima tahun (Soetomenggolo, 1999).
infeksi masih menjadi penyebab kematian Demikian juga penderita kejang demam di AS,
balita. Terjadinya proses infeksi dalam tubuh Amerika Selatan dan Eropa Barat diperkirakan
menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang biasa mencapai dua sampai empat persen dari
disebut dengan demam, demam merupakan jumlah penduduk. Sedeangkan di Asia
faktor risiko utama terjadinya kejang demam dilaporkan penderitanya lebih tinggi sekitar
(Selamihardja, 2001). 20% diantara jumlah penderita mengalami
Kejang demam anak perlu diwaspadai kejang demam kompleks dan harus ditangani
karena kejang yang lama lebih dari 15 menit secara lebih teliti (Selamihardja, 2001).
yang dapat menyebabkan kematian (64 - Kehidupan anak juga sangat
74%), kerusakan saraf otak sehingga menjadi ditentukan keberadaannya bentuk dukungan
epilepsi, kelumpuhan bahkan retardasi mental. dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila
Hasil pengamatan Livingston (1999) dikutip dukungan keluarga yang sangat baik maka
oleh Riyadi (2009) diantara 201 pasien kejang pertumbuhan dan perkembangan anak relatif
demam sederhana enam atau tiga persen stabil, tetapi apabila dukungan keluarga anak
menderita epilepsi, sedangkan diantara 297 kurang baik, maka anak akan mengalami
pasien dengan epilepsi yang diprovokasi oleh hambatan pada dirinya yang dapat
demam 276 (93%) menderita epilepsi. Prichard mengganggu psikologis anak (Alimul,2005).
dan Mc Greal (2000, dalam Riyadi, 2009) Kelurga berperan dalam menentukan
mendapatkan angka epilepsi dua persen pada cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga
kejang demam sederhana dan 30% pada yang sakit seperti perhatian, komunikasi dalam
kejang atipikal. Di Indonesia oleh Tobing dalam mendapatkan informasi atau
(1989), melaporkan bahwa lima (6,5%) dari 83 pengetahuan yang terkait dan terlebih
pasien kejang demam menjadi epilepsi kerjasama untuk rencana asuhan dengan
(Soetomenggolo, 1999). Penanganan kejang perawat/ petugas kesehatan. Keberhasilan
demam harus tepat, sekitar 16% anak akan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi
mengalami kekambuhan (rekurensi) dalam 24 tidak optimal bahkan sia-sia jika tidak
jam pertama walaupun adakalanya belum bisa diperhatikan oleh anggota keluarga.
dipastikan, bila anak mengalami demam yang Berdasarkan hasil surey awal di IRINA
terpenting adalah usaha menurunkan suhu E RS Prof. Kandou Malalayang Manado pada
badannya. Pemberian obat pencegah kejang bulan April 2010 terdapat 15 kasus kejang
tidak boleh berlebihan karena dapat demam, 80% (11 Kasus) disebabkan oleh
menimbulkan efek samping. Sementara itu infeksi saluran pernapasan, dua pasien kejang
anak terus dimonitor suhu badannya, karena demam meninggal dengan observasi
dalam 16 jam pertama kemungkinan serangan meningitis dan enchepalitis.
ulang masih besar (Selamihardja, 2001). Penatalaksanaan kejang demam di
Pengobatan segera atau terapi sangat Ruang Anak RS. Prof Kandou Malalayang
penting, jika tidak dilakukan kambuhnya kejang Manado mengacu pada Standar Prosedur
semakin tinggi, sekitar sepertiga pasien kejang Tetap (SOP) RS yang sudah ada. Sementara
demam akan mengalami kekambuhan sebesar dari tanya-jawab dengan beberapa perawat di
44% pada pasien yang tidak diobati dan pada IRINA E menyatakan belum pernah mengikuti
pasien yang mendapat terapi Fenobarbital pendidikan dan latihan terkait dengan
maupun terapi Diazepam per rektal penatalaksanaan kejang demam.
kekambuhan sebesar 21% (Anugrah, 2003). Begitu juga dengan penelitian tentang
Ada tiga hal yang perlu dikerjakan dalam pengetahuan perawat dan dukungan keluarga
penatalaksanaan kejang demam, yaitu: berhubungan dengan penatalaksanaan kejang
pengobatan fase akut, mencari dan mengobati demam, belum pernah dilakukan.

75
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)

Berdasarkan uraian diatas penulis perawat dan dukungan keluarga. Uji yang
tertarik untuk melakukan penelitian tentang dipakai adalah Spearman Rho dengan tingkat
‘’Hubungan pengetahuan perawat dan p<α=0,05.
dukungan keluarga dengan penatalaksanaan
kejang demam pada anak di IRINA E RS Prof HASIL PENELITIAN
Kandou Malalayang”.
Analisa Univariat
METODE PENELITIAN
Karakteristik Responden Berdasarkan
Desain Penelitian Pengetahuan Perawat
Desain penelitian merupakan suatu
strategi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman
atau penuntun peneliti pada seluruh proses
penelitian (Nursalam, 2003).
Metode penelitian yang digunakan
adalah cross sectional yaitu jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran/
observasi data variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada satu saat dan
dinilai secara simultan (Nursalam, 2008).

Pengumpulan Data
prosedur pengumpulan data terdiri dari
2 yaitu pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder. Pengumpulan
data primer yaitu data yang diperoleh melalui Gambar 1: Karakteristik responden berdasarkan
kegiatan penelitian yang dilaksanakan di lokasi pengetahuan perawat di RSU Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado Februari 2011.
penelitian sesuai dengan masalah yang di teliti
melalui kuesioner. Sedangkan pengumpulan
data sekunder yaitu kegiatan pengumpulan Gambar di atas dapat dilihat bahwa
data dimana data diperoleh melalui penelitian karakteristik responden berdasarkan
kepustakaan yaitu mengumpulkan referensi pengetahuan perawat menunjukkan bahwa
tertulis berupa buku-buku maupun informasi yang paling banyak adalah kategori cukup
yang berkaitan dengan masalah penelitian sebanyak delapan orang atau 67%.
yang di teliti.
.Karakteristik Responden Berdasarkan
Analisa Data Penatalaksanaan Kejang Demam
Analisa Univariat:
Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian
terutama untuk melihat tampilan distribusi
frekuensi dan presentasi dari tiap-tiap variable.
Untuk menentukan jumlah presentasi dari
masing-masing variable independen. Data
univariat yaitu pengetahuan perawat dan
dukungan keluarga.

Analisa Bivariat:
Analisis bivariat, dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan satu
sama lain, dapat dalam kedudukan yang
sejajar pada pendekatan komparasi dan
kedudukan yang merupakan sebab akibat
Gambar 2: Karakteristik responden berdasarkan
(eksperimentasi). Variabel tersebut adalah penatalaksanaan kejang demam di RSU Prof.
variabel independen yaitu pengetahuan Dr. R.D. Kandou Manado Februari 2011.

76
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)

adalah cukup berjumlah 9 orang (75,0%),


Gambar di atas dapat dilihat bahwa dengan penatalaksanaan kejang demam
karakteristik responden berdasarkan kurang tidak ada (0%), cukup 7 orang (58,3%)
penatalaksanaan kejang demam menunjukkan dan baik 2 orang (16,7%). Sedangkan untuk
bahwa yang paling banyak adalah cukup pengetahuan perawat baik berjumlah 1 orang
sebanyak 9 orang atau 75%. (8,3%) dengan penatalaksanaan kejang
demam kurang dan cukup tidak ada (0%), baik
Karakteristik Responden Berdasarkan 1 orang (0%). Dan untuk pengetahuan perawat
dukungan keluarga kurang berjumlah 2 orang (16,7%) dengan
penatalaksanaan kejang demam kurang
berjumlah 1 orang (8,3%), cukup berjumlah 1
orang (8,3%) dan baik tidak ada.
Dari hasil analisa hubungan kedua
variabel diatas dengan menggunakan uji
statistik correlations Spearman rho
menunjukkan ada hubungan antara
pengatahuan perawat dengan
penatalaksanaan kejang demam anak.
Dengan signifikansi dari hubungan kedua
variabel tersebut adalah (p) = 0.024,
Koefesien Korelasi (r)= 0,6450 sehingga
menunjukkan tingkat hubungan yang kuat
antara variable bebas (pengetahuan perawat)
Gambar 3: Karakteristik responden berdasarkan
dukungan keluarga di RSU Prof. Dr. R.D. dan terikat (penatalaksanaan kejang demam
Kandou Manado Februari 2011. anak). Nilai signifikansi yang menunjukkan nilai
tersebut <0.05 dengan demikian H1 diterima
Gambar 5.10 di atas dapat dilihat dan H0 ditolak atau Silang hubungan
bahwa karakteristik responden berdasarkan pengetahuan perawat dan dukungan keluarga
dukungan keluarga menunjukkan bahwa dengan penatalaksanaan kejang demam pada
yang paling banyak adalah cukup sebanyak anak di Irina E BLU RSU Prof. Dr. R.D.
8 orang atau 67%. Kandou Manado Februari 2011.

Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Analisa Bivariat Penatalaksanaan Kejang Demam pada
Anak
Hubungan Pengetahuan Perawat dengan
Penatalaksanaan Kejang Demam pada Tabel 2. Tabulasi Silang hubungan pengetahuan perawat
Anak dan dukungan keluarga dengan
penatalaksanaan kejang demam pada anak di
RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Februari
Tabel 1. Tabulasi Silang hubungan pengetahuan 2011.
perawat dan dukungan keluarga dengan
Penatalaksanaan Kejaang Demam Total
penatalaksanaan kejang demam pada anak di
RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Februari Kurang Cukup Baik
2011.
Penatalaksanaan Kejang Demam Total Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Kurang Cukup Baik Kurang 1 8.3 1 8.3 0 0 2 16.7
Dukunga
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
n Cukup 0 0 7 58.3 2 16.7 9 75
Pengeta Kurang 1 8.3 1 8.3 0 0 2 16.7 Keluarga
hu- Cukup 0 0 7 58.3 2 16.7 9 75.0 Baik 0 0 0 0 1 8.3 1 8.3
an
perawat Baik 0 .0 0 0 1 8.3 1 8.3 Total 1 8.3 8 66.7 3 25 12 100
Total 1 8.3 8 66.7 3 25 12 100 Signifikansi (p) = 0, 024
Signifikansi (p) = 0, 024
Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0.645 Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0.645

Tabel 1 dari 12 responden didapatkan Tabel 2 dari 12 responden didapatkan


pengetahuan perawat yang paling besar dukungan keluarga yang paling besar adalah

77
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)

cukup berjumlah 9 orang (75,0%), dengan semakin tinggi, sekitar sepertiga pasien kejang
penatalaksanaan kejang demam kurang tidak demam akan mengalami kekambuhan sebesar
ada (0%), cukup 7 orang (58,3%) dan baik 2 44% pada pasien yang tidak diobati dan pada
orang (16,7%). Sedangkan untuk dukungan pasien yang mendapat terapi Fenobarbital
keluarga baik berjumlah 1 orang (8,3%) maupun terapi Diazepam per rektal
dengan penatalaksanaan kejang demam kekambuhan sebesar 21%.
kurang dan cukup tidak ada (0%), baik 1 orang Tingkat pengetahuan perawat di
(0%). Dan untuk dukungan keluarga kurang ruangan anak sebagian besar dalam katagori
berjumlah 2 orang (16,7%) dengan cukup dan sebagian mengarah ke baik.
penatalaksanaan kejang demam kurang Meskipun demikian hasil uji statistik
berjumlah 1 orang (8,3%), cukup berjumlah 1 membuktikan ada hubungan bermakna antara
orang (8,3%) dan baik tidak ada. pengetahuan perawat dengan
Dari hasil analisa hubungan kedua variabel penatalaksanaan kejang demam di Irina E BLU
diatas dengan menggunakan uji statistik RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Hal ini
correlations Spearman rho menunjukkan ada dapat dipengaruhi oleh wawasan dan
hubungan antara dukungan keluarga dengan pengalaman perawat ketika bekerja sehingga
penatalaksanaan kejang demam anak. memungkinkan mempengaruhi tingkat
Signifikan dari hubungan kedua variabel keberhasilan penatalaksanaan dalam
tersebut adalah (p) = 0.024, α=0,05, nilai intervensi kejang demam anak. Pengalaman
Koefesien Korelasi (r)= 0,6450 sehingga tersebut terkait dengan kolaborasi yang terjadi
menunjukkan ada hubungan yang kuat antara dengan tim kesehatan, antara lain dengan
dukungan keluarga dengan penatalaksanaan dokter (residen mapun spesialis), yang
kejang demam anak Irina E BLU RSU Prof. Dr. mengalami interaksi pengetahuan langsung
R.D. Kandou Manado. Dengan demikian H1 ketika bekerja. Sementara keseluruhan tanaga
diterima dan H0 ditolak. perawat tersebut tidak dibekali dengan
pelatihan. Sedangkan salah satu ciri perawat
profesional adalah memilki body of knowledge
dan pengembangan ilmu dan memiliki
PEMBAHASAN kemampuan tehnikal bekerja (Watson,2002
Hubungan pengetahuan perawat dengan dalam Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan
penatalaksanaan kejang demam Tangka,2008).
Hasil analisis ini sesuai dengan teori
Dari hasil analisa hubungan kedua bahwa anak merupakan hal yang penting
variabel diatas dengan menggunakan uji artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
statistik correlations Spearman rho penerus keturunan, anak pada akhirnya juga
menunjukkan ada hubungan antara sebagai generasi penerus bangsa. Oleh
pengatahuan perawat dengan karena itu tidak satupun orang tua yang
penatalaksanaan kejang demam anak. menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih
Dengan signifikansi dari hubungan kedua bila anaknya mengalami kejang demam.
variabel tersebut adalah (p) = 0.024, Kejang demam merupakan kelainan neurologis
Koefesien Korelasi (r)= 0,6450 sehingga akut yang paling sering dijumpai pada anak.
menunjukkan tingkat hubungan yang kuat Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya
antara variable bebas (pengetahuan perawat) kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC)
dan terikat (penatalaksanaan kejang demam yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
anak). Nilai signifikansi yang menunjukkan nilai Penyebab demam terbanyak adalah infeksi
tersebut <0.05 dengan demikian H1 diterima saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi
dan H0 ditolak atau saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2001).
Asumsi peneliti dari hasil penelitian ini, Insiden terjadinya kejang demam terutama
bahwa Ada 3 hal yang perlu dikerjakan dalam pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4
penatalaksanaan kejang demam, yaitu : tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di
pengobatan fase akut, mencari dan mengobati bawah 5 tahun pernah menderita kejang
penyebab, serta pengobatan profilaksis untuk demam. Kejang demam lebih sering
mencegah berulangnya demam sehingga didapatkan pada laki-laki daripada perempuan.
pengobatan segera atau terapi sangat penting, Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
jika tidak dilakukan kambuhnya kejang

78
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)

didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat KESIMPULAN DAN SARAN


dibandingkan laki-laki (M Sumijati,2000).
Hasil penelitian ini menunjukkan ada
Hubungan dukungan keluarga dengan hubungan yang bermakna antara pengetahuan
penatalaksanaan kejang demam perawat dan dukungan keluarga dengan
penatalaksanaan kejang demam pada anak.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
Penelitian ini membuktikan salah satu diharapkan kepada perawat kiranya dapat
hubungan bentuk kepedulian/ dukungan memperluas pengetahuan dan ketrampilan
keluarga terhadap kesehatan anak. Dukungan melalui peningkatan pendidikan formal atau
sebagian besar dari katagori cukup yaitu tujuh dengan mengikuti pendidikan pelatihan
(58,3%) dari 16 responden dan berdasarkan tentang penatalaksanaan kejang demam.
analis terbukti mempunyai hubungan
bermakna antara dukungan keluarga dengan
penatalaksanaan kejang demam (p UCAPAN TERIMA KASIH
value=0,024; α:0,05). Lebih lanjut dinyatakan
mempunyai hubungan yang kuat antara Peneliti mengucapkan terima kasih
dukungan keluarga dengan penangan kejang kepada Tuhan Yang Maha Esa, keluarga, Ns
demam (Koefesien Korelasi: r= 0,6450) pada Jon W. Tangka S.Kep M.Kep Sp KMB dan Ns
anak di Irina E BLU RSU Prof. Dr. R.D. Jetty Mongdong S.Kep selaku pembimbing,
Kandou Manado Februari 2011. para responden pada penelitian ini serta
Asumsi peneliti dari hasil penelitian ini, seluruh pihak yang sudah membantu selama
bahwa Kehidupan anak juga sangat ditentukan proses penelitian ini berlangsung.
keberadaannya bentuk dukungan dari
keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan
keluarga yang sangat baik maka pertumbuhan
dan perkembangan anak relative stabil, tetapi
apabila dukungan keluarga anak kurang baik,
maka anak akan mengalami hambatan pada
dirinya yang dapat mengganggu psikologis
anak.
Kehidupan anak juga sangat ditentukan
keberadaannya bentuk dukungan dari
keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan
keluarga yang sangat baik maka pertumbuhan
dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi
apabila dukungan keluarga anak kurang baik,
maka anak akan mengalami hambatan pada
dirinya yang dapat mengganggu psikologis
anak (Alimul,2005). Kelurga berperan dalam
menentukan cara asuhan yang diperlukan
anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan
keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-
sia jika tidak diperhatikan oleh anggota
keluarga. Hasil analisis ini sesuai dengan teori
bahwa Kejang demam merupakan salah satu
kelainan saraf yang paling sering dijumpai
pada bayi dan anak. Biasanya antara usia 3
bulan sampai 5 tahun. Sekitar 2-5% anak
pernah mengalami kejang demam sebelum
usia 5 tahun (Soetomenggolo, 1999).

79
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S.(1997). Prosedur Penelitian suatu Notoadmojo,S (2003). Ilmu Kesehatan


pendekatan praktek. Jakarta; Rineka Cipta Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta

Aziz,H, 2003. Metode Penelitian Keperawatan Nursalam(2008). Konsep dan Penerapan


dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Salemba Medika Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instumen
Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Depkes RI. 2001. Keluarga. Jakarta Salemba Medika

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Poter dan Perry(2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta : EGC. Keperawatan. Jakarta: EGC

Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, hal 847. Cetakan Riyadi,s (2009). Asuhan Keperawatan pada
ke 9. 2000 bagian Ilmu Kesehatan Anak Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
FKUI
Setyowati (2008) Pengertian Keluarga. Jakarta
Tangka,J.(2008). Buku Ajar Konsep Dasar : EGC
Keperawatan(tidak diterbitkan)
Soegianto ( 1999). Ilmu Penyakit Anak.
Tobing,L (1989). Penatalaksanaan Mutakhir Jakarta: Salemba
Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI
Soetjiningsih (1998). Tumbuh Kembang Anak.
Markum,AH(1999). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC
Jakarta: FKUI
Sugiyono (2003). Statistik Untuk Penelitian.
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Jakarta: EGC
Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta :
Media Aesculapius. Supartini,Yupi(2004). Konsep Dasar
Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC,
Jakarta

Notoadmojo, S (1997). Ilmu Kesehatan


Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar,Edisi 1.
Jakarta : Rineka Cipta

80

You might also like