You are on page 1of 9

BRAINSTORMING DALAM PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

(ISPA) OLEH IBU

Deny Martha Hardita, Nuzul Qur’aniati, Kristiawati

Korespondensi:
Deny Martha Hardita, d/a: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5913752
E-mail: dita.marthe@gmail.com

ABSTRACT
Problem of Acute Respiratory Infections (ARI) is still as a major cause of morbidity and mortality in
children. High incidence of ARI is influenced by several factors, such as the lack of mother’s
knowledge and attitude about ARI disease. The purpose of this study was to analyze the effect of the
application of brainstorming method on mother’s knowledge and attitude in prevention of ARI to
toodler. This study was used pra-experimental (one-group pre-post test design). Sampling was got
using proportional random sampling technique. There were 19 respondents in this study. The
independent variable in this study was the application of brainstorming method, while the dependent
variable in this study were knowledge and attitude. The Data was collected using a questionnaire and
analyzed using Wilcoxon Signed Rank Test, with significance α = 0.05. The Wilcoxon Signed Rank
Test showed that health education with brainstorming method was affected knowledge (p = 0.025)
and attitude (p = 0.02) of mother. The results of this study showed that health education using
brainstorming method can improve knowledge and attitude of mothers in prevention of ARI to toodler.
Health education using brainstorming method can be used as an alternatives way to prevent ARI to
children. Future studies are expected to use a control group and research other factors that influence
behavior.

Keywords: brainstorming, knowledge, attitudes, mother, Acute Respiratory Infections (ARI).

PENDAHULUAN menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap


ibu untuk mencegah ISPA juga masih
Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut
tergolong rendah, 9 ibu tidak mengetahui
(ISPA) masih menjadi penyebab utama angka
mengenai pengertian, tanda dan gejala ISPA, 8
morbiditas dan mortalitas pada anak dengan
ibu tidak mengetahui penyebab, cara
angka kematian anak usia dibawah lima tahun
penularan, dan cara pencegahan ISPA,
akibat ISPA mencapai 22,30%. Menurut
sedangkan 7 ibu masih menunjukkan sikap
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) (2010;
yang kurang baik terhadap pencegahan ISPA.
2012), angka kejadian ISPA yang masih tinggi
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
Program Penanggulangan Infeksi Saluran
adalah kurangnya pengetahuan dan sikap
Pernafasan Akut (P2 ISPA) sudah
orangtua mengenai penyakit ISPA. Penelitian
dilaksanakan di Puskesmas Tembelang.
yang dilakukan oleh Utami (2011)
Menurut informasi yang didapat dari
mendapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu
penanggung jawab program ISPA di
tentang ISPA 88% masih tergolong rendah,
Puskesmas Tembelang, upaya mengatasi kasus
sedangkan menurut Rahim (2013), ibu masih
hanya masih dalam proses kuratif atau
memiliki sikap buruk (39,2%) dalam
pengobatan ketika penderita datang ke
mencegah ISPA. Hasil survei awal yang
Puskesmas dan belum ada upaya preventif
dilakukan melalui wawancara dengan 10 ibu di
untuk mencegah ISPA. Salah satu upaya
wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat
preventif yang bisa dilakukan untuk
(Puskesmas) Tembelang Jombang juga
mendukung upaya kuratif dan program P2

Jurnal Pediomaternal
34 Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April 2015
ISPA adalah dengan pendidikan kesehatan (30%), tahun 2012 ditemukan 255 kasus
brainstorming, namun pengaruh pendidikan (22%), dan tahun 2013 ditemukan peningkatan
kesehatan brainstorming terhadap perubahan yang drastis yaitu 436 kasus (20,7%).
pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan
ISPA pada anak toodler belum dapat ISPA menjadi penyakit yang cukup
dijelaskan. mengkhawatirkan apabila dibiarkan begitu
saja. Kondisi imunitas dan daya tahan anak
ISPA merupakan masalah kesehatan berusia toodler (1-3 tahun) yang masih rendah
masyarakat yang utama baik di negara maju membuat anak sangat rentan untuk terserang
maupun di negara berkembang. Kasus ISPA di penyakit ini. ISPA yang ringan ditandai
Indonesia adalah enam juta episode (Rudan et dengan gejala ringan seperti batuk dan pilek,
al, 2008). Menurut Riset Kesehatan Dasar meskipun tergolong sebagai ISPA ringan, akan
(Riskesdas) (2013) period prevalence ISPA tetapi penyakit tersebut dapat berpengaruh
Indonesia adalah 25,0 %, sedangkan period terhadap tahap tumbuh kembang anak,
prevalence pneumonia anak bawah lima tahun mengganggu kesehatan, dan berpotensi untuk
di Indonesia adalah 18,5 per mil dengan menjadi ISPA berat. Kematian pada penderita
insiden pada anak usia <1 tahun (26,42%), usia ISPA terjadi apabila penyakit mencapai paru-
1-4 tahun (49,23%), dan usia >5 tahun paru, keadaan ini disebut sebagai pneumonia
(24,35%) (Kemenkes, 2010). Hal serupa juga (Depkes, 2009). Dampak yang ditimbulkan
ditemukan pada daerah Jawa Timur yang oleh penyakit ini cukup serius, oleh karena itu
menjadi urutan ke lima untuk penderita perlu dilakukan tindakan pencegahan ISPA
penyakit ini (28,3%). Departemen Kesehatan dengan cara meningkatkan pengetahuan ibu
(Depkes) Jombang tahun 2013 juga dan menjaga kondisi lingkungan, baik
menyebutkan bahwa ISPA merupakan urutan lingkungan di dalam rumah maupun di luar
pertama dari sepuluh masalah kesehatan di rumah (Kemenkes, 2012)
Jombang.
Mengatasi penyakit ISPA tersebut tidak cukup
Studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas hanya dengan menguasai pengobatan maupun
Kesehatan Jombang menunjukkan bahwa penanganan saja, tetapi dibutuhkan suatu
Puskesmas Tembelang adalah salah satu pengetahuan yang cukup tentang faktor
Puskesmas yang memiliki kasus ISPA tinggi di penyebab ISPA sehingga dapat dilakukan
wilayah Kota Jombang. Berdasarkan data yang upaya preventif untuk mencegah ISPA pada
diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas keluarga. Ibu adalah salah satu komponen dari
Tembelang menunjukkan bahwa kasus ISPA keluarga. Kebanyakan Ibu menganggap ISPA
merupakan kasus nomor satu terbanyak dari merupakan penyakit biasa yang sering timbul
jumlah kunjungan di Puskesmas dan terus dan tidak berbahaya serta bisa menghilang
meningkat dalam tiga tahun terakhir. Jumlah dengan sendirinya, padahal apabila ISPA tidak
kasus pada tahun 2011 adalah sebanyak 1.048 segera ditangani dapat menyebabkan kematian
kasus, tahun 2012 sebanyak 1.139 kasus, dan (Widoyono, 2011). Kejadian tersebut
tahun 2013 meningkat drastis menjadi 2.101 menunjukkan kurangnya pengetahuan dan
kasus. Penderita ISPA dari anak usia 1-3 tahun sikap ibu terhadap penyakit ISPA.
sebanyak 62% dari total penderita ISPA di
wilayah kerja Puskesmas Tembelang Mengacu pada sebuah teori yang digagas oleh
menunjukkan bahwa anak usia toodler (1-3 Green (1991). Teori yang mengembangkan
tahun) merupakan salah satu penyumbang suatu model pendekatan yang dapat digunakan
ISPA terbanyak. Wilayah kerja yang paling untuk upaya promotif dan preventif. Masalah
beresiko terjadi ISPA adalah desa kurangnya pengetahuan dan sikap ibu dalam
Kedunglosari, hal ini didukung oleh banyaknya pencegahan ISPA dapat diselesaikan dengan
pasien berobat ke puskesmas dari daerah promosi kesehatan. Promosi kesehatan yang
tersebut. Tahun 2011 ditemukan 319 kasus mengandung pendidikan kesehatan akan

Jurnal Pediomaternal
35 Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April 2015
mempengaruhi faktor predisposisi pada tanggal 22 Mei-26 Mei 2014 di
(predisposing factor) yang terdiri dari tingkat Puskesmas pembantu desa Kedunglosari.
pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan nilai
seseorang (Nursalam, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah pendidikan kesehatan metode
Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan brainstorming. Variabel dependen dalam
adalah metode brainstorming. Metode penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap
brainstorming atau curah pendapat yaitu cara ibu. Instrumen yang digunakan dalam
untuk menghimpun gagasan atau pendapat dari penelitian ini adalah SAP pendidikan
setiap anggota belajar tentang suatu kesehatan brainstorming dan kuesioner.
permasalahan (Wilson, 2013). Brainstorming Peneliti menggunakan kuesioner untuk
meningkatkan daya ingat agar terlatih berpikir mengetahui pengetahuan dan sikap. Kuesioner
tentang sesuatu yang bersifat kuantitas, untuk pengetahuan terdiri dari pertanyaan
meningkatkan perhatian, konsentrasi, multiple choice yang bila dijawab dengan
pemahaman, mengembangkan berpikir kreatif, benar maka skor 1 dan bila salah skor 0. Untuk
menumbuhkan rasa percaya diri untuk ikut mengukur sikap, diukur dengan menggunakan
terlibat menyampaikan pendapatnya, dan pada skala Likert. Peneliti menggunakan lembar
akhir akan terdapat proses diskusi yang kuesioner yang didapatkan peneliti dari konsep
menyenangkan. Orang dewasa lebih yang sudah ada dan modifikasi dari peneliti.
menekankan pada emosi dalam hal menerima Data yang diperoleh dianalisis dengan
informasi (Effendi & Makhfudli, 2013), oleh menggunakan teknik statistik Wilcoxon Signed
karena itu metode brainstorming dianggap Rank Test untuk mengetahui pengaruh variabel
sesuai. Ibu tidak akan merasa digurui dan independen (pendidikan kesehatan
diberi penjelasan saja dalam brainstorming. brainstorming) terhadap variabel dependen
Penerapan metode brainstorming akan (pengetahuan dan sikap dalam pencegahan
memecahkan masalah dari ide-ide yang ISPA) dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05.
disampaikan oleh peserta sendiri yang
kemudian akan didiskusikan bersama dan HASIL PENELITIAN
terjadi interaksi antar ibu sehingga diharapkan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
terjadi pertukaran pendapat dan membuat
peningkatan pengetahuan dalam pencegahan
pengetahuan peserta lain bertambah sehingga
ISPA pada anak toodler sebelum dan sesudah
dapat mengubah sikap peserta.
intervensi (Tabel 1). Sebelum diberikan
pendidikan kesehatan ISPA dengan metode
BAHAN DAN METODE
brainstorming terdapat 11 responden (57,9%)
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan yang memiliki pengetahuan baik. Responden
rancangan penelitian pra-eksperimental (One- dengan pengetahuan cukup adalah 7 orang
group pra-post test design) yaitu rancangan (36,8%) sedangkan pengetahuan kurang
penelitian yang berupaya untuk terdapat 1 responden (5,3%). Setelah diberikan
mengungkapkan hubungan sebab akibat intervensi, pengetahuan meningkat meningkat
dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. menjadi 15 responden (78,9%) baik dan 4
Kelompok subjek di observasi sebelum responden (21,1%) berpengetahuan cukup.
dilakukan intervensi, kemudian diobservasi Hasil uji statistik wilcoxon signed rank test
lagi setelah intervensi (Nursalam, 2013). menunjukkan peningkatan pengetahuan
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang dengan nilai signifikansi p = 0,025 yaitu p <
memiliki anak berusia 1-3 tahun (toodler) di 0,05. H1 diterima yaitu ada pengaruh
Kedunglosari, Kecamatan Tembelang Jombang pendidikan kesehatan pencegahan ISPA
sebanyak 194 orang. Besar sampel pada dengan metode brainstorming terhadap
penelitian ini didapatkan 19 ibu dengan pengetahuan ibu dengan anak toodler di desa
menggunakan dengan metode proportional Kedunglosari Tembelang Jombang.
random sampling. Penelitian ini dilaksanakan

Jurnal Pediomaternal
36 Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April 2015
Variabel sikap juga mengalami peningkatan. sedangkan yang masih memiliki sikap negatif
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebelum ada 5 orang (26,3%). Pada tabel 5.4 Uji
diberikan pendidikan kesehatan pencegahan Wilcoxon signed rank test diketahui bahwa
ISPA dengan metode brainstorming, nilai p = 0,02 bahwa p < 0,05, yang artinya ada
responden dengan sikap negatif sebanyak 12 pengaruh pendidikan kesehatan metode
orang (63,2%), sedangkan responden dengan brainstorming pada sikap ibu dalam
sikap positif sebanyak 7 orang (36,8%). pencegahan ISPA pada anak toodler di desa
Setelah diberikan intervensi, responden yang Kedunglosari Tembelang Jombang.
bersikap positif menjadi 14 orang (73,7%),

Tabel 1. Pengetahuan pencegahan ISPA responden sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan metode brainstorming di desa Kedunglosari, Tembelang Jombang
Kategori Pengetahuan
Sebelum Sesudah
∑ % ∑ %
Baik 11 (57,9%) 15 (78,9%)
Cukup 7 (36,8%) 4 (21,1%)
Kurang 1 (5,3%) 0 (0%)
Total 19 (100%) 19 (100%)
Wilcoxon sign rank test p = 0,025

Tabel 2. Sikap pencegahan ISPA responden sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
metode brainstorming di desa Kedunglosari, Tembelang Jombang
Kategori Sikap
Sebelum Sesudah
∑ % ∑ %
Positif 7 (36,8%) 14 (73,7%)
Negatif 12 (63,2%) 5 (26,3%)
Total 19 (100%) 19 (100%)
Wilcoxon sign rank test p = 0,02

PEMBAHASAN predisposisi, faktor pendukung dan faktor


pendorong.
Pendidikan kesehatan menurut Green (1991)
adalah suatu upaya yang dilakukan secara
Pendidikan kesehatan yang didalamnya
sadar dan terencana yang dikombinasikan
menyampaikan informasi dapat menambah
dengan pengalaman pembelajaran untuk
informasi baru yang sebelumnya tidak
meningkatkan pengetahuan kesehatan
diketahui oleh seseorang. Pendidikan
seseorang. Peningkatan pengetahuan dari
kesehatan dengan metode Brainstorming
hasil pre test dan post test dapat diketahui
adalah pemecahan masalah ketika setiap
melalui peningkatan kategori yang terjadi
anggota mengusulkan semua kemungkinan
pada 5 responden (26,5%). Kriteria nilai baik
pemecahan yang dipikirkan dengan cepat.
responden yang semula 11 orang, meningkat
Metode ini cocok digunakan untuk
menjadi 15 orang. Hal tersebut dapat terjadi
membangkitkan pikiran yang kreatif,
apabila informasi dalam pendidikan
merangsang partisipasi, mencari
kesehatan brainstorming dapat diterima dan
kemungkinan pemecahan masalah, mencari
direspon dengan baik. Sesuai dengan teori
pendapat-pendapat baru, dan menciptakan
yang dicetuskan oleh Green (1991) yang
suasana menyenangkan dalam kelompok
menyebutkan bahwa dengan pemberian
(Mubarak et al, 2007). Pengamatan dari
pendidikan kesehatan dapat merubah faktor

Jurnal Pediomaternal
37 Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April 2015
peneliti selama proses pendidikan kesehatan
brainstorming, responden cenderung aktif Setelah dilakukan intervensi pendidikan
dalam proses pendidikan. Responden kesehatan brainstorming, hampir semua
menyampaikan ide mereka mengenai topik responden memiliki kategori pengetahuan
yang disampaikan. Responden yang memiliki baik. Data demografi menunjukkan bahwa
pengetahuan dan pengalaman lebih, ibu yang mempunyai anak kedua dan ketiga
menceritakan pengalaman dan apa yang memiliki pengetahuan baik. Jumlah anak
diketahui mengenai ISPA, sehingga terjadi yang dimiliki responden dapat
penambahan informasi untuk peserta lainnya mempengaruhi pengetahuan ibu. Semakin
Sesuai dengan tujuan brainstorming yaitu banyak pengalaman, maka semakin tinggi
untuk membuat kumpulan pendapat, pengalaman yang dimiliki seseorang
informasi, pengalaman semua peserta yang (Notoatmodjo, 2003). Pengalaman dapat
sama atau berbeda. Hasilnya kemudian memberikan pengetahuan dan ketrampilan,
dijadikan peta informasi (mindmap) untuk dan kecepatan mengambil keputusan.
menjadi pembelajaran bersama (Fitriani, Pengalaman yang didukung dengan
2010). disini akan terdapat pengelompokan- pemberian informasi dengan metode
pengelompokan ide yang mempermudah brainstorming, akan membuat pengetahuan
peserta untuk mengelompokkan ide tersebut responden bertambah
didalam otak masing-masing, sehingga akan Peningkatan nilai pengetahuan yang cukup
terjadi mindmapping. signifikan terlihat dari responden no. 19.
Responden memiliki selisih nilai yang tinggi
Pendidikan kesehatan dilakukan dengan dari pre test ke post test. Peningkatan nilai
metode brainstorming untuk meningkatkan yang tinggi dihubungkan dengan pendidikan
pengetahuan dan memberikan informasi responden yaitu lulusan SMA. Responden
kepada responden mengenai pencegahan lain dari lulusan SMA juga memiliki nilai
ISPA. Pendidikan kesehatan brainstorming baik semua. Semakin tinggi tingkat
merupakan salah satu faktor yang pendidikan semakin mudah mendapat
mempengaruhi pengetahuan. Sebagian besar informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan seseorang diperoleh melalui pengetahuan yang dimiliki (Stuart &
indera pendengaran dan penglihatan Sundeen, 2007). Ibu yang memiliki
(Nursalam, 2013). Metode brainstorming pendidikan lebih tinggi, lebih mudah
melibatkan indra pendengaran dan memahami apa yang disampaikan dalam
penglihatan karena dalam penerapannya pendidikan kesehatan brainstorming, karena
metode brainstorming mengundang peserta responden lebih sering menerima informasi
menyampaikan pendapat, memberikan dan akan lebih mudah beradaptasi dengan
komentar dan pada akhirnya terdapat proses pendidikan kesehatan.
diskusi (Effendi & Makhfudli, 2013).
Brainstorming juga dianggap efektif karena Data post test menunjukkan bahwa masih ada
adanya diskusi yang membuat peserta 4 responden yang memiliki pengetahuan
berfikir kritis. Hal tersebut didukung oleh cukup. Responden no 11 dan 2 memiliki
pendapat Magnesen dikutip dari Bobbi, et al pengetahuan cukup setelah post test. Kedua
(1999) mengatakan bahwa 70% kita belajar responden tersebut mempunyai karakteristik
dari apa yang kita katakan. Selain itu proses yang sama, yaitu berusia antara 30 sampai 39
diskusi akan diikuti oleh proses pertukaran tahun. Semakin tua usia, maka kemampuan
pendapat dan informasi, perhatian ibu juga seseorang untuk menyerap informasi juga
lebih mudah dipusatkan kepada proses akan semakin menurun (Mubarak, 2003).
belajar mengajar dan tidak kepada yang Responden no 11 memang memiliki kategori
lainnya sehingga dapat mengurangi yang sama setelah dilakukan post test, tetapi
kesalahan dalam pembelajaran (Sagala, apabila dilihat dari nilai sebelum dan sesudah
2010). diberi intervensi, terdapat peningkatan nilai.

Jurnal Pediomaternal
38 Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April 2015
Informasi yang diperoleh oleh responden (evaluation) (Notoatmodjo, 2003). Setelah
mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, diberikan intervensi, masih ada responden
2007). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada yang menjawab salah pada item soal
informasi yang dapat diserap ketika mengenai penyebab ISPA. Saat pendidikan
pendidikan kesehatan metode brainstorming kesehatan brainstorming yang membahas
berlangsung, akan tetapi informasi yang mengenai penyebab ISPA tersebut, ada
diterima tidak bisa optimal karena beberapa responden mengungkapkan ide
kemampuan responden dalam memfokuskan yang tidak sesuai dengan jawaban yang
perhatian dan menerima informasi yang benar. Responden yang masih menjawab
dipengaruhi oleh usia dan waktu pelaksanaan salah pada item soal tersebut kemungkinan
brainstorming yang cukup lama, sehingga masih terpengaruh dengan jawaban yang
tidak bisa mengubah kategori pengetahuan salah pada saat identifikasi ide
responden dari cukup menjadi baik. brainstorming. Hal ini dikarenakan
responden masih belum bisa memenuhi
Tingkat pengetahuan responden mengalami doman kognitif pengetahuan pada tingkatan
peningkatan setelah diberikan intervensi, memahami (comprehension), sehingga
tetapi terdapat dua responden memiliki nilai responden masih menjawab salah pada item
pre test dan post test yang sama, yaitu soal tersebut.
responden no 2 dan 15. Proses informasi juga
berhubungan dengan seleksi perhatian, kode Peningkatan sikap yang didapatkan saat post
dan ingatan (Nursalam, 2013). Pada saat test adalah sebagian besar responden, yaitu
pendidikan kesehatan metode brainstorming 14 responden (73,3%) memiliki sikap positif.
berlangsung responden no 15 tersebut terlihat Responden dengan jumlah 12 orang yang
sibuk sendiri dengan anaknya yang sangat sebelum intervensi mempunyai sikap negatif,
aktif, sehingga informasi yang didapatkan setelah intervensi sebagian besar memiliki
kurang optimal. Proses pembelajaran yang sikap positif. Peningkatan sikap ini sesuai
tidak optimal akan mempengaruhi dengan teori yang dijelaskan oleh Green
penerimaan informasi seseorang sehingga (1991) yang menyebutkan bahwa dengan
perubahan untuk berperilaku hidup sehat pemberian pendidikan kesehatan dapat
akan sulit didapatkan. Berdasarkan analisis merubah faktor predisposisi, salah satu faktor
yang dilakukan selama penelitian predisposisi adalah sikap seseorang.
berlangsung, perhatian yang kurang pada saat
pelaksanaan intervensi dari responden dapat Pendidikan kesehatan adalah komponen
menyebabkan pengetahuan responden program kesehatan yang terdiri atas upaya
tersebut tidak mengalami peningkatan. terencana untuk mengubah perilaku yang
Sedangkan responden dengan nomor 2 meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan
memiliki pendidikan Sekolah Dasar. Sebuah individu, kelompok maupun masyarakat yang
teori menunjukkan bahwa, semakin tinggi merupakan perubahan cara berfikir, bersikap
tingkat pendidikan semakin mudah mendapat dan berbuat dengan tujuan membantu
informasi sehingga makin banyak pula pengobatan rehabilitasi, pencegahan penyakit
pengetahuan yang dimiliki (Stuart & dan promosi hidup sehat (Suliha dkk, 2002).
Sundeen, 2007). Nilai pengetahuan yang Adanya pendidikan kesehatan menggunakan
tidak berubah setelah intervensi dapat metode brainstorming menyebabkan
disebabkan oleh latar pendidikan responden informasi yang diserap oleh ibu dapat
yang merupakan lulusan SD. merubah pola berpikir yang negatif menjadi
positif. Nilai sikap responden setelah
Pengetahuan yang tercakup dalam doman mengikuti pendidikan kesehatan
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu tahu brainstorming menjadi positif juga
(know), memahami (comprehension), analisis dikarenakan responden sudah mendapat dan
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi

Jurnal Pediomaternal
39 Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April 2015
menangkap hal positif dalam mencegah ISPA berjalan cukup sering, sehingga terjadi
pada anak mereka. perubahan sikap negatif menjadi positif.

Brainstorming merupakan suatu metode Responden no 14 mengalami penurunan nilai


dengan memunculkan ide-ide dan informasi sikap dari positif menjadi negatif. Beberapa
dari suatu kelompok dan dapat digunakan faktor yang berpengaruh dalam pembentukan
kapan saja dengan berbagai intervensi. sikap seseorang adalah faktor emosi dan
Hal ini dapat digunakan untuk pengalaman. Responden no 14 termasuk
mendefinisikan masalah atau dalam golongan ibu muda yang berusia 20
mempertimbangkan kemungkinan solusi tahun dan masih memiliki satu orang anak
untuk masalah ini. Hal ini bisa sangat efektif saja, oleh karena itu tingkat emosi dan
dalam mengembangkan sikap positif karena pengalaman dalam menghadapi suatu hal
mengenali peserta dari setiap anggota atau informasi baru masih belum begitu
kelompok, memberikan kesempatan kepada matang. Hal ini sesuai dengan teori Stuart &
kelompok untuk aktif dalam diskusi, forum Sundeen (2007) yang mengatakan semakin
pemikiran dengan mendapatkan sebanyak cukup umur tingkat kematangan, emosi dan
mungkin solusi untuk masalah yang ada kekuatan seseorang akan lebih berpikir
dengan diikuti pengelompokan dan matang.
pengelolaan ide sampai ditemukan Faktor yang mempengaruhi sikap responden
pemahaman dengan baik setelah diantaranya adalah pengalaman pribadi,
mencurahkan ide responden. pengaruh orang lain yang dianggap penting,
kebudayaan, lembaga pendidikan, dan faktor
Faktor yang mempengaruhi pembentukan emosional (Notoatmodjo, 2007). Sebanyak 8
sikap adalah pengalaman pribadi, responden memiliki sikap positif dalam
kebudayaan, orang lain yang dianggap mencegah ISPA didapatkan pada orang tua
penting, media massa, institusi atau lembaga yang memiliki anak kedua. Sikap yang positif
agama, serta faktor emosi dari diri individu tersebut disebabkan oleh ibu dengan anak
(Azwar, 2008). Sunaryo (2004) kedua telah memiliki pengalaman dari anak
menambahkan bahwa informasi yang pertama, selain itu pengaruh dari orang yang
diterima dan pengalaman pribadi juga dianggap penting dan faktor emosi ibu juga
berpengaruh terhadap sikap. Perubahan sikap mempengaruhi. Ibu yang sebelumnya belum
yang terjadi ini dikarenakan responden yang mengetahui tentang pencegahan ISPA dan
menerima materi pendidikan dengan metode sebelumnya memiliki sikap negatif,
brainstorming merespon materi dengan mempunyai keinginan emosional untuk dapat
tanggapan yang berasal dari peserta dan bersikap lebih positif terhadap pencegahan
menyelesaikan permasalahan yang ISPA pada anaknya setelah mendapat
disampaikan, selanjutnya peserta menghargai pendidikan kesehatan dengan metode
bahwa materi yang disampaikan bernilai brainstorming.
positif. Responden merespon positif terhadap
sikap yang sebelumnya negatif sebelum Hasil post test menunjukkan bahwa terdapat
diberikan pendidikan kesehatan metode 5 dari 20 responden yang tidak memiliki
brainstorming, hal ini bisa dikarenakan perubahan sikap secara signifikan. Hasil
informasi yang disampaikan berasal dari analisis menunjukkan bahwa apabila
orang lain yang dianggap penting atau dapat dihubungkan dengan pengetahuan, maka ada
dipercaya, yaitu mahasiswa dari fakultas responden yang memiliki sikap negatif dan
kesehatan dan didukung oleh peran bidan berpengetahuan cukup. Struktur sikap terdiri
desa yang merupakan orang berpengaruh. dari tiga komponen yang saling menunjang
Perubahan sikap responden tentang yaitu kognitif, afektif, dan konatif (Azwar,
pencegahan ISPA yang terjadi dikarenakan 2008). Pengetahuan responden yang dalam
pengalaman terhadap penyakit tersebut telah kategori cukup akan menimbulkan respon

Jurnal Pediomaternal
40 Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April 2015
yang kurang maksimal sehingga keyakinan kesehatan dengan metode brainstorming,
untuk bersikap kurang ada penguatan dan jumlah ibu dengan pengetahuan baik
alasan mendasar (kognitif). Selain itu, meningkat, yaitu sebagian besar responden
tetapnya pembentukan sikap responden berkategori baik.
setelah pendidikan kesehatan disebabkan
belum ada keyakinan terhadap materi Sikap ibu di desa Kedunglosari sebelum
pendidikan kesehatan yang diberikan, atau diberikan pendidikan kesehatan metode
faktor emosional (afektif) dari responden brainstorming lebih dari lima puluh persen
yang tidak mendukung pada saat memiliki sikap negatif. Sikap ibu setelah
berlangsungnya pendidikan kesehatan. Faktor diberikan pendidikan kesehatan metode
lain yang mungkin berpengaruh adalah brainstorming, sebagian besar sikap positif.
pendidikan kesehatan yang berlangsung
dalam waktu relatif singkat belum dapat Pendidikan kesehatan metode brainstorming
meningkatkan sikap secara bermakna, karena dapat mengubah tingkat pengetahuan ibu di
proses pembentukan sikap memerlukan desa Kedunglosari, Tembelang Jombang
waktu yang cukup lama. dalam mencegah terjadinya ISPA pada
toodler ke arah yang lebih baik. Pendidikan
Sikap merupakan reaksi atau respon yang kesehatan metode brainstorming dapat
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu mengubah sikap ibu di desa Kedunglosari,
stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo Tembelang Jombang dalam mencegah
(2003), sikap terdiri atas beberapa tingkatan, terjadinya ISPA.
yaitu menerima (receiving), merespon
(responding), menghargai (valuing), dan Saran
bertanggungjawab (responsible). Tahapan
Peneliti memberikan saran agar metode
pembentukan sikap akan mengubah sikap
braistorming dapat digunakan sebagai
seseorang dari negatif menjadi positif.
alternatif metode pendidikan kesehatan
Setelah pendidikan kesehatan metode
promotif dan preventif dalam pencegahan
brainstorming, semua item soal bisa dijawab
ISPA di Puskesmas. Perawat diharapkan
oleh responden dengan peningkatan nilai,
dapat menambah inovasi dalam memberi
sedangkan item soal yang dijawab dengan
pendidikan kesehatan pada ibu untuk
nilai paling rendah oleh responden adalah
mencegah ISPA yaitu dengan metode
soal mengenai cara mencegah ISPA dengan
brainstorming. Bagi peneliti selanjutnya
mencuci tangan. Item soal tersebut adalah
diharapkan dapat memperbaiki penelitian ini
termasuk soal dalam tingkatan
untuk melakukan penelitian dengan
bertanggungjawab (responsible). Responsible
menggunakan kelompok kontrol, dan
adalah tingkatan paling tinggi untuk
meneliti faktor–faktor lain yang
membentuk sikap positif, oleh kerena itu
mempengaruhi perilaku.
pembentukan sikap positif tersebut
memerlukan waktu yang cukup lama dengan
KEPUSTAKAAN
intensitas pemberian pendidikan kesehatan
yang sering. Azwar, S. 2008,.Sikap Manusia Teori dan
Pengukuran. 2nd edn. Yogyakarta:
SIMPULAN DAN SARAN EGC.
Bobbi, et al. 1999. Quantum Learning and
Simpulan
Teaching Mempraktekkan Quantum
Tingkat pengetahuan ibu di desa Learning di Ruang Kelas, Allyn and
Kedunglosari sebelum diberikan pendidikan Bacon. Boston.
kesehatan dengan metode brainstorming, 2009. Sistem Kesehatan
lebih dari lima puluh persen memiliki Nasional, Departemen Kesehatan RI.
kategori baik. Setelah diberikan pendidikan Jakarta.

Jurnal Pediomaternal
41 Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April 2015
2013. Riset Kesehatan Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu
Dasar 2013, Badan Penelitian dan Keperawatan, 3rd edn. Jakarta:
Pengembangan Kesehatan. Salemba Medika.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Rahim, R. 2013. Hubungan Pengetahuan dan
Keperawatan. Jakarta: EGC. Sikap Ibu Balita dengan Perilaku
Effendi, R & Makhfudli. 2013. Keperawatan Pencegahan Penyakit Pnemonia di
Kesehatan Komunitas. Jakarta: Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu.
Salemba Medika. Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Fitriani, S. 2010. Promosi Kesehatan. Kesehatan, Jambi. (online-
Yogyakarta: Graha Ilmu. journal.unja.ac.id/index.php/kedoktera
Green, L. 1991. Health Promotion Planning n/article/view/980).
an Education and Environmental Rudan, I. Boschi-Pinto, C. Biloglav, Z.
Approach. New York: Mayfield Mulholland, K. Campbell, H. 2008.
Publishing Company. Epidemiology and etiology of
Kementrian Kesehatan. 2010. Rencana childhood pneumonia. Bull World
Strategis Kementrian Kesehatan 2010- Health Organ, 86 (5): 408-416.
2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan Sagala, S. 2010. Konsep dan Makana
RI. Pembelajaran. Bandung,: CV
(www.nationalplanningcycles.org/.../in Alfabeta.
donesian_minstry_of_health_strate). Stuart & Sundeen. 2007. Buku Saku
2012. Pedoman Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta:
Pengendalian Infeksi Saluran EGC
Pernafasan Akut. Jakarta: Kementrian Suliha, U. 2002. Pendidikan Kesehatan
Kesehatan RI. dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
(www.who.int/iris/bitstream/10665/.../ Utami, S. 2011. Studi Deskriptif Pemetaan
WHO_CDS_EPR_2007.6_ind.pdf). Faktor Risiko ISPA pada Balita Usia
Mubarak, WI. Chayatin, N. Rozikin, K & 0-5 tahun. Skripsi, Universitas Negeri
Supradi. 2007. Promosi Kesehatan: Semarang.
Sebuah Pengantar Proses Belajar Widoyono. 2011. Penyakit Tropis:
Mengajar dalam Pendidikan. Epidemiologi, Penularan,
Yogyakarta: Graha Ilmu. Pencegahan, dan Pemberantasannya.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan 2nd edn. Jakarta: Erlangga.
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineke Wilson, C. 2013. Brainstorming and Beyond.
Cipta. San Fransisco: Morgan Kauffman.
2007. Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineke Cipta.

Jurnal Pediomaternal
42 Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April 2015

You might also like