You are on page 1of 13

Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa Remaja Madrasah Aliyah Manaratul

Islam Jakarta Selatan Mengenai Penyakit Tidak Menular : Diabetes Melitus


Maya Fitriani, Jamaludin, Ita Yuanita

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 15419, Indonesia
Email : mayafitriani080412@gmail.com
Abstract : According to the World Health Organization (WHO) in 2008 there were 57 million deaths
occurring in the world and around two thirds of those deaths were caused by Non-communicable
Diseases or PTM. Diabetes Mellitus is one of the non-communicable diseases that is included in the
target group of government regulation Posbindu PTM. To do prevention knowledge related to
disease is needed. It should be done from an early age, in the form of early detection. This study
aims to determine the level of knowledge about non-communicable diseases: Diabetes Mellitus in
adolescent students MA Manaratul Islam South Jakarta. The type of research used was quantitative
research with descriptive design. The sample in this research was the adolescent of MA Manaratul
Islam of South Jakarta. The sampling technique uses was Simple Random Sampling with 168
samples. The analysis technique used was univariate analysis. The results of this analysis shows the
level of knowledge of respondents about non-communicable diseases Diabetes Mellitus48
respondents (62,3%) have a good level of knowledge. 25 respondents (32,5%) included into
moderate level of knowledge and 4 respondents (5,2%) included into deficient level of knowledge.
Researcher expected for the institution and the society to be able to provide facilities and
infrastructure to support the process of adding knowledge, especially about non-communicable
diseases in order to facilitate teenagers seeking information and knowledge about the diseases.
Keywords : DiabetesMellitus; Knowledge; Non-communicable Disease; Teen

Abstrak : Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 terdapat 57 juta kematian
yang terjadi di dunia dan sekitar dua pertiga dari kematian tersebut disebabkan oleh Penyakit Tidak
Menular atau PTM. Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang termasuk
didalam kelompok sasaran program kerja pemerintah Posbindu. Untuk melakukan usaha
pencegahan diperlukan pengetahuan terkait penyakit, yang hendaknya diberikan sejak usia dini,
yaitu berupa deteksi dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
tentang penyakit tidak menular : Diabetes Mellitus pada siswa remaja MA Manaratul Islam Jakarta
Selatan. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa remaja MA Manaratul Islam Jakarta Selatan. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 168
orang. Teknik analisa yang digunakan yaitu analisa univariat. Hasil analisa ini menunjukan tingkat
pengetahuan dari responden mengenai penyakit tidak menular Diabetes Melitus. Responden
memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu 48 responden (62,3%). 25 responden (32,5%)
termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan cukup dan 4 responden (5,2%) termasuk dalam
kategori tingkat pengetahuan kurang. Bagi institusi dan masyarakat diharapkan untuk dapat
menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang proses penambahan pengetahuan terutama
mengenai penyakit tidak menular agar dapat mempermudah siswa remaja mencari informasi dan
pengetahuan mengenai penyakit.

Kata Kunci : Diabetes Melitus; Pengetahuan; Penyakit Tidak Menular; Remaja


PENDAHULUAN terdata sebagai penerima penerima biaya
World Health Organization iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
(WHO) Menyebutkan bahwa pada tahun (Kemenkes RI, 2016).
2008 terdapat 57 juta kematian yang Pemerintah juga berusaha untuk
terjadi di dunia dan sebanyak 36 juta atau menangani masalah peningkatan kejadian
sekitar dua pertiga dari kematian tersebut PTM dengan program Posbindu PTM yang
disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular dilakukan di berbagai daerah. Pemerintah
(PTM). WHO memperkirakan setiap tahun memiliki target setidaknya setiap daerah
angka ini akan terus meningkat diseluruh memiliki satu puskesmas posbindu yang
dunia terutama di Negara-negara menjalankan program PTM ini. Program
berekonomi menengah ke bawah. Pada ini merupakan kegiatan yang dilakukan
Negara-negara maju sekitar 13% oleh posbindu dengan Puskesmas sebagai
kematian disebabkan oleh PTM, pembina di wilayah kerjanya masing-
sedangkan pada Negara-negara masing dengan adanya partisipasi dari
berkembang hingga ekonomi rendah masyarakat dalam rangka kesadaran diri
sekitar 29%. Di Indonesia sendiri terjadi untuk melakukan deteksi dini PTM
peningkatan kejadian PTM sejak tahun sebaagai upaya pengendalian PTM. Target
1995 hingga 2007. Menurut Riskesdas Posbindu PTM cukup luas mencakup
2007 peningkatan proporsi kejadian masyarakat yang berusia 15 tahun ke atas
Penyakit Tidak Menular dari 41,7% pada baik dalam kondisi sehat, berisiko
tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun maupun dengan kasus PTM. Sedangkan
2007. Menurut WHO 2011 disebutkan kelompok penyakit sasaran utama
dalam profil PTM di Indonesia pada tahun program kerja deteksi dini Posbindu PTM
2008 terdapat 582.300 laki-laki dan ini yaitu penyakit hipertensi, Diabetes
481.700 perempuan meninggal akibat Mellitus (DM), kanker, penyakit jantung
PTM (Pusat Data dan Informasi Kemenkes dan pembuluh darah (PJPD), dan penyakit
RI, 2012). paru obstruktif kronik (PPOK) (Datin,
Dampak dari peningkatan jumlah 2017).
kejadian penyakit tidak menular tidak Usaha pencegahan yang
hanya terhadap peningkatan angka ditargetkan pada masyarakat hendaknya
kejadian morbiditas, mortalitas dan dilakukan sejak usia dini dimana faktor
disabilitas masyarakat, namun juga resiko penyakit masih dapat diubah. DM
berdampak terhadap peningkatan beban merupakan salah satu penyakit tidak
ekonomi, baik pada individu maupun menular yang termasuk didalam
negara (Rokom, 2013). Sehingga pada kelompok sasaran program kerja
tahun 2016 dari 258 juta penduduk pemerintah Posbindu PTM. Angka
Indonesia, sekitar 106 juta penduduk kejadian penyakit DM di Indonesia juga
cukup tinggi. DM sebagai PTM termasuk generasi yang akan membantu
didalam 10 penyakit terbanyak penyebab pemerintah dalam membangun negeri
rawat jalan di Indonesia pada tahun 2009 maka penting bagi remaja untuk memiliki
dan 2010. DM juga termasuk 5 penyakit pengetahuan terlebih dahulu.
tidak menular prioritas rawat jalan di Dengan berbekal latar belakang
rumah sakit Indonesia pada tahun 2009 diatas peneliti memilih untuk melakukan
dan 2010 (Kemenkes RI, 2012). penelitian tentang Gambaran Tingkat
Usaha pencegahan sebaiknya Pengetahuan pada Siswa Remaja
dilakukan sejak usia dini. Usaha yang Madrasah Aliyah Manaratul Islam Jakarta
dapat dilakukan berupa deteksi dini. Selatan Mengenai Penyakit Tidak Menular
Deteksi dini dapat dilakukan sejak usia : Diabetes Mellitus dengan tujuan untuk
anak-anak maupun remaja yang mengetahui tingkat Pengetahuan pada
bertujuan untuk mencegah bahkan Siswa Remaja Madrasah Aliyah Manaratul
mengatasi penyakit sebelum penyakit Islam Jakarta Selatan tentang penyakit
berkembang ke tahap yang lebih kronis. tidak menular khususnya mengenai
Terlebih lagi dalam berbagai penyakit Diabetes Melitus.
tidak menular faktor resiko yang sering RESPONDEN DAN METODE PENELITIAN
muncul adalah gaya hidup yang kurang Responden yang digunakan pada
baik dan prilaku yang tidak mendukung di penelitian ini yaitu 77 siswa Madrasah
bidang kesehatan yang sering kali terjadi Aliyah Manaratul Islam Jakarta
dan dilakukan sejak usia muda. Priode Selatan. Tehnik pengambilan sampel
perkembangan remaja merupakan masa yang digunakan berupa Simple
dimana individu mengalami masa transisi Random Sampling. Kriteria responden
atau perubahan dari masa kanak-kanak pada penelitian ini yaitu siswa remaja
menuju masa dewasa biasanya pada usia Madrasah Aliyah Manaratul Islam
13-20 tahun. Istilah yang biasanya Jakarta Selatan kelas X dan XI dan
digunakan adolesense menunjukan menyatakan bersedia mengikuti
kematangan dari psikologis individu. Pada pengambilan data dan mengisi
masa ini juga terjadi pubertas yang kuesioner penelitian. Penelitian ini
menunjukan adanya kematangan dari bertujuan untuk Mengetahui
fisik. Sehingga pada tahapan ini terjadi gambaran tingkat pengetahuan
perubahan dari pola pikir anak-anak tentang penyakit tidak menular :
menuju dewasa. Dengan adanya proses Diabetes Melitus pada siswa remaja
kematangan dan efek pergaulan dari Madrasah Aliyah Manaratul Islam
teman sebaya juga mempengaruhi pola Jakarta Selatan.
pikir dari remaja dan pengetahuan yang
HASIL PENELITIAN
dimiliki remaja mengenai subjek
Hasil pada penelitian ini berupa
pengetahuannya (Potter, 2005). Sebagai
analisa univariat. Analisa univariat
bertujuan untuk mengetahui frekuensi kelompok responden yang mendapatkan
distribusi dari pengetahuan berdasarkan informasi melalui media cetak yaitu 19
jenis kelamin, pengalaman, minat, suku responden (24,7%). Sehingga dapat
budaya, riwayat keluarga, dan sumber disimpulkan bahwa sebagian besar
informasi mengenai Diabetes Melitus responden mendapatkan informasi
pada siswa MA Manaratul Islam Jakarta memgenai Diabetes Melitus dari media
Selatan. elektronik. Hasil analisa karakteristik
Karakteristik responden responden berdasarkan riwayat keluarga
penelitian berdasarkan jenis kelamin, menunjukan bahwa dari total 77
suku, hobby, sumber informasi, riwayat responden 10 responden (13,0%)
keluarga, dan pengalaman interaksi. memiliki anggota keluarga dengan
Distribusi responden berdasarkan jenis riwayat Diabetes Melitus dan 67
kelamin menunjukan bahwa kelompok responden (87,0%) lainnya tidak memiliki
mayoritas yaitu responden perempuan anggota keluarga dengan riwayat
sebanyak 54 responden (70,1%). Diabetes Melitus. Sedangkan hasil analisa
Hasil analisa karakteristik karakteristik responden berdasarkan
responden berdasarkan suku menunjukan pengalaman berinteraksi dengan
sebagian besar responden berasal dari penderita Diabetes Melitus didapatkan
suku Betawi dengan 48 responden hasil berupa 7 responden (9,1%) memiliki
(62,3%) dan kelompok responden yang pengalaman pernah berinteraksi dengan
berasal dari suku Sunda memiliki jumlah penderita dan 70 responden lainnya
terendah yaitu sebanyak 4 responden (90,9%) tidak pernah berinteraksi dengan
(5,2%). Hasil analisa karakteristik penderita Diabetes Melitus sebelumnya.
responden berdasarkan hobi menunjukan Hasil distribusi pengetahuan dari
kelompok hobi terbanyak dengan 47 responden mengenai penyakit tidak
responden (61,0%) memiliki hobi lain menular Diabetes Melitus adalah
selain membaca dan berolahraga dan sebagian besar responden memiliki
jumlah responden terendah yaitu pada tingkat pengetahuan yang baik yaitu 48
kelompok responden yang memiliki hobi responden (62,3%). Sedangkan sebagian
membaca yaitu 14 responden (18,2%). kecil responden termasuk dalam kategori
Hasil analisa karakteristik responden tingkat pengetahuan kurang yaitu 4
berdasarkan dari sumber informasi yang responden (5,2%).
pernah didapatkan sebelumnya Hasil analisa menunjukan tingkat
menunjukan kelompok responden pengetahuan responden berdasarkan
terbanyak pada kelompok responden suku hasil persentase nilai tertinggi pada
dengan sumber informasi melalui media pengetahuan baik yaitu pada suku lain
elektronik yaitu 37 reponden (48,1%) dan selain suku Betawi, Jawa dan Sunda yaitu
kelompok responden terendah yaitu 7 responden (77,8%) dan persentase nilai
terendah pada suku Jawa 8 responden tingkat pengetahuan baik yaitu pada
(50,0%) dan Sunda yaitu 2 responden responden dengan riwayat keluarga
(50,0%). Persentase nilai tertinggi pada dengan 7 responden (70,0%) dan
pengetahuan kurang yaitu pada suku persentase nilai tertinggi pada tingkat
Betawi dan suku Jawa yaitu 3 responden pengetahuan cukup pada kelompok
(6,3%) dan persentase nilai terendah pada responden yang memiliki riwayat keluarga
suku Sunda dan suku selain Jawa, Sunda dengan 1 responden (10,0%).
dan Betawi yaitu 0 responden (0,0%). Hasil analisa menunjukan bahwa
Hasil analisa menunjukan bahwa mayoritas responden tidak memiliki
berdasarkan hobi maka didapatkan hasil pengalaman interaksi dengan penderita
persentase nilai tertinggi pada tingkat sebelumnya. Didapatkan hasil persentase
pengetahuan baik yaitu hobi olahraga nilai tertinggi pada tingkat pengetahuan
dengan 11 reponden (68,8%) dan baik yaitu pada kelompok responden yang
persentase nilai terendah pada hobi memiliki pengalaman interaksi dengan 5
membaca dengan 7 responden (50,0%). responden (71,4%) dan persentase nilai
Persentase nilai tertinggi pada tertinggi pada tingkat pengetahuan
pengetahuan kurang yaitu pada hobi kurang pada responden dengan
membaca dengan 2 responden (14,3%) pengalaman interaksi dengan 1
dan persentase nilai terendah pada hobi responden (14,3%).
selain membaca dan olahraga dengan 1 Hasil distribusi jawaban dari
responden (2,1%). pernyataan pengetahuan siswa remaja
Dari hasil analisa didapatkan mengenai Diabetes Melitus menunjukan
hasil persentase nilai tertinggi pada bahwa sebagian besar pernyataan dapat
tingkat pengetahuan baik yaitu sumber terjawab dengan baik, dibuktikan dengan
media cetak dengan 15 responden 3 dari 7 sub-variabel kuesioner memiliki
(78,9%) dan persentase nilai rata-rata hasil persentase lebih dari 50% pada
terendah pada sumber media elektronik kategori pengetahuan baik. Sedangkan 2
dengan 17 responden (45,9%). Persentase sub-variabel memiliki hasil persentase
nilai tertinggi pada tingkat pengetahuan lebih dari 50% pada kategori kurang.
kurang yaitu pada sumber media
PEMBAHASAN
elektronik dengan 3 responden (8,1%)
a. Pengetahuan Siswa Remaja Mengenai
dan nilai rata-rata terendah pada sumber
Diabetes Melitus
media interpersonal dengan 0 responden
Pengetahuan disebutkan sebagai
(0,0%).
hasil dari “tahu” juga disebutkan sebagai
Hasil analisa menunjukan bahwa
asal kata dari pengetahuan. Pengetahuan
mayoritas responden tidak memiliki
didapat setelah individu melakukan
riwayat keluarga sebelumnya. Didapatkan
pengindraan terhadap suatu objek atau
hasil persentase nilai tertinggi pada
subjek. Pengetahuan disebutkan sebagai
domain yang penting dalam membentuk pengetahuan juga dapat mengubah
prilaku individu. Tidak hanya membentuk, prilaku (Notoatmojo, 2007).
Hasil yang didapatkan dari Melitus, yaitu sekitar 55.8% responden
penelitian yaitu sebagian besar responden dari total 4333 responden. Sedangkan
memiliki tingkat pengetahuan baik hal ini persentase pengetahuan umum
dibuktikan dengan 48 responden (62,3%) mengenai Diabetes Melitus cukup tinggi,
dari 77 responden dapat menjawab yaitu sekitar 71,0% dari 4333 responden.
pertanyaan kuesioner dengan baik. Menunjukan bahwa siswa remaja kurang
Sedangkan 25 responden (32,5%) terpapar mengenai tanda dan gejala dan
termasuk dalam kategori tingkat penyebab Diabetes Melitus namun sudah
pengetahuan cukup dan 4 responden memiliki pengetahuan yang baik
(5,2%) termasuk dalam kategori tingkat mengenai definisi dari Diabetes Melitus.
pengetahuan kurang. Hal ini menunjukan Hal ini dapat menjadi permasalahan
bahwa sebagian besar responden sudah karena tanpa pengetahuan mengenai
memiliki pengetahuan yang baik penyebab Diabetes Melitus dan tanda
mengenai Diabetes Melitus sebelumnya. gejalanya maka kemungkinan untuk
Hasil penelitian juga menunjukan menghindari resiko penyakit pun
bahwa sebagian besar responden dapat berkurang dan selain itu untuk dapat
menjawab pernyataan mengenai definisi menentukan diagnosa dari Diabetes
Diabetes Melitus dengan benar, namun Melitus juga dibutuhkan pelaporan dari
masih banyak responden yang tidak tanda gejala Diabetes Melitus, selain
memiliki pengetahun untuk menjawab pelaporan tingginya kadar gula didalam
poin pernyataan mengenai etiologi dan darah pada pengecekan gula darah rutin
tanda dan gejala dari Diabetes Melitus. (Bustan, 2007).
Hal ini dapat dilihat pada tabel distribusi
b. Gambaran Pengetahuan Siswa Remaja
parameter kuesioner pada parameter
Mengenai Diabetes Melitus Berdasarkan
etiologi terdapat 47 siswa (61,0%)
Karakteristik Responden
termasuk kedalam pengetahuan kurang
1. Suku
dan pada tanda gejala terdapat 40 siswa
Budaya tidak bisa dilepaskan dari
(51,9%) termasuk kedalam kategori
pengetahuan karena budaya dapat
pengetahuan kurang. Hal ini
bersifat meningkatkan pengetahuan
membuktikan kurangnya pengetahuan
maupun menghambatnya. Budaya
siswa remaja mengenai tanda gejala dan
yang mempengaruhi pengetahuan
etiologi Diabetes Melitus. Hal ini sejalan
tidak hanya kebudayaan yang
dengan penelitian Al-Hussaini 2015
diturunkan dari orang tua,
dimana persentase terkecil dari
kebudayaan dilingkungan sekitar
pengetahuan remaja adalah pengetahuan
tempat suatu individu berinteraksi
mengenai tanda dan gejala dari Diabetes
juga mempengaruhi. Dengan berinteraksi dengan suatu

berpengaruh pada upaya edukasi pada


kebudayaan secara terus menerus maka individu. Oleh karena itu perlu
dapat mempengaruhi individu tersebut memperhatikan sensitifitas budaya untuk
(Mubarak, 2011). Pengetahuan juga mendapatkan kepercayaan individu agar
dipengaruhi oleh norma dan kaidah-kaidah mempermudah proses edukasi terutama
adat dan budaya yang ada disekitar. terkait pengetahuan penyakit.
Pengaruh norma dan kaidah-kaidah ini Mempertimbangkan sensitifitas budaya
dapat bersifat membatasi bahkan melarang dalam pemberian edukasi juga berfungsi
suatu pengetahuan untuk diterima oleh untuk mengeratkan hubungan positif dan
individu. Namun tak jarang norma dari suku rasa saling percaya antara indivdu dan
bersifat mendukung dari suatu pemberi edukasi (Akiyode, 2015).
pengetahuan (Jalaluddin, 2014).
Pada penelitian ini hasil yang didapatkan 2. Hobi
berupa mayoritas siswa remaja memiliki Minat atau hobi merupakan hal yang
suku Betawi (62,3%). Untuk tingkat disenangi oleh individu. Biasanya dengan
pengetahuan semua suku memiliki tingkat adanya minat maka individu menjadi
pengetahuan baik yaitu pada suku sunda berfokus kepada hal tersebut. Sebagai
yang memiliki tingkat pengetahuan baik contoh dengan adanya minat berolahraga
(50,0%), suku Betawi (64,6%), suku Jawa membuat individu tahu bahkan menguasai
(50,0%) dan siswa remaja dengan suku mengenai olahraga (Mubarak, 2011).
selain suku Jawa, Betawi dan Sunda Pada penelitian ini didapatkan hasil berupa
(77,8%). Pengaruh dari suku terhadap sebagian besar responden memiliki hobi
penelitian sebenarnya tidak dapat dengan selain membaca dan berolahraga (63,8%).
jelas dijelaskan. Belum banyak penelitian Dengan keseluruhan kelompok hobi
yang membahas mengenai hubungan dari memiliki tingkat pengetahuan baik.
suku terhadap pengetahuan secara Persentase tertinggi dari tingkat
langsung, sehingga keterkaitan antara pengetahuan baik didapatkan oleh
keduanya masih samar. Koenjaningrat kelompok siswa remaja yang memiliki hobi
(2009) menyebutkan bahwa setiap berolahraga (68,8%). Selain penjelasan
kebudayaan memiliki kompleks himpunan bahwa minat dan hobi dapat
pengetahuan tersendiri. Dan seringkali hal mempengaruhi dengan membuat individu
ini dipengaruhi oleh kepercayaan berbeda berfokus akan suatu topik, maka belum
yang dimiliki oleh tiap kebudayaan. ditemukan penjelasan lainnya. Seseorang
Sehingga dengan kepercayaan yang yang memiliki hobi terhadap sesuatu akan
berbeda maka penerimaan dan cara meningkatkan minatnya terhadap suatu
memproses pengetahuan pun berbeda topik yang berkaitan dengan hobi yang
(Jalaluddin, 2014). Kebudayaan juga dapat dimiliki nya. Marion (2009) didalam
bibliografi nya menyatakan bahwa remaja profesional. Hal ini dapat terjadi
cenderung mencari informasi dan diakibatkan sedikitnya keterpaparan siswa
pengetahuan yang berkaitan dengan minat remaja kepada tenaga kesehatan
yang dimiliki atau topik yang mereka profesional sehingga lebih banyak siswa
senangi. Dengan minat olahraga yang remaja yang mencari sumber informasi
berkaitan dengan kesehatan kepada buku cetak dan media online.
memungkinkan remaja untuk mencoba Percheski (2011) menyatakan bahwa
mencari pengetahuan yang berkaitan terdapat perbedaan pencarian informasi
sehingga dapat menambah pengetahuan pada generasi muda dan generasi usia lebih
mengenai topik tersebut. lanjut. Dengan adanya kemajuan teknologi,
membuat generasi muda lebih memilih
3. Sumber Informasi untuk mencari informasi dari sumber
Dalam usaha untuk mendapatkan elektronik dan online. Marion (2009)
pengetahuan maka memperoleh suatu menyebutkan didalam bibliografinya bahwa
informasi dengan mudah dapat membantu remaja lebih memilih sumber elektronik
meningkatkan pengetahuan. Informasi yang dan online sebagai sumber informasi utama
dicari maupun didapat berasal dari sumber disebabkan media elektronik dan online
baik dari lingkungan sekitar, orang terdekat dianggap sebagai media informasi yang
maupun media penyampaian informasi lebih mudah ditemukan, lebih cepat dan
yang lain (Mubarak, 2011). sebagai media informasi terbaru.
Dari penelitian didapatkan hasil berupa
sebagian besar siswa remaja memiliki
4. Riwayat Keluarga
informasi yang bersumber dari media
Faktor riwayat keluarga merupakan faktor
elektronik (48,1%). Dengan keseluruhan
yang mempengaruhi pengetahuan
kelompok media informasi memiliki tingkat
terutama pengetahuan mengenai penyakit.
pengetahuan baik. Persentase tertinggi dari
Karena dengan adanya riwayat penyakit
tingkat pengetahuan baik berasal dari
pada anggota keluarga sebelumnya
sumber informasi dengan media cetak
memberikan pengetahuan mengenai
(78,9%). Hal ini menunjukan sumber yang
penyakit tersebut. Pengalaman lalu
paling baik dalam menyediakan
mengenai tindakan kesehatan dapat
pengetahuan bagi siswa remaja adalah
menjadi informasi dan pengetahuan bagi
informasi yang bersumber dari media cetak.
individu. Individu dengan riwayat keluarga
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
pada umumnya melakukan usaha untuk
Doreen (2016) yang menyatakan bahwa
mencari pengetahuan didasari oleh adanya
sumber informasi yang paling membantu
kepercayaan penyakit muncul disebabkan
dan berguna bagi keluarga dan caregiver
oleh faktor genetik (Matthew, 2002 dalam
pasien Diabetes Melitus adalah informasi
Jean, 2012).
yang bersumber dari tenaga kesehatan
Penelitian ini menunjukan bahwa lebih gejala alam memberikan pengetahuan
banyak siswa remaja yang tidak memiliki kepada orang di zaman kuno. Sehingga
riwayat keluarga dibandingkan memiliki dapat disimpulkan bahwa pengalaman juga
riwayat keluarga. Kedua kelompok termasuk faktor yang berpengaruh kepada
responden berdasarkan riwayat keluarga pengetahuan individu Manusia adalah
memiliki tingkat pengetahuan baik. makhluk berpikir yang selalu memiliki rasa
Persentase tertinggi dari tingkat ingin tahu. Rasa ingin tahu lah yang
pengetahuan baik berasal dari kelompok mendorong manusia untuk mengemukakan
siswa remaja yang memiliki riwayat pertanyaan mengenai objek yang ada
keluarga (70,0%). Hal ini menunjukan disekitarnya. Dengan proses bertanya itu
bahwa kelompok siswa remaja yang maka manusia dapat mengumpulkan
memiliki riwayat keluarga memiliki pengetahuan yang ada disekitarnya
persentase tingkat pengetahuan baik lebih (Jalaluddin, 2014).
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa riwayat Hasil penelitian menunjukan lebih banyak
keluarga juga berpengaruh pada siswa remaja yang tidak memiliki
pengetahuan dari siswa remaja. Hal ini pengalaman interaksi dengan pasien
sejalan dengan disertasi Jean (2012) yang Diabetes Melitus sebelumnya (90,9%).
menyatakan bahwa riwayat keluarga Untuk persentase tertinggi pada tingkat
mempengaruhi pengetahuan terutama pengetahuan baik didapatkan pada
yang berkaitan dengan penyakit. Hal ini kelompok yang memiliki pengalaman
disebabkan dari adanya pengalaman masa interaksi. Hal ini sejalan dengan teori
lalu terkait penyakit yang dialami Jalaluddin (2014) yang menyatakan bahwa
menyebabkan individu mencoba untuk adanya pengalaman sebelumnya
mencari informasi atau pengetahuan terkait berpengaruh terhadap pengetahuan.
penyakit dengan tujuan untuk menghindari Dengan adanya proses observasi dan
atau mencari upaya pengobatan yang lebih berpikir dari siswa remaja dikala
baik. berinteraksi dengan penderita
memungkinkan siswa remaja mengolah
5. Pengalaman Interaksi informasi yang didapat dari proses interaksi
Pengalaman juga dapat berperan sebagai menjadi pengetahuan.
faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Dengan adanya pengalaman sebelumnya
KESIMPULAN DAN SARAN
mengenai suatu subjek pengetahuan tentu
akan membantu individu dikarenakan
Untuk gambaran pengetahuan siswa
individu sudah mengetahui mengenai
remaja Madrasah aliyah Manaratul Islam
subjek pengetahuan tersebut dari kejadian
Jakarta Selatan didapatkan hasil berupa
sebelumnya (Mubarak, 2011). Melalui
sebagian besar siswa remaja memiliki
pengalaman dan observasi dari berbagai
tingkat pengetahuan yang baik, dari total 77
siswa terdapat 48 siswa (62,3%) memiliki UCAPAN TERIMA KASIH
tingkat pengetahuan baik, 25 siswa (32,5%) Peneliti mengucapkan ribuan terima kasih
memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 4 kepada seluruh pihak yang telah membantu
siswa (5,2%) memiliki tingkat pengetahuan terlaksananya penelitian ini seperti instansi terkait,
kurang. Diharapkan dengan adanya hasil dosen pembimbing dan penguji yang telah
penelitian ini dapat memotivasi berbagai memberikan banyak masukan untuk
pihak untuk menunjang proses peningkatan menyempurnakan penelitian ini, serta teman-
pengetahuan terutama mengenai penyakit teman seperjuangan yang terus memotivasi
tidak menular agar dapat mempermudah penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
siswa remaja mencari informasi dan Semoga Allah selalu mencurahkan kebaikan
pengetahuan mengenai penyakit. kepada kalian semua.

Daftar Pustaka
6. Marion Linda. 2009. The Information-Seeking
Behavior of Teenagers: An Annotated Bibliography.
1. Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi : Penyakit Tidak USA : Information Resources & Services I
Menular. Jakarta : Rineka Cipta 7. Notoatmodjo, Sukidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat
2. Datin. 2017. Posbindu PTM, Dari Masyarakat Dan : Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Untuk Masyarakat. Dalam 8. Novita, Nesi. 2011. Promosi Kesehatan Dalam
http://dinkes.jakarta.go.id/berita/posbindu-ptm- Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Selemba Medika
dari-masyarakat-oleh-masyarakat-dan-untuk- 9. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2012.
masyarakat/ diakses pada tanggal 2 Febuari 2018 Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan :
pada pukul 16.23 Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Kementerian
3. Jalaluddin, 2014. Filasafat Ilmu Pengetahuan : Kesehatan RI
Filasafat, Ilmu Pengetahuan, Dan Peradaban. 10. Rokom. 2013. Prinsip Pencegahan Penyakit Tidak
Jakarta : Rajawali Pers Menular (PTM) dan Regulasinya. Dalam
4. Jean, Beth L 2012. Information Behavior of People http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
Diagnosed with a Chronic Serious Health Condition: media/20130626/488116/prinsip-pencegahan-
A Longitudinal Study. Michigan : University Of penyakit-tidak-menular-ptm-dan-regulasinya/
Michigan diakses pada tanggal 5 Febuari 2018 pada pukul
5. Kemenkes. 2014. InfoDatin Diabetes. Jakarta : 13.10
Kemenkes RI

Daftar Tabel

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi di MA Manaratul Islam


(n = 77)
Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 23 29,9
Jenis Kelamin
Perempuan 54 70,1
Jawa 16 20,8
Sunda 4 5,2
Suku
Betawi 48 62,3
Lainnya 9 11,7
Membaca 14 18,2
Hobi Olahraga 16 20,8
Lainnya 47 61,0

Media Interpersonal 21 27,3


Sumber
Media Cetak 19 24,7
Informasi
Media Elektronik 37 48,1

Riwayat Memiliki Riwayat Keluarga 10 13,0


Keluarga Tidak Memiliki Riwayat Keluarga 67 87,0
Pengalaman Memiliki Pengalaman Interaksi 7 9,1
Interaksi Tidak Memiliki Pengalaman Interaksi 70 90,9
Total 77 100

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di MA Manaratul Islam (n = 77)


Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 48 62,3
Cukup 25 32,5
Kurang 4 5,2

Total 77 100

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Suku di MA Manaratul Islam (n =
77)
Variabel Kategori Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F P (%) F P (%) F P (%)
Jawa 8 50,0 7 43,8 1 6,3 16 (100%)
Sunda 2 50,0 2 50,0 0 0,0 11 (100%)
Betawi 31 64,6 14 29,2 3 6,3 115 (100%)
Lainnya 7 77,8 2 22,2 0 0,0 13 (100%)

Total 48 62,3 25 32,5 4 5,2 77 (100%)

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Hobi di MA Manaratul Islam (n =
77)
Variabel Kategori Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F P (%) F P (%) F P (%)
Membaca 7 50,0 5 35,7 2 14,3 14 (100%)
Olahraga 11 68,8 4 25,0 1 6,3 16 (100%)
Lainnya 30 63,8 16 34,0 1 2,1 47 (100%)

Total 48 62,3 25 32,5 4 5,2 77 (100%)

Tabel 5
Kategori Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Sumber Informasi di MA Manaratul
Islam (n = 77)
Variabel Kategori Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F P (%) F P (%) F P (%)
Media 16 76,2 5 23,8 0 0,0 21 (100%)
Interpersonal
Media Cetak 15 78,9 3 15,8 1 5,3 19 (100%)
Media Elektronik 17 45,9 17 45,9 3 8,1 37 (100%)
Total 48 62,3 25 32,5 4 5,2 77 (100%)

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga di MA Manaratul
Islam (n = 77)
Variabel Kategori Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F P (%) F P (%) F P (%)
Memiliki Riwayat 7 70,0 2 20,0 1 10,0 10 (100%)
Keluarga
Tidak Memiliki Riwayat 41 61,2 23 34,2 3 4,5 67 (100%)
Keluarga
Total 48 62,3 25 32,5 4 5,2 77 (100%)

Tabel 7
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengalaman Interaksi di MA
Manaratul Islam (n = 77)
Variabel Kategori Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F P (%) F P (%) F P (%)
Memiliki Pengalaman 5 71,4 1 14,3 1 14,3 7 (100%)
Interaksi
Tidak Memiliki 43 61,4 24 34,3 3 4,3 70 (100%)
Pengalaman Interaksi
Total 48 62,3 25 32,5 4 5,2 77 (100%)

Tabel 8
Distribusi Frekuensi Sub-variabel Pengetahuan Siswa Remaja Mengenai Diabetes Melitus di
MA Manaratul Islam
Kategori
No Parameter Kuesioner
Baik Cukup Kurang
1. Definisi 46 (59,7%) 29 (37,7%) 2 (2,6%)
2. Etiologi 30 (39,0%) 0 (0,0%) 47 (61,0%)
3. Faktor Resiko 37 (48,1%) 0 (0,0%) 40 (51,9%)
4. Tanda Gejala 16 (20,8%) 26 (33,8%) 35 (45,5%)
5. Komplikasi 24 (31,2%) 32 (41,6%) 21 (27,3%)
6. Pencegahan 50 (64,9%) 18 (23,4%) 9 (11.7%)
7. Penatalaksanaan 40 (51,9%) 32 (41,6%) 5 (6,5%)

You might also like