You are on page 1of 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU DALAM UPAYA

PENCEGAHAN DIABETES MELITUS PADA MASYARAKAT KOTA PONTIANAK

Shafira Aulya1*, Sukarni2, Murtilita3

1*UniversitasTanjungpura; Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak 78124


Telp (0561) 8121432 Fax (0561) 8121432
2Universitas Tanjungpura; Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak 78124
3Universitas Tanjungpura; Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak 78124

shafiraaulya@student.untan.ac.id

ABSTRACK

Background: West Kalimantan Province is ranked 24th in Indonesia with the highest prevalence of
diabetes mellitus sufferers in 2018. Pontianak ranks second after Singkawang City with the highest
prevalence of diabetes mellitus sufferers in West Kalimantan. Prevention of diabetes mellitus is still little
applied by the community, one of which is in sports and regulating diet. Methods: Quantitative study
with a cross-sectional design. The sample of research in this study is 384 respondents. This research
used purposive sampling technique with snowball sampling method. The test used is the Somers'd.
Results: 126 respondents had high level of knowledge on diabetes mellitus prevention, 229 had
moderate level of knowledge, and 29 had low level of knowledge. Regarding diabetes mellitus
preventive attitude, 149 respondents had good attitude, 224 respondents had moderate attitude, and 11
respondents had poor attitude. Only 1 respondent had good behavior, 47 respondents had intermediate
behavior, and 336 respondents had bad behavior in prevention of diabetes mellitus. There aren’t
correlation between knowledge and behavior (p=0.453) and in this research is nothing correlation
between attitude and behavior (p= 0.108). Conclusion: Knowledge and attitude of the respondents of
Pontianak City had no relationship with diabetes mellitus prevention behavior.

Keywords: Knowledge, attitude, behavior, diabetes mellitus prevention

ABSTRAK

Latar Belakang: Provinsi Kalimantan Barat menempati peringkat ke 24 di Indonesia dengan prevalensi
terbanyak penderita diabetes melitus pada tahun 2018. Kota Pontianak menempati urutan kedua
setelah Kota Singkawang dengan prevalensi penderita diabetes melitus tertinggi di Kalimantan Barat.
Pencegahan diabetes melitus masih sedikit diterapkan oleh masyarakat salah satunya dalam olahraga
dan mengatur pola makan. Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel
penelitian sebanyak 384 responden. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan
metode snowball sampling. Uji yang digunakan yaitu uji somers’d. Hasil: Terdapat 126 responden
dengan tingkat pengetahuan baik, 229 responden tingkat pengetahuan sedang dan 29 responden
berpengetahuan kurang terkait pencegahan diabetes melitus. Kategori sikap menunjukkan 149
responden memiliki sikap yang baik, 224 responden memiliki sikap sedang dan 11 responden dengan
sikap yang kurang terhadap upaya pencegahan diabetes melitus. Kategori perilaku hanya didapatkan 1
responden yang memiliki perilaku baik, 47 responden dengan perilaku sedang dan 336 responden
memiliki perilaku kurang dalam upaya pencegahan diabetes melitus. Tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dan perilaku (p=0,453). Tidak ada hubungan antara sikap dan perilaku (p=0.108).
Kesimpulan: Pengetahuan dan sikap masyarakat Kota Pontianak tidak ada hubungan dengan perilaku
pencegahan diabetes melitus.

Kata Kunci: Pengetahuan, sikap, perilaku, pencegahan diabetes melitus

1
PENDAHULUAN yang menyebabkan terlambatnya
penatalaksanaan DM seperti tidak terdiagnosis
Diabetes Melitus (DM) yaitu penyakit DM, meskipun telah terdiagnosa namun tidak
metabolik yang ditandai dengan peningkatan teratur untuk menjalani pengobatan, maka dari
glukosa darah. Peningkatan konsentrasi itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam
glukosa darah hasil dari produksi insulin yang upaya preventif DM (Wijaya, 2021).
tidak adekuat atau hormon yang dibentuk oleh Pencegahan DM dapat dilakukan dengan
pankreas (Brown, 2019). Menurut Astuti mengecek kesehatan secara teratur untuk
(2019), prediabetes paling banyak terjadi pada mengendalikan berat badan, periksa tekanan
usia 20 hingga 44 tahun karena kadar gula darah, gula darah dan kolesterol secara teratur,
darah mengalami peningkatan diatas nilai enyahkan rokok, rajin melakukan aktivitas fisik
normal yang mengakibatkan seorang individu minimal 30 menit sehari, diet seimbang dengan
mengalami prediabetes. mengkonsumsi makanan sehat dan gizi
Data penderita DM saat ini terdapat 537 juta seimbang, istirahat yang cukup serta kelola
individu di dunia, mulai dari umur 20 hingga 79 stres dengan baik (Kemenkes RI, 2019).
tahun yang menderita diabetes (IDF, 2021). Pencegahan diabetes melitus masih sedikit
Penderita DM tahun 2030 jumlahnya akan diterapkan oleh masyarakat salah satunya
terus meningkat menjadi 578 juta dan pada dalam mengatur pola makan. Makanan
tahun 2045 menjadi 700 juta. Penderita kekinian yang viral di media sosial dan mudah
diabetes lebih banyak diderita oleh laki-laki didapatkan menyebabkan mereka
yaitu 9,65% sedangkan perempuan yaitu 9% mengonsumsi jajanan tersebut tanpa
yang menderita diabetes (Infodatin, 2020). memikirkan nilai gizi yang ia perlukan untuk
Penderita DM yang terdiagnosis yaitu pertumbuhannya dan dapat menimbulkan
sebanyak 12,4 juta orang di Indonesia (WHO, masalah kesehatan (Nisa & Chikmah, 2020).
2019). Angka prevalensi penderita DM pada Informasi kesehatan sangat dibutuhkan jika
tahun 2013 hingga 2018 menurut Riskesdas dilihat dari masalah diatas dan upaya yang
(2018) meningkat dalam 5 tahun terakhir dari lebih besar dalam meningkatkan pengetahuan
6,9% sampai 8,5%. Penderita DM di masyarakat mengenai pencegahan DM
Kalimantan Barat pada tahun 2018 sebesar sehingga dapat menciptakan sikap dan
1,5%. Wilayah dengan angka persentase perilaku yang baik dalam upaya
diabetes melitus terbanyak yaitu Kota pencegahannya.
Singkawang (2,52%), angka persentase Pengetahuan merupakan hasil dari rasa
diabetes melitus terbanyak kedua yaitu Kota ingin tahu melalui proses panca indera,
Pontianak (2,01%). Sedangkan wilayah dengan terutama mata dan telinga mengenai objek
angka persentase diabetes melitus paling tertentu. Pengetahuan suatu hal yang penting
sedikit yaitu Kabupaten Sekadau (0,5%) dalam membentuk perilaku. Robert Kwick
(Kemenkes RI, 2018). menjelaskan bahwa perilaku yaitu bagian dari
Penderita DM dari data yang telah tindakan seseorang yang bisa diamati dan
dipaparkan diatas berdasarkan Riskesdas dipelajari (Donsu, 2017). Sikap yaitu suatu
meningkat pesat 1,6% di Indonesia sehingga reaksi tertutup seseorang mengenai objek atau
akan terjadi peningkatan jumlah penderita di stimulus, baik eksternal maupun internal
masa yang akan datang karena tidak ada sehingga realitasnya tidak bisa dilihat secara
upaya yang dilakukan oleh masyarakat langsung, namun hanya bisa dijelaskan terlebih
mengenai pencegahan diabates melitus. dahulu dari perilakunya yang tertutup (Darwis &
Diabetes Melitus sangat memengaruhi kualitas Mas’ud, 2017). Menurut teori perilaku WHO,
sumber daya manusia dan berdampak cukup seorang individu dapat berperilaku tertentu
besar pada peningkatan biaya kesehatan karena adanya empat alasan utama yaitu
(Pranata, Daeli & Indaryati, 2019). pemahaman dan pertimbangan (pengetahuan,
Penyakit diabetes bisa terjadi akibat sikap, persepsi, kepercayaan dan penilaian
genetik, gaya hidup, lingkungan dan faktor seseorang), orang penting sebagai referensi,

2
sumber-sumber daya dan kebudayaan upaya pencegahan DM lebih banyak ditujukan
(Notoatmodjo, 2014). Menurut Yanti (2020) pada usia remaja, maka dari itu peneliti akan
masyarakat yang mempunyai pengetahuan mengeksplore lebih luas lagi dengan
yang baik, maka memiliki sikap serta perilaku menambahkan usia dewasa awal dan dewasa
yang baik juga. akhir dalam penelitian ini. Hasil-hasil penelitian
Penelitian yang telah dilakukan oleh Silalahi sebelumnya didapatkan perbedaan terkait hasil
(2019) diketahui bahwa adanya hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku dalam
yang signifikan antara pengetahuan terhadap upaya pencegahan DM sedangkan dari teori
tindakan pencegahan DM tipe 2 di SMA mengatakan bahwa pengetahuan yang baik
Muhammadiyah 7 Surabaya. Menurut maka akan diikuti oleh sikap serta perilaku
penelitian Arisma (2017) terkait pengetahun yang baik. Latar belakang diatas menguatkan
masyarakat tentang risiko DM didapatkan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
bahwa tingkat pengetahuan masyarakat di hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
Kecamatan Pakisaji mengenai resiko DM terhadap perilaku dalam upaya pencegahan
berada pada kategori kurang. Pada penelitian diabetes melitus pada masyarakat Kota
yang dilakukan oleh Harta & Saputra (2019) Pontianak.
didapatkan bahwa siswa SMA Negeri 1
Bontonompo memiliki pengetahuan baik, sikap METODE PENELITIAN
baik dan perilaku baik terhadap penyakit DM.
Berbeda dengan penelitian Wigatiasari (2021), Jenis penelitian kuantitatif dengan
didapatkan bahwa tidak ada pengaruh antara pendekatan cross sectional. Analisa data
pengetahuan, perilaku dan pola makan dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
angka kejadian DM di Puskesmas Kait-kait. Variable independen yaitu pengetahuan dan
Tingkat pengetahuan masyarakat di sikap terkait diabetes melitus sedangkan
Puskesmas Kait-kait dalam kategori kurang variable dependen yaitu perilaku terhadap
sedangkan perilaku dalam kategori cukup. pencegahan diabetes melitus. Penelitian ini
Penelitian Alqahtani (2020) dikatakan bahwa menggunakan teknik purposive sampling
sebagian besar responden memiliki dengan metode snowball sampling. Penelitian
pengetahuan baik terkait DM, namun mayoritas dilakukan pada bulan Maret sampai April
peserta belum pernah memeriksakan kadar Tahun 2022 di Kota Pontianak. Populasi
glukosa darahnya. masyarakat Kota Pontianak berjumlah 672.440
Studi pendahuluan yang dilakukan pada 24 jiwa. Sampel penelitian sebanyak 384
responden, didapatkan responden responden. Uji yang digunakan yaitu uji
pengetahuan tinggi 8 orang, sedang 4 orang somers’d.
dan rendah 12 orang. Persentase sikap pada Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
responden dalam upaya pencegahan diabetes bersedia mengisi kuesioner, bisa membaca
melitus termasuk kategori sedang yaitu 59%. dan menggunakan gadget/laptop, berdomisili di
Pada perilaku dalam pola makan, terdapat Kota Pontianak, bersedia menunjukkan Kartu
37,5% responden dengan frekuensi makan Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Izin
tidak teratur tiap harinya, 50% responden Mengemudi (SIM) dan berusia 18-45 tahun.
kadang-kadang mengonsumsi makanan cepat Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
saji dan sebanyak 37,5% responden yang orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) seperti
sering memakan makanan cepat saji. depresi, bipolar, anxiety, stress pasca trauma,
Responden yang melakukan olahraga hanya gangguan obsesif kompulsif, skizofrenia dan
sekali dalam seminggu sebanyak 33,3% dan gangguan mental lainnya serta penderita
yang tidak pernah melakukan olahraga sama diabetes melitus.
sekali sebanyak 25% serta responden yang
tidur diatas pukul 12 malam sebesar 66,7%. Instrument yang digunakan dalam penelitian
Penelitian sebelumnya terkait tingkat ini yaitu kuesioner yang terdiri dari karakteristik
pengetahuan, sikap ataupun perilaku dalam responden, kuesioner pengetahuan, kuesioner

3
sikap dan kuesioner perilaku terkait diabetes melitus diperoleh nilai alpha (0,673),
pencegahan diabetes melitus yang telah sikap pencegahan diabetes melitus (0,783) dan
dilakukan uji validitas menggunakan teknik perilaku pencegahan diabetes melitus (0,858).
korelasi Pearson dengan melihat nilai r hitung > Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap
r table (0,444). Uji reliabilitas yang dilakukan kuesioner tersebut dapat dinyatakan valid dan
untuk kuesioner pengetahuan pencegahan reliabel untuk digunakan dalam penelitian.
HASIL

Analisis Univariat

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Agama, Suku, Tingkat
Pendidikan dan Pekerjaan

Karakteristik Tingkat Pengetahuan Sikap Perilaku


Responden
f % B S K B S K B S K
Usia
Remaja Akhir (18-25) 346 90.1 117 206 23 137 198 11 1 42 303
Dewasa Awal (26-35) 38 9.9 9 23 6 12 26 0 0 5 33
Dewasa Akhir (36-45) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jenis Kelamin
Laki-laki 99 25.8 25 62 12 38 59 2 0 14 85
Perempuan 285 74.2 101 167 17 111 165 9 1 33 251
Agama
Islam 351 91.4 111 212 28 139 202 10 1 46 304
Katolik 12 3.1 6 6 0 4 7 1 0 1 11
Kristen 19 4.9 8 10 1 6 13 0 0 0 19
Budha 1 0.3 0 1 0 0 1 0 0 0 1
Hindu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Agama Lainnya 1 0.3 1 0 0 0 1 0 0 0 1
Suku
Melayu 201 52.3 64 123 14 80 116 5 0 27 174
Dayak 23 5.98 8 12 3 7 15 1 0 2 21
Tionghoa 7 1.9 5 2 0 2 4 1 0 0 7
Jawa 70 18.2 26 38 6 32 36 2 0 10 60
Madura 20 5.2 4 15 1 8 10 2 1 3 16
Bugis 28 7.3 9 16 3 11 17 0 0 3 25
Suku Lainnya 35 9.1 10 23 2 9 26 0 0 2 33
Tingkat Pendidikan
SD/Sederajat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SMP/Sederajat 1 0.3 0 1 0 0 1 0 0 0 1
SMA/Sederajat 228 59.4 70 138 20 86 133 9 1 30 197
Perguruan Tinggi 155 40.3 56 90 9 63 90 2 0 17 138
Pekerjaan
Tidak Bekerja 15 3.9 3 11 1 8 7 0 0 2 13
Pelajar 3 0.8 2 1 0 1 0 2 0 0 3
Mahasiswa 244 63.5 85 145 14 90 146 8 1 27 216
Wiraswasta 29 7.5 10 15 4 10 18 1 0 1 28
Pekerjaan Lainnya 93 24.2 26 57 10 40 53 0 0 17 76
Keterangan: B = Baik, S = Sedang, K = Kurang

4
Karakteristik responden pada tabel 1 besar dalam kategori sedang, sikap sebagian
setelah dianalisa, dari 384 responden besar dalam kategori sedang sedangkan
didapatkan hasil bahwa sebagian besar usia perilaku responden terbanyak yaitu dengan
responden adalah 18-25 tahun berjumlah 346 kategori kurang.
orang (90,1%) dengan tingkat pengetahuan Distribusi karakteristik responden
yang terbanyak yaitu kategori sedang, sikap berdasarkan tingkat pendidikan dalam
dalam kategori sedang dan perilaku dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa sebagian
kategori kurang. Responden dengan usia 26- besar tingkat pendidikan responden yaitu
35 tahun sebanyak 38 orang (9,9%) dengan tingkat pendidikan SMA/Sederajat berjumlah
tingkat pengetahuan yang terbanyak yaitu 228 orang (59,4%), diikuti perguruan tinggi
kategori sedang, sikap dalam kategori sedang berjumlah 155 orang (40,3%) dan
dan perilaku dalam kategori kurang.
SMP/Sederajat berjumlah 1 orang (0,3%).
Distribusi karakteristik responden Tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat
berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini pendidikan sebagian besar dalam kategori
dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sedang, sikap sebagian besar dalam kategori
berjenis kelamin perempuan berjumlah 285 sedang sedangkan perilaku responden
orang (74,2%) dengan tingkat pengetahuan terbanyak yaitu dengan kategori kurang.
yang terbanyak yaitu kategori sedang, sikap Distribusi karakteristik responden
dalam kategori sedang dan perilaku dalam berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini
kategori kurang. Jenis kelamin laki-laki dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan
berjumlah 99 orang (25,8%) dengan tingkat responden sebagai Mahasiswa berjumlah 244
pengetahuan, sikap dan perilaku dalam orang (63,5%), Pekerjaan lainnya berjumlah 93
kategori yang sama dengan perempuan. orang (24,2%), Wiraswasta berjumlah 29 orang
(7,5%), Tidak bekerja sebanyak 15 orang
Distribusi karakteristik responden
(3,9%) dan Pelajar sebanyak 3 orang (0,8%).
berdasarkan agama dalam penelitian ini dapat
Tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan
dilihat bahwa sebagian besar agama
sebagian besar dalam kategori sedang, sikap
responden yaitu beragama islam sebanyak 351
sebagian besar dalam kategori sedang
orang (91,4%), responden beragama kristen
sedangkan perilaku responden terbanyak yaitu
sebanyak 19 orang (4,9%), diikuti responden
dengan kategori kurang.
beragama katolik sebanyak 12 orang (3,1%),
responden beragama budha 1 orang (0,3%) Analisis Bivariat
dan responden beragama lainnya 1 orang Tabel 2. Analisa Bivariat Tingkat
(0,3%). Tingkat pengetahuan berdasarkan Pengetahuan dan Perilaku
agama sebagian besar dalam kategori sedang,
Perilaku
sikap sebagian besar dalam kategori sedang Kurang Sedang Baik
sedangkan perilaku responden terbanyak yaitu Tingkat Kurang 26 3 0
dengan kategori kurang. Pengetahuan Sedang 202 26 1
Baik 108 18 0
Distribusi karakteristik responden Total 336 47 1
berdasarkan suku dalam penelitian ini dapat Sumber: Hasil olah data. 2022
dilihat bahwa sebagian besar suku responden
dari suku melayu berjumlah 201 orang (52,3%), Hasil analisa bivariat pada tabel 2
suku jawa berjumlah 70 orang (18,2%), suku didapatkan hasil bahwa sebanyak 202 dari 384
lainnya berjumlah 35 orang (9,1%), suku bugis responden memiliki tingkat pengetahuan
berjumlah 28 orang (7,3%), suku dayak sedang dengan perilaku yang kurang. Hasil uji
berjumlah 23 orang (5,98%), suku madura statistik korelasi dengan menggunakan uji
berjumlah 20 orang (5,2%) dan suku tionghoa Somers’d, didapatkan nilai Correlation
berjumlah 7 orang (1,9%). Tingkat Coefficient yaitu 0,024 yang menunjukkan
pengetahuan berdasarkan suku sebagian bahwa kedua variabel tersebut memiliki

5
hubungan yang sangat lemah. Hasil nilai yang bisa menimbulkan penyakit (Silalahi,
Correlation Coefficient juga menunjukkan arah 2019).
hubungan yang negatif, semakin tinggi tingkat Karakteristik responden berdasarkan jenis
pengetahuan maka semakin rendah tingkat kelamin dari hasil penelitian sebagian besar
perilaku. Hasil nilai Sig. (2-tailed) yaitu 0,453 berjenis kelamin perempuan, hal ini
(p>0,05) yang berarti tidak terdapat korelasi disebabkan oleh beberapa faktor risiko
yang signifikan antara dua variabel yang diuji mencakup obesitas, kurang latihan
(Ha ditolak, H0 diterima). fisik/aktivitas, umur dan riwayat diabetes
melitus ketika hamil sehingga mengakibatkan
Tabel 3. Analisa Bivariat Sikap dan tingginya angka diabetes melitus pada wanita
Perilaku (Riskesdas, 2018). Hasil tersebut sejalan
Perilaku dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Kurang Sedang Baik Riyadi (2021) yang mengatakan bahwa
Sikap Kurang 11 0 0
prevalensi diabetes melitus yang dialami oleh
Sedang 199 25 0
Baik 126 22 1 perempuan lebih besar jika dibandingkan oleh
Total 336 47 1 prevalensi pada laki-laki.
Sumber: Hasil olah data. 2022 Karakteristik responden berdasarkan
agama yakni lebih banyak responden yang
Hasil analisa bivariat pada tabel 3 beragama islam. Agama berkaitan dengan
didapatkan hasil bahwa sebanyak 199 dari 384 kebudayaan dan praktik-praktik sosial bisa
responden memiliki sikap dalam kategori dilihat sebagai kepercayaan dan pola tingkah
sedang dengan perilaku yang kurang. laku yang diusahakan oleh masyarakat. Ajaran
Berdasarkan hasil uji statistik korelasi dengan agama membentuk secara aktif ego dan super
menggunakan uji Somers’d, didapatkan nilai ego, sehingga ketentuan agama menjadi suara
Correlation Coefficient yaitu 0,053 yang hati atau ego ideal (qolbu, hati nurani) yang
menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut akhirnya akan terpancar sebagai pola tingkah
memiliki hubungan yang sangat lemah. Hasil laku (Yanuarti, 2018).
nilai Correlation Coefficient juga menunjukkan Karakteristik responden berdasarkan suku
arah hubungan yang negatif, semakin tinggi yang terbanyak yaitu suku melayu, dimana
tingkat pengetahuan maka semakin rendah mayoritas responden di Kota Pontianak adalah
tingkat perilaku. Hasil nilai Sig. (2-tailed) yaitu suku melayu. Pola konsumsi makanan Suku
0,108 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat Melayu dan Suku Jawa menurut Tursinawati
korelasi yang signifikan antara dua variabel (2020) mengungkapkan bahwa hidangan yang
yang diuji (Ha ditolak, H0 diterima). meliputi nasi, sayuran dan lauk pauk nabati
dengan pengolahan yang ditumis sebanyak 3
PEMBAHASAN hingga 4 kali/minggu menjadi pola konsumsi
yang biasa dipilih Suku Jawa. Pengolahan
Karakteristik Responden makanan dengan cara ditumis dengan minyak
Analisa karakteristik responden ini bisa menyebabkan pola konsumsi yang
berdasarkan usia yang paling banyak pada tidak sehat. Namun demikian, Suku Jawa lebih
usia remaja akhir. Usia memengaruhi baik dalam hal mengonsumsi buah dan
seseorang dalam bersikap dan bertindak. Hasil sayuran dibandingkan dengan Suku Melayu.
penelitian dari Supriyadi (2021) juga Karakteristik responden berdasarkan tingkat
mengatakan bahwa perilaku kesehatan pendidikan terbanyak yaitu SMA/Sederajat
dipengaruhi oleh usia. Usia remaja adalah usia dimana didapatkan bahwa sebagian besar
yang tepat untuk melakukan pencegahan responden berpendidikan tinggi dimana pada
primer. Ini dilakukan untuk mencegah generasi umumnya seorang individu dengan pendidikan
yang sedang bertumbuh untuk tidak mengikuti yang lebih tinggi akan mempunyai
atau melakukan gaya hidup yang tidak sehat pengetahuan yang lebih luas (Permatasari &
Suprayitno, 2020). Hal ini sejalan dengan

6
penelitian Riniasih & Hapsari (2020) kualitas diploma/sarjana dimana pada umumnya
hidup yang tinggi dalam individu yang seorang individu dengan pendidikan yang lebih
berpendidikan tinggi mereka cenderung tinggi akan mempunyai pengetahuan yang
mencari tahu lebih banyak mengenai penyakit lebih luas. Seorang individu dengan pendidikan
dan situasi yang sedang mereka alami. yang lebih tinggi jika diberikan stimulus
Karakteristik responden berdasarkan mengenai pendidikan kesehatan maka akan
pekerjaan yang terbanyak yaitu mahasiswa. bersikap terhadap stimulus yang sudah
Mahasiswa memiliki tingkat mengonsumsi diberikan, sehingga sikap sejalan dengan
makanan cepat saji yang tinggi, hal ini sejalan pengetahuan kesehatan yang seseorang miliki
dengan hasil penelitian Syahputra (2021) (Suprayitno, 2020).
dimana sebagian besar mahasiswa Masyarakat yang mempunyai pengetahuan
mengonsumsi makanan yang buruk. yang baik maka memiliki sikap dan perilaku
Mahasiswa ingin mengonsumsi makanan yang yang baik juga. Tingkat pengetahuan yang
cepat saji dikarenakan malas untuk menunggu tinggi juga didukung dengan tingkat pendidikan
terlalu lama maka dari itu makanan cepat sebagian besar responden adalah
sajilah menjadi makanan yang mereka SMA/sederajat dan pendidikan tinggi (diploma
konsumsi (Ranggayuni, 2021). Banyak faktor serta sarjana). Individu dengan tingkat
penyebab yang bisa memengaruhi remaja pendidikan yang tinggi tidak akan sulit untuk
mengonsumsi makanan cepat saji. Faktor- memperoleh akses informasi mengenai suatu
faktor tersebut dapat berupa pengetahuan permasalahan (Yanti, 2020).
mengenai gizi, pengaruh teman, tempat makan Pendidikan dapat memberikan pengaruh
yang nyaman untuk berkumpul, makanan yang terhadap proses belajar, dimana seorang
cepat dan praktis, mempunyai rasa yang individu dengan pendidikan tinggi akan
sedap, Brand makanan yang terkenal, serta mempermudah orang tersebut untuk
harga yang murah (Laksono, 2021). Hal-hal ini memperoleh informasi. Seseorang yang
bisa mendorong banyak remaja untuk akhirnya berpendidikan tinggi akan cenderung untuk
mengonsumsi makanan cepat saji. memperoleh informasi, baik dari orang lain
ataupun dari media masa, semakin banyak
Tingkat Pengetahuan terhadap Pencegahan informasi yang masuk semakin banyak pula
Diabetes Melitus pada Masyarakat Kota pengetahuan yang diperoleh mengenai
Pontianak kesehatan (Angkut, 2020).
Pengetahuan responden adalah hal yang
penting karena dengan pemahaman terkait Sikap terhadap Pencegahan Diabetes
pengetahuan tersebut, responden bisa Melitus pada Masyarakat Kota Pontianak
menentukan langkah dalam mencegah Hasil analisis univariat terkait sikap
diabetes melitus. Hasil analisis univariat terkait responden mengenai pencegahan diabetes
pengetahuan responden mengenai diabetes melitus diperoleh hasil bahwa sebagian besar
melitus diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap sedang mengenai
responden mempunyai pengetahuan sedang pencegahan diabetes mellitus. Hasil penelitian
tentang diabetes mellitus. Hal ini sesuai ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh dilakukan Machmud (2019) yang
Herath (2017) bahwa 77% responden mengungkapkan bahwa sikap responden
mempunyai kategori tingkat pengetahuan terkait pencegahan diabetes melitus sebagian
cukup mengenai diabetes melitus tipe 2. besar masuk dalam kategori kurang. Sikap bisa
Faktor-faktor yang bisa memberikan sebagai suatu predisposisi untuk bersikap
pengaruh untuk tingkat pengetahuan yaitu dan bertindak.
pendidikan, usia, pekerjaan, dan lingkungan Faktor penyebab terjadinya perilaku pada
(Wawan & Dewi, 2016). Hasil dari penelitian diri individu ialah pengetahuan dan sikap
juga didapatkan bahwa pendidikan responden seseorang mengenai apa yang telah dilakukan.
sebagian besar berpendidikan SLTA dan Perubahan pengetahuan dan perilaku individu

7
dimulai dari tahap kepatuhan, melakukan pengetahuan sedang dan memiliki perilaku
identifikasi kemudian menjadi internalisasi. kurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Pada awalnya seorang individu mematuhi penelitian Alqahtani (2020) dikatakan bahwa
anjuran atau instruksi petugas kesehatan tanpa sebagian besar responden memiliki
kesadaran untuk melakukan tindakan dan pengetahuan baik terkait DM, namun mayoritas
seringkali melakukan instruksi karena adanya peserta belum pernah memeriksakan kadar
hukuman, akan tetapi jika menerima imbalan glukosa darahnya. Hasil penelitian ini tidak
atau reward mereka akan mematuhi anjuran sejalan dengan hasil penelitian Juniasi (2020)
namun masih bersifat sementara (Suharto, yang mengungkapkan bahwa terdapat
2020). hubungan antara sumber informasi dan
pengetahuan dengan perilaku pencegahan
Perilaku terhadap Pencegahan Diabetes diabetes melitus tipe II pada siswa di SMAN 3
Melitus pada Masyarakat Kota Pontianak Palangka Raya. Hasil penelitian Putri (2021)
Hasil analisis univariat terkait perilaku juga mengungkapkan bahwa ada hubungan
responden mengenai pencegahan diabetes yang cukup kuat antara tingkat pengetahuan
melitus diperoleh hasil bahwa sebagian besar tentang DM dengan perilaku pencegahan
responden mempunyai perilaku kurang tentang terjadinya DM pada jemaah haji di Wilayah
pencegahan diabetes melitus. Hasil penelitian Kotagede I.
ini sejalan dengan penelitian Alqahtani (2020) Faktor yang dapat menyebabkan seorang
yang menunjukkan bahwa perilaku responden individu memiliki perilaku kesehatan yang
kurang mengenai diabetes melitus. Hasil kurang karena masih rendahnya pengetahuan
penelitian dari Reid (2019) juga didapatkan masyarakat terkait pencegahan diabetes
hasil bahwa perilaku yang buruk berkaitan melitus. Lawrence Green mengatakan faktor
dengan diabetes diamati dari persentase yang pemungkin yang digambarkan sebagai faktor-
sangat tinggi dari responden. faktor yang memungkinkan (membuat lebih
Perilaku pencegahan diabetes adalah mudah) individu atau masyarakat untuk
perilaku sehat guna mencegah diabetes merubah perilaku atau lingkungan mereka.
mencakup perilaku sedenter kurang dari 6 Faktor ini pada dasarnya mendukung
jam/hari, latihan fisik lebih dari 3 kali/minggu, terwujudnya perilaku kesehatan oleh karena itu
diet sehat setiap hari, memperhatikan kontrol faktor-faktor ini disebut faktor pemungkin.
diet, diet tawar/hambar, pemeriksaan Faktor pemungkin tersebut meliputi tersedianya
kesehatan lebih dari 1 kali/tahun, tidak fasilitas kesehatan seperti fasilitas pelayanan
merokok serta mengkonsumsi minuman kesehatan atau sarana dan prasarana.
beralkohol (Khasanah, 2020). Tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-
Hasil analisis penelitian yang dilakukan, sarana kesehatan dan keterjangkauan
rata-rata pasien melakukan pemeriksaan berbagai sumber daya baik biaya, jarak dan
darah, kurang melakukan aktivitas fisik seperti tersedianya transportasi untuk menjangkau
berolahraga, jarang melakukan pemeriksaan sumber daya kesehatan (Suryani, 2019).
kesehatan, pola makan tidak teratur dan tidak
pernah melakukan pengecekan kadar gula Hubungan antara Sikap terhadap Perilaku
darah. Pencegahan Diabetes Melitus pada
Masyarakat Kota Pontianak
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terhadap Perilaku Pencegahan Diabetes tidak terdapat hubungan yang signifikan sikap
Melitus pada Masyarakat Kota Pontianak terhadap perilaku dalam upaya pencegahan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diabetes melitus. Hasil penelitian ini sebagian
tidak terdapat hubungan yang signifikan tingkat besar responden memiliki sikap dalam kategori
pengetahuan terhadap perilaku dalam upaya sedang dan memiliki perilaku yang kurang.
pencegahan diabetes melitus. Hasil penelitian Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
ini sebagian besar responden memiliki tingkat Ahmed (2020) yang mengungkapkan bahwa

8
sikap tidak memiliki hubungan yang signifikan upaya pencegahan diabetes melitus dan
secara statistik terhadap perilaku terkait menerapkannya.
diabetes melitus.
Sikap merupakan predisposisi untuk DAFTAR PUSTAKA
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku Ahmed, I. A. B., Alosaimi, M. E., Alkhathami, S.
tertentu, namun sikap lebih kearah proses M., Alkhurayb, N. T., Alrasheed, M. S.,
kesadaran yang sifatnya individual, artinya Alanazi, Z. M., & Alazwary, M. N. (2020).
hanya individu yang dapat mengendalikan dan Knowledge , attitude , and practices
mempertahankan sikap masing-masingnya towards diabetes mellitus among non-
(Yenni, 2020). diabetes community members of Riyadh,
Kingdom of Saudi Arabia. International
KESIMPULAN DAN SARAN Journal of Pharmaceutical Research &
Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap Allied Sciences, 9(1), 41–51.
terhadap perilaku pencegahan diabetes melitus Alqahtani, M., Almutairi, F. E., Albasseet, A. O.,
pada masyarakat di Kota Pontianak dapat & Almutairi, K. E. (2020). Knowledge,
disimpulkan bahwa karakteristik responden attitude, and practice of diabetes mellitus
dalam penelitian ini adalah sebagian besar among the saudi population in Riyadh,
berjenis kelamin perempuan, berusia 18-25 Saudi Arabia: a quantitative study.
tahun, beragama Islam, suku melayu, memiliki Cureus, 12(1), e6601.
pendidikan terakhir SMA/Sederajat dan diikuti Angkut, C. (2020). Pendidikan ibu
oleh perguruan tinggi serta pekerjaan berhubungan dengan pemberian asi
responden terbanyak yakni mahasiswa. eksklusif. Jurnal Kebidanan Malahayati,
Tingkat pengetahuan tidak ada hubungan 6(3), 357–360.
dengan perilaku terkait pencegahan diabetes Arisma, B. J. N., Yunus, M., & Fanani, E.
melitus pada masyarakat Kota. Sikap juga tidak (2017). Gambaran pengetahuan
ada hubungan dengan perilaku terkait masyarakat tentang resiko penyakit
pencegahan diabetes melitus pada masyarakat diabetes mellitus di Kecamatan Pakisaji
Kota Pontianak. Kabupaten Malang. Preventia: The
Hasil penelitian ini dapat mengembangkan Indonesian Journal of Public Health,
ilmu keperawatan, khususnya dalam 2(2), 67–75.
keperawatan medikal bedah terkait diabetes Astuti, A. (2019). Usia, obesitas dan aktifitas
melitus. Hasil penelitian ini juga dapat fisik beresiko terhadap prediabetes.
meningkatkan peran perawat dalam melakukan Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah
promosi kesehatan sebagai health educator Problema Kesehatan, 4(2), 319–324.
untuk upaya pencegahan diabetes melitus. Brown, E., Rajeev, S. P., Cuthbertson, D. J., &
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat Wilding, J. P. (2019). A review of the
menganalisis lebih dalam terkait faktor-faktor mechanism of action , metabolic profile
yang memengaruhi pengetahuan, sikap dan and haemodynamic effects of sodium-
perilaku masyarakat terkait pencegahan glucose co-transporter-2 inhibitors.
penyakit diabetes melitus. Analisa data yang Diabetes, Obesity and Metabolism,
digunakan untuk penelitian berikutnya tidak 21(2), 9–18.
hanya menggunakan analisa univariat dan Darwis., & Mas’ud, H. (2017). Kesehatan
bivariate namun dengan multivariat. masyarakat dalam perspektif
Masyarakat diharapkan mampu bekerjasama sosioantropologi. Makassar: CV Sah
dengan tenaga kesehatan dalam upaya Media.
pencegahan diabetes melitus guna Donsu, J. D. T. (2017). Psikologi keperawatan.
meningkatkan kesehatan masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Masyarakat juga diharapkan dapat bersikap Harta, J., & Saputra, A. (2019). Pengetahuan,
terbuka dan bersedia menerima informasi dari sikap dan pola makan dengan penyakit
petugas kesehatan terkait informasi mengenai diabetes melitus pada usia remaja di

9
SMAN 1 Bontonompo Kab. Gowa Makassar. Media Keperawatan, 10(2),
Sulawesi Selatan. Media Keperawatan: 109–114.
Politeknik Kesehatan Makassar, 8(2), 7– Pranata, L., Daeli, N. E., & Indaryati, S. (2019).
11. Upaya pencegahan penyakit diabetes
Herath, H. M., Weerasinghe, N. P., Dias, H., & mellitus dan komplikasinya di Kelurahan
Weerarathna, T. P. (2017). Knowledge, Talang Betutu Palembang. Jurnal
attitude and practice related to diabetes Pemberdayaan Masyarakat Berkarakter,
mellitus among the general public in 2(2), 173–179.
Galle district in Southern Sri Lanka: a Putri, R. C. A. (2021). Hubungan tingkat
pilot study. BMC Public Health, 17(1), 1– pengetahuan dengan perilaku dalam
7. mencegah diabetes melitus pada
IDF, International Diabetes Federation. (2021). jemaah haji di wilayah kerja puskesmas
Diabetes around the world in 2021. kotagede i yogyakarta. Doctoral
Infodatin. (2020). Tetap produktif, cegah dan Dissertation, Poltekeks Kemenkes
atasi diabetes melitus. Kementerian Yogyakarta.
Kesehatan Republik Indonesia. Ranggayuni, E., & Nuraini, N. (2021). (2021).
Juniasi, B. S. (2020). Hubungan sumber Faktor yang berhubungan dengan
informasi dan pengetahuan dengan Konsumsi Makanan Cepat Saji pada
perilaku pencegahan diabetes melitus Mahasiswa di Institusi Kesehatan
tipe II pada siswa di SMAN 3 Kota Helvetia Medan Fakultas Kesehatan
Palangka Raya. Doctoral Dissertation, Masyarakat , Institut Kesehatan Hevetia.
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian
RAYA. Kesehatan), 6(3), 278–284.
Kemenkes RI, Kementerian Kesehatan Rasyid, R. S. P., Laeto, A. B., Inggarsih, R., &
Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Diba, M. F. (2020). Upaya peningkatan
Riskesdas 2018 Provinsi Kalimantan kesadaran preventif terhadap diabetes
Barat. Badan Penelitian dan mellitus pada generasi milenial yang
Pengembangan Kesehatan. multifaktor , antara lain keturunan , virus
Kemenkes RI, Kementerian Kesehatan yang menimbulkan kerusakan sel. Jurnal
Republik Indonesia. (2019). Hari Pengabdian Masyarakat: Humanity and
diabetes sedunia tahun 2018. In Medicine, 1(2), 54–63.
Infodatin. Infodatin. Reid, M., Roux, M. L., Raubenheimer, J., &
Khasanah, D. U., Fauziyah, A., & Utomo, D. Walsh, C. (2019). Diabetes-related
(2020). Perilaku pencegahan diabetes knowledge , attitude and practices ( KAP
dan keyakinan kesehatan penyandang ) of adult patients with type 2 diabetes
prediabetes di kota tegal. Bhamada: mellitus in the Free State province ,
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan South Africa. South African Journal of
(E-Journal), 11(2), 43–51. Clinical Nutrition, 32(4), 83–90.
Laksono, R. A., Mukti, N. D., & Nurhamidah, D. Riniasih, W., & Hapsari, W. D. (2020).
(2021). Dampak makanan cepat saji Hubungan tingkat pendidikan peserta
terhadap kesehatan pada mahasiswa prolanis dengan peningkatan kualitas
program studi “x” perguruan tinggi “y.” hidup penderita diabetes melitus di Fktp
Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat: Purwodadi. Keperawatan, 5(1), 1–8.
Media Komunikasi Komunitas Riskesdas, Riset Kesehatan Dasar. (2018).
Kesehatan Masyarakat, 14(1), 35–39. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
Machmud, Y., Ahmad, A. K., & Putri, H. P. (Riskesdas) Indonesia tahun 2018.
(2019). Pengaruh pendidikan kesehatan Riyadi, A., & Muflihatin, S. K. (2021).
terhadap pengetahuan dan sikap Hubungan dukungan keluarga dengan
pencegahan diabetes melitus pada manajemen diri pada penderita diabetes
siswa kelas x di SMK Negeri 10 mellitus tipe ii di wilayah kerja

10
puskesmas palaran kota samarinda. pasien diabetes mellitus tipe 2 etnis
Borneo Student Research (BSR), 2(2), jawa. Jurnal Kesehatan, 11(2), 197–203.
1010–1016. Wawan, A & Dewi, M. (2016). Pengetahuan,
Silalahi, L. (2019). Hubungan pengetahuan dan sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta:
tindakan pencegahan diabetes mellitus Nuha Medika.
tipe 2. Jurnal Promkes: The Indonesian WHO, World Health Organization. (2019).
Journal of Health Promotion Ad Health Classification of diabetes mellitus. World
Education, 7(2), 223–232. Health Organization.
Suharto, S., Gurning, F. P., Pratama, M. Y., & Wijaya, N. I. S. (2021). Hubungan pengetahuan
Suprayitno, E. (2020). Implementasi dengan motivasi dalam mencegah
kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di terjadinya komplikasi diabetes melitus di
Puskesmas Teladan. Jurnal Riset Hesti wilayah kerja Puskesmas Samata.
Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 4(2), Nursing Care and Health Technology
131. Journal (NCHAT), 1(1), 11–15.
Suprayitno, E., Purnomo, J. D. T., Sutikno, S., Yanti, B., Mulyadi, E., Wahiduddin, W., Novika,
& Indriyani, R. (2020). Health education R. G. H., Arina, Y. M. D. A., Martani, N.
in principle of community affected S., & Nawan, N. (2020). Community
teenagaer’s smooking attitude and knowledge, attitudes, and behavior
habitual in the coastal area of madura towards social distancing policy as
island indonesia. International Journal of prevention transmission of COVID-19 in
Psychosocial Rehabilitation, 24(10). Indonesia. Jurnal Administrasi
Suryani, L. (2019). Faktor-faktor yang Kesehatan Indonesia, 8(1), 4–14.
mempengaruhi perilaku remaja putri Yanti, S. E., Asyrofi, A., & Arisdiani, T. (2020).
tentang personal hygiene pada saat Hubungan tingkat pengetahuan
menstruasi di SMP Negeri 12 Kota komplikasi hipertensi dengan tindakan
Pekanbaru. JOMIS (Journal of Midwifery pencegahan komplikasi. Jurnal
Science), 3(2), 68–79. Keperawatan, 12(3), 439–448.
Syahputra, A., Anggreni, S., Handayani, D. Y., Yanuarti, E. (2018). Pengaruh sikap religiusitas
& Rahmadhani, M. (2021). Pengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
makanan akibat timbulnya acne vulgaris masyarakat kabupaten rejang lebong.
(jerawat) pada mahasiswa mahasiswi fk Jurnal Kajian Keislaman Dan
uisu tahun 2020. Jurnal Kedokteran STM Kemasyarakatan, 3(1), 1–21.
(Sains Dan Teknologi Medik), IV(I), 75– Yenni, M. (2020). Faktor-Faktor Yang
82. Mempengaruhi Perilaku Penggunaan
Tursinawati, Y., Kartikadewi, A., Nuriyah, K., Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Pekerja
Setyoko, S., & Yuniastuti, A. (2020). Perkebunan Sawit Pt. Kedaton Mulia
Hubungan indeks massa tubuh (IMT) Primas Jambi Tahun 2017. Care: Jurnal
dengan ankle brachial index (ABI) pada Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8487(1), 84–91.

11

You might also like