You are on page 1of 10

Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No.

3, Desember 2018 213

IDENTIFIKASI KEJADIAN OBESITAS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS SIDOREJO KIDUL

IDENTIFICATION OF OBESITY IN ELDERY IN WORKING AREAS OF PUSKESMAS


SIDOREJO KIDUL
1 2 3
Kristiawan P. A. Nugroho *, R. L. N. K Retno Triandhini , Shara Minantri Haika
1
* Program Studi Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana,
email : kristiawan.nugroho@uksw.edu, Indonesia
2
Program Studi Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana,
email : retno.triandhini@uksw.edu, Indonesia
3
Program Studi Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana,
email : sharaminantri14@gmail.com, Indonesia

ABSTRACT
Background: Obesity is one of serious nutritional problems in Indonesia. Based on health profile of Central
Java in 2015, Salatiga has the highest percentage of obesity problem counted 71.8% of 561,621 cases.
Obesity in elderly are mostly caused by degenerative function of organs which lead to diabetes,
hypertension, dyslipidemia, and heart disease.
Objective: This study aimed to identify elders’ eating habits, their knowledge of obesity and to identify
correlation between the knowledge and obesity.
Methods: Observational survey technique by using interview, observation, and questionnaire method was
employed to 89 respondents. Correlation among all variables was measured by utilizing Pearson Correlation
Coefficient.
Results: As many as 10.8% of elderly are obese. Their knowledge regarding Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) is in sufficient category (69,7%). The respondents had unhealthy eating habit by consuming high
carbohydrates and fats which might influence the incidence of obesity. There is no statistical correlation
between respondents' knowledge and eating habits (r=-0.37, p0,05).
Conclusion: Even though there is no statistical correlation between respondents’ knowledge and their
eating habits, there might be other factors such as age, sex, education, occupation, socio-economic, and
family roles that need to be investigated as influencing factors to the obesity incidence in this population.

Keywords: obesity, elderly, knowledge, dietary history, Salatiga

PENDAHULUAN diakibatkan oleh penimbunan lemak dalam


Masalah kesehatan dalam bidang gizi tubuh secara berlebih. Obesitas berkaitan
masih menjadi fokus utama bagi negara maju dengan pola konsumsi makanan tinggi kalori,
dan berkembang. Sampai saat ini Indonesia gula, lemak, garam, dan rendah serat.2
masih berfokus dalam masalah gizi, yaitu gizi Pada orang dewasa penentuan
kurang dan gizi lebih. Obesitas merupakan kategori berat badan dapat diukur melalui
salah satu masalah gizi yang dihadapi oleh nilai Indeks Masa Tubuh (IMT). IMT
Indonesia yang ditandai dengan status gizi merupakan alat bantu yang umum digunakan
lebih.1 Status gizi seseorang berkaitan dalam memantau status gizi orang dewasa
dengan gambaran pola konsumsi dalam yang khususnya berkaitan dengan
jangka waktu yang panjang. Obesitas kekurangan atau kelebihan berat badan.3
ditandai oleh kelebihan berat badan Ambang batas IMT dengan kategori kurus
dibandingkan dengan berat normal, yang
Identifikasi Kejadian Obesitas pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Kristiawan P. A. Nugroho, R. L. N. K Retno Triandhini, Shara Minantri Haika
MIK P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
214 Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No. 3, Desember 2018

<18,5, normal 18.5 – 25, gemuk 25 – 27, dan pada kelompok usia 13 – 15 tahun sebesar
4
obesitas >27. 2,5%, kelompok usia 16 – 18 tahun yaitu
Untuk jangka panjang, obesitas akan 1,6%, dan kelompok usia >18 tahun
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit mencapai 15,4%.1 Berdasarkan pengukuran
yang terkait dengan metabolisme IMT dari 1.938.628 orang di Provinsi Jawa
(metabolism syndrome) seperti diabetes Tengah diperoleh persentase obesitas
melitus, hipertensi, dislipidemia, dan jantung mencapai angka 28,97% yang terdiri atas
koroner. Peningkatan risiko terhadap 148.295 laki-laki dan 413.447 perempuan.
berbagai penyakit metabolik mengakibatkan Tingkat obesitas tertinggi berada di Provinsi
seseorang harus mendapat perawatan Jawa Tengah, khususnya di Kota Salatiga
kesehatan, selain itu juga dapat menurunkan dengan 561.621 kasus (71,18%) obesitas.7
aktivitas, bahkan kematian.5 Pada usia lanjut (lansia), fungsi
Beberapa faktor penyebab obesitas fisiologis akan mengalami penurunan akibat
antara lain gaya hidup, pola makan, dan proses degeneratif (penuaan), sehingga
aktivitas fisik. Perubahan gaya hidup yang dapat mendorong terjadinya penyakit tidak
lebih modern memengaruhi pola konsumsi menular. Faktor yang turut mempengaruhi
individu yang cenderung lebih banyak kesehatan lansia adalah kebiasaan makan
mengkonsumsi makanan cepat saji yang tidak sehat yang dilakukan di masa lampau,
umumnya tinggi lemak dan gula, tetapi sehingga pada masa ini berpengaruh pada
rendah serat. Selain itu, aktivitas fisik individu rentannya terhadap berbagai penyakit.
cenderung berkurang akibat kemajuan Prevalensi obesitas sentral tingkat nasional
teknologi. Kemudahan akses teknologi dapat untuk lansia adalah 18,8% yang tercatat dari
berdampak negatif bagi masyarakat karena kelompok umur 55 – 64 tahun 23,1%, 65 – 74
segala sesuatu saat ini dapat diperoleh tahun 18,9%, dan >75 tahun 15,8%.
dengan cara yang mudah dan praktis tanpa Prevalensi obesitas yang paling tinggi terjadi
harus bergerak, misalnya membeli makanan pada kelompok usia 55 – 64 tahun.8
cepat saji melalui layanan penyedia jasa Penimbunan lemak akan menyebabkan
transportasi secara daring. Kurangnya gangguan pernafasan dan gangguan fungsi
aktivitas fisik dengan pola konsumsi endokrin yang berisiko terhadap penyakit
makanan tinggi lemak dan gula merupakan degeneratif seperti hipertensi, jantung
penyebab terjadinya seseorang mengalami koroner, dan diabetes mellitus. Kondisi
gizi lebih (obesitas).6 tersebut akan berpengaruh terhadap
Prevalensi obesitas pada balita rendahnya kualitas hidup dan tingginya
mencapai 11,9%, obesitas pada kelompok beban ekonomi.9 Data prevalensi obesitas
usia 5 – 12 tahun mencapai angka 8,8%, saat ini mengacu pada data Riset Kesehatan

Identifikasi Kejadian Obesitas pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Kristiawan P. A. Nugroho, R. L. N. K Retno Triandhini, Shara Minantri Haika
MIK P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No. 3, Desember 2018 215

tahun 2013, sedangkan data prevalensi lansia dari 25 kelompok posyandu yang aktif
obesitas terbaru untuk tahun 2017 belum dalam kegiatan yaitu 822 orang. Responden
dapat diperoleh laporan secara resminya. yang diperoleh sesuai dengan kriteria inklusi
Oleh sebab itu penelitian ini penting untuk 89 orang (10,8%). Penelitian dilaksanakan
dilakukan sebagai data dasar yang dapat pada bulan Februari – April 2018.
memberikan informasi mengenai kejadian Data yang digunakan berasal dari data
obesitas pada kelompok usia lanjut di Kota primer dan data sekunder. Pengumpulan
Salatiga sebagai acuan pelaksanaan data primer dilakukan dengan melakukan
program kesehatan masyarakat untuk observasi, pengisian kuesioner, meliputi
mencegah dan mengurangi angka kejadian karakteristik responden, pengetahuan
obesitas di Indonesia dan mengkaji faktor responden terkait obesitas, dan pola
penyebab kejadian obesitas. konsumsi responden dengan pengisian Food
Frequency (FFQ), serta wawancara semi
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
terstruktur guna melengkapi informasi yang
Penelitian ini menggunakan penelitian
diberikan oleh para responden. Perolehan
survei observasional yakni metode
data sekunder berasal dari hasil pencatatan
pengumpulan data dengan mengamati
dan pelaporan Posyandu Lansia di
lingkungan dan perilaku responden dengan
Puskesmas Sidorejo Kidul, Kota Salatiga.
pendekatan kuantitatif. Responden penelitian
Untuk mengetahui status gizi lanjut usia
adalah lansia yang melakukan pemeriksaan
digunakan perhitungan rumus Indeks Massa
klinis di Puskesmas Sidorejo Kidul, Kota
Tubuh (IMT) dan pengukuran lingkar perut.
Salatiga. Kriteria inklusi yang digunakan
Kuesioner penelitian yang dibuat oleh
adalah responden kategori pra-lansia 45 – 59
peneliti telah melalui tahapan uji validitas dan
tahun, lanjut usia 60 – 69 tahun, dan usia
realibilitas di Puskesmas Tegalrejo Kota
lanjut ≥70 tahun baik laki-laki dan maupun
Salatiga. Kuesioner variabel pengetahuan
perempuan, memiliki status gizi obesitas
meliputi pemahaman responden mengenai
(berdasarkan IMT), pernah memeriksakan
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dihubungkan
diri dan secara rutin mengikuti pemeriksaan
dengan kajian obesitas, sedangkan untuk
diri minimal 3 kali selama periode tahun 2017
variabel kebiasaan makan meliputi frekuensi
ke Posyandu Lansia di wilayah kerja
makan, jenis makanan yang dikonsumsi,
Puskesmas Sidorejo Kidul, Kota Salatiga,
konsumsi makanan cepat saji, dan konsumsi
serta bersedia menjadi responden untuk
serat. Analisis data yang digunakan meliputi
penelitian ini.
uji bivariat dengan uji korelasi Spearman
Penelitian ini dilakukan pada 25
untuk mengetahui hubungan dari variabel
kelompok posyandu yang dibina oleh
Puskesmas Sidorejo Kidul Salatiga. Jumlah
Identifikasi Kejadian Obesitas pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Kristiawan P. A. Nugroho, R. L. N. K Retno Triandhini, Shara Minantri Haika
MIK P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
216 Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No. 3, Desember 2018

pengetahuan dengan variabel kebiasaan masing memiliki riwayat penyakit diabetes


makan terhadap kejadian obesitas. melitus (DM) dan riwayat penyakit jantung.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Riwayat Penyakit Responden


Penyakit Frekuensi Presentase
Gambaran karakteristik responden (f) (%)
dapat dilihat pada tabel 1. Hipertensi 27 30,34
Asam urat 16 17,98
Kolesterol 12 13,48
Tabel 1. Karakteristik Responden (N=89)
DM 4 4,49
Kategori Frekuensi Persentase
(f) (%) Jantung 4 4,49
Jenis Kelamin
Laki-laki 6 6,74 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Makan
Perempuan 83 93,26 berdasarkan Jenis Makanan yang sering
Usia dikonsumsi
45 – 59 tahun 41 46,07 Bahan Jenis Makanan Frekuensi (n)
60 – 69 tahun 42 47,19 Makanan
>70 tahun 6 6,74 Makanan Nasi 14 kali/minggu
Pendidikan Pokok Tepung terigu & 3 kali/minggu
Tidak sekolah 32 35,96 singkong
SD 18 20,22 Lauk Ayam & telur 2 kali/minggu
SMP 13 14,61 Hewani
SMA 24 26,97 Lauk Tahu & tempe 11 kali/minggu
PT 2 2,25 Nabati
Sayur Sawi 3 kali/minggu
Pekerjaan Bayam 2 kali/minggu
Petani 1 1,12
Peternak 1 1,12 Buah- Pisang 3 kali/minggu
Pedagang 20 22,47 buahan Pepaya 2 kali/minggu
Guru 9 10,11
Karyawan 15 16,85 Minuman Air Putih 14 kali/minggu
Wiraswasta 11 12,36 Teh 3 kali/minggu
Pensiunan 4 4,49
Selingan Gorengan 2 kali/minggu
IRT 28 31,46
Sumber : Data Primer 2018 Lemak Minyak kelapa 9 kali/minggu
Santan 2 kali/minggu
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui Pemanis Gula pasir 11 kali/minggu
bahwa mayoritas responden adalah Gula jawa 7 kali/minggu

perempuan (93,26%), berada dalam rentang Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui


usia 60 – 68 (47,19%), tidak sekolah kebiasaan makan dari 89 responden dari
(35,96%), dan merupakan ibu rumah tangga bahan makanan pokok yaitu nasi 14
(31,46%). kali/minggu serta tepung terigu dan singkong
Berdasarkan tabel 2, dari 89 3 kali/minggu. Bahan makanan lauk hewani
responden terdapat 27 orang (30,34%) yang ayam dan telur dikonsumsi 2 kali/minggu.
memiliki riwayat penyakit hipertensi, 16 orang Lauk nabati tahu dan tempe merupakan
(17,98%) memiliki riwayat penyakit asam bahan makanan yang paling sering
urat, 12 orang (13,48%) memiliki riwayat dikonsumsi sebanyak 11 kali/minggu. Sayur
penyakit kolesterol, 4 orang (4,49%) masing- yang paling sering dikonsumsi yaitu sawi (3
Identifikasi Kejadian Obesitas pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Kristiawan P. A. Nugroho, R. L. N. K Retno Triandhini, Shara Minantri Haika
MIK P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No. 3, Desember 2018 217

kali/minggu) dan bayam (2 kali/minggu). Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Aspek Pengetahuan
dengan Kebiasaan Makan
Buah-buahan yang paling sering dikonsumsi Correlations
yaitu pisang (3 kali/minggu) dan pepaya (2 Kebiasaan
Makan
kali/minggu). Air putih dikonsumsi 14 Pengetahuan Spearman’s -.037
rho Correlation
kali/minggu dan teh 3 kali/minggu. Gorengan
Sig. (2-tailed) .733
merupakan selingan yang paling sering N 89
dikonsumsi yakni 2 kali/minggu. Responden
Hasil uji korelasi terhadap variabel
mengkonsumsi bahan sumber lemak yaitu
pengetahuan obesitas dan kebiasaan makan
minyak kelapa 9 kali/minggu dan santan 2
responden diperoleh hasil bahwa tidak ada
kali/minggu. Pemanis yang paling sering
hubungan yang berarti secara statistik di
digunakan dalam memasak yaitu gula pasir
antara kedua variabel tersebut (r=-0.37,
(11 kali/ minggu) dan gula jawa (7
p0,05) dan bermakna negatif.
kali/minggu).
Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Tabel 4. Hasil Pengetahuan Responden
Tingkat Frekuensi Presentase Obesitas
Pengetahuan (f) (%)
Berdasarkan hasil penelitian, dari 89
Baik 16 18
Cukup 62 69,7 reponden status gizi obesitas lebih banyak
Kurang 11 12,3
dialami oleh perempuan (93,26%)
Total 89 100
dibandingkan dengan laki-laki (6,74%). Hal

Hasil pengetahuan responden pada ini sesuai dengan data Riskesdas pada tahun

Tabel 4 menunjukkan bahwa 69,7% 2013 yang menyatakan bahwa angka

responden memiliki pengetahuan yang cukup obesitas pada perempuan lebih tinggi

terhadap Pedoman Gizi Seimbang (PGS). dibandingkan dengan laki-laki.1.


Pedoman Gizi Seimbang (PGS) kerap Obesitas dipengaruhi oleh beberapa
disampaikan oleh para kader maupun Ahli faktor yaitu faktor sosial, gaya hidup,

Gizi di Puskesmas maupun Posyandu kebiasaan makan, genetik, dan aktivitas

setempat. Hanya 18% responden yang fisik.10 Faktor yang mempengaruhi obesitas

mampu memahami Pedoman Gizi Seimbang salah satunya adalah jenis kelamin. Kejadian

(PGS) dengan baik dan 12,3% pengetahuan obesitas pada perempuan lebih tinggi

responden berada pada kategori kurang. dibandingkan dengan laki-laki yang


dipengaruhi oleh tingginya aktivitas fisik.
Perempuan memiliki aktivitas yang lebih
rendah dibandingkan dengan laki-laki. Disisi
lain pada fase menopause perempuan akan
mengalami perubahan hormon yang

Identifikasi Kejadian Obesitas pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Kristiawan P. A. Nugroho, R. L. N. K Retno Triandhini, Shara Minantri Haika
MIK P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
218 Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No. 3, Desember 2018

mengakibatkan peningkatan distribusi lemak yang pada umumnya memiliki aktivitas duduk
11
tubuh. lebih banyak. Berbeda dengan pekerjaan
Pada kategori lanjut usia, tubuh akan seperti petani, peternak, karyawan dan
mengalami penurunan massa otot dan wiraswasta yang memiliki aktivitas yang
perubahan hormon sehingga terjadi tinggi akan mengeluarkan energi lebih
penurunan metabolisme dalam tubuh. Pada banyak. Seseorang dengan pekerjaan
kategori usia ini cenderung mengalami sebagai pedagang dan IRT memiliki
penurunan fungsi organ tubuh akibat proses kebiasaan olahraga yang rendah, tetapi
degeneratif (penuaan) sehingga dapat seseorang dengan pekerjaan sebagai
mendorong terjadinya penyakit tidak menular. TNI/POLRI, PNS dan karyawan memiliki
Faktor yang turut mempengaruhi kesehatan kebiasaan olahraga yang cukup baik.13
lansia adalah kebiasaan makan tidak sehat Salah satu faktor lainnya yang menjadi
yang dilakukan di masa lampau sehingga penyebab obesitas yaitu aktivitas fisik.14
pada masa ini berpengaruh pada rentannya Seseorang dengan aktivitas fisik sedang
terhadap berbagai penyakit. Penurunan mempunyai kecenderungan menjadi obesitas
fungsi fisiologis berdampak pada sebesar 29,824 kali dibandingkan dengan
menurunnya aktivitas fisik sehingga seseorang dengan aktivitas tinggi.15 Pada
kemungkinan untuk terjadi obesitas lebih kategori usia lanjut juga diperlukan aktivitas
besar.8 fisik yang cukup untuk mencegah
Prevalensi obesitas yang tinggi dapat peningkatan berat badan yang signifikan.
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat Pada usia lanjut yang masuk dalam kategori
pendidikan seseorang berpengaruh terhadap obesitas dapat menjadikan aktivitas fisik
tingkat pengetahuan gizi seseorang. (olahraga) sebagai alat untuk membantu
Pengetahuan yang baik akan mendorong menurunkan berat badan secara bertahap.
seseorang untuk dapat berperilaku sehat Melakukan aktivitas fisik 3 – 5 kali/minggu
dalam memilih makanan, sehingga risiko dapat membantu seseorang untuk
obesitas rendah. Tingkat pendidikan yang menurunkan berat badan secara bertahap
rendah berpotensi meningkatkan jumlah dan menjaga berat badan agar tetap stabil.
12
kejadian obesitas di masyarakat. Perencanaan aktivitas yang baik dapat
Faktor risiko lainya terhadap kejadian membantu pengeluaran energi dan
obesitas yaitu pekerjaan. Pekerjaan dengan pembakaran energi melalui setiap gerakan
aktivitas fisik yang rendah akan menjadi yang dilakukan.16
peluang penimbunan lemak di dalam tubuh.
Kebiasaan Makan
Pekerjaan dengan aktivitas rendah seperti
Obesitas dipengaruhi oleh buruknya
guru, pedagang, IRT dan seorang pensiunan
kebiasaan makan terutama konsumsi
Identifikasi Kejadian Obesitas pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Kristiawan P. A. Nugroho, R. L. N. K Retno Triandhini, Shara Minantri Haika
MIK P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No. 3, Desember 2018 219

makanan yang melebihi batas kebutuhan. Sayur yang paling sering dikonsumsi
Konsumsi makanan dengan kandungan gula, yaitu sawi dan bayam rata-rata 100
garam, dan tinggi lemak pada kategori usia gram/sekali makan. Buah-buahan yang
lanjut akan meningkatkan risiko terjadinya paling sering dikonsumsi yaitu pisang dan
penyakit hipertensi, kolesterol, stroke, pepaya dengan rata-rata 100 gram/sekali
jantung koroner, diabetes melitus dan asam makan. Berdasarkan asupan sayur dan buah,
urat. Oleh karena itu asupan makanan pada reponden belum dapat memenuhi standar
kategori usia lanjut harus perlu diperhatikan kebutuhan serat. Badan Kesehatan Dunia
dengan cara mengatur pola makan dengan (WHO) secara umum menganjurkan
11
baik. Berdasarkan penelitian yag telah konsumsi sayuran 250 gram/hari dan buah-
dilakukan, penyakit yang paling banyak buahan 150 gram/hari untuk hidup sehat.
dialami oleh responden yaitu hipertensi Kandungan serat pada sayur dan buah dapat
(30,34%), asam urat (17,98%), kolesterol membantu tubuh untuk menghambat
(13,48%), diabetes dan jantung masing- penyerapan gula dan kolesterol sehingga
masing sebanyak 4,49%. membantu meningkatkan kesehatan usia
Tingginya asupan karbohidrat pada lanjut.
seseorang dengan frekuensi dan porsi Gorengan merupakan selingan yang
makan berlebih dapat berdampak pada paling sering oleh responden dikonsumsi 2
penumpukan lemak didalam tubuh. kali/minggu. Responden gemar
Berdasarkan hasil FFQ, jenis makanan pokok mengkonsumsi makanan yang diolah dengan
yang paling sering dikonsumsi yaitu nasi (14 minyak kelapa dan santan. Responden
kali/minggu) dengan rata-rata 1,5 memiliki tingkatan asupan konsumsi
centong/sekali makan, tepung terigu dan makanan berlemak/minyak yang tergolong
singkong (3 kali/minggu) dengan rata-rata 3 lebih. Berdasarkan hasil Riskesdas (2010),
sdm dan 2 potong/sekali makan. Bahan rata-rata konsumsi lemak di Indonesia yang
makan lauk hewani ayam dan telur dianjurkan yaitu 47 gram/hari atau 25% dari
dikonsumsi 2 kali/minggu. Kementrian total konsumsi energi. Kebiasaan konsumsi
Kesehatan menyatakan bahwa anjuran makanan berlemak > 7 kali/minggu memiliki
konsumsi protein hewani yakni 2-4 risiko obesitas 1.213 kali dibandingkan
potong/hari. Lauk nabati tahu dan tempe dengan seseorang dengan konsumsi
merupakan bahan makanan yang sering makanan merlemak < 7 kali/minggu.13
dikonsumsi sebanyak 11 kali/minggu. Seseorang yang mengkonsumsi
Anjuran konsumsi lauk nabati normal yaitu 2- lemak/minyak lebih dari 67 gram (5 sendok
17
4 potong/hari. makan/hari) akan meningkatkan risiko

Identifikasi Kejadian Obesitas pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Kristiawan P. A. Nugroho, R. L. N. K Retno Triandhini, Shara Minantri Haika
MIK P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
220 Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No. 3, Desember 2018

hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan Tidak terdapat hubungan antara


18
jantung. pengetahuan dengan kebiasaan makan pada
Pemanis yang paling sering digunakan responden dapat dipengaruhi oleh kebiasaan
dalam memasak yaitu gula pasir dan gula makan responden dalam menentukan pilihan
jawa dengan rata-rata 3 sedok makan dan makanan. Kebanyakan lansia memilih bahan
100 gram/perhari. Konsumsi gula lebih dari makan yang mudah ditemui dan diolah tanpa
50 gram/hari (4 sendok makan/hari) akan memperhitungkan kebutuhan dan batasan-
menyebabkan obesitas dan timbulnya batasan dalam mengkonsumsi makanan
penyakit metabolik.13 Gula yang dikonsumsi dengan kandungan tinggi gula, lemak dan
melebihi batas kebutuhan dapat garam. Berdasarkan penelitian yang telah
menyebabkan peningkatan berat badan. dilakukan, reponden sering mengkonsumsi
Dalam jangka panjang, konsumsi gula secara lauk hewani dan nabati dengan olahan
berlebih akan berdampak pada timbulnya digoreng. Selain itu selingan yang paling
penyakit diabetes tipe 2. Gula yang sering dikonsumsi yaitu gorengan. Konsumsi
dikonsumsi oleh masyarakat tidak hanya pemanis seperti gula pasir dan gula jawa
terdapat didalam gula tebu, gula jagung dan juga sering.
gula aren melainkan juga terdapat didalam Faktor lain yang dapat mempengaruhi
makanan yang mengandung karbohidrat obesitas yaitu peran keluarga, adanya
sederhana (tepung, roti, buah dan makanan keluarga dalam pamenuhan kebutuhan
lainnya).16 nutrisi lansia juga akan mempengaruhi
Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesehatan lansia. Sebanyak 80,6%
nilai korelasi (r) sebesar -0,42 yang berarti dukungan keluarga sangat penting dalam
tidak adanya hubungan antara pengetahuan pemenuhan nutrisi lansia.19 Kesejahteraan
dengan kebiasaan makan pada lansia di keluarga juga menjadi pengaruh terjadinya
Posyandu Hasil penelitian ini dipengaruhi obesitas pada lanisa. Lansia dengan status
oleh perilaku reponden yang masih tinggi gizi obesitas memiliki perilaku makan yang
mengkonsumsi makanan yang berlemak, kurang baik. Berdasarkan hasil survei lansia
tinggi gula, dan tinggi karbohidrat, sedangkan yang tinggal dengan keluarga cenderung
sebenarnya responden sudah memiliki memperoleh ketersediaan makan yang lebih
pengetahuan terhadap makanan apa saja baik dibandingkan dengan yang tidak tinggal
yang seharusnya dibatasi pada kategori dengan keluarga. Untuk memperoleh status
lanjut usia. Tingkat pengetahuan yang tinggi gizi yang cukup keluarga harus membantu
belum tentu membuat seseorang dalam mengatur dan menjaga pola makan
mempraktikkan pengetahuan yang dimiliki serta kebiasaan makan lansia. Dengan
dalam kehidupan sehari-hari. pengetahuan yang baik dan penerapan

Identifikasi Kejadian Obesitas pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Kristiawan P. A. Nugroho, R. L. N. K Retno Triandhini, Shara Minantri Haika
MIK P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No. 3, Desember 2018 221

mengenai pola makan serta kebiasaan 2. Sukma D.C., Ani M. Hubungan


Pengetahuan dan Sikap dalam Memilih
makan pada keluarga akan membantu lansia
Makanan Jajanan dengan Obesitas pada
dalam memperoleh nutrisi yang cukup.19 Remaja di SMP Negeri 2 Brebes. Journal
of Nutrition College. 2014; Volume 3, (4),
Sosial ekonomi merupakan salah satu
Hal. 862-870.
penyebab terjadinya terjadinya obesitas. 3. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes). Profil Kesehatan
Seseorang dengan pendapatan tinggi akan
Indonesia. Jakarta. 1994
maka berpeluang lebih besar dalam 4. Pedoman Gizi Seimbang. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
memenuhi kebutuhan termasuk pemenuhan
Nomor 41 Tahun 2014. Kementerian
dalam nutrisi. Semakin besar pendapatan Kesehatan RI. 2014
5. Chan R.S.M, Woo J. Prevention of
seseorang akan berpengaruh pada tingkat
Overweight and Obesity: How Effective is
daya beli makanan sehingga semakin besar the Current Public Health Approach. Int J
Environ Res Public Health. 2016; Volume
pula kemungkinan terjadinya obesitas.20
7, (3), Hal. 765-783.
6. Peltzer K, Pengpid S, Gasparishvili A.
KESIMPULAN Prevalence of Overweight/Obesity and Its
Associated Factors among University
Angka kejadian obesitas pada lansia
Students from 22 Countries. Int J Environ
di wilayah kerja Puskesmas Sidorejo Kidul Res Public Health 11(7):7425-7441.
2014.
Kota Salatiga mencapai 10,8% pada periode
7. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
pengamatan Februari hingga April 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Semarang. 2015
Angka kejadian obesitas pada perempuan
8. Pusat Data dan Informasi Kementrian
lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Kesehatan. Gambaran Kesehatan Lanjut
Usia Di Indonesia. Buletin Jendela Data
Tidak terdapat hubungan antara tingkat
Dan Informasi Kesehatan: Jakarta. 2013
pengetahuan dan kebiasaan makan sehingga 9. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Sistem Kesehatan Nasional
dapat dianalisa faktor lain penyebab
2004. Jakarta. 2004
terjadinya obesitas yaitu faktor usia, jenis 10. Murray R, Granner D.K., Rodwell V.W.
Biokimia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
kelamin, pendidikan, pekerjaan, sosial
2009
ekonomi, dan peran keluarga. 11. Janghorbani M., Masound A., Walter
C.W., Gouya M.M., Alireza D., Siamak A.,
Alireza M. First Nationwide Survey of
TERIMA KASIH
Prevalence of Overweight, Underweight,
1. Dinas Kesehatan Kota Salatiga and Abdominal Obesity in Iranian Adults.
Obesity a Res J. 2007; Volume 15, (11),
2. Puskesmas Sidorejo Kidul, Kota Salatiga
Hal. 2797-2808.
dan Posyandu Lansia di wilayah Kerja 12. Sugianti E.H, Afriansyah N. Faktor Risiko
Obesitas Sentral pada Orang Dewasa di
Puskesmas Sidorejo Kidul
DKI Jakarta: Analisis Lanjut Data
Riskesdas. Jakarta: Gizi Indon. 2009;
KEPUSTAKAAN Volume 32, (2), Hal. 105-116.
1. Kementrian Kesehatan RI. Riset 13. Rahmawati S. Faktor-faktor yang
Kesehatan Dasar (Riskesdas). Berpengaruh terhadap Status Gizi
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. 2013 Obesitas Orang Dewasa di Kota Depok

Identifikasi Kejadian Obesitas pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Kristiawan P. A. Nugroho, R. L. N. K Retno Triandhini, Shara Minantri Haika
MIK P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
222 Media Ilmu Kesehatan Vol. 7, No. 3, Desember 2018

Tahun 2007. Gizi Indon. 2008; Volume 18. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
31, (1), Hal. 35-48. Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013
14. Almatsier S, Soetardjo S, Soekarti M. Gizi tentang Pencantuman Informasi
Seimbang dalam Daur Kehidupan. Kandungan Gula, Garam dan Lemak
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011 serta Pesan Kesehatan untuk Pangan
15. Kurniawati Y, Rudi F, Fahrini Y. Olahan dan Pangan Siap Saji. Jakarta.
Hubungan antara Pola Makan, Asupan 2013
Energi, Aktivitas Fisik, dan Durasi Tidur 19. Nazari N, Yusuf R, Tahlil T. Dukungan
dengan Kejadian Obesitas pada Polisi. dan Karakteristik Keluarga dengan
Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Pemenuhan Nutrisi pada Lansia. Jurnal
Indonesia. 2016; Volume 3, (3), Hal. 112- Keperawatan. 2016; Volume 4, (2), Hal.
117. 75-86.
16. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan 20. Rosdiana, A.L. Pengaruh Demografi,
Menteri Kesehatan nomor 41 tahun 2014 Sosial-Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi
Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta. 2014 dan Kesehatan terhadap Obesitas Sentral
17. Departemen Kesehatan RI. Profil pada Ibu Rumah Tangga. Bogor: Institut
Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Pertanian Bogor. 2014
Departemen Kesehatan RI. 2015

Identifikasi Kejadian Obesitas pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Kristiawan P. A. Nugroho, R. L. N. K Retno Triandhini, Shara Minantri Haika
MIK P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268

You might also like