You are on page 1of 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS PADA

POLISI DI KEPOLISIAN RESORT KOTA PONTIANAK KOTA

1 2 3
Nurani Munawaroh , Elly Trisnawati , Marlenywati

1
Peminatan Epidemiologi Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pontianak tahun 2013 (raniz.zaag@gmail.com)
2
Peminatan Epidemiologi KesehatanFakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak
(elly_occ.health@yahoo.co.id)
3
Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pontianak (marlenywati_83@yahoo.co.id)

ABSTRACT

Obesitys a medical conditionin which excess body fat has accumulated to the extentthat it may have an
adverse effect on health. Obesity is due to excess intake of energy in the body that does not fit the needs of our bodies.
Police officers are at risk of psychological trauma that can increase the stress level. This can lead to the sleep
deprivation and increased appetite which can be the contributory factors of obesity. Obesity in police officers might
lower their physical activities, decrease work productivity, and reduce life expectancy.
Cross sectional approach was carried out in this study. 80 samples were selected by using proportional random
sampling. Then, the data were statistically analyzed by using chi square test.
The study revealed two findings. First, there were correlation of genetic factors of obesity (p value=0,001,
PR=1,912, CI 95% = 1,366-2,675), eating patterns (p value=0,000, PR=6,206, CI 95% = 1,674-23,012), exercise
habits (p value=0,046, PR=1,620, CI 95% = 0,998-2,628), and obesity in police officers. Second, there were no
correlation of smoking status (p value=0,886), occupational stress (p value=0,132), and sleep adequacy (p value=
0,512).
From the findings, the head of Police District Commands of Pontianak is encouraged to make a policy for
obesity police officers to do routine exercises weekly. They are also recommended to apply healthy lifestyle by
consuming more fruits and vegetables and exercise three days a week for at least 30-60 minutes.

Key words : obesity, genetic, eating pattern, exercise, police officers

PENDAHULUAN terjadi pergeseran pola penyakit dari yang


semula penyakit infeksi dan kurang gizi
Transisi epidemiologi membawa menjadi gizi lebih (obesitas).
fenomena baru (New Word Syndrome) yang Obesitas adalah penumpukan lemak
ditandai oleh peningkatan berbagai penyakit yang berlebihan ataupun abnormal yang
2
degeneratif dan penyakit non infeksi. dapat mengggangu kesehatan . Obesitas
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah
teknologi bidang kesehatan serta simpanan kelebihan lemak, namun juga
peningkatan pendapatan masyarakat distribusi lemak di seluruh tubuh3.
berkontribusi besar terhadap perubahan Obesitas disebabkan oleh multifaktor,
1
struktur populasi penduduk . Bersamaan namun secara umum berkaitan dengan
dengan perubahan struktur tersebut, juga keseimbangan energi di dalam tubuh.

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 61


Keseimbangan energi tersebut dipengaruhi Jenis pekerjaan memiliki kontribusi
oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam besar dalam terjadinya gangguan kesehatan.
tubuh yaitu regulasi fisiologis dan Profesi polisi memiliki kemungkinan tinggi
metabolisme ataupun dari luar tubuh yang mengalami trauma psikologis sehingga
beraitan dengan gaya hidup (lingkungan) dapat menimbulkan terjadinya stres dan
yang akan mempengaruhi kebiasaan makan berdampak pada kesehatan fisik
dan aktivitas fisik4. keseluruhan. Trauma psikologis yang
Obesitas telah menjadi fenomena dan ditimbulkan dapat menurunkan produktifitas
merupakan masalah yang dihadapi oleh kerja dan stres yang dialami dapat
anak-anak, remaja dan dewasa5. Obesitas meningkatkan selera makan dan dapat
pada masa anak-anak dapat berlanjut hingga menimbulkan rendahnya kecukupan tidur.
dewasa memiliki risiko terjadinya berbagai Obesitas dapat terjadi karena sudah
penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, menumpuknya lemak dalam tubuh pada pria
6.
diabetes, dan kanker dan wanita yang berumur lebih dari 30 tahun.
Obesitas dinyatakan sebagai salah satu Obesitas juga dapat diturunkan dari generasi
dari sepuluh masalah kesehatan utama berikutnya di dalam sebuah keluarga. Faktor
didunia dan kelima teratas di negara genetik memiliki peran dalam menentukan
berkembang. Di seluruh dunia, setidaknya jumlah unsur sel dalam tubuh. Hal ini
2,8 orang meninggal setiap tahun sebagai dimungkinkan karena pada saat ibu yang
akibat dari kelebihan berat badan atau kegemukan sedang hamil maka unsur sel
obesitas, dan diperkirakan 35.800.000 lemak yang berjumlah besar dan melebihi
(2,3%) dari harian global disebabkan oleh ukuran normal, secara otomatis akan
kelebihan berat badan atau obesitas7. diturunkan selama dalam kandungan5.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar Beberapa faktor memegang peranan
(Riskesdas) di Indonesia tahun 2013, penting dalam perkembangan obesitas salah
prevalensi nasional BB lebih dan obesitas satunya pola makan. Kemajuan teknologi
umum pada penduduk berusia = 15 tahun memberikan keuntungan, namun
adalah 13,5% dan 15,4%8. Menurut data menyebabkan pola makan menjadi berubah.
Riskesdas Kalimantan Barat tahun 2010, Waktu makan menjadi tidak tetap dan
persentase BB lebih dan obesitas penduduk memunculkan adanya accidental aeater
dewasa berusia >15 tahun menurut IMT di behavior, yaitu orang yang memiliki
Provinsi Kalimantan Barat sebuesar 18,1% perilaku untuk makan dengan jangka waktu
(BB lebih 8,6% dan obesitas 9,5) lebih tinggi tidak teratur dan memiliki kecenderungan
dari persentase tahun 2007 yaitu 12,9%9. untuk makan selagi sempat atau makan saat
Prevalensi obesitas pada polisi di tidak lapar. Accidental aeaterakan
Kepolisian Resort Kota Pontianak Kota memberikan dampak signifikan terhadap
cukup tinggi, berdasarkan hasil pemeriksaan perilaku individu dan menyebabkan adanya
IMT pada bulan Januari 2013 diperoleh potensi untuk makan secara terus menerus
proporsi kejadian sebesar 18,73% dari sepanjang makanan tersedia dan kemudian
10.
jumlah 619 polisi. pada akhirnya menyebabkan obesitas

62 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


Faktor lainnya adalah kurang olahraga. memiliki tingkat hormon ghrelin (hormon
Olahraga adalah aktivitas fisik yang yang menyebabkan kelaparan) yang tinggi
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, dan rendahnya tingkat hormon leptin (yang
atau memelihara kesegaran jasmani (fitness) membantu menghambat kelaparan)12.
atau sebagai terapi untuk memperbaiki Survei pendahuluan yang dilakukan
kelainan atau mengembalikan fungsi organ pada bulan Juni 2013 terhadap 15 orang
dan fungsi fisiologis tubuh. Olahraga polisi, menunjukan bahwa hasil pemeriksaan
menyebabkan seseorang mengeluarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) diketahui 9 dari
energi, namun pada orang yang mengalami 15 anggota polisi mengalami obesitas
kegemukan membuat kegiatan olahraga dengan rentang umur 34 54 tahun, olahraga
menjadi sangat sulit sehingga energi yang kurang dari 3 kali seminggu dan tidur per hari
masuk lebih banyak daripada dikeluarkan. selama 6-7 jam.
Selain itu, merokok juga merupakan Berdasarkan data dan penjelasan diatas
salah satu faktor terjadinya obesitas. Peranan maka perlu dilakukan penelitian untuk
merokok sebagai confounder factor dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
diterangkan melalui observasi bahwa dengan obesitas pada polisi di Kepolisian
perokok memiliki nilai IMT (indeks massa Resort Kota Pontianak Kota.
tubuh) yang lebih rendah daripada orang
yang tidak merokok11. Beberapa orang akan Metode
mengalami kenaikan berat badan ketika Penelitian ini dilaksanakan di
berhenti merokok sehingga selera makan Kepolisian Resort Kota Pontianak Kota.
menjadi naik, disebabkan karena nikotin Penelitian ini merupakan penelitian
meningkatkan tingkat pembakaran kalori observasional analitik dengan pendekatan
dalam tubuh sehingga orang membakar potong lintang(Cross sectional).
kalori lebih sedikit saat berhenti merokok. Populasi dalam penelitian ini adalah
Stress kerja yang dialami juga seluruh polisi yang bertugas di Kepolisian
merupakan faktor penyebab stress. Stress Resort Kota Pontianak Kota yang berjumlah
dapat membuat seseorang merasa lapar 619 orang yang terbagi dalam 18 bagian
meskipun sudah makan. Banyak orang yang pekerjaan.Sampel dalam penelitian ini
memberikan reaksi terhadap emosinya berjumlah 80 reponden. Teknik pengambilan
dengan makan dalam porsi lebih banyak dan sampel yang digunakan adalah Proportional
mengambil rantai makanan cepat saji yang Random Sampling.
kurang sehat seperti tinggi lemak, gula dan Data diperoleh melalui kuesioner dan
garam 300 persen lebih besar dari yang wawancara langsung serta pemeriksaan fisik
diajurkan oleh ahli diet dan gizi. berupa pengukuran berat badan dan tinggi
Tidur merupakan kebutuhan manusia. badan untuk perhitungan IMT. Analisis data
Kebutuhan tidur seseorang berbeda sesuai dilakukan secara bertahap meliputi analisis
umur, pada orang dewasa rata-rata univariat dan bivariat diuji secara statistik
kebutuhan tidur 7-8 jam. Orang yang tidak Chi Square dengan derajad ketepatan 95% (á
mendapatkan cukup tidur secara teratur = 0,05).

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 63


HASIL DAN PEMBAHASAN Poltabes berubah nama menjadi Polresta
Pontianak Kota pada tahun 2010.
Hasil Penelitian Polresta Pontianak Kota terletak di
Gambaran Umum Jalan Johan Idrus No. 1 Pontianak,
Polresta Pontianak Kota pertama kali Kecamatan Pontianak Selatan. Letak
dibentuk tahun 1950an dengan nama geografis wilayah Polresta Pontianak Kota
Detasemen Pontianak yang membawahi 2 terletak di garis Khatulistiwa 0° 02' 24''
Sub Detasemen yaitu Detasemen Mempawah Lintang Utara sampai dengan 0° 01' 37''
dan Sub Detasemen Ngabang. Detasemen Lintang Selatan dan 109° 16' 25'' Bujur Timur
Pontianak merupakan organisasi satuan kerja sampai dengan 109° 23' 04'' Bujur Timur
dibawah rentang kendali KPKAR KALBAR dengan luas wilayah hukum 2.705.191 yang
(Kantor Polisi Kalimantan Barat). Pada tahun terdiri dari wilayah kota Pontianak dan
1957, terjadi peningkatan dinamika sebagian wilayah Kabupaten Tingkat II Kubu
restrukturisasi organisasi pemerintah berupa Raya.
peningkatan status dari Kariseden menjadi Polresta Pontianak Kota merupakan
Provinsi yang berdampak pada perubahan salah satu Kesatuan Operasional Dasar di
KPKAR KALBAR menjadi KP-PRO Jajaran Polda Kalbar yang menjadi
KALBAR (Kantor Polisi Provinsi barometer Polri khususnya di wilayah
Kalimantan Barat). Seiring dengan Hukum Polda Kalbar dengan jumlah total
perubahan tersebut, Kantor Polisi Wilayah personil sebanyak 672 orang. Jumlah
Pontianak divalidasi menjadi Polisi Resort personil tersebut terdiri atas jumlah polisi
Pontianak pada tahun 1959. laki-laki 619 orang dan polisi wanita 29
Polisi Resort Pontianak kembali orang, jumlah personil tersebut terbagi
mengalami perubahan berupa peningkatan kedalam 18 sub satuan kerja sedangkan
status menjadi Komres 1101/Kodya sisanya sebanyak 24 orang sebagai PNS.
Pontianak pada 20 Oktober 1965. Pada tahun
2000, Polresta Pontianak mengalami Karakteristik Responden
perubahan status dan perubahan type
sehingga berubah nama menjadi Poltabes Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Ber-dasarkan
Pontianak. Seiring dengan perubahan Karakteristik Responden pada polisi di
demokrasi yang berdampak pada reformasi Kepolisian Resort Kota Pontianak Kota
birokrasi di lingkungan Polri, sehingga Tahun 2013

Karakteristik Responden Frekuensi (%)


Umur
17 – 25 Tahun 6 7,5
26 – 35 Tahun 48 60
36 – 45 Tahun 12 15
46 – 55 Tahun 10 12,5
56 – 65 Tahun 4 5
Pendidikan
SMA 58 72,5
S1 22 27,5

64 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


Pendapatan
< 4.000.000 33 41,3
≥4.000.000 47 58,7
Jenis Bagian Pekerjaan
Binmas 2 2,5
Intelkam 10 12,5
Lantas 17 21,3
Ops 2 2,5
Propam 3 3,8
Ren 1 1,3
Reskrim 9 11,3
Sabhara 22 27,5
SPKT 2 2,5
Sumda 3 3,8
Tahti 1 1,3
Tipol 1 1,3
Umum 1 1,3
Was 1 1,3
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 1 sebagian besar responden terdapat pada bagian sabhara


respondenmemiliki rentang usia 26 35 tahun (27,5%).
(60%). Karakteristik berdasarkan tingkat
pendidikan responden sebagian besat Univariat
memiliki tingkat pendidikan SMA (72,5%).
Karakteristik berdasarkan pendapatan Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan
responden sebagian besar memiliki Faktor Genetik, Pola Makan, Kebiasaan
pendapatan =4.000.000 (58,7%). Olahraga, Status Merokok, Stres Kerja dan
Karakteristik berdasarkan jenis bagian Kecukupan Tidur pada Polisi di Kepolisian
pekerjaan responden sebagian besar Resort Kota Pontianak Kota Tahun 2013

Distribusi Frekuensi Frekuensi (%)


Faktor Genetik
Ada 29 36,2
Tidak ada 51 63,8
Pola Makan
Lebih 63 78,8
Cukup 17 21,2
Kebiasaan Olahraga
Kurang baik 54 67,5
Baik 26 32,5
Status Merokok
Tidak merokok 28 35
Merokok 52 65
Stres Kerja
Sangat tinggi dan tinggi 38 47,5
Menengah dan rendah 42 52,5
Kecukupan Tidur
Kurang 57 71,25
Cukup 23 28,75
IMT
Obesitas 48 60
Tidak obesitas 32 40
Sumber : Data Primer

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 65


Berdasarkan tabel 2 distribusi responden mengalami stres kerja menengah
frekuensi berdasarkan faktor genetik dan rendah (52,5). Distribusi frekuensi
menunjukkan bahwa sebagian responden berdasarkan kecukupan tidur menunjukkan
memiliki faktor genetik obesitas (36,2%). bahwa sebagian besar responden mengalami
Distribusi frekuensi berdasarkan pola makan kucukupan tidur kurang (71,3%). Distribusi
menunjukkan bahwa sebagian besar frekuensi berdasarkan kecukupan tidur
responden memiliki pola makan lebih menunjukkan bahwa sebagian besar
(78,8%). Distribusi frekuensi berdasarkan responden mengalami obesitas (60%).
kebiasaan olahraga menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki Bivariat
kebiasaan olahraga kurang baik (67,5%).
Distribusi frekuensi berdasarkan status Tabel 3 : Hubungan Frekuensi Berdasarkan
merokok menunjukkan bahwa sebagian besar Faktor Genetik, Pola Makan, Kebiasaan
responden merokok (65%). Distribusi Olahraga, Status Merokok, Stres Kerja dan
frekuensi berdasarkan stress kerja Kecukupan Tidur pada Polisi di Kepolisian
menunjukkan bahwa sebagian besar Resort Kota Pontianak Kota Tahun 2013.

Tidak
Obesitas Total PR
Variabel Independen Obesitas
P value 95% CI
n % n % n %
Faktor Genertik
Ada 25 86,2 4 13,8 29 100 1,912
Tidak ada 23 45,1 28 54,9 51 100 0,001
(1,366-2,675)
Pola Makan
Lebih 46 73 17 27 63 100 6,206
0,000
Cukup 2 11,8 15 88,2 17 100 (1,674-23,012)
Kebiasaan Olahraga
Kurang baik 37 68,5 17 31,5 54 100 1,620
0,046
Baik 11 42,3 15 57,7 26 100 (0,998-2,628)
Status Merokok
Tidak merokok 16 57,1 12 42,9 28 100 0,929
0,886
Merokok 32 61,2 20 38,5 52 100 (0,631-1,366)
Stres Kerja
Sangat tinggi dan tinggi 19 50 19 50 38 100 0,724
0,132
Menengah dan rendah 29 69 13 31 41 10 (0,497-1,056)
Kecukupan Tidur
Kurang 36 63,2 21 36,8 57 100 1,211
0,512
Cukup 12 52,5 11 47,8 23 100 (0,781-1,877)
Total 48 100 32 100 80 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3 responden yang genetik dengan terjadinya obesitas pada


memiliki faktor genetik cenderung polisi di Kepolisian Resort Kota Pontianak
mengalami obesitas (86,2%) dengan p value Kota. Hasil analisa diperoleh nilai PR =
= 0,001(<0,05) dapat disimpulkan ada 1,912 dengan 95% (CI) =1,366-2,675,
hubungan yang signifikan antara faktor artinya prevalensiobesitas yang memiliki

66 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


faktor genetik 1,912 kali lebih besar tinggi dan tinggi cenderung mengalami
dibandingkan dengan prevalensi obesitas obesitas (50%) dengan p value = 0,132
yang tidak memiliki faktor genetik obesitas. sehingga dapat disimpulkan tidak ada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan antara stres kerja
responden yang memiliki pola makan lebih dengan terjadinya obesitas pada polisi di
cenderung mengalami obesitas (73%) Kepolisian Resort Kota Pontianak Kota.
dengan p value = 0,000(<0,05) dapat Hasil penelitian menunjukkan bahwa
disimpulkan ada hubungan yang signifikan responden yang mengalami kecukupan tidur
antara pola makan dengan terjadinya obesitas kurang cenderung mengalami obesitas
pada polisi di Kepolisian Resort Kota (63,2%) dengan p value = 0,512 sehingga
Pontianak Kota. Hasil analisa diperoleh nilai dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
PR = 6,206 dengan 95% (CI) =1,674-23,012, signifikan antara kecukupan tidur dengan
artinya prevalensi obesitas yang memiliki terjadinya obesitas pada polisi di Kepolisian
pola makan lebih 6,206 kali lebih besar Resort Kota Pontianak Kota.
dibandingkan dengan prevalensi obesitas
yang memiliki pola makan cukup. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang memiliki kebiasaan olahraga Obesitas
kurang baik cenderung mengalami obesitas Penelitian yang dilakukan terhadap 80
(68,5%) dengan p value = 0,046(<0,05) dapat responden menunjukkan bahwa sebagian
disimpulkan ada hubungan yang signifikan besar responden mengalami obesitas sebesar
antara kebiasaan olahraga dengan terjadinya 60% dan sebagian kecil responden tidak
obesitas pada polisi di Kepolisian Resort mengalami obesitas sebesar 40%.
Kota Pontianak Kota. Hasil analisa diperoleh Berdasarkan hasil penelitian ini faktor-faktor
nilai PR = 1,620 dengan 95% (CI) =0,998- yang menyebabkan obesitas terbagi menjadi
2,628, artinya prevalensi obesitas yang faktor yang tidak dapat dirubah seperti faktor
memiliki kebiasaan olahraga kurang genetik dan faktor gaya hidup yang dapat
baik1,620 kali lebih besar dibandingkan dirubah seperti pola makan dan kebiasaan
dengan prevalensi obesitas yang memiliki olahraga.
kebiasaan olahraga baik. Obesitas merupakan dampak dari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya kelebihan asupan energi (energy
responden yang tidak memiliki kebiasaan intage) dibandingkan dengan yang
merokok cenderung mengalami obesitas diperlukan (energy expenditure) oleh tubuh.
(57,1%) dengan p value = 0,886 sehingga Apabila asupan karbohidrat, ptorein dan
dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang lemak berlebihan, maka karbohidrat akan
signifikan antara kebiasaan merokok dengan disimpan sebagai glikogen dalam jumlah
terjadinya obesitas pada polisi di Kepolisian terbatas dan sisanya lemak, protein akan
Resort Kota Pontianak Kota. dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemak, sedangkan lemak akan disimpan
13
responden yang mengalami stres kerja sangat sebagai lemak .

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 67


Faktor Genetik memiliki gen penyebab obesitas, tetapi tidak
Hasil uji statistik Chi-square menutup kemungkinan pada orang yang
menunjukkan ada hubungan yang bermakna tidak memiliki faktor genetik dapat juga
antara faktor genetik dengan terjadinya mengalami obesitas yang disebabkan oleh
obesitas pada polisi di Kepolisian Resort gaya hidup yang berisiko menyebabkan
Kota Pontianak Kota (p value = 0,001). Dari obesitas.
hasil analisis diperoleh pula nilai PR = 3,980,
artinya prevalensi obesitas pada responden Pola makan
yang memiliki faktor genetik obesitas 3,980 Hasil uji statistik Chi-square
kali lebih besar dibandingkan dengan menunjukkan ada hubungan yang bermakna
prevalensi obesitas pada responden yang antara pola konsumsi dengan terjadinya
tidak memiliki faktor genetik obesitas. obesitas pada polisi di Kepolisian Resort
Faktor genetik memiliki peranan Kota Pontianak Kota (p value = 0,000). Hasil
penting dalam menentukan jumlah unsur sel analisis diperoleh nilai PR = 6,206, artinya
lemak, mengatur distribusi jaringan lemak prevalensi obesitas pada responden yang
tubuh dan pemunculan sifat yang berkaitan memiliki pola konsumsi kurang baik 6,206
dengan obesitas14. Orang tua yang gemuk kali lebih besar dibandingkan dengan
cenderung memiliki keturunan yang gemuk. prevalensi obesitas pada responden yang
Bila bapak dan ibu tidak gemuk, memiliki pola konsumsi cukup.
kemungkinan menjadi gemuk adalah 9%. Pola makan memainkan peranan yang
Bila bapak atau ibu gemuk (salah satu orang penting dalam proses terjadinya obesitas.
tua gemuk), kemungkinan menjadi gemuk Dengan urbanisasi terjadilah perubahan gaya
adalah 41 50%, sedangkan bila bapak dan ibu hidup dan perubahan pola makan. Pola
gemuk, kemungkinan menjadi gemuk adalah makan tradisional yang tadinya tinggi
66 80%15. Hasil penelitian ini didapatkan karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak
responden dengan ayah obesitas sebesar berubah ke pola makan baru yang tinggi
40%, ibu obesitas sebesar 32% serta ayah dan karbohirat, rendah serat dan tinggi lemak
ibu obesitas sebesar 28%. sehingga mutu makanan kearah tidak
17
Hasil penelitian ini sejalan dengan seimbang . Kelebihan energi yang berasal
Sartika (2011) terdapat hubungan antara dari karbohidrat dan lemak tersebut akan
riwayat orang tua obesitas, responden disimpan tubuh dalam bentuk jaringan lemak
obesitas dengan riwayat ayah obesitas yang lama kelamaan akan mengakibatkan
mempunyai risiko kurang lebih 1,2 kali lebih obesitas.
tinggi untuk mengalami obesitas Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dibandingkan dengan responden yang tidak yang dilakukan sebelumnya menunjukkan
memiliki riwayat ayah obesitas (pvalue = terdapat hubungan yang bermakna antara
16
0,000; CI = 1,158-1,263) . pola makan dengan obesitas pada pedagang
Berdasarkan teori dan hasil penelitian dengan (ñ value = 0,016; CI = 1,450-28,037;
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang dan RP = 6,378), sehingga dapat diasumsikan
dengan faktor genetik obesitas cenderung bahwa responden dengan pola makan kurang

68 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


baik mempunyai resiko 6,378 lebih tinggi yang terdapat didalam tubuh, khususnya
untuk terjadi obesitas dibandingkan berfungsi secara baikorgan-organsistem
responden yang mempunyai pola konsumsi pencernaan yang akan memperlancar proses
baik18. Penelitian lainnya juga menunjukkan metabolisme sehingga penimbunan lemak
adanya hubungan yang bermakna antara pola maupun asam laktat yang berlebihan dapat
konsumsi dengan obesitas pada pekerja dikurangi. Dengan penimbunan lemak dan
Perusahaan Minyak X di Kalimantan Timur asam laktat yang sedikit maka akan dapat
19 20
(p value = 0,041) . mengurangi terjadinya obesitas .
Berdasarkan teori dan hasil penelitian Latihan aerobik merupakan latihan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pola yang paling efektif untuk mengurangi
makan dapat meningkatkan terjadinya kegemukan jika dilakukan dengan benar.
obesitas. Pola makan lebih disebabkan Ada tiga bagian utama apabila melakukan
karena seseorang kurang mengatur pola aerobic dengan teratur yaitu meningkatkan
makan sering mengkonsumsi makanan yang kandungan mioglobin, meningkatkan
tinggi energi dan tinggi lemak. Asupan energi oksidasi karbihodrat dan meningkatkan
20
yang berlebihan itu sendiri bila tidak oksidasi lemak . Latihan-latihan aerobik
diimbangi dengan aktifitas yang cukup akan tersebut seperti berjalan, jogging,
di simpan tubuh dalam bentuk lemak berenang, bersepeda, menari, permainan
sehingga meningkatkan risiko obesitas. dengan bola dan raket (seperti; bulu
tangkis, basket, squash, tenis)20.
Kebiasaan Olahraga Penelitian sebelumnya yang
Hasil uji statistik Chi-square menunjukkan bahwa latihan aerobik 3 kali
menunjukkan bahwa ada hubungan yang dalam seminggu berpengaruhh sacara
bermakna antara kebiasaan olahraga dengan signifikan terhadap penurunan berat badan
terjadinya obesitas pada polisi di Kepolisian pada saat awal latihan dan akhir setalah
Resort Kota Pontianak Kota (p value = latihan (p value = 0,000; PR = 6,578)21.
0,046). Hasil analisis diperoleh nilai PR = Berdasarkan teori dan hasil penelitian
1,620, artinya prevalensi obesitas pada di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
responden yang memiliki kebiasaan olahraga tingginya obesitas pada polisi di Kepolisian
kurang baik (= 3 kali seminggu dengan durasi Resort Kota Pontianak Kota dikarenakan
30-60 menit) 1,620 kali lebih besar sebagian besar responden tidak melakukan
dibandingkan dengan prevalensi obesitas olahraga = 3 kali dalam seminggu dengan
pada responden yang memiliki kebiasaan durasi 30-60 menit sehingga pengeluaran
olahraga baik. energi tidak sebanding dengan energi yang
Olahraga adalah aktivitas fisik yang masuk ke dalam tubuh.
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan,
atau memelihara kesegaran jasmani. Status Merokok
Olahraga sangat berpengaruh terhadap Hasil uji statistik Chi-square
terpeliharanya kapasitas organ-organ faal menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
tubuh sehingga memperlancar semua sistem yang bermakna antara status merokok

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 69


dengan terjadinya obesitas pada polisi di menunjukkan bahwa nilai p value = 0,373
Kepolisian Resort Kota dengan p value = yang artinya tidak ada hubungan yang
0,812. bermakna antara obesitas dengan status
Merokok berhubungan negatife merokok. Kejadian obesitas lebih tinggi pada
dengan peningkatan berat badan perokok ringan (57,4%), dibandingkan
berdasarkan IMT, namun berhubungan dengan perokok berat (42,9%). Hasil uji
positif dengan peningkatan distribusi lemak statitik menunjukkan bahwa p value = 0,174
perut. Mekanisme biologi antara merokok artinya tidak ada hubungan antara jumlah
dengan pola distribusi lemak pada obesitas rokok dengan obesitas.
tidak begitu jelas. Nikotin dapat
meningkatkan pengeluaran energi dan Stres Kerja
menurunkan nafsu makan, sedangkan di sisi Hasil uji statistik Chi-square
lain perokok berat memiliki berat badan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang lebih tinggi daripada perokok ringan yang bermakna antara stres kerja dengan
22
atau tidak merokok . Nikotin juga dapat terjadinya obesitas pada polisi di Kepolisian
menyebabkan penurunan konsentrasi Resort Kota dengan p value = 0,132.
hormon estrogen pada wanita dan testoteron Stres kerja adalah suatu kondisi yang
pada pria, dimana penurunan homon ini muncul akibat interaksi antara individu
dapat menyebabkan peningkatan massa dengan pekerjaan mereka, dimana terdapat
23
lemak perut . ketidaksesuaian karakteristik dan
Hasil uji statistik tidak ditemukan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang
adanya hubungan yang bermakna antara terjadi dalam perusahaan.
status merokok dengan obesitas dikarenakan Polisi peka terhadap tekanan pekerjaan
proporsi responden merokok dan mengalami atau penyebab stress. Pada polisi penyebab
obesitas (61,5) dibandingkan dengan stress dapat dikelompokkan dalam beberapa
responden yang tidak merokok dan kategori; stress yang berasal dari luar
mengalami obesitas (57,1%). departemen polisi meliputi keputusan
Dalam penelitian ini peneliti pengadilan yang tidak menguntungkan,
mencoba mengaitkan tingkat kecanduan ketiadaan dukungan masyarakat, dan potensi
merokok dengan terjadinya obesitas dengan kekerasan warga bahkan ketika berhadapan
24
menggunakan lembar Fagestrom . dengan penyelidikan lalu-lintas rutin atau
Berdasarkan hasil penelitian pertengkaran rumah tangga, stress berasal
didapatkan perokok rendah lebih tinggi dari sumber internal meliputi gaji rendah,
mengalami obesitas (71,9%) dibandingakan kemajuan karir yang terbatas, pe-
dengan perokok sedang (15,6%) dan tinggi ngembangan atau perangsang professional
(12,5%). Sejalan dengan penelitian Cristina yang kecil, dan ketiadaan dukungan
24
(2008) , responden yang tidak merokok administrasi dan stress yang berasal pada
lebih tinggi mengalami obesitas (51,5%) peran polisi itu sendiri termasuk perputaran
25.
dibandingkan dengan responden yang shift, kerja administrasi yang berlebihan
merokok (46,3%). Hasil analisis Peristiwa yang memancing stres

70 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


disebut stresor dan meliputi berbagai macam dengan orang dengan tipe kepribadian B
situasi fisik seperti cedera atau sakit. Ketika yang mempunyai sifat sabar, tenang, tidak
seseorang mengalami stress, tubuh akan mudah tersinggung, mudah bergaul, dan
26
mengeluarkan 2 jenis hormon yang akan tidak kaku .
dilepaskan ke dalam darah sebagai bentuk
reaksi, yaitu hormon adrenalin dan kartisol. Kecukupan Tidur
Hormon kartisol atau yang dikenal dengan Hasil uji statistik Chi-square
hormon stress berfungsi untuk mempercepat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
proses matabolisme karbohidrat, lemak dan yang bermakna antara kecukupan tidur
protein untuk diubah menjadi gula darah dengan terjadinya obesitas pada polisi di
sehingga kadar gula darah meningkat. Pada Kepolisian Resort Kota Pontianak Kota
saat gula darah meningkat inilah tubuh dengan p value = 0,608.
merespon untuk mengubahnya kembali Setiap individu manusia membutuhkan
menjadi lemak yang kemudian akan waktu yang berbeda untuk tidur. Tanpa waktu
disimpan dalam tubuh sehingga terjadi tidur yang cukup kemampuan untuk
penimbunan lemak. Jumlah hormon kortisol berkosentrasi, membuat keputusan dan
yang dilepaskan tiap orang berbeda-beda, berpartisipasi dalam aktivitas harian akan
semakin tinggi hormon kortisol yang menurun dan meningkatkan iritabilitas
27 28
dilepaskan semakin tinggi kecenderungan (Potter, 2005) . Rafknowledge (2004)
seseorang makan lebih banyak, sehingga jika menjelaskan bahwa tidur mempengaruhi
seseorang stress cenderung makan lebih tingkat energi, kebugaran, dan kinerja tubuh
26.
banyak karena tidur merupakan ritme sirkadian
Hasil uji statistik tidak ditemukan paling kuat yang meliputi suhu tubuh, tingkat
adanya hubungan yang bermakna antara hormon, dan denyut jantung.
stress kerja dengan obesitas ini dikarenakan Hasil uji statistik tidak terdapatnya
sebagian besar responden mengalami stress hubungan antara kecukupan tidur dengan
kerja menengahdan rendah (52,5%). Tidak terjadinya obesitas pada penelitian ini karena
terdapat hubungan dalam penelitian ini pada beberapa bagian polisi diwajibkan
dikarenakan tingkat stres pada setiap orang untuk shift malam sehingga kecukupan tidur
berbeda-beda. menjadi kurang. Mereka yang shift malam
Menurut Hawari tidak semua orang mengkonsumsi makanan/gorengan dan kopi
yang mengalami stresor yang sama akan untuk mengurangi rasa kantuk ketika
mengalami stres. Hal tersebut karena tingkat bertugas. Pada responden yang tidak shift
stres seseorang dapat dipengaruhi oleh dua malam atau bagian staf dengan kecukupan
hal yaitu tipe kepribadian dan manajemen tidur cukup juga mengalami obesitas karena
stres seseorang. Seseorang dengan tipe ketika menonton televisi dan bersantai
kepribadian A yang mempunyai sifat antara mengkonsumsi berbagai makanan.
lain ambisius, agresif, kompetitif,
emosional, dan tergesa-gesa akan cenderung
mudah mengalami stres dibandingkan

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 71


SIMPULAN konsultasi gizi di Polresta Pontianak
Kota.
1. Ada hubungan yang signifikan antara 2. Kepada Polisi obesitas untuk menerap-
faktor genetik dengan terjadinya kan menu seimbang dalam kehidupan
obesitas pada polisi di Kepolisian Resort sehari-hari, seperti mengkonsumsi nasi
Kota Pontianak Kota. putih secukupnya, memperbanyak
2. Ada hubungan yang signifikan antara sayur-sayuran dan buah-buahan dan
pola makan dengan terjadinya obesitas menyempatkan untuk berolahraga = 3
pada polisi di Kepolisian Resort Kota kali dalam seminggu dengan durasi 30-
Pontianak Kota. 60 menit.
3. Ada hubungan yang signifikan antara 3. Bagi peneliti lain perlu adanya penelitian
kebiasaan olahraga dengan terjadinya lebih lanjut untuk menggali lebih besar
obesitas pada polisi di Kepolisian Resort risiko obesitas dengan pengamatan
Kota Pontianak Kota. langsung (skrining) pada komunitas lain,
4. Tidak ada hubungan yang signifikan kemudian dilakukan penelitian yang
antara status merokokdengan obesitas mendalam untuk melihat seberapa besar
pada polisi di Kepolisian Resort Kota faktor stress kerja berisiko menyebabkan
Pontianak Kota. obesitas dengan menggunakan
5. Tidak ada hubungan yang signifikan instrument yang dapat menggali
antara stress kerja dengan obesitas pada informasi dalam rentang waktu yang
polisi di Kepolisian Resort Kota lebih lama dan mendalam serta untuk
Pontianak Kota. variabel kecukupan tidur perlu
6. Tidak ada hubungan yang signifikan dilakukan penelitian lebih mendalam
antara kecukupan tidur dengan obesitas untuk melihat seberapa besar pengaruh
pada polisi di Kepolisian Resort Kota kualitas tidur terhadap obesitas dengan
Pontianak Kota. menggunakan instrument yang dapat
menggali informasi lebih dalam seperti
SARAN PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index).

1. Kepada Kepala Kepolisian Resort Kota DAFTAR PUSTAKA


Pontianak Kota memberikan arahan
untuk menindak lanjut kembali program Depkes. 2010. Profil Kesehatan RI. Jakarta.
penurunan berat badan bulan pada polisi WHO, 2011. Noncomminicable disease
obesitas yang pernah dilakukan pada country profiles 2011, WHO library
bulan Januari Februari 2013,kemudian cataloguing-in-publication data, p.1-
memberi kebijakan khusus pada polisi 2. [disitasi tanggal 27 Juli 2013].
obesitas untuk melakukan latihan D i a k s e s d a r i U R L :
aerobik rutinsetiap minggu dengan http://www.who.int/nmh/publications/
durasi 30-60 menit serta membuat ncd_report_full_en.pdf.
kebijakan untuk pembentukan

72 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik


Nurmalina, Rina. 2011. Pencegahan dan Indra, M. Rasjad. 2006. Dasar Genetik
Managemen Obesitas. Jakarta; PT. Obesitas Viseral. Jurnal Kedokteran
Elex Media Komputerindo. Brawijaya, Vol. XX11, No. 1. 2006.
Seto, Sagung. 2009. Obesitas Permasalahan Lisdiana. 1998. Waspada Terhadap
dan Terapi Praktis. Jakarta; CV. Kelebihan dan Kekurangan Gizi.
Sagung Seto. Jakarta; Ungaran Trubus Angriwidya.
Cahyono, J,B. Suharjo, B. 2008. Gaya Hidup Sartika. Ratu.A.D. 2011. Faktor Risiko
dan Penyakit Modern. Jogyakarta: Obesitas pada Anak 5-15 Tahun d
Kansius. Indonesia. Makara, Kesehatan Vol.15,
Suiraoka, IP 2012. Penyakit Degeneratif: No.1, Juni 2011: 37-43.
Mengenal, Mencegah dan Mengurangi Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu
Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Gizi. Jakarta: Granmedia Pusaka
Yogyakarta: Nuha Medika. Utama.
WHO (World Health Organization). 2008. Lestari, Y. Lina, N dan Koreliani, K. 2013.
Global Health Observatory (GHO) Hubungan Frekuensi Konsumsi Lemak
Obesity. [disitasi tanggal 3Juni 2013]. dan Aktifitas Fisik terhadap Kejadian
D i a k s e s d a r i U R L : Obesitas pada Pedagang. Skripsi.
http://www.who.int/gho/ncd/risk_fact Universitas Siliwangi, fakultas Ilmu
ors/obesity_text/en/ Kesehatan.
Depkes. 2011. Rilis Beria Kementrian 2009. Cristina, D. 2008. Faktor-Faktor yang
Jakarta; Kementrian Kesehatan. berhubungan dengan Obesitas pada
Depkes. 2008. Riset Kesehatan Dasar Pekerja Onshore Pria Perusahaan
Provinsi Kalimantan Barat tahun Migas X di Kalimantan Timur (Analisis
2007. Data Sekunder). Skripsi. Universitas
Indonesia.
Puspasari, Amaryllia. 2010. Rich in Thin Fat
Life, Mengelolah Berat Badan melalui Mappoampo., M. A. 2010. Olahraga dan
Pengelolahan emosi. Jakarta; PT. Elex Obesitas. Jurnal ILAKA, Vol.1, Nomor
Media Komputindo. 2, 2010, hlm. 10-16.

Gibney, M.J., dkk. 2009. Gizi Kesehatan Utomo, G. A., Junaidi, S dan Rahayu, S.
Masyarakat, Pntj: dr. Andri Hartanto. 2012. Latihan Senam Aerobik untuk
Buku Kedokteran (EGC). Jakarta. menurunkan Berat Badan, Lemak dan
Kolestrol. Journal of sport sciences and
Mumpuni, Yekti. 2010. Cara Jitu Mengatasi
fitness (1) 2012.
Kegemukan. Jogyakarta; CV. Andi
Offset. Chiolero A, Faeh D, Paccaud F, Cornuz J.
2008. Consequences of smoking for
Barasi, Mary., E. 2009. At a glance Ilmu Gizi.
body weight, body fat distribution, and
Jogyakarta: Erlangga.
insulin resistance. Am J Clin Nutr.
87:801-809.

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 73


Sugianti. Elya., Hardiansyah., dan Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stres
Afriansyah. 2009. Faktor Risiko Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.
Obesitas Sentral pada Orang Dewasa di Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar
DKI Jakarta. Gizi Indo 2009, 32 (2): Fundamental Keperawatan: Konsep,
105-116. Proses dan Praktik. Edisi 4. Vol 1.
Fagerstrom. K. 0. (1978). Measuring degree Jakarta:EGC.
of physical dependence to Rafknowledge. 2004. Insomnia dan
tobaccosmoking with reference to Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta; PT.
individualiation of treatment. Elex Media Komputiondo.
Addictive Behaviors, 3, 235-241.
Richard H. Anson dan Mary Ellen Bloom.
1988. Police Stres in an Occupational
Context. Journal of Police Science and
Administration (Desember 1988):232.

74 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

You might also like