Professional Documents
Culture Documents
Jurnal
Jurnal
ABSTRAC
PDAM Klaten city uses standard water of wellspring and ground-water. Wellspring which
used is from Geneng wellspring and Lanang wellspring. Geneng wellspring placed in Ngrundul
village which have source capacity 213 lt/sec, capacity permission 213 lt/sec and used 150 lt/sec. It
has source capacity 88 lt/sec and used 50 lt/sec. Seeing that capacity utilization of wellspring was
imbalance that is between water discharges more large than service area, so the reservation of
water from the water spring as standard water to fresh water suggestion in PDAM Klaten was
brokenreed and there is need alternatives of other standard source water, that is from Deep Well
from Sumur Dalam Gayamprit which have capacity 15 lt/sec.
The quality of water spring which stem from deep well has more content of Fe and Mangan
which the content of Fe 2.4 mg/lt. Based on that analysis, the processing unit to separate out of iron
which consists of aeration unit, roughing filter and filtration cannot separate out of iron-content
optimally. That is visible from the monitoring result of Fe content from the efluen unit IPA, that is
has content of iron 0.82 mg/lt. Whereas institutional setting of drink water quality corresponding
with regulation of MENKES RI No.907/ MENKES/ VII/2002 that is 0.3 mg/lt. There is need standard
unit IPA for that case to process that standard water, so there is need evaluation and optimalization
of Water Treatment Unit to follow up that effort to solve the problems of standard water.
1
1. PENDAHULUAN Instalasi Pengolahan Air (IPA) untuk mengatasi
permasalahan air baku yang ada.
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Kota Klaten
semakin meningkat sehingga membutuhkan 1.2. Tujuan
pasokan air bersih yang cukup besar. PDAM 1.2.1. Tujuan Umum
Klaten memanfaatkan beberapa sumber air Tujuan umum penulisan laporan tugas
baku untuk memenuhi kebutuhan air akhir adalah sebagai syarat untuk
diantaranya adalah dari mata air dan sumur menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) di
dalam. Daerah pelayanan dibagi menjadi 7 Program Studi Teknik Lingkungan Universitas
cakupan daerah pelayanan, yaitu kawasan Kota Diponegoro.
Klaten, serta 6 IKK(Ibu Kota Kecamatan),
dengan kapasitas produksi serta sumber air 1.2.2. Tujuan Khusus
baku yang berbeda-beda. Untuk wilayah Kotip Tujuan khusus Evaluasi dan
sendiri terdiri dari 12.073 sambungan rumah, Optimalisasi Unit Pengolahan Air Bersih (IPA)
serta 35 hidran umum dengan tingkat cakupan PDAM Klaten unit wilayah Kabupaten Klaten
pelayanan sebesar 61.33% meliputi daerah adalah memberikan solusi terkait kebutuhan air
pelayanan Kecamatan Klaten Utara, Kecamatan bersih pada musim kemarau dan kebutuhan
Klaten Tengah, serta Kecamatan Klaten Selatan. tahun mendatang. Guna mencukupi kebutuhan
PDAM Kota Klaten memanfaatkan air baku PDAM Kabupaten Klaten perlu
sumber air baku dari mata air dan air tanah. dilakukan usaha-usaha meliputi:
Mata air yang digunakan adalah dari mata air 1. Melakukan evaluasi unit IPA PDAM
Geneng dan mata air Lanang. Mata Air Geneng Klaten serta analisis kondisi eksisting
terletak di Desa Ngrundul dengan kapasitas 2. Melakukan optimalisai unit IPA
sumber 213 lt/dt, kapasitas ijin 180 lt/dt dan PDAM Klaten berdasarkan evaluasi
termanfaatkan 150 lt/dt. Mata Air Lanang. kondisi eksisting
Terletak di Desa Malang Jiwan, Kebon Arum.
Dengan kapasitas sumber sebesar 88 lt/dt dan 1.3. Ruang Lingkup
kapasitas termanfaatkan 50 lt/dt. Mengingat Ruang lingkup Studi Kualitas Air baku
pemanfaatan air dari mata air sudah tidak PDAM Kabupaten Klaten meliputi meliputi
seimbang lagi yaitu antara debit air yang ada lingkup tempat, sasaran, masalah, waktu.
dengan daerah pelayanan yang lebih besar, Penjelasan masing-masing ruang lingkup
maka pengambilan air dari mata air sebagai terdapat dalam uraian berikut :
sumber air baku untuk sarana air bersih PDAM
Kabupaten Klaten sudah tidak dapat diandalkan 1.3.1. Ruang Lingkup Tempat
lagi dan perlu adanya alternatif sumber air baku Lokasi studi adalah Kabupaten Klaten,
lain, yaitu dari sumur dalam yaitu dari Sumur Propinsi Jawa Tengah. Lokasi studi adalah
Dalam Gayamprit dengan kapasitas 15 lt/dt. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Gayamprit
Kualitas dari sumber air yang berasal dengan sumber air baku berupa sumur dalam
dari sumur dalam mempunyai kandungan Fe yang terletak di Jalan Tentara Pelajar,
dan mangan yang berlebih dengan kandungan Gayamprit, Klaten Selatan.
Fe sebesar 2.8 mg/lt. Berdasar hasil analisa,
ternyata unit pengolahan untuk menyisihkan
besi yang terdiri dari unit aerasi, roughing filter
dan bak filtrasi belum dapat menyisihkan kadar 1.3.3. Ruang Lingkup Masalah
besi secara optimal. Hal ini terlihat dari hasil Secara garis besar ruang lingkup
monitoring kadar Fe dari efluen unit IPA, yaitu pekerjaan studi ini adalah sebagai berikut :
masih mempunyai kandungan besi sebanyak 1. Melakukan studi potensi sumber mata
0.82 mg/lt. Sedangkan standar baku mutu air dilihat dari segi teknis yang
kualitas air minum sesuai peraturan MENKES meliputi aspek kualitas, kuantitas, dan
RI No. 907 / MENKES / VII / 2002 adalah kontinuitas maupun aspek non teknis
sebesar 0.3 mg/lt. Untuk itu diperlukan unit IPA 2. Mengidentifikasi permasalahan air
standar untuk mengolah air baku tersebut, baku
sehingga untuk menindaklanjuti usaha tersebut
perlu diadakan evaluasi dan optimalisasi
2
3. Melakukan upaya kajian dan analisis Beberapa metode proyeksi penduduk yang
untuk mengatasi permasalahan yang digunakan dalam perencanaan domestik
berkaitan dengan air baku penyediaan air bersih adalah sebagai berikut
4. Membuat suatu evaluasi, analisis, serta (Joetata, 1997) :
alternatif desain teknis pengolahan air a. Metode rata-rata aritmatik
baku untuk mengatasi permasalahan Pt = Po + (Pn + 1 - Pn) t (2-1)
yang ada meliputi lokasi penempatan dimana Po adalahjumlah penduduk tahun ke 0,
bangunan Instalasi Pengolahan Air Pn+1 (Pn) adalah rata-rata pertumbuhan
(IPA), menentukan jenis unit-unit penduduk, Pn adalah jumlah penduduk pada
pengolahan yang sesuai dengan tahun ke n, Pn+1 adalah jumlah penduduk pada
karakteristik air baku serta tata letak tahun ke n+1
(lay out) unit-unit pengolahan air b. Metode geometrik
5. Membuat DED (Detail Engineering Metode ini banyak sekali dipakai karena mudah
Design) dan mendekati kebenaran
6. Menyusun Rencana Anggaran dan Pt = Po (1 + r)n (2-2)
Biaya (RAB) dan BOQ dari desain dimana,Pt adalah jumlah penduduk tahun
pengolahan air baku. proyeksi, Po adalah jumlah penduduk tahun
7. Membuat SOP (Standar Operasional yang diketahui, r adalah persen pertambahan
Prosedur) dari unit Instalasi penduduk tiap tahun, n adalah tahun proyeksi
Pengolahan Air (IPA) c. Metode pertumbuhan seragam
Metode ini mengasumsi bahwa persen
1.4. Manfaat pertumbuhan penduduk dari dekade ke dekade
Manfaat evaluasi dan optimalisasi adalah konstan dan perhitungan didasarkan
Pengolahan Air (IPA) PDAM Kabupaten Klaten pada proses pertumbuhan rata-rata.
adalah : d. Metode selisih pertumbuhan
1. Mengatasi permasalahan yang selama Yaitu jumlah penduduk saat ini ditambah
ini terjadi yaitu kendala kualitas air dengan rata-rata pertambahan penduduk dalam
baku yang ada sepuluh tahun dan rata-rata selisih pertambahan.
2. Menjamin kelangsungan penyediaan e. Metode grafis (rentang grafis populasi)
air bersih untuk daerah layanan Proyeksi penduduk dihitung dengan
Kabupaten Klaten untuk beberapa menggunakan kurva, plotting antara waktu
tahun mendatang (tahun) dengan populasi.
3. Meningkatkan tingkat pelayanan air
bersih bagi masyarakat Kabupaten 2.3 Sumber dan Persyaratan Air Baku
Klaten 2.3.1 Sumber Air Baku
Sumber air yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih banyak terdapat
di alam. Menurut Joetata, 1997 beberapa
2. TINJAUAN PUSTAKA sumber air baku yang dapat digunakan untuk
penyediaan air bersih dikelompokkan sebagai
2.1 Kebutuhan Air Bersih berikut:
Kebutuhan air yang dikonsumsi a. Air Hujan
dipengaruhi oleh jenis dan jumlah pemakai air, Air hujan disebut juga dengan air angkasa.
serta karakteristik pemakai air. Hal-hal yang Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada
mendorong adanya perbedaan tingkat besar kecilnya curah hujan di wilayah tersebut.
pemakaian air, Metcalf dan Eddy (1991: 23-24) b. Air Permukaan
menyebutkan beberapa faktor, sebagai berikut : Pada umumnya air permukaan telah
- Iklim terkontaminasi dengan berbagai zat-zat yang
- Jumlah Penduduk berbahaya bagi kesehatan, sehingga
- Pembangunan memerlukan pengolahan terlebih dahulu
- Ekonomi sebelum dimanfaatkan lebih lanjut.
- Kualitas air baku c. Air Tanah
Dari segi kualitas air tanah bebas dari
2.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk polutan karena berada di bawah permukaan
tanah, tetapi tidak menutup kemungkinan
3
bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat Filter (saringan) biasa dikelompokkan
pengganggu kesehatan seperti kandungan Fe, sesuai dengan tipe media yang digunakan antara
Mn, kesadahan. lain sebagai berikut (Mochtar, 1999):
d. Mata Air 1. Single medium filter (saringan satu
Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila media)
dipakai sebagai air baku, karena berasal dari Saringan yang menggunakan satu macam
dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah media, biasanya pasir atau anthracite coal.
akibat adanya tekanan dalam tanah, sehingga 2. Dual media filter (dua media saringan)
belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Saringan ini menggunakan dua media,
Dilihat dari kuantitas jumlahnya sangat terbatas biasanya dengan pasir dan anthracite coal.
sehingga hanya untuk pengolahan air dengan 3. Multi media filter (banyak media)
kapasitas yang sedikit pula. Berikut merupakan hal-hal yang harus
2.3.2 Persyaratan Air Baku diperhatikan dalam proses filtrasi:
Standar kualitas air minum yang berlaku di a. Debit Filtrasi
Indonesia saat ini adalah Kepmenkes RI No Debit filtrasi di hitung dengan persamaan :
907/MENKES/SK/VII/2002, tanggal 29 Juli N = 1,2Q0,5 (2-3)
2002, tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Debit masing-masing filter (Qf),
Kualitas Air Minum. Air minum adalah air yang Qf = Q/N (2-4)
melalui proses pengolahan atau tanpa proses dimana, N adalah jumlah filter yang
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dibutuhkan, Q adalah debit air input, Qf adalah
dan dapat langsung diminum. Pengawasan ini debit masing-masing filter.
mencakup standar kualitas, kuantitas dan b. Dimensi Filter
kontinuitas. Luas filter dihitung dengan persamaan :
Af = Qf/v (2-5)
2.4 Pengolahan Air Bersih Dimensi bak filter
Pengolahan air adalah usaha mengurangi Af = p x l (2-6)
konsentrasi masing-masing polutan dalam air, dimana, Af adalah luas filter, p adalah panjang, l
sehingga aman untuk digunakan sesuai dengan adalah lebar.
keperluannya. Dalam analisa Tugas Akhir kali c. Media Filter
ini menggunakan analisa yang lebih spesifik Media filter terdiri dari media penyaring dan
dari biasanya yaitu menggunakan filtrasi. media penahan. Media penyaring yang
Filtrasi adalah (1) proses pemisahan zat digunakan adalah pasir, sedangkan media
padat dari cairan dengan cara melewatkan air penyangga berupa gravel (kerikil).
yang diolah melalui media berpori dengan d. Sistem Underdrain
tujuan menghilangkan partikel-partikel yang Underdrain dapat berupa
sangat halus (Martin, 2001), (2) pemisahan 1. Plat dengan nozzle
solid liquid yang mana liquid dilewatkan 2. Teepee dengan lubang disamping
melalui media berpori untuk memisahkan 3. Pipa lateral pada manifold
suspended solid yang lebih halus (Mochtar, Tapi pada semua underdrain headloss yang
1999). Selama proses filtrasi terjadi beberapa berlaku pada lubang mengikuti persamaan:
proses, antara lain (Martin, 2001) : v2
a. Penyaringan Mekanis hu = k (2-7)
2g
Proses ini terjadi pada saringan pasir
lambat dan saringan pasir cepat. Media yang dimana, h adalah headloss, v adalah kecepatan,
dipergunakan dalam filtrasi adalah pasir yang g adalah gaya gravitasi.
mempunyai pori-pori yang cukup kecil. Bila menggunakan nozzle maka luas bukaan
b. Pengendapan nozzle (Anz) dihitung dengan :
Proses ini hanya terjadi pada saringan pasir Abk xp
n = (2-
lambat. Ruang antar butir media pasir berfungsi Anz
sebagai bak pengendap kecil.
8)
c. Biological action
dimana, kriteria luas bukaan underdrain ( p=
Proses ini hanya terjadi pada saringan pasir
0,45 % luas media), Abk adalah luas
lambat. Suspensi-suspensi yang terdapat dalam
filter, Anz adalah luas bukaan nozzle, n
air mengadung organisme-organisme
adalah jumlah nozzle.
Debit nozzle dihitung dari:
4
Qnz = Qf/ n (2-9) Backwash bertujuan untuk mengekspansi media
dimana, Qnz adalah debit nozzle, Qf adalah debit pasir dengan air supaya partikel (mudball) yang
tiap filter, n adalah jumlah nozzle. mengendap dan melekat pada butiran bisa
e. Kehilangan Tekanan Ketika Filtrasi terangkat dan terlepas dari butiran pasir dengan
Kehilangan tekanan pada saat filtrasi terjadi di mengalirkan air dari bawah (backwash)
setiap bagian unit filtrasi, yaitu media filter, berlawanan arah dengan saat filtrasi. Persamaan
media penyangga dan sistem underdrain yang digunakan untuk backwash :
Besarnya kehilangan tekanan pada media Qbw = Abk x vbw (2-15)
filter dapat diketahui dengan persamaan berikut Vbw = Td x Qbw (2-16)
1,067 D v 2 CD.xi dimana, Qbw adalah debit pencucian (m3/menit),
HLmedia =
g 4
di
Abk adalah luas filter (m2), vbw adalah kecepatan
aliran (m/jam), Vbw adalah volume aliran (m3),
(2-10) Td adalah lama backwash (menit).
24 Pada saat pencucian diharapkan semua
CD = untuk NRe < 1 atau media filter akan terangkat dan media
N Re
penyangga tidak terangkat. Besarnya tinggi
(2-11) ekspansi pada media filter dapat diketahui
24 3 dengan persamaan berikut:
= 0,34 untuk NRe
N Re N Re xi
Le (1 ).L. (2-
>1 (1 e )
.d.v 17)
NRe =
n
(2-12) v
e bw (2-18)
dimana, D adalah kedalaman media (m), v vs
adalah kecepatan filtrasi (m/dt), g adalah gaya 1/ 2
gravitasi (9,81 m/dt2), CD adalah koefisien 4 g ( ps p )
vs . . .d (2-
drag, x adalah berat friksi partikel (%), d adalah 3 CD p
diameter partikel, (m), adalah porosity (0,42),
19)
adalah spericity, (0,92), adalah viskositas
kinematik, : 0,893 x 10-6 m2/dtk (T = 25oC). 24
CD = untuk NRe < 1 atau (2-
Headloss pada media penyangga N Re
diperhitungkan seperti halnya headloss pada 20)
media filter. Headloss pada underdrain dihitung 24 3
dengan persamaan : = 0,34 untuk NRe
Headloss pada nozzle ( HLnz ), N Re N Re
v
2 >1
H Lnz k nz (2-13) .d.vbw
2g NRe = (2-
Headloss pada pipa nozzel
21)
Q
H pnz ( 2 , 63
)1 / 0, 54 xLnz dimana, Le adalah kedalaman media saat
0,275 xCHWxD terekspansi (m), vbw adalah kecepatan backwash
(2-14) ( 0,007 m/dt), vs adalah kecepatan mengendap
Hunderdrain = HLnz + Hpnz pasir (m/dt), g adalah gaya gravitasi (9,81
Dimana, HLnz adalah headloss nozzle (m), k m/dt2), CD adalah koefisien drag, x adalah berat
adalah koefisien kontraksi (2), vnz adalah friksi partikel (%), d adalah diameter partikel
kecepatan pada nozzle (m/dt), CHW adalah (m), s adalah massa jenis pasir (2,65), w
koefisien gesekan pipa (120), D adalah adalah massa jenis air (1), e adalah porosity
diameter pipa (m) , Lnz adalah panjang nozzle saat terekspansi, adalah spericity (0,92),
(m). adalah viskositas kinematik: 0,893 x 10-6 m2/dtk
Total headloss pada saat filtrasi adalah (T = 25oC)
jumlah headloss yang terjadi pada media Berat partikel media saat filtrasi dan saat
penyaring, media penyangga dan pada backwash maka besarnya headloss pada media
underdrain. filter saat backwash adalah :
f. Backwash Water
5
( p p p) filter (m2), p adalah daya pompa (kW),
HLmdbw Lx x (1 ) (2- adalah berat jenis air (1000), g adalah gaya
p
gravitasi (9,8), Hs adalah tinggi statis (m),
22)
Dimana, HLmdbw adalah headloss media adalah 0,9.
backwash, L adalah tebal media (m), po adalah
massa jenis media (2,65), p adalah massa jenis
air (1), adalah porosity saat terekspansi
(0,42).
Pada saat pencucian media penyangga tidak
mengalami ekspansi/terangkat, sehingga
kehilangan tekanan pada media penyangga
diperhitungkan seperti halnya headloss pada
media filter. Sedangkan headloss pada
3. METODOLOGI
underdrain dihitung dengan persamaan :
2
vnz Diagram alir metodologi perencanaan
H Lnz k (2-23) adalah sebagai berikut.
2g
Headloss pada pipa nozzle
Q
H pnz ( )1 / 0, 54 xLnz
0,275 xCHWxD2, 63
(2-24)
H backwash underdrain = HLnz + Hpnz (2-25)
6
34 57 110 35 40 Bujur Timur dan 7
45 15 7 45 56 Lintang Selatan.
7
Tahun Jumlah 2008 121.199
2009 122.327
2010 123.465
2011 124.614
2012 125.774
2013 126.944
2014 128.126
2015 126.822
2016 127.638
2017 128.462
2018 129.294
2019 130.133
2020 130.987
Sumber :
Perhitungan
Dalam
8
dari Zona II ini berkapasitas 88 l/dt, dan
yang dimanfaatkan untuk penyediaan air
minum sebesar 50 l/dt. Berikut ini kapasitas
sumber air dan jumlah produksinya pada
masing-masing sumber air baku di Kota .
9
Sumber: Perhitungan 4.2.2. Analisis Kontinuitas Air Baku
Sumber air permukaan yang ada Sumber air baku yang di
di Kota tidak digunakan untuk pemenuhan gunakan pada Unit Instalansi Pengolahan
kebutuhan air minum, melainkan digunakan Air (IPA) Gayamprit khusus yang berasal
sebagai air irigasi serta saluran pembuangan dari sumur dalam saja, yaitu dari Sumur
air limbah dan dan saluran drainase. Sungai- Dalam Gayamprit. Sumur dalam atau sumur
sungai yang ada di Kota adalah sungai kecil bor ini dibuat dengan kedalaman 150 m,
dan debitnya juga kecil sehingga tidak dengan pertimbangan jangka panjang akan
memenuhi jika digunakan sebagai sumber diaktifkan sepanjang tahun sehingga pada
air baku. musim kemarau PDAM Kabupaten Unit
Pelayanan Kota tidak akan mengalami
kekeringan. Fluktuasi
10
Nomor 416 tahun 2002 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air bisa di
lihat pada Tabel 4.20. berikut.
Tabel 4.20. Perbandingan Kualitas Air Baku dengan Standar Baku Mutu
11
17. Sianida mg/l < LD < LD < LD 0.07 - -
18. Sulfat mg/l 4 5 11 250 250 250
19. Timbal mg/l < LD < LD < LD 0,01 - -
2. Kimia Organik
20. Detergent mg/l ttd ttd ttd
21. Zat Organik (KMnO4) mg/l 1,58 2,52 1,59 0,009 - -
Sumber: 1. Data kualitas air baku PDAM 2010
2. Kep.Men.Kes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002
3. World Health Organization, 2006
4Fe(HCO3)2 + O2 + 2H2O
4Fe(OH)3 + 8CO2
Gambar 4.2. Unit IPA PDAM Klaten 2MnSO4 + 2Ca(OH)2 + O2
Sumber: Pengamatan Lapangan, 2010 2MnO2 + 2CaSO4 + 2H2O
12
Aerator dengan 4 tingkat. Air baku yang di untuk memperlama waktu kontak antara air
pompakan ke atas menara aerasi kemudian dengan udara sehingga proses oksidasi dapat
akan terpancarkan jatuh melalui tiap tray. berjalan sempurna. Tingkat ke empat di isi
Air baku yang mengandung besi terlarut dengan kapur tohor yang berfungsi sebagai
akan teroksidasi dengan senyawa oksigen di pengaturan Ph. Proses pembersihan media
udara sehingga akan terbentuk zat padat di lakukan 6 bulan sekali.
tersuspensi halus yang dapat di hilangkan Selama proses aerasi
melalui pengendapan dan penyaringan. Tray berlangsung ada beberapa hal yang berperan
aerator ini terdiri atas 4 tingkat. Masing- penting dalam proses tersebut, di antaranya
masing tray memiliki tinggi total 75 cm; adalah jumlah oksigen terlarut dan
dengan jarak antar tray 55 cm. Tebal media temperatur. Kedua unsur ini akan saling
berpori 15 cm serta tebal kayu penyangga 5 mempengaruhi. Oksigen yang terlarut
cm. Tray aerotor ini memiliki lubang-lubang selama proses oksidasi berlangsung bila
pada tiap tingkatnya yang dilengkapi dengan jumlahnya berlebihan akan menimbulkan
kawat kassa, yang berguna untuk masalah korosi, yang hal ini ternyata sangat
memperkecil butiran air yang jatuh sehingga di pengaruhi temperatur air. Semakin tinggi
mengakibatkan luas kontak antara butiran temperatur air, semakin tinggi pula
air dan udara semakin besar, yang konsentrasi DO-nya. (Modul Pelatihan
mengakibatkan transfer oksigen pun juga Tomcat Perpamsi, 2002)
semakin cepat sehingga proses oksidasi
akan semakin optimal.
Media yang di gunakan pada
tingkat pertamadi isi dengan potongan pipa
pvc. Tingkat kedua berisi bola-bola plastik
bergerigi yang dilapisi bakteri besi. Kontak Gambar 4.5 Tingkat 4 Tray Aerator
yang terjadi antara air dengan bola-bola tadi Sumber : Pengamatan Lapangan, 20010
diharapkan terjadinya lapisan semacam 4.3.2.1. Analisis Teknis Desain Tray Aerator
lumut yang menyelimuti bola-bola bergerigi
tadi, sehingga penyisihan Fe akan semakin
optimal. Tingkat ketiga diisi lagi dengan
potongan-potongan pipa pvc, dengan tujuan
13
gravel dengan ukuran yang beragam sampai
3 tingkat.
Unit ini diharapkan mampu
menurunkan konsentrasi besi terlarut yang
sudah teroksidasi menjadi bentuk suspensi.
Spesifikasi dari tiap lapisan gravel adalah
sebagai berikut :
a. Tingkat paling atas
Berisi gravel dengan diameter 0.4 - 0.7
cm serta ketebalan lapisan 75 cm.
b. Tingkat kedua
Berisi gravel dengan diameter 0.7 - 1
cm, ketebalan lapisan 50 cm.
c. Tingkat paling bawah
Berisi gravel dengan diameter 1 - 1.5
cm, dan ketebalan lapisan 50 cm.
Aliran air melalui gravel-
gravel tadi diharapkan mampu membentuk
lapisan semacam lumut, yang nantinya bisa
memperkecil lubang antar gravel sehingga
filtrasi ataupun penyaringan besi yang sudah
teroksidasi bisa lebih optimal.
14
filtrasi yang mampu menyaring endapan Kedal Met 35 1 Tidak
berukuran kecil sehingga tidak terbawa aman er Meme
aliran (Notodarmodjo,2004). Air1 nuhi
Td2 jam 12 1,530 Meme
Dimensi panjang bak roughing nuhi
filter sebesar 4.5 m dan lebar 3 m. Dimensi NRe2 <500 7512,4 Tidak
ini tidak memenuhi kriteria desain yang 088 meme
dipersyaratkan Kawamura (1991) karena nuhi
perbandingan panjang dengan lebar NFr2 >10-5 0,49x1 Tidak
seharusnya 5:1. Kedalaman air telah 0-5 Meme
memenuhi kriteria desain yang nuhi
dipersyaratkan Kawamura (1991).
Ronald. L, Droste
Kecepatan Filtrasi 5-12.5 m3/m2/jam 15.43 m3/m2/jam Tidak Memenuhi
15
Penelitian dilakukan selama 7 spektrofotometer, yaitu dengan spesifikasi
hari, pada tanggal 15 Mei 2010 sampai DR 200 HACH. Untuk pemeriksaan
dengan 21 Mei 2010 dengan variabel titik kadar Fe alat ini bekerja pada panjang
sampling dan waktu. Untuk variabel titik gelombang 510 nm. Uji kadar Fe dengan
sampling dilakukan pada setiap titik unit alat ini dapat diketahui kadar Fe2+ dari air
IPA dengan pengambilan sampling pada sampel dalam satuan mg/l. Selain kadar
setiap effluentnya, sedangkan untuk variabel Fe2+ dilakukan juga uji kadar ph.
waktu dilakukan sebanyak tiga kali dalam
setiap harinya yaitu pada pukul 08.00,
13.00, serta pukul 16.00. Dengan melakukan
penelitian dan analisis melalui 2 variabel ini
harapannya bisa di ketahui titik serta waktu
paling optimal kinerja dari setiap unit IPA
Gambar 4.10. Spektrofotometer
dalam penyisihan Fe2+. Analisis kadar Fe2+
dilakukan dengan menggunakan alat
Tabel 4.28. Nilai Efisiensi Penurunan Besi Terlarut Pda Tiap Unit Pengolahan
JA
TANGGAL M IPA Gayamprit
Aerasi Roughing Filter FILTRASI
input output (%) input output (%) input output (%)
28,0 16,6 1,5
8.oo 2,50 1,80 0 1,80 1,50 7 0 0,95 37
40,0 13,3 1,3
15/05/'10 13.oo 2,50 1,50 0 1,50 1,30 3 0 0,94 28
24,0 23,6 1,4
16.oo 2,50 1,90 0 1,90 1,45 8 5 0,90 38
32,5 19,5 1,3
8.oo 2,43 1,64 1 1,64 1,32 1 2 1,00 24
21,4 1,3
16/05/'10 13.oo 1,82 1,43 3 1,43 1,30 9,09 0 0,90 31
32,6 24,2 1,2
16.oo 2,45 1,65 5 1,65 1,25 4 5 0,85 32
28,0 19,4 1,4
8.oo 2,50 1,80 0 1,80 1,45 4 5 0,94 35
29,7 11,7 1,5
17/05/'10 13.oo 2,42 1,70 5 1,70 1,50 6 0 0,94 37
36,0 15,6 1,3
16.oo 2,50 1,60 0 1,60 1,35 3 5 0,93 31
32,0 16,4 1,4
8.oo 2,50 1,70 0 1,70 1,42 7 2 0,92 35
32,0 14,7 1,4
18/05/'10 13.oo 2,50 1,70 0 1,70 1,45 1 5 0,89 39
40,0 20,0 1,2
16.oo 2,50 1,50 0 1,50 1,20 0 0 0,83 31
16
41,5 Fe2+ adalah14,4
pada unit1,3aerator, yaitu sebesar
oo
8. 2,60 1,52 4 1,52 38.23%.
1,30 7 0 0,81 38
48,9 4.4. Pemilihan Alternatif 1,1
19/05/'10 13.oo 2,45 1,25 8 1,25 1. Alternatif
1,16 7,20 I 6 0,84 : 28
50,4 Resirkulasi Aerasi
1,1
16.oo 2,50 1,24 0 1,24 1,15 Unit7,26
Pengolahan5 0,85 : Aerasi,
26
50,8 bak penampung,1,1 roughing filter,
8.oo 2,38 1,17 4 1,17 1,10 filtrasi
5,98 0 0,87 21
52,2 Keuntungan 1,0 :
20/05/'10 13.oo 2,45 1,17 4 1,17 Optiomalisasi
1,09 6,84 efisiensi
9 0,88penyisihan19
Grafik 4.7. Rata-rata Efisiensi Penurunan
51,8 cukup besar. Efisiensi
1,1 satu kali aerasi
Fe 2+ pada16.Unit
oo Aerasi
2,45 1,18 4 1,18 adalah6,78
1,10 sebesar 38,2
0 %0,87 sehingga bila
21
42,5 dilakukan resirkulasi
1,1 efisiensi bisa
8.oo 2,16 1,24 9 1,24 sampai8,06
1,14 76,4%. 4 0,88 23
44,6 Kerugian 1,1:
21/05/'10 13.oo 2,13 1,18 0 1,18 Biaya 6,78
1,10 yang di butuhkan
0 besar, karena
0,86 22
43,5 harus menambahkan1,1 1 lagi bak
16.oo 2,16 1,22 2 1,22 penampung.
1,11 9,02 Di1 butuhkan
0,84 juga
24
tambahan pompa untuk resirkulasi
36,5 14,3 1,3
sehingga biaya dario pengadaan listrik
Rata-rata 8.oo 2,44 1,55 0 1,55 1,32 7
semakin besar. 2 0,91 30,39
38,4
Grafik 4.8. Rata-rata Efisiensi Penurunan 1,2
13.oo Unit2,32
Fe 2+ pada Roughing 1,42
Filter 3 1,42 1,27 9,96 II 7
2. Alternatif 0,89 : 29,01
39,7 15,2 1,2
Penambahan Kolom Adsorbsi
16.oo 2,44 1,47 7 1,47 1,23 Unit Pengolahan
3 3 0,87 : 29,03
Aerasi,
Rata-rata/ roughing filter, kolom adsorbs, filtrasi
Hari 2,4 1,48 38,23 1,48 1,27 13,18 1,27
Keuntungan : 0,89 29,48
Optiomalisasi efisiensi penyisihan
cukup besar, yaitu sebesar 82,78%
Kerugian :
Biaya sangat mahal, karena berarti
menambah uinit baru serta peningkatan
Grafik 4.9. Rata-rata Efisiensi Penurunan biaya operasional. Di samping itu
2+
Fe pada Unit Filtrasi penyisihan dengan menggunakan
kolom adsorbs ini untuk jangka waktu
lama juga kurang efektif, karena harus
mengganti media adsorbsi yang artinya
akan ada penambahan biaya lagi.
3. Alternatif III : Penambahan
(peninggian) media Filtrasi
Unit Pengolahan : Aerasi,
Setelah melakukan proses roughing filter, filtrasi
pengkajian terutama data-data kualitas air Keuntungan :
yang diperoleh dengan uji sampling maka Tidak perlu mengubah unit yang sudah
diperoleh kesimpulan bahwa ternyata unit ada, hanya melakukan penambahan
unit pengolahan yang ada belum dapat media saja. Efisiensi relative lebih
menyisihkan kandungan Fe2+ secara besar yaitu sekitar 40 % dengan
optimal. Pada effluent terakhir setelah kandungan besi terlarut pada effluent
filtrasi di dapatkan kualitas kadar Fe2+ terakhir sebesar 0.76%
sebesar 0.89 mg/lt. Ini berarti beban Fe yang Kerugian :
harus dikurangi total adalah sebesar 0.59 Perlu operasional yang cukup rumit,
mg/lt. Dari hasil pengujian terhadap kinerja tapi hanya di awal saja pada saat
setiap unit menunjukkan bahwa unit yang penggantian (penambahan media filter)
paling efektif dalam melakukan penyisihan 4. Alternatif IV : Penggantian Unit
RF menjaadi Unit Filtrasi
17
Unit Pengolahan : Aerasi,
filtrasi
Keuntungan :
Tidak perlu mengubah unit yang sudah
ada, hanya melakukan penggantian
media pada bak roughing filter untuk
kemudian di ubah fungsi menjadi bak
filtrasi..sehingga terdapat unit filtrasi
secara seri Efiseinsi removel cukup
tinggi dengan kandungan besi terlarut
sebesar 0.42 mg/lt
Kerugian : Perlu
operasional yang cukup rumit, tapi
hanya di awal saja pada saat
penggantian media filter pada bak
roughing filter mengingat pada
roughing filter menggunakan tipe
aliran secara up flow.
18
Tabel 4.34. Efisiensi Penurunan Besi Terlarut pada Alternatif Unit Pengolahan
Alternatif
No Pengolahan Efisiensi Removel Kadar Besi Terlarut
Aerasi RF Filtrasi
Eksisting Output Efisiensi Eksisting Output Efisiensi Eksisting Output Efisiensi
Aerasi-Resirkulasi
1 Aerasi-RF-Filtrasi 2,4 1,13 76,40% 1,13 0,14 13,18% 0,14 0,04 29,48%
Aerasi-RF-Kolom
2 Adsorbsi-Filtrasi 2,4 1,48 38,23% 1,48 0,47 82,78 0,47 0,33 29,48%
Aerasi-RF-
Filtrasi(Peninggian
3 Media Filtrasi) 2,4 1,48 38,23% 1,48 1,27 13,18% 1,27 0,76 40%
Aerasi-Filtrasi-Filtrasi
4 (Secara Seri) 2,4 1,48 38,23% 1,48 1,04 29,48% 1,04 0,42 59,60%
19
serta dari Sumur Dalam Gayamprit dengan Unit Aerasi sebesar 38.23 %, unit
debit rata-rata 14 lt/dt Roughing Filter sebesar 13.18 %, dan unit
2 Kondisi kualitas air baku yang berasal dari Filtrasi sebesar 29.48 %. Sehingga total
mata air sudah memenuhi standard baku rata-rtata unit IPA Gayamprit ini baru bisa
mutu, sedangkan yang berasal dari sumur menurunkan kadar Fe2+ sebesar 80.89 %,
dalam mempunyai kandungan Fe2+ yang dengan kualitas effluent dari unit
relative tinggi, yaitu sebesar 2.8 mg/lt pengolahan terakhir sebesar 0.89%
3 Dari hasil penelitian, Unit IPA yang ada 4 Berdasar hasil evaluasi dan analisis
ternyata belum mampu secara optimal optimalisasi pada unit pengolahan yang
menurunkan kadar Fe2+ yang ada, dengan ada, maka di gunakan alternative terpilih
rata-rata efisiensi penurunan kadar besi yaitu dengan menggunakann resirkulasi
pada setiap unitnya adalah sebagai berikut; aerasi
20
Hadihardjaja, Joetata. 1997. Rekayasa Pollution. Tata McGraw-Hill
Lingkungan. Universitas Gunadarma. Publishing Company Ltd. New
Jakarta. Delhi. India.
21