You are on page 1of 12

PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI TERHADAP

KINERJA PEGAWAI DINAS TATA RUANG DAN CIPTA


KARYA (DISTARCIP) KOTA BANDUNG
Fadhlan Ridhwana Sujana, SE., MM 1.

Abstract
The Influence of Competence and Motivation to Officer Performance Dinas Tata Ruang
dan Cipta Karya (Distarcip) Kota Bandung.
Number of buildings in violatin of Building Permit (IMB) in Bandung City showed
weakness oversee the issuance of permits. In addition, the process of IMB, takes a long
time, it showed low officer performance of Distarcip. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
(Distarcip) Kota Bandung as an institution that act to develop the City of Bandung to
regulated and supervise the contruction work to increase officer performance to create
development in the city of Bandung as the function and purpose. To develop officer
performance Distarcip Kota Bandung, need to be increased competence and motivation
of officer by conducting regular training in the form of officer participation in workshop
and training, as well as provision of reward and punishment.
Research object are officer of Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Kota
Bandung. Independent variables are competence (X1) and Motivation (X2), then
dependent variable (Y) is officer performance. This research type are descriptives and
verifikative. Sample taken are 80 respondents. the analisys technique data is coefficient of
determination and t test.
Based on survey results revealed that the level of competence provide positive influence
and significant to officer performance Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip)
Kota Bandung and the level of motivation provide positive influence and significant to
officer performance Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Kota Bandung. It
shows that increasing officer competence and motivation will be higher the officer
performance of Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Kota Bandung

Keywords: Competence, Motivation, Performance

Abstrak
Banyaknya bangunan yang melanggar Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota
Bandung menunjukan kelemahan Pemkot Bandung dalam mengawasi perizinan yang
dikeluarkannya. Selain itu proses pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang
membutuhkan waktu cukup lama menunjukan rendahnya kinerja pegawai Distarcip.
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Kota Bandung sebagai sebuah institusi
yang berperan mengembangkan kota Bandung dengan mengatur dan mengawasi
pembangunan berusaha meningkatkan kinerja pegawainya agar menciptakan
pertumbuhan pembangunan di Kota Bandung sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Untuk
meningkatkan kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung, perlu ditingkatkan kompetensi
dan motivasi pegawai dengan melakukan pelatihan secara rutin mengikut sertakan
pegawai dalam seminar dan pelatihan, juga pemberian reward.
Objek penelitian adalah pegawai Distarcip Kota Bandung. Variabel bebas (X) adalah
kompetensi (X1) dan motivasi (X2) sedangkan variabel terikat (Y) adalah kinerja
pegawai. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan sampel

1
Lecturer of Faculty Business and Management, Widyatama University, Bandung.
Email: Fadhlan.ridhwana@widyatama.ac.id
C-158
berjumlah 80 responden. Teknik analisa data yang digunakan adalah koefisien
determinasi dan uji t.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kompetensi memberikan pengaruh
positif terhadap kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung dan tingkat motivasi
memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung Hal
tersebut menandakan bahwa semakin tinggi kompetensi dan motivasi pegawai maka akan
semakin tinggi pula kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung.

Kata kunci: Kompetensi, Motivasi, Kinerja

Pendahuluan
Pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan
yang terjadi dalam kehidupan nyata. Demikian pula pertumbuhan ekonomi di kota
besar di Indonesia dapat menimbulkan permasalahan yang tidak dapat dihindari
lagi. Laju urbanisasi yang cepat merupakan suatu masalah yang membebani kota
besar di Indonesia. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia
yang memiliki jumlah penduduk cukup padat dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi. Sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat dengan peran dan fungsinya sebagai
kota pusat pemerintahan, jasa, pendidikan, perdagangan, perindustrian, pariwisata
dan lain sebagainya, maka besarnya jumlah penduduk Kota Bandung dapat
dikatakan wajar selama masih mampu melayani kebutuhan masyarakatnya.

Namun bila kota sudah sangat terbebani oleh semakin banyaknya jumlah
penduduk, maka hal yang tadinya dianggap wajar dapat berubah menjadi masalah
yang sangat kompleks. Realitas di lapangan saat ini menunjukkan bahwa
umumnya kota besar di Indonesia termasuk Kota Bandung sudah sangat terbebani
dengan semakin pesatnya pertambahan jumlah penduduk yang disebabkan oleh
urbanisasi dan migrasi penduduk antar daerah. Kebutuhan perumahan di Kota
Bandung terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk

Namun kenyataannya di Kota Bandung terdapat sekitar 200.000 bangunan rumah


tidak berizin dari 450.000 total rumah yang ada, data tersebut diungkapkan oleh
kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Kota Bandunng. (Sumber:
Pikiran Rakyat, 18 februari 2010). Sementara itu salah satu anggota komisi A
DPRD Kota Bandung mengungkapkan bahwa seharusnya bangunan yang
diketahui belum memiliki izin harus ditindak tegas, sehingga permasalan
pembangunan di kota Bandung tidak akan semakin besar, izin bangunan itu
merupakan instrument pengawasan pemerintah jadi semestinya langsung ditindak.
(Sumber: Pikiran Rakyat, 18 februari 2010).

Sedangkan menurut Denny Zulkaidi seorang pakar Tata Kota dari Institut
Tekhnologi Bandung (ITB), bahwa banyaknya bangunan yang menyalahi Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Bandung menunjukan kelemahan Pemkot
Bandung dalam mengawasi perizinan yang dikeluarkannya, jika masyarakat
mempunyai izin tapi tidak sesuai artinya bangunan itu harus ditertibkan. (Sumber:
Pikiran Rakyat, 20 April 2010). Lemahnya pengawasan itu menurut Denny, salah

C-159
satu penyebabnya adalah tidak adanya kontrol setelah bangunan itu selesai
dibangun.

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung sebagai sebuah institusi yang
berperan mengembangkan kota Bandung dengan mengatur dan mengawasi
pembangunan di Kota Bandung terus mengembangkan kinerja pegawainya agar
menciptakan pertumbuhan pembangunan di Kota Bandung sesuai dengan fungsi
dan tujuannya. Namun banyaknya bangunan yang melanggar aturan merupakan
sebuah pekerjaan yang harus diperbaiki oleh Distarcip.

Lemahnya pengawasan yang diungkapkan Denny Zulkaidi menunjukan kinerja


Distarcip Kota Bandung belum maksimal, akan tetapi Distarcip sebagai suatu
organisasi selalu berusaha memperbaiki kinerjanya demi tertatanya pembangunan
Kota Bandung. Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai sejauhmana
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi.
Dalam konteks manajemen, kinerja digunakan sebagai indikator utama untuk
melakukan penilaian secara periodik mengenai efektivitas operasional suatu
organisasi, pembagian tugas dalam organisasi dan pegawai berdasarkan standar
dan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Kualitas organisasi yang baik diarahkan agar mampu dan memiliki etos kerja
yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga
diperlukan SDM yang mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai
ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan kinerja. Hal
ini dikarenakan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat
sentral dalam semua kegiatan organisasi. Hal di atas sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008:17-18) berikut ini:

Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human investment) yang dapat
menunjang pertumbuhan organisasi telah semakin mendapat pengakuan. Manusia
diposisikan sebagai suatu bentuk kapital (human capital) sebagaimana bentuk
kapital lainnya (seperti teknologi, mesin, tanah, uang, dsb.) yang sangat
menentukan terhadap pertumbuhan produktivitas organisasi. Dengan demikian
manusia yang berkualitas baik secara kognitif, afektif, psikomotor, emosi dan
spirit insaniah adalah modal utama ketika peradaban makin modern. Terdapat
bukti-bukti bahwa suatu organisasi yang didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualitas mampu menjadi raja-raja organisasi pada tataran internasional.

Sumber daya manusia sebagai penggerak organisasi banyak dipengaruhi oleh


perilaku para pegawai suatu organisasi. Keikutsertaan sumber daya manusia
dalam organisasi diatur dengan adanya pemberian wewenang dan tanggung
jawab. Merumuskan wewenang dan tanggung jawab yang harus dicapai karyawan
sesuai dengan tujuan organisasi tersebut.

Persoalannya adalah bagaimana mengelola dan mengembangkan pegawai


Distarcip Kota Bandung sehingga dapat dicapai tingkat efisiensi, penyesuaian dan

C-160
prestasi kerja yang tinggi. Penilaian kinerja merupakan suatu hal yang tidak dapat
dipisahkan dari Distarcip. Dukungan dari atasan atau pejabat yang berupa
pengarahan, dukungan sumber daya seperti, memberikan peralatan yang memadai
sebagai sarana untuk memudahkan pencapaian tujuan yang ingin dicapai dalam
pendampingan, bimbingan, pelatihan serta pengembangan akan lebih
mempermudah penilaian kinerja yang obyektif.

Menurut kepala kepegawaian Distarcip Kota Bandung bahwa untuk meningkatkan


kinerja pegawai di lingkungan Distarcip Kota Bandung, perlu ditingkatkan
kompetensi pegawai dengan melakukan pelatihan, secara rutin Distarcip akan
mengutus pegawainya untuk mengikuti pelatihan dan seminar sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pegawai Distarcip.

Selain kompetensi, peningkatan motivasi juga diperlukan untuk meningkatkan


kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung. Perlu diketahui bahwa karyawan tidak
terlepas dari adanya kebutuhan. Setiap karyawan yang bekerja pada organisasi
pada umumnya memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan
yang dimiliki karyawan tersebut tidak hanya terbatas pada kebutuhan fisik tetapi
juga kebutuhan lain yang diharapkan dapat diperoleh dari perusahaan/organisasi
tempat karyawan tersebut bekerja maupun dari sesama pegawai yang ada dalam
perusahaan.

Motivasi merupakan suatu hal yang tidak boleh dilupakan oleh Distarcip Kota
Bandung, banyak hal yang bisa mempengaruhi motivasi pegawai. Berbagai usaha
dapat dilakukan guna mempertahankan atau bahkan meningkatkan motivasi
karyawan dengan memberikan bonus, tawaran kenaikan jabatan, mengadakan
training dan lain sebagainya. Itu menandakan bahwa memang motivasi
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh Distarcip.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti merasa untuk melakukan


penelitian dengan judul : Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Terhadap
Kinerja Pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengukur tingkat kompetensi pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta
Karya Kota Bandung.
2. Untuk mengukur tingkat motivasi pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
Kota Bandung.
3. Untuk mengukur tingkat kinerja pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
Kota Bandung.
4. Untuk mengukur pengaruh tingkat kompetensi terhadap tingkat kinerja
pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung.
5. Untuk mengukur pengaruh tingkat motivasi terhadap tingkat kinerja pegawai
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung.

C-161
Kegunaan Penelitian
Kegunaan Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu manajemen
khususnya manajemen sumber daya manusia mengenai kompetensi, motivasi
serta kinerja karyawan pada suatu organisasi.
Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
Distarcip Kota Bandung untuk memberikan informasi tambahan dalam
mengambil keputusan serta bagi pembuat kebijakan, tentang bagaimana
meningkatkan kompetensi dan motivasi pegawai sehingga kinerja pegawai
meningkat dan dapat tercapainya visi, misi dan tujuan dari Distarcip juga Kota
Bandung.
Hipotesis
Penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh positif dari kompetensi terhadap kinerja pegawai.
2. Terdapat pengaruh positif dari motivasi terhadap kinerja pegawai.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Menurut Travers,
metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah
berlangsung pada saat riset dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari
suatu gejala tertentu (Husein Umar 2002:29). Melalui ini data-data dikumpulkan
dari sumber data primer dan sekunder dimana data primer diperoleh dengan
menyebarkan kuesioner kepada sampel responden untuk memperoleh fakta yang
relevan dan up to date yang dilakukan di lapangan. Penelitian deskriptif disini
bertujuan untuk mengetahui tanggapan pelanggan mengenai objek yang sedang
diteliti.

Penelitian verifikatif adalah pengujian kebenaran dari hipotesis yang ada melalui
pengumpulan data di lapangan dimana dalam penelitian ini akan diuji seberapa
besar pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap kinerja pegawai yang
merupakan hasil studi pada responden yaitu pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta
Karya Kota Bandung

Uji Instrumen
Uji Validitas
Berkaitan dengan pengujian validitas Suharsimi Arikunto (2006:168) menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan uji validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang
valid memiliki validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang memiliki
validitas yang rendah.

Tujuan dilakukannya uji validitas yaitu untuk menguji sejauh mana item
kuesioner yang valid dan mana yang tidak. Hal ini dilakukan dengan cara mencari
korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total pernyataan untuk hasil jawaban
responden yang mempunyai skala pengukuran ordinal minimal serta pilihan
C-162
jawaban lebih dari dua pilihan, perhitungan korelasi antara pertanyaan kesatu
dengan skor total digunakan alat uji korelasi Pearson (product moment coefisient
of correlation) dengan rumus:
n
n n
n X iYi X i Yi
rxy = i =1 i =1 i =1
n 2 n n 2 n
2 2

n X i X i n Yi Yi
i =1 i =1 i =1 i =1

(Suharsimi Arikunto, 2006:170)


Keterangan:
r xy = Koefisien validitas item yang dicari
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Y = Skor total yang diperoleh subjek dari seluruh item
X = Jumlah skor dalam distribusi X
Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
N = Banyaknya responden

Kriteria keputusan pengujian validitas dengan membandingkan r hitung dan r tabel


menggunakan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) n-2 adalah
sebagai berikut:
1. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika r hitung > r tabel
2. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid jika r hitung r tabel

Uji Reliabilitas
Disamping harus valid, instrumen penelitian juga harus dapat dipercaya untuk
dapat dijadikan alat pengumpul data. Menurut Sugiyono (2006:178)
mengemukakan bahwa reabilitas adalah pengukuran yang berkali-kali
menghasilkan data yang sama atau konsisten.
Langkah-langkah dalam menguji reabilitas adalah sebagai berikut:
1) Membuat tabel analisis butir soal
2) Mencari varians tiap butir soal lalu dijumlahkan, dengan rumus varians
sebagai berikut:
2

X


X 2

N
t =
2

N
Dimana:
t 2 = varians
C-163
X = jumlah skor
N = jumlah responden
3) Mencari varians total
4) Masukan kedalam rumus alpha yaitu:
k b
2

r11 = 1
k 1 t2

Dimana:
r 11 = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
b = jumlah varians butir soal
2

Kriteria keputusan pengujian reabilitas dengan membandingkan r hitung dan


r tabel menggunakan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) n-2 adalah
sebagai berikut:
1. Jika r hitung lebih besar dari r tabel , berarti reliabel
2. Jika r hitung lebih kecil sama dengan r tabel , berarti tidak reliable

Analisis Verifikatif
Koefisien Diterminasi
Koefisien determinasi adalah kuadrat koefisien korelasi. Dalam penggunaan
koefisien determinasi dinyatakan dalam persen sehingga harus dikalikan 100%.
Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh yang
terjadi dari variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan asumsi 0 r2 1.

KD = r2 x 100% .
Keterangan:
KD = Nilai koefisien determinan
r = Nilai koefisien korelasi

Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang positif antara
Kompetensi dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta
Karya Kota Bandung. Hipotesis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1: Model regresi

C-164
Keterangan :
X1 = Kompetensi
X2 = Motivasi Kerja
Y = Kinerja Pegawai

Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah
rumus t-student, rumus tersebut adalah sebagai berikut :

N 2
t=r
1 r2

Keterangan:
t = Distribusi student dengan derajat kebebasan (dk) = n-2
r = Koefisien korelasi
N = Banyaknya sampel

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X dan Y, maka


hipotesis tersebut harus dengan ketentuan.

Tabel 1. Kriteria pengambilan keputusan Uji t


Keputusan
Hipotesis T P Keterangan
Pengujian
X1 Y H0 0 t hitung t tabel H 1.1 ditolak P> Tidak
H 1.1 >0 t hitung > t tabel H 1.1 diterima Signifikan
X2 Y
H0 0 t hitung t tabel H 1.2 ditolak P Signifikan
H 1.2 >0 t hitung > t tabel H 1.2 diterima
Ket: Untuk t tabel , derajat kebebasan (df:n-2), dimana
n = jumlah sampel
P = tingkat probabilitas membuat kesalahan
= tingkat kesalahan tertentu

Sedangkan pengujian signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda yang


dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian dapat menggunakan rumus
berikut, yaitu dengan uji F.
R2 / k
Fh =
( )
1 R 2 / (n k 1)
Dimana:
R = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independent
n = Jumlah anggota sampel

Bila F h lebih besar dari F t maka koefisien korelasi ganda yang diuji adalah
signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi. Kriteria keputusan
hipotesisnya adalah sebagai berikut:

C-165
Tabel 2. Kriteria pengambilan keputusan Uji F

Keputusan
Hipotesis F P Keterangan
Pengujian
H0 0 F hitung F tabel H 1 ditolak P> Tidak
XY Signifikan

H1 >0 F hitung > F tabel H 1 diterima P Signifikan


Ket: Untuk F tabel , derajat kebebasan (df:n-k-1), dimana
k = jumlah variabel bebas
n = jumlah sampel
P = tingkat probabilitas membuat kesalahan
= tingkat kesalahan tertentu

Pembahasan
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ditujukan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan
pengaruh secara parsial dari kompetensi (X 1 ) dan motivasi (X 2 ) terhadap kinerja
(Y) pagawai Distarcip Kota Bandung. Berikut ini akan dijelaskan langkah-
langkah pengujian hipotesis.
Koefisien Determinasi
Korelasi ganda dan korelasi determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa
kuat hubungan dan seberapa besar pengaruh kompetensi (X 1 ) dan motivasi (X 2 )
terhadap kinerja pegawai (Y). Untuk menghitung korelasi ganda dan koefisien
determinasi penulis menggunakan program SPSS 19.0 yang hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 3
Tabel 3. Output pengaruh kompetensi dan motivasi
terhadap kinerja pegawai model summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .574 .330 .313 5.97748
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kompetensi
Sumber: Output SPSS 19

Berdasarkan Tabel 3 besarnya angka R square (R2) adalah 0,330. Angka tersebut
dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh kompetensi (X1) dan motivasi
(X2) terhadap kinerja (Y) dengan menghitung koefisien determinasi (KD = R2 x
100% = 0,330x 100% = 33%). Angka tersebut mempunyai maksud bahwa
pengaruh kompetensi (X1) dan motivasi (X2) terhadap kinerja (Y) adalah 33%.
Sedangkan sisanya sebesar 67%, kinerja pegawai Distarcip dipengaruhi oleh
faktor lain diluar kompetensi dan motivasi.

C-166
Uji F Statistik (Uji Hipotesis Simultan)
Tabel 4. Nilai signifikansi uji F ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1354.542 2 677.271 18.955 .000a
Residual 2751.235 77 35.730
Total 4105.776 79
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kompetensi
b. Dependent Variable: Kinerja
Berdasarkan output ANOVA pada tabel 4, maka dapat diperoleh hasil pengujian
hipotesis secara simultan yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji hipotesis secara simultan
Pengujian F hitung F tabel *) P Keputusan Artinya
Pengujian
XY 18,955 3,12 0,000 0,05 H 0 ditolak Kompetensi dan
dan Motivasi
H 1 diterima berpengaruh
positif terhadap
kinerja pegawai
Distarcip Kota
Bandung.
*) F tabel = df: v 1 = 2 dan v 2 = 80-2-1 = 77, F tabel = 3,12.
Untuk menguji hipotesis, langkah awal yang dilakukan adalah melihat besarnya F
hitung. Besarnya F hitung dalam penelitian ini adalah 18,955. Sedangkan F tabel
pada tingkat signifikansi 5% dengan dk penyebut = n-k-1 = 80-2-1 = 77 serta dk
pembilang = 1, diperoleh F tabel sebesar 3,12. Karena F hitung > F tabel, maka
Ho ditolak dan H i diterima. Artinya hipotesis yang menyatakan bahwa
kompetensi (X1) dan motivasi (X2) secara simultan memiliki pengaruh yang
positif terhadap kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung (Y).
Uji t dan Signifikansi
Untuk menguji signifikansi pengaruh independent variable terhadap dependent
variable secara parsial maka dilakukan perbandingan antara nilai t hitung dengan
t tabel . Adapun output koefisien regresi akan diperlihatkan pada tabel 6
Tabel 6. Nilai signifikansi uji t Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 11.035 5.630 1.960 .005
Kompetensi .372 .102 .429 3.649 .000
Motivasi .226 .132 .201 1.709 .009
a. Dependent Variable: Kinerja

C-167
Berdasarkan pada output koefisien regresi pada tabel 6, maka dapat diperoleh
hasil pengujian hipotesis secara parsial yang dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil uji hipotesis secara parsial


Pengujian t hitung t tabel *) P Keputusan Artinya
Pengujian
X1 Y 3.649 1,664 0,000 0,05 H 1.1 Kompetensi
diterima berpengaruh
positif terhadap
kinerja pegawai

Motivasi
X2 Y 1,709 1,664 0,043 0,05 berpengaruh
H 1.2 positif terhadap
diterima kinerja pegawai
*) t tabel = df: 80-2-1 = 77, t tabel = 1,664

Berdasarkan pengujian pada tabel 7 uji t hitung yang diperoleh sebesar 3.649
untuk kompetensi dan 1,709 untuk motivasi. Untuk = 0,05 dan df = n-k-1 = 77
diperoleh t tabel sebesar 1,6648. Dengan membandingkan besarnya t hitung dan t
tabel diperoleh keputusan sebagai berikut :
Besarnya t hitung kompetensi sebesar 3,649 dan besarnya t hitung motivasi
sebesar 1,709 lebih besar dari t tabel sebesar 1,6648. Dengan demikian Ho ditolak
dan Ha diterima. Dengan ditolaknya Ho maka kompetensi berpengaruh positif
terhadap kinerja pegawai dengan besarnya pengaruh kompetensi terhadap kinerja
karyawan sebesar 42,9%, sedangkan motivasi berpengaruh positif terhadap
kinerja pegawai dengan besarnya pengaruh motivasi terhadap kinerja sebesar
20,1%.

Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa secara simultan kompetensi dan motivasi berpengaruh
secara positif terhadap kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung. Hasil penelitian
kompetensi dan motivasi terhadap kinerja Distarcip Kota Bandung dijelaskan
berikut ini :
Kompetensi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Besarnya pengaruh
kompetensi terhadap kinerja di Distarcip Kota Bandung adalah 42,9%. Sedangkan
sisanya sebesar 57,1%, kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung dipengaruhi oleh
faktor lain diluar kompetensi pegawai.
Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Besarnya pengaruh
motivasi terhadap kinerja di Distarcip Kota Bandung adalah 20,1%. Sedangkan
sisanya sebesar 79,9%, kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung dipengaruhi oleh
faktor lain diluar motivasi pegawai.

C-168
Kompetensi dan Motivasi berpengaruh positif terhadap Kinerja pegawai.
Besarnya pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap kinerja di Distarcip Kota
Bandung adalah 33%. Sedangkan sisanya sebesar 67%, kinerja pegawai Distarcip
Kota Bandung dipengaruhi oleh faktor lain diluar kompetensi dan motivasi
pegawai.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Hasil analisis data menunjukan bahwa kompetensi dan motivasi mempengaruhi
kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung. Mengenai besarnya pengaruh
kompetensi dan motivasi terhadap kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Tingkat kompetensi, motivasi dan kinerja pegawai Distarcip berada pada
kategori tinggi.
Tingkat kompetensi mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kinerja
pegawai Distarcip Kota Bandung. Sehingga semakin tinggi tingkat
kompetensi maka semakin tinggi tingkat kinerja pegawai Distarcip Kota
Bandung
Tingkat motivasi mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kinerja
pegawai Distarcip Kota Bandung. Sehingga semakin tinggi tingkat motivasi
yang dimiliki pegawai maka semakin tinggi tingkat kinerja pegawai Distarcip
Kota Bandung.
Saran
Saran yang disampaikan peneliti terhadap Distarcip Kota Bandung yaitu :
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis mengenai pengaruh kompetensi dan
motivasi terhadap kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung, diketahui bahwa
kompetensi dan motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja. Oleh karena itu
peneliti menyarankan kepada Distarcip Kota Bandung untuk selalu meningkatkan
kompetensi dan motivasi pegawai secara berkala agar berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung. Sehingga akan
menumbuhkan sikap loyalitas pegawai yang tinggi dan akan tercapainya tujuan
dari Distarcip Kota Bandung.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan


Praktek, Jakarta, Rineka Cipta.
Husein Umar, 2003, Metode Penelitian dan Aplikasi Dalam Pemasaran, Jakarta,
Gramedia Pustaka Umum.
Sugiyono, 2004, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, CV Alphabeta.
Sugiyono, 2007, Metodologi Penelitian Bisnis, Bandung, Alfabeta.
Yuniarsih, Tjutju., Suwatno, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia : Teori,
Aplikasi dan Isu Penelitian, Bandung, Sekolah Pasca Sarjana UPI dan Alfabeta.

C-169

You might also like