You are on page 1of 20

GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY

VOLUME 1, NO. 3, DESEMBER 2015: 173 192


ISSN: 2407-7801

Pelatihan Teknik Relaksasi untuk Menurunkan Kecemasan


pada Primary Caregiver Penderita Kanker Payudara
Aprilya Dewi Kartika Sari1, Subandi2
Program Magister Profesi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. This study was aimed to examine the effects of relaxation technique training to
decrease anxiety level for family who care patient cancer at home. The participants of this
study was participated by five participants who had medium and high level of anxiety. The
design of the experiment was small N sample experiment, ABA design. The level of anxiety
was measured quantitatively by adapted BAI scale. The treatment given to all participants
was relaxation technique training. The training consisted of eight session, held for two
weeks. The qualitative analysis was executed by analyzing of observation, interview, and
homework. Statistic non parametric Wilcoxon and visual inspection graphics were used to
analyze the change of anxiety level before, during and after the training quantitavely There
was significant score between base line and during training measurement, which Z=-0,023
and p=0,0215 (p<0,05), there was significant score between during training and follow up
measurement, which Z=-0,023 and p=0,0215 (p<0,05) and there was significant score between
base line and follow up measurement, which Z=-2,041 and p=0,0205 (p<0,05). The result of
this study showed that relaxation technique training was proven to be able to decrease
anxiety level of each participants.
Keywords: anxiety, breast cancer, primary caregiver, relaxation techique training

Abstrak. Penelitian ini bertujuan menguji efek pelatihan teknik relaksasi untuk menurunkan
kecemasan pada primary caregiver penderita kanker payudara di rumah. Partisipan penelitian ini
adalah lima orang yang memperoleh skor skala kecemasan pada kategori sedang dan tinggi.
Rancangan eksperimen menggunakan small N sample experiment, desain ABA. Instrumen yang
digunakan adalah skala kecemasan BAI yang telah diadaptasi. Tritmen yang diberikan adalah
pelatihan teknik relaksasi terdiri dari delapan sesi yang dilaksanakan selama kurang lebih dua
minggu. Hasil analisis kuantitatif menggunakan statistik nonparametrik Wilcoxon dan grafik
visual inspection menunjukkan adanya skor perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
selama mengikuti pelatihan dengan Z=-2,023 dan p=0,0215 (p<0,05), adanya skor perbedaan yang
signifikan antara sebelum dan setelah mengikuti pelatihan dengan Z=-2,041 dan p=0,0205
(p<0,05), serta adanya skor perbedaan yang signifikan antara selama dan setelah mengikuti
pelatihan dengan Z=-2,023 dan p=0,0215 (p<0,05). Analisis kualitatif dilakukan dengan
menganalisis observasi, wawancara dan lembar kerja sebagai pendukung. Hasil yang didapatkan
memperlihatkan bahwa pelatihan teknik relaksasi terbukti dapat menurunkan tingkat kecemasan
pada masing-masing partisipan.
Kata kunci: kecemasan, primary caregiver, kanker payudara, pelatihan teknik relaksasi

1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dialakukan melalui: aprilya_dks@yahoo.co.id


2 Atau melalui: subandi@ugm.ac.id

173 E-JURNAL GAMA JPP


TEKNIK RELAKSASI, MENURUNKAN KECEMASAN, PRIMARY CAREGIVER, KANKER PAYUDARA

Kanker merupakan penyakit yang an menurun sampai 10 hari. Hal ini


ditakuti oleh semua orang, insiden kanker mengakibatkan tanggung jawab perawatan
di Indonesia menunjukkan angka 180 per penderita kanker tidak hanya dilakukan
100 ribu penduduk pertahun dengan ting- oleh rumah sakit, namun mulai dikembang-
kat mortalitas yang cukup tinggi. Morbi- kan perawatan penderita kanker yang dapat
ditas wanita yang terkena kanker payudara dilakukan di rumah (Van den Velde,
dan kanker ginekologi (serviks, rahim, dan Bosman, & Wagener, 1999).
ovarium) menduduki peringkat teratas, Pada saat penderita menjalani sebagian
dimana sebanyak 21%, atau 1:20 wanita besar perawatan di rumah maka mayoritas
terserang penyakit kanker payudara dan tanggung jawab penyediaan perawatan
kanker rahim (Probosuseno, 2007). Sedang- lanjutan dilakukan oleh primary caregiver
kan tingkat mortalitas penyakit kanker pada seperti anggota keluarga atau perawat khu-
perempuan cukup tinggi, dengan urutan sus yang ditugaskan (Grov, Dahl, Moum, &
pertama adalah kanker serviks (36,6%), Fossa, 2005). Peran keluarga menjadi sangat
kanker hati (7,52%) kemudian kanker payu- penting dalam memberikan perawatan
dara (7%) (Sukardja, 2000; Warsito, 2008). pada penderita. Secara umum primary
Perkembangan pengobatan saat ini caregivers atau significans others, merupakan
menjadikan kanker bukan penyakit mema- pasangan hidup (suami atau istri), orang
tikan namun merupakan suatu penyakit tua, anak, dan kerabat dekat yang bertang-
kronis yang membutuhkan pengobatan dan gung jawab dalam merawat dan melayani
perawatan dalam periode waktu yang lama penderita. Tanggung jawab yang dilakukan
(Kanker-Sharing, 2008; Chronical Medic, oleh primary caregiver disesuaikan dengan
2008). Meskipun tingkat kesembuhan pen- status kinerja penderita, antara lain selalu
derita kanker tergantung pada stadium berada dekat dengan penderita, menyiap-
kanker yang dideritanya dan pada stadium kan makanan, memberikan obat, belanja,
berapa penderita memulai pengobatan, membantu aktivitas keseharian, menjadi
semakin dini diketahui semakin besar pesuruh, membuat keputusan, membantu
kemungkinan sembuh. Berdasarkan peneli- perawatan medis di rumah, dan memberi-
tian yang dilakukan oleh Aryandono (2005) kan dukungan sosial-emosional (Li &
pada tahun 2005 dari 1269 kunjungan kan- Sprague, 2002; Grov et al., 2005; Kennard,
ker di Rumah Sakit dr. Sardjito, kunjungan 2006).
penderita kanker payudara merupakan Berdasarkan besarnya tanggung jawab
kunjungan terbanyak pertama yaitu 31,1%, yang dilakukan, maka pelayanan psiko-
sebagian besar penderita kanker payudara sosial tidak hanya diberikan pada penderita
yang datang sudah pada stadium III kanker saja namun diberikan juga pada
(48,26%), dan terjadi pergeseran umur orang yang memberikan perawatan atau
penderita kanker payudara, menjadi lebih primary caregiver, karena merawat penderita
muda yaitu 3549 tahun. kanker dalam jangka waktu yang lama
Perkembangan perawatan psikososial merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
untuk penderita kanker payudara meng- Kondisi tersebut dapat memunculkan
alami perubahan cukup pesat, dari penyakit perasaan khawatir akan kehilangan orang
rumah sakit menjadi penyakit rumah, yang dirawatnya, adanya perasaan cemas
dimana pada tahun 1970-an perawatan terhadap masa depan orang yang dirawat,
kanker di rumah sakit rata-rata empat masa depan dirinya serta keluarga yang
minggu, dan pada permulaan tahun 1990- menjadi tanggungannya, bahkan beberapa

174 E-JURNAL GAMA JPP


SARI & SUBANDI

mengalami depresi atau merasa tidak ada kitkan, dimana hal tersebut sangat sensitif
lagi harapan terhadap masa depan (Van den terjadi karena berhubungan dengan respons
Velde, et al., 1999; Li & Sprague, 2002; Stetz yang diterima oleh autonomic nervous system
& Brown, 2004; Zmuda, 2000; Grov, et al., (ANS), sehingga pada saat seseorang meng-
2005). Berdasarkan penelitian Burgens alami suatu peristiwa yang hampir serupa
(dalam Aryandono, 2005), hampir 50% maka respons yang sama yaitu cemas akan
penderita diagnosis kanker payudara dan muncul lebih cepat. Hal ini sangat mungkin
keluarganya mengalami kecemasan pada terjadi pada caregiver pernderita kanker
tahun-tahun pertama. Semakin muda usia payudara mengalami kecemasan pada saat
seseorang pada saat didiagnosa mempunyai merawat penderita kanker. Caregiver pende-
kanker payudara maka kecemasannya pun rita kanker payudara akan mengalami kece-
akan semakin tinggi, karena penderita dan masan, karena menghadapi kondisi yang
keluarga menghadapi proses pengobatan tidak dapat diprediksi, perubahan kondisi
yang lama. Selain itu, penderita dan emosi dan perilaku penderita kanker
keluarga juga harus menghadapi prosedur payudara seiring dengan stadium kanker
medis yang rumit dan lama pada saat yang diderita, terapi yang harus dijalani
menggunakan asuransi kesehatan yang (Fourianalistyawati, 2007), stadium kanker
disediakan pemerintah (Fourianalistyawati, yang terus meningkat, kurangnya informasi
2007). yang didapatkan mengenai kondisi dan
Pada dasarnya, kecemasan dalam keparahan penyakit kanker payudara (How
derajat normal sebenarnya sesuatu yang can I get, 2008; Hawari dalam Zuhdi, 2008).
sehat dan adaptif. Normal apabila individu Menurut Daradjat (dalam Affandi,
sedikit mencemaskan aspek-aspek yang 2008) cemas yang muncul pada primary
terjadi dalam kehidupannya. Kecemasan caregiver merupakan akibat dari melihat dan
bermanfaat apabila hal tersebut mendorong mengetahui adanya bahaya yang mengan-
individu untuk melakukan koping yang cam dirinya, dimana cemas ini lebih dekat
dapat dilakukannya, tetapi kecemasan da- pada rasa takut karena sumbernya jelas.
pat menjadi abnormal apabila tingkatannya Kecemasan dapat muncul pada primary
tidak sesuai dengan proporsi ancaman kare- caregiver yang memberikan perawatan pada
na mengganggu kualitas hidup seseorang penderita kanker dapat terjadi setelah jang-
(Nevid, 2003). Beck menjelaskan bahwa ka waktu perawatan antara lima atau enam
seringkali individu yang cemas memiliki bulan (Degruy & Staton, 2002; Stetz &
asumsi yang tidak realistik karena individu Brown, 2004; Manzoni, Pagnini, Castel-
tersebut akan selalu menganggap bahwa nuovo, & Molinari, 2008).
situasi atau orang lain tidak aman bagi diri- Pada primary caregiver penderita kanker
nya dan selalu memikirkan sesuatu yang pada umumnya mengalami gejala kecemas-
buruk pasti akan terjadi. Individu ini memi- an sebagai berikut: (1) fisik, seperti detak
liki asumsi bahwa situasi yang dihadapi jantung tidak teratur, nyeri dada, sesak na-
sebagai suatu situasi yang berbahaya dan fas atau nafas menjadi pendek, berkeringat,
menimbulkan ancaman (Bennet, 2003). kejang otot, mulut kering, pusing, sakit
Eysenck (dalam Strongman, 2003), kepala, dan gangguan pencernaan, kegeli-
dalam teori perilakuan menyatakan bahwa sahan, kegugupan, pingsan, merasa lemas
kecemasan adalah proses belajar yang beru- atau mati rasa, sulit tidur, kerongkongan
lang dari suatu peristiwa yang membuat terasa tersekat atau adanya sensasi tercekik,
cemas atau suatu perasaan yang menya- leher atau punggung terasa kaku, panas

E-JURNAL GAMA JPP 175


TEKNIK RELAKSASI, MENURUNKAN KECEMASAN, PRIMARY CAREGIVER, KANKER PAYUDARA

dingin, mual atau muntah, sakit perut, dan lainnya (Kazdin, 2001). Secara fisiologis,
sering buang air kecil, dan juga diare, (2) pelatihan relaksasi memberikan respons
pikiran, seperti menganggap dirinya tidak relaks, dimana dapat diidentifikasikan
mampu mengatasi ancaman, menganggap dengan menurunnya tekanan darah, detak
tidak ada yang dapat menolong dirinya dan jantung dan meningkatkan resisten kulit
memikirkan sesuatu yang buruk akan (Henrink, 1980). Pada dasarnya teknik
terjadi, khawatir tentang sesuatu, ketakutan relaksasi termasuk ke dalam pendekatan
akan ketidakmampuan menghadapi masa- terapi perilakuan, dengan teknik-teknik
lah, sulit konsentrasi, impulsif, dan (3) pera- yang dikembangkan terfokus pada kom-
saan, seperti panik, menjadi tidak sabar, ponen yang berulang, misalnya kata-kata,
munculnya perasaan yang berlawanan suara, prayer phrase, body sensation atau
dalam waktu bersamaan, sensitif, gugup, aktivitas otot (Kazdin, 2001).
mudah tersinggung, gelisah dan panik, Pelatihan teknik relaksasi yang dilaksa-
Khawatir akan kehilangan orang yang nakan dalam penelitian ini merupakan
dirawatnya, khawatir tidak memberikan adaptasi dari pelatihan teknik relaksasi un-
perawatan yang baik, khawatir dengan tuk menurunkan kecemasan pada primary
masa depan orang yang dirawat serta caregivers pada anak dengan penyakit kronis
keluarganya (Greenberg & Padesky, 1995; (Hernandez & Kolb, 1998), dan pelatihan
Nevid, Rathus, & Greene, 2005; National teknik relaksasi untuk meningkatkan fungsi
Alliance Caregiving, 2006; Scholten, 2006; imun tubuh pada keluarga yang merawat
Miller, 2008). Kecemasan yang dialami penderita demensia (Hosaka & Sugiyama,
primary caregiver kemungkinan besar dapat 2003). Penelitian teknik relaksasi ini terdiri
menyebabkan gangguan fisik-fisiologis aki- atas delapan sesi dengan durasi 2-3 jam dan
bat menurunnya imun tubuh dan akan dilakukan dalam kelompok. Teknik-teknik
merusak tubuh bioplasmatik yang meng- yang akan dilatihkan dalam pelatihan
akibatkan badan lemah dan berbagai teknik relaksasi berupa: (1) deep breathing
keluhan fisik muncul (Nijboer, Tempelaar, relaxation, selanjutnya disebut Relaksasi
Sanderman, Triemstra, Spruijt, & Van Den Pernafasan Dalam (RPD), (2) progressive
Bos, 1998; Affandi, 2008). muscle relaxation, selajutnya disebut Relaksa-
Oleh karena itu, pemberian pertolong- si Otot Progresif (ROP), dan (3) guided ima-
an psikologis perlu diberikan pada primary gery relaxation, selanjutnya disebut Relaksasi
caregiver untuk menurunkan kecemasan dan Imajeri Terpandu (RIT).
meningkatkan imunitas tubuh (Deviana, Teknik pertama yang dilatihkan dalam
2007; Arief, 2008). Tritmen yang diberikan pelatihan teknik relaksasi adalah RPD.
harus disesuaikan dengan kebutuhan bagi Relaksasi pernafasan ini memiliki fungsi
penderita dan keluarganya seperti informasi untuk merelakskan tubuh dengan mengatur
kesehatan dan pengelolaan emosi yang pernafasan secara teratur, pelan dan dalam,
mendukung keluarga penderita kanker atau karena pada saat kondisi kita merasakan
primary caregiver (Probosuseno, 2007). stres atau cemas maka tubuh akan tegang
Salah satu terapi perilakuan yang dila- dan pernafasan menjadi pendek (Davis,
kukan dalam penelitian ini dengan meng- Eshelman, & McKay, 1995). Teknik kedua
gunakan teknik relaksasi, yang merupakan yang dilatihkan adalah ROP. ROP merupa-
teknik self-control, dimana teknik relaksasi kan relaksasi yang dimulai dari relaksasi
berguna untuk meregulasi emosi dan fisik pergerakan satu otot ke otot yang lain, saat
individu dari kecemasan, ketegangan, stres otot satu telah terasa rileks beralih ke otot

176 E-JURNAL GAMA JPP


SARI & SUBANDI

yang lain, sampai seluruh tubuh dapat payudara dengan stadium IIb sampai IV
rileks. Teknik ketiga yang dilatihkan dalam dan terdaftar sebagai pasien rujukan Pus-
pelatihan teknik relaksasi adalah RIT. RIT kesmas K; merawat penderita yang tidak
atau mental imagery atau visualisasi, teknik mampu menjalankan suatu aktivitas lebih
relaksasi yang menggunakan kekuatan dari 50%, lebih banyak berada di kursi
pikiran untuk menghadirkan kembali sampai hanya mampu aktivitas di tempat
suasana menenangkan atau situasi di mana tidur dalam kesehariannya; telah merawat
seseorang dapat mencapai suatu tempat penderita kanker selama enam bulan atau
yang damai, menyenangkan dan tenang, lebih; pendidikan minimal SMP; usia
kemudian situasi tersebut divisualisasikan partisipan 20 tahun atau masih dalam usia
dengan mendengarkan suara, merasakan produktif; mengalami kecemasan sedang
sentuhan, udara yang berhembus atau meli- dan atau tinggi berdasar Beck Anxiety Inven-
hat warna-warni yang ada (Greenberg, tory yang telah diadaptasi.
2002; Tusek & Cwynar, 1999).
Pelatihan ini dilakukan secara berke- Alat atau Materi
lompok. Pelatihan yang dilakukan secara Alat atau materi yang digunakan dalam
kelompok memiliki efek positif, yaitu saat pelatihan ini antara lain:
seseorang berada dalam situasi kelompok
1. The Beck Anxiety Inventori (BAI), diguna-
yang memiliki karakteristik atau perma-
kan untuk mengetahui tingkat kecemas-
salahan yang sama memungkinkan adanya
an partisipan penelitian yang didiagnosa
saling mendukung satu dengan yang lain,
mengalami gangguan kecemasan.
sharing pengalaman antar partisipan, pertu-
karan informasi dan adanya perasaan 2. Modul pelatihan, disusun oleh peneliti
kebersamaan antar partisipan sebagai berisi manual atau panduan bagi fasili-
kelompok dukungan bagi keluarga yang tator dalam proses pelatihan.
merawat penderita kanker (Nijboer, et al., 3. Buku pegangan, berisi materi pelatihan
1998; Hosaka & Sugiyama, 2003; Grov, et al., dan lembar kerja. Buku pegangan diba-
2005). wa partisipan sebagai pegangan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (handout) yang harus dibawa pada setiap
menguji efektivitas pelatihan teknik pertemuan dan lembar kerja sebagai
relaksasi untuk menurunkan kecemasan tugas rumah yang dapat diisi oleh parti-
pada primary caregiver penderita kanker. sipan sebagai evaluasi dan pemantauan
Hipotesis penelitian ini adalah pelatihan mengenai kemajuan atau peningkatan
teknik relaksasi dapat menurunkan yang terjadi selama pelatihan.
kecemasan pada primary caregiver penderita 4. Lembar pedoman wawancara dan obser-
kanker. vasi selama proses terapi berlangsung.
5. Lembar evaluasi. Lembar evaluasi yang
Metode diisi oleh partisipan sebagai evaluasi dari
pelatihan yang telah diikuti.
Partisipan 6. Informed concern, merupakan lembar per-
Partisipan yang dilibatkan dalam pene- setujuan yang menyatakan kesediaan
litian ini berjumlah lima orang. Kriteria penderita untuk menjadi partisipan
inklusi dalam penelitian ini adalah memiliki penelitian.
anggota keluarga yang menderita kanker

E-JURNAL GAMA JPP 177


TEKNIK RELAKSASI, MENURUNKAN KECEMASAN, PRIMARY CAREGIVER, KANKER PAYUDARA

7. Audio CD dan kaset yang berisi rekaman Observasi dilakukan untuk memper-
instruksi relaksasi. Rekaman instruksi oleh data mengenai perilaku partisipan
relaksasi dibuat sendiri oleh peneliti dan selama proses pelatihan berlangsung.
dibagikan kepada masing-masing parti-
sipan sebagai panduan pada saat mela- Rancangan Eksperimen
kukan latihan relaksasi mandiri di
Penelitian ini menggunakan rancangan
rumah.
small N experiment, desain ABA. Desain ABA
8. Perlengkapan audio visual. merupakan desain eksperimental yang
terdiri atas pengulangan pengukuran peri-
Manipulasi-Intervensi laku partisipan dalam tiga fase yaitu: fase A
Intervensi yang dilakukan berupa pela- merupakan fase pengukuran sebelum trit-
tihan teknik relaksasi untuk menurunkan men, fase B merupakan fase pengulangan
kecemasan pada primary caregiver kanker pengukuran pada saat diberikan tritmen,
payudara. Pelatihan teknik relaksasi diren- dan kembali pada fase A merupakan fase
canakan berlangsung selama delapan sesi pengukuran setelah tritmen (Kazdin, 2001).
dalam empat kali pertemuan. Setiap Pada penelitian ini desain ABA adalah
pertemuan diisi dengan dua sesi selama 2-3 sebagai berikut: (1) Fase sebelum tritmen
jam, sehingga total waktu yang diperlukan (A), dalam fase ini akan diukur tingkat
dalam pelatihan ini adalah dua minggu. kecemasan untuk melihat kondisi partisipan
Pemberian pelatihan teknik relaksasi meng- sebelum dilakukan tritmen. (2) Fase selama
gunakan metode edukasi, berbagi penga- menjalani tritmen (B), dalam fase ini akan
laman (sharing), diskusi serta tiga teknik diberikan perlakuan berupa pelatihan tek-
relaksasi yaitu relaksasi pernafasan RPD, nik relaksasi dan diukur tingkat kecemasan
ROP, dan RIT. setiap kali selesai proses pelatihan untuk
melihat kondisi partisipan pada saat
Pengukuran menjalani tritmen berupa pelatihan teknik
relaksasi, dan (3) Fase setelah tritmen (A),
BAI digunakan untuk mengukur ting- dalam fase ini akan diukur tingkat kece-
kat kecemasan partisipan sebelum perla- masan ketika partisipan sudah tidak
kuan, selama perlakuan, sesudah perlakuan menjalani tritmen, yaitu dua minggu setelah
dan follow-up. berakhirnya proses tritmen.
Berbagi pengalaman (sharing), dilaku-
kan untuk memperoleh data kualitatif Analisis Data
mengenai pengalaman yang dirasakan
Pengujian hipotesis dilakukan secara
partisipan selama proses pelatihan, manfaat
kuantitatif menggunakan teknik visual
yang dirasakan setelah mengikuti pelatihan
inspection (Barlow & Hersen, 1984). Lang-
serta faktor-faktor yang mendukung dan
kahnya adalah dengan menampilkan dalam
menghambat proses penerapan latihan
grafik skor kecemasan fase awal, selama
teknik relaksasi dalam kehidupan sehari-
pelatihan dan fase setelah mendapatkan
hari maupun saat memberikan perawatan
pelatihan pada masing-masing partisipan.
pada penderita kanker.
Selain itu dilakukan analisis kuantitatif
Wawancara dilakukan untuk memper- untuk melihat perbedaan perubahan skor
oleh data kualitatif mengenai perkembang- kecemasan dengan teknk analisis nonpara-
an dan perubahan perilaku partisipan metrik Wilcoxon.
setelah mengikuti pelatihan.

178 E-JURNAL GAMA JPP


SARI & SUBANDI

Analisis kualitatif diperoleh dari hasil Uji coba alat ukur dilakukan pada perawat,
wawancara, berbagi pengalaman (sharing) keluarga pasien, pasien dan masyarakat
dan lembar kerja yang diisi di rumah. umum. BAI adaptasi yang digunakan
Analisis kualitatif dilakukan untuk menge- peneliti adalah BAI yang telah diuji terakhir
tahui dinamika psikologis pengaruh pela- pada 200 orang.
tihan teknik relaksasi terhadap penurunan
3. Proses pemilihan dan pembekalan
kecemasan dan sebagai evaluasi terhadap fasilitator dan ko-fasilitator
kondisi partisipan setelah pelatihan dan
Pelatihan teknik relaksasi diberikan
bagaimana kemajuan partisipan dalam
oleh seorang fasilitator kepada lima
melakukan teknik relaksasi, serta teknik
partisipan secara berkelompok. Kualifikasi
mana yang lebih efektif pada masing-
fasilitator dalam pelatihan teknik relaksasi,
masing partisipan.
yaitu: (a) Psikolog atau mahasiswa Magister
Profesi Psikologi yang telah melakukan
Persiapan Penelitian
praktik kerja profesi; (b) Menguasai teknik-
1. Proses penyusunan modul pelaksanaan teknik relaksasi; (c) Pernah menjadi
pelatihan teknik relaksasi
fasilitator atau ko-fasilitator dalam
Peneliti terlebih dulu mempelajari ten- pelatihan, dan (d) Memiliki kemampuan
tang kanker yang dapat menyerang pada interpersonal yang baik dan memiliki
perempuan, pengaruh diagnosa kanker beberapa kualifikasi keterampilan sebagai
terhadap penderita kanker dan keluarga- konselor antara lain hangat, penuh
nya, kecemasan yang dialami oleh keluarga penerimaan dan empatik.
penderita kanker, dan pelatihan teknik
Kualifikasi ko-fasilitator: (a) Mahasiswa
relaksasi sebagai salah satu pendekatan
Magister Profesi Psikologi yang telah mela-
yang digunakan untuk menurunkan kece-
kukan praktik kerja profesi; (b) Menguasai
masan pada keluarga penderita kanker.
teknik-teknik relaksasi; (c) Pernah menjadi
Melakukan studi pendahuluan untuk
fasilitator atau ko-fasilitator dalam pelatih-
menindak lanjuti hasil kajian pustaka
an, dan (d) Memiliki kemampuan interper-
dengan teknik wawancara kepada dokter
sonal yang baik dan memiliki beberapa
dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan
kualifikasi keterampilan sebagai konselor
psikolog di Puskesmas yang menangani
antara lain hangat, penuh penerimaan dan
kasus keluarga penderita kanker. Kemudian
empatik.
modul disusun berdasarkan prinsip-prinsip
dasar tentang kondisi keluarga yang mera- Setelah mendapatkan fasilitator dan ko-
wat penderita kanker dengan materi fasilitator yang sesuai dengan kualifikasi
menurunkan kecemasan melalui pelatihan dan memiliki waktu yang sesuai dengan
teknik relaksasi. pelaksanaan pelatihan teknik relaksasi, dila-
kukan pembekalan dengan tujuan agar
2. Proses uji coba alat ukur fasilitator dan ko-fasilitator memahami
Uji coba alat ukur BAI sebelumnya materi pelatihan, prosedur pelaksanaan
dilakukan oleh Sasmitawati (2008) dan pelatihan serta memudahkan dalam mela-
Mendoza (2008) dengan partisipan 130 kukan pelatihan.
orang, dimana aitem yang gugur adalah
4. Proses uji coba modul
aitem 5, 11, 14 dan 17. Peneliti menambah
70 partisipan sehingga total partisipan uji Modul pelatihan teknik relaksasi diuji
coba alat ukur menjadi 200 orang, dengan coba terlebih dahulu sebelum digunakan
aitem yang gugur adalah 5, 11, 14 dan 20. dalam penelitian, untuk mengetahui apakah

E-JURNAL GAMA JPP 179


TEKNIK RELAKSASI, MENURUNKAN KECEMASAN, PRIMARY CAREGIVER, KANKER PAYUDARA

prosedur pelatihan yang meliputi durasi kanker payudara di wilayah Puskesmas K


waktu, kalimat instruksi, serta materi pada serta empat peserta uji coba modul yang
ketiga teknik relaksasi dapat dipahami oleh menunjukkan penurunan kecemasan pada
peserta. Uji coba modul diberikan pada skor BAI. Skrining dilanjutkan dengan
keluarga yang merawat penderita penyakit dengan melakukan kunjungan rumah, dan
kronis sebanyak 10 orang. Berdasarkan hasil wawancara untuk mengetahui kondisi calon
uji coba modul diketahui pada panduan partisipan, selain itu diberikan juga tes
fasilitator terdapat perbedaan perkiraan kecemasan dengan BAI untuk mendapatkan
waktu dimana waktu yang telah ditentukan data base line. Partisipan diminta kese-
dalam modul lebih lama dibandingkan diaannya untuk mengikuti pelatihan yang
waktu saat dilakukan uji coba modul, seper- telah ditentukan pertemuannya dengan
ti waktu relaksasi pernafasan dalam dari 20 mengisi informed consent. Setelah itu,
menit waktu yang diperkirakan ternyata partisipan diberi undangan untuk hadir
hanya membutuhkan waktu 15 menit. pada pertemuan pertama dari pelatihan
Selain itu terdapat beberapa instruksi relak- teknik relaksasi. Tabel 1 adalah daftar
sasi yang sulit dilakukan oleh peserta, peserta pelatihan teknik relaksasi.
seperti pada saat instruksi relaksasi perna-
fasan dalam tidak ada hitungan. Pelaksanaan Penelitian

5. Penentuan partisipan Pelaksanaan pelatihan teknik relaksasi


Partisipan yang menjadi partisipan terdiri dari delapan sesi yang dilaksanakan
dalam penelitian ini adalah primary caregiver dalam empat kali pertemuan, dengan
pasien yang terdaftar sebagai pasien masing-masing pertemuan berlangsung
rujukan dari salah satu puskesmas di selama 2-3 jam.
Kabupaten Sleman Primary caregiver
penderita kanker yang menjadi partisipan Tabel 3
penelitian adalah pasangan hidup (suami), Jadwal Pelaksanaan Pelatihan Teknik Relaksasi
anak, orang tua atau saudara. Pertemuan Keterangan
Keluarga penderita kanker yang berada Pertama Base line 2
di wilayah Puskesmas K diundang dalam
Kedua Post test 1 (BAI)
acara pertemuan dengan mengundang
Ketiga Post test 2 (BAI)
pembicara dari YKI, yaitu dr. Probosuseno,
Sp.PD.K.Ger. dan juga mengundang peserta Keempat Post test 3 (BAI)
dari keluarga yang merawat penderita

Tabel 1
Daftar Peserta Pelatihan Teknik Relaksasi

Usia Masa Rawat


No Subjek JK Keterangan
(th) (th)
1 Prt P 59 1 Mertua penderita
2 Mnr P 47 2 Keponakan penderita
3 Ryd L 20 2 Anak penderita
4 Jwr L 37 1 Suami penderita
5 AS L 40 2 Suami penderita

180 E-JURNAL GAMA JPP


SARI & SUBANDI

Hasil didapatkan hasil untuk masing-masing


partisipan. Gambar grafik yang
Pada penelitian ini, pemberian pela- menunjukkan perubahan skor partisipan di
tihan teknik relaksasi dalam menurunkan tiap pengukuran dapat dilihat pada Gambar
tingkat kecemasan pada keluarga yang 5.
merawat penderita kanker memberikan efek
Grafik pada Gambar 5 menunjukkan
positif bagi keluarga. Hal ini dibuktikan
skor kecemasan pada masing-masing
secara analisis kuantitatif dan kualitatif.
partisipan mengalami penurunan skor BAI
Analisis kuantitatif dengan metode visual
dari pengukuran pertama, kedua dan
inspection dan analisis perbedaan Wilcoxon
ketiga. Berdasarkan Gambar 5, yang
menunjukkan bahwa skor kecemasan tam-
selanjutnya dilakukan uji statistik dengan
pak mengalami penurunan pada setiap
analisis nonparametrik Wilcoxon, untuk
pengukurannya.
melihat pengaruh pelatihan teknik relaksasi
Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis terhadap penurunan kecemasan pada
kuantitatif dengan visual inspection yang primary caregiver dapat dilihat pada Tabel 4.

Perubahan Skor BAI

60

55
54

50
48
47 47
46
45
42
40 40 40
38
35
Skor BAI

31
30 30

25
22 22
21
20 20 20 20
18 18 18
15 15

10

0
up
1

t1

t2

t3
e

w
lin

lin

te

te

te

llo
se

se

st

st

st

Fo
Po

Po

Po
Ba

Ba

Subjek Prt Subjek Mnr Subjek Ryd Subjek Jwr Subjek AS

Gambar 5. Grafik skor kecemasan masing-masing partisipan

Tabel 4
Hasil Perhitungan uji beda dengan Wilcoxon
Post test 1- Post test 2- Post test 3- Follow up- Follow up-
Base line 2 Post test 1 Post test 2 Post test 3 Base line 2
Z -2,023a -2,023a -1,753a -1,000a -2,032a
Sig. (2-tailed) 0,043 0,043 0,080 0,317 0,042
Sig. (2-tailed) 0,0215 0,0215 0,040 0,160 0,021
a. Based on positive ranks
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

E-JURNAL GAMA JPP 181


TEKNIK RELAKSASI, MENURUNKAN KECEMASAN, PRIMARY CAREGIVER, KANKER PAYUDARA

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui golongan ekonomi menengah ke bawah


bahwa ada perbedaan yang signifikan dengan mata pencaharian buruh, hanya Prt
penurunan skor kecemasan pada tiap yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
partisipan antara baseline 2, hasil (PNS). Meskipun mereka dapat memakai
pengukuran selama pelatihan diberikan dan asuransi kesehatan dari pemerintah bagi
hasil follow up. Pada pengukuran baseline 2 keluarga miskin atau mendapat bantuan
dan post test 1 terdapat perbedaan dengan dari berbagai pihak seperti keluarga atau
Z=-2,023 dan p=0,0215 (p<0,05), untuk skor instansi pemerintah, namun untuk men-
kecemasan antara post test 2 dan post test 1 dapatkan pelayanan medis membutuhkan
terdapat perbedaan yang signifikan adalah waktu yang lama karena administrasi yang
Z=-2,023 dan p=0,0215 (p<0,05), untuk post rumit dan harus mengantri dengan peng-
test 3 dan post test 2 terdapat perbedaan yang guna asuransi yang lain.
signifikan adalah Z=-2,080 dan p=0,040 Selain itu, mereka juga menghadapi
(p<0,05). Pada pengukuran follow up dan post kondisi penderita yang tidak stabil, baik
test 3 tidak terdapat perbedaan, dimana Z=- kondisi fisik maupun kondisi emosinya
1,000 dan p=0,160 (p>0,05), sedangkan sehingga mereka menjadi khawatir apakah
pengukuran follow up dan base line 2 terdapat yang telah mereka lakukan sudah benar
perbedaan yang signifikan dimana Z=-2,032 atau tidak, sampai kapan kondisi ini akan
dan p=0,021 (p<0,05). berakhir dan apakah stadium kanker pen-
Berdasarkan hasil analisis kuantitif derita meningkat atau tidak. Kondisi cemas
dengan menggunakan visual inspection dan yang dialami partisipan tersebut ber-
perhitungan statistik di atas, maka dapat pengaruh pada kondisi kesehatan
disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan partisipan, dimana partisipan mengalami
dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu penurunan kondisi fisik menjadi sulit tidur,
pelatihan teknik relaksasi dapat menurun- jantung mudah berdetak kencang saat
kan kecemasan pada primary caregiver menghadapi kondisi penderita, mual, badan
penderita kanker payudara. terasa kaku dan pegal, sakit kepala dan
Hasil analisis kuantitatif di atas diper- pusing, tubuh terasa lemas dan tidak
kuat dengan hasil kualitiatif yang dilakukan bersemangat, seperti pada Jwr yang selalu
peneliti. Data kualitatif didapatkan dari mengkonsumsi obat puyer di warung untuk
hasil observasi, wawancara, dan lembar mengurangi rasa pusing dan pegal, hal
kerja, kondisi khusus yang dialami masing- yang sama juga dialami oleh AS yang
masing partisipan. Berdasarkan hasil sering berobat ke Puskesmas dengan
wawancara kepada seluruh partisipan, keluhan yang sama dan pada akhirnya
kondisi yang membuat keseluruhan dokter memberikan diagnosa psikosomatis
partisipan merasa cemas adalah informasi serta menolak untuk memberikan obat.
yang terbatas mengenai kanker payudara, Peserta juga mengalami kecemasan
perubahan peran dalam keluarga semenjak akan masa depan dirinya dan keluarga, hal
menjadi perawat penderita kanker ini tampak sekali pada peserta yang usianya
payudara disamping harus menjalankan masih muda seperti Ryd karena Ryd belum
perannya dalam rumah tangga baik sebagai bekerja dan mengalami kebingungan
seorang ibu ataupun kepala rumah tangga, dengan masa depannya dan dalam waktu
masalah ekonomi dimana perawatan bagi bersamaan harus merawat ibunya. Kondisi
penderita kanker cukup mahal sedangkan ini juga terjadi pada peserta yang memiliki
sebagian besar partisipan berasal dari beban anggota keluarga yang banyak. Jwr

182 E-JURNAL GAMA JPP


SARI & SUBANDI

dan AS juga mengalami hal yang sama, pengetahuan tentang kanker kemudian
yaitu harus mengurus anak-anak yang dilatih relaksasi imajeri terpandu dan
masih membutuhkan perhatian namun meminta peserta untuk berlatih mandiri di
harus berbagi dengan penderita yang lebih rumah. Pada pertemuan terakhir, para
membutuhkan banyak waktu, tenaga dan peserta sudah semakin mahir dalam mela-
perhatian, bahkan AS mulai meng- kukan relaksasi meskipun tekniknya ada
khawatirkan kondisi anak laki-lakinya yang berbagai macam, beberapa peserta lebih
mulai mengalami perubahan sikap merasa fokus saat melakukan latihan relak-
semenjak dua tahun yang lalu. sasi mandiridi rumah karena situasinya
Pada saat mengikuti pelatihan, setiap lebih mendukung.
pertemuan yang diadakan menunjukkan Peran fasilitator sangat penting untuk
bahwa setiap partisipan memiliki motivasi memberikan penjelasan dan memberikan
untuk mengikuti seluruh pertemuan. perasaan nyaman pada peserta dalam
Seluruh partisipan selalu hadir tepat waktu mengemukakan perasaan-perasaannya serta
dan tetap datang meski ada perubahan memberikan motivasi untuk tetap mengi-
waktu yang mendadak. Partisipan juga kuti pelatihan yang diadakan selama empat
merasa senang dan muncul harapan kali pertemuan. Fasilitator membagi peng-
kembali dalam merawat penderita kanker alamannya terlebih dahulu dalam mela-
payudara. Pada pertemuan pertama, kukan relaksasi dan bagaimana manfaat
seluruh partisipan merasa asing dengan yang dapat diperoleh dengan melakukan
teknik relaksasi yang dipelajari dan merasa relaksasi secara rutin. Kemampuan fasili-
kurang yakin dengan pelatihan yang tator dalam menguasai bahasa Jawa dan
diberikan dapat membantu mereka dalam tradisi yang ada di masyarakat Jawa juga
mengatasi kecemasan yang dialaminya. memudahkan dalam memberikan penjelas-
Seperti yang dialami partisipan Ryd, yang an pada peserta. Fasilitator juga memberi-
merasa tidak percaya dengan teknik yang kan contoh-contoh yang praktis dalam
akan dilatihkan dapat memengaruhi keseharian manfaat dari relaksasi seperti
kondisi fisik dan emosi. pada saat menghadapi ujian, atau situasi
Pertemuan pertama, materi yang dibe- yang dialami oleh peserta. Fasilitator
rikan adalah pengertian mengenai bagaima- meminta peserta untuk melakukan relaksasi
na fisik dapat memengaruhi emosi seperti terlebih dahulu dan merasakan bagaimana
pada penderita kanker dan sebaliknya emo- berlatih relaksasi, relaksasi pertama yang
si memengaruhi fisik seperti yang dialami dilatihkan adalah RPD. Setelah melakukan-
peserta, kemudian meminta peserta merasa- nya, Prt, Jwr, dan AS dapat merasakan
kan terlebih dahulu relaksasi pernafasan kondisi yang nyaman dan tenang,
dalam dan berlatih mandiri di rumah. Pada sedangkan Ryd masih mengalami kesulitan
pertemuan kedua, barulah diberikan materi untuk fokus pada instruksi dan masing
mengenai relaksasi sehingga peserta mam- memikirkan apa yang dilakukannya sudah
pu mengerti setelah merasakan efek positif sesuai atau belum. Berbeda dengan Mnr
dari latihan mandiri relaksasi pernafasan yang merasa takut salah dalam melakukan
dalam di rumah, kemudian diberikan latih- relaksasi, apakah harus menarik nafas
an relaksasi dengan teknik relaksasi otot panjang atau tidak, sehingga Mnr masih
progresif dan peserta diminta untuk berla- terfokus dengan pikirannya sendiri. Pada
tih mandiri di rumah. Pada pertemuan pertemuan selanjutnya, peserta merasa
ketiga, peserta diberikan materi mengenai lebih mudah melakukan relaksasi per-

E-JURNAL GAMA JPP 183


TEKNIK RELAKSASI, MENURUNKAN KECEMASAN, PRIMARY CAREGIVER, KANKER PAYUDARA

nafasan dalam dan tidak mengalami misal adanya perubahan kebiasaan yang
kesulitan dalam melakukan ROP. Seluruh dialami Jwr yang mulai mengurangi
peserta mulai terbiasa dengan teknik konsumsi obat puyer warungan karena
relaksasi yang diajarkan dan rutin mem- takut dengan efek sampingnya dan rutin
praktikkannya di rumah, bahkan beberapa melakukan relaksasi bersama keluarga. Hal
partisipan seperti Mnr mengajak anaknya ini dilakukan Jwr setelah mendengar AS
untuk ikut serta dalam pelatihan, menceritakan pengalamannya dimana
sedangkan Jwr dan AS mulai mengajari dokter menolak memberikan obat kepada
istrinya untuk ikut berlatih relaksasi di partisipan karena sakitnya bukan sakit fisik
rumah. biasa namun disebabkan oleh kondisi
Hal tersebut di atas tampak pada hasil psikologis, sedangkan mengkonsumsi obat
dari pengerjaan lembar kerja sebagai moni- secara terus-menerus kurang baik karena
toring latihan mandiri di rumah menun- obat adalah zat kimia. Dalam hal ini, cerita
jukkan bahwa sebagian besar partisipan yang disampaikan oleh peserta dapat
dapat melakukan keseluruhan teknik yang memberikan pencerahan bagi peserta lain
diberikan dan melakukannya secara rutin. untuk mau berubah menjadi lebih baik,
Mnr, Ryd, dan Jwr dapat rutin melakukan seperti Mnr yang mulai berusaha mem-
ketiga teknik relaksasi yaitu RPD, ROP dan bantu suami dengan bekerja membuka
RIT secara mandiri di rumah dengan jahitan kecil-kecilan, Ryd yang mulai usaha
frekuensi antara 2-3 kali dalam sehari yang rumahan agar tetap dapat merawat ibunya.
dilaksanakan pada pagi dan malam hari, Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaku-
atau pada saat kondisi tubuh terasa tegang. kan pada akhir pertemuan, dapat diketahui
Mnr, Ryd, dan Jwr dapat merasakan bahwa pelatihan relaksasi yang dilakukan
manfaat setelah melakukan ketiga teknik memberikan efek positif bagi peserta dalam
relaksasi tersebut dan merasa membutuh- kehidupan sehari-hari. Intonasi suara, volu-
kannya untuk dilakukan setiap hari, me suara, dan ketenangan fasilitator pada
minimal mereka melakukan teknik RPD saat menyampaikan instruksi relaksasi
dan ROP setiap saat dibutuhkan. Prt dan memengaruhi peserta ketika mempraktik-
AS mengalami kesulitan dalam melakukan kannya. Sebagian besar partisipan merasa
teknik RIT, kedua partisipan merasa tidak nyaman pada saat mendengar instruksi
biasa dan muncul perasaan tidak nyaman yang diberikan, tidak terlalu cepat, mudah
pada saat membayangkan tempat yang dipahami dan tenang. Hal ini sangat
menyenangkan atau sesuatu yang me- penting terutama pada saat praktik RIT,
nyenangkan. Mereka mengalami kesulitan dimana kemampuan fasilitator dalam
untuk membayangkan karena merasa memandu peserta menemukan tempat
seperti anak kecil sehingga muncul kedamaian dan penghayatannya saat
perasaan tidak pantas atau ora ilo ketika mengekspresikan situasi menyenangkan.
hal tersebut dilakukan oleh orang sedewasa Penggunaan musik pun memengaruhi
mereka. Partisipan lebih senang melakukan konsentrasi peserta dalam melakukan relak-
latihan RPD dan ROP secara mandiri di sasi, karena situasi di Puskesmas yang
rumah dengan frekuensi 2-3 kali dalam ramai, adanya musik membantu peserta
sehari yang dilakukan pada pagi, siang dan untuk mengalihkan perhatian pada suara
malam seusai sholat. musik dan instruksi fasilitator.
Kemajuan yang tampak selama pela- Setelah pelatihan dilakukan dalam
tihan adalah dari penurunan keluhan fisik, empat kali pertemuan, seluruh partisipan

184 E-JURNAL GAMA JPP


SARI & SUBANDI

dapat merasa lebih nyaman, santai dan dan takut jika stadium kanker istrinya
dapat mengontrol perasaan mereka saat semakin meningkat, padahal istrinya
muncul perasaan cemas selama merawat menderita kanker payudara stadium IV.
penderita kanker payudara di rumah,
seperti yang dialami oleh Prt yang merasa
Diskusi
lebih sabar dan tenang menghadapi situasi
di rumah sebagai ibu rumah tangga Berdasarkan pelaksanaan pelatihan tek-
sekaligus perawat bagi menantunya yang nik relaksasi pada keluarga yang merawat
sakit kanker payudara, berusaha selalu penderita kanker payudara diperoleh hasil
untuk memberikan dukungan, kondisi bahwa pelatihan teknik relaksasi pada
fisiknya pun mulai membaik, terasa lebih penelitian ini terbukti dapat menurunkan
segar dan lebih enteng, juga dapat kecemasan pada keluarga yang merawat
membangun hubungan yang lebih baik penderita kanker payudara. Pada masing-
dengan suami. Pada Mnr, perasaan yang masing partisipan penelitian dapat dilihat
muncul adalah rasa tenang dan damai bahwa setiap partisipan mengalami
setelah melakukan ketiga teknik relaksasi, perubahan yang positif setelah menjalani
bahkan Mnr mampu merasakan segarnya perlakuan. Sebelum perlakuan, setiap
air pada saat mempraktikkan RIT yang partisipan memiliki tingkat kecemasan pada
menimbulkan suasana tenang seperti kategori yang sama yakni berada pada taraf
setelah sholat malam, kondisi fisik Mnr pun kecemasan tinggi, kemudian setelah
terasa lebih segar, pikiran pun lebih tenang perlakuan diberikan diperoleh hasil bahwa
dan dapat menghadapi kondisi sakit juga kelima partisipan mengalami penurunan
kondisi emosi tantenya yang tidak stabil, tingkat kecemasannya pada kategori
lebih nrimo dan membuat hubungan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa proses
mereka semakin erat sebagai saudara. Hal latihan dan pengulangan yang terus
ini juga terjadi pada Ryd sebagai peserta menerus dalam melakukan relaksasi pada
termuda, ia merasa lebih tenang dan setiap partisipan merupakan proses belajar
optimis dalam menghadapi masa depan dan dapat meningkatkan keterampilan
dan merawat ibunya yang sakit kanker dalam melakukan relaksasi.
payudara, memberikan semangat agar ibu
Pemberian teknik secara berulang dan
tetap berusaha untuk sembuh dan bersedia
rutin dilakukan di rumah dapat memper-
menjalani pengobatan. Pada Jwr dan AS
mudah partisipan untuk menjadi tenang
yang merawat istrinya pun menjadi lebih
dan menurunkan kecemasannya. Secara
siap dan tenang dalam menghadapi kondisi
fisiologis jika suatu perilaku diulang secara
istri yang tidak dapat diprediksi dan
terus-menerus maka syaraf-syaraf pada
kondisi emosinya tidak stabil. Jwr dan AS
otak semakin cepat menerima respons
mampu berperan sebagai kepala keluarga
untuk relaks dan membangun trace pada
sekaligus mengurus rumah tangga dan
otak karena adanya perilaku yang diulang
sabar mendampingi istri dalam melakukan
yang semakin lama akan semakin mudah
aktivitas keseharian yang sederhana serta
dilakukan (Azhar, 2008).
mendampingi istri pada saat pengobatan di
rumah sakit. AS mengalami kenaikan skor Grieshaber (1994) mengemukakan bah-
kecemasan BAI pada pertemuan ketiga wa ada beberapa faktor yang memengaruhi
karena kondisi istri yang menurun tetapi keberhasilan suatu pelatihan, yaitu modul,
AS tetap berusaha melakukan teknik fasilitator, partisipan dan fasilitas. Modul
relaksasi yang dilatihkan. AS merasa cemas pelatihan ini merupakan adaptasi dari pela-

E-JURNAL GAMA JPP 185


TEKNIK RELAKSASI, MENURUNKAN KECEMASAN, PRIMARY CAREGIVER, KANKER PAYUDARA

tihan teknik relaksasi untuk menurunkan seperti melakukan sholat malam setelah
kecemasan pada primary caregivers anak berlatih RIT. Kondisi tersebut membuat
dengan penyakit kronis (Hernandez & Kolb, partisipan merasakan ketenangan dan
1998), dan pelatihan teknik relaksasi untuk kenyamanan ditengah kondisi yang kurang
meningkatkan fungsi imun tubuh pada menyenangkan. Sedangkan pada AS dan
keluarga yang merawat penderita demensia Prt, berimajinasi tidak biasa dilakukannya
(Hosaka & Sugiyama, 2003). Modul ini dan menurutnya seperti anak kecil,
kemudian dijabarkan dalam bentuk tiga perasaan yang muncul adalah rasa malu
teknik pelatihan relaksasi, yaitu: (1) RPD, (2) dan tidak nyaman. AS dan Prt lebih sering
ROP, dan (3) RIT. Ketiga teknik tersebut, mempraktikkan RPD dan ROP, serta dapat
apabila diintegrasikan dan dilatihkan, dapat merasakan manfaatnya disaat menghadapi
mendukung terjadinya penurunan kecemas- situasi yang sulit.
an pada keluarga yang merawat penderita Hal terpenting sebelum diberikan pela-
kanker payudara. tihan adalah pemberian edukasi mengenai
Pemberian pelatihan teknik relaksasi kecemasan yang bisa dialami oleh primary
secara bertahap sangat penting dilakukan. caregiver penderita kanker, kemudian penje-
Hal ini untuk mempermudah partisipan lasan mengenai relaksasi beserta prosedur
dalam memahami teknik relaksasi secara serta manfaat yang diperoleh. Hal ini
mudah, dimulai dari teknik yang paling berguna agar partisipan dapat mengetahui
sederhana dan mudah yaitu relaksasi RPD bagaimana kondisi emosi dapat memenga-
dimana partisipan hanya fokus pada ruhi kondisi fisik dan sebaliknya kondisi
pernafasan saja, kemudian ROP yaitu fisik dapat memengaruhi kondisi emosi,
partisipan dapat berlatih menegangkan dan selain hubungan kondisi fisik dan emosi
merelakskan otot secara bertahap dengan juga memengaruhi perilaku yang muncul.
tetap fokus pada relaksasi pernafasan agar Selain itu, partisipan juga mengerti tentang
tidak terjadi cidera, sampai pada teknik teknik relaksasi yang akan dilatihkan dan
ketiga yaitu RIT dimana partisipan berlatih manfaat yang didapatkan dengan berlatih
relaksasi dengan fokus pada imajinasinya relaksasi secara rutin (Hosaka & Sugiyama,
sendiri. Berdasarkan hasil pelaksanaan 2003; Watanabe, Fukuda, Hara, Maeda,
pelatihan relaksasi, diketahui bahwa teknik Ohira, & Shirakawa., 2006; Tsuruta, Kusaba,
RPD dan ROP lebih banyak berpengaruh YamadaMurkata, & Nakatomi., 2005).
terhadap penurunan simptomp kecemasan Semua partisipan dapat merasakan efek
pada fisik partisipan sehingga dapat positif setelah rutin melakukan relaksasi
memberikan efek positif terhadap emosi- dan merasakan manfaatnya saat meng-
perasaan partisipan. Meskipun demikian hadapi masalah selama memberikan
RIT juga memiliki pengaruh sebagai perawatan pada penderita kanker, dimana
rangkaian pelatihan yang mengarahkan partisipan dapat memberikan waktu pada
partisipan untuk dapat konsentrasi, fokus dirinya sendiri dan memberikan sesuatu
dan merasa tenang. Pada teknik ketiga ini yang lebih untuk anggota keluarga lain,
beberapa partisipan dapat melakukannya terutama perhatian pada anak.
dengan baik, seperti Ryd yang dapat men- Perkembangan peserta selama mengi-
cium bau-bauan bunga yang ada dalam kuti pelatihan dipantau dengan tugas
imajinasinya, juga pada partisipan Mnr harian yang berisi pengalaman peserta
yang dapat merasakan dinginnya air, dalam mempraktikkan teknik relaksasi
bahkan merasakan sensasi yang sama mandiri (Dobson, Bray, & Kehle, 2005).

186 E-JURNAL GAMA JPP


SARI & SUBANDI

Pemberian buku pegangan yang berisi secara rutin fasilitator dapat menceritakan
materi dan lembar kerja dalam penelitian ini efek positifnya. Fasilitator juga mengguna-
sangat efektif, namun setiap partisipan kan bahasa-bahasa daerah yaitu dengan
perlu diberikan penjelasan terlebih dahulu bahasa Jawa sehingga lebih mudah dipa-
bahwa tidak ada penilaian benar atau salah hami oleh partisipan, juga memberikan
dari pengerjaan lembar kerja dan contoh-contoh yang terjadi dalam
bagaimana cara pengerjaannya, dimana keseharian sambil diselingi lelucon, hal ini
lembar kerja bertujuan untuk memantau memberikan kedekatan antara fasilitator
dan mengevaluasi praktik relaksasi secara dan partisipan. Fasilitator juga dapat
mandiri di rumah. Hal ini dapat memotivasi menunjukkan sikap empati dan mem-
partisipan untuk rutin melakukan relaksasi berikan motivasi kepada partisipan
secara mandiri di rumah dan men- sehingga partisipan juga semangat untuk
jadikannya sebagai kebiasaan ketika hasil tetap hadir pada setiap pertemuan
yang didapatkan partisipan positif. meskipun waktunya tidak pasti.
Keberhasilan pelatihan teknik relaksasi Selain itu, cara fasilitator/ terapis dalam
bagi keluarga yang merawat penderita memberikan instruksi juga sangat penting
kanker payudara tidak lepas dari peran dalam pelatihan teknik relaksasi. Hal ini
fasilitator dan bagaimana hubungan tera- tampak pada saat pelatihan, dimana eva-
peutik atau hubungan yang menyembuh- luasi proses penelitian bagi fasilitator
kan dibangun oleh fasilitator kepada menunjukkan adanya respons positif dari
partisipan yang bersangkutan. Pada suatu partisipan terhadap suara fasilitator yang
proses terapi, hubungan yang menyem- lebih pelan, tenang, tidak monoton.
buhkan sangat penting karena dengan Ditambah lagi dengan penggunaan musik
begitu partisipan akan percaya kepada sebagai pengiring saat relaksasi mem-
fasilitator dan yakin akan membantunya. berikan pengaruh pada partisipan. Ber-
Goldstein (Corey, 2005) menyatakan bahwa dasarkan penelitian Kwan (2007) dan Labb,
pengembangan hubungan kerja dalam hal Schmidt, Babin, dan Pharr (2007) menun-
ini hubungan terapeutik membentuk tahap jukkan bahwa penggunaan musik dalam
kelangsungan terapi. Fasilitator atau terapis relaksasi dapat memberikan efek mene-
harus mengembangkan atmosfer keper- nangkan dan mengurangi timbulnya emosi
cayaan dengan memahami dan menerima negatif dan gejala somatik pada penderita
pasien atau partisipan, saling bekerja sama, penyakit kronis dan keluarganya. Selain itu,
dan memiliki kemampuan yang berguna beberapa kemudahan yang mendukung
dalam membantu ke arah yang dikehendaki pelaksanaan pelatihan ini juga menentukan
partisipan. Fasilitator menumbuhkan keper- keberhasilan pelatihan teknik relaksasi,
cayaan partisipan kepada terapis, dengan antara lain tersedianya sarana dan
dari awal fasilitator menceritakan tentang prasarana seperti ruangan yang kondusif
pengalamannya yang terkait dengan proses (pencahayaan tidak terlalu terang atau
pelatihan atau terapi, misalnya pada saat gelap dan luas), perlengkapan audio visual
partisipan Ryd belum yakin dengan teknik (laptop, LCD, dan speaker) serta dukungan
relaksasi yang dilatihkan maka fasilitator penuh dari instansi terkait, baik dari Kepala
menceritakan pengalamannya pada saat Puskesmas, perawat, bagian tata usaha dan
awal ia menerima materi tentang teknik psikolog penguatan informasi mengenai
relaksasi dan berpendapat serupa dengan pentingnya penanganan psikologis bagi
partisipan Ryd, namun setelah dipraktikkan

E-JURNAL GAMA JPP 187


TEKNIK RELAKSASI, MENURUNKAN KECEMASAN, PRIMARY CAREGIVER, KANKER PAYUDARA

keluarga yang merawat penderita kanker Pelatihan Teknik Relaksasi yang diberikan
payudara sebagai bentuk dukungan sosial. secara kelompok juga memberikan dampak
Keberhasilan penelitian juga tidak terle- yang lebih positif, karena masing-masing
pas dari pemilihan partisipan yang tepat partisipan dapat bercerita mengeluarkan
dan sesuai dengan kriteria penelitian. uneg-uneg dan belajar dari pengalaman
Partisipan yang diambil adalah memiliki partisipan yang lain. Penelitian yang
keluarga yang menderita penyakit kanker dilakukan oleh Nijboer, et al. (1998), Hosaka
yang sama, yaitu kanker payudara, dan dan Sugiyama (2003) dan Grov, et al. (2005)
bersedia untuk mengikuti pertemuan menemukan bahwa pelatihan yang dilaku-
dengan waktu pelaksanaannya yang tidak kan secara kelompok memiliki efek positif,
pasti. Namun dalam penelitian ini, rentang yaitu saat seseorang berada dalam situasi
usia peserta cukup beragam dan kondisi kelompok yang memiliki karakte-ristik atau
ekonomi menengah kebawah ikut ber- permasalahan yang sama memungkinkan
pengaruh dalam dinamika kelompok, adanya saling mendukung satu dengan
terutama kecemasan yang muncul pada tiap yang lain, sharing pengalaman antar
pesertapun berbeda, dimana pada peserta partisipan, pertukaran informasi dan ada-
dengan usia muda lebih cemas dibanding nya perasaan kebersamaan antar partisipan
peserta usianya lebih muda, dalam hal sebagai kelompok dukungan bagi keluarga
ekonomi berkaitan erat dengan biaya yang yang merawat penderita kanker.
harus dikeluarkan selama perawatan. Selain faktor di atas, ternyata terdapat
Manzoni et al. (2008) dan Grov, et al. (2005) faktor lain yang ditemukan selama proses
menemukan bahwa usia, ekonomi, tingkat pelatihan adalah adanya faktor budaya ikut
pendidikan dan jenis kelamin ikut berperan dalam keberhasilan pelatihan ini.
berpengaruh meskipun tidak menjadi syarat Mengingat penelitian ini dilakukan di
bagi keberhasilan pelatihan teknik relaksasi Yogyakarta, terdapat satu nilai budaya Jawa
tetapi cukup berpengaruh pada saat komu- yang dikenal dan diadopsi secara luas yaitu
nikasi antara fasilitator dengan partisipan sikap nrima ing pandum yang secara menda-
dan antara partisipan satu dengan sar berarti menerima segala sesuatu tanpa
partisipan yang lainnya, sehingga tingkat perlawanan (Renoati, 2006). Hal ini nampak
kecemasan dapat menurun. pada hampir semua partisipan yang pada
Keberhasilan penelitian ini dipengaruhi akhirnya dapat menerima kondisinya saat
oleh pertemuan pelatihan yang bersifat ini dan berusaha untuk melakukan yang
kelompok. Yalom (1985) mengungkapkan terbaik dalam memberikan perawatan pada
pendekatan kelompok memiliki banyak penderita kanker juga untuk keluarganya.
kelebihan yang disebut dengan faktor tera- Hasil pelaksanaan penelitian ini juga
peutik, antara lain partisipan akan menemu- menunjukkan bahwa waktu pelaksanaan
kan sesuatu tentang dirinya, akan menerima selama dua minggu hanya mampu menu-
dukungan dan pemberian keyakinan dari runkan sebagian besar gejala kecemasan
anggota kelompok lain. Hal ini memung- yang dialami setiap partisipan. Namun
kinkan antara partisipan satu dengan dengan pemberian materi yang sederhana
partisipan yang lain mengalami kontak dan aplikatif, partisipan dapat melakukan
langsung, bertukar informasi, sebagai latihan secara mandiri tanpa harus selalu
kelompok dukungan dan saling belajar dari dibimbing terus menerus oleh terapis,
pengalaman yang berbeda untuk menjadi sehingga pada saat follow up partisipan telah
pribadi yang kuat dan menguatkan. mengalami penurunan pada hampir semua

188 E-JURNAL GAMA JPP


SARI & SUBANDI

gejala kecemasan. Hal ini terjadi pada dasarnya semua teknik sangat membantu
masing-masing partisipan dalam penelitian partisipan, namun berdasarkan evaluasi
ini, meskipun tidak lagi mengikuti proses pelatihan untuk semua partisipan penelitian
pelatihan relaksasi, namun partisipan tetap ini, teknik yang paling mudah adalah RPD
mempraktikkan apa yang telah dilatihkan, dan ROP, dan (6) Generalisasi hasil
sehingga hal itu menjadi suatu kebiasaan penelitian ini terbatas pada keluarga
(habit) yang baru bagi partisipan. Individu penderita kanker payudara dengan
mempelajari sesuatu hal yang baru melalui karakteristik yang sesuai dengan partisipan
tahapan latihan dimana partisipan dapat penelitian.
berlatih relaksasi dari relaksasi yang Beberapa hal yang perlu disempurna-
sederhana dan mudah sehingga pemberian kan agar pelatihan teknik relaksasi pada
pelatihan dengan teknik yang bertahap keluarga yang merawat penderita kanker
akan sangat membantu partisipan dalam pada penelitian-penelitian selanjutnya da-
memahami setiap teknik yang diajarkan. pat memberikan hasil yang lebih optimal
Para partisipan juga mengatakan bahwa adalah: (1) Kepada kalangan profesional. Hasil
pelatihan teknik relaksasi memberikan penelitian menunjukkan bahwa pelatihan
banyak hal-hal positif pada kehidupan teknik relaksasi dapat menurunkan kece-
mereka sehingga mereka merasa optimis masan pada keluarga yang merawat
dan semangat menjalani hidup. Pelatihan penderita penyakit kanker payudara. Hasil
relaksasi yang telah dilakukan dapat penelitian ini dapat dijadikan dasar ilmiah
mengembangkan teknik self-control, dimana untuk kajian penanganan psikososial bagi
teknik relaksasi berguna untuk meregulasi keluarga penderita kanker yang mengalami
emosi dan fisik individu dari kecemasan, kecemasan. Dengan menggunakan metode
ketegangan, stres dan lainnya (Kazdin, teknik relaksasi sebagai salah satu inter-
2001). vensi psikologis, sebagai komplementer
maupun sebagai satu bentuk terapi yang
Kesimpulan menjadi alternatif utama, untuk mengatasi
gangguan fisiologis maupun psikologis
Berdasarkan hasil diskusi penelitian yang ditimbulkan sebagai akibat pemberian
yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat perawatan pada penderita kanker. (2)
disimpulkan bahwa: (1) Pelatihan teknik Kepada peneliti selanjutnya; (a) Agar hasil
relaksasi terbukti efektif menurunkan ting- penelitian dapat digeneralisasikan, maka
kat kecemasan pada primary caregiver partisipan penelitian dapat lebih banyak. (b)
penderita kanker yang menjadi partisipan Penelitian ini tidak menggunakan kelompok
penelitian yang terlihat dari penurunan skor kontrol, sehingga pada penelitian selanjut-
BAI. (2) Pada proses pelatihan dapat nya dapat menggunakan desain penelitian
dirasakan oleh semua partisipan bahwa yang menggunakan kelompok kontrol
adanya penurunan kecemasan. (3) Gang- sebagai pembanding. (c) Pada penelitian
guan fisik pada hampir seluruh partisipan berikutnya perlu diperhatikan jarak perte-
menjadi berkurang. (4) Pelatihan teknik muan satu dengan pertemuan selanjutnya
yang bertahap dari setiap pertemuan dapat agar tidak terlalu dekat. (d) Pada penelitian
membantu partisipan dalam memahami berikutnya perlu diperhatikan pemberian
proses pelatihan sehingga partisipan benar- skala kecemasan agar tidak terlalu dekat
benar mengerti dan mempraktikkannya jarak pengukuran satu ke pengukuran
dalam kehidupan sehari-hari yang terbukti selanjutnya, dan (e) Hal lain yang perlu
dalam pengisian lembar kerja. (5) Pada

E-JURNAL GAMA JPP 189


TEKNIK RELAKSASI, MENURUNKAN KECEMASAN, PRIMARY CAREGIVER, KANKER PAYUDARA

disarankan untuk peneliti lain adalah meng- asthma: a replication. Psychological in the
gunakan pelatihan teknik relaksasi sebagai schools, 42(7). Diunduh dari: www.
usaha preventif dengan meningkatkan self interscience.wiley.com. tanggal 20 Juni
controll sebagai koping dalam menghadapi 2008.
stresor. Fourianalistyawati, E. (2007). Efektivitas
Terapi Transpersonal untuk Menurun-
Daftar Pustaka kan Depresi pada Perempuan Penderita
Kanker Payudara. (Tesis tidak dipubli-
Affandi. I. (2008). Mengatasi kecemasan kasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikolo-
Penderita Kanker. Diunduh dari: gi UGM.
http://www.imamaffandi.wordpress.co
Greenberg, D. (2002). Comprehensive Stress
m/2008/02/07. tanggal 25 April 2008.
Management, 8th edition. McGraw-Hill.
Arief, I. (2008). Kanker Vs Semangat Hidup. New York.
Diunduh dari: http://www.pjnhk.go.id.
Greenberg, D., & Padesky, C. A. (1995).
tanggal 18 November 2008.
Mind Over Mood: Change How you Feel by
Aryandono, T. (2006). Terapi Alternatif Changing the Way you Think. New York:
Menghambat Terapi Medis untuk The Guliford Press.
Pengobatan Kanker Payudara. Diunduh
Grieshaber, C. (1994). Step by Step Group
dari: http:// www.ugm@ugm.ac.id.
Development. Feldafing: German Foun-
tanggal 21 Mei 2008.
dation for International Development,
Azhar,T. N. (2008). Gelegar Otak: Ayo cari Centre for Food and Agriculture
tahu apa yang tersembunyi di otak Development.
Anda! Semesta Imprint Salamadani.
Grov, E. K., Dahl, A. A., Moum, J., & Fossa,
Bandung.
S. D. (2005). Anxiety, depression, and
Bennett, P. (2003). Abnormal and Clinical quality of life in caregivers of patients
Psychology: An Introductory Textbook. with cancer in late palliative phase.
Philadephia: Open University Press. Journal Annals of Oncology, 16, 1185-119.
Davis, M., Eshelman, E. R., & McKay, M. Hernandez, N. E., & Kolb, S. (1998). Effects
(1988). The Relaxation & Stress Reduction of relaxation on anxiety in primary
Workbook. Dialihbahasakan oleh Hamid caregivers of chronically ill children.
& Keliat tahun 1995. Jakarta: Penerbit Pediatric Nursing, 5, 211-220.
Buku Kedokteran EGC.
Henrink, (1980). The Psychotherapy Handbook.
Degruy, D., & Staton. (2002). 20 Common New American Library. USA
Problems in Behavioral Health. McGraw-
Hosaka, T., & Sugiyama, Y. (2003).
Hill Companies. USA
Structured intervention in family
Deviana, Y. (2007). Kebersamaan sebagai caregivers of the demented elderly and
Terapi Psikososial bagi Penderita changes in their immune function.
Kanker. Diunduh dari: http:// Psychiatrics and Clinical Neurosciences, 57,
myhealing.wordpress.com/category/on 147-151.
kologi/. tanggal 18 November 2008.
Kazdin. (2001). Behavior Modification in
Dobson, R. L., Bray, M. A, & Kehle, T. J. Applied Setting. Edisi 6. Wadsworth/
(2005). Relaxation and guided imagery Thompson Learning. USA.
as an intervention for children with

190 E-JURNAL GAMA JPP


SARI & SUBANDI

Kwan. (2007). Medical Music Therapy: The use giveing: the impact on the caregivers
of songs within a biopsychological frame- health. Journal Psycho-Oncology, 7, 3-13.
work. Diunduh dari Probosuseno. (2007), Rawat Rumah (Home
Singaporemusictherapy.com. tanggal 09 Care) Berbasis Rumah Sakit: Peluang
Juni 2008. Dalam Upaya Peningkatan Derajat
Labb, E., Schmidt, N., Babin, J., & Pharr, M. Kesehatan. Makalah Seminar Nasional
(2007). Coping stress the effectiveness of 2007 Clinical Updates, 9 September 2007.
different types music. Apllied Psycho- Renoati, W. I. (2006). Hubungan Antara
physiology and Biofeedback, 32, 163-169. Penghayatan Nilai Nrima Ing Pandum
Diunduh dari: http://proquest.umi. dengan Semangat Berkompetisi Karyawan
com/. tanggal 20 Juni 2008. Jawa. (Skripsi tidak dipublikasikan).
Li, Y.B.I., & Sprague, D. (2002). Study on Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
home caregiving for elders with Sasmitawati. (2008). Terapi Kognitif Perila-
alzheimers and memory empairment. kuan untuk Menurunkan Kecemasan pada
Illness, Crisis & Loose, 10, 318-333. Sage Penderita Asma. (Tesis tidak dipublikasi-
Publication. kan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Manzoni, G. M., Pagnini, F., Castelnuovo, UGM.
G., & Molinari, E. (2008). Relaxation Scholten. (2008). Anxiety. Diunduh dari:
training for anxiety: a ten year http://www.nimh.nih.gov/. tanggal 21
systematic review with meta-analysis. Mei 2008.
Bio Medical Central Psychiatry. Diunduh
Stetz, R. M., & Brown, M. A. (2004). Physical
dari: http://www.
and psychososial health in family
biomedcentral.com/1471-244X/8/41.
caregiving: a comparison of AIDS and
tanggal 6 Agustus 2008.
cancer caregivers. Journal Public Health
Mendoza, Z. (2008). Efek Terapi Kognitif Nursing, 21, 533-540.
Perilakuan terhadap Penderita yang Men-
Strongman, K. T. (2003). The Psychology od
dapatkan Pengobatan Medis Anti Ansietas.
Emotion. 5th edition. Department of
(Tesis tidak dipublikasikan). Yogyakar-
Psychology of Cantebury. New Zeland.
ta: Fakultas Psikologi UGM.
Sukardja, I. D. G. (2000). Onkologi Klinik.
Miller, G. (2008). Pencegahan dan Pengo-
Surabaya: Airlangga University Press.
batan Penyakit Kanker (Terjemahan).
Penerjemah: Mohammad Jauhar. Tsuruta, K., Kusaba, H., Yamada, M.,
Jakarta: Prestasi Pustaka. Murkata, T., & Nakatomi, R. (2005).
Support for family members with
National Alliance for Caregiving. (2006).
hospitalized child. Pediatric Nursing
Study of Caregivers in Decline. Diunduh
child, 12, 60-72.
dari http://www.caregiving.org/data/.
tanggal 10 Juni 2008. Tusek, D., Cwyner, R., & Cosgnore, D.
(1999). Effect of guided imagery and
Nevid, J. S., Rathus, S.A., & Greene, B.
length of stay, pain and anxiety in
(2005). Psikologi Abnormal. Jilid 1.
cardiac surgery patients. Journal of
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Cardiovascular Management, 10, 228.
Nijboer, C., Tempelaar, R., Sanderman, R.,
Van den Velde, C. J. H., Bosman, F. T., &
Triemstra, M., Spruijt, R. J., & Van Den
Wagener, D. J. Th. (1999). Onkologi.
Bos, G. A. M. (1998). Cancer and care-

E-JURNAL GAMA JPP 191


TEKNIK RELAKSASI, MENURUNKAN KECEMASAN, PRIMARY CAREGIVER, KANKER PAYUDARA

Yogyakarta: Gadjah Mada University Zuhdi. (2008). Hubungan antara peran


Press. keluarga terhadap kecemasan. Diunduh
Warsito, B. (2008). Konsep Terkini Penata- dari: www.indoskripsi.com. tanggal 25
laksanaan Kanker Ginekologi. Jogja April 2008.
Oncology Summit 2008. 22-23 November _____. (2002). Chronical Medic. diunduh dari:
2008. Yogyakarta. http://med.stanford.edu/news_release/2
Watanabe, E., Fukuda, S., Hara, H., Maeda, 002/may/ caregiver.html tanggal 18
Y., Ohira, H., & Shirakawa, T. (2006). November 2008.
Differences in relaxation by means of _____. (2008). Kanker-Sharing untuk
guided imagery in a healhty community Penderita dan Keluarga. Diunduh dari:
sample. Alternative Therapies in Health http://forum.detik.com/showthread.php
Medicine Journal, 12, 60-72. ?=35653. tanggal 18 November 2008.
Yalom, I. D. (1985). The Theory and Practice of _____. (2008). How can I get my anxiety
Group Psychotherapy. USA: BasicBooks. under control while caring for my
Zmuda, R. A. (2000). Emotional Challenges mother with cancer? Diunduh dari:
Facing The Caregiver. Diunduh dari: anonymouscaring.com. tanggal 5 Maret
http://www.cancerpage.com. tanggal 20 2008.
April 2008.

192 E-JURNAL GAMA JPP

You might also like