You are on page 1of 10

ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No.

1 2017 77

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT


Rayi Dwi Vica Shally1 Juliani Prasetyaningrum2
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
yp111@ums.ac.id

Abstract. Cervical cancer at an advanced stage is a disease that is often incurable and has
a chronic course of disease that eventually kills. Cervical cancer that causes the patient can
not perform normal daily activities also cause feelings of being a burden for others. Patients
with advanced cervical cancer is expected to have the ability to rise and recover so that it can
be a motivation to recover and can live his life better. This study aims to understand, explore
and describe the dynamics of resilience in patients with advanced cervical cancer. This
research uses qualitative approach with phenomenology method. Methods of collecting data
in the form of interviews, observation and documentation. In this research, the main
informant is 3 people with the following characteristics: 1). Informant age minimum 40 years,
2). Informants were diagnosed with advanced stage cervical cancer (stage III-IV), 3).
Informants already have offspring. The supporting informant in this research is the main
informant family. Based on the results of data analysis can be obtained conclusion that the
informant has good resilience, informant sure to get well and try to live life well. The
dynamics of the resilience formation process experienced by each informant are different. It
is influenced by the ability of informants to rise up and survive in undergoing illness. The
informant experienced a number of reactions such as shock, encounter and retreat. The
informant also feels the fear of death and the dread of his condition in the future. Factors
contributing to the formation of resilience to the informant are the belief and optimism of
healing, spirituality and family support and the environment.

Keywords: resilience, cervical cancer patients, advanced stage.

Abstrak. Kanker serviks pada stadium lanjut merupakan penyakit yang seringkali tidak bisa
disembuhkan dan mempunyai perjalanan penyakit kronik yang akhirnya mematikan.
Penyakit kanker serviks yang mengakibatkan penderita tidak bisa melakukan aktivitas
sehari-hari secara normal juga menimbulkan perasaan menjadi beban bagi orang lain.
Penderita kanker serviks stadium lanjut diharapkan memiliki kemampuan untuk bangkit dan
pulih sehingga dapat menjadi motivasi untuk sembuh dan dapat menjalani kehidupannya
dengan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk memahami, mendalami dan
mendeskripsikan dinamika resiliensi pada penderita kanker serviks stadium lanjut. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Metode pengumpulan
data berupa interview, observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini diambil informan
utama sebanyak 3 orang dengan karakteristik sebagai berikut: 1). Informan usia minimal 40
tahun, 2). Informan didiagnosa menderita kanker serviks stadium lanjut (stadium III-IV), 3).
Informan sudah memiliki keturunan. Adapun informan pendukung dalam penelitian ini yaitu
keluarga informan utama. Berdasarkan hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan bahwa
informan memiliki resiliensi yang baik, informan yakin dapat sembuh dan berusaha agar
dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Dinamika proses pembentukan resiliensi
yang dialami masing-masing informan berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh
kemampuan informan untuk bangkit dan bertahan dalam menjalani penyakit yang
dideritanya. Informan mengalami sejumlah reaksi seperti shock, encounter dan retreat.
Informan juga merasakan ketakutan akan kematian serta kecemasaan akan kondisinya di
masa yang akan datang. Faktor-faktor yang turut mendukung pembentukan resiliensi pada
informan yaitu keyakinan dan optimisme akan kesembuhan, spiritualitas dan dukungan
keluarga serta lingkungan sekitar.

Kata kunci : resiliensi, penderita kanker serviks, stadium lanjut.


ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 78

PENDAHULUAN mengakibatkan penderita tidak bisa


Penyakit kanker adalah penyakit melakukan aktivitas sehari-hari secara
yang sangat berbahaya bahkan dapat normal juga menimbulkan perasaan
mengakibatkan kematian. Sampai saat ini menjadi beban bagi orang lain (becoming
kanker masih menjadi momok bagi burden on others) dan menilai diri sendiri
semua orang, hal ini disebabkan oleh negatif (discrediting definition of self). Rasa
tingginya angka kematian yang cemas akibat penyakit kanker juga
disebabkan oleh penyakit tersebut. Cara, membuat penderita menarik diri dari
sikap ataupun reaksi orang dalam pergaulan (social isolation).
menghadapi penyakit kanker pada Ketidakmampuan yang dialami oleh
dirinya, berbeda satu sama lain dan penderita kanker juga akan menimbulkan
individual sifatnya. Hal ini tergantung perasaan bersalah (guilt) pada
kepada seberapa jauh kemampuan penderitanya. Terdapat kasus penderita
individu yang bersangkutan menyesuaikan kanker serviks yang mengalami depresi,
diri terhadap situasi yang mengancam tidak bisa menyesuaikan diri, baik secara
kehidupannya (Lubis, 2009). individual maupun sosial, tidak bisa
Kanker serviks pada stadium menerima diri sendiri, dan bergantung
lanjut merupakan penyakit yang seringkali pada orang lain dalam berbagai
tidak bisa disembuhkan dan mempunyai pemenuhan kebutuhan fisiologis dan
perjalanan penyakit kronik yang psikologis. Namun, tidak semua
akhirnya mematikan sehingga dianggap penderita kanker merasa hopeless dan
penyakit yang mengerikan. Ada tiga fase depresi. Ada juga penderita kanker yang
reaksi emosional penderita ketika dapat bangkit dan menerima keadaan
diberitahui bahwa penyakit yang dirinya dan dapat menjalankan
dideritanya adalah kanker yang sudah kehidupannya dengan baik. Bahkan
lanjut. Fase pertama, penderita akan penderita kanker tidak merasa putus asa,
merasakan shock mental, kemudian dan optimis serta memiliki keyakinan
diliputi oleh rasa takut, dan depresi. bahwa penyakitnya hanya bersifat
Muncul reaksi penolakan, setelah fase ini sementara dan dapat disembuhkan. Bobey
berlalu, akhirnya penderita akan sadar (1999) mengatakan bahwa orang-orang
dan menerima kenyataan bahwa jalan seperti inilah yang disebut sebagai individu
hidupnya telah berubah (Hawari, 2004). yang resilien, yaitu individu yang dapat
Umumnya penderita kanker akan penderitaan, dan memperbaiki
terlihat adanya simtom-simtom depresi di kekecewaan yang dihadapinya.
setiap tahap perkembangan penyakitnya, Suatu keadaan ketika individu
dimulai dari saat menemukan gejala dapat bertahan dan pulih dari situasi
pertama sewaktu didiagnosis kanker, negatif secara efektif sedangkan
selama proses treatment, dan bahkan kebanyakan individu lainnya gagal
setelah menjalani pengobatan. disebut dengan resiliensi. Grotberg,
Kesedihan dan kekhawatiran akan masa (1995) menyatakan bahwa resiliensi
depan merupakan respon yang kerap adalah kapasitas individu untuk
timbul, karena adanya suatu arti tertentu menghadapi, mengatasi, memperkuat
yang melekat pada penyakit kanker, yakni diri, dan tetap melakukan perubahan
ketakutan akan ketidakmampuan atau sehubungan dengan ujian yang dialami.
kematian (Holland and Evcimen, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Hadjam
Menurut hasil penelitian Lubis, (2000) terhadap pasien kanker
(2009) Penyakit kanker serviks yang menemukan bahwa pasien yang
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 79

menderita kanker memperlihatkan penderita kanker stadium lanjut tidak


adanya stres yang ditunjukkan dengan merasa putus asa, dan optimis serta
perasaan sedih, putus asa, pesimis, memiliki keyakinan bahwa penyakitnya
merasa diri gagal, tidak puas dalam hanya bersifat sementara dan dapat
hidup, merasa lebih buruk dibandingkan disembuhkan. Dalam hal ini, yang akan
dengan orang lain, penilaian rendah diteliti adalah resiliensi pada penderita
terhadap tubuhnya, dan merasa tidak kanker serviks stadium lanjut yaitu
berdaya. stadium III-IV.
Stres yang dialami oleh pasien Informan dalam penelitian ini
kanker cenderung membuat cara berpikir adalah penderita kanker serviks stadium
menjadi tidak akurat. Hal itu membawa lanjut. Dalam penelitian ini diambil
individu menjadi tidak resilien dalam informan utama sebanyak 3 orang
menghadapi masalah. Individu dengan dengan karakteristik sebagai berikut: 1).
resiliensi yang baik mampu menghadapi Informan usia > 40 tahun, 2).
bangkit, berdiri diatas masalah dengan Informan didiagnosa menderita kanker
baik, mampu mengontrol diri, mampu serviks stadium lanjut (stadium III-IV). 3).
mengelola stres dengan baik dengan Informan sudah memiliki keturunan.
mengubah cara berpikir ketika Adapun informan pendukung dalam
berhadapan dengan stres. Individu penelitian ini yaitu keluarga atau kerabat
dengan resiliensi yang baik adalah terdekat informan utama. Data dalam
individu yang optimis, yang percaya penelitian ini diperoleh dengan
bahwa segala sesuatu dapat berubah menggunakan metode wawancara dan
menjadi lebih baik. Individu mempunyai observasi. Materi wawancara adalah
harapan terhadap masa depan dan permasalahan-permasalahan yang ingin
percaya bahwa individu dapat dijawab dalam penelitian ini, yaitu:
mengontrol arah kehidupannya. tentang pengendalian emosi, kemampuan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis untuk mengontrol impuls, optimis,
melakukan penelitian dengan judul kemampuan menganalisis masalah,
”Resiliensi Pada Penderita Kanker kemamapuan berempati, efikasi diri dan
Serviks Stadium Lanjut”. pencapain.

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Resiliensi pada penderita kanker serviks Karakteristik informan penelitian ini
stadium lanjut adalah kemampuan atau mengacu pada kriteria yang telah
kapasitas individu untuk beradaptasi ditetapkan sebelumnya. Karakteristik
dengan keadaan menekan atau terpuruk, informan dapat dilihat dari tabel berikut ini:
dengan merespon secara sehat dan
produktif untuk menerima keadaan
dirinya dan dapat menjalankan
kehidupannya dengan baik sehingga

Table. 1
Identitas informan
NO. Identitas Informan 1 Informan 2 Informan 3
1. Nama Ks Yn In
2. Usia 50 tahun 47 tahun 50 tahun
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 80

3. Pekerjaan Buruh Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga


4. Agama Islam Islam Islam
5. Status Menikah Menikah Menikah
6. Alamat Solo Klaten Solo
7 Pendidikan SD SMA SD
8 Mulai sakit Desember 2011 Maret 2011 Desember 2011
9 Stadium IIIA IIIB IIIA
10. Pengobatan Kemoterapi dan Kemoterapi dan Kemoterapi, sinar
sinar sinar dan obat
tradisional

Berdasarkan tabel 1, dapat mengetahui penyakit yang diderita adalah


diketahui bahwa ketiga informan adalah shock, cemas, bingung, sedih dan takut
wanita dengan kategori usia dewasa saat pertama kali mengetahui bahwa
madya, statuskesehatan ketiganya informan menderita kanker serviks.
berada dalam stadium IIIA, dua orang Ketiga informan merasa cemas dan
subjek adalah ibu rumah tangga yang khawatir karena adanya pandangan
tidak bekerja dan satu orang informan masyarakat luas bahwa banyak penderita
adalah seorang buruh. ketiga inorman kanker serviks tidak dapat disembuhkan
sangat terbuka dalam proses wawancara dan berakhir pada kematian. Hal ini
dan mau menjawab pertannyaan- sesuai pendapat (Lubis, 2009), yang
pertannyaan dari peneliti. Ketiganya menyatakan bahwa kanker
terlihat santai dan diselingi dengan dikarakteristikkan sebagai suatu proses
candaan dengan peneliti. Berdasarkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak
hasil wawancara dan observasi kepada 3 terkontrol dari sel abnormal, yang
orang informan dan informan mempunyai kecenderungan menyebar
pendukungnnya dapat ditemukan adanya pada bagian tubuh lainnya. Menurut
tema-tema yang muncul berkaitan Holland and Evcimen (2009), perasaan
dengan resiliensi, tema-tema tersebut cemas, kesedihan dan kekhawatiran akan
terbagi menjadi 7 tema, yaitu tema masa depan merupakan respon yang
pertama yang muncul adalah kerap timbul karena adanya suatu arti
pengendalian emosi, Hawari (2004) tertentu yang melekat pada penyakit
menyatakan bahwa ada tiga fase reaksi kanker, yakni ketakutan akan
emosional penderita ketika diberitahui ketidakmampuan atau kematian. Hal ini
bahwa penyakit yang dideritanya adalah juga ditunjukan berdasarkan hasil
kanker stadium lanjut. Fase pertama, wawancara yang dilakukan, yang
penderita akan merasakan shock mental, menyatakan bahwa informan terkadang
kemudian diliputi oleh rasa takut, dan juga merasakan cemas dan khawatir
depresi. Muncul reaksi penolakan dan akan kondisi kesehatan informan di masa
kemurungan, terkadang penderita yang akan datang, yang kemungkinan
menjadi panik. Hal ini sesuai dengan data terburuknya adalah kematian.
hasil penelitian bahwa penderita kanker Dalam mengatasi perasaan cemas
serviks yang menjadi informan dalam dan takut yang muncul setelah
peneltian ini pada saat pertama kali mengetahui penyakit yang diderita, ketiga
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 81

informan bersikap pasrah, berdoa kepada dianggap penyakit yang mengerikan. Hal
Tuhan YME agar diberi kesembuhan, ini sesuai dengan hasil wawancara yang
dan ikhlas menerima keadaannya menunjukan bahwa informan pertama
sekarang. dan kedua memiliki pemikiran bahwa
Tema kedua yang muncul adalah penyakit kanker serviks merupakan
kemampuan mengontrol impuls Reivich penyakit yang mematikan dan tidak
dan Shatte (2002) menyatakan bahwa banyak dari penderita penyakit ini yang
kemampuan untuk mengontrol impuls telah berada pada stadium lanjut untuk
berhubungan dengan pengendalian dapat disembuhkan. Dalam menyikapi
emosi. Individu yang kuat mengontrol penyakit yang dideritanya, informan awal
impulsnya cenderung mampu mulanya merasa sedih, takut, dan
mengendalikan emosinya. Perasaan putus asa hal ini ditunjukan dari sikap
yang menantang dapat meningkatkan informan yang merasa tidak yakin
kemampuan untuk mengontrol impuls apakah dapat bertahan dengan
dan menjadikan pemikiran lebih akurat, penyakit yang dideritanya.
yang mengarahkan kepada pengendalian Ketiga informan memiliki
emosi yang lebih baik, dan menghasilkan resiliensi yang baik walaupun lebih
perilaku yang lebih resilient. Hal ini bersikap pasrah dengan menerima
sesuai dengan hasil wawancara yang keadaan. Namun penderita kanker
menyatakan bahwa para penderita serviks dalam penelitian ini juga
kanker serviks dalam penelitian ini dapat tetap merasa optimis untuk dapat sembuh
lebih bersikap sabar dan tetap berusaha dengan tetap berusaha melakukan hal-
untuk memperoleh kesembuhan dari hal yang membantu proses
penyakit yang dideritanya. penyembuhannya dengan melakukan
Informan merasa masih memiliki pengobatan di rumah sakit berupa
tanggung jawab dalam mengentaskan kemotrapi dan radioterapi serta
anak-anaknya. Hal ini menjadi suatu mencoba pengobatan alternatif.
motivasi informan dalam diri informan Kemampuan menganalisis
sendiri dan juga merupakan harapan masalah muncul pula dalam tema yaitu
terbesar dari informan untuk dapat dalam memandang penyakit yang
melihat anak- anak dapat menjalani masa dideritanya informan tidak terlalu
depannya dengan baik, tentu dengan memikirkannya sebab hal itu akan
bimbingan dan kasih sayang informan. membuat informan menjadi down.
Menurut Holaday (1997) keterampilan Informan lebih senang memikirkan hal-hal
kognitif berpengaruh penting pada tentang keluarganya di hari esok.
resiliensi individu. Resiliensi juga Holaday (1997) menyatakan bahwa
dihubungkan dengan kemampuan untuk keterampilan kognitif berpengaruh
melepaskan pikiran dari trauma dengan penting pada resiliensi individu. Resiliensi
menggunakan fantasi dan harapan- dihubungkan dengan kemampuan untuk
harapan yang ditumbuhkan pada diri melepaskan pikiran dari trauma dengan
individu yang bersangkutan. menggunakan fantasi dan harapan-
Tema ketiga adala optimis, harapan yang ditumbuhkan pada diri
Menurut Hawari (2004), kanker serviks individu yang bersangkutan. Hal ini
pada stadium lanjut merupakan penyakit seperti yang dialami oleh ketiga informan
yang seringkali tidak bisa disembuhkan yang selalu memikirkan hal-hal yang
dan mempunyai perjalanan penyakit yang membuat informan merasa senang,
kronik yang akhirnya mematikan sehingga seperti menginginkan anak-anaknya
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 82

sukses, dan memiliki cucu, hal ini lah merasa sedih memikirkan informan.
yang membuat ketiga informan terus Informan kerap bercanda dengan
berusaha untuk sembuh. Tidak bisa lingkungan sosial di sekitarnya dan
dipungkiri bahwa penyakit kanker menunjukan bahwa ketiga informan tidak
merupakan penyakit yang menakutkan, terlalu memikirkan dan merasakan rasa
dari hasil penelitian ditemukan bahwa sakit penyakitnya. Menurut Reivich dan
informan masih merasa tidak siap jika Shatte (2002), individu yang resilien
harus meninggalkan keluarga terutama mahir dalam menginterpretasikan bahasa
anak-anak mereka jika meninggal nanti non verbal dari orang lain, seperti
karena menurut mereka anak-anaknya ekspresi wajah, nada suara, bahasa
masih sangat membutuhkan kasih tubuh dan menentukan apa yang orang
sayang ibunya. Selain itu informan lain pikirkan dan rasakan.
merasa masih memiliki tanggung jawab Informan juga merasakan sedih
untuk membesarkan anak-anaknya. akan keadaan yang dialaminya namun
Informan menyatakan bahwa rasa tetap memiliki rasa percaya diri dan
sakit yang diderita informan juga keyakinan yang besar untuk dapat
menyebabkan munculnya rasa cemas sembuh. Sehingga dapat dikatakan
dan takut yang dapat menghambat empati suda muncul. Sikap optimis yang
informan untuk melakukan aktivitas ditunjukan oleh ketiga informan
sehari-hari. Hal ini juga diperkuat dengan menunjukan bahwa informan memiliki
hasil penelitian Lubis, (2009) yang resiliensi yang baik dan hal ini diperkuat
menyatakan bahwa penyakit kanker oleh pendapat Reivich dan Shatte
serviks yang mengakibatkan penderita (dalam Rini, 2007) yang menyatakan
tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari bahwa individu dengan resiliensi yang
secara normal juga menimbulkan baik mampu menghadapi masalah
perasaan menjadi beban bagi orang lain dengan baik, mampu mengontrol diri,
(becoming burden on others). Hal ini mampu mengelola stres dengan baik
dirasakan oleh ketiga informan karena dengan mengubah cara berpikir ketika
ketika sebelum informan menderita berhadapan dengan stres.
penyakit kankernya, informan dapat Dukungan yang diberikan oleh
melaksanakan aktivitas sehari-hari lingkungan sosial terhadap informan
dengan baik, namun setelah informan berupa motivasi, informasi sekitar.
menderita penyakitnya informan merasa Dukungan moral berupa semangat yang
frekuensi dalam aktivitasnya mulai diberikan oleh keluarga informan dan
berkurang, hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan di sekitar informan dapat
tubuh informan yang mulai lemah, menambah kemampuan resiliensi pada
sehingga aktivitas yang biasanya ketiga informan yang ditandai dengan
dilakukan oleh informan dilakukan oleh munculnya semangat informan untuk
lingkungan terdekat informan. Hal ini sembuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang membuat informan merasa dari Grotberg (1995) yang menyatakan
bersalah, tidak dapat melakukan bahwa hubungan terdekat dari individu
pekerjaannya seperti semula. seperti suami, anak, orang tua merupakan
Tema selanjutnya adalah orang yang mencintai dan menerima
Kemampuan berempati dimana ketiga individu. Motivasi dari informan dapat
informan terkadang tidak dikatakan sebagai bagian dari pencapaian.
memperlihatkan rasa sakit dalam dirinya Kanker serviks stadium lanjut
agar lingkungan sosial disekitarnya yang merupakan penyakit yang seringkali tidak
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 83

bisa disembuhkan dan mempunyai dapat sembuh dari penyakitnya. Informan


perjalanan penyakit yang kronik yang berusaha melakukan pengobatan yang
akhirnya mematikan sehingga dianggap dapat menyembuhkah penyakitnya seperti
penyakit yang mengerikan. Dinamika dengan melakukan kemoterapi, radioterapi
resiliensi pada penderita kanker serviks dan pengobatan tradisional.
dapat dilihat pada gambar 1. Dinamikanya Pembentukan resiliensi pada
dapat diliaht pada awal didiagnosis informan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
informan mengalami sejumlah reaksi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
psikologis yang diantaranya adalah internal yang mempengaruhi informan
penyangkalan akan hasil diagnosis, resilien adalah adanya keyakinan diri dan
kemudian muncul rasa takut, shock, rasa optimis untuk dapat sembuh,
cemas, dan bingung akan kondisinya. spiritual dan informan selalu berpikir
Rasa takut dan cemas yang muncul pada positif. Selain itu faktor yang sangat
informan berupa ketakutan dan mempengaruhi adalah adanya rasa
kecemasan akan kematian serta kondisi tanggung jawab informan untuk
kesehatan di masa yang akan datang. mengentaskan anak-anaknya, serta
Penyakit kanker serviks yang diderita oleh harapan informan untuk melihat anak-
informan mengakibatkan informan tidak anaknya sukses, hal ini yang membuat
bisa melakukan aktivitas sehari-hari informan berusaha untuk sembuh. Selain
secara normal, frekuensi dalam aktivitas itu, faktor eksternal yang mempengaruhi
sehari-hari informan berkurang, hal ini adalah adanya dukungan dari keluarga
disebabkan oleh kondisi tubuh informan dan lingkungan sosial.
yang mulai lemah dan rasa sakit dari Dukungan tersebut berupa
penyakit kanker serviks yang muncul dukungan moril, spiritual, motivasi, dan
setiap saat. Dalam menjalani penyakit informasi. Informan yang memiliki
yang diderita informan lebih bersikap resiliensi yang baik memiliki harapan yang
pasrah kepada Tuhan YME atas kondisi besar terhadan kesembuhannya,
kesehatannya, walaupun informan melakukan segala upaya untuk
bersikap pasrah informan memiliki kesembuhannya dan tidak menarik diri
keyakinan dan optimisme yang kuat untuk dari lingkungan .
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 84

Gambar 1
Skema Dinamika Resiliensi Pada Penderita Kanker Serfiks Stadium Akhir

SIMPULAN dan bertahan dalam menjalani penyakit


Berdasarkan hasil penelitian yang yang dideritanya. Informan mengalami
telah penulis lakukan mengenai resiliensi sejumlah reaksi seperti shock, encounter
pada penderita kanker serviks stadium dan retreat. Reaksi tersebut sebagai
lanjut maka dapat disimpulkan bahwa bentuk respon yang dilakukan informan
informan memiliki resiliensi yang baik, setelah mendapatkan diagnosis
informan yakin dapat sembuh dan menderita kanker serviks stadium lanjut.
berusaha agar dapat menjalani Informan juga merasakan ketakutan akan
kehidupannya dengan baik. Dinamika kematian serta kecemasaan akan
proses pembentukan resiliensi yang kondisinya di masa yang akan datang.
dialami masing-masing informan Kanker serviks yang dialami informan
berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi menimbulkan permasalahan-
oleh kemampuan informan untuk bangkit permasalahan yang cukup mengganggu
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 85

kehidupan informan baik fisik maupun keluarga. Faktor-faktor yang turut


psikis. Informan bersikap pasrah dan mendukung pembentukan resiliensi pada
menyerahkan semuanya pada Tuhan, informan yaitu spiritualitas dan dukungan
walaupun informan bersikap pasrah keluarga besar serta lingkungan sekitar.
informan tetap berusaha untuk Implikasi dalam penelitian ini
memperoleh kesembuhan dari penyakit adalah perhatian dan dukungan moril
yang diderita dengan melakukan hal-hal maupun spiritual yang lebih kepada
yang dapat membantu proses penderita kanker serviks sangatlah
penyembuhan seperti melakukan diperlukan karena hal itu sangat
kemoterapi, sinar, dan pengobatan berpengaruh pada proses terbentuknya
alternatif, hal ini dikarenakan informan resiliensi. Saran bagi peneliti lain, yang
masih memiliki tanggung jawab dalam tertarik dengan tema penelitian yang
mengentaskan anak-anaknya. Informan sama diharapkan dapat dengan variabel
juga menganggap seolah-olah semuanya lain sehingga akan didapat data yang
baik-baik dan tidak terlalu memikirkan lebih kompleks dan berguna bagi
penyakit yang dideritanya dengan cara penderita kanker serfiks.
banyak istirahat dan bercanda dengan

DATAR PUSTAKA
Bobey, M. (1999). Resilience: the ability to bounce back from adversity. American
of Pediatric. Http:// www. Crha- health.ab.ca/clin/womwn102 Mar Apr.
HTM. Diakses pada tanggal 20 November 2011.

Grotberg, E. (1995). A guide to promoting resilience in children: Strengthening The Human


Spirit. Benard Van Leer Fondation.

Hadjam, N.R. (2000). tinjauan psikologis tentang kanker: studi kasuistik tentang kondisi
aspek psikologis penyebab kanker. Laporan Penelitian. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM

Hawari, D. (2004). Al quran: ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. Jakarta: Bhakti Prima
Yasa.

Holaday, M. (1997). Resilience and severe burns. Journal of Counseling and


Development.75. 346-357

Holland, J, & Evcimen, Y. (2009). Depression in cancer patients. supportive care in cancer
therapy. USA: Humana Press.

a
Lubis, N.L. (2009) . Depresi: tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

b
(2009) . Makna hidup pada penderita kanker leher rahim. Majalah Kedokteran
Nusantara 42 (1).

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 essential skills for overcoming life’s
inevitable obstacles. Newyork: Broadway Book.

Rini, I.R.S. (2007). Resiliensi pada penderita kanker ditinjau dari dukungan sosial. tesis
(tidak diterbitkan). Program Pasca Sajana Fakultas Psikologi. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

Schoon, I. (2006). Risk & resilience: adaptations in changing times. Cambridge University
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 86

Press.

Tugade M.M & B.L. Fredrickson. (2004). Resilient individual use positive emotions to
bounce back from negative emotional experiences. Journal of Personality and Social
Psychology, 24 ( 2 ) . 320-333.

Umaroh. (2008). Ketakutan akan kematian pada penderita kanker stadium lanjut. skripsi
(tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta: Fakultas Psikologi.

You might also like