Professional Documents
Culture Documents
1 2017 77
Abstract. Cervical cancer at an advanced stage is a disease that is often incurable and has
a chronic course of disease that eventually kills. Cervical cancer that causes the patient can
not perform normal daily activities also cause feelings of being a burden for others. Patients
with advanced cervical cancer is expected to have the ability to rise and recover so that it can
be a motivation to recover and can live his life better. This study aims to understand, explore
and describe the dynamics of resilience in patients with advanced cervical cancer. This
research uses qualitative approach with phenomenology method. Methods of collecting data
in the form of interviews, observation and documentation. In this research, the main
informant is 3 people with the following characteristics: 1). Informant age minimum 40 years,
2). Informants were diagnosed with advanced stage cervical cancer (stage III-IV), 3).
Informants already have offspring. The supporting informant in this research is the main
informant family. Based on the results of data analysis can be obtained conclusion that the
informant has good resilience, informant sure to get well and try to live life well. The
dynamics of the resilience formation process experienced by each informant are different. It
is influenced by the ability of informants to rise up and survive in undergoing illness. The
informant experienced a number of reactions such as shock, encounter and retreat. The
informant also feels the fear of death and the dread of his condition in the future. Factors
contributing to the formation of resilience to the informant are the belief and optimism of
healing, spirituality and family support and the environment.
Abstrak. Kanker serviks pada stadium lanjut merupakan penyakit yang seringkali tidak bisa
disembuhkan dan mempunyai perjalanan penyakit kronik yang akhirnya mematikan.
Penyakit kanker serviks yang mengakibatkan penderita tidak bisa melakukan aktivitas
sehari-hari secara normal juga menimbulkan perasaan menjadi beban bagi orang lain.
Penderita kanker serviks stadium lanjut diharapkan memiliki kemampuan untuk bangkit dan
pulih sehingga dapat menjadi motivasi untuk sembuh dan dapat menjalani kehidupannya
dengan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk memahami, mendalami dan
mendeskripsikan dinamika resiliensi pada penderita kanker serviks stadium lanjut. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Metode pengumpulan
data berupa interview, observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini diambil informan
utama sebanyak 3 orang dengan karakteristik sebagai berikut: 1). Informan usia minimal 40
tahun, 2). Informan didiagnosa menderita kanker serviks stadium lanjut (stadium III-IV), 3).
Informan sudah memiliki keturunan. Adapun informan pendukung dalam penelitian ini yaitu
keluarga informan utama. Berdasarkan hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan bahwa
informan memiliki resiliensi yang baik, informan yakin dapat sembuh dan berusaha agar
dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Dinamika proses pembentukan resiliensi
yang dialami masing-masing informan berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh
kemampuan informan untuk bangkit dan bertahan dalam menjalani penyakit yang
dideritanya. Informan mengalami sejumlah reaksi seperti shock, encounter dan retreat.
Informan juga merasakan ketakutan akan kematian serta kecemasaan akan kondisinya di
masa yang akan datang. Faktor-faktor yang turut mendukung pembentukan resiliensi pada
informan yaitu keyakinan dan optimisme akan kesembuhan, spiritualitas dan dukungan
keluarga serta lingkungan sekitar.
Table. 1
Identitas informan
NO. Identitas Informan 1 Informan 2 Informan 3
1. Nama Ks Yn In
2. Usia 50 tahun 47 tahun 50 tahun
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 80
informan bersikap pasrah, berdoa kepada dianggap penyakit yang mengerikan. Hal
Tuhan YME agar diberi kesembuhan, ini sesuai dengan hasil wawancara yang
dan ikhlas menerima keadaannya menunjukan bahwa informan pertama
sekarang. dan kedua memiliki pemikiran bahwa
Tema kedua yang muncul adalah penyakit kanker serviks merupakan
kemampuan mengontrol impuls Reivich penyakit yang mematikan dan tidak
dan Shatte (2002) menyatakan bahwa banyak dari penderita penyakit ini yang
kemampuan untuk mengontrol impuls telah berada pada stadium lanjut untuk
berhubungan dengan pengendalian dapat disembuhkan. Dalam menyikapi
emosi. Individu yang kuat mengontrol penyakit yang dideritanya, informan awal
impulsnya cenderung mampu mulanya merasa sedih, takut, dan
mengendalikan emosinya. Perasaan putus asa hal ini ditunjukan dari sikap
yang menantang dapat meningkatkan informan yang merasa tidak yakin
kemampuan untuk mengontrol impuls apakah dapat bertahan dengan
dan menjadikan pemikiran lebih akurat, penyakit yang dideritanya.
yang mengarahkan kepada pengendalian Ketiga informan memiliki
emosi yang lebih baik, dan menghasilkan resiliensi yang baik walaupun lebih
perilaku yang lebih resilient. Hal ini bersikap pasrah dengan menerima
sesuai dengan hasil wawancara yang keadaan. Namun penderita kanker
menyatakan bahwa para penderita serviks dalam penelitian ini juga
kanker serviks dalam penelitian ini dapat tetap merasa optimis untuk dapat sembuh
lebih bersikap sabar dan tetap berusaha dengan tetap berusaha melakukan hal-
untuk memperoleh kesembuhan dari hal yang membantu proses
penyakit yang dideritanya. penyembuhannya dengan melakukan
Informan merasa masih memiliki pengobatan di rumah sakit berupa
tanggung jawab dalam mengentaskan kemotrapi dan radioterapi serta
anak-anaknya. Hal ini menjadi suatu mencoba pengobatan alternatif.
motivasi informan dalam diri informan Kemampuan menganalisis
sendiri dan juga merupakan harapan masalah muncul pula dalam tema yaitu
terbesar dari informan untuk dapat dalam memandang penyakit yang
melihat anak- anak dapat menjalani masa dideritanya informan tidak terlalu
depannya dengan baik, tentu dengan memikirkannya sebab hal itu akan
bimbingan dan kasih sayang informan. membuat informan menjadi down.
Menurut Holaday (1997) keterampilan Informan lebih senang memikirkan hal-hal
kognitif berpengaruh penting pada tentang keluarganya di hari esok.
resiliensi individu. Resiliensi juga Holaday (1997) menyatakan bahwa
dihubungkan dengan kemampuan untuk keterampilan kognitif berpengaruh
melepaskan pikiran dari trauma dengan penting pada resiliensi individu. Resiliensi
menggunakan fantasi dan harapan- dihubungkan dengan kemampuan untuk
harapan yang ditumbuhkan pada diri melepaskan pikiran dari trauma dengan
individu yang bersangkutan. menggunakan fantasi dan harapan-
Tema ketiga adala optimis, harapan yang ditumbuhkan pada diri
Menurut Hawari (2004), kanker serviks individu yang bersangkutan. Hal ini
pada stadium lanjut merupakan penyakit seperti yang dialami oleh ketiga informan
yang seringkali tidak bisa disembuhkan yang selalu memikirkan hal-hal yang
dan mempunyai perjalanan penyakit yang membuat informan merasa senang,
kronik yang akhirnya mematikan sehingga seperti menginginkan anak-anaknya
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 82
sukses, dan memiliki cucu, hal ini lah merasa sedih memikirkan informan.
yang membuat ketiga informan terus Informan kerap bercanda dengan
berusaha untuk sembuh. Tidak bisa lingkungan sosial di sekitarnya dan
dipungkiri bahwa penyakit kanker menunjukan bahwa ketiga informan tidak
merupakan penyakit yang menakutkan, terlalu memikirkan dan merasakan rasa
dari hasil penelitian ditemukan bahwa sakit penyakitnya. Menurut Reivich dan
informan masih merasa tidak siap jika Shatte (2002), individu yang resilien
harus meninggalkan keluarga terutama mahir dalam menginterpretasikan bahasa
anak-anak mereka jika meninggal nanti non verbal dari orang lain, seperti
karena menurut mereka anak-anaknya ekspresi wajah, nada suara, bahasa
masih sangat membutuhkan kasih tubuh dan menentukan apa yang orang
sayang ibunya. Selain itu informan lain pikirkan dan rasakan.
merasa masih memiliki tanggung jawab Informan juga merasakan sedih
untuk membesarkan anak-anaknya. akan keadaan yang dialaminya namun
Informan menyatakan bahwa rasa tetap memiliki rasa percaya diri dan
sakit yang diderita informan juga keyakinan yang besar untuk dapat
menyebabkan munculnya rasa cemas sembuh. Sehingga dapat dikatakan
dan takut yang dapat menghambat empati suda muncul. Sikap optimis yang
informan untuk melakukan aktivitas ditunjukan oleh ketiga informan
sehari-hari. Hal ini juga diperkuat dengan menunjukan bahwa informan memiliki
hasil penelitian Lubis, (2009) yang resiliensi yang baik dan hal ini diperkuat
menyatakan bahwa penyakit kanker oleh pendapat Reivich dan Shatte
serviks yang mengakibatkan penderita (dalam Rini, 2007) yang menyatakan
tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari bahwa individu dengan resiliensi yang
secara normal juga menimbulkan baik mampu menghadapi masalah
perasaan menjadi beban bagi orang lain dengan baik, mampu mengontrol diri,
(becoming burden on others). Hal ini mampu mengelola stres dengan baik
dirasakan oleh ketiga informan karena dengan mengubah cara berpikir ketika
ketika sebelum informan menderita berhadapan dengan stres.
penyakit kankernya, informan dapat Dukungan yang diberikan oleh
melaksanakan aktivitas sehari-hari lingkungan sosial terhadap informan
dengan baik, namun setelah informan berupa motivasi, informasi sekitar.
menderita penyakitnya informan merasa Dukungan moral berupa semangat yang
frekuensi dalam aktivitasnya mulai diberikan oleh keluarga informan dan
berkurang, hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan di sekitar informan dapat
tubuh informan yang mulai lemah, menambah kemampuan resiliensi pada
sehingga aktivitas yang biasanya ketiga informan yang ditandai dengan
dilakukan oleh informan dilakukan oleh munculnya semangat informan untuk
lingkungan terdekat informan. Hal ini sembuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang membuat informan merasa dari Grotberg (1995) yang menyatakan
bersalah, tidak dapat melakukan bahwa hubungan terdekat dari individu
pekerjaannya seperti semula. seperti suami, anak, orang tua merupakan
Tema selanjutnya adalah orang yang mencintai dan menerima
Kemampuan berempati dimana ketiga individu. Motivasi dari informan dapat
informan terkadang tidak dikatakan sebagai bagian dari pencapaian.
memperlihatkan rasa sakit dalam dirinya Kanker serviks stadium lanjut
agar lingkungan sosial disekitarnya yang merupakan penyakit yang seringkali tidak
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 83
Gambar 1
Skema Dinamika Resiliensi Pada Penderita Kanker Serfiks Stadium Akhir
DATAR PUSTAKA
Bobey, M. (1999). Resilience: the ability to bounce back from adversity. American
of Pediatric. Http:// www. Crha- health.ab.ca/clin/womwn102 Mar Apr.
HTM. Diakses pada tanggal 20 November 2011.
Hadjam, N.R. (2000). tinjauan psikologis tentang kanker: studi kasuistik tentang kondisi
aspek psikologis penyebab kanker. Laporan Penelitian. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM
Hawari, D. (2004). Al quran: ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. Jakarta: Bhakti Prima
Yasa.
Holland, J, & Evcimen, Y. (2009). Depression in cancer patients. supportive care in cancer
therapy. USA: Humana Press.
a
Lubis, N.L. (2009) . Depresi: tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
b
(2009) . Makna hidup pada penderita kanker leher rahim. Majalah Kedokteran
Nusantara 42 (1).
Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 essential skills for overcoming life’s
inevitable obstacles. Newyork: Broadway Book.
Rini, I.R.S. (2007). Resiliensi pada penderita kanker ditinjau dari dukungan sosial. tesis
(tidak diterbitkan). Program Pasca Sajana Fakultas Psikologi. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Schoon, I. (2006). Risk & resilience: adaptations in changing times. Cambridge University
ISSN :2541450X (online) Jurnal Indigenous Vol. 2 No. 1 2017 86
Press.
Tugade M.M & B.L. Fredrickson. (2004). Resilient individual use positive emotions to
bounce back from negative emotional experiences. Journal of Personality and Social
Psychology, 24 ( 2 ) . 320-333.
Umaroh. (2008). Ketakutan akan kematian pada penderita kanker stadium lanjut. skripsi
(tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta: Fakultas Psikologi.