You are on page 1of 8

PERAN AUDITOR INSPEKTORAT

JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN


UMUM DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
PERIODE 2009-2013

Mayadiana Sugondo
Universitas Bina Nusantara
Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530
(021) 53696969, 53696999/ (021) 5300244, mayadiana.sugondo@yahoo.com
Dosen Pembimbing : Drs. Sudarmo, MM

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze how the resources of auditors the Inspectorate General and
implementation of the review and mentoring in improving the quality of the financial statements of the
Ministry of Public Works. The methods were qualitative method and the research methods consisted of
observations, interviews, and documentation. The object of study is the Inspectorate General of the
Ministry of Public Works. Analysis is done by comparing how the implementation of the assistance
and review and how the readiness of the resource of the auditors. The result achivied, (1) the
readiness of the auditors in improving quality of financial statements in the mentoring and review as a
whole has been sufficient, (2) implementation of the assistance of the financial statements of the
UAKPA and UAPPA-W and review the financial statements of the UAPPA and UAPA as a whole has
followed the procedures, (3) the role of auditors of the Inspectorate Generalas forces of the
Ministry/Agency in implementation mentoring and review the financial statements with an increase
from Qualified Opinion in 2009-2011 to be Unqualified Opinion in 2013 although with some
improvements must be done. In conclusion, the Inspectorate General need to quality auditors in SAI,
SAP, and analysis data base and defend implementation of the assistance an review the financial
statements.(MS).

Keywords: Inspectorate General, Financial Statements of Ministry/Agency, Review, Accounting


System Institution, dan Government Accounting Standard.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ialah untuk menganalisis bagaimana kesiapan sumber daya auditor Inspektorat
Jenderal dan pelaksanaan reviu serta pendampingan yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas
Laporan Keuangan Kementerian Pekerjaan Umum. Metoda dan objek penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif dan metode penelitian ini terdiri dari observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Objek penelitian adalah Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum. Analisis
dilakukan dengan membandingkan bagaimana pelaksanaan pendampingan dan reviu serta
bagiamana kesiapan sumber daya auditor. Hasil yang dicapai, (1) kesiapan auditor dalam
meningkatkan kualitas laporan keuangan dalam pendampingan dan reviu secara keseluruhan sudah
memadai (2) pelaksanaan pendampingan penyusunan laporan keuangan tingkat UAKPA dan tingkat
UAPPA-W dan reviu laporan keuangan tingkat UAPPA dan tingkat UAPA secara keseluruhan sudah
mengikuti prosedur yang ditentukan, (3) peran auditor Inspektorat Jenderal sebagai Aparat
Pengawasan Intern Kementerian/Lembaga dalam pelaksanaan pendampingan dan reviu laporan
keuangan memberikan hasil yang cukup signifikan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan
dengan peningkatan dari semula Wajar Dengan Pengecualian tahun 2009-2011 dan 2013 menjadi
Wajar Tanpa Pengecualian walaupun dengan adanya beberapa perbaikan yang masih harus
dilakukan. Kesimpulannya, Inspektorat Jenderal perlu meningkatkan kualitas auditor dalam hal SAI,
SAP, dan analisis basis data dan mempertahankan pelaksanaan pendampingan dan reviu laporan
keuangan. (MS).

Kata Kunci: Inspektorat Jenderal, Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, Reviu, Sistem


Akuntansi Instansi, dan Standar Akuntansi Pemerintah.

PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan negara sacara tertib, efisien, efektif,
transparan, bertanggung jawab dan untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintah
negara, maka pemerintah dan jajarannya dituntut serius dalam memperbaiki pengelolaan, pencatatan,
pertanggungjawaban, dan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan pemerintah. Demi mendorong
terwujudnya tata kelola yang baik di bidang keuangan terbitlah paket Undang-Undang Keuangan
Negara yang meliputi UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara beserta peraturan-peraturan pendukungnya.
Wujud pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara/daerah kepada
masyarakat adalah Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga. Tuntutan masyarakat terhadap
pemerintah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good government governance)
disebabkan belum tersusunya laporan keuangan secara tertib sesuai standar yang berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan yang dilaporkan. Permasalahan kualitas laporan keuangan
dibuktikan dengan diperolehnya opini disclaimer dibeberapa instansi pemerintah pusat maupun
daerah.
Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam
penyelenggaran pemerintahan. Dalam lingkup pemerintahan dikenal Inspektorat Jenderal
Kementerian/Lembaga untuk pemerintah pusat dan inspektorat provinsi/kabupaten/kota untuk
pemerintah daerah. Inspektorat Jenderal selaku pengawas internal adalah bagian dari aparat
pengawasan intern pemerintah (APIP) yang bertanggung jawab langsung kepada menteri atau
pimpinan lembaga. Inspektorat Jenderal memiliki peran penting untuk meningkatkan akuntabilitas dan
transparasi dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam pasal 33 ayat (3) Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Pemerintah dinyatakan bahwa aparat
pengawasan intern pemerintah pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah melakukan reviu atas
Laporan Keuangan dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum
disampaikan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga kepada Menteri Keuangan. Reviu adalah penelaahan
atas penyelenggaraan akutansi dan penyajian LK untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa
akutanssi telah diselenggarakan sesuai SAI dan disajikam sesuai SAP untuk menghasilkan LK K/L
yang berkualitas.
Berdasarkan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) terhadap
laporan keuangan Kementerian Pekerjaan Umum dari tahun 2009-2011 Kementerian Pekerjaan
Umum mendapatkan opini wajar dengan pengecualian (WDP) dari BPK RI, dikarenakan adanya
temuan terkait sistem pengendalian intern sebanyak 13 temuan yang terkait dengan belum lengkapnya
sumber memadai tentang laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Pentausahaan Aset
Rumah Negara Golongan III untuk tahun 2011. Pada tahun 2012 Kementerian Pekerjaan Umum
berhasil memperoleh opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan (WTP-DPP). Adanya
paragraf penjelasan dikarenakan adanya aset PU yang dipinjam dan belum jelas keberadaannya serta
aspek laporan keuangan yang masih perlu diperbaiki.
Pada tahun 2013, BPK RI memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan
Keuangan Kementerian Pekerjaan Umum, namun ada beberapa permasalahan yang perlu
diperbaikiPada tahun 2013, Badan Pemeriksa Keuangan memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) atas laporan keuangan Kementerian Pekerjaan Umum, namun ada beberapa permasalahan
yang perlu diperbaiki. Kementerian Pekerjaan Umum merupakan entitas pemeriksaan yang strategis
bagi BPK RI, karena Kementerian Pekerjaan Umum merupakan salah satu entitas pengelola anggaran
APBN terbesar. Baik buruknya kualitas laporan keuangan Kementerian Pekerjaan Umum akan
berpengaruh signifikan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) secara keseluruhan.
Akuntabilitas pengelolaan keuangan Kementerian Pekerjaan Umum menjadi perhatian publik karena
sebagain besar out put dari belanja Kementerian Pekerjaan Umum langsung bersentuhan dengan
masyarakat banyak. Oleh karena itu peran auditor Inspektorat Jenderal perlu ditingkatkan dalam
kesiapan sumber daya auditor dan pelaksanaan reviu dan pendampingan kepada unit akuntansi kuasa
pengguna anggaran dalam menyusun laporan keuangan dengan akurat dan benar sesuai Standar
Akuntansi Pemerintahan untuk mendapatkan laporan keuangan yang berkualitas agar informasi dalam
laporan keuangan dapat diandalkan oleh pemilik kepentingan dan masyarakat serta mempertahankan
opini yang diberikan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Menurut Badara (2012), melalui penelitiannya The Role of Internal Auditors in Ensuring
Effective Financial Control at Local Government Level: The Case of Alkaleri L.G.A., Bauchi State.
Hasil temuan yang di dapat dari studi ini antara lain, kurangnya tingkat independensi auditor internal
dalam melaksanakan tugas, understaffing di sisi unit audit internal, sistem pengendalian internal yang
sangat lemah terhadap keuangan dan kontrol lain dan juga tidak ada kepatuhan oleh auditor pada
standar audit umum.
Berdasarkan penelitian Muchtar (2014) yang berjudul Analisis Peran Audit Internal Dalam
Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Inspektorat
Kapubaten Sleman). Dalam penelitiannya, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh
dari kuesioner yang bersifat tertutup dan wawancara serta data sekunder. Peneliti menggunakan
analisis kualitatif dengan menilai efektifitas pelaksanaan audit internal dan pelaksaan review atas
laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan audit
telah berjalan dengan efeketif. Disamping itu, peran inspektorat dalam rangka menunjang peningkatan
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah melalui pelaksanaan kegiatan review laporan keuangan
secara keseluruhan telah berjalan dengan efektif.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan metode kuantitatif, penulis
melakukan penelitian secara kualitatif dengan metode deskriptif. Salah satu penelitian dilakukan untuk
mengukur apakah peran auditor internal pada pemerintah lokal dalam memastikan pengendalian
keuangan telah efektif dilakukan. Penelitian lainnya dengan metode yang sama, melakukan analisis
untuk melihat apakah pelaksanaan audit internal telah berjalan dengan efektif dan peran isnpektorat
jenderal dalam melakukan review. Penelitian yang dilakukan penulis lebih melihat bagaimana
kesiapan sumber daya auditor dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan dan bagaimana
pelaksanaan pendampingan penyusunan laporan keuangan dan reviu laporan keuangan dari tingkat
UAKPA sampai UAPA. Berdasarkan latar belakang dan penelitian sebelumya, maka penulis tertarik
untuk menulis skripsi dengan judul PERAN AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS
LAPORAN KEUANGAN PERIODE 2009-2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis bagaimana kesiapan sumber daya auditor Inspektorat Jenderal dan pelaksanaan reviu
serta pendampiangan yang dilakukan Inspektorat Jenderal dalam meningkatkan kualitas laporan
keuangan Kementerian Pekerjaan Umum.

METODE PENELITIAN
Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian Kepustakaan (library research)


Merupakan pengumpulan data sekunder melalui teks tertulis, buku, e-book, artikel, buletin,
jurnal, laporan ataupun arsip organisasi yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai bahan
perbandingan.
2. Penelitian Lapangan (field research)
Data empiris yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik :
.a Observasi, yaitu dengan mengunjungi secara langsung Inspektorat Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum dan melihat pelaksanaan reviu dan pendampingan yang dilakukan.
.b Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang
berkompeten dari pegawai dan auditor di lingkungan Inspektorat Jenderal.
.c Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
proses serta tahapan reviu yang dilakukan auditor.

HASIL DAN BAHASAN


Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis kesiapan auditor ITJEN dan pelaksanaan
pendampingan serta reviu laporan keuangan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan.
1. Kesiapan Sumber Daya Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Dalam
Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan

Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum selaku Aparat Pengawasan Intern


Pemerintah (APIP) mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam bidang pengawasan yang
kegiatannya antara lain adalah reviu laporan keuangan sesuai dengan PP 60 tahun 2008 Pasal 57.
Untuk mendukung tugas dan fungsi tersebut Inspektorat Jenderal harus memiliki jumlah dan
kompetensi tenaga auditor yang memadai. Salah satu kriteria lain sumber daya auditor adalah
kompetensi auditor sesuai persyaratan dan auditor telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan sesuai kebutuhan.
Setiap auditor memiliki tugas pendampingan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
wilayah kerja yang dikepalai oleh Inspektur Wilayah masing-masing dan reviu laporan keuangan
tingkat kementerian. Kementerian Pekerjaan Umum memiliki Inspektorat Wilayah I sampai
dengan Inspektorat Wilayah IV. Saat melakukan pendampingan penyusunan laporan keuangan
dan reviu laporan keuangan, auditor dibagi menjadi tim dimana dalam tim tersebut terdapat
auditor dengan latar belakang pendidikan akuntansi dan juga non akuntansi. Karena
keterbatasanya jumlah auditor yang memiliki latar belakang akuntansi, sehingga auditor dengan
latar belakang non akuntansi diikutsertakan dalam pendampingan penyusunan laporan keuangan.
Jumlah auditor dengan latar belakangan akuntansi sebesar 24% jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan yang memiliki latar belakang pendidikan non akuntansi sebesar 76%. Banyaknya jumlah
auditor dengan latar belakang non akuntansi dikarenakan Kementerian Pekerjaan Umum
memiliki pengelolaan aset yang besar dan memiliki tanggungjawab dalam pengelolaan
pembangunan jalan dan irigasi serta bendungan, maka membutuhkan keahlian dibidang
keteknikan untuk mendukung tugas kementerian. Pembagian tim auditor yang akan melakukan
pendampingan ke UAKPA dibagi sesuai keadaan unit akuntansi yang akan direviu.
Dari sisi kuantitas auditor yang ada di ITJEN, sudah terpenuhi karena sudah ada beberapa
auditor baru namun dari sisi kualitas masih harus ada peningkatan kembali karena masih
kurangnya pemahaman auditor dalam bidang keuangan. Untuk itu dalam pelaksanaan di tingkat
UAKPA auditor Inspektorat Jenderal dibantu oleh BPKP perwakilan setempat untuk melakukan
pendampingan penyusunan laporan keuangan dan reviu laporan keuangan. Hal ini dilakukan
untuk membantu auditor dalam mempercepat pelaksanaan pendampingan dan reviu.
Kementerian Pekerjaan Umum yang terbagi ke dalam 8 SATMINKAL memiliki 5-20 satuan
kerja dalam 1 provinsi dari seluruh total 1.083 satuan kerja di lingkup Kementerian Pekerjaan
Umum Bagian Anggaran 033 pada tahun 2013.

2. Pelaksanaan Reviu dan Pendampingan Auditor Inspektorat Jenderal Dalam Meningkatkan


Kualitas Laporan Keuangan Kementerian Pekerjaan Umum

Kualitas laporan keuangan Kementerian Pekerjaan Umum dapat dikatakan belum memadai
karena dari tahun 2004 sampai dengan 2008 selalu menghasilkan opini tidak memberikan
pendapat (disclaimer) dari BPK, tahun berikutnya 2009 sampai 2011 mendapatkan opini Wajar
Dengan Pengecualian dan tahun 2013 mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Opini
Wajar Tanpa Pengecualian yang diberikan masih harus diperbaiki karena ada beberapa
permasalahan yang perlu diselesaikan diantaranya mengenai kelemahaan Sistem Pengendalian
Intern (SPI) dalam pengelolaan pendapatan dari sewa dan belanja hibah, aset tetap dan aset tidak
berwujud yang belum dapat ditelusuri keberadannya, kebijakan akuntansi untuk aset hasil
penanganan jalan startegis nasional belum ditetapkan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
aset negara dimanfaatkan oleh pihak III (lain) tidak sesuai ketentuan, penyelesaian pekerjaan
terlambat belum dikenakan denda keterlambatan, dan terdapat kelebihan pembayaran atas
pelaksanakan kegiatan pekerjaan konstruksi, konsultan dan barang.
Peningkatan kualitas dan opini Laporan Keuangan Kementerian Pekerjaan Umum Bagian
Anggaran (BA) 033 didukung adanya pelaksanaan pendampingan penyusunan laporan keuangan
dan reviu laporan keuangan yang dilakukan auditor Inspektorat Jenderal. Berdasarkan pasal 33
ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Pemerintah dinyatakan bahwa aparat pengawasan intern pemerintah pada
kementerian/lembaga/pemerintah daerah melakukan reviu atas Laporan Keuangan dalam rangka
meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga kepada Menteri Keuangan. Reviu bertujuan untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan.
Pelaksanaan reviu dan pendampingan laporan keuangan yang dilakukan auditor Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
41/PMK.09/2010 tentang Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga dalam
melakukan reviu laporan keuangan mulai dari tingkat kuasa pengguna angaran sampai tingkat
kementerian untuk Laporan Kementerian Pekerjaan Umum Bagian Anggaran (BA) 033.
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum pada tingkat UAKPA sampai UAPPA-W
lebih menekankan sebagai pendampingan penyusunan laporan keuangan. Tujuan pendampingan
disini sama dengan reviu karena sama-sama ingin meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Pelaksanaan yang dilakukan dalam pendampingan laporan keuangan sama dengan pada tahap
dan prosedur reviu yang dikeluarkan Kementerian Keuangan. Karena setalah auditor selesai
melakukan pendampiangan dan satuan kerja selesai melakukan penyusunan laporan keuangan,
auditor melakukan reviu laporan keuangan. Pendampingan dilakukan pada tingkat UAKPA
sampai UAPPA-W dan reviu dilakukan pada tingkat Eselon 1 dan tingkat Kementerian sesuai
dengan Surat Keputusan yang dikeluarkan Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum.
Berdasarkan tahapan reviu terdapat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan reviu. Pada
tahap perencanaan terdapat penyeleksian dan penentuan obyek reviu yang dilakukan dengan
menggunakan kriteria, dimana auditor tidak melihat kriteria materialitas seperti yang dijelaskan
dalam PMK 41. Karena auditor tidak melihat satuan kerja yang hanya memiliki saldo akun LRA
atau Neraca yang relatif besar tetapi semua satuan kerja yang ada di seluruh provinsi baik yang
nilainya material maupun yang tidak material. Selanjutnya, dalam pelaksanaan reviu dilakukan
secara berjenjang dari tingkat UAKPA sampai UAPA.
Berdasarkan hasil wawancara penulis, auditor TJEN terkadang tidak melakukan reviu pada
tingkat UAPPA-W karena keterbatasan waktu sehingga tidak memungkinkan untuk
melakukannya sehingga langsung melakukan reviu pada tingkat UAPPA-E1. Selain itu
dikarenakan kurangnya koordinasi dari UAPPA-W sehingga satuan kerja langsung
menggabungkan ke tingkat Eselon 1.

3. Peran Auditor Inspektorat Jenderal Dalam Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan


Kementerian Pekerjaan Umum

Peran auditor Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawasan Intern Kementerian/Lembaga


dalam pelaksanaan pendampingan dan reviu laporan keuangan memberikan hasil yang cukup
signifikan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan peningkatan dari semula
Wajar Dengan Pengecualian tahun 2009-2011 dan 2013 menjadi Wajar Tanpa Pengecualian
walaupun dengan adanya beberapa perbaikan yang masih harus dilakukan. Pelaksanaan
pendampingan yang dilakukan auditor pada saat kuasa pengguna anggaran menyusun laporan
keuangan, membantu perbaikan apabila adanya kelemahan baik dalam penyelenggaraan
akuntansi maupun penyajian laporan keuangan membawa dampak positif pada laporan keuangan
kementerian. Ditambah adanya reviu kembali yang dilakukan auditor pada tingkat UAKPA
sampa UAPA membantu memberikan kepastian akan ke akuratan, keabsahan, kehandalan,
pengakuan, pengukuran dan pelaporan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis, bahwa kesiapan sumber daya auditor di Inspektorat
Jenderal secara keseluruhan sudah mencukupi dan pelaksanaan pendampingan laporan keuangan dan
reviu laporan keuangan sudah berjalan efektif dan telah sesuai denggan peraturan yang ditetapkan.
Meskipun masih terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari Inspektorat Jenderal selaku
audit internal Kementerian Pekerjaan Umum.
Berikut merupakan uraian kesimpulan atas penelitian yang dilakukan penulis di Lingkungan
Kantor Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, yaitu:
1. Kesiapan Sumber Daya Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum
Sumber daya auditor yang ada pada Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dari
segi kuantitas dianggap memadai dengan adanya beberapa auditor baru dan dilihat melalui
pendekatan pelaksaaan pendampingan penyusunan laporan keuangan dan reviu laporan
keuangan. Namun dari segi kualitas yang ada, kesiapan jumlah sumber daya auditor dirasa masih
kurang karena kebanyakan dari auditor tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi.
Selain itu, kuranganya pelatihan dan pendidikan mengenai Akuntansi Pemerintahan baik itu SAI,
SAP, dan analisis basis data yang diberikan kepada auditor.

2. Pelaksanaan Reviu dan Pendampingan


Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum baik dalam pelaksanaan pendampingan
penyusunan laporan keuangan dan reviu laporan keuangan mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010 dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER
57/PB/2013. Tahapan dan prosedur reviu yang dilakukan auditor sudah sesuai dengan standar
reviu yang dikeluarkan Kementerian Keuangan. Tahapan yang dilaksanakan oleh auditor ITJEN
adalah melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Prosedur reviu yang akan
dilakukan ditentukan dari adanya permasalahan yang ada. Hambatan yang dirasakan dalam
pelaksanaan pendampingan dan reviu diantaranya, cakupan atau banyakanya satuan kerja
(UAKPA) yang harus direviu, SDM yang memenuhi syarat latar belakang pendidikan dan
pelatihan atas penguasaan SAP, SAI, dan analisis basisi data masih kurang, dan adanya batasan
waktu penugaan reviu yang membuat pada tingkat wilayah tidak dilakukan.

3. Peran Auditor Inspektorat Jenderal Dalam Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan


Kementerian Pekerjaan Umum
Peran auditor Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawasan Intern Kementerian/Lembaga
dalam pelaksanaan pendampingan dan reviu laporan keuangan memberikan hasil yang cukup
signifikan terbukti dengan meningkatkan kualitas laporan keuangan dilihat dari opini yang
didapat. Tahun 2009 sampai 2011 Wajar Dengan Pengecualian dan di tahun 2013 menjadi
Wajar Tanpa Pengecualian walaupun dengan adanya beberapa perbaikan yang masih harus
dilakukan. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari faktor sumber daya auditor yang ada dan
pelaksanaan yang dilakukan pada saat pendampingan penyusunan laporan keuangan dan reviu
laporan keuangan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan terkait kesiapan auditor dan pelaksanaan
pendampingan serta reviu laporan keuangan, maka penulis menyarankan Inspektorat Jenderal agar:
1. Inspektorat Jenderal agar mampu memberikan pendidikan dan pelatihan kepada auditor dengan
latar belakang pendidikan akuntansi maupun non akuntansi khususnya pendidikan mengenai
SAI, SAP, dan analisis basis data untuk melaksanakan pendampingan dan reviu laporan
keuangan.
2. Inspektorat Jenderal agar memperdayakan auditor yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pendampingan atau reviu.
3. Penulis memberikan saran pelaksanaan pendampingan penyusunan laporan keuangan dan reviu
laporan keuangan dilakukan jauh hari sebelum laporan keuangan dilaporkan.
4. Saran bagi penulis selanjutnya, ada kajian lain yang dapat dibahas dalam reviu laporan keuangan
yang dilakukan Inspektorat Jenderal sebagai auditor internal, misalnya membahas Sistem
Akuntansi Instansi yang terdiri dari SAKPA maupun SIMAK BMN.

REFERENSI
Agoes, Sukrisno. (2012). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Oleh Akuntan Publik, Jilid 1. Edisi
Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
Al-Shetwi, M., Ramadili, S.M., Chowduty, T.H.S., and Sori, Z.M. (2011) Impact Of Internal Audit
Function (IAF) On Financial Reporting Quality (FRQ): Evidence From Saudi Arabia.
African Journal Business Mangement. Vol. 5 (27), pp.11189-11198, 9 November, 2011.
Arif, Bahtiar., Muchlis, dan Iskandar. (2009). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Akademia
Badara, Muazu Saidu. (2012). The Role of Internal Auditors in Ensuring Effective Financial Control
at Local Government Level: The Case of Alkaleri L.G.A., Bauchi State. Research Journal of
Finance and Accounting, ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online). Vol. 3, No.4,
2012. Diakses 26 Desember 2014 dari www.iiste.org
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2013). Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusar Tahun 2013: Ringkasan Eksekutif.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Komite Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
(2008). Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan
Keuangan.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. (2005). Kode Etik dan Standar Audit Edisi Kelima.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. (2010). Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Nomor: PER-211/K/JF/2010 Tentang Standar Kompetensi
Auditor.
Dewi, Kartika. (2011). Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Publik.
Skripsi S1. Universitas Pasundan, Bandung.
Enofe, A.O., Mgbame, C.J., Osa-Erhabor, V.E., and Ehiorobo,A.J. (2013). The Role of Internal Audit
in Effective Management in Public Sector. Research Journal of Finance and Accounting,
ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online). Vol. 4, No.6, 2013. Diakses 26
Desember 2014 dari www.iiste.org
Halim, Abdul., Muhammad Syam Kusufi. (2014). Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor
Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Indriasih, Dewi. (2014). The Effect Of Government Appasratus Competence and the Effectiveness of
Government Internal Control Towar the Quality Of Financial Reporting in Local
Government/. Research Journal of Finance and Accounting, ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN
2222-2847 (Online). Vol. 5, No.20, 2014. Diakses 13 Januari 2015 dari www.iiste.org
Kementerian Keuangan. (2010). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010 tentang
Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
Kementerian Keuangan. (2007). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
Kementerian Pekerjaan Umum. (2011). Laporan Hasil Reviu Laporan Keuangan Kementerian
Pekerjaan Umum Bagian Anggaran 033 Tahunan Anggaran 2011
Kementerian Pekerjaan Umum. (2012). Laporan Hasil Reviu Laporan Keuangan Tahunan Anggaran
2012 Kementerian Pekerjaan Umum Bagian Anggaran 033
Kementerian Pekerjaan Umum. (2013). Laporan Hasil Reviu Laporan Keuangan Tahunan Anggaran
2013 Kementerian Pekerjaan Umum Bagian Anggaran 033
Kementerian Pekerjaan Umum. (2010). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010
tentang Organiasi dan Tata Kerja Kementerian Pekrjaan Umum.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. (2008). Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawaasan Intern
Pemerintah.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. (2008). Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah.
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset.
Muchtar, Ali. (2014). Analisi Peran Audit Internal Dalam Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan
Pemeirntahan Daerah (Studi Kasus Pada Inspektorat Kabupaten Sleman). Tesis S2.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mulyadi. (2009). Auditing, Buku Satu, Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
Nordiawan, Dedi. (2009). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.
Pemerintah Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
Pemerintah Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pickett, Spencer K.H. (2010). The Internal Auditing Handbook third edition. Willey: United Kingdom.
Pratiwi, Aviantara, Muhammad, Nurfaiza, Khairil. (2012). Seminar Akuntansi Pemerintah Opini
Pemeriksaan BPK. www.slideshare.net
Rahmatika, Dien Noviany. The Impact of Internal Audit Function Effectiveness on Quality of
Financial Reporting and its Implications on Good Government Governance Research on
Local Government Indoneisa. Research Journal of Finance and Accounting, ISSN 2222-1697
(Paper) ISSN 2222-2847 (Online). Vol. 5, No.18, 2014. Diakses 21 Desember 2014 dari
www.iiste.org
Rahmat, Sentot. (2010). Analisis Peran Inspektorat Jenderal Sebagai Aparat Pengawasan Internal
Kementerian/Lembaga Dalam Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga (Studi Pada Kementerian Keuangan). Tesis S2. Universitas Indonesia,
Jakarta.
Sirait, Mularia C.J. (2009). Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Auditor Internal Terhadap
Fraud. Jurnal Auditor. Vol 2 No. 3.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
RIWAYAT PENULIS
Mayadiana Sugondo lahir di Tangerang pada 7 Januari 1994. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Binas Nusantara dalam bidang Ilmu Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi pada tahun
2015.

You might also like