You are on page 1of 11

Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No.

1 | April - Juli 2009 (13 - 24) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

Organizational Behavior, Vol. 23, Iss. 3;


pg. 267
Weiner, N.J. (1991). Job evaluation systems: a
crititique. Human Resource Management PENGEMBANGAN
Sockley-zalabackP., Ellis, K., and Winograd,
G., 2000, Organizational trust: what
Review, 34: 86- 109.

Williamson, O.E. (1979), Transaction-cost


IMPLEMENTASI STRATEGI
it mean. Why it metters. Organization economics: the governance of Penelitian atas Pola Kerja Cerdas dan Koordinasi
Development Journal, Vol 18, pp. 35-48 contractual relations, Journal of Law
and Economics, Vol. 22, pp. 233-60. untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi
Staikovic, A. D. & Luthans. F. (2001). Differential
effects of incentive motivators on work Williamson, OR (1975), Markets and Hierarchies: Widodo
performance. Academy of Management Analysis and Antitrust Implications, The Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Journal, 44(3): 580- 590. Free Press, New York, NY. widodos3@yahoo.com

Ward, E.A and Davis, E. (1995). The effect of Zaheer, A., McEvily, B., & Perrone, V. 1998. Does
benefit satisfaction on organizational trust matter? Exploring the effects of
commitment. Compensation and Benefits interorganizational and interpersonal
Management, 11(3), 35-40 trust on performance, Organization
Science, 9: 141159.

This study based on reserach gap strategy implementation, namely Abstract


comitmment and quality communication. Contribution in this study is
intervening variable smart working and coordination. The respondents for
this research were the 120 executives (from a total of 526 executives) of small
banking in Central Java Province. The data were then analyzed using SEM
(Structural Equation Model) of AMOS. Finding result of this study indicates that
strategy implementation in the effort increasing organization performance
of main preference is trought smart working built trought coordination.

Keywords: Commitment, Communication quality, Smart


Working, Learning Orientation, Coordination, Organization
Performance

24 25
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (25 - 45) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

S
trategi merupakan kunci sukses yang role autonomy. Hasil penelitian menunjukkan komunikasi merupakan derajat sejauh secara luas baik yang formal.
mempengaruhi kinerja organisasi komitmen organisasi tidak berpengaruh mana kandungan yang dikomunikasikan
(Bokor. D. W, 1995; Ferdinand, pada kesuksesan implementasi strategi. Hal diterima dan dipahami pihak lain dalam Dimensi dalam budaya organisasi mencakup
2002). Hal tersebut terjadi karena strategi tersebut bertentangan dengan penelitian, suatu hubungan. Mutu sebuah komunikasi arti, komunikasi, dan sharedness. Komunikasi
merupakan rencana keseluruhan yang Johnson et al. (1999); Deery. S. J dan Deery and dapat diartikan sebagai pengembangan menunjuk pada kode-kode (ketentuan)
menjelaskan posisi daya saing suatu Iverson. (2005) bahwa komitmen organisasi komunikasi formal dan informal selama perilaku formal maupun non-formal yang
perusahaan (Mintzberg dan Quin, 1990). mempunyai pengaruh dan kinerja organisasi proses strategi dibuat (Morhn Jakki J, Robert bersifat menguatkan arti dan sharedness.
Namun tidak semua pebisnis sukses dengan 2) Hasil studi Michallisin et al (1997). J, Fisher, Nevin John R.: 1996). Maka pembuat Arti sharedness adalah berorientasi pada
strategi yang dimiliki. Kondisi tersebut Gobel, DJ (2004) studi berkaitan dengan strategi bukan kegiatan individual karena usaha melakukan hal-hal secara bersama
berkaitan dengan implementasi. Proses implementasi startegi menyimpulkan bahwa memerlukan beberapa kelompok untuk (partisipasi merupakan norma), usaha
pengembangan implementasi strategi yang kualitas komunikasi berpengaruh terhadap berinteraksi dan melakukan koordinasi mengemukakan sesuatu secara bersama,
baik harus berangkat dari keyakinan dasar kinerja organisasi. Namun demikian studi kegiatan antarfungsi. Studi Mokwa. Michael. yakni merespon secara cepat terhadap situasi
bahwa strategi harus memiliki kejelasan Menon et al (1999) kualitas komunikasi tidak P dan Noble Charles H. (1999) menjelaskan atau suatu perubahan. Kondisi tersebut
dan ketegasan implementasi yang akan berpengaruh pada kinerja. bahwa semakin sering frekuensi komunikasi dengan kepercayaan secara bersama dari
dilakukan ( Varadarajan. J, 1999). dalam organisasi akan mempengaruhi perbedaan kelompok (Varadarajan, 1990).
Hasil studi Hax dan M ajluf t (2001) perilaku sumberdaya manusia yang inovatif Studi Buenger. V. L. (1990) menunjukkan
Implementasi strategi merupakan aplikasi menunjukkan bahwa sebagian besar dan solusi yang baru dalam pembuatan bahwa kualitas komunikasi berpengaruh
dengan mempertimbangkan sumber daya. p e r u s a h a a n te r ny a t a t i d a k m a m p u keputusan. positif dan signifikan terhadap proses
Implementasi strategi merupakan proses menjalankan strategi yang telah dirumuskan. strategi dan konten strategi. Hasil studi
tindakan dari suatu perencanaan (Hrebianak, Hasil berbagai penelitian empiris selama ini Studi Anderson dan Narus (1989) menjelaskan Michallisin et al (1997). Johlke. M. C. dan
1993) Kebanyakan studi memberikan memperkirakan bahwa hanya 20-30 persen bahwa komunikasi berhubungan positif Gobel, D. J. (2004) menyimpulkan bahwa
penekanan pada perencanaan strategi yang rencana strategik organisasi yang dapat dengan kepercayaan dalam suatu hubungan. kualitas komunikasi berpengaruh terhadap
dilakukan bank-bank kecil. Satu hal yang dikerjakan. Sisanya merupakan kegiatan Morgan dan Hunt (1994) menyatakan bahwa kinerja organisasi. Studi lain, Ulrich (1997)
tidak berhasil diketahui oleh para peneliti spontan berdasarkan intuisi, naluri, dan persepsi terhadap komunikasi di masa lalu menjelaskan bahwa frekuensi interaksi
tersebut adalah perencanaan hanyalah pertimbangan manajerial tetentu. Banyak yang sering dan berkualitas tinggi akan akan mempengaruhi kepercayaan pada
satu aspek dari proses sangat majemuk di strategi organisasi tidak pernah benar- menghasilkan kepercayaan yang bertambah suatu hubungan. Lebih lanjut dijelaskan
dalam pengelolaan bisnis secara strategis. benar dilaksanakan. Jika dilaksanakan, besar. Berkualitas tinggi dalam hal ini bahwa kualitas dan frekuensi komunikasi
Satu aspek lain yang jarang diteliti adalah jarang dilakukan secara baik. Pernyataan berarti memiliki relevansi, tepat waktu, dan merupakan faktor yang menentukan secara
pelaksanaan keputusan-keputusan strategis tersebut merupakan area studi lanjutan dapat dipercaya. Studi Menon (1999) dan meyakinkan saling pengertian antara
(Javard Kargar dan Blumentasl. R, 1994). yang penting untuk dipertimbangkan. Sengupta. S. et al (2000) menjelaskan bahwa anggota dalam suatu hubungan untuk
(Goldman Lynda: 2002). Berdasarkan uraian indikasi kualitas komunikasi ditunjukkan mencapai tujuan bersama. Namun, studi
Hasil studi mengenai komponen-komponen ini diperlukan kajian Pengembangan model dengan: Pertama, pembuat strategi yang Menon et al (1999 ) menyatakan kualitas
kualitas perencanaan strategi terdapat implementasi strategi sehingga dapat terlibat melakukan interaksi secara terus- komunikasi tidak berpengaruh terhadap
kontroversi (research gap). Hal tersebut memicu peningkatan kinerja organisasi . menerus selama proses pelaksanaan. Kedua, kinerja organisasi.
mencakup: 1) Hasil penelitian Mokwa. terdapat komunikasi dua arah/umpan
M. P dan Noble. C. H (1999) menyatakan balik. Ketiga, anggota tim secara terbuka
bahwa kesuksesan implementasi strategi Kualitas Komunikasi berkomunikasi ketika beraktifitas. Keempat, Komitmen
mencakup faktor faktor; komitmen selama pelaksanaan terjadi komunikasi
Menurut Sengupta. S. et al. (2000) kualitas Steers (1995) mendifinisikan komitmen
organisasi, involment, role performance dan

26 27
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (25 - 45) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

organisasi sebagai rasa identifik asi tentang kewajiban yang harus ia berikan yang dibuat organisasi. Banyak manajer Lalu, komitmen berpengaruh pada turnover
(kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), kepada organisasi. Ketiga, komponen memberikan contoh adanya kegagalan intention. Namun studi Menon et al (1999)
keterlibatan (kesediaan untuk berusaha continuance berarti komponen berdasarkan strategi karena kesepakatan atau konsensus komitmen tidak berpengaruh pada kinerja.
sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) persepsi tentang kerugian yang akan tentang strategi disebabkan fungsi-fungsi
dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi dihadapi jika ia meninggalkan organisasi. internal tidak mendukung. Oleh karena itu
anggota organisasi yang bersangkutan) yang dapat disimpulkan bahwa dengan komitmen Pola Kerja Cerdas
dinyatakan seorang terhadap organisasinya. Setiap sumberdaya manusia (SDM) memiliki pada konsensus akan dapat meningkatkan Menurut Sujan et al (1994) pola kerja cerdas
Steers berpendapat bahwa komitmen dasar dan perilaku berbeda, tergantung pada mutu sebuah strategi. Intensitas pemahaman (smart working) dikonseptualisasikan
organisasi merupakan kondisi di mana komitmen organisasi yang dimilikinya. SDM strategi dan komitmen bersama para sebagai perilaku adaptif (perilaku
sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, yang memiliki komitmen organisasi dengan manager terhadap suatu strategi akan menyesuaikan diri). Perilaku yang berkaitan
dan sasaran organisasinya. Komitmen dasar afektif memiliki tingkah laku yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan dengan pengembangan pengetahuan
terhadap organisasi artinya lebih dari berbeda dengan SDM yang berdasarkan dan kinerja organisasi (Dess.G.D. Lumpin.G.T. juga dipertimbangkan sebagai aspek pola
sekadar keanggotaan formal, karena meliputi continuance. Pegawai yang ingin menjadi Covin. J.G.:1997 ). Ruang lingkup dan isi yang kerja cerdas . Oleh karena itu kerja cerdas
sikap menyukai organisasi dan kesediaan anggota akan berkeinginan menggunakan disepakati oleh para manager merupakan sebagai perilaku yang diarahkan untuk
untuk mengusahakan tingkat upaya yang usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi. dimensi penting untuk konsensus (Fraser.A.Z. mengembangkan pengetahuan tentang
tinggi bagi kepentingan organisasi demi Sebaliknya mereka yang terpaksa menjadi dan Fraser Campbell. (2001). Intensitas penggunaan pengetahuan dalam situasi-
pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi anggota akan menghindari kerugian finansial komitmen para manager terhadap suatu situasi pekerjaan. Definisi tersebut didasarkan
ini, maka dalam komitmen organisasi dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya strategi mempengaruhi konsensus dan pada pandangan bahwa kecerdasan harus
tercakup unsur loyalitas terhadap oeganisasi, melakukan usaha yang tidak maksimal. keberhasilan pelaksanaan (Ferri. G. and M. dipertimbangkan sesuai konteks situasi,
keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi Sementara itu, komponen normatif yang Messori. :2000 ). di mana kecerdasan situasi menuntut
terhadap nilai-nilai tujuan organisasi. Gibon berkembang sebagai hasil pengalaman
persiapan atau praktik mental, menuntutkan
(2003) memberikan pengertian bahwa sosialisasi, tergantung dari sejauh apa Studi empiris tentang komitmen menjelaskan
kepercayaan diri terhadap kemampuan
komitmen karyawan merupakan suatu perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. bahwa tidak adanya komitmen umumnya
sendiri untuk mengubah perilaku, dan
bentuk identifikasi, loyalitas, dan keterlibatan Komponen normatif menimbulkan perasaan berkaitan dengan turnover karyawan
mengharuskan penyesuaian-penyesuaian
yang diekspresikan oleh karyawan terhadap kewajiban pada pegawai untuk memberi dengan intensitas tinggi, ketidakpuasan,
perilaku sesuai situasi yang dihadapi. Karena
organisai atau unit. Sedangkan Ivana and balasan atas apa yang telah diterimanya dari perilaku sumberdaya manusia cenderung
itu perwujudan dari usaha mengembangkan
Hanfor (2003) memberikan pengertian organisasi. menutup diri, dan rendahnya kinerja (Chet
dan memanfaatkan pengetahuan berupa
bahwa: komitmen organisasional merupakan Miller, Linda M. Burke and William H. GlicK
pertama, perencanaan untuk menentukan
tingkat kepercayaan dan penerimaan seorang Indikasi adanya komitmen yang tinggi adalah (1998). Deery. S. J (2005) menyimpulkan
kesesuaian berbagai perilaku dan aktivitas
terhadap organisasi dan berkeinginan untuk sebagai berikut: Pertama, adanya berbagai bahwa komitmen berpengaruh pada kinerja.
penjualan. Kedua, mempertimbangan
tetap ada di dalam organisasi tersebut. pihak yang berkepentingan memiliki hasrat Studi lain dilakukan oleh John W. Medcof
kemampuan untuk melaksanakan berbagai
untuk memastikan melaksanakan suatu (2001) yang menjelaskan bahwa konsensus
jenis perilaku dan aktivitas penjualan, dan
Meyer (1994) membedakan komitmen keputusan. Kedua. semua pihak memiliki mempengaruhi komitmen dan komitmen
ketiga pengubahan perilaku dan aktivitas
organisasi terdiri atas tiga komponen, yaitu: kemauan untuk memberikan pengorbanan mempengaruhi efektifitas implementasi
penjualan agar selalu sesuai dengan situasi
Pertama Komponen afektif berkaitan dengan Ketiga, memiliki ikatan emosional 4). Memiliki strategi. Studi empiris Jarilo, J. dan Jaramillo
yang ada. Bukti-bukti mengenai flexibelitas
emosional, identifikasi, dan keterlibatan di kesamaan kepentingan (Menon et al, 1999). (2006) menyimpulkan komitmen organisasi
dan perhatian terhadap pemilihan strategi
dalam suatu organisasi. Kedua, komponen Selanjutnya menjelaskan bahwa kinerja dipengaruhi oleh kepercayaan supervisor,
akan membedakan kinerja karyawan.
normative merupakan perasaan-perasaan organisasi tidak secara otomatis menjadi kepuasan pekerjaan, dan ethical climat.
(Sujan et al 1994). Studi Kearn (2005)
lebih baik oleh karena rumusan strategi

28 29
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (25 - 45) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

menunjukkan bahwa kompetensi karyawan menjadi lebih baik walaupun rumusan berbagai keahlian dan menguasai situasi- pelaksanaan tugas dan sebagai sarana
yang merupakan aset stratejik perusahaan strategi berkualitas. Banyak manajer situasi baru. 2). Tujuan yang berorientasi untuk mengembangkan kemampuan yang
dapat meningkatkan kinerja. memberikan contoh adanya kegagalan kinerja, yang dimaksudkan untuk diperlukan untuk menguasai suatu tugas
strategi karena kurangnya komitmen. Pada menunjukkan dan memvalidasi kelayakan yang akan datang. Tetapi didalam orientasi
S u j a n , We i t z d a n N i r m a l aya ( 1 9 9 4 ) umumnya, diyakini bahwa individu yang kompetensi diri sendiri melalui usaha kinerja, kemampuan dipertimbangkan
menyatakan bahwa indikasi tingginya berkomitmen dengan organisasi, melakukan mencari penilaian yang baik dan menghindari sebagai suatu sifat kualitas yang bersifat
pola kerja cerdas ditunjukkan dengan: usaha-usaha yang lebih banyak. Komitmen penilaian negatip tentang kompetensi diri. tetap. Karena itu, pengerahan usaha tidak
Pertama, terdapat perencanaan yang t e r h a d a p o r g a n i s a s i m e nye b a b k a n akan dipertimbangkan sebagai sarana
disusun dengan baik. Kedua, perencanaan karyawan berusaha untuk dapat menguasai Orientasi belajar dan orientasi kinerja bersifat untuk mengembangkan kemampuan
terdapat kesesuaian dengan program pekerjaan, Leong et al (1994). Karyawan yang penting karena hubungan pertaliannya yang diperlukan untuk penguasaan tugas.
harian perencanaan berkala. ketiga, skala berkomitmen pada organisasi akan lebih dengan tiga tentang bagaimana orang Selain itu, orang yang berorientasi pada
prioritas, artinya melakukan tugas dengan mau berusaha mencari jalur-jalur alternatif menafsirkan dan merespon terhadap situasi- kinerja mempertimbangkan usaha keras
menentukan prioritas tinggi terlebih dahulu. dan lebih mau mencari sarana yang paling situasi prestasi, Cravens David W. (1998), sebagai suatu petunjuk tentang rendah-nya
Keempat, terdapat ide dalam pelaksanakan cerdas untuk mencapai tujuan organisasi. yakni : 1). Menyatakan bahwa orang-orang kemampuan (dengan alasan bahwa orang
pekerjaan. Studi lain, yaitu Sujan, Weitz, dan Nirmalaya yang berpegang pada teori-teori khusus berkemampuan tinggi tentunya tidak harus
(1994) menyimpulkan: Pertama, pola kerja tertentu tentang sifat dapat dikendalikannya berusaha secara keras). 3). Orientasi tujuan
Meningkatnya perkembangan lingkungan cerdas merupakan perilaku yang ditujukan sifat-sifat kualitas diri seperti kemampuan mempengaruhi cara bagaimana orang
konsekuensinya membawa perubahan untuk pengembangan pengetahuan pada intelektual misalnya. Teori-teori tersebut merespon keadaan kesulitan atau kegagalan
internal organisasi. Demikian halnya dengan situasi kerja. Kedua, terdapat hubungan yang berkaitan dengan berbeda-beda orientasi melaksanak an suatu tugas. Didalam
manajer, perubahan situasi yang dihadapi signifikan antara pola kerja cerdas dengan tujuan. Orang yang berorientasi pada kinerja orientasi belajar, orang akan mengacu
memberikan implikasi pada pemilihan dan kinerja sumber daya manusia. Oleh karena cenderung berpegang pada kemampuan pada respon yang ber-pola penyesuaian
penerapan strategi yang tepat, dimana hal itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian yang dimilikinya (orang semacam ini diri (orang semacam ini terus berusaha
tersebut menuntut kreativitas dan perilaku ini adalah: mempertimbangkan kemampuan sebagai dan meningkatkan usaha, melakukan
yang adaptif dalam membaca situasi yang suatu sifat kualitas diri yang tidak dapat analisa diri untuk menghasilkan solusi dan
dihadapi. Singkatnya manajer dituntut untuk H1: Semakin tinggi komitmen organisasi, dikendalikan). Sedangkan orang yang menikmati tantangan). Orang semacam
bekerja cerdas. semakin tinggi pola kerja cerdas (smart berorientasi pada proses belajar cenderung ini memper timbangkan usaha untuk
working). untuk berpegang pada teori incremental melaksanakan tugas yang mengandung
Studi Leong et al (1994) menjelaskan bahwa tentang kemampuan yang dimilikinya tantangan sebagai suatu sarana tambahan
sumber daya manusia yang berkomitmen (orang semacam ini mempertimbangkan untuk mencapai pengembangan diri yang
pada organisasi akan lebih mau berusaha Orientasi Belajar kemampuan sebagai suatu sifat kualitas di-inginkannya. Di dalam orientasi kinerja,
mencari alternatif dan lebih mau mencari ya n g d a p at d i k e m b a n g k a n m e l a l u i
Resource -Based Theor y m e n j e l a s k a n orang mengacu pada respon berpola
sarana yang paling cerdas untuk mencapai usaha dan pengalaman) 2).Orientasi
bahwa peningkatan kapabilitas organisasi maladaptive atau salah penyesuaian diri
tujuan organisasi. Sumber daya manusia tujuan mempengaruhi bagaimana orang
diperlukan proses belajar (Grant, 1993). (orang semacam ini menarik atau menutup
yang memiliki pola kerja cerdas berpeluang mempertimbangkan berbagai usaha yang
Studi Sujan et al (1994) menjelaskan bahwa diri dari tugas yang dihadapinya, melakukan
meningkatkan kualitas strategi yang dikerahkan. Didalam orientasi belajar,
orientasi tujuan akan menghasilkan :1). peranggapan-peranggapan kemampuan
dikembangkan (Ferdinand, 2004). ada suatu keyakinan bahwa usaha akan
Tujuan yang berorientasi pembelajaran, secara negatip, dan menjadi semakin tidak
yang dimaksudkan untuk mengembangkan menghasilkan keberhasilan. Usaha tertarik pada tugas). Orang semacam ini
Studi Menon et al (1999) menjelaskan bahwa
kompetensi melalui usaha memperoleh dipertimbangkan sebagai suatu sarana memiliki harapan rendah untuk dapat
kinerja karyawan tidak secara otomatis
untuk mengaktipkan kemampuan untuk

30 31
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (25 - 45) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

menguasai tugas sehingga umumnya akan lebih menantang. Dengan keyakinan Koordinasi juga antara manusia dan sumber-sumber
menghentikan usaha kerjanya karena jika bahwa hal tersebut dapat membantu dalam lain. Usaha menyempurnakan koordinasi ini
Stevent White (2000) berpendapat,
terus melanjutkan usaha orang semacam ini mengembangkan pemahaman tentang memerlukan proses belajar.
koordinasi menggambarkan perusahaan
merasa takut bahwa rendahnya kemampuan lingkungan pekerjaan dan meningkatkan
dalam meyesuaikan serta mempengaruhi Menon (1996) menyatakan bahwa indikasi
yang dimilikinya akan diketahui oleh pengetahuan tentang strategi yang tepat.
a k t i v i t a s o rg a n i s a s i . Pe n d a p at l a i n koordinasi yang tinggi ditunjukkan dengan
orang lain Sujan at al (1994) menyatakan Oleh karena itu orientasi pada pembelajaran
menyatakan, koordinasi merupakan proses pertama, pihak-pihak yang terlibat dalam
indikasi adanya orientasi belajar yang tinggi m e n i n g k at k a n k e s e d i a a n k a r yawa n
integrasi tujuan dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan pekerjaan dapat bekerja sama
ditunjukkan dengan : 1). Mengetahui hal untuk merubah strategi, orientasi belajar
unit-unit yang terpisah. Tanpa koordinasi, dalam satu tim. Kedua, pihak-pihak yang
baru. 2). Adanya pelatihan 3). Terdapat mempunyai pengaruh positif dengan
karyawan atau departemen akan kehilangan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
umpan balik dari pelanggan. 4). Secara smart-working.
pandangan tentang perananan mereka dapat bekerja sama untuk mengeksploitasi
kontinu melakukan pengembangan
dalam perusahaan (Sashittal. Hemant C., peluang. Ketiga, pihak-pihak yang terlibat
Studi lain dijelaskan oleh Challagalla dan
dan Jassawalla Avan R., 2001). Jika demikian, dalam pelaksanaan pekerjaan dapat bekerja
Pada umumnya dipandang hanya sebagai Servani (1996). Motivasi sumber daya
kar yawan dimungkinkan akan mulai sama dengan tujuan yang saling dimengerti.
investasi dengan manfaat jangka panjang manusia akan meningkatkan ketertarikan
mengejar kepentingan mereka sendiri, yang
daripada jangka pendek, sehingga pada pekerjaan dan semakin baik
akan mengorbankan tujuan perusahaan Koordinasi yang efektif mampu
organisasi jarang untuk mempraktekkan pengetahuan sumber daya manusia
secara keseluruhan. menggerakkan partisipasi secara aktif
pengembangan ini (Sujan at al, 1994 ). pada prosedur pekerjaan. Sumber daya
Namun demikian orientasi pembelajaran manusia dengan orientasi belajar sangat masing-masing bidang untuk mencapai
Studi Gautam Ray, Barney J. Griffin Ricky W tujuan organisasi untuk itu peran dukungan
digunakan sebagai strategi pengendalian meyakini bahwa usaha akan membawa
(2002) menjelaskan bahwa alasan utama pimpinan. Dengan demikian, koordinasi
diri, dimana hal tersebut dapat membantu keberhasilan. Usaha merupakan alat untuk
untuk koordinasi adalah departemen dan masing-masing bidang mampu mengenali
ketrampilan dan kemampuan sumber daya mengaktifkan kemampuan tertentu dalam
kelompok kerja saling bergantung satu kelebihan-kelebihan dan dapat bekerja
manusia serta memiliki pengetahuan yang mencapai kinerja dan merupakan alat
sama lain dan untuk berbagi informasi sama dengan bidang lainnya secara efektif.
dapat meningkatkan kinerja (Vassilis M. untuk menegembangkan kemampuan yang
dan sumber daya guna melaksanakan Menurut Stoner (1996), peningkatan potensi
Papadakis, 1998). dimiliki agar dapat menguasai tugas-tugas
aktivitas. Semakin besar ketergantungan koordinasi terjadi apabila berbagai unit
pada masa yang akan datang (Sujan, 1994).
antardepartmen, semakin banyak koordinasi organisasi semakin saling tergantung atau
Hasil studi Sujan, Weitz dan Kumar (1994) Lebih lanjut menjelaskan bahwa orientasi
yang diperlukan organisasi agar departemen memperbesar ukuran dan memperluas
menunjukkan bahwa orientasi pembelajaran belajar dapat meningkatkan kinerja sumber
mampu berkinerja tinggi. fungsinya. Maka makin banyak informasi
mampu mendorong sumber daya manusia daya manusia. Hal tersebut disebabkan
untuk lebih bekerja keras, karena dengan karena orientasi belajar digunakan sebagai yang diperlukan organisasi untuk mencapai
Kebutuhan koordinasi tergantung pada
demikian diharapkan dapat menikmati strategi pengendalian diri sehingga dapat t u j u a n nya s e h i n g g a p o te n s i u nt u k
persyaratan bentuk dan komunik asi
pekerjaan yang dilakuk an sehingga membantu keterampilan dan kemampuan mengkoordinasi juga harus ditingkatkan
tugas-tugas yang dilakukan dan tingkat
kinerja yang dicapainya tinggi. Sumber melaksanakan pekerjaan serta SDM memiliki melalui dua arah yakni vertikal dan lateral.
ketergantungan berbagai sub unit yang
daya manusia yang mengalami orientasi pengetahuan yang memudahkan dalam Proses manajemen yang menyertai proses
melaksanakan tugas tersebut (Cheng
pembelajaran cenderung mudah beradaptasi kinerja. Berdasarkan uraian ini, hipotesis yang pengembangan strategi dapat meningkatkan
J., 1994). Maka tugas-tugas tersebut
dalam merespon situasi dan kondisi yang diajukan adalah kualitas strategi (Ferdinand, 2004). Salah satu
memperoleh manfaat dan arus informasi
dihadapi. Orientasi pembelajaran terdapat kualitas strategi yang bermutu tercermin
antarunit. Berdasarkan Teori Resource-Based
adanya motivasi untuk meningkatkan H2: Semakin tinggi orientasi belajar, semakin dalam implementasi strategi (Menon,
(Grant, 1991) kapabilitas memerlukan
kemampuan, hal tersebut menyebabkan tinggi pola kerja cerdas (smart-working) yang Bharadwaj, dan Howell, 1996). Studi Weaver.
koordinasi yang rumit antarmanusia dan
karyawan berusaha mencari situasi yang dicapai. Gary R dan Treviono Linda Klebe (1999)

32 33
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (25 - 45) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

menunjukkan bahwa proses manajemen dilakukan Mohr. et al (1999) menjelaskan artinya selama proses pelaksanaan strategi pengembangan pengetahuan juga
yang tercermin dalam koordinasi dapat bahwa koordinasi dipengaruhi kualitas karyawan mampu mengatasi perselisihan dipertimbangkan sebagai aspek kerja
mengakomodasi terbentuknya mutu strategi. komunik asi yang meliputi frekuensi paham. Ketiga, keterlibatan, artinya intensitas secara cerdas.
Proses manajemen yang baik, tercermin komunikasi, komunikasi dua arah, dan keterlibatan karyawan dalam pemecahan
dalam proses kerja sama dan koordinasi yang komunikasi formalitas dalam organisasi. masalah tinggi. Berdasarkan uraian ini, Kerja secara cerdas sebagai perilaku
terpadu dalam meningkatkan mutu dari Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang hipotesis yang diajukan adalah: yang diarahkan untuk mengembangkan
strategi yang dihasilkan, terutama bila proses diajukan adalah pengetahuan tentang (dan penggunaan
manajemen itu dapat menghilangkan distorsi H5: Semakin baik kolaborasi perilaku, pengetahuan tersebut) di dalam situasi-
proses yang terjadi karena adanya berbagai H4: Semakin tinggi kualitas komunikasi yang semakin baik koordinasi. situasi pekerjaan. Definisi tersebut didasarkan
konflik yang disfungsional (Ferdinand, 2004). dibangun, semakin baik koordinasi. pada pandangan bahwa kecerdasan harus
Motivasi utama menggunakan aktivitas dipertimbangkan sesuai konteks situasi,
Ferdinand (2004) menyatakan bahwa kerja sama adalah mencapai keunggulan dimana kecerdasan situasi menuntut
kesuksesan sumber daya manusia dalam Kolaborasi Perilaku kompetitif meliputi akses unggul untuk persiapan atau praktek mental, menuntut
melakukan pekerjaannya ditentukan oleh sumber daya, penurunan pemasok, dan kepercayaan diri terhadap kemampuan
Studi Ron Sancez (1997) menunjukkan
sikap kerja positif yang salah satunya ditandai biaya inventori serta pengembangan proses sendiri untuk mengubah perilaku, dan
bahwa konflik antarfungsional berdampak
dengan pola kerja cerdas (smart-working). teknologi yang unik. Studi empiris Porter mengharuskan penyesuaian-penyesuaian
positif dan negatif terhadap koordinasi
Pola kerja cerdas dikonseptualisasikan (1991) menjelaskan bahwa koordinasi yang perilaku sesuai situasi yang dihadapi.
lintas fungsi. Lebih spesifik, collaborating
sebagai suatu perilaku adaptif atau perilaku baik mampu meningkatkan kinerja. Studi Karyawan yang terlatih dengan motivasi
behavior dan non collaborating juga
menyesuaikan diri (Sujan, Weitz, dan lain, Johnson (1999) menjelaskan bahwa dan etos kerja yang baik sangat menentukan
berdampak positif dan negatif terhadap
Kumar, 1994). Perilaku yang berkaitan koordinasi berdampak pada kinerja. Hal keberhasilan strategi dan implementasi
koordinasi. Kemudian jika antarfungsional
dengan pengembangan pengetahuan tersebut disebabkan meningkatnya akses praktisnya.
saling berkolaborasi (collaborating behavior)
juga dipertimbangkan sebagai aspek pada informasi dalam pengembangan
yang ditujukan untuk memahami kebutuhan
pola kerja cerdas. Koordinasi merupakan produk. Uraian ini mengarah pada pengajuan Sikap, perilaku dan budaya kerja cerdas
fungsi yang lain maka akan meningkatkan
kemampuan untuk mengelola faktor-faktor hipotesis yaitu: dinteraksikan dengan pengembangan
komunikasi. Hal ini akan memfasilitasi
yang mempengaruhi hubungan antara profesionalisme kerja yang baik akan menjadi
hubungan-hubungan antarfungsional atau
sumber daya manusia. Koordinasi diarahkan H6: Semakin baik koordinasi, semakin tinggi modal intelektual dan modal emosional
memudahkan koordinasi (Dyier, 2000). Studi
pada meningkatnya kerja dalam unit kerja, kinerja organisasi. yang positif untuk berkinerja secara baik.
lain, Morhn Jakki (1996) menegaskan bahwa
kemudian meningkatnya kerja sama untuk Lebih lanjut dalam studi menjelaskan bahwa
collaborating behavior dapat meningkatkan
mengeksploitasi kesempatan yang unik dan Ferdinand (2004) menyatakan bahwa sumber daya manusia yang mempunyai kerja
koordinasi dalam unit kerja.
diarahkan pada saling sinergi untuk bisnis kesuksesan sumber daya manusia dalam cerdas berpengaruh pada kinerja ( Ferdinand,
bersama (Mohr et al ,1999). Berdasarkan melakukan pekerjaanya ditentukan oleh 2004). Berdasarkan peneliti terdahulu
Studi Dyer L. Barbara (2000) menjelaskan,
uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah pada sikap kerja yang positif yang ditandai tersebut Oleh karena itu hipotesis yang
indikasi adanya kolaborasi perilaku/
dengan sikap kerja keras, sikap kerja cerdas diajukan dalam penelitian ini adalah
collaborating behavior y a n g t i n g g i
H3 : Semakin baik koordinasi, semakin tinggi serta sikap kerja agresif (hard-working,
ditunjukkan dengan: Pertama, kemampuan
pencapaian pola kerja cerdas. smart-working, agreiveness). Kerja secara H7 : Semakin tinggi pola kerja cerdas
menghindari isu, artinya selama proses
cerdas dikonseptualisasikan sebagai suatu (working smart), semakin tinggi kinerja
pelaksanaan strategi karyawan mampu
Studi empiris Anderson dan Paul (1999) perilaku adaptif atau perilaku menyesuaikan organisasi.
menghindari isu yang merugikan kerja sama.
menjelaskan bahwa koordinasi dipengaruhi diri. Sujan, Weitz dan Kumar (1994). Oleh
Kedua, kemampuan mengatasi salah paham,
oleh kualitas komunikasi. Studi empiris lain karena itu perilaku yang berkaitan dengan

34 35
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (25 - 45) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

Gambar 1: Model Empirik Implementasi Strategi Gambar 2: Full Model Pengembangan Implementasi Strategi

.62
e1 Commit 1 .78
.51 .72
H1 e2 Commit 2 z1
Komitmen .55 Komitmen .22 .63
H7 e3 Commit 3 .74
.79 Commit 1 e16
Pola Kerja .75 .79 .62
H2 Commit 4 .86
Cerdas e4 Commit 2 e17
Orirentasi .11 Pola Kerja
.05 .87
Belajar .67 Cerdas .93 Commit 3 e18
e5 Orbel 1 .82 .78 .60
.60 .78 .27 Commit 4 e19
e6 Orbel 2 Orientasi .31
H3 Kinerja .56 .30 z2
Organisasi e7 Orbel 3 Belajar .72
.70 .75
e8 Orbel 4 .84 .20
.85 Commit 1 e23
.80 .64
Kinerja Commit 2 e24
H4 .25 .49
Komunikasi .30 Organisasi Commit 3 e25
.69 .70
H6 .91
Koordinasi e9 Commu 1 .83 .95 Commit 4 e26
H5 .57
Kolaborasi e10 Commu 2 .76 Kualitas
Perilaku .91 Komunikasi .25 z3 .24
e11 Commu 3 .74
.67 .95
e12 Commu 4 .82 .86 Commit 1 e20
.69
.04 .24 Koordinasi Commit 2 e21
.26 .83 .64
.74 .80 Commit 3 e22
e13 Colabs 1 .86 .16
Berdasarkan telaah pustaka maka model Teknik pengumpulan data dalam penelitian .61 Kolaborasi .26
e14 Colabs 2 .78 Perilaku
penelitian empirik tampak pada Gambar 1. ini menggunakan angket. Suatu daftar .74
e15 Colabs 3 .86
yang berisi sejumlah pertanyaan untuk UJI MODEL
manajer BPR di Jawa Tengah, berjumlah Chi-Square = 310.095 AGFI = .803
Probability = .157 TLI = .985
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 120 responden. Obyek studi adalah Bank CMIN/DF = 1.084 CFI = .987
GFI = .839 RMSEA = .027
Sumber data pada studi ini mencakup: Perkreditan Rakyat (BPR) Provinsi Jawa

Pertama, data primer, merupakan data yang Tengah, dengan jumlah sampel 120 BPR.

diperoleh langsung dari responden yakni Jumlah tersebut terdistribusi 75 BPR

manajer BPR di Provinsi Jawa Tengah. Data Wilayah koordinasi Bank Indonesia Kantor yang dikomunikasikan diterima dan kebutuhan fungsi yang lain. Keenam, pola

ini diambil berdasarkan kuesioner yang Semarang, 29 BPR Wilayah koordinasi Bank dipahami oleh pihak lain dalam suatu kerja cerdas adalah perilaku yang diarahkan

dibagikan kepada responden. Adapun Indonesia Kantor Surakarta, dan 16 BPR hubungan. Ketiga, komitmen merupakan untuk mengembangkan pengetahuan

data primer dalam penelitian ini adalah Wilayah koordinasi Bank Indonesia Kantor komitmen pada sesuatu yang telah dan penggunaan pengetahuan di dalam

tanggapan responden terhadap variabel Purwokerto. disepakati bersama / konsensus . situasi-situasi pekerjaan. Ketujuh, koordinasi

penelitian. Kedua, data sekunder, telah merupakan proses-proses pemaduan atau


Keempat, orientasi Belajar merupakan integrasi tujuan dan kegiatan-kegiatan unit-
diolah oleh orang atau lembaga lain dan
Definisi Operasional pengembangan kompetensi melalui unit yang terpisah.
telah dipublikasikan. Data tersebut diperoleh
usaha memperoleh berbagai keahlian
dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik Pertama, kinerja organisasi merupakan
dan menguasai situasi-situasi baru untuk
(BPS), Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat profitability, market share, perkembangan
mencapai tujuan organisasi. Kelima, Teknik Analisis
Indonesia (Perbarindo) maupun literatur posisi pasar dan perkembangan efisiensi
kolaborasi perilaku merupakan integrasi
yang berkaitan dengan studi ini. yang dicapai oleh organisasi. Kedua, kualitas Untuk menganalisis data dalam penelitian ini
perilaku yang ditujukan untuk memahami
komunikasi merupakan Derajat kandungan digunakan The Structural Equation Modelling

36 37
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (25 - 45) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

(SEM) dari paket software AMOS 4.0. Model Critical ratio yang identik dengan uji-t Tabel 1. Regresion Wight

ini merupakan sekumpulan teknik-teknik dalam analisis regresi menunjukkan hasil


Stand.Estim Estimate S.E. C.R.
statistik yang memungkinkan pengujian seperti yang disajikan Tabel 1. Tabel tersebut
sebuah rangkaian hubungan relatif rumit menunjukkan bahwa parameter estimasi KOORDINASI <-- KUALITAS_KOMUNIKASI 0.248 0.259 0.105 2.474
(Ferdinand, 2000). menunjukkan hasil yang signifikan dengan KOORDINASI <-- KOLABORASI_PERILAKU 0.255 0.244 0.098 2.482
nilai CR 2,00 dengan taraf signifikan POLA KERJA_CERDAS <-- ORIENTASI_BELAJAR 0.308 0.335 0.104 3.213
POLA KERJA_CERDAS <-- KOORDINASI 0.298 0.302 0.097 3.129
sebesar 0,05 (5 %), dengan demikian 7
POLA KERJA_CERDAS <-- KOMITMEN 0.218 0.297 0.128 2.320
Structural Equation Model (SEM) hipotesis yang diajukan diterima. KINERJA_ORGANISASI <-- KOORDINASI 0.242 0.258 0.108 2.389
Setelah model dianalisis melalui faktor KINERJA_ORGANISASI <-- POLA KERJA_CERDAS 0.299 0.314 0.106 2.970

k o n f i r m ato r i , m a k a m a s i n g - m a s i n g
Pembahasan
indikator dalam model yang fit tersebut
dapat digunakan untuk mendefinisikan Diterimanya hipotesis 1 yang menunjukkan
keanggotaan di dalam organisasi ( menjadi Mengetahui hal baru. 2). Adanya pelatihan
konstruk laten, sehingga full model Structural bahwa semakin tinggi komitmen
bagian dari organisasi ) Hasil penelitian ini 3). Terdapat umpan balik dari pelanggan. 4).
Equation Model (SEM) dapat dianalisis. Hasil organisasional, semakin tinggi pola kerja
mendukung studi Leong et al (1994). Oleh Secara kontinu melakukan pengembangan
pengolahannya dapat dilihat pada Gambar 2. cerdas (working smart). Pola kerja cerdas
karena itu komitmen harus diltingkatkan Hasil penelitian ini mendukung studi Sujan,
merupakan perilaku adaptif (perilaku
dalam rangka untuk meningkatkan pola kerja Weitz dan Kumar (1994). Oleh karena itu
menyesuaikan diri). Perilaku yang berkaitan
Pengujian Model cerdas (working smart). orintasi belajar harus diltingkatkan dalam
dengan pengembangan pengetahuan
rangka untuk meningkatkan pola kerja
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa model juga dipertimbangkan sebagai aspek
Diterimanya hipotesis 2 yakni semakin cerdas (working smart).
ini sesuai dengan data atau fit terhadap pola kerja cerdas . Oleh karena itu kerja
tinggi orientasi belajar, semakin tinggi pola
data yang digunakan dalam penelitian. Hal cerdas sebagai perilaku yang diarahkan
kerja cerdas ( smart-working )yang dicapai. Diterimanya hipotesis 3 yakni semakin
tersebut ditunjukkan dengan Chi-Square, untuk mengembangkan pengetahuan
Pola kerja cerdas merupakan perilaku baik koordinasi yang dilakukan, semakin
Probability, CMIN/DF, TLI berada dalam tentang penggunaan pengetahuan dalam
adaptif (perilaku menyesuaikan diri). Perilaku tinggi pola kerja cerdas yang dicapai.
rentang nilai yang diharapkan meskipun GFI situasi-situasi pekerjaan merupak an
yang berkaitan dengan pengembangan Pola kerja cerdas merupakan perilaku
dan AGFI diterima secara marjinal. kemampuan menyesuaik an dengan
pengetahuan juga dipertimbangkan sebagai adaptif (perilaku menyesuaikan diri). Perilaku
perubahan lingkungan organisasi. Hasil
aspek pola kerja cerdas . Oleh karena itu yang berkaitan dengan pengembangan
penelitian menunjukkan bahwa komitmen
kerja cerdas sebagai perilaku yang diarahkan pengetahuan juga dipertimbangkan sebagai
Pengujian Hipotesis berpengaruh terhadap pola kerja cerdas
untuk mengembangkan pengetahuan aspek pola kerja cerdas . Oleh karena itu
(working smart). Sedangkan komitmen
Parameter estimasi hubungan kausalitas tentang penggunaan pengetahuan dalam kerja cerdas sebagai perilaku yang diarahkan
pada konsensus merupakan kekuatan
antara konstruk yang dihipotesiskan situasi-situasi pekerjaan merupak an untuk mengembangkan pengetahuan
yang bersifat relatif dari karyawan dalam
dianalisis dengan menggunakan kriteria kemampuan menyesuaik an dengan tentang penggunaan pengetahuan dalam
mengindentifikasi keterlibatan dirinya ke
Critical ratio yang identik dengan uji-t dalam perubahan lingkungan organisasi. Hasil situasi-situasi pekerjaan merupak an
dalam bagian organisasi. Hal ini ditandai
analisis regresi menunjukkan hasil seperti penelitian menunjukkan bahwa orintasi kemampuan menyesuaik an dengan
dengan tiga hal, yaitu 1).Penerimaan
yang disajikan Tabel 1. belajar berpengaruh terhadap pola kerja perubahan lingkungan organisasi. Hasil
terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
cerdas (working smart ). Sedangkan orientasi penelitian menunjukkan bahwa koordinasi
2).Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha
Parameter estimasi hubungan kausalitas belajar merupakan tentang bagaimana orang berpengaruh terhadap pola kerja cerdas
sungguh-sungguh atas nama organisasi.
antara konstruk yang dihipotesiskan menafsirkan dan me-respon terhadap situasi- (working smart). Sedangkan koordinasi
3). Keinginan untuk mempertahankan
dianalisis dengan menggunakan kriteria situasi prestasi, yang indikasinya adalah 1). menggambark an perusahaan dalam

38 39
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (25 - 45) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

meyesuaikan serta mempengaruhi aktifitas Diterimanya hipotesis 5 yakni . semakin pada meningkatnya kerja dalam unit kerja, (1994) ; Ferdinand (2004). Oleh karena itu
organisasi atau proses integrasi tujuan dan baik kolaborasi perilaku yang terjadi, kemudian meningkatnya kerja sama untuk kerja cerdas (working smart) harus dilakukan
kegiatan-kegiatan unit-unit yang terpisah. semakin baik koordinasi yang dilakukan mengeksploitasi kesempatan yang unik dalam rangka untuk meningkatkan kinerja
Tanpa koordinasi karyawan atau departemen Koordinasi menggambarkan perusahaan dan diarahkan pada saling sinergi untuk organisasi.
akan kehilanagan pandangan tentang dalam meyesuaikan serta mempengaruhi bisnis bersama.Meskipun hasil penelitian
perananan mereka dalam perusahaan.Hasil aktifitas organisasi atau proses integrasi ini mendukung secara empirik studi Porter
penelitian ini mendukung studi Sujan, Weitz tujuan dan kegiatan-kegiatan unit-unit yang (1991) ; Johnson (1999 ). Namun hasil analisis Implikasi Manajerial
dan Kumar (1994 ) ; Mohr.et al (1999). Oleh terpisah. Tanpa koordinasi karyawan atau deskriptif variabel kinerja organisasi belum Berdasarkan hasil temuan pada studi ini
karena itu koordinasi harus diltingkatkan departemen akan kehilangan pandangan optimal atau kategori sedang. Oleh karena maka prioritas implikasi manajerial model
dalam rangka untuk meningkatkan pola tentang perananan mereka dalam itu kerja koordinasi harus dilakukan dengan implementasi strategi adalah: Meningkatkan
kerja cerdas (working smart). perusahaan Hasil penelitian menunjukkan baik untuk meningkatkan kinerja organisasi. koordinasi yang konsekuensinya
bahwa kolaborasi perilaku berpengaruh berpengaruh pada pola kerja cerdas, sehingga
Diterimanya hipotesis 4 yakni semakin koordinasi. Sedangkan kolaborasi perilaku Diterimanya hipotesis 15 yakni semakin tinggi
pola kerja cerdas dapat memicu peningkatan
tinggi kualitas komunikasi yang dibangun, merupakan pemahaman untuk memahami pola kerja cerdas (working smart), semakin
kinerja organisasi. Oleh karena itu kebijakan
semakin baik koordinasi yang dilakukan. kebutuhan fungsi yang lain, konsekuensinya tinggi kinerja organisasi.Kinerja organisasi
manajerial yang berkaitan dengan koordinasi
Koordinasi menggambarkan perusahaan akan meningkatkan komunikasi. Hal ini akan diukur dengan 1). tingkat profitability
adalah berbagai unit organisasi makin saling
dalam meyesuaikan serta mempengaruhi memfasilitasi hubungan-hubungan antar dibandingkan dengan rata-rata industri. 2).
tergantung atau memperbesar ukuran dan
aktifitas organisasi atau proses integrasi fungsional atau memudahkan koordinasi. Tingkat market share dibandingkan dengan
memperluas fungsinya. Maka makin banyak
tujuan dan kegiatan-kegiatan unit-unit yang Hasil penelitian ini mendukung secara rata rata industri. 3). Efisiensi organisasi
informasi yang diperlukan organisasi untuk
terpisah. Tanpa koordinasi karyawan atau empirik studi Dyier ( 2000) . Oleh karena itu dibandingkan dengan rata rata industri
mencapai tujuannya, sehingga potensi untuk
departemen akan kehilanagan pandangan kolaborasi perilaku harus dilakukan dalam 4). Posisi pasar dibandingkan dengan rata-
mengkoordinasi juga harus ditingkatkan
tentang perananan mereka dalam rangka untuk meningkatkan koordinasi. rata industri. Hasil penelitian menunjukkan
melalui komunikasi dua arah yang mencakup
perusahaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kerja cerdas (working smart)
vertikal dan lateral. Hal tersebut akan
bahwa kualitas komunikasi berpengaruh Diterimanya hipotesis 14 yakni semakin baik berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
meningkatkan kerja sama, eksploitasi
koordinasi. Sedangkan kualitas komunikasi koordinasi yang dilakukan, semakin tinggi Sedangkan pola kerja cerdas (working
peluang serta pemahaman tujuan organisasi
merupakan kualitas komunikasi merupakan kinerja organisasi. Kinerja organisasi diukur smart) merupakan perilaku adaptif (perilaku
yang saling dimengerti.
derajat sejauhmana kandungan yang dengan 1) tingkat profitability dibandingkan menyesuaikan diri). Perilaku yang berkaitan
dikomunikasikan diterima dan dipahami dengan rata-rata industri. 2). Tingkat market dengan pengembangan pengetahuan juga Prioritas kedua adalah peningkatan pola kerja
oleh pihak lain dalam suatu hubungan. share dibandingkan dengan rata rata dipertimbangkan sebagai aspek pola kerja cerdas yang memiliki pengaruh dominan
Mutu sebuah komunikasi dapat diartikan industri. 3). Efisiensi organisasi dibandingkan cerdas . terhadap kinerja organisasi, oleh karena itu
sebagai pengembangan komunikasi formal dengan rata rata industri 4). Posisi pasar kebijakan manajerial adalah meningkatkan
dan informal selama proses strategi dibuat. dibandingkan dengan rata-rata industri. Hasil Oleh karena itu, kerja cerdas sebagai perilaku
kepercayaan diri terhadap kemampuan
Hasil penelitian ini mendukung secara penelitian menunjukkan bahwa koordinasi yang diarahkan untuk mengembangkan
sendiri untuk mengubah perilaku dan
empirik studi Anderson dan Weitz (1989) ; berpengaruh terhadap kinerja organisasi. p e n g e t a h u a n te nt a n g p e n g g u n a a n
menyesuaikan perilaku sesuai situasi yang
Mohr.et al (1999). Oleh karena itu kualitas S e d a n g k a n k o o rd i n a s i merupakan pengetahuan dalam situasi-situasi pekerjaan
dihadapi. Karena itu perwujudan dari
komunikasi harus dilakukan dalam rangka kemampuan untuk mengelola faktor-faktor merupakan kemampuan menyesuaikan
usaha mengembangkan dan memanfaatkan
untuk meningkatkan kualitas konten yang mempengaruhi hubungan antara dengan perubahan lingkungan organisasi.
pengetahuan berupa (1) Perencanaan
strategi. sumber daya manusia. Koordinasi diarahkan Hasil penelitian ini mendukung secara
untuk menentukan kesesuaian berbagai
empirik studi Sujan, Weitz dan Kumar

40 41
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (25 - 45) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

perilaku dan aktivitas (2) Mempertimbangan visi dan misi organisasi pada semua anggota dengan masalah penyesuaian atau integrasi peningkatan kinerja organisasi. Kondisi
kemampuan untuk melaksanakan berbagai organisasi sehingga karyawan yang ada kondisi internal dan eksternal. Oleh karena lingkungan mencakup: 1).Kompleksitas
jenis perilaku dan aktivitas (3) Pengubahan memiliki kesamaan kepentingan dalam itu budaya organisasi memiliki peran dalam lingkungan merupakan keragaman faktor-
perilaku dan aktivitas agar selalu sesuai proses implementasi strategi. proses pengembangan kualitas strategi faktor dan masalah-masalah yang ada di
dengan situasi yang ada. dalam upaya meningkatan kinerja organisasi. dalam lingkungan organisasi. 2). Dinamika
Keenam dengan meningkatkan variabel Dengan demikian studi lanjutan budaya lingkungan menggambarkan tingkat
Prioritas ketiga, meningkatkan variabel kualitas komunik asi dengan melalui organisasi dalam proses pengembangan perubahan yang terjadi dalam lingkungan
orientasi belajar mempunyai pengaruh koordinasi akan meningkatkan kinerja kualitas strategi, merupakan area studi yang dimana organisasi beroperasi. Oleh karena
dominan terhadap pola kerja cerdas. Oleh organisasi. Kebijakan manajerial yang menarik. itu agenda penelitian mendatang perlu
karena itu kebijakan manejerial adalah berkaitan dengan kualitas komunikasi adalah dipertimbangkan. Khususnya kualitas
melakukan pelatihan dan pengembangan melakukan kegiatan informal dan tingkat Di negara maju pemicu peningkatan implementasi strategi dan model kualitas
secara terstruktur, kontinu dan kompeten. manajerial yang lebih tinggi serta mengurangi kinerja organisasi pada umumnya dominan evaluasi strategi karena studi ini sebagian
K o n d i s i te r s e b u t b e r p o te n s i u nt u k dominasi dalam berkomunikasi. Hal tersebut bersumber pada kondisi internal. Namun besar lebih menekankan pada kondisi
mengetahui hal yang baru atau organisasi dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi di negara berkembang kondisi eksternal internal organisasi.
bersifat dinamis serta mampu mengambil komunikasi yang kontinu, komunikasi yang (lingkungan) dominan berpengaruh pada
keputusan umpan balik dari nasabah. cenderung terbuka serta meningkatkan
komunikasi dua arah.
Keempat, dengan meningkatkan variabel
kolaborasi perilaku yang mempunyai
pengaruh terhadap koordinasi., sehingga Keterbatasan Penelitian Anderson & Narus (1990), A Model of Distribution Chet Miller, Linda M. Burke and William H. GlicK
koordinasi akan meningkatkan kinerja
Firm and Manufacturer Firm Working (1998 ) Cognitive Diversity among Referensi
Hasil pengujian full model SEM menunjukkan Parntnerships, Journal of Marketing. 54, upper-echelon executives : Implication
organisasi. Oleh karena itu kebijakan 23-45 for strategic decesion process Strategic
bahwa model tersebut sesuai dengan data
manejerial adalah meningkatkan komunikasi Management Journal. 39-58.
atau fit terhadap data yang digunakan.
yang terbuka, dua arah dan saling percaya. Anderson Paul F (1999) Marketing Strategic
Namun terdapat dua uji kesesuaian yang Planning and the Theory of the Firm. Cravens David W. (1998 ) . Implementation
Kondisi tersebut berpotensi untuk mengatasi
diterima secara marginal yakni Goodness of Journal of Marketing. 46 15 - 21. Strategies in the market-driven Strategy
isu yang sedang berkembang dan mampu Era . Journal of the Academy of Marketing
Fit Indeks (GFI= 0.839 ) dan Adjusted Goodness
mengatasi konflik. Bokor Donald W and Olson Philip D (1995), Science..237-241.
of Fit Indeks ( AGFI = 0.803 ).
Strategy Process-Content Inyeraction :
Kelima dengan meningkatkan komitmen Effect on Growth Performance in Small Deery. SP and Iverson R.D (2005). Labor
Pengembangan model empirik implementasi Star-up Firms. Journal of Small Business Management Cooperation :
yang mempunyai pengaruh terhadap pola Management. No.33. 34-44 Antecedesnts and Impact on
s t rate gi t i d a k m e m a s u k a n va r i a b e l
kerja cerdas, sehingga pola kerja cerdas dapat Organizational, Performance. Indsutrial
lingkungan. Hal tersebut disebabkan studi ini
meningkatkan kinerja organisasi. Kebijakan Buenger Victoria Luquette .(1990.) White Water, and Labor Relations Review. 58 No.4.588-
memfokuskan atau berangkat dari fenomena 609.
manajerial berkaitan dengan komitmen Still Water : Strategy Making Processes
kondisi internal. For Navigatiing A Canging Domain.
adalah rasa memiliki organisasi (sense of Dissertation. Texas A & M University. Dess.G.D. Lumpin.G.T. Covin. J.G. (1997 ) .
belonging) dengan cara mendistribusikan Entrepreneurial Strategy Making and
keterlibatan dalam berbagai kegiatan Firm Performace : Test Contigency and
Agenda Penelitian Mendatang Challagalla, Goutam N and Servani.T.A (1986)
Dimensions and Types of Supervisory Configurational Models. Strategic
penting dalam organisasi. Kondisi tersebut
Control : Effect on Salesperson Management Journal..677 -689
akan dapat meningkatkan ikatan emosional Budaya organisasi merupakan pola yang
performance and Satisfaction. Journal
pada organisasi. Selain itu juga sosialisasi terpadu perilaku manusia serta berkaitan
of Marketing .60. 89-106

42 43
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (25 - 45) Pengembangan Implementasi Strategi - Widodo

Dyer, L. and Reeves, T. (2000.) Human strategies Grant.Robert M. (1991 ) The Resource-based Leong, Siew Meng, Donna M. Randall, dan Stress . Academy of Management Journal.
and Firm performance : What do we Theory of Competitive Advantage : Joseph A. Cote, 1994, Exploring 24 (2).361- 375.
know and where do wee need to go. Implications for Strategy Formulation. t h e O rg a n i z a t i o n a l Co m m i t m e n t
International Journal of Human Resource California Management Review. 3 3 Performance Linkage in Marketing : a Ron Sancez (1997 ) Strategic Management
Managemen. 656-670. (3).p.114. Study of Life Insurance Salespeople, at the Point of Inflection : System,
Journal of Business Research, Vol. 29, pp. Complexity and Competence Theory,
Ferdinand, Augusty..2002. Kualitas Strategi Hax .Al and Majluf (2001) The Strategy and 57 63. Long Range Planning. Vol.30.(6),.939-946.
Pemasaran Sebuah Studi Pendahuluan Process a Pragmatic Aproach upper
Jurnal Sain Pemasaran Indonesia, Vol I, Sadale River, NJ: Pretice - Hall Menon A, Bharadwaj S.G, Adidam P, J, Edison S.W; Sengupta.S. Krapfel. R. E. and Pusateri.M.A.(
No. 1. pp.107-119: (1999) Antecendents and Consequence 2000 ). An Empirical Investigation of
Hrebianak, Lawrence G. (1990 ). Implementing of Marketing Strategy Making : Model Key Account Saleperson effectiveness.
Ferdinand, Augusty. 2004. Dinamika Manajemen Strategy . Chief Executive.57,.74-82 and Tes . Journal of Marketing. Vol Journal of Personal selling & Sales
Penjualan : Sebuah Uji Model Konseptual 63.p.18-40. Management., 253-261.
untuk Direct Selling, Jurnal Ekonomi dan Ivana Adamson and Kok-Mun Chan dan
Bisnis, Vol X. No.1.pp.17-38 Donna Handford. (2003). Relationship Meyer, J.P., Paunonen, S.V., Gellatly, I.R., Steers, R.M & Porter (1995 ), Motivation and Work
marketing : customer comittment Goffin, R.D., and Jackson, D.N., (1994 ), Behavior, Mc-Graw-Hill, Boston
Fraser.A.Z. dan Fraser Campbell. (2001 ) and trust as a strategy for the smaller Organizational Commitment and Job
Perceptual Polazation of Managerial Hongkong corporate banking sector. The Performance : its The Nature of The Sujan. H, Barton. A.Weitz and Nirmalya Kumar
Performance from a Human Resource International Journal of Bank Marketing. Commitment That Counts, Journal of (1994 ) Learning Orientation , Working
Management Perspective. International 347-356. applied Psychology, vol. 74, No. 1, 152-156 Smart and Effective Selling , Journal of
Journal of Human Resource Management. Marketing, Vol.58, 39-52.
256-269. Jarilo, J. Carlos. (1998 ). On Strategic Net Works. Mihallisin.M.D, Smith.R.D. dan Kline. D.M.
Strategic Management Journal 9 : 31-41. (1997 ) . In Search of Strategic Assests. Ulrich Lester W. Johnson and Richard A (1997
Gautam Ray., Barney J. B. Griffin Ricky W and International Journal of Organizational ) Spreng, Modeling the Determinants
Waleed A.M. (2004 ). Capablities, Business Analysis..360 -375. of Customer Satisfaction for Business to
Javad Kargar and Robert A. Blumental.(1999 ).
Process and Competitive Advatage : Succesfull Implementation of Strategic Business Professional Service , Journal
Chosing the Dependent Variabel in decesion in Small Community Banks . Mintzberg and Quin.J.J dan Goold M. (1990). of The Academy of Marketing Science, Vol.
Empirical Test of the Resources Based Journal of Small Business Management.,10 The paradox of Strategic Controls. 25( 1 ) 4-17.
View. Strategic Management Journal.. -19 Strategic Management Journal, 43-57.
25, 23 - 37. Varadarajan.P.Rajan dan Jayachandran .S. (1999)
John W. Medcof. (2001) . Resources-based Morgant, RM & Hunt S.D, (1994 ) . The Comitment- . Marketing Strategy : An Assesment
G i b o n . P d a n R o b e r t s o n . ( 2 0 0 3 ) . strategy and Managerial Power in Trust Theory of Relationship Marketing , of the State of the Field and Outlook.
Contcientiousness and Managerial Networks of Internationally Dispresed Journal of Marketing, 58 Journal of the Academy of Marketing
Perfromance . Journal of Occuptional Tecnology Units . Strategic Management Science. 120-143
Psychologi.73.p.171.180. Journal. 999-1012 Morhn Jakki J, Robert J, Fisher , Nevin John R
(1996). Collaborative Communication Vassilis M. Papadakis, Spiro Lioukas and
Goebel Daniel J, Marhall Greg W and Locander Johnson, Jean.L. (1999 ) . Strategic Integration in Interfirm Realtionships : Moderating David Chambers. (1998 ) . Strategic
William B ( (2004). An Organizational in ndsutrial Distribution Chanels : Effect of Integration and Control, Jounal Decesion Making Process : The Role of
communication based model of Managing the Interfirm Relationship as a of Marketing.Vol.80.183-115. Management and Context. Strategic
individual customer orientation of non Strageic Asset. Journal of the of Marketing Management Journal. 19(2).p.115.
Marketing members of firm. Journal of Science. Vol.27. (1), 4-18. Mokwa .Michael.P dan Noble Charles H. (1999).
Strategic Marketing.11.29-56. Implementing Marketing Strategies :
Kearns Aul. (2005). From Return on Invesment to Developing and Testing a Managerial
Goldman Lynda Guth. William C. ( 2002 ). Added Value Evaluation : The Foudation Theory . Journal of Marketing., 57-73
Strategy Implementation and Middle Learning Organizational. Advances
management Self-Interest. Strategic Developing Human Resources.1(7).,175 Porter Eraly H. and Fiedler E. Fred. (1991 ) . The
management Journal. 7,313-323 -187. utilizations of Staf member Intelligence
and Experience Under High and Low

44 45

You might also like