You are on page 1of 20

ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BAJO BARAT DI

KABUPATEN LUWU
Feri Firmansyah

Abstract: This research aims to find out the potential and problems of agriculture sector in West
Bajo District in supporting the development of agropolitan area, and to determine how the
strategy form in the development of agropolitan area in Luwu regency.
The main issue discussed is how the superior potential of agricultural sector in West Bajo
District to support agropolitan, then whether the availability of facilities and infrastructure has
supported its development. And whether the implementation of the agribusiness system that
serves agricultural development activities. A review of the theory used by Friedman and
Douglass (1976). According to Friedman, the development of agropolitan area is a model of
agricultural development, accelerating rural development based on agribusiness as well as
increasing the competitiveness of agricultural products produced.
Data processing and analytical techniques to determine the potential of the agricultural
sector, using Location Quotient (LQ) method. As for some form of problem found by using
method of quantitative descriptive analysis about requirement of facility and infrastructure.
Determine the forms of development strategy with SWOT analysis method.
The result of the analysis can be concluded that the superior potential of agriculture sector
to support agropolitan are: food crops, horticultural crops, plantation commodities, livestock.
While the availability of facilities, infrastructure, and infrastructure contained in West Bajo
District has not been fully support for the development of agropolitan areas. Forms of
agropolitan area development strategy should minimize weakness and avoid threats.

Keywords: Agropolitan, potential, facilities and infrastructure and form of strategy.


Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan permasalahan sektor
pertanian di Kecamatan Bajo Barat dalam mendukung pengembangan kawasan
agropolitan,serta menentukan bagaimana bentuk- bentuk strategi dalam pengembangan
kawasan agropolitan di Kabupaten Luwu.
Permasalahan pokok yang dibahas adalah bagaimana potensi unggulan sektor pertanian
di Kecamatan Bajo Barat untuk mendukung agropolitan,kemudian apakah ketersediaan sarana
dan prasarana telah mendukung pengembangannya. Dan apakah telah terlaksananya sistem
agribisnis yang melayani kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian. Tinjauan teori yang
digunakan Friedman dan Douglass (1976). Menurut Friedman pengembangan kawasan
agropolitan adalah suatu model pengembangan pertanian, mempercepat pembangunan
pedesaan berbasis agribisnis serta meningkatkan daya saing produk-produk pertanian yang
dihasilkan.
Pengolahan data dan teknik analisis untuk mengetahui potensi unggulan sektor
pertanian, menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ). Adapun beberapa bentuk
permasalahan ditemukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif
mengenai kebutuhan sarana dan prasarana. Menentukan bentuk-bentuk strategi
pengembangannya dengan metode analisis SWOT.
Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi unggulan sektor pertanian
untuk mendukung agropolitan yaitu : tanaman pangan, tanaman hortikultura, komoditi
perkebunan, peternakan. Sedangkan ketersediaan sarana, prasarana, dan infrastruktur yang
terdapat di Kecamatan Bajo Barat belum sepenuhnya mendukung untuk pengembangan
kawasan agropolitan. Bentuk strategi pengembangan kawasan agropolitan harus
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Kunci : Agropolitan, potensi, sarana dprasarana dan bentuk strategi.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 1


A. PENDAHULUAN 1. Bagaimana potensi dan permasalahan
pengembangan Kawasan Agropolitan
Friedman mengungkapkan konsep
di Kecamatan Bajo Barat?
agropolitan sebagai distrik-distrik
2. Merumuskan strategi pengembangan
agropolitan yang merupakan kawasan
Kawasan Agroplitan di Kecamatan
pertanian perdesaan dengan kepadatan
Bajo Barat?
penduduk rata-rata 200 jiwa/km2. Distrik
agropolitan terdiri atas kota-kota tani
berpenduduk 10.00025.000 jiwa. Luas B. TINJAUAN PUSTAKA
wilayahnya dibatasi dengan radius sejauh Adapun teori-teori yang mendukung
510 km sehingga menghasilkan jumlah dalam penelitian ini meliputi :
penduduk total antara 50.000150.000
1. Konsep Wilayah
jiwa yang mayoritas bekerja di sektor Wilayah secara umum adalah satu
pertanian. Konsep Friedman tidak bagian dari permukaan bumi yang
membedakan secara spesifik antara teritorialnya ditentukan atas dasar
pertanian modern ataupun konvensional pengertian, batasan, dan perwatakan
dan menyebutkan setiap distrik sebagai fisik geografis. Mengacu pada Undang-
satuan tunggal yang terintegrasi. Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2011 penataan ruang. Wilayah adalah ruang
tentang RTRW Kabupaten Luwu yang merupakan kesatuan geografis
tahun 2011 2031, bahwa kawasan beserta segenap unsur yang terkait
strategis yang berada dalam wilayah kepadanya yang batas dan sistemnya
Kabupaten Luwu yaitu Kecamatan ditentukan berdasarkan aspek
Bajo, Kecamatan Bajo Barat, dan administratif atau aspek fungsional.
Kecamatan Latimojong. Selain dari Konsep wilayah yang paling klasik
sudut kepentingan ekonomi, juga (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam
merupakan kawasan strategis Erna Rustiadi dkk. 2011). Mengenai
agropolitan dan pusat pengembangan tipologi wilayah, mengklasifikasikan
komoditas pertanian. konsep wilayah ke dalam tiga kategori
Ada beberapa identifikasi masalah yaitu: (1) wilayah homogen
secara garis besar kawasan agropolitan (uniform/homogenous region); (2)
di Kabupaten Luwu. Seperti meninjau wilayah nodal (nodal region); dan (3)
kembali potensi unggulan apa di sektor wilayah perencanaan (planning region
pertanian Kecamatan Bajo Barat untuk atau programming region).
mendukung agropolitan. Minimnya
2. Sektor Basis
sarana dan prasarana transportasi yang
menghubungkan antar pusat pusat Sektor ekonomi suatu wilayah dapat
produksi dengan pasar, sehingga banyak dibagi dalam dua golongan yaitu sektor
produksi pertanian yang sulit dipasarkan. basis dimana kelebihan dan kekurangan
Sistem agribisnis yang belum terlaksana yang terjadi dalam proses pemenuhan
kebutuhan tersebut menyebabkan
Dari uraian latar belakang yang telah terjadinya mekanisme ekspor dan impor
dikemukakan sebelumnya, maka yang antar wilayah. Artinya industri basis ini
menjadi permasalahan pokok yaitu; akan menghasilkan barang dan jasa,
1. Bagaimana potensi dan permasalahan baik untuk pasar domestik daerah
pengembangan Kawasan Agropolitan maupun pasar luar wilayah/daerah.
di Kecamatan Bajo Barat. Sedangkan sektor non basis adalah
2. Bagaimana bentuk strategi dalam sektor dengan kegiataan ekonomi yang
mendukung pengembangan Kawasan hanya melayani pasar di daerahnya
Agropolitan di Kecamatan Bajo sendiri, dan kapasitas ekspor daerah
Barat? belum berkembang.
Tujuan penelitian ini adalah;

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 2


Aktivitas basis memiliki peranan sebagai upaya pengembangan kawasan
sebagai penggerak utama (primer pertanian yang tumbuh dan
mover) dalam pertumbuhan suatu berkembang karena terlaksananya
wilayah. Semakin besar ekspor suatu sistem dan usaha agribisnis, yang
wilayah ke wilayah lain akan semakin diharapkan dapat melayani kegiatan-
maju pertumbuhan wilayah tersebut, kegiatan pembangunan pertanian
dan demikian sebaliknya. Setiap (agribisnis) di wilayah sekitarnya.
perubahan yang terjadi pada sektor basis
akan menimbulkan efek ganda 4. Konsep Agropolitan
(multiplier effect) dalam perekonomian Menurut Kepala Departemen Pertanian
regional (Adisasmita, 2007). (2002), agropolitan terdiri dari kata
Menurut (Richardson, 1977 dalam agro dan politan (polis). Agro berarti
Rahardjo Adisasmita, 2007). pertanian dan politan berarti kota
Bertambah banyaknya kegiatan basis Dengan demikian agropolitan dapat
dalam suatu wilayah akan menambah didefinisikan sebagai kota pertanian
arus pendapatan ke dalam wilayah yang atau kota di daerah lahan pertanian atau
bersangkutan, yang selanjutnya pertanian di daerah kota.
menambah permintaaan terhadap
Kepala Departemen Pertanian
barang dan jasa dalam wilayah tersebut,
menjelaskan bahwa kota agropolitan
sehingga pada akhirnya akan
berada pada kawasan sentra produksi
menimbulkan kenaikan volume
pertanian, selanjutnya kawasan tersebut
kegiatan non basis. Sebaliknya
disebut kawasan agropolitan. Kota
berkurangnya aktivitas basis akan
pertanian dapat merupakan Kota
mengakibatkan berkurangnya
menengah, Kota kecil, Kota
pendapatan yang mengalir ke dalam
Kecamatan, Kota Pedesaan atau Kota
suatu wilayah, sehingga akan
Nagari yang berfungsi sebagai pusat
menyebabkan turunya permintaan
pertumbuhan ekonomi yang
produk dari aktivitas non basis.
memajukan pertumbuhan
3. Pengertian Agropolitan pembangunan pedesaan dan desa-desa
Menurut undang-undang nomor 26
hinterland di wilayah sekitarnya.
tahun 2007 tentang penataan ruang Kawasan agropolitan yang
kawasan agropolitan adalah kawasan berkembang memiliki ciri-ciri sebagai
yang terdiri atas satu atau lebih pusat berikut:
kegiatan pada wilayah perdesaan
sebagai sistem produksi pertanian dan Mayoritas masyarakatnya memperoleh
pengelolaan sumber daya alam tertentu pendapatan dari kegiatan agribisnis.
yang ditunjukkan oleh adanya Didominasi oleh kegiatan pertanian,
keterkaitan fungsional dan hirarki termasuk usaha industri (pengolahan)
keruangan satuan sistem permukiman pertanian, perdagangan hasil-hasil
dan sistem agrobisnis. pertanian, perdagangan agrobisnis hulu
(sarana pertanian dan permodalan),
Agropolitan pertamakali diperkenalkan
agrowisata dan jasa pelayanan.
oleh Friedman dan Douglass (1976)
melalui konsep agropolitan distrik. Relasi antara kota, daerah-daerah
Menurut Friedman (1976) pengembangan hinterlandnya bersifat interpendensi
kawasan agropolitan adalah suatu model
yang harmonis dan saling
pengembangan pertanian, mempercepat
pembangunan pedesaan berbasis agribisnis membutuhkan. Kawasan pertanian
serta meningkatkan daya saing produk- mengembangkan usaha budidaya (on
produk pertanian yang dihasilkan. farm) dan produk olahan skala rumah
tangga (off farm) dan kota
Kepala Departemen Pekerjaan Umum menyediakan penyediaan sarana
(2007: 3). Agropolitan diartikan

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 3


pertanian, modal, teknologi, informasi production and agricultural
pengolahan hasil dan pemasaran hasil diversification).
produksi pertanian. Penetapan sektor unggulan:
Pola kehidupan masyarakat sama Merupakan sektor unggulan yang
dengan kehidupan kota karena sarana sudah berkembang dan didukung oleh
dan prasarana yang dimiliki tidak sektor hilirnya, kegiatan agribisnis
berbeda dengan di kota. Batasan yang banyak melibatkan pelaku dan
Kawasan agropolitan ditentukan oleh masyarakat yang paling besar (sesuai
skala ekonomi dan ruang lingkup dengan kearifan lokal), dan
ekonomi bukan oleh batasan mempunyai skala ekonomi yang
administratif. Penetapan kawasan memungkinkan untuk dikembangkan
agropolitan hendaknya dirancang dengan orentasi ekspor.
secara lokal dengan memperhatikan Dukungan sistem Infrastruktur:
realitas perkembangan agrobisnis yang Dukungan infrastruktur yang
ada disetiap daerah. membentuk struktur ruang yang
mendukung pengembangan kawasan
Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan diantaranya : jaringan
agropolitan secara terintegrasi perlu jalan, irigasi, sumber-sumber air, dan
disusun pengembangan kawasan jaringan utilitas (listrik dan
agropolitan yang akan menjadi acuan telekomunikasi)
penyusunan program pengembangan. Dukungan sistem kelembagaan :
Adapun muatan yang terkandung di Dukungan system kelembagaan
dalamnya adalah: pengelola pengembangan kawasan
( Penetapan pusat agropolitan yang agropolitan yang merupakan bagian
berfungsi sebagai: Pusat perdagangan dari Pemerintahan Daerah dengen
dan transportasi pertanian fasilitas Pemerintah Pusat,
(agricultural trade/ transport center), pengembangan sistem kelembagaan
Penyedia jasa pendukung pertanian insentif dan disinsentif pengembangan
(agricultural support services), Pasar kawasan agropolitan.
konsumen produk non-pertanian (non Berdasarkan uraian di atas, kawasan
agricultural consumers market), Pusat agropolitan dicirikan dengan kawasn
industri pertanian (agro-based pertanian yang tumbuh dan berkembang
industry), Penyedia pekerjaan non karena berjalanya sistem dan usaha
pertanian (non-agricultural agribisnis di pusat agropolitan yang
employment), Pusat agropolitan dan diharapkan dapat melayani dan
hinterland-nya terkait dengan sistem
mendorong kegiatan-kegiatan
permukiman nasional, provinsi, dan
kabupaten (RTRW provinsi/ pembangunan pertaniaan di wilayah
kabupaten). sekitarnya.
Penetapan unit-unit kawasan
pengembangan yang berfungsi
sebagai: Pusat produksi pertanian
(agricultural production),
Intensifikasi pertanian (agricultural
intensification), Pusat pendapatan
perdesaan dan permintaan untuk
barang-barang dan jasa non pertanian
(rural income and demand for non-
agricultural goods and services),
Produksi tanaman siap jual dan
diversifikasi pertanian (cash crop Gambar 1. Konsep Pengembangan
Kawasan Agropolitan

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 4


. kawasan agropolitan Kecamatan Bajo
C. TEKNIK ANALISIS DATA Barat yaitu analisis SWOT. Adapun
matriks dari Analisis SWOT, sebagai
Teknik analisis data yang digunakan
berikut ;
dalam penelitian ini yaitu analisis LQ
Strategi SO dipakai untuk menarik
Deskriptif sarana dan prasarana sebagai
keuntungan dari peluang yang
penunjang dan Analisis SWOT.
tersedia dalam lingkup eksternal.
1. Untuk menjawab rumusan masalah
Strategi WO bertujuan untuk
yang pertama yaitu bagaimana potensi
memperbaiki kelemahan internal
dan pemasalahan pengembangan
dengan memanfaatkan peluang
kawasan agropolitan di Kecamatan Bajo
dari lingkungan luar.
Barat dengan menggunakan Analisis LQ
Strategi ST akan digunakan untuk
untuk mengetahui potensi dalam proses
menghindari atau paling tidak
penentuan komuditi unggulan dan
memperkecil dampak dari
komuditi penunjang, yang
ancaman yang akan datang dari
menggambarkan kemampuan suatu
luar.
daerah yang diamati terhadap sektor atau
Strategi WT akan digunakan untuk
komuditi tertentu.
memperkecil kelemahan internal
Rumus Location Queetion :
dan menghindari ancaman
/ / eksternal.
LQ = = /
/
Berdasarkan strategi yang digunakan
Dimana : dalam matriks TOWS maka model
matriks yang digunakan adalah sebagai
LQ = Location Question
berikut:
Si = Jumlah produksi i di daerah
yang di selidiki
S = Jumlah produksi seluruhnya di
daerah yang di selidiki
Ni = Jumlah produksi i di seluruh
wilayah
N = Jumlah keseluruhan produksi di
seluruh wilayah penafsiran
D. PEMBAHASAN
Penafsiran:
1. Gambaran Umum Wilayah
1. Jika Nilai LQ = 1, Maka Letak wilayah Kabupaten Luwu berada
produksi yang ada di Kecamatan pada titik koordinat 202345-303730
Bajo Barat hanya cukup untuk dibagian lintang selatan dan
kebutuhan lokal. 119 4115-121 4311bujur timur dari
0 0
2. Jika Nilai LQ < 1, Maka kutub utara dengan patokan posisi
Kecamatan Bajo Barat Provinsi Sulawesi Selatan. Posisi
mengimpor hasil produksi dari Kabupaten Luwu berada pada bagian
luar. utara dan timur Provinsi Sulawesi
3. Jika Nilai LQ > 1, Maka Selatan dengan jarak sekitar 400 km
Kecamatan Bajo Barat untuk dari kota Makassar. Letak adminitrasi
mengekspor hasil produksinya ke Kabupaten Luwu sebagai berikut :
daerah lain.
1. Pada rumusan masalah yang kedua
menggunakan metode analisis yang
digunakan untuk menentukan bentuk
trategi dalam mendukung pengembangan

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 5


Sebelah utara berbatasan dengan Tabel 1 : Kondisi Usaha Tani Padi,
Kabupaten Luwu Utara Palawija dan Hortikultura Kecamatan
Sebelah selatan berbatasan dengan Bajo Barat.
Kota Palopo
Sebelah timur berbatasan dengan
Teluk Bone
Sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Tanah Toraja dan
Kabupaten Enrekang
Gambaran wilayah Kawasan Penelitian
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2: Peta Kabupaten Luwu

Tabel 2 Produksi Tanaman Pangan


Tiap Desa/Kelurahan.

Lokasi penelitian yang menjadi objek


kajian adalah Kecamatan Bajo Barat Tabel 3 Produksi Hortikultura Tiap
Letak dan batas administrasi Kecamatan Desa/Kelurahan
Bajo Barat berada pada titik koordinat
202345-303730 dibagian lintang
selatan dan 11904115-12104311
bujur timur adapun letak adminitrasi
kawasan penelitian sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Bupon
Sebelah selatan berbatasan dengan Suli
Barat
Sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Belopa Bajo Tabel: 4 Produksi Perkebunan Tiap
Desa/Kelurahan
Sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Latimojong

Gambar 3: Peta Delenasi Kawasan

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 6


Tabel :5 Produksi Peternakan Tiap Tabel : 6 Hasil Perhitungan Metode
Desa/Kelurahan LQ Komoditi Hortikultura.

Sumber : Profil Kecamatan Bajo Barat dalam Angka


2015

Hasil Perhitungan (LQ) untuk


mengetahui potensi Desa/kelurahan di
Kecamatan Bajo Barat. Ditetapkan
fungsi masing-masing berdasarkan
karakteristik dan potensi sumberdaya
yang memiliki sektor basis dan non Tabel : 7 Hasil Perhitungan Metode
basis. Hasil analisis Location Quotient LQ Komoditi Perkebunan
(LQ) dapat dilihat pada tabel dan petadi
bawah ini :
Tabel : 5 Hasil Perhitungan Metode
LQ Komoditi Tanaman Pangan

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 7


Tabel : 8 Hasil Perhitungan Metode memadai. Tentu akan sangat susah
LQ Komoditi Peternakan. produk untuk dipasarkan. Walaupun ada
pembeli yang datang maka harganya akan
rendah, karena dibutuhkan proses
lanjutan untuk membawanya ke pasar
terdekat yang jelas-jelas membutuhkan
biaya yang cukup banyak. Bila jalan
tersedia dan memadai, hasil produk
pertanian akan mendapatkan harga yang
layak sesuai dengan perkembangan
mekanisme pasar.
Kecamatan Bajo Barat memiliki area
lahan kering yang subur, oleh karena itu
secara umum mata pencaharian
masyarakat adalah petani. Adapun
tanaman yang ditanam para petani yaitu
tanaman palawija seperti: padi, jagung,
ubi, tanaman hortikultura dan tanaman
perkebunan. Kekayaan hasil-hasil
pertanian yang melimpah dihasilkan para
Dari hasil perhitungan menetapkan petani di kecamatan Bajo Barat, tidak
beberapa Desa sebagai sektor basis yang sebanding dengan keberadaan
mampu mengekspor keluar maupun infrastruktur daerah tersebut.
mendistribusikan untuk memenuhi Kondisi infrastruktur disebagian desa
kebutuhan internalnya di Kecamatan cukup memprihatinkan, dimana
Bajo Barat. disebagian wilayah, seperti jalan primer
Dari data hasil skoring juga dapat penghubung masyarakat Kecamatan Bajo
dilihat bahwa komoditas yang Barat dan wilayah sekitarnya memiliki
mempunyai nilai tertinggi dan sangat kondisi tidak baik (rusak berlubang dan
layak untuk dikembangkan dan menjadi tidak beraspal). Sehingga mempengaruhi
komoditas unggulan. nilai harga jual hasil panen para petani.
Dari identifikasi masalah yang Salah satu contohnya komuditas cengkeh
dikemukakan diawal mengenai belum sebagai komuditas unggulan. Dalam
berjalanya sistem agribisnis dan prakteknya, para petani Kecamatan Bajo
Minimnya prasarana transportasi yang Barat menjual hasil panennya sangat
menghubungkan antar pusat pusat bergantung pada tengkulak, yang berasal
produksi dengan pasar di Kecamatan dari luar daerah. Dengan infrastruktur
Bajo Barat. kondisi jalan yang tidak baik maka para
Pembangunan pertanian tidak dapat tengkulak yang akan datang tidak
berjalan lancar tanpa didukung oleh sebanyak di desa yang telah memiliki
pengangkutan (transportasi) yang infrastruktur jalan yang memadai. Akibat
memadai. Ekonomi pada hakikatnya dari sedikitnya tengkulak yang datang
terhubung dengan produksi, distribusi, maka harga hasil-hasil pertanian di
dan konsumsi terhadap manusia. Hal ini wilayah tersebut lebih rendah dibanding
juga sama halnya dengan peranan dengan harga di wilayah lain yang
transportasi bagi ekonomi. memiliki infrastruktur jalan yang lebih
Ketersediaan infrastruktur jalan yang baik.
memadai sangat diperlukan untuk Apabila para petani menjual sendiri
terwujudnya pembangunan pertanian. hasil pertaniannya ke tempat pemasaran.
Bila satu daerah sentra produksi tidak Dengan faktor-faktor yang
mempunyai prasarana jalan yang mempengaruhi seperti kondisi prasarana

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 8


jalan yang buruk, tingginya harga bahan Sistem agribisnis yan belum terlaksana di
bakar minyak, muatan yang melebihi Kecamatan Bajo Barat masih minimnya
kapasitas kendaraan. Tentu saja sarana produksi pertanian dan sistem
terjadinya peningkatan biaya pemasaran yang lemah.
pemeliharaan kendaraan yang
mengakibatkan tingginya biaya Berdasarkan karakteristik dan kondisi
transportasi yang dikeluarkan oleh petani. sarana prasarana mengenai pusat kawasan
Tingginya biaya transpotrasi pertaniaan. Kota Belopa merupakan
berpengaruh terhadap hasil- hasil sebagai pusat kawasan. Kedudukannya
pertanian yang secara langsung dibawa dalam lingkup kawasan agropolitan
oleh para petani ke tempat pemasaran. berperan sebagai kota perdagangan yang
Para petanipun menaikkan harga hasil mengekspor ke luar daerah kawasan
pertanian dengan harga yang cukup maupun ke luar Daerah Kabupaten dan
tinggi, sehingga konsumen akan Provinsi hasil pertanian
cenderung membeli harga yang relative Kedudukannya dalam lingkup
murah dari petani yang lainya. kawasan agropolitan di Bajo Barat. Desa
Dampaknya agar hasil pertanian dapat Bonelemo sebagai kota tani utama atau
terjual, maka petanipun menurunkan sentra produksi dan pusat pemasaran
harga sehingga para petani mengalami lokal. Sedangkan untuk daerah hinterland
kerugian. semua Desa yang ada di Kecamatan Bajo
Dengan permasalahan tersebut adanya Barat merupakan pemasok hasil produksi
perbaikan infrastruktur jalan yang .
menghubungkan ibukota kecamatan ke
desa-desa untuk mendukung kawasan Pemasaran hasil pertanian merupakan
agropolitan sub sistem agribisnis yang sangat vital
Data dapat dilihat pada gambar dan table untuk dikembangkan. Untuk mendukung
di bawa ini sistem pemasaran memerlukan sarana
penunjang. Saat ini kawasan agropolitan
Tabel: 8 Panjang Jalan Menurut Jenis telah memiliki sarana pemasaran namun
Permukaan Di Kecamatan Bajo Barat ada beberapa kendala yang dialamai oleh
para petani. Saranan dan prasarana/
utilitas/infrastruktur (jalan) masih belum
memadai, sehingga sistem pemasaran
tidak berjalan secara optimal. Hal ini juga
terlihat pada persoalan masih panjangnya
matarantai pemasaran, dan belum
aktifnya pasar harian di Desa Bonelemo,
karena banyak petani yang masih
memasarkan hasil pertanian mereka di
pasar- pasar di Wilayah Kecamatan lain
Gambar 3: Peta Jaringan Jalan yang bukan merupakan pusat pemasaran
lokal.
1. Analisis Bentuk Bentuk Strategi
Pengembangan Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bajo Barat (SWOT)
Metode Analisis SWOT adalah metode
analisis yang digunakan untuk menjawab
rumusan masalah kedua yaitu
bagaimana bentuk strategi dalam
mendukung pengembangan kawasan
agropolitan di Kecamatan Bajo Barat.
Prinsip analisis SWOT;

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 9


1. Potensi/kekuatan; kekuatan yang dimiliki Tabel 9.Matriks SWOT
Jenis tanah yang mendukung
pertumbuhan tanaman perkebunan kakao,
cengkeh kopi dan perluasan lahan tanam.
Pada tanaman tertentu memiliki nilai
LQ>1 yang mampu untuk di ekspor ke
luar.
Mayoritas penduduk berprofesi
sebagai petani,dan meningkatnya
lapangan pekerjaan tiap tahunya di sektor
pertanian

2. Kelemahan/Permasalahan; kelemahan
atau kekurangan yang dimiliki oleh lokasi
study. Masih sangat rendahnya kualitas
prasarana transportasi (jalan) yang
menghubungkan antara pusat-pusat
produksi dengan pasar sehingga banyak
produksi petani yang sulit dipasarkan (
aksesibilitas) Sistem agribisnis masih
belum terlaksana sebagaimana konsep
agribisnis. Kondisi topografi kawasan
curam. Tabel 10: Internal Strategi Faktor Analisis
3. Kesempatan/peluang yang dimiliki oleh (IFAS)
lokasi penelitian. Kabupaten Luwu
memiliki potensi sumber daya alam
yang berlimpah Adanya kebijakan
pemerintah kabupaten luwu dalam
penetapan kawasan strategis
agropolitan dalam RTRW kab. Luwu
Tahun 2011
4. Ancaman; indikator eksternal yang dapat
menghambat tumbuh dan berkembangnya
lokasi study. Produk sejenis dari wilayah
lain. Pemerintah belum cukup konsisten
dalam penyusunan kebijakan disektor
agribisnis. Kurang akses terhadap
informasi pasar. Rendahnya potensi
sumber daya manusia dan terbatasnya
tenaga profesional.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 10


Tabel 11: Nilai Skor EFAS harus meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman.
Berdasarkan dari hasil analisis SWOT
untuk merumuskan bentuk dalam
mendukung pengembangan kawasan
agropolitan di Kecamatan Bajo
Barat. Hasil perhitungan Kuadran,
maka rumusan strategi berada diposisi
Kuadran IV yakni; Strategi WT,
Adapun rumusan strategi yang
dimaksud adalah sebagai berikut;
Membenahi sarana dan prasarana
transportasi terhadap hasil produksi
pertanian serta meningkatkan
informasi pasar dan pengembangan
lembaga perekonomian di tingkat
petani sebagai mitra usaha.
Peningkatan mutu kualitas komoditi
unggulan dengan meningkatkan
mutu sumberdaya manusia melalui
program pelatihan atau penyuluhan
Kesimpulan : teknologi di bidang pertanian secara
intensif agar berdaya saing dengan
1. (IFAS) Hasil Kekuatan - Kelemahan daerah sekitarnya
= 1,15 - 1,4 = - 0,25
2. (EFAS) Hasil Peluang - Ancaman =
1,1 - 1,3 = -0,2 E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan
analisis data yang dilakukan oleh peneliti
dengan judul Analisis Pengembangan
Kawasan Agropolitan Bajo Barat di
Kabupaten Luwu, maka dengan
demikian dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis pada rumusan masalah
pertama, Bagaimana potensi dan
permasalahan pengembangan
Kawasan Agropolitan di Kecamatan
Bajo Bara. Maka dari hasil analisis
diketahui sebagai berikut :

Melalui data perhitungan dan hasil


analisis LQ menunjukkan potensi
Posisi berada pada Sumbu X= 0,25 dan pertanian tanaman pangan
Sumbu Y = 0,2, jadi posisi pada hortikultura dan perkebunan
kuadran IV. Strategi yang digunakan memiliki nilai LQ>1 sebagai sektor
dan diprioritaskan yaitu strategi WT basis di Kecamatan Bajo Barat.
(Rumusan Strategi adalah Komoditas Tanaman pangan,
pengembangan kawasan hortikultura dan perkebunan;
agropolitan Kecamatan Bajo Barat kedelai, ketimun dan cengkeh dapat
di ekspor ke luar Kecamatan Bajo

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 11


Barat. Ketersedian sarana dan Untuk memudahkan sistem
prasarana di Kecamatan Bajo Barat pemasaran di butuhkan satu pasar
perlu ditingkatkan dalam menunjang agro dan terminal agro yang
pengembangan kawasan . dilokasikan di Kecamatan Bajo
2. Dari hasil analisis pada rumusan Barat. Pasar agro ini merupakan
masalah kedua, maka dibutuhkan sarana pemasaran yang berfungsi
bentuk strategi pengembangan sebagai pengelolaan untuk menjaga
kawasan agropolitan Kecamatan Bajo kualitas hasil pertaniaan yang
Barat diantaranya ; dilengkapi dengan berbagai fasilitas.
1.Rencana pengembangan Juga merupakan tempat transaksi
peningkatan mutu kualitas komuditi produk pertaniaan, penyimpanan
unggulan di Kecamatan Bajo Barat sementara dan peningkatan mutu
meliputi perencanaan pembenihan, komuditas pasca panen untuk
pemupukan, serta perencanaan mesin didistribusikan ke konsumen.
atau alat-alat produksi pertanian Terminal agro bertujuaan agar
modern. Untuk mempermudah matarantai pemasaran tidak terlalu
akesebilitas petani dalam rangka panjang yang dapat mengurangi nilai
mendapatkan benih tanaman, perlu harga produk petani.
dibangun balai penelitian dan
pembenihan tanaman. Keberadaan F. DAFTAR PUSTAKA
balai ini akan memegang peranan
Adisasmita Rahardjo, 2010. Teori Lokasi dan
penting dalam rangka penyediaan
Pengembangan Wilayah.
benih serta penelitian tanaman
Makassar: Universitas
sehingga diharapkan dengan adanya
Hassanuddin Jurusan Teknik
balai ini petani tidak mengalami
Perkapalan.
kesulitan dalam mendapatkan benih
serta mampu dihasilkan benih Adisasmita Rahardjo, 2009. Dasar-dasar
tanaman baru dengan kualitas yang Ekonomi Wilayah. Makassar:
lebih baik. Universitas Hasanuddin
Pengembangan prasarana dan sarana
pendukung pengembangan kawasan Anwar, A. 2005. Ketimpangan
Agropolitan. Prasarana yang Pembangunan Wilayah dan
dibutuhkan dalam pengembangan Perdesaan. P4Wpress. Bogor
agropolitan adalah pembenahan Badan Pusat Statistik, 2016. Kabupaten
jaringan jalan, jalan poros Luwu Dalam Angka 2015.
kecamatan, yang dinilai kurang BPS Kabupaten Luwu
mendukung lagi aktivitas
penghubung pusat pusat kegiatan Badan Pusat Statistik, 2016. Kecamatan
pengelolaan dan pemasaran akhir. Bajo Barat Dalam Angka
Kondisi eksisting beberapa jalan 2015. BPS Kabupaten Luwu
poros desa dalam kawasan masih Departement PU, 2007. Pedoman
minim dengan kontruksi jalan Pengelolaan Ruang
pengerasan dan jalan tanah. Dinilai Kawasan Sentra Produksi
tidak kondusif sehingga perlu Pangan Nasional dan
peningkatan kontruksi, dari jalan Daerah (Agropolitan).
tanah ke jalan pengeras dan dari jalan Jakarta.
pengeras ke jalan aspal. Untuk
membuka aksesibilitas sentra-sentra
penghasil produk (areal sekitar
Departement Pertanian, 2002. Pedoman
perkebunan), perlu pengembangan
Umum Pengembangan
peningkatan jalan tani di kawasan
Kawasan Agropolitan dan
penghasil produk pertanian.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 12


Pedoman Program Rintisan
Pengembangan Kawasan
Agropolitan. Jakarta
Dirjen Cipta Karya. 2012. Agropolitan&
Minapolitan (Konsep
Kawasan Menuju
Keharmonian. Jakarta:
Kementerian Pekerjaan
Umum
Estu Suryowati, 2014. Dalam 10 Tahun,
Impor Produk Pertanian Naik
Empat Kali Lipat.
http://tekno.kompas.com.
Diakses Pada 3 Januari 2017
Frredy Rangkuti, 2001. Analisis Swot Teknik
Membeda Kasus Bisnis
Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Isnan Zulfidah , 2010. Pedoman Agropolita
n. https://www.scribd.com/pr
esentation//Agropolitan.
Diakses Pada 18 Maret 2017
Peraturan Daerah, No. 26 Tahun 2011.
Tentang Rencana Tata Ruang
Kabupaten Luwu 2011-2031
Rustiadi Ernan, R. Dyha Panuju, Sunsun
Saefulhakim, 2011,
Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah,
Crestpent Press dan Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
Tarigan, R. 2005. Perencanaan
Pembangunan Wilayah.
Jakarata: Penerbit Bumi
Aksara
Undang-Undang No.26 Tahun 2007.
Tenteng Penataan Ruang
Dinas Bina Marga,2015 Panjang Jalan
Menurut Jenis Permukaan Di
Kabupaten Luwu Tahun
2015. Bina Marga
Kabupaten Luwu

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 20 Oktober 2017 13


Lampiran

14
15
16
17
18
19
20

You might also like