You are on page 1of 68

Pengantar Pajanan Kimia

Pajanan Kimia Sub Modul 01

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Tujuan modul
Memberikan pemahaman mengenai perjalanan zat kimia di dalam
tubuh mulai dari jalan masuk ke dalam tubuh, faktor-faktor yang
mempengaruhi penyerapan, distribusi, metabolisme dan ekskresi.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Pentingnya mengenali penyakit akibat
pajanan zat kimia (1)
1. An emergency medicine physician diagnosed acute alcohol
intoxication in a machinist who developed loss of balance at work.
2. An internist diagnosed the worsening chronic cough of a man
working at a bottle-making factory as a side effect of his
antihypertensive medication.

Pada kedua kasus di atas, tanda dan gejala sesuai dengan anamnesis
sehingga dokter merekomendasikan suatu pengobatan dan tindakan
pencegahan yang spesifik.
Rosemary K et al. Recognizing and preventing occupational and environmental disease and injury in Occupational and environmental health, 6th edition, edited
by Barry S Levy et al. Oxford University Press, 2001.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Pentingnya mengenali penyakit akibat
pajanan zat kimia (2)
Tetapi pada kedua kasus tersebut, dokter membuat diagnosis yang
tidak tepat karena tidak melakukan anamnesis pekerjaan dan
lingkungan.
1. The first patient had acute central nervous system (CNS)
intoxication caused by exposure to organic solvents at work.
2. The man working in the bottle-making factory had worsening of his
chronic cough and other respiratory tract symptoms as a result of
occupational exposure to hydrochloric acid fumes.
Rosemary K et al. Recognizing and preventing occupational and environmental disease and injury in Occupational and environmental health, 6th edition, edited
by Barry S Levy et al. Oxford University Press, 2001.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Klasifikasi zat kimia

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Modul
Terdapat banyak klasifikasi zat kimia.
Pada pelatihan ini Anda akan mendapatkan modul:
1. Pengantar pajanan zat kimia
2. Penyakit akibat pajanan pelarut organik
3. Penyakit akibat pajanan logam berat
4. Penyakit kulit akibat pajanan zat kimia
5. Penyakit saluran pernafasan akibat pajanan zat kimia
6. Penyakit akibat pajanan pestisida

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Poisons

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Bentuk fisik zat kimia (1)
Padat
Cair
Gas
Suatu fluida
o
tak berbentuk yang menempati ruang tertutup secara lengkap pada
suhu 25 C dan tekanan 1 atm.
Contoh: oksigen, nitrogen, karbondioksida.
Uap (vapour)
Fase gas dari suatu zat yang normalnya berbentuk cair atau padat pada suhu dan
tekanan normal.
Contoh: uap benzene dan mercury dari evaporasi bentuk cairnya.
Aerosol
Suatu dispersi partikel-partikel berukuran mikroskopik di udara; bisa partikel padat
(debu, fume, serat) atau partiekl cair (mist).

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Bentuk fisik zat kimia (2)
Aerosol
Debu (dust)
Partikel padat di udara yang diameternya berukuran 0,1 100 m.
Contoh: debu kayu dari penggergajian dan pengampelasan kayu; debu kuarsa dari penghancuran batu.
Fume
Partikel padat di udara yang dihasilkan dari kondensasi fase gas. Ukuran diameter partikelnya biasanya <
1 m.
Contoh: fume dari pengelasan atau pemotongan logam dengan temperatur tinggi.
Serat (fibre)
Zat padat berbentuk panjang dan tipis.
Contoh: serat asbes dan gelas.
Mist
Droplet cair di udara yang dihasilkan dari kondensasi fase gas atau pemecahan suatu cairan yang
disemprotkan atau dipercikan.
Contoh: oil mist yang dihasilkan pada saat proses penggerindaan dan pemotongan; acid mist dari proses
electroplating; paint spray mist dari proses pengecatan.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Toksisitas vs hazard
Toksisitas adalah kemampuan dari suatu zat kimia untuk
menimbulkan efek yang tidak diinginkan ketika zat tersebut kadarnya
telah mencapai konsentrasi yang cukup di bagian tertentu dari tubuh.
Hazard adalah probabilitas bahwa konsentrasi tersebut akan terjadi di
bagian tubuh tertentu dari tubuh tersebut.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Faktor-faktor yang menentukan derajat hazard
Menilai hazard zat kimia berarti memperkirakan probabilitas bahwa suatu zat
kimia akan menyebabkan bahaya.
Faktor-faktor yang menentukan derajat hazard suatu zat kimia:
Toksisitas zat kimia itu sendiri
Sifat kimia dan fisika dari zat kimia tersebut
Jalan masuk (route of entry)
Jumlah zat kimia
Keadaan fisiologis tubuh
Variabel lingkungan
Dll.
Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo
Faktor-faktor yang menentukan derajat hazard
Sifat kimia dan fisika

Warning properties
Zat kimia A bersifat tidak berbau dan tidak mengiritasi mata dan hidung, sedangkan
zat kimia B berbau menusuk pada konsentrasi yang tidak berbahaya memiliki derajat
hazard yang lebih rendah, karena kehadiran zat kimia ini dapat dideteksi pada waktunya guna
mencegah terjadinya pajanan lebih lanjut yang dapat menyebabkan efek yang tidak
diinginkan pada tubuh.
Tekanan uap
Suatu indikator seberapa cepat suatu cairan atau padatan menguap.
Menentukan apakah suatu zat kimia memiliki potensi untuk masuk ke dalam tubuh lewat
inhalasi.
Pelarut dengan titik didih yang rendah memiliki derajat hazard yang lebih tinggi dibandingkan
pelarut yang toksisitasnya sama tetapi titik didihnya lebih tinggi.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Faktor-faktor yang menentukan derajat hazard
Efek kombinasi (1)

Efek additive: 1 + 1 = 2
Toluene dan xylene, keduanya bersifat iritant dan narkotik, sama-sama
pelarut organik dan mempengaruhi target organ yang sama.
Efek sinergistik: 1 + 1 > 2
Carbon tetrachloride dan etanol, keduanya hepatotoksik, tetapi kerusakan
hati yang diakibatkan oleh kombinasi kedua pajanan ini jauh lebih besar dari
pada yang dibayangkan.
Efek antagonisme: 1 + 1 0
Phenobarbital dan paradoxon (suatu pestisida organofosfat) phenobarbital
meningkatkan laju metabolisme paradoxon mengurangi toksisitas
paradoxon.
Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo
Faktor-faktor yang menentukan derajat hazard
Efek kombinasi (2)

Efek Potensiasi: suatu zat kimia yang tidak toksik menjadi toksik
dengan kehadiran zat kimia lainnya. 1 + 0 > 1
Isopropanol sendiri tidak bersifat hepatotoksik, tetapi meningkatkan
hepatotoksisitas dari carbon tetrachloride.
Efek independent:
Tidak ada efek-efek yang disebut di atas.
Efek toksik dari tiap zat kimia tidak dipengaruhi oleh pajanan simultan dengan
zat kimia lain.
Timbal dan xylene.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Faktor-faktor yang menentukan derajat hazard
Jenis kelamin

Perempuan memiliki persen lemak lebih besar dari pria.


Perempuan juga memiliki kerentanan yang berbeda terhadap
gangguan sistem reproduksi dan efek teratogenik.
Beberapa penyakit dan kanker terkait dengan jenis kelamin.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Asfiksisasi (asphyxiation)
Iritasi
Narkosis
Toksisitas sistemik
Genotoksisitas dan karsinogenisitas
Sensitisasi
Efek reproduksi

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Asfiksisasi (asphyxiation)

Asphyxiant adalah zat kimia yang dapat menurunkan kadar oksigen


dalam tubuh ke tingkat yang berbahaya.
Asphyxiant terbagi menjadi 2 jenis:
Simple asphyxiant
Contoh: nitrogen, argon
Secara kimia bersifat inert, tetapi dapat mencegah respirasi normal karena menurunkan
kadar oksigen di udara.
Chemical asphyxiant
Jumlah oksigen dalam udara yang masuk normal tetapi tubuh tidak dapat
menggunakannya. Asphyxiant ini mencegah tubuh menggunakan oksigen untuk proses
metabolisme selular yang normal.
Contoh: karbonmonoksida, hidrogen sianida.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Iritasi
Iritan adalah zat kimia yang dapat menyebabkan peradangan yang
reversibel pada saat kontak dengan jaringan tubuh seperti kulit atau
membran mukosa.
Respon tubuh terhadap iritan:
Kulit: kemerahan pada tempat kontak.
Mata: gatal, sakit, kemerahan atau berair.
Hidung: gatal atau berair, bersin-bersin.
Saluran pernafasan atas: batuk. Pada kasus yang hebat, paru dapat menghasilkan
cairan berlebihan sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.
Contoh iritan:
Gas: ammonia, chlorine dan nitrogen oxida
Uap: formaldehyde

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Iritasi

Pajanan terhadap pelarut organik pada kulit berperan dalam proses


iritasi karena pelarut organik melarutkan lemak kulit.
Pajanan kronik iritan pada:
Saluran pernafasan dapat mengakibatkan bronkitis
Kulit dapat menyebabkan dermatitis. (dibahas di modul Efek Pajanan Kimia
pada Kulit).
Bentuk iritasi ekstrim adalah kontak dengan zat kimia yang bersifat
korosif yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan mirip luka bakar.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Narkosis

Narkotik adalah zat kimia yang dapat mendepresi fungsi SSP.


Gejala awal pajanan terhadap zat narkotik: kelelahan dan sakit kepala,
rasa melayang dan euphoria.
Pada pajanan yang lebih tinggi, dapat timbul: pusing, mual, tidak
sadar dan kematian.
Kelompok zat yang dapat menyebabkan zat adalah pelarut organik.
(dibahas di modul Penyakit Akibat Pajanan Pelarut Organik).

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Toksisitas sistemik
Toksisitas sistemik adalah efek yang diakibatkan oleh zat kimia yang
mempengaruhi tubuh pada organ-organ yang berada jauh dari titik kontak
zat kimia dengan tubuh.
Efek ini dapat disebabkan oleh zat kimia itu sendiri atau oleh metabolit
atau pecahan dari zat kimia tersebut.
Hati dan ginjal merupakan organ yang paling rentan mengalami kerusakan
akibat zat kimia toksik karena proses metabolisme zat kimia toksik
berlangsung di hati dan ginjal.
Contoh:
Kerusakan ginjal karena cadmium
Kerusakan hati karena carbon tetrachloride.
Gangguan neurologis karena akumulasi timbal di SSP.
Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo
Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Genotoksisitas
Genotoksisitas adalah kemampuan suatu zat kimia untuk menginduksi
kerusakan pada material genetik dalam sebuah sel.
Zat kimia dengan kemampuan genotoksisitas disebut genotoksik atau
mutagenik.
Kerusakan pada material genetik dapat mengganggu fungsi normal
sebuah sel dan dapat menyebabkan perubahan yang irreversibel yang
disebut mutasi.
Jika mutasi terjadi pada sel-sel germinal maka dapat diturunkan pada
keturunannya dimana efek mutasi ini menjadi terlihat.
Mutasi pada sel-sel somatik (non-germinal) dapat mengakibatkan
perubahan dalam pengaturan cara sel membelah diri yang menjadi tidak
terkendali kanker.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Karsinogenisitas

Karsinogenisitas adalah kemampuan suatu zat kimia menginduksi


kanker.
Zat kimia yang yang dapat menyebabkan kanker disebut karsinogen.
Kanker adalah gangguan dari sel dalam tubuh yang ditandai oleh
adanya pertumbuhan dan pembelahan sel yang abnormal.
Pada umumnya induksi kanker adalah akibat dari mutasi, jadi zat
kimia yang genotoksik juga memiliki aktivitas karsinogenik. Tetapi
tidak semua karsinogen adalah genotoksik, contohnya asbestos.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Karsinogenisitas

Lokasi kanker Zat kimia


Paru Asbestos, chromium, nikel karbonil, rubber fume
Sinus nasalis Debu kayu
Hati Monomer vinyl chloride
Ginjal Cadmium
Sumsum tulang Benzene
Kulit Mineral oils, tar.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Klasifikasi karsinogen
IARC ACGIH
(International Agency for Research on Cancer) (the American Conference of Governmental
and Industrial Hygienists)

Group 1 Carcinogenic to humans A1 Confirmed Human Carcinogen


Group 2A Probably carcinogenic to humans A2 Suspected Human Carcinogen
Group 2B Possibly carcinogenic to humans A3 Confirmed Animal Carcinogen with Unknown
Group 3 Not classifiable as to Relevance to Humans
carcinogenicity to humans A4 Not Classifiable as a Human Carcinogen
Group 4 Probably not carcinogenic to A5 Not Suspected as a Human Carcinogen
humans

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Sensitisasi

Zat kimia yang berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh yang


mengakibatkan bahwa zat kimia tersebut dianggap sebagai suatu
benda asing yang perlu diisolasi melaui suatu reaksi kekebalan.
Terdapat 2 kategori sensitiser:
sensitiser pernafasan: isocyanates, debu tepung terigu dan biji-bijian, protein
hewan, debu beberapa jenis kayu, detergen, ensim roti, antibiotika.
sensitiser kulit: chromium, nickel, latex dan lem epoxy resin.
Sensitisasi umumnya terjadi setelah beberapa waktu terjadi pajanan
berulang terhadap suatu zat kimia. Sekali seseorang sudah
tersensitisasi, maka orang tersebut akan selalu timbul reaksi jika
kontak dengan zat kimia tersebut.
Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo
Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Sensitisasi

Reaksi sensitisasi di kulit mengakibatkan pelepasan histamin lokal


yang menyebabkan peradangan kulit (dermatitis kontak alergi).
Dibahas pada modul Penyakit Kulit Akibat Pajanan Zat Kimia.

Reaksi sensitisasi di saluran pernafasan mengakibatkan pelepasan


histamin yang mengakibatkan peradangan dan penyempitan saluran
pernafasan, sulit bernafas, (occupational asthma) dan rhinitis.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Efek kesehatan akibat pajanan zat kimia
Efek reproduksi

Dapat mengurangi kesuburan sehingga sulit atau tidak bisa memiliki


keturunan.
Contoh: beberapa glycol ether, timbal, dan beberapa pestisida.
Teratogen: menyebabkan gangguan pada perkembangan fetus,
mengakibatkan kelainan pada bayi atau mempengaruhi
perkembangan bayi setelah dilahirkan.
Contoh: timbal, metil merkuri dan thalidomide.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Environmental causes of medical problems
Immediate or short-term effects (1)
(Goldman and Peters 1981)

Symptoms and Agent Potential exposures


diseases
Dermatoses Metals (chromium, nickel), fibrous Electroplating, metal cleaning, plastics,
(allergic or irritant) glass, solvents, caustic alkali, machining, leather tanning, housekeeping.
soaps
Headache Carbon monoxide, solvents Firefighting, automobile exhaust, wood
finishing, dry cleaning
removing paint from old houses, fungicide,
acute psychoses lead, mercury, carbon disulfide
wood preserving, viscose rayon industry
asthma or dry formaldehyde, toluene textiles, plastics, polyurethane kits, lacquer,
cough diisocyanate, animal dander animal handler
pulmonary edema, nitrogen oxides, phosgene, welding, farming, chemical operations,
pneumonitis halogen gases, cadmium smelting
Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo
Environmental causes of medical problems
Immediate or short-term effects (2)
(Goldman and Peters 1981)

Symptoms and Agent Potential exposures


diseases
metal cleaning, solvents use, refrigerator
cardiac arrhythmias solvents, fluorocarbons
maintenance
carbon monoxide, methylene car repair, traffic exhaust, foundry, wood
angina
chloride finishing
battery making, enameling, smelting,
abdominal pain lead
painting, welding, ceramics, plumbing
hepatitis (may
halogenated hydrocarbons (e.g.,
become a long-term solvents use, lacquer use, hospital workers
carbon tetrachloride)
effect)

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Environmental causes of medical problems
Latent or long-term effects (1)
(Goldman and Peters 1981)

Symptoms and Agent Potential exposures


diseases
mining, insulation, pipefitting,
chronic dyspnea, asbestos, silica, beryllium, coal,
sandblasting, quarrying, metal alloy
pulmonary fibrosis aluminum
work, aircraft or electrical parts
chronic bronchitis, cotton dust, cadmium, coal dust, textile industry, battery production,
emphysema organic solvents, cigarettes soldering, mining, solvent use
insulation, pipefitting, smelting,
asbestos, arsenic, nickel, uranium,
lung cancer coke-ovens, shipyard workers,
coke-oven emissions
nickel refining, uranium mining
dye industry, leather, rubber-
bladder cancer -naphthylamine, benzidine dyes
workers, chemists

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Environmental causes of medical problems
Latent or long-term effects (2)
(Goldman and Peters 1981)

Symptoms and Agent Potential exposures


diseases
battery production, plumbing, smelting,
peripheral lead, arsenic, hexane, methyl butyl
painting, shoemaking, solvent use,
neuropathy ketone, acrylamide
insecticides
battery makers, smelting, viscose rayon
behavioral lead, carbon disulfide, solvents, industry, degreasing, manufacture/repair
changes mercury, manganese of scientific instruments, dental amalgam
workers
extrapyramidal viscose rayon industry, steel production,
carbon disulfide, manganese
syndrome battery production, foundry
aplastic anemia, chemists, furniture refinishing, cleaning,
benzene, ionizing radiation
leukemia degreasing, radiation workers
Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo
Organ systems often affected by toxic exposure
Organ/System Exposure Risks
respiratory asbestos, radon, cigarette smoke, glues
dioxin, nickel, arsenic, mercury, cement (chromium), polychlorinated
skin
biphenyls (PCBs), glues, rubber cement
liver carbon tetrachloride, methylene chloride, vinyl chloride
kidney cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbon solvents
carbon monoxide, noise, tobacco smoke, physical stress, carbon disulfide,
cardiovascular
nitrates, methylene chloride
reproductive lead, carbon disulfide, methylmercury, ethylene dibromide
hematologic arsenic, benzene, nitrates, radiation
tetrachloroethylene, mercury, arsenic, toluene, lead, methanol, noise, vinyl
neuropsychological
chloride
Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo
Absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi
Abbreviations:
a = major absorption sites;
e = excretion sites;
f = filtration sites;
m = major metabolism site;
p = metabolic product;
s = secretion sites;
x = xenobiotic.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Jalan masuk ke dalam tubuh (1)
Inhalasi jalan masuk utama di industri.
Penyerapan oleh kulit
Melalui saluran pencernaan
Dll.
Jalan masuk ke dalam tubuh menentukan:
Berapa banyak zat kimia yang masuk dan
Organ apa yang pertama kali terpajan dengan konsentrasi tinggi dari
zat kimia tersebut.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Jalan masuk ke dalam tubuh (2)
Laju dan lokasi penyerapan zat kimia akan menentukan laju
metabolisme dan ekskresi zat kimia mempengaruhi dosis yang
diperlukan untuk menimbulkan efek toksik.
Hati adalah organ yang memiliki kemampuan besar untuk
memetabolisme zat kimia. Suatu zat kimia bisa jadi lebih toksik atau
kurang toksik per satuan dosis yang sama jika zat kimia tersebut
melalui hati terlebih dahulu (first-pass effect) sebelum diperfusi ke
organ tubuh lainnya. Jika metabolisme yang terjadi di hati:
Proses detoksifikasi, maka potensi toksik dari zat kimia relatif berkurang.
Menghasilkan metabolit aktif/reaktif yang toksik/lebih toksik dari zat kimia
induk maka potensi toksik dari zat kimia lebih besar.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Jalan masuk ke dalam tubuh
Inhalasi
Sistem pernafasan terbagi menjadi 2 daerah
utama:
Saluran udara (hidung, tenggorokan, trachea, bronkus)
Alveoli tempat terjadinya pertukaran gas.
Sistem pernafasan paling rentan
Area kontak sangat luas
Kaya akan pembuluh kapiler.
Jumlah total zat kimia yang dapat diserap melalui
saluran pernafasan tergantung pada:
Konsentrasi zat kimia tersebut di udara
Lama pajanan
Volume ventilasi paru meningkat jika aktivitas kerja
lebih tinggi.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Jalan masuk ke dalam tubuh
Deposisi partikel di saluran pernafasan

Particles deposit in
different regions of the
lung, based largely on the
size of the particle.
(From Kennedy GL. Inhalation toxicology. In Hayes AW, ed.
Principles and methods in toxicology, 2nd ed. New York: Raven
Press, 1989)

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Jalan masuk ke dalam tubuh
Penyerapan oleh kulit

Kontak zat kimia dengan kulit akan mengakibatkan:


Kulit dapat bertindak sebagai barrier yang efektif.
Zat kimia dapat berinteraksi dengan kulit dan menyebabkan iritasi lokal atau
kerusakan jaringan.
Zat kimia dapat mengakibatkan sensitisasi kulit
Zat kimia dapat menembus kulit dan mencapai pembuluh darah di bawah
kulit serta masuk ke dalam aliran darah.
Kulit merupakan portal utama: parathion
Jumlah zat kimia yang diserap melalui kulit yang diserap melalui inhalasi: aniline,
nitrobenzene, phenol.
Jumlah zat kimia yang diserap melalui kulit > dari yang diserap melalui inhalasi: zat kimia
organik.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Jalan masuk ke dalam tubuh
Penyerapan oleh kulit

Laju penyerapan beberapa zat kimia organik melalui kulit meningkat


jika suhu lingkungan dan keringat meningkat. Jadi penyerapan pada
iklim panas > iklim normal.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Jalan masuk ke dalam tubuh
Penyerapan melalui saluran pencernaan

Faktor yang mempengaruhi penyerapan:


Biotransformasi oleh hati (first-pass).
Disolusi zat kimia dalam lingkungan saluran pencernaan
Aliran darah
Interaksi dengan makanan

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Absorpsi
Membran penghalang
Untuk masuk ke dalam tubuh, zat kimia harus melalui membran biologis.
Ketebalan membran di berbagai tempat bervariasi, tetapi strukturnya mirip.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Absorpsi
Membran penghalang struktur membran
Untuk masuk ke dalam tubuh, zat kimia harus melalui membran biologis.
Ketebalan membran di berbagai tempat bervariasi, tetapi strukturnya mirip.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Absorpsi
Transport aktif
Preses transport aktif yang dimediasi carrier khusus terdapat di hati, ginjal dan
usus halus. Terdapat juga di plexus choroid dan paru.
Proses transport aktif tersebut di hati dan ginjal terutama berfungsi untuk
membantu dalam ambilan (uptake) dan eliminasi zat kimia dan metabolitnya dari
darah. Sedangkan proses transport aktif di usus halus terutama berfungsi
membantu dalam penyerapan zat gizi yang larut dalam air.
Sistem transport aktif di paru mengakibatkan herbisida paraquat sangat toksik
dan spesifik terhadap paru apapun jalan masuknya mengkonsentrasikan
paraquat dalam pneumocytes tipe II.

David L Eaton. Toxicology in Textbook of Clinical Occupational and Environmental Medicine, 2nd ed, Linda Rosenstock ed. Elsevier Saunders 2005.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Absorpsi
Transport aktif
Penting untuk zat kimia yang kurang larut dalam lemak.

Chem
Chem - Carrier
Chem Chem

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Distribusi
Pengikatan oleh protein plasma
Banyak zat kimia terikat dengan protein plasma (terutama albumin dan
globulin), sehingga konsentrasi zat kimia yang tidak terikat (bebas) yang
dapat berinteraksi dengan reseptor biologis berkurang, sehingga toksisitas
berkurang.
Sedikit saja pergeseran dalam keseimbangan pengikatan akan
mempengaruhi konsentrasi zat kimia yang tidak terikat.
Misalnya keseimbangan pengikatan dari suatu zat kimia terhadap protein plasma 98%,
suatu perubahan dalam status pengikatan dari 98% menjadi 96% akan mengakibatkan
konsentrasi zat kimia yang tidak terikat menjadi 2x lipat sehingga meningkatkan
toksisitas zat kimia tersebut.
Ini perlu diperhatikan jika terjadi pajanan majemuk terhadap zat kimia
yang memiliki tempat pengikatan yang sama.
David L Eaton. Toxicology in Textbook of Clinical Occupational and Environmental Medicine, 2nd ed, Linda Rosenstock ed. Elsevier Saunders 2005.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Distribusi
Pengikatan oleh protein intraselular (1)

Jika terjadi pengikatan zat kimia dengan protein intraselular maka


dapat terjadi akumulasi zat kimia, sehingga waktu paruh biologis dari
zat kimia tersebut memanjang.
Cadmium (Cd) dan beberapa logam lainnyaa dapat terikat pada
protein intraselular yang disebut metallothioneins, suatu protein
dengan berat molekul yang rendah.
Metallothioneins ini kadarnya tinggi di hati dan ginjal.

David L Eaton. Toxicology in Textbook of Clinical Occupational and Environmental Medicine, 2nd ed, Linda Rosenstock ed. Elsevier Saunders 2005.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Distribusi
Pengikatan oleh protein intraselular (2)
Setelah pajanan oral Cd, dosis Cd yang terserap terkonsentrasi di hati dan
sebagian besar terikat dengan metallothionein sehingga tidak terikat dengan
protein selular yang essensial hati terlindung dari kerusakan.
Kompleks Cd-metallothionein ditransport keluar dari hati menuju ginjal
metallothionein mengalami proses katabolisme Cd dilepas dan terikat baik
dengan metallothionein ginjal atau thiol intraselular lainnya, termasuk protein
kritikal.
Akibatnya Cd memiliki waktu paruh biologis yang panjang (30 tahun), sebagian
besar tertimbun di korteks ginjal. Setelah konsentrasi Cd melebihi kemampuan
pengikatan metallothionein ginjal kerusakan ginjal yang fatal dan irreversible.

David L Eaton. Toxicology in Textbook of Clinical Occupational and Environmental Medicine, 2nd ed, Linda Rosenstock ed. Elsevier Saunders 2005.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Distribusi
Penghalang distribusi
Blood-brain barrier
Adanya sambungan yang rapat (desmosomes) di antara sel endotelial kapiler
Adanya glial foot processes yang mengelilingi endotel kapiler
Membran basalis yang rapat
Kandungan protein yang relatif rendah di cairan interstitial otak.
Efektif untuk zat kimia yang sangat larut dalam air, kecuali lithium yang dapat berdifusi
dengan air melalui pori-pori membran.
Tidak efektif untuk zat kimia yang larut dalam lemak hampir semua pelarut organik dengan
mudah dalam masuk ke otak dan mengakibatkan gangguan pada fungsi SSP.
Blood-testis barrier
Sel-sel Sertoli membentuk barisan yang menutupi sel-sel germinal.
Efektif untuk zat kimia yang larut dalam air, tetapi tidak efektif untuk zat kimia yang larut
dalam lemak.
David L Eaton. Toxicology in Textbook of Clinical Occupational and Environmental Medicine, 2nd ed, Linda Rosenstock ed. Elsevier Saunders 2005.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Biotransformasi
Biotransformasi atau metabolisme dapat mempengaruhi toksisitas suatu zat
kimia menjadi:
kurang toksik detoksifikasi
Lebih toksik aktivasi
Berbagai macam zat kimia mempunyai target organ yang spesifik (organotropik)
karena organ yang berbeda memiliki kemampuan dan jumlah ensim yang
berbeda untuk menjalankan biotransformasi.
Hati merupakan target toksisitas dari chloroform dan carbon tetrachloride karena
kemampuan hati untuk mengubah zat kimia ini secara cepat menjadi zat kimia
antara yang bersifat radikal bebas reaktif.
David L Eaton. Toxicology in Textbook of Clinical Occupational and Environmental Medicine, 2nd ed, Linda Rosenstock ed. Elsevier Saunders 2005.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Biotransformasi
Fase reaksi

Reaksi biotransformasi terbagi menjadi 2 fase:


Reaksi fase I
Merupakan reaksi biotransformasi tahap pertama dari proses biotransformasi
(seringkali harus melalui beberapa tahapan) suatu zat kimia dalam rangka untuk
diekskresikan dari tubuh.
Reaksi yang terjadi umumnya reaksi oksidasi, reduksi atau hidrolisis.
Reaksi fase II
Proses reaksi ensimatik yang menggunakan hasil dari reaksi fase I untuk
meningkatkan kelarutan metabolit dalam air mudah diekskresi melalui ginjal.
Reaksi yang terjadi umumnya reaksi konjugasi.

David L Eaton. Toxicology in Textbook of Clinical Occupational and Environmental Medicine, 2nd ed, Linda Rosenstock ed. Elsevier Saunders 2005.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Biotransformasi
Polimorfisme genetik
Dalam proses biotransformasi terdapat beberapa jalur yang dipengaruhi oleh
polimorfisme genetik.
N-asetilasi
Ada 2 fenotipe: asetilasi cepat dan asetilasi lambat. 50 70% orang kaukasia memiliki fenotipe asetilasi
lambat sedangkan orang Jepang hanya 10 15%.
Tingginya insiden efek samping obat yang diberikan dalam dosis terapetik (isoniazid, hydralazine,
procainamide, dapsone, dan beberapa jenis sulfa) pada fenotipe asetilasi lambat.
Arilamin yang penting di industri (naphthylamine, benzidine, 4-aminobiphenyl dan 4-nitrobiphenyl)
didetoksifikasi oleh N-asetilasi.
Pajanan terhadap arilamin yang bersifat karsinogenik (misalnya pada pekerja yang berhubungan dengan
pewarna) pada fenotipe asetilasi lambat memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kanker
kandung kemih.

David L Eaton. Toxicology in Textbook of Clinical Occupational and Environmental Medicine, 2nd ed, Linda Rosenstock ed. Elsevier Saunders 2005.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Tanda dan gejala keracunan
Dr. Suryo Wibowo, MKK, SpOk

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Suhu tubuh
Meningkat Menurun
Amphetamines Alcohols
Cocaine Barbiturates
Belladonna alkaloids Clonidines
Fluoroacetate Glutethimide
Hexachlorobenzene Haloperidol
Salicylates Phenothazines
Tricyclic antidepressants

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Denyut nadi
Bradikardi Aritmia
Alcohols Arsenic
Carbamates Caffeine
Organophosphates Solvents

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Laju pernafasan
Meningkat Menurun
Carbon monoxide Alcohols
Cyanide CO
Fluoroacetate Cyanide
Hexachlorobenzene phenothiazines
Methanol
Nitrites

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Tekanan darah
Meningkat Menurun
Amphetamines Barbiturates
Belladonna alkaloids Cyanide
Cocaine Iron
Phencyclidine Nitrites

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Kulit
Kering Lembab
Antihistamines Alcohols
Belladonna alkaloids Arsenic
Glutethimide Carbamates
Mercury
Organophosphates
Thallium

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Warna kulit
Flushed Cyanotic
Alcohol Aniline dyes
Boric acid CO
Carbon monoxide Cyanide
MSG Nitrites
Nitrites

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Warna kulit
Jaudice
Aniline dyes
Arsenic
Arsine gas
Carbon tetrachloride
Iron
Phosphorus

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Bau yang tercium
Acetone: Acetone, Alcohols, Phenols
Aromatic: Hydrocarbons
Bitter Almonds: Cyanide
Garlic: Arsenic, DMSO, Organophosphates, Phosphates, Tellurium, Thallium
Pears: Chloral hydrate
Rotten Eggs: Hydrogen sulfide
Shoe Polish: Nitrobenzene
Violets: Turpentine
Wintergreen: Methylsalicylate
Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo
Saluran pencernaan
Vomiting Pain
Acids Arsenic
Alkali Iron
Arsenic Black Widow
Camphor
Iron
Fluoride

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Sistem saraf pusat
Convulsions Coma
Camphor Alcohol
Chlorinated hydrocarbons Carbamates
Lead CO
Nicotine Cyanide
Organophosphates Hydrocarbons
phenothiazines H2S
Lead
Organophosphates

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Prinsip penangan pada kejadian
pajanan kimia akut

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Prehospital management

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Decontamination zone

Avoid secondary
contamination.

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Terima kasih atas perhatiannya.
Ada pertanyaan?

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo


Pertanyaan untuk diskusi kelompok
1. Anda mencurigai bahwa gejala dan keluhan pasien diakibatkan
pajanan kimia di tempat kerja. Pada langkah kedua dari 7 langkah
diagnosis okupasi, Anda diminta untuk mengumpulkan informasi
mengenai semua pajanan yang dialami oleh pasien di tempat
kerjanya. Apa gunanya Anda mengetahui pajanan iklim kerja panas
dengan pajanan kimia?
2. Bagaimana cara Anda menentukan bahwa dosis pajanan suatu zat
kimia yang diterima oleh seorang pekerja sudah cukup untuk
menimbulkan gejala klinik?

Prapared by Tim PERDOKI, based on Suryo Wibowo

You might also like