Professional Documents
Culture Documents
Ipi146826 PDF
Ipi146826 PDF
ABSTRACT
Background: A total of 1.506 children in Yogyakarta Special District Province suffered from malnutrition. They
resided in Gunung Kidul (531 children), Sleman (287 children), Kotamadya Yogyakarta (225 children) and Kulon
Progo (190 children). (Wirobrajan was 6th from 18 sub-districts of most frequent incident of malnutrition in
Yogyakarta.)
Objective: To assess the implementation of case screening and case finding of the children malnutrition through
both of Posyandu (Integreted Care Venue) and Polyclinic at Wirobrajan Community Health Center, Yogyakarta.
Methods: A descriptive non-analytic, cross-sectional study was carried out. Data were collected from in-depth
interview. As respondents were member of team of poor nutrition prevention program. Research was conducted
from December 24th 2007 to January 9th 2008 at Wirobrajan Community Health Center, Yogyakarta.
Results: Case screening was conducted trough both of active and passive. Active case screening was
conducted every two or three months by all of Posyandu in Wirobrajan area. Pasive case screening was
conducted by daily health service setting in Community Health Center and based on health cader report. case
screening was performed by collect data of children include name and age, measurement of body weight and
height, head circumference, rough and smooth motoric ability. After that, documentation and reporting to goverment
was made. WHO-NCHS standard was used as standard of malnutrition measurement. After case screening or
case reporting, case finding was performed by home visit. Data collected by using of questioner or direct
interview to parent. Anthropometric re-measurement can be performed as needed refer to community health
center or to the hospital if there is enclosing desease and make dokumentation. This activity is convenience with
Guideline of Malnutrition Management in and Community Health Center Setting.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa terjadi gizi, satu orang perawat, satu orang bidan, satu orang
peningkatan kasus balita KEP dari tahun ke tahun. pelaksana harian posyandu. Sampel yang diambil
Terjadinya gizi buruk pada balita antara lain karena adalah pegawai Puskesmas yang memenuhi kriteria
kurangnya asupan gizi dan serangan penyakit inklusi. Strategi penentuan sampel dilakukan dengan
infeksi. Faktor penyebab tidak langsung adalah cara purposive sampling. Purposive karena memiliki
rendahnya daya beli dan ketidaktersediaan pangan tujuan tertentu yakni memilih sampel yang kaya
yang bergizi, keterbatasan pengetahuan tentang informasi. Cara ini tidak mewakili dalam hal jumlah
pangan yang bergizi terutama untuk ibu dan anak responden (kuantitas), namun dalam kualitasnya
balita.3 atau ciri-ciri responden yang ingin diwakili dan
Puskesmas Wirobrajan telah melakukan kebutuhan jumlah subjek penelitian didasarkan pada
berbagai upaya dalam menanggulangi masalah gizi sifat jenuh atau saturasi data yang diperoleh.6
di wilayahnya melalui berbagai program yakni: Pengambilan sampel secara purposive sampling atau
penjaringan balita KEP, kegiatan penyuluhan sampel bertujuan didasarkan pada suatu
kelompok pada ibu sasaran, pelacakan kasus, pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
pemeriksaan kesehatan oleh dokter di Puskesmas, sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
rujukan balita gizi buruk ke rumah sakit, pemberian sudah diketahui sebelumnya.7
obat cacing, pemberian suplemen gizi serta
pemberian PMT pemulihan.4 Namun di antara HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
berbagai program tersebut yang merupakan ujung 1. Kebijakan Pimpinan Puskesmas Terhadap
tombak dalam penemuan kasus balita KEP adalah Pencegahan dan Penanggulangan Gizi
program penjaringan serta palacakan balita KEP Buruk Pada Balita
yang dilakukan dengan dua cara yaitu melalui Kebijakan seorang pimpinan terhadap suatu
penimbangan balita di Posyandu pada setiap bulan program, mempengaruhi keberhasilan program
dan melalui pemeriksaan di poliklinik/Puskesmas. tersebut. Berdasar hasil wawancara dengan Kepala
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat lebih Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta didapatkan
jauh proses penjaringan dan pelacakan balita KEP bahwa pelaksanaan pencegahan dan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas penanggulangan gizi buruk pada balita telah
Wirobrajan. dilaksanakan dengan berkoordinasi melalui lintas
program dan lintas sektoral, seperti ungkapan
BAHAN DAN CARA PENELITIAN responden:
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan
Untuk lintas sektoral kita sudah koordinasi
rancangan penelitian deskriptif non analitik melalui dengan baik dengan pak camat, pak lurah,
pendekatan cross sectional. Variabel dalam dan pak RW di masing-masing wilayah
penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu kegiatan untuk dapat mendongkrak balita gizi buruk
supaya meningkat status gizinya(P1)
penjaringan dan pelacakan balita KEP di Puskesmas
Wirobrajan. Populasi dalam penelitian ini adalah
Responden yang lain juga mengatakan bahwa dalam
seluruh staf Puskesmas Wirobrajan yang ikut secara
melaksanakan kegiatan penjaringan dan pelacakan
aktif dalam berbagai kegiatan perbaikan status gizi.
gizi buruk mereka berkoordinasi dengan lintas sektor
Pemilihan sampel mengikuti prinsip kesesuaian atau
yang lain seperti PKK dan ibu-ibu kader, seperti
kepantasan dan kecukupan. Kesesuaian adalah
ungkapan:
sampel dipilih berdasarkan kondisi yang berkaitan
dengan topik penelitian, sedangkan kecukupan Jadi kita kerja sama dengan PKK, dengan
menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari lintas sektor yang lain, khususnya ibu kader
(P3).
sampel menggambarkan informasi seluruh fenomena
yang terjadi.5
Masalah gizi adalah masalah kesehatan
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24
masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat
Desember 2007 9 Januari 2008, dan dilaksanakan
dilaksanakan dengan pendekatan medis dan
di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan DIY. Adapun
pelayanan kesehatan saja, sehingga memerlukan
sampel dalam penelitian ini berjumlah enam orang
dukungan lintas sector.8 Mengingat penyebabnya
yang terdiri dari dua orang dokter, satu orang ahli
sangat kompleks, pengelolaan gizi buruk penugasan dari kepala Puskesmas seperti
memerlukan kerjasama yang komprehensif dari ungkapan:
semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun
Setiap kita kegiatan diluar terutama
tenaga medis, namun juga pihak orang tua, keluarga, pembinaan posyandu pasti ada surat
pemuka masyarakat maupun agama dan tugasnya (P4).
pemerintah.9
Upaya mengatasi prevalensi balita gizi buruk 2. Penjaringan Balita Gizi Buruk di Wilayah
dilakukan antara lain melalui: (1) Penanggulangan Kerja Puskesmas Wirobrajan
kurang energy protein (KEP), anemia gizi besi, Upaya tim penanggulangan gizi buruk
gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, Puskesmas Wirobrajan untuk mengetahui kejadian
dan kekurangan zat gizi mikro lainnya; (2) dan jumlah balita gizi buruk di wilayah kerjanya,
pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian dengan mengadakan penjaringan yaitu dengan jalan
keluarga sadar gizi; (3) pemberian subsidi pangan menemukan kasus balita gizi buruk melalui
bagi penduduk miskin; (4) peningkatan partisipasi pengukuran berat badan dan melihat tanda-tanda
masyarakat melalui revitalisasi pelayanan Posyandu; klinis. Penjaringan ini dilakukan secara pasif dan
dan (5) pelayanan gizi bagi ibu hamil (berupa tablet secara aktif.
besi) dan balita (berupa makanan pendamping ASI) Penjaringan secara aktif dilakukan dua bulan
dari keluarga miskin. Keberhasilan kebijakan dan sekali atau tiga bulan sekali di semua posyandu
program ini di samping peran pemerintah juga tidak yang ada di wilayah Wirobrajan. Kegiatan ini
terlepas dari peran serta dunia usaha dan dilakukan oleh petugas Puskesmas yang dibantu
masyarakat dalam mendukung perbaikan gizi buruk oleh kader kesehatan yang ada di masyarakat.
pada masyarakat miskin3, sedangkan untuk lintas Seperti diungkapkan oleh responden:
program Puskesmas selain melibatkan ahli gizi juga
Kalau yang secara aktif kita mungkin
melibatkan medis, paramedis, kesehatan lingkungan setahun bisa e..atau dua bulan sekali atau 3
dan PKM, seperti ungkapan responden: bulan sekali programnya itu melakukan
penjaringan semua posyandu kita datangi
di dalam lintas program ini kita tidak kemudian kita nilai apakah ada gangguan
hanya melibatkan petugas gizi tapi juga tidak hanya pertumbuhannya tetapi juga
PKMnya, terutama medisnya, juga perkembangannya juga. (P4)
paramedisnya (P1).
Untuk kegiatan penjaringan bisa dari data
PSG, bisa dari laporan kader, atau e.. apa
Pernyataan responden tersebut juga didukung pasien sendiri diPuskesmas terus saat itu
oleh pernyatan responden yang lain bahwa setiap ditemukan. (P2)
kali mereka turun melakukan kegiatan bersama-
sama dengan ahli gizi, medis, paramedis, kesehatan Kegiatan yang dilakukan adalah: semua balita
lingkungan, dan PKM. Seperti ungkapan: didata terlebih dahulu kemudian dilakukan
pengukuran BB, TB dan Lingkar kepala. Pengukuran
disitu tetap harus mencakup medis,
paramedis, kemudian ada PKMnya, BB menggunakan standar yang lebih sederhana
keslingnya, ahli gizinya(P4). yakni dengan indeks BB/Umur. Bila didapatkan balita
dengan BB yang tidak sesuai dengan umurnya atau
Dalam melaksanakan tugas turun kelapangan terdapat tanda-tanda gizi buruk maka balita tersebut
tim penanggulangan gizi buruk Puskesmas dirujuk ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan
Wirobrajan mendapatkan SK penugasan dari lebih lanjut sehingga status gizi balita tersebut dapat
pimpinan Puskesmas, seperti ungkapan responden: dipastikan. Seperti diungkapkan responden:
kita membuatkan surat tugas, Langkah-langkah penjaringan di posyandu
eh..bukan surat tugas tapi berupa SK pada meja satu pendaftaran semua balita
penugasan dari kepala Puskesmas (P1). meja kedua penimbangan BB, TB, umur meja
tiga pencatatan disini dilakukan penjaringan
meja empat dilakukan motivasi pada balita
Pernyataan ini didukung oleh pernyataan gizi kurang dan gizi buruk meja ke lima
responden yang lain bahwa setiap melakukan pelayanan kesehatan (P2)
kegiatan diluar Puskesmas selalu ada surat
Pernyataan responden tersebut dikuatkan dengan di wilayah kerja Puskesmas.8 Faktor-faktor tersebut
pernyataan orang tua balita gizi buruk bahwa setelah seperti yang telah diungkapkan responden:
anaknya dinyatakan gizi buruk rumahnya didatangi
Kalau dari secara umum kita tanya-tanya
oleh petugas kesehatan dari Puskesmas. Seperti ternyata ada anak yang ke sebelas, ternyata
diungkapkan: bapaknya ekonomi lemah. Ada orang
tuanya tukang becak, buruh. Intinya apa.
Ada empat orang yang datang setelah lingkungan juga dilihat, kemarin juga ada
beberapa waktu ditahu gizi buruk (O2). tidurnya belum pakai kasur juga, bisa juga
kan karena lingkungan yang lembab, ada
Apa sebulan ya.. pokoknya hari senin, tiga yang karena pola asuh ibunya tidak sabar
orang (O3). atau tidak telaten, ibunya kerja yang ngasuh
pembantunya kalau pembantunya makan
Kegiatan yang dilakukan dalam pelacakan tidak makan terserah anaknya (P2).
balita gizi buruk di wilayah Puskesmas Wirobrajan
diantaranya adalah memberikan kuesioner atau Pernyataan tersebut dikuatkan oleh orang tua/
tanya jawab langsung kepada orang tua balita gizi pengasuh balita gizi buruk bahwa orang tua balita
buruk, melakukan pengukuran ulang antropometri adalah pekerja dan selama ini anaknya susah
bila diperlukan, melakukan rujukan ke Puskesmas makan. Seperti diungkapkan:
dan atau ke rumah sakit bila ada penyakit yang Soalnya makannya gak mau, nangisan
menyertai serta melakukan dokumentasi. Berikut terus (O3).
pernyataan responden tentang kegiatan pelacakan Saya bukan ibunya, saya pengasuhnya,
gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan: ibunya kerja dikulit didaerah Bantul (O1).
Kami disana sendiri-sendiri ada yang lihat Kalau ada penyakit penyertanya kita akan
lingkungannya ada yang menanyakan rawat seoptimal mungkin apa yang bisa
makannya keadaan rumah, keadaan dilakukan di Puskesmas tapi kalau harus
keluarga, ekonomi.(P2) dirujuk atau lebih kespisialis nanti akan kita
rujuk ke Rumah Sakit (P1).
Setelah memperoleh data dilakukan
pencatatan dan pelaporan terutama ke Hal ini diperkuat dengan pernyataan orang tua balita
Puskesmas ada ke dinas kesehatan
kemudian tindak lanjut lagi dirujuk ke gizi buruk bahwa selama ini telah mendapatkan
Puskesmas kalau tidak mampu dirujuk ke bantuan berupa kasur, pemberian makanan
rumah sakit. pemberian PMT, vitamin, tambahan, dan multivitamin. Seperti ungkapan:
konseling di Puskesmas (P2)
Pengobatannya obat rutin, kalau gizi
Kegiatan pelacakan balita gizi buruk itu untuk buruknya dikasih kacang ijo dan gula jawa
di Puskesmas. Ada biscuit, telur, kacang ijo,
mengetahui faktor yang berkaitan dengan kejadian gula jawa mungkin buat meningkatkan berat
balita gizi buruk melalui wawancara dan pengamatan badannya (O1).
diberi susu, MPASI, kacang ijo, telur Responden yang lain juga mengungkapkan hal
diberikan tiap 2 bulan sekali (O3).
tersebut:
4. Kendala yang Dihadapi Tim Penanggulangan Orangnya pindah-pindah, jadi pas kita
Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas lacak gak ada (P5).
Wirobrajan
Dalam melaksanakan kegiatan penjaringan dan Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka
pelacakan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas dapat diketahui bahwa kendala-kendala yang
Wirobrajan tim penanggulangan gizi buruk dihadapi oleh tim penanggulangan gizi buruk
Puskesmas Wirobrajan mengalami beberapa Puskesmas Wirobrajan yaitu kegiatan penjaringan
kendala antara lain waktu untuk pelaksanaan dan pelacakan dilakukan diluar jam kerja sehingga
penjaringan dan pelacakan seperti yang diungkapkan dirasa mengganggu kegiatan keluarga petugas,
responden: adanya beban kerja di luar kegiatan penjaringan dan
pelacakan yang lebih, orang tua balita tinggalnya
kalau melacak untuk sore hari karena tidak menetap sehingga susah untuk menemuinya.
petugas disini rumahnya diluar kota semua
kalau sore hari kita harus istilahnya
kencanlah dengan keluarga (P3). KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan penjaringan dilakukan secara aktif dan
Hal ini diperkuat oleh responden yang lain: pasif. Penjaringan secara aktif dilakukan dua bulan
sekali atau tiga bulan sekali di semua posyandu
kendalanya alokasi waktu, kalau boleh
dalam jam kerja. Cuman mungkin
yang ada di wilayah Wirobrajan. Kegiatan ini
masyarakatnya yang tidak bisa (P4). dilakukan oleh petugas Puskesmas yang dibantu
oleh kader kesehatan yang ada di masyarakat,
Selain itu kendala yang dirasakan adalah petugas sedangkan penjaringan secara pasif dilakukan pada
tim penanggulangan gizi buruk juga memegang saat pelayanan di Puskesmas sehari hari serta
beberapa program lain di Puskesmas sehingga laporan yang diberikan oleh kader. Kegiatan yang
pekerjaan mereka tumpang-tindih, hal ini dilakukan dalam penjaringan tersebut antara lain
diungkapkan responden: menanyakan nama dan umur balita, menimbang
berat badan, mengukur tinggi badan, mengukur
Hambatannya lagi petugasnya over lap/
over kegiatan (P1). lingkar kepala, kemampuan motorik kasar, dan
kemampuan motorik halus. Setelah itu dilakukan
Seperti juga diungkapkan oleh responden yang dokumentasi dan dilaporkan pada pemerintah kota.
lain bahwa mereka tidak hanya sebagai tim Standart baku yang digunakan dalam mengukur gizi
penanggulangan gizi buruk tetapi juga memegang buruk balita menggunakan standart WHO-NCHS.
beberapa program yang lain: Pelacakan pada balita gizi buruk dilakukan
untuk mengetahui faktor faktor yang berkaitan
Saya sebagai tata usaha, sebagai dengan kejadian gizi buruk dengan melalui
kepegawaian, informasi, membuat SIK, dan
masih banyak lagi (P3). wawancara dan pengamatan. Pelacakan
dilaksanakan setelah terjadi penjaringan atau
Kendala yang lain orang tua balita adalah pekerja didapatkan kasus balita gizi buruk dengan
musiman sehingga waktu dilakukan pelacakan atau mendatangi rumah balita gizi buruk tersebut.
pemberian bantuan yang lain balita tersebut tidak Kegiatan yang dilakukan dalam pelacakan balita gizi
ada ditempat atau sudah tidak ada. Seperti buruk di wilayah Puskesmas Wirobrajan diantaranya
diungkapkan responden: adalah memberikan kuesioner atau tanya jawab
langsung kepada orang tua balita gizi buruk,
Ini mbak yang mejadi masalah itu melakukan pengukuran ulang antropometri bila
sebetulnya gizi buruk yang ada diwilayah
kita bukan penduduk asli dia hanya boro dia diperlukan, melakukan rujukan ke Puskesmas dan
hanya ngontrak, tapi bagaimanapun ini atau ke rumah sakit bila ada penyakit yang
menjadi potret atau gambaran diwilayah menyertai serta melakukan dokumentasi. Hal ini
wirobrajan (P1).
sesuai dengan Pedoman Tatalaksana Gizi Buruk di dukungan dan kasih sayangnya, aku bangga
Rumah Tangga dan Puskesmas. dan bahagia memiliki kalian.
Pelaksana tim penanggulangan gizi buruk dalam 7. Fitri, kak Nursehan, kak Zul dan teman-teman
melaksanakan tugasnya bekerja pada sore hari, ini lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-per
dirasa sangat mengganggu oleh anggota tim. Perlu satu.
dipikirkan kembali oleh pimpinan Puskesmas dalam Dengan segenap kerendahan hati, penulis
penjadwalan kegiatan pelacakan dan penjaringan gizi menyadari masih banyak kekurangan dalam
buruk pada balita diwilayah kerja Puskesmas penyusunan skripsi ini, oleh karena itu semua
Wirborajan. Banyaknya program yang dipegang oleh masukan yang bersifat membangun akan penulis
anggota tim penanggulangan gizi buruk diluar terima dengan hati yang lapang dan terbuka.
program penanggulangan gizi buruk itu sendiri akan
menurunkan kualitas kinerja anggota tim tersebut. KEPUSTAKAAN
Perlu pembagian beban kerja pada petugas yang 1. Chamim. Memerangi Gizi Buruk, Tempatkan
lain yang masih kurang beban kerjanya. Perlu Masyarakat Sebagai Subyek Perubahan,
meningkatkan intervensi ke posyandu sehingga lebih Seminar Sehari Kemitraan Dalam Mengatasi
meningkatkan pencapaian D/S posyandu mengingat Masalah Gizi di Indonesia, 2007. Diakses pada
pentingnya posyandu sebagai sarana pelayanan 28 Mei 2007
kesehatan dalam upaya pencegahan dan 2. Utantoro, A. Sebanyak 1.506 Balita di DIY Alami
penanggulangan KEP pada balita. Petugas perlu Gizi Buruk, 2006. http://www.depkes.go.id,
meningkatkan motivasi pentingnya penimbangan Diakses pada 20 April 2007
diposyandu kepada masyarakat dengan mengikut 3. Anonim. Menanggulangi Kemiskinan dan
sertakan lintas sektoral dan key person (tokoh Kelaparan, 2005. http://www.undp.or.id/pubs/
agama, tokoh masyarakat, sehingga dapat imdg. Diakses pada 26 Januari 2008
meningkatkan partisipasi masyarakat ke posyandu. 4. Nurani N, Pembahasan Situasi Pangan dan Gizi
Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta Tahun 2005-
UCAPAN TERIMA KASIH 2007, Tidak dipublikasikan. 2007.
Penelitian ini dapat terselesaikan berkat 5. Kresno, et al., Aplikasi Metode Kualitatif dalam
dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai Penelitian Kesehatan, FKM, UI Bekerjasama
pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan dengan CIMU-Health & The British Council,
ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: Depok.2000,
1. dr. Choirul Anwar, M.Kes selaku Kepala Dinas 6. Utarini, 1999. Merancang Penelitian Kualitatif:
Kesehatan Kota Yogyakarta yang telah Tujuan Hingga Analisis Data, http://
memberikan ijin kepada penulis untuk mppk.ugm.ac.id/hapus/files/Sesi2-3-
melakukan penelitian. Design.doc. Diakses pada 27 Agustus 2007
2. drg. Emma Rahmi A., selaku Kepala 7. Notoatmodjo, S., Metodologi Penelitian
Puskesmas Wirobrajan yang telah memberikan Kesehatan, Edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta.
izn dan banyak memberikan masukan kepada 2002.
penulis untuk melakukan penelitian. 8. Sururi, M. Penanggulangan Gizi Buruk. 2006.,
3. Anggota tim penanggulangan gizi buruk di http://dinkespurworejo.go.id, Diakses pada 28
Puskesmas Wirobrajan yang telah membantu Mei 2007
jalannnya penelitian. 9. Nency,Y. Arifin, M.T., Gizi Buruk, Ancaman
4. Purwanta, SKp., M.Kes. sebagai Penguji yang Generasi Yang Hilang, 2006. http://
telah banyak memberikan koreksi dan io.ppi.jepang.org/search, Diakses pada 20 April
masukan. 2007
5. Seluruh Staf Dosen dan Aministrasi PSIK FK 10. WHO, Community-Based Management of
UGM yang telah memfasilitasi kelancaran Severe Acute Malnutrition, 2007. http://
penelitian. www.who.int/nutrition/topics. Diakses pada 26
6. Kedua orang tua, suami dan anak-anakku Januari 2008
tercinta yang telah memberikan doa, motivasi,