You are on page 1of 20

Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016

ISBN: 978-979-8636-32-5

KARATERISTIK BATULEMPUNG PADA FORMASI CINAMBO DAERAH


MAJALENGKA

Lediyantje Lintjewas, Ayu Utami Nurhidayati, Marfasran Hendrizan, Tri Hartono


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Gd # 70, Bandung 40135
ledicute_geo@yahoo.com

ABSTRAK
Formasi Cinambo merupakan Formasi tertua yang terdapat di daerah Majalengka.
Batulempung sebagai penyusun Formasi Cinambo bersifat plastis, berbutir halus, dengan
komposisi kimia hidrous alumunium silikat (2H2OAL2O3.2SiO2), sehingga sangat menarik
mengkaji formasi Cinambo dan pengaruh struktur geologi terhadap karakteristik
batulempung yang ada di daerah penelitian. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
pengaruh struktur geologi terhadap karakteristik dan kandungan mineral batulempung
pada daerah penelitian. Metoda yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
kinematika sesar, analisis petrografi, analisis kimia X-Ray Powder Diffraction (XRD), X-Ray
Flourescence (XRF), Scanning Electron Microscop (SEM) dan mikropaleontologi. Hasil
penelitian menunjukkan struktur geologi berupa sesar geser mengiri dan menganan
dengan arah sesar relatif NW-SE dan tegasan utama 35o, N 74o E dan 45o, N 170o E.
Karakteristik lempung pada Formasi Cinambo tersusun oleh kelompok mineral lempung
kaolinite berupa mineral Hallosite dan Nacrite dengan morfologiberupa lembaran
alumunium oktahedra, serta kandungan fosil laut dalam berupa Cibicidoides wullerstorfi,
Oridorsalis umbonatus, Melonis pompiliodes. Berdasarkan komposisi mineral lempung
diketahui bahwa batulempung pada daerah penelitian merupakan hasil dari ubahan
feldspar.
Kata kunci : Formasi Cinambo, Sesar Geser, Kaolinite, Hallosite, Nacrite

ABSTRACT
Cinambo Formation is the oldest Formation in majalengka area. Cinambo Formation
claystone is plastic, fine grain, with the chemical composed of hidrous alumunium silikat

343
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

(2H2OAL2O3.2SiO2),Therefore, its interesting to examine Cinambo Formation based on


claystone characteristics and geological influences of geology structure in research area..
Our methods in this study used kinematic fault analysis, petrography analysis, XRD and XRF
analysis, SEM analysis, and micropaleontology. The results show that structural geology in
this area is sinistral and dextral fault system with NW-SE fault orientationand orientation of
1 is 35o, N 74o E dan 45o, N 170o E. Characteristics of claystone in Cinambo Formation is
composed of kaolinite group halloysite and nacrite, with morphology of clay mineral is
alluminium octahedral sheetand deep marine fosil existed such as Cibicidoides wullerstorfi,
Oridorsalis umbonatus, Melonis pompiliodes. According to mineral compotition it is known
that claystone was altered from feldsparin study area.
Keyword : Cinambo Formation, Wrench Fault, Kaolinite, Hallosyte, Nacrite

PENDAHULUAN
Formasi Cinambo merupakan Formasi tertua yang terdapat didaerah Majalengka yang
berumur Oligosen sampai Miosen Tengah. Salah satu dari anggota Formasi Cinambo adalah
batulempung. Batulempung merupakan batuan yang umumnya bersifat plastis, dengan
komposisi hidrous alumunium silikat (2H2OAL2O3.2SiO2) dan mempunyai ukuran butir yang
halus yaitu kurang dari 0,002 atau 1/256 (Pettijohn, 1975). Formasi Cinambo merupakan
salah satu Formasi yang mengandung potensi hidrokarbon dengan nilai TOC sebesar 0,42
1,90 persen, potensi rendah hingga baik untuk membentuk hidrokarbon (Praptisih et al.,
2016). Penelitian pada Formasi Cinambo sudah banyak dilakukan, tetapi untuk penentuan
karakteristik batulempung pada Formasi Cinambo masih sangat sedikit. Karakteristik
batulempung sangat penting untuk mengetahui komposisi dan jenis mineral dari
batulempung. Selain itu pula karakteristik batuan juga dikontrol oleh proses tektonik
dimana Formasi Cinambo berada dalam zona bogor bagian timur dengan batuan sedimen
yang terendapkan berasal dari pegunungan selatan (Martodjojo, 1984). Selain itu pula
cekungan sedimen berkarakter laut dalam di pulau jawa berkembang mulai awal Tersier
yang terbentang mulai dari zona bogor di bagian barat hingga zona kendeng dibagian timur.
Bedasarkan Satyana (2005), struktur geologi yang bekerja pada daerah Jawa Barat adalah
sesar mendatar menganan mengikuti pola trend Sumatera yaitu berarah NW-SE, bernama
sesar Pamanukan-Cilacap. Sesar ini merupakan salah satu sesar yang mengakibatkan
adanya perubahan kondisi geologi terutama tektonik yang ada pada daerah jawa bagian
barat. Sesar ini juga akan menjadi petunjuk utama pada sesar yang ada pada daerah

344
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

penelitian. Adanya kontrol geologi pada Formasi Cinambo sangat berpengaruh terhadap
karakteristik batuan. Dari hal tersebut atas sehingga dilakukan suatu penelitian yang
bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh struktur geologi terhadap karakteristik dan
kandungan mineral batulempung pada daerah penelitian.

LOKASI PENELITIAN
Daerah penelitian terliput di dalam peta geologi skala 1:250.000 lembar Arjawinangun
(Djuri, 1995). Lokasi daerah penelitian, khususnya satuan batuan pra-Terier berada pada
batasan koordinat 108o0000 - 108o1500 BT dan 6o3500 - 6o5000 LS. Secara
administratif daerah penelitian meliputi desa Cikalongdan desa Maja Selatan, Kecamatan
Sukahaji-Maja, Kabupaten Majalengka, dengan lokasi pengamatan yang dilakukan sebanyak
23 stasiun pengamatan (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi penelitian dengan titik-titik pengamatan dan pengambilan conto batuan.
Peta dasar diambil dari peta geologi lembar Arjawinangun (Djuri, 1995)

345
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

GEOLOGI UMUM
Fisiografi
Secara umum daerah penelitian terdiri dari morfologi perbukitan bergelombang lemah
yang memanjang relatif berarah utara-selatan dan morfologi perbukitan bergelombang
kuat yang memanjang relatif berarah timur-barat. Pembagian satuan morfologi didasarkan
pada analisis kontur dan kenampakkan langsung dilapangan (Van Zuidam, 1985). Daerah

Gambar 2. Peta Geologi Regional daerah penelitian.Peta dasar diambil dari peta geologi
lembar Arjawinangun (Djuri, 1995)

346
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

penelitian berada pada Zona Bogor yang merupakan suatu antiklinorium akibat intensitas
perlipatan yang sangat kuat dari perlapisan-perlapisan yang terbentuk pada subzaman
Neogen, dengan beberapa intrusi hypabyssal volcanicnecks, stocks dan bosses (Martodjojo,
1984).
Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi lembar Arjawinangun, Jawa (Djuri,1995) urutan stratigrafi
regional dari tua ke muda yakni, Formasi Cinambo (Qmtu) yang terdiri dari Anggota
batupasir dan Anggota Serpih berumur Oligosen sampai Miosen. Selanjutnya terendapkan
secara tidak selaras Formasi Halang (Mhl) yang terdiri dari Anggota Breksi Volkanik dan
Anggota Batulempung berumur Miosen bawah sampai Miosen atas. Secara tidak selaras
diendapkan Formasi Breksi Gunung api bersifat Andesitis (Qob) berumur Quarter Bawah.
Setelah itu terendapkan pula Formasi Batuan Volkanik Muda (Qvu) berumur Quarter
Tengah. Dan paling muda adalah Endapan Resen, yang terdiri dari Aluvial dan Talus deposit
berumur Resen (Gambar 2). Secara khusus lokasi penelitian masuk pada Formasi Cinambo
(Qmtu) dengan anggota serpih yang terdiri dari batulempung dengan perselingan batupasir
gampingan, pasir gampingan, dan pasir tufaan.

Gambar 3. Peta Regional Pulau Jawa, Menunjukkan Dua Struktur Utama : Sesar
Pamanukan-Cilacap dan Sesar Kebumen-Muria (Satyana, 2005)

347
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

Struktur geologi
Berdasarkan peta geologi lembar Arjawinangun, Jawa (Djuri,1995) Struktur geologi yang
bekerja di sekitar daerah penelitian meliputi sesar geser mengiri dan menganan dengan
arah orientasi sesar mengiri berarah utara-selatan dan baratlaut-tenggara sedangkan arah
orientasi sesar geser menganan berarah baratlaut-tenggara. Berdasarkan struktur geologi
regional pulau jawa, khususnya jawa barat menurut Satyana (2005) sesar besar yang
bekerja pada daerah Jawa Barat merupakan sesar geser menganan dengan arah orientasi
sesar baratlaut-tenggara yang memanjang dari Pamanukan hingga ke Cilacap, sehingga
sesar besar ini dinamai dengan sesar Pamanukan-Cilacap (Gambar 3). Sesar Pamanukan-
Cilacap ini berkahir di daerah Jawa Tengah yang kemudian akan bertemu dengan sesar
besar Muria-Kebumen yang merupakan sesar menganan dengan arah orientasi sesar
timurlaut-baratdaya.

METODE
Data yang digunakan dalam penyusunan tulisan ini diperoleh dari penelitian lapangan,
pengambilan sampel, dan analisa laboratorium menggunakan analisa struktur, analisa kimia
(XRD, XRF), Scanning Electron Microscope (SEM), Mikropalentologi, dan Petrografi. Adapun
kegiatan penelitian lapangan yang dilakukan adalah pengamatan, deskripsi, pengukuran
singkapan geologi berupa pengukuran struktur geologi dan litologi, penentuan arah lintasan
dengan menggunakan Geography Positioning System (GPS) serta pengambilan sampel
batuan. Analisis struktur geologi dilakukan melalui penarikan kelurusan struktur melalui citra
SRTM. Hasil dari penarikan kelurusan pada citra SRTM ini kemudian diolah ke dalam diagram
bunga untuk mengetahui kelurusan yang ada pada daerah penelitian. Setelah diolah
didapatkan angka kelurusan pada daerah penelitian adalah sebesar 295o (Gambar 4). Analisa
petrografi dilakukan dengan menggunakan mikroskop polarisasi sebanyak 10 sampel, yang
dianalisa dilaboratorium Fisika Mineral Pusat Penelitian Geoteknologi Bandung dengan
tujuan untuk mengidentifikasi mineral dan penamaan batuan. Analisa kimia berupa X-Ray
Powder Diffraction (XRD) dan X-Ray Flourescence (XRF) dilakukan sebanyak 16 sampel batuan
pada Formasi Cinambo untuk mengetahui lebih detail jenis mineral lempung dan
menganalisis terjadinya perubahan unsur pada mineral lempung. Analisis sampel dilakukan
pada laboratorium Pusat Geoteknologi LIPI dengan tujuan untuk mengetahui komposisi kimia
dan perubahan unsur dari mineral lempung. Selain itu, dilakukan juga analisis dengan
menggunakan SEM sebanyak 5 sampel, di Pusat Pengembangan Geologi Kelautan Bandung

348
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

Gambar 4. Penarikan kelurusan struktur regional melalui citra SRTM dan Diagram
bunga kelurusan pada daerah penelitian melalui citra SRTM

dengan tujuan untuk mengidentifikasi mineral secara 3D serta mengetahui lebih detail
morfologi dari mineral lempung dan mineral logam. Analisa mikropaleontologi dengan tujuan
untuk mengetahui kandungan fosil yang ada pada batulempung. Deskripsi foraminifera
mengacu pada Bolli and Saunders, J. B (1985) serta Loeblich dan Tappan (1994). Analisis
foraminifera dilakukan di laboratorium mikropalentologi Pusat Geoteknologi LIPI.

349
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada daerah penelitian dijumpai Formasi Cinambo yang berumur Oligosen-Miosen dengan
anggota serpih yang terdiri dari batulempung (Djuri, 1995) hal tersebut memiliki umur yang
sama yaitu Oligosen Miosen berdasarkan kandungan fosil Foraminifera bentos pada
daerah penelitian. Batulempung yang dijumpai di daerah Majalengka berwarna abu-abu,

B.

A.

C.

Gambar 5. 5A. Singkapan Batulempung pada lokasi pengamatan 1 (TM 1). 5B.
Fotomikrografi batuan Mudstone (Dunham, 1962) menujukkan komposisi
mineral yang terdiri dari mineral lempung, mineral kuarsa, mineral
feldsfar, serta dijumpai adanya fosil. 5C. Hasil analisa SEM yang
menunjukkan (a). morfologi kaolin yang berbentuk lembaran serta (b)
morfologi kuarsa sebagai pengotor pada batulempung

350
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

porositas baik, sortasi baik, ukuran butir halus, dengan komposisi mineral adalah mineral
lempung, feldsfar dan kuarsa (Gambar 4A). Hasil analisis petrografi dari sampel
batulempung tersebut (kode TM 1) menunjukkan ukuran butiran 0,01 0,5 mm, bentuk
butir subrounded - rounded, dengan komposisi mineral kuarsa (5%), mineral feldsfar (5%),
mineral lempung sebagai semen (60%), dengan fragmen Fosil 30% Berdasarkan
karakteristik fisik dan komposisi mineral nama batulempung (TM1) tersebut adalah
Mudstone (Dunham, 1962) (Gambar 4B). Dari hasil pengamatan petrografi terlihat sebagian
besar feldsfar telah mengalami ubahan menjadi mineral lempung. Adanya ukuran butir
yang sangat halus (0,1 mm) mengindikasikan bahwa material lempung terendapkan pada
daerah dengan arus yang tenang. Berdasarkan keberadaan foraminifera bentos seperti
Bolivina robusta, Cancris auriculus, Globocassidulina subglobosus, Melonis pompiliodes,
batulempung ini diendapkan pada lingkungan laut dalam antara 500 hingga 1500 m. Untuk
mengetahui morfologi dari mineral lempung dan mineral pengotor pada batulempung
dilakukan analisa SEM. Dari hasil analisa SEM pada batulempung menunjukkan kelompok
mineral Kaolinite. Kaolinite merupakan mineral yang terdiri dari susunan lembaran silika
tetrahedra dengan lembaran aluminium oktahedra. Lembaran terikat secara bersama
sehingga lembaran silika dan lembaran oktahedra membentuk sebuah lapisan tunggal
(Gambar 4C). Pada morfologi kaolinite terlihat jelas adanya mineral kuarsa yang berupa
bongkahan dengan ukuran 0,5cm yang merupakan pengotor dari batulempung.
Dari hasil analisa XRD pada lokasi pengamatan 1 S. Cikeru (TM 1) sebagian besar merupakan
mineral kaolinite yang terdiri dari mineral nacrite dengan komposisi kimia Al2Si2O5(OH)4
(Alumunium silicate hydroxide). Serta adanya mineral silica berupa kuarsa dengan
komposisi kimia SiO2 (Silicon oxide) yang merupakan mineral pengotor (Gambar 5).

Gambar 6. Hasil analisa XRD yang memperlihatkan a. mineral kuarsa sebagai mineral penggotor
dan b. mineral lempung berupa nacrite

351
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

Batulempung yang dijumpai pada TM 19 pada sungai ciawi berbeda dengan batulempung
yang dijumpai pada lokasi TM 1 yaitu pada sungai cikeru. Adapun batulempung yang
dijumpai berwarna abu-abu kehitaman, porositas sedang, sortasi sedang, ukuran butir
sedang-halus, dengan komposisi mineral adalah mineral lempung, feldsfar, geotite, pyrite,
galena dan kuarsa (Gambar 6A). TM 19 merupakan daerah kontak antara batulempung

B.

A.

C.

Gambar 7. 7A. Singkapan Batulempung pada lokasi pengamatan 19 (TM 19). 7B.
Fotomikrografi batuan Wackestone (Dunham, 1962) menujukkan
komposisi mineral yang terdiri dari mineral lempung, mineral kuarsa,
mineral feldsfar, mineral opak, serta dijumpai adanya fosil. 7C. Hasil analisa
SEM yang menunjukkan (a). morfologi mineral logam yang berbentuk
rounded serta (b) morfologi mineral lempung kelompok kaolinite berupa
lembaran a

352
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

dengan breksi, dijumpai banyak rekahan pada batulempung yang telah terisi oleh mineral
logam dan terjadi proses oksidasi. Secara fotomikrografi batulempung (TM19)
menunjukkan ukuran 0,01- 1,0 mm, bentuk butir subrounded - rounded, relief tinggi,
pleokrisme tidak ada, dengan komposisi mineral kuarsa (15%), mineral feldsfar (5%),
mineral opak (5%), mineral lempung sebagai semen (45%), fosil (30%), komposisi mineral
tersebut nama batuan Wackestone (Dunham, 1962) (Gambar 6B). hasil pengamatan
petrografi terlihat adanya mineral logam yang mengisi rongga yang ada pada batuan.
Adanya mineral logam tersebut mengindikasikan terjadinya proses oksidasi yang terjadi
pada batuan. Proses oksidasi tersebut terjadi karena adanya kontak struktur yang
menyebabkan terjadinya rekahan pada batuan, dari rekahan tersebut air hujan yang
bersifat asam akan masuk dan terjadi kontak dengan mineral yang mengandung logam Fe.
Dari analisis SEM menunjukkan oksidasi mineral logam terperangkap dalam rongga pada
batulempung dengan morfologi dari mineral logam berupa rounded, sedangkan morfologi
mineral lempung berupa lembaran aluminiumoktahedra dan merupakan kaolinite (Gambar
6C).
Dari hasil analisa XRD pada lokasi pengamatan sungan ciawi (TM 19) sebagian besar
merupakan kelompok kaolinite berupa mineral Halloysite dan mineral Nacrite dengan
komposisi kimia Al2-Si2O5(OH)4 mengandung Aluminum Silicate Hydroxide. Serta mineral
silica berupa kuarsa dengan komposisi kimia SiO2 mengandung silicon oxide. Serta dijumpai
pula adanya mineral logam hasil dari proses oksidasi seperti mineral galena dengan
komposisi kimia Pbs mengandung lead sulfide, mineral beusite dengan komposisi kimia
(Mn+2,Fe+2,Ca)3(PO4)2 mengandung Calcium Iron Manganese Phosphate (Gambar 7).
Selain itupula adanya mineral logam pada batulempung terlihat pada table hasil analisa XRF
dengan komposisi Fe berkisar 8,2% dan persentase mineral logam lainnya (Tabel 1).

Gambar 8. Hasil analisa XRD yang memperlihatkan sebagian besar komposisi mineral lempung
adalah mineral hallosite dan nacrite, serta adanya mineral kuarsa dan mineral logam

353
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

Tabel 1.Hasil analisa XRF

Gambar 9. Analisis Kinematik Struktur Sesar Mendatar Mengiri Turun TM 19

Batulempung pada S. Ciawi banyak mengadung oksida besi hal ini dikarenakan adanya
control struktur berupa sesar geser sedangkan batulempung pada S. Cikeru tidak
mengandung mineral oksida besi. Hasil analisis kinematika sesar dari data kekar gerus yang
diambil pada TM 19 didapatkan hasil sesar geser mengiri dengan arah orientasi sesar
Baratlaut-Tenggara dan 1 yaitu 35 o, N 74 o E. Dari hasil analisis diketahui bahwa sesar yang
ada pada lokasi ini memiliki kesaman geometri dengan sesar regional yang bekerja pada
daerah Majalengka dan juga memiliki kesamaan geometri dan orientasi dengan sesar
regional Jawa Barat, yaitu sesar Pamanukan-Cilacap (Gambar 9).
Batulempung yang dijumpai pada TM 19 ini berwarna abu-abu kehitaman, porositas sedang,
sortasi sedang, ukuran butir lanau-lempung. Pada daerah ini juga dijumpai adanya kontak
batuan antara batulempung dan breksi, serta terdapat rekahan yang telah terisi mineral dan
mengalami oksidasi. Dari hasil analisis XRD pada lokasi ini terdapat mineral logam, maka
dapat diketahui bahwa struktur sesar pada TM 19 ini menyebabkan adanya rekahan yang

354
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

B.

A.

C.

Gambar 10. 10A. Singkapan Batulempung pada lokasi pengamatan 19 (TM 19). 10B.
Fotomikrografi batuan Mudstone (Dunham, 1962) menujukkan komposisi
mineral yang terdiri dari mineral lempung, mineral kuarsa, mineral
feldsfar, serta dijumpai adanya fosil. 10C. Hasil analisa SEM yang
menunjukkan (a) lembaran tetrahedral dimana pada sekuen yang sama
satu, dua, atau enam perlapisan kaolinite akan terdiri dari mineral-mineral
lempung

kemudian terisi oleh larutan hidrotermal dan terperangkap dalam TM 19 sebagai mineral
logam. Pada lokasi S. ciawi TM 21 dijumpai batulempung karbonatan berwarna abu-abu,
porositas baik, sortasi baik, ukuran butir halus, dengan komposisi mineral adalah mineral
lempung, feldsfar dan kuarsa, serta dijumpai adanya fosil (Gambar 9A).

355
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

Gambar 11. Hasil analisa XRD yang memperlihatkan sebagian besar mineral Hallosite

Secara fotomikrografi batulempung (TM21) menunjukkan ukuran 0,01 0,5 mm, bentuk
euhedral subhedral, dengan komposisi mineral kuarsa (5%), mineral feldsfar (5%), mineral
lempung sebagai semen (60%), Fosil (30%), dari komposisi mineral tersebut nama batuan
Mudstone (Dunham, 1962) (Gambar 10).
Dari analisis SEM dan XRD menunjukkan lembaran tetrahedral dari kelompok mineral
kaolinite yang terdiri dari mineral Hallosyte dan mineral Nacrite dengan komposisi kimia
Al2Si2O5(OH)4 serta mineral kuarsa sebagai mineral penggotor dengan komposisi SiO2,
Serta dijumpai pula adanya mineral logam hasil dari proses oksidasi (Gambar 10). Pada
sekuen yang sama satu, dua, atau enam perlapisan kaolinite akan terdiri dari mineral-
mineral lempung (Gambar 9C). Dilihat dari genesanya kaolinit terbentuk dari dekomposisi
alumino silikat, khususnya feldspar akibat dari aktifitas hydrothermal. Mineral pada lokasi
pengamatan S. Ciawi didominasi oleh mineral yang banyak mengandung unsur
alumunium dan potassium. Sedangkan mineral logam hanya sebagai mineral penggotor
hasil dari proses oksidasi.
Batulempung pada lokasi TM 23 yang dijumpai dilapangan berwarna putih abu-abu,
porositas baik, sortasi baik, ukuran butir halus dengan komposisi mineral adalah mineral
lempung, feldsfar dan kuarsa serta mengandung fosil (Gambar 11A). Secara fotomikrografi
batulempung di lokasi ini menunjukkan ukuran 0,01 0,5 mm, memiliki belahan (001),
kekerasan 1-2, densitas 2,6 , memiliki sifat optik = 1.553-1.565 ; = 1.959-1.569 ; =
1.560-1.570, bentuk euhedral subhedral, dengan komposisi mineral kuarsa (5%), mineral
feldsfar (5%), mineral lempung sebagai semen (60%), Fosil (30%), dari komposisi mineral
tersebut nama batuan Mudstone (Dunham, 1962) (Gambar 11B). Komposisi foraminifera
yang hadir dalam batulempung TM23 memiliki jumlah yang melimpah (Gambar 11B).
Kehadiran foraminifera bentos pada TM23 dijumpai Cibicides wullerstorfi, Lagena hispidula,

356
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

v B.

A.
v

C.

Gambar 12. 12A. Singkapan Batulempung pada lokasi pengamatan 23 (TM 23). 12B.
Fotomikrografi batuan Mudstone (Dunham, 1962) menujukkan komposisi
mineral yang terdiri dari mineral lempung, mineral kuarsa, mineral
feldsfar, serta dijumpai adanya fosil. 12C. Hasil analisa SEM yang
menunjukkan (a) morfologi mineral lempung bentuk pseudohexagonal

Nodosaria sp., Laticarinina pauperata (Gambar 12). Kandungan bentos tersebut


memperlihatkan lingkungan laut berkisar 700 hingga 1000 meter.

357
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

Gambar 13. Analisis Kinematik Struktur Sesar Mendatar Menganan Turun TM 23

Hasil analisa SEM menunjukkan morfologi mineral lempung dengan bentuk


pseudohexagonal yang terdiri dari lembaran-lembaran mineral lempung (Gambar 12 C).
mineral lempung sebagian besar merupakan mineral ubahan dari feldsfar akibat dari
aktivitas hidrotermal.
Analisis kinematik pada Sesar Mendatar Menganan Turun TM 23 dilakukan dengan
menggunakan data pengukuran kekar gerus berpasangan. Hasil analisis menunjukan bahwa
arah tegasan maksimum (1) yang mempengaruhi Sesar ini memiliki arah orientasi 45,
N170E. Dari data megaskopis dan mikroskopis batuan pad lokasi ini, diketahui bahwa
batuan ini mengalami oksidasi, dimana oksidasi ini terjadi akibat adanya larutan hidrotemal
yang masuk melalui rekahan yang disesabkan oleh adanya sesar dan kekar pada lokasi TM
23. Sehingga dapat diketahui bahwa pengaruh sesar ini menyebabkan adanya oksidasi dan
terendapkannya mineral logam dalam rekahan seperti yang dijumpai pada TM 19 dan TM
23.
Dari hasil penelitian yang diperoleh batulempung Formasi Cinambo memiliki karakteristik
dengan komposisi mineral utama berupa kelompok mineral kaolinite dengan mineral
penggotor berupa mineral kuarsa dan oksida besi.

358
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

A B

C D

E F

Gambar 12. A. Bolivina robusta (TM1), B. Laticarinina pauperata (TM1), C. Cancris


auriculus (TM1), D. Melonis pompiliodes, E. Nodosaria sp. (TM23), F.
Cibicides wullerstorfi (TM23)

KESIMPULAN
Karakteristik batulempung pada Formasi Cinambo di daerah Majalengka merupakan jenis
wackestone dan mudstone dengan morfologi batulempung berupa lembaran alumunium
oktahedra. Sebagian mineral lempung pada daerah penelitian S. Ciawi dijumpai adanya
mineral logam berupa oksida besi yang disebabkan oleh adanya kontrol struktur berupa

359
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

sesar geser mengiri dan menganan. Formasi Cinambo diendapkan di laut dalam dengan
kisaran antara 500 hingga 1500 meter dengan kandungan fosil berupa Bolivina robusta
(TM1), Laticarinina pauperata (TM1), Cancris auriculus (TM1), Melonis pompiliodes,
Nodosaria sp. (TM23), Cibicides wullerstorfi (TM23).

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi
LIPI yang telah memberikan kepercayaan untuk melakukan penelitian Karakteristik pada
batuan Formasi Cinambo. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Panitia Pemaparan
Geotechnology expo 2016 yang telah memberi kesempatan untuk memaparkan hasil
penelitian yang telah dilakukan. Tidak lupa ucapan terimakasih juga kepada rekan-rekan
yang telah membantu dilapangan dan dalam proses analisis data. Ucapan terimakasih
kepada penelaah anonim atas masukan dan komentarnya sehingga manuskrip ini menjadi
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bolli, H. M., and Saunders, J. B., 1985. Oligocene to Holocene low latitude planktic
foraminifera. In Bolli, H. M., Saunders, J. B., and Perch-Nielsen, K. (Eds), Plankton
Stratigraphy, Cambridge Earth Sciences Series, Cambridge University Press, pp.165-
262.
Dunham, R. J., 1962. Classification of carbonate rocks according to depositional texture.
Dalam: WE Ham (ed.) Classification of Carbonate Rocks. AAPG Mem. 1, hlm. 108-
121.
Djuri, 1995. Peta Geologi Lembar Arjawinangun, Jawa Barat, Skala 1 : 100.000.Direktorat
Geologi Bandung : Bandung.
Loeblich and Tappan, 1994. Foraminifera of the Sahul Shelf and Timor Sea. Cushman
Foundation for Foraminiferal Research, Dept. of Invertebrate Paleontology,
Museum of Comparative Zoology, 1994 - 661 halaman.
Martodjojo S., 1984. Evolusi Cekungan Bogor, Jawa Barat, Tesis Doktor, Pasca Sarjana ITB.
(tidak dipublikasikan).
Pettijohn F. J., 1975. Sedimentary Rocks: Harper & Row Publishers, New York-Evanston-San
Fransisco-London.

360
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

Praptisih dan Kamtono, 2016. Potensi Batuan Induk Hidrokarbon pada Formasi Cinambo di
Daerah Majalengka Jawa Barat. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Volume
17, Nomor 1, Februari 2016.
Satyana, A. H., 2005. Structural Indentation of Central Java: A Regional Wrench
Segmentation. The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual
Conference and Exhibition : Surabaya.
Van Zuidam, 1985. Zuidam, R. A. Van. 1985. Aerial Photo Interpretation Intrain Analysis
andGeomorphology Mapping. Smith Publisher. The Hangue, ITC.

361
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5

362

You might also like