You are on page 1of 6

Analisis Struktur Geologi Upper Cisokan Access Road, Kabupaten Bandung Barat,

Jawa Barat

ABSTRAK

Dalam perekonstruksian penampang sangat diutamakan peninjauan lebih dalam dari sisi
geologi struktur. Karena dalam menginterpretasi struktur geologi yang terdapat dilapangan
perlu dilakukan beberapa metode dan pengukuran untuk mengonstruksikan kembali menjadi
suatu gambaran geologi struktur yang lebih jelas. Pada aktivitas ekskursi yang dilakukan
pada hari Sabtu, 29 April 2017, bertempatkan di lokasi bendungan Upper Cisokan,
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Lokasi pengamatan berada di koordinat 749960,
9231882 (6o56’37.193”S 107o15’44.062”E) dengan kondisi cuaca cerah. Pengamatan dimulai
dari observasi jarak jauh baru dilakukan pengamatan dari jarak dekat. Dalam menganalisis
dan menginterpretasi struktur pada singkapan dilakukan beberapa pendekatan dan
pengambilan data. Data yang diambil dapat berupa kualitatif (metode tracing) dan kuantitatif
(strike dan dip) dan dianalisis secara analisis dinamika dan analisis kinematika. Jika dianalisis
secara kinematika, panjang singkapan diperkirakan sepanjang 100m dan dibagi menjadi 6
segmen yang cukup berbeda. Pada setiap segmen dihitung memiliki shortening dengan nilai
strain -0,17; -0,56; -0,56; -0,125; -0,375; 0,33. Kemudian jika dianalisis secara dinamika
struktur geologi yang muncul dan berkembang di daerah penelitian berupa sesar anjak (thrust
fault), lipatan simetri, lipatan chevron / kink yang condong kearah barat, dan gash fracture.
Maka dapat diinterpretasikan daerah penelitian merupakan zona dimana terjadi rezim
tektonik kompresi yang tegasan utama maksimumnya (σ1) berarah horizontal. Kemudian jika
dilihat dari segi litologinya dari batuan yang telah dideskripsi didapatkan nama batuan
Batupasirsangathalus - lanauan (Wentworth, 1982) sebagai litologinya. Sehinga...

I. PENDAHULUAN konsisten dengan topografi tanah


sedangkan jika kemiringan terbalik
Parameter yang berhubungan dengan sesar berlawanan dengan topografi tanah.
penting untuk diperoleh dalam Banyak penelitian sebelumnya telah
menganalisis perpindahan sesar, interval dikhususkan untuk menghitung parameter
paleoseismik berulang, dan model dari patahan. Caskey (1995) awalnya
pergerakan sesar. Hal ini telah banyak mengusulkan formula untuk menghitung
digunakan untuk mempelajari tektonik parameter yang berhubungan dengan
aktif selama periode Kuarter akhir (100- kesalahan normal dengan menggunakan
120 ka). Secara umum, deformasi yang karakteristik topografi dari kemiringan
ada dapat berupa kemiringan normal atau normal dan terbalik.
perlapisan terbalik. Arah kemiringan
relatif dari patahan-patahan dan topografi Analisis ini bertujuan menghitung
tanah dapat digunakan untuk membedakan parameter dari reverse fault yang
kedua jenis patahan sesar ini. Untuk lereng memperngaruhi terbentuknya lipatan,
normal, arah kemiringan tepiannya akan namun untuk menghitung parameter
tersebut tidak digunakan penurunan
persamaan. Perhitungan parameter dari
jenis patahan dan lipatan sangat penting
untuk memperkirakan riwayat tektonik dan
bahaya seismik yang terkait. Penelitian ini
akan membahas aspek-aspek berikut:
kedudukan perlapisan, lipatan, dan sesar;
perhitungan kemiringan lapisan akibat
sesar; dan pembentukan lipatan oleh sesar.
Berdasarkan studi sebelumnya, penelitian
ini menggunakan analisis kinematika,
dinamika, serta geometris dengan
pemodelan dan restorasi penampang dalam
menginterpretasi kejadian geologi
terdahulu. Gambar. Lokasi Pengamatan Singkapan
(Sumber : Google Earth)
Lokasi dan Kondisi
Ekskursi ini dilakukan pada Hari Sabtu,
tanggal 29 April 2017. Lokasi pengamatan Geologi Daerah Cisokan, Jawa Barat
Menurut Martodjojo (1984) yang
struktur dilakukan di jalan akses ke lokasi
menjelaskan evolusi cekungan di Jawa
bendungan Upper Cisokan, Kabupaten
Barat, batuan berumur paling tua terdiri
Bandung Barat, Jawa Barat. Lokasi
dari batuan metamorf, batuan vulkanik,
pengamatan ini berada di koordinat
batuan beku berumurPra-Tersier. Pada
749960, 9231882 (6o56’37.193”S
Paleosen-Eosen Bawah terbentuk komplek
107o15’44.062”E). Ekskursi dimulai
mélange akibat subduksi, dimana
dengan observasi jarak jauh pada
terendapkan batuan vulkanik, Formasi
koordinat 6o56’36”S 107o15’40.14”E pada
Jatibarang, sebagai endapan busur
pukul 11.25 saat cuaca cerah.
magmatik di bagian utara. Pada periode
Singkapan berada di potongan jalan (road
yang sama diendapkan Formasi Ciletuh.
cut) sepanjang ±100m. Lokasi ini terdiri
Kemudian pada Eosen, terjadi
dari singkapan lipatan, sesar, dan juga
ketidakselarasan sebagai hasil
vein. Lokasi ini berada di Formasi Citarum
pengangkatan pada Oligosen Bawah.
yang terdiri dari lithologi batupasir dan
Kemudian pada Oligosen Atas, terdapat
batulanau.
transgresi sebagai pembentukan Cekungan
Bogor dan terjadi pengendapan
carbonaceous shale sebagai Formasi
Batuasih lalu diendapkan Formasi
Rajamandala. Pada Miosen, diendapkan (Sumber : Modul Ekskursi Geologi
Struktur – Upper Cisokan Access Road,
sedimen turbidit lautdalam dan debri
Kab.Bandung Barat, Jawabarat)
vulkanik Formasi Citarum, yang kemudian
diikuti pengendapan Formasi Saguling, II. METODE PENELITIAN
Formasi Bantargadung, Formasi Cigadung,
Data yang digunakan untuk analisis
dan Formasi Cantayan. Kemudian terjadi struktur penelitian ini merupakan data
pengangkatan pada Pliosen dan primer yang diukur langsung pada
volkanisme terjadi hingga Pleistosen. singkapan. Data primer yang didapatkan
berupa data kualitatif yang terdiri dari
Berdasarkan Sudjatmiko (1972), Formasi
interpretasi singkapan di lapangan dan data
Rajamandala adalah yang tertua pada kuantitatif yang berupa Strike dan Dip
daerahpenelitian yang tersusun atas yang diukur pada titik di singkapan. Data
yang diambil sebanyak 25 titik
batuserpih, napal, dan batupasir kuarsa
pengamatan pada singkapan yang
yang menjari dengan batugamping berlebarkan 100 meter dengan ketinggian
berumur Oligosen. Kemudian Formasi 20 meter.
Ciarum yang terdiri atas anggota Alat Pengukuran
barupasir-batulanau dan anggota breksi-
Alat-alat yang digunakan untuk
batupasir, yang menurut Martodjojo pengukuran dan pengamatan
(1984) (Gambar 1), anggota breksi-
1. Kompas Geologi
batupasir ini digolongkan menjadi Formasi 2. Palu Batuan Beku Geologi
Saguling. Kemudian sedimen Tersier 3. Papan Jalan
4. Komparator
diendapkan pada Miosen Akhir - Pliosen
5. Kamera
Awal dengan nama Formasi Cantayan
Metode Pengamatan dan Pengukuran
yang terdiri dari breksi.
Pengambilan data dan sampel dilakukan
dengan persebaran yang merata pada
daerah penelitian. Dasar persebaran data
diatur sedemikian rupa agar mencakup
keseluruhan singkapan. Jumlah dan lokasi
pengambilan data diambil agar data yang
dimiliki lebih banyak dan lebih
menggambarkan singkapan yang diamati

Data kualitatif yang diambil menggunakan


metode tracing yang diterapkan pada foto
singkapan yang diambil di lapangan.
Kemudian dengan metode interpretasi,
Gambar. Stratigrafi Regional Jawa Barat singkapan dapat kita analisis untuk
menentukan genesa dari pembentukan berdasarkan hasil analisis kinematika. Dari
lintasan dan jenis dari lipatan tersebut. penampang geologi yang ada akan
Selain mengamati struktur dari singkapan digambarkan menjadi suatu diagram blok
dilakukan juga pengambilan sampel- berdasarkan prinsip Hardings. Dari prinsip
sampel lapisan yang terdapat pada itu kemudian akan dilakuan interpretasi
singkapan. Sampel yang diambil arah stress berdasarkan struktur geologi
merupakan hand-specimen batuan sedimen yang ada.
dan dilakukan deskripsi untuk menentukan
litologi pada singkapan tersebut.
III. DATA DAN ANALISIS
Data kuantitatif yang diambil Analisis Kinematika
menggunakan kompas geologi untuk
pengukuran strike dan dip. Pengukuran
dilakukan pada ketinggian dan posisi yang
merata agar lebih representatif. Data
berupa strike dan dip diambil pada
lapisan-lapisan yang mengalami deformasi
(Sayap lipatan dan sumbu lipatan), sesar-
sesar, rekahan, dan vein. Dari data
kuantitatif ini akan dilakukan rekonstruksi
ulang agar mendapatkan data spasial agar
dapat dianalisis dan diinterpretasikan.

Metode Pengolahan Data

Data yang diambil akan diolah menjadi


suatu penampang yang direkonstruksi.
Kemudian akan diolah menjadi suatu data Perubahan strain berupa perubahan
yang bisa diinterpretasi. Analisis yang panjang
digunakan berupa analisis Kinematika dan
𝐿𝑓−𝐿𝑜 10−12
Diagram Dinamika : 1. 𝑒 = = = −0,17
𝐿𝑜 12

1. Analisis Kinematika
𝐿𝑓−𝐿𝑜 4−9
Dalam analisis kinematika struktur 2. 𝑒 = 𝐿𝑜
= 9
= −0,56
geologi yang terlihat pada singkapan akan
dibuatkan menjadi suatu penampang. Dari 𝐿𝑓−𝐿𝑜 2−4,5
3. 𝑒 = = = −0,56
penampang tersebut akan dilakukan 𝐿𝑜 4,5

pengukuran nilai srain dan penentuan jenis


𝐿𝑓−𝐿𝑜 3,5−4
strain yang terjadi pada penampang. 4. 𝑒 = = = −0,125
𝐿𝑜 4
Sehingga produk dari metode analisis
kinematika akan berupan nilai strain dan 𝐿𝑓−𝐿𝑜 2−3,2
5. 𝑒 = = = −0,375
𝐿𝑜 3,2
jenis strain.
2. Analisis Dinamika
𝐿𝑓−𝐿𝑜 3,5−4,5
Dalam analisis dinamika struktur geologi 6. 𝑒 = 𝐿𝑜
= 4,5
= −0,33
yang terlihat akan dilakukan interpretasi
pada sistem yang berbeda karena memiliki
arah bukaan yang tegak lurus dengan arah
Analisis Dinamika tegasan utama maksimum. Kemudian
σ3 dilanjutkan dengan pembentukan lipatan
chevron yang condong kearah barat. Hal
ini diakibatkan gaya kompresi dari arah
timur lebih besar dari pada arah barat.
Kemudian terdapat bidang discontinuity,
dalam hal ini kemungkinan bidang tersebut
σ1 adalah sesar anjak, yang kemudianσ1
menghasilkan lipatan dengan tipe fault
propagation fold. Setelah itu terbentuk
lipatan simetri pada singkapan bagian
σ2 barat yang menunjukkan bahwa gaya
Keterangan : σ3 yang diberikan dari arah timur
kompresi
dan barat kembali seimbang. Gaya
Batas Lapisan kompresi yang diberikan semakin besar
sehingga pada lipatan terbentuk sesar naik.
Sesar

Gash Fracture
Deskripsi Batuan Singkapan
--------- Bidang Discontinuity

Struktur geologi yang muncul dan


berkembang di daerah penelitian berupa
sesar anjak (thrust fault), lipatan simetri,
lipatan chevron / kink yang condong
kearah barat, dan gash fracture. Maka
dapat diinterpretasikan daerah penelitian
merupakan zona dimana terjadi rezim
tektonik kompresi yang tegasan utama
maksimumnya (σ1) berarah horizontal.
Lipatan pertama yang terbentuk adalah
lipatan pada singkapan bagian timur. Pada
lipatan ini, terdapat gash fracture yang
memiliki arah cenderung vertical dan juga
cenderung horizontal. Maka dapat
diinterpretasikan bahwa gash fracture
yang cenderung horizontal terbentuk
dalam satu sistem dengan lipatan. Hal ini Deskripsi Singkapan
dikarenakan gash fracture memiliki arah Singkapan batupasirhalus - lanau, coklat
bukaan yang parallel dengan arah tegasan gelap, kompak, porositas baik, vegetasi
utama maksimum. Sedangkan gash sedang, sortasi baik, kondisi lapuk
fracture dengan arah vertical terbentuk sebagian, vein yang terisi oleh mineral
gampingan, shear fracture, gash fracture,
dimensi singkapan 10x20 m.

Deskripsi Litologi

Warna coklat gelap, ukuran


pasirsangathalus – lanauan (sekitar 1/50
mm), terdiri dari litik dan kuarsa, sortasi
baik, kemas tertutup, kondisi lapuk
sebagian, kompak, porositas baik.

Komposisi: fragmen litik ukuran sekitar


1/50 mm (85%) dan mineral kuarsa (15%)

Nama Batuan: Batupasirsangathalus -


lanauan (Wentworth, 1982)

Deskripsi Mineralogi

Kuarsa, colourless, berukuran sekitar 1


mm, bentuk menyudut tanggung,
kelimpahan 15%.

REFERENSI

Journal Geodesy and Geodynamics.


Xiaodong Yang, Wenqiao Li, Zhen Qin.
Calculation of reverse-fault-related
parameters using topographic profiles and
fault bedding.
https://doi.org/10.1016/j.geog.2014.09.002

You might also like