You are on page 1of 5

Subekti, Karakteristik Populasi Rayap Tanah,

110

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp


(Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

(Characteristic of Population Subterranean Termites Coptotermes spp (Blattodea:


Rhinotermitidae) and Its Attack Impact

Niken Subekti1,2)
1)
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lt 1 Jl. Raya Sekaran-Gunungpati Semarang 50229 Telp/Fax. (024) 8508033
2) Penulis untuk korespondensi, e-mail : nikensubekti@yahoo.com

Abstract
Termite are known to infest building in the tropics, but in their quest for cellulose they
may also cause significant damage to crops and trees. They become pest only when their
natural habitat is altered in some way by humans. Subterranean termite Coptotermes spp
has been known as the most economically important structural pest in Indonesia. Due to
morphological ambiguity, traditional identification of Coptotermes spp. has always been
difficult and unreliable. In economic point of view, economic loss due to termite attack
always increases every year, and in the year 2000 it is estimated to reach 373 million
US$. Moreover, the social as well as ecological impact caused by termite attack should
also be considered. In the capital city of Jakarta, the subterranean termite attack on home
buildings reaches around 55%; while in Surabaya (East Java) 36%; and in Semarang
(Central Java) 41%. Meanwhile, in some other cities, the subterranean termite attack
on home buildings reaches on the average of 20%. The presence of termites in a region
can depend on various factors, such as soil and vegetation type. Climatic features and
water avaibility play an important part in termite survival. Daily and seasonal changes
in these factors also affect termite distribution.

Keywords: characteristics, climatic, Coptotermes spp, attack impact.

Pendahuluan trilyun (Nandika et al. 2003). Sejalan


Sebagaimana di negara-negara tropika dengan meluasnya pembukaan wilayah hutan,
lainnya, di Indonesia rayap dikenal sebagai reklamasi lahan, pembangunan pemukiman,
serangga perusak kayu dan bangunan gedung serta lahan pertanian dan perkebunan, ancaman
yang paling penting. Serangannya pada kayu serangan rayap pada bangunan gedung,
konstruksi bangunan dan bahan lignoselulosa tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan
lainnya telah dilaporkan hampir di seluruh cenderung terus meningkat.
propinsi di Indonesia. Bahkan kerugian Pengalaman selama lebih dari dua
ekonomis yang terjadi akibat serangannya puluh tahun terakhir ini menunjukkan bahwa
pada bangunan gedung terus meningkat dari rayap merupakan faktor perusak kayu dan
tahun ke tahun. Pada tahun 2000 kerugian bangunan yang paling mengganggu. Hal ini
tersebut diperkirakan mencapai Rp. 3,73 bukan saja karena kasus serangannya yang
sangat banyak dan terjadi hampir di seluruh
Biosaintifika Vol. 2 No.2, September 2010,
ISSN 2085-191X, Hal 110-114 111

daerah di Indonesia, tetapi juga karena Bahan dan Metode


kerugian ekonomis yang ditimbulkannya
sangat besar. Kerusakan bukan hanya terjadi Identifikasi dan karakteristik jenis rayap
pada konstruksi bangunan gedung, tetapi tanah Coptotermes
juga komponen arsitektur, meubel, buku serta Daerah pengambilan sampel meliputi
barang-barang lain yang disimpan di dalam dua kota besar yang terdapat pada setiap
bangunan. Bahkan saat ini bahaya rayap tidak propinsi di Pulau Jawa. Pemilihan dua kota
hanya mengancam bangunan sederhana, tetapi besar dilakukan berdasarkan perbedaan tipe
juga bangunan-bangunan mewah dan berlantai iklim dan kondisi tanah, sehingga diharapkan
banyak (Tarumingkeng, 2000). dapat mewakili seluruh habitat rayap tanah
Di Indonesia telah ditemukan tidak genus Coptotermes yang terdapat di Pulau
kurang dari 200 jenis rayap, lima jenis Jawa. Untuk daerah DKI Jakarta, sampel
diantaranya tercatat sebagai perusak kayu diambil dari wilayah Jakarta Selatan dan
dan bangunan gedung yang paling penting, Jakarta Utara, wilayah Propinsi Banten, sampel
yaitu Coptotermes curvignathus Holmgren, diambil dari kota Serang dan Pandeglang,
Schedorhinotermes javanicus Kemner, wilayah Propinsi Jawa Barat, sampel diambil
Macrotermes gilvus Hagen, Microtermes dari kota Bandung dan Cirebon, wilayah
inspiratus Kemner, dan Cryptotermes Propinsi Jawa Tengah, sampel diambil dari
cynocephalus Light. Kemampuan merusak kota Semarang dan Gresik, wilayah Propinsi
serangga tersebut erat kaitannya dengan DI Yogyakarta, sampel diambil dari kota
karakteristik populasinya yaitu hidup dalam Yogyakarta dan Bantul, sedangkan wilayah
satu koloni dengan jumlah anggota yang Propinsi Jawa Timur, sampel diambil dari kota
banyak dan memiliki wilayah jelajah yang Surabaya dan Malang.
tinggi. Karakteristik populasi tersebut Untuk pengambilan sampel digunakan
menyebabkan upaya pengendalian rayap kayu Pinus (Pinus merkusii), berukuran 20 x 5
relatif sukar dilakukan (Pearce, 1997). x 5 cm. Lahan pengambilan sampel berukuran
Sampai saat ini pengawetan kayu 10 x 10 meter . Kayu Pinus tersebut ditanam
(wood preservation) dan perlakuan tanah (soil ke dalam tanah sedalam 15 cm, sehingga
treatment) merupakan dua teknik pengendalian terdapat bagian kayu yang muncul di atas
rayap yang populer di masyarakat. Namun permukaan tanah sebesar 5 cm. Selanjutnya
akhir-akhir ini teknik pengumpanan (baiting) kayu dibiarkan selama 3 (tiga) minggu.
dengan senyawa penghambat pembentukan Selanjutnya, kayu Pinus diangkat dari dalam
kutikula rayap, seperti hexaflumoron, tanah dan rayap yang terdapat pada setiap kayu
terus berkembang di berbagai negara. dikumpulkan, untuk diidentifikasi jenisnya.
Perkembangan teknik pengumpanan di Satu koloni rayap umumnya terdiri
berbagai negara termasuk di Indonesia dari tiga kasta, yaitu kasta reproduktif yang
didukung oleh perkembangan penelitian yang sering disebut ratu dan raja, kasta prajurit
mendalam mengenai karakteristik polulasi dan kasta pekerja. Hampir semua jenis rayap
rayap tanah. tanah memiliki kasta pekerja yang bentuknya
Penelitan ini bertujuan untuk hampir mirip satu sama lain, sehingga apabila
mengetahui karakteristik populasi koloni rayap identifikasi rayap menggunakan kasta ini
tanah Coptotermes curvignathus Holmgren sangat sulit. Pada umumnya pengenalan jenis
dan dampak serangannya sebagai perusak rayap menggunakan kasta prajurit, karena
bangunan gedung. hampir semua jenis rayap memiliki prajurit
yang bentuknya berbeda (Tho, 1997).

Hasil dan Pembahasan


Subekti, Karakteristik Populasi Rayap Tanah,
112

Karakteristik Morfologi Rayap Genus Pulau Jawa


Coptotermes
Berdasarkan hasil penelitian di 12 kota
Karakter morfologi yang diamati dari di pulau Jawa frekuensi serangan rayap tanah
beberapa sampel rayap Genus Coptotermes genus Coptotermes pada bangunan gedung
yang ditemukan terdiri dari panjang kepala, berbeda-beda. Frekuensi serangan rayap
lebar kepala, panjang mandibel, jumlah ruas tanah yang relatif lebih tinggi dibandingkan
tubuh, jumlah ruas antena, jumlah bulu pada kota lainnya adalah Bogor, Bandung,
kepala, bentuk mandibel, dan bentuk pronotum. Serang, Jepara, Semarang, Sleman, Sidoarjo,
Genus Coptotermes memiliki kepala berwarna Rangkasbitung dan Surabaya yaitu secara
kuning, antena, lambrum, dan pronotum berturut adalah 41%, 40%, 34.4%, 36.7%
kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran 36,9%, 42.08%, 31%, 37.5% dan 55%.
panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya, Sementara itu wilayah Jakarta Selatan dan
memiliki fontanel yang lebar. Antena terdiri Jakarta Timur merupakan kota dengan
dari 9-15 segmen; segmen kedua dan segmen frekuensi serangan rayap tertinggi, yaitu
keempat sama panjangnya. Mandibel berben 88,5% dan 78,3%, namun frekuensi serangan
tuk seperti arit dan melengkung diujungnya; tersebut termasuk kerusakan bangunan gedung
batas antara sebelah dalam dari mandibel oleh rayap kayu kering. Frekuensi serangan
kanan sama sekali rata. Rata-rata panjang rayap terendah terjadi di Kota Yogyakarta
kepala tanpa mandibel pada seluruh sampel yaitu hanya 7,4%. Secara lengkap frekuensi
rayap berkisar antara 0.92-1.3 mm. Lebar serangan rayap di setiap lokasi penelitian
kepala 0.97-1.14 mm. Bagian abdomen disajikan pada Gambar 2.
ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Tingginya frekuensi serangan rayap
Abdomen berwarna putih kekuning-kuningan di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Surabaya,
dengan jumlah ruas antara 8-10 ruas (Thapa, Serang, Bogor, Sleman dan Rangkasbitung
1997; Tho, 1992). Perbandingan sampel rayap dibandingkan kota lainnya diduga karena
genus Coptotermes dari setiap kota disajikan beberapa faktor seperti tingkat perkembangan
pada Gambar 1. kota, kelimpahan rayap tanah genus
Coptotermes yang berperan sebagai hama
bangunan utama, dan kondisi lingkungan yang
Frekuensi Serangan Genus Coptotermes di mendukung kehidupan rayap. Pembangunan

dan jumlah penduduk di beberapa kota dengan


Biosaintifika Vol. 2 No.2, September 2010,
ISSN 2085-191X, Hal 110-114 113

frekuensi rayap tinggi berkembang relatif lebih menyerang bagian-bagian bangunan gedung
cepat sehingga tingkat konversi penggunaan secara meluas (Lee, 2002). Kota Yogyakarta
lahan menjadi kawasan pemukiman jauh lebih memiliki frekuensi serangan rayap yang
besar dibandingkan kota lainnya. relatif rendah. Diduga diakibatkan oleh faktor
Kondisi tersebut menyebabkan kelimpahan jenis rayap yang lebih rendah
gangguan yang besar terhadap habitat dibandingkan kota lainnya, khususnya genus
alami rayap dan merubah perilaku mencari rayap Coptotermes.
makannya. Rayap kehilangan sumber-sumber Faktor lingkungan yang turut
makanan alaminya di dalam atau permukaan mempengaruhi perkembangan populasi
tanah dan pada akhirnya mencari sumber rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban,
makan yang terdapat dalam bangunan gedung. serta ketersediaan makanan. Faktor-faktor
Faktor lainnya yang mendorong tingginya tersebut saling berinteraksi dan saling
frekuensi serangan rayap di kota tersebut mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban
adalah akibat tingginya kelimpahan rayap dan suhu merupakan faktor yang kuat yang
genus Coptotermes sebagai hama bangunan secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas
utama. Rayap tanah genus Coptotermes rayap. Perubahan kondisi lingkungan akan
merupakan hama bangunan terpenting karena menyebabkan perubahan perilaku rayap serta
dampak kerusakan dan kemampuannya dalam kondisi habitat di sarang rayap (Leicester et

menyerang bangunan yang lebih tinggi di al. 2002).


bandingkan rayap tanah lainnya. Serangga
ini mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi Kesimpulan dan Saran
lingkungan termasuk kondisi lingkungan yang A. Kesimpulan
diciptakan manusia di dalam bangunan gedung
(Eggleton, 2000). 1. Rayap tanah genus Coptotermes
Seringkali Coptotermes mampu memiliki sebaran yang luas
membentuk sarang di dalam bangunan dan
Subekti, Karakteristik Populasi Rayap Tanah,
114

hampir di 90% lokasi penelitian Lee CY. 2002. Subterranean Termite Pests and
yaitu ditemukan di Jakarta Timur, their Control in the Urban Environment in
Jakarta Selatan, Bandung, Bogor, Malaysia. Sosiobiology. Vol. 40 No. 1.
Leicester RH, Wang CH, Cookson L, Creffeld
Serang, Rangkasbitung, Semarang,
J. 2002. A model for termite hazard in
Yogyakarta, Sleman, Sidoarjo, dan
Australia. 9th International Conference
Surabaya. on Durability of Building Materials and
2. Secara umum di Pulau Jawa dapat Components. Brisbane Convention and
Exhibition Centre, Australia, 17 21
dibagi ke dalam tiga zonasi bahaya
March 2002.
rayap, berdasarkan frekuensi Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003.
serangannya yaitu zona bahaya tinggi Rayap : Biologi dan Pengendaliannya.
(Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Muhammadiyah University Press.
Surabaya dan Sleman), zona bahaya Surakarta.
sedang (Bogor, Bandung, Semarang Pearce MJ. 1997. Termites. Biology and
dan Jepara) dan zona bahaya pest management. CAB International.
Wallingford. Oxon. UK
rayap rendah (Serang, Sidoarjo,
Tarumingkeng RC. 2000. Manajemen
Rangkasbitung dan Kota Yogyakarta). deteriorasi hasil hutan. Ukrida Press,
Jakarta.
B. Saran Thapa RS. 1981. Termites of Sabah. India:
Penggunaan model pendugaan serangan Entomology Branch Forest Research
bahaya rayap dan kelas bahaya rayap di Pulau Institute and Colleges Dehradun.
Jawa perlu dikembangkan sehingga dapat Tho YP. 1992. Termites of Peninsular
ditemukan formulasi pengendalian rayap tanah Malaysia in Kirton, L.G (Eds). Malayan
genus Coptotermes dengan tepat. Forest Record no 36. Forest Reasearch
Institute Malaysia, Kepong, Kualalumpur.
Daftar Pustaka 224 hal
Eggleton P. 2000. Global patterns of
termite diversity. In Termites: Evolution,
Sociality, Symbioses, Ecology. Edited by:
Takuya Abe, David Edward Bignell and
Masahiko Higashi. Kluwer Academic
Publisher London. hlm 25-52.

You might also like