Professional Documents
Culture Documents
JBS Vol - 2 No - 2 Juli 2007.pdf#page 17
JBS Vol - 2 No - 2 Juli 2007.pdf#page 17
PENANGGUNG JAWAB
Dwi Suryanto
BENDAHARA
Etti Sartina Siregar
PENERBIT (PUBLISHER)
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia
Halaman
Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Rumah Masyarakat di Dua
Kecamatan (Medan Denai dan Medan Labuhan) Ameilia Zuliyanti Siregar dan Ridwanti Batubara..... 23 – 27
Jenis-Jenis Palmae di Hutan Gunung Sinabung Sumatera Utara Etti Sartina Siregar................. 42 – 44
Analysis of Protein Fas Expression and Caspase 3 Activated at the Supression Phase to Sperm
Quantity by Androgen/Progestin Combination Syafruddin Ilyas..................................................... 45 – 47
Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 23 – 27 Vol. 2, No. 2
ISSN 1907-5537
Abstract
The house is able to attack by some termites. Because some termites fed part of the house. Therefore,
some termites caused great economic loss in Medan Denai and Medan Labuhan county. This has lead us to
investigate the possibility several termites to attack them. We used Multi Stage Sampling. Actually, the
economic loss occurred in two county were Rp 22.432.950. Economic loss caused grown and dry wood termites
were Rp 12.532.650 and Rp 9.900.300, respectively. We found a lot of termites, such as; (a) Neotermes
tectonae, (b) Coptotermes curvignatus, and (d) Cryptotermes cynocephalus.
berada di daerah belakang rumah. Rayap kayu kering Jenis Rayap Perusak Bangunan
biasanya menyerang kusen pintu yang berada di ruang Pada empat kelurahan yang dijadikan lokasi
tengah rumah contoh seperti kusen pintu kamar dan penelitian diambil beberapa sampel jenis rayap.
kusen pintu depan. Kusen jendela yang terserang Selanjutnya sampel yang didapat diidentifikasi
umumnya adalah kusen jendela yang berada di depan jenisnya dengan melihat ciri-ciri khas yang
dan di samping rumah. Selain itu, besarnya kerugian membedakan satu dengan yang lainnya seperti dengan
juga disebabkan besarnya intensitas serangan rayap melihat perbedaan kapsul kepala dan abdomen
yang terdapat pada tiap rumah contoh yang dialami. masing-masing sampel yang dilihat melalui
Berdasarkan data yang diperoleh, intensitas
mikroskop yang selanjutnya dicocokkan dengan buku
serangan rayap yang paling kecil terdapat pada
identifikasi Nandika et al., (2003) dan buku
lisplang dan plafon. Hal ini mungkin dikarenakan
letaknya yang strategis yaitu menyangkut keindahan pengenalan serangga Borror et al., (1993). Kasta yang
rumah. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, dijadikan acuan untuk pengidentifikasian adalah kasta
kayu yang biasa dijadikan sebagai bahan baku prajurit. Menurut Nandika et al., (2003), kasta prajurit
lisplang ini adalah kayu damar. Nandika et al., (2003) memiliki ciri-ciri khas yang mudah dibedakan bila
menyatakan bahwa kayu ulin, merbau, damar dan jati dibandingkan dengan kasta lain.
merupakan jenis kayu yang digolongkan tahan Dari hasil identifikasi yang dilakukan
terhadap serangan rayap. Mekanisme ketahanan akhirnya dapat diketahui jenis rayap yang menyerang
alaminya tersebut dikendalikan oleh kandungan sebagaimana yang tercantum pada Tabel 4.
estraktif yang terdapat pada kayu teras, seperti
ieusiderin dan tectoquinon. Umumnya, serangan Tabel 4. Jenis rayap perusak kayu pada masing-
rayap yang terjadi pada komponen ini hanya tergolong masing lokasi penelitian
kepada kerusakan kecil. Kerugian ekonomis yang Lokasi Antar Nama Spesies Rayap Famili
terdapat pada lisplang dapat mencapai seharga Kecamatan
Kec. Medan Denai
Rp 890.600 dan kerugian ekonomis pada plafon yaitu 1. Kelurahan Binjai Neotermes tectonae Kalotermitidae
sebesar Rp 280.600. Kisaran interval kerugian Cryptotermes cynocephalus Kalotermitidae
ekonomis dan persentase serangan pada 120 rumah Coptotermes curvignatus Rhinotermitidae
contoh yang berada di kawasan Kecamatan Medan 2. Kelurahan Coptotermes curvignatus Rhinotermitidae
Denai dan Kecamatan Medan Labuhan ini dapat Medan Cryptotermes cynocephalus Kalotermitidae
dilihat pada Tabel 3. Interval kerugian pada 120 Tenggara
Kec. Medan
rumah contoh ini akibat serangan rayap tanah berkisar Labuhan
Rp 116.983,1 hingga Rp 91.894,4 dengan persentase 1. Kelurahan Coptotermes curvignatus Rhinotermitidae
serangan 53,9%. Kerugian akibat serangan rayap kayu Tangkahan Cryptotermes cynocephalus Kalotermitidae
kering mencapai Rp 9.900.300 dengan rata-rata
2. Kelurahan Coptotermes curvignatus Rhinotermitidae
kerugian per bangunan rumah contoh adalah Rp Nelayan Indah Cryptotermes cynocephalus Kalotermitidae
91.894,4. Interval kerugian pada 120 rumah contoh ini
akibat serangan rayap kayu kering berkisar Rp Pada Tabel 4 diketahui bahwa rayap tanah
92.729,1; hingga Rp 72.275,9 dengan persentase Coptotermes curvignatus dan rayap kayu kering
serangan sebesar 44,1%. Cryptotermes cynocephalus mendominasi serangan
pada masing-masing wilayah penelitian yaitu pada
Tabel 3. Rangkuman kerugian akibat serangan rayap Kelurahan Binjai, Kelurahan Medan Tenggara,
di dua wilayah Kota Medan (Medan Bagian Kelurahan Tangkahan, dan Kelurahan Nelayan Indah.
Timur dan Medan Bagian Utara) studi kasus Rayap tanah Coptotermes curvignatus ini memiliki
di Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan ciri-ciri morfologi kasta prajurit kepala berwarna
Medan Labuhan kuning, dengan antena dan lambrum berwarna pucat.
Rayap
Rayap Gabungan Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung
No. Parameter Kayu
Tanah RT + RKK
Kering diujungnya. Panjang kepala dengan mandibel 1,56-
1 Jumlah (Rp) 12.532.650 9.900.300 22.432.950
2 Rata-Rata Kerugian 104.438,8 82.502,5 186.941,3
1,68 mm. Lebar kepala 1,40-1,44 mm. Panjang badan
(Rp) 5,5-6 mm. Spesies dari famili Rhinotermitidae ini
3 Standart Deviasi (Rp) 137.411,1 112.021,6 249.432,6 menyerang semua kayu, baik pohon-pohon yang
4 Interval Rata-Rata 116.983,1; 92.729,1; 209.712,2; masih hidup maupun kayu yang sudah digunakan
Kerugian (Rp) 91.894,4 72.275,9 164.170,3
5 Rata-rata Persentase 55,9 44,1 100 menjadi bahan bangunan.
(%) Dominansi serangan rayap ini sepadan dengan
Keterangan: Nilai yang tertera adalah nilai kerugian akibat apa yang dikemukakan oleh Prasetyo dan Yusuf
serangan rayap yang telah dikonversi dalam (2005) bahwa rayap Coptotermes curvignatus
rupiah. RT: Rayap tanah, dan RKK: Rayap merupakan rayap perusak yang menimbulkan tingkat
Kayu Kering.
Vol. 2, 2007 J. Biologi Sumatera 27
serangan yang paling ganas. Tidak mengherankan membantu penulis dalam melakukan wawancara
kalau rayap ini mampu menyerang hingga ke lantai kepada masyarakat Kecamatan Medan Labuhan untuk
atas suatu bangunan bertingkat. Serangan tersebut bisa mendapatkan data-data primer yang dibutuhkan.
terjadi walaupun tidak ada hubungan langsung dengan
tanah, setelah menyerang rayap perusak bangunan ini DAFTAR PUSTAKA
akan membuat sarang yang cukup lembab karena
rayap jenis ini sangat memerlukan kelembaban yang Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2007. Medan
cukup tinggi. Nandika et al., (2003) menyebutkan Dalam Angka 2007. Medan.
bahwa perkembangan optimum rayap ini dicapai pada Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson.
kisaran kelembaban 75-90%. 1993. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi
Berdasarkan pengamatan yang telah ke-6. (Terjemahan Partosoedjono, S).
dilakukan, daerah penelitian seperti Kelurahan Gajahmada University Press. Jogjakarta.
Tangkahan dan Kelurahan Nelayan Indah merupakan Nandika, D. Yudi Rismayadi dan Farah Diba. 2003.
daerah yang relatif lebih lembab dari daerah penelitian Rayap Biologi dan Pengendaliannya.
lainnya karena lokasi ini berada agak jauh dari Universitas Muhammadiyah Surakarta.
perkotaan dan berada di kawasan dekat pantai. Surakarta.
Menurut Nandika et al., (2003), rayap Prasetyo, K.W dan Sulaeman Yusuf. 2005. Mencegah
Cryptotermes curvignatus memiliki ciri-ciri dan Membasmi Rayap Secara Ramah
morfologis seperti: kepala berwarna coklat gelap Lingkungan & Kimiawi. Agromedia Pustaka.
kemerah-merahan, antena memiliki 11 segmen, Bogor.
panjang kepala dengan mandibel ialah 0,87-0,97 mm, Romaida. 2002. Kerugian Ekonomis Akibat
dengan panjang mandibel ialah 0,57-0,57 mm. Serangan Rayap dan Intensitas Serangannya
Pada wilayah penelitian Kelurahan Binjai, pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon.
rayap yang ditemukan adalah spesies Neotermes [Skripsi]. Jatinangor. Fakultas Kehutanan,
tectonae. Rayap yang berasal dari famili UNWIM.
Kalotermitidae ini memiliki ciri-ciri morfologi kasta Rudi. 2002. Status Pengawetan Kayu di Indonesia.
prajurit kepala berwarna coklat kemerah-merahan. Makalah Pengantar Falsafah Sains.
Antena dan labrum berwarna coklat kekuning- http://www. Google.com/pengawetan kayu.
kuningan. Mandibel berwarna coklat kemerah- [28 Desember 2006]
merahan. Bentuk kapsul kepala segi empat. Panjang Safaruddin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat
kepala dengan mandibel ialah 2,50-2,75 mm, lebar Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan
kepala ialah 1,75-2,12 mm, dan panjang mandibel di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya
ialah 1,50-1,72 mm. Nandika et al., (2003) Jakarta Barat dan Jakarta Timur). [Skripsi].
menyatakan jenis rayap ini merupakan rayap yang Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
memiliki aktifitas jelajah yang rendah. Pertanian Bogor.
Sudzana. 2002. Metode Statistik. Edisi Keenam,
Ucapan Terima Kasih Penerbit PT. Tarsito Bandung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tambunan, B. dan D. Nandika. 1989. Deteriorasi
Pak Fajar pegawai BPS Kota Medan yang telah Kayu Oleh Faktor Biologis. UPT Produksi
membantu penulis dalam mengumpulkan data Media Informasi, Lembaga Sumberdaya
sekunder. Ucapan terima kasih juga disampaikan Informasi IPB, Bogor.
kepada Muhammad Nurul Fadhli yang telah
Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 28 – 32 Vol. 2, No. 2
ISSN 1907-5537
Emita Sabri
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara,
Jln. Bioteknologi No. 1, Kampus USU, Padang Bulan, Medan 20155
Abstract
Telah dilakukan penelitian tentang efek ekstrak andaliman (Zanthoxyllum acanthopodium) pada tahap
praimplantasi terhadap fertilitas dan perkembangan embrio mencit (Mus musculus) umur kebuntingan 0 hingga
13 hari. Konsentrasi ekstrak andaliman yang diberikan pada kelompok perlakuan adalah 5000 ppm, 10.000 ppm,
15.000 ppm, 20.000 ppm, 100.000 ppm dengan pensuspensi CMC 1,5% dengan volume penyuntikan 0,1ml/10 g
b.b. secara oral. Pada umur kebuntingan yang sama dengan kelompok perlakuan, mencit kontrol diberi pelarut
ektrak andaliman dengan volume dan cara penyuntikan yang sama. Mencit dari kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dipelihara sampai umur kebuntingan 18 hari. Selanjutnya pada umur kebuntingan 18 hari mencit
setiap kelompok perlakuan maupun kontrol dibunuh dengan cara dislokasi leher dan kemudian dibedah. Fetus
dikeluarkan dari uterus, kemudian dimasukkan ke dalam larutan fisiologis. Kemudian dilakukan pengamatan
terhadap jumlah implantasi, jumlah korpus luteum, jumlah fetus hidup, kehilangan praimplantasi. Pada
kelompok perlakuan pemberian ekstrak andalaiman menyebabkan kehilangan praimplantasi meningkat secara
nyata, jumlah implantasi menurun secara nyata serta, selanjutnya jumlah fetus hidup menurun secara nyata.
Dengan demikian ekstrak andaliman bersifat anfertilitas.
Pengamatan yang dilakukan pada kelompok dengan meningkatnya kehilangan praimplantasi yang
perlakuan yang diberi esktrak Andaliman dengan nyata lebih tinggi bila dibandingkan kelompok kontrol
konsentrasi yang bervariasi pada induk mencit umur atau mungkin dikarenakan fertilisasi tidak terjadi.
kebuntingan 0 hingga 13 hari, meliputi jumlah Proses fertilisasi ini adakalanya dapat mengalami
implantasi, kehilangan praimplantasi, jumlah fetus gangguan akibat adanya pengaruh baik yang berasal
hidup. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1. dari internal maupun dari eksternal. Adanya berbagai
Pemberian ekstrak Andaliman pada induk mencit zat-zat yang bersifat teratogenik dan fetotoksit yang
yang sedang hamil pada kelompok perlakuan P1, P2, P3, masuk pada saat terjadinya proses fertilisasi akan
P4, P5 dengan konsentrasi 5000 ppm, 10.000 ppm, menyebabkan fertilisasi tidak berlanjut. Senyawa-
15.000 ppm, 20.000 ppm, 100.000 ppm, menyebabkan senyawa tersebut dapat berasal dari berbagai bahan
berat badan fetus pada semua kelompok perlakuan P1, seperti obat-obatan, ataupun berbagai bahan makanan
P2, P3 cenderung menurun bila dibandingkan dengan yang terkonsumsi oleh maternal pada saat terjadi
kelompok kontrol, sedangkan pada, P4, P5 tidak fertilisasi (Dixit, 1992). Proses fertilisasi ini
ditemukan adanya fetus yang hidup. adakalanya dapat mengalami gangguan akibat adanya
Penurunan berat badan pada kelompok pengaruh baik yang berasal dari internal maupun dari
perlakuan ini kemungkin disebabkan lamanya eksternal. Adanya berbagai zat-zat yang bersifat
pemberian ektrak Andaliman sehingga komponen teratogenik dan fetotoksit yang masuk pada saat
senyawa-senyawa kimia yang aktif mempengaruhi terjadinya proses fertilisasi akan menyebabkan
proliferasi sel. Penurunan berat badan pada fetus dari fertilisasi tidak berlanjut. Senyawa-senyawa tersebut
kelompok perlakuan seiring dengan tingginya dapat berasal dari berbagai bahan seperti obat-obatan,
konsentarsi esktrak yang diberikan bila dibandingkan ataupun berbagai bahan makanan yang terkonsumsi
dengan kelompok kontrol, secara statitik berbeda oleh maternal pada saat terjadi fertilisasi (Dixit, 1992;
nyata. Terjadinya penurunan berat badan fetus pada Darmawan, I. 2000)
kelompok perlakuan merupakan suatu gambaran Menurut Mansong dan Kang (1989),
bahwa fetus mengalami malformasi berupa retardasi implantasi mencit berlangsung pada umur
pertumbuhan. Dengan demikian esktrak andaliman kebuntingan 4 atau 5 hari. Karena pemberian ekstrak
bersifat teratogen yang mempengaruhi pertumbuhan Andaliman pada induk mencit umur kebuntingan 0
fetus. Kang dan Mansong (1989) penurunan berat hingga 13 hari yang selama kebuntingan tersebut
badan merupakan gambaran terjadinya kelainan mengganggu perkembangan embrio praimplantasi,
perkembangan atau malformasi. maka pada periode praimplantasi tersebut mungkin
Selanjutnya pemberian ekstrak Andaliman banyak jumlah embrio yang tidak mencapai tahap
pada kelompok perlakuan P1, P2, P3, hasil pengamatan blastokista sehingga tidak dapat implan. Hal ini
terhadap jumlah fetus hidup terjadi penurunan bila mungkin kandungan senyawa aktif yang terdapat di
dibandingkan dengan fetus hidup pada kelompok dalam Andaliman mengganggu proliferasi sel-sel
kontrol dan secara statistik berbeda nyata. Penurunan embrional yang terjadi pada tahap cleavage dari
jumlah fetus hidup ini berkaitan dengan terjadinya embriogenesis. Wijaya (2001) menyatakan, tanaman
peningkatan kehilangan praimplantasi. Namun pada ini mempunyai potensi sebagai tanaman obat karena
kelompok perlakuan P4, P5 implantasi yang ditemukan mengandung berbagai senyawa aromatik dan minyak
berupa embrio resorp, kejadian ini ditemukan pada essensial antara lain Zanthalene dan geranil asetat
perlakuan dengan konsentrasi yang tinggi. Penelitian yang tidak dijumpai pada tanaman lain. Demikian
yang telah dilakukan Sabri et al (2005) bahwa ekstrak pula menurut Katzer (2004), Zanthoxylum merupakan
Andaliman mempengaruhi perkembangan embrio tanaman yang mempunyai nilai ekonomis sangat
dengan kejadian meningkatnya kematian intrauterus tinggi karena mengandung berbagai jenis senyawa
berupa embrio resorp. Dengan demikian dapat aromatik dan minyak essensial yang sangat berguna
disimpulkan pada penelitian ini semakin tinggi bagi dunia kesehatan dan industri kosmetika. Namun
konsentrasi ekstrak Andaliman diberikan cenderung senyawa aromatik dan minyak esesensial yang
bersifat embriotoksik. terdapat pada tanaman tersebut, mungkin akan bersifat
Penurunan jumlah implantasi pada kelompok toksik jika pemberiannya dilakukan pada tahap awal
perlakuan bila dibandingkan dengan kelompok perkembangan embrio.
kontrol, sejalan dengan tingginya konsentrasi esktrak Jumlah korpus luteum antara kelompok
Andaliman yang diberikan. Dan secara statistik perlakuan dan kelompok kontrol relatif sama,
berbeda nyata antara kelompok perlakuan bila meskipun pada kelompok perlakuan P1 dan P4 terlihat
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Menurunnya meningkat bila dibandingkan dengan kelompok
jumlah implantasi pada kelompok perlakuan P1, P2, P3, kontrol. Kondisi ini dikarenakan sifat genetis yang
P4, P5 pada umur kebuntingan 0 hingga 13 hari, disertai secara alami yang terdapat setiap individu induk mecit
Vol. 2, 2007 J. Biologi Sumatera 31
tersebut, jadi bukan karena pengaruh dari ekstrak Al- Tahan, F.J. 1994. Antifertility Effect of Castos
andaliman. Korpus luteum merupakan cerminan Bean on Mice. Fitoterapia, 65:34-37.
jumlah dari ovum yang diovulasikan oleh suatu Anggara, U. 2000. Aditif Makanan dan Obat–Obatan.
individu, dan kondisi ini akan tetap dipertahankan Pusat Penyelidikan Racun Negara (USM).
apabila terjadinya fertilisasi. Hal ini dikarenakan Jurnal Kedokteran Malaysia. 2 (4):19-23.
korpus luteum menghasilkan progesteron yang Darmawan, I. 2000. Nutrisi Dan Makanan Tambahan.
digunakan mempertahankan implantasi. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Jakarta. hlm.
Kemudian hasil pengamatan persentase 13-15.
kejadian kehilangan praimplantasi pada kelompok Dixit, VP. 1992. Plant Product/non Streroid
perlakuan meningkat bila dibandingkan dengan
Compoundaaffecting Fertility in the Indian
kelompok kontrol. Bahwa kejadian kehilangan
Desert Gerbil, Meriones Hurricane. Rodents
praimplantasi pada kelompok perlakuan dibanding
in Indian Agriculture. 1: 595-604.
dengan kelompok kontrol, seiring dengan
bertambahnya konsentrasi ekstrak Andaliman yang Driancourt, M.A., A. Gougeon, Royere, A dan C.
diberikan. Bila persentase kelihangan praimplantasi Thibault. 1993. Ovarian Function,
pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan Reproduction in Mammals and Man.
kelompok kontrol secara statistik berbeda nyata. Elllipses, Paris.
Keadaan ini menggambarkan bahwa pemberian _________ and B. Thuel. 1998. Control of Oocyte
ekstrak Andaliman pada induk mencit yang sedang growth and Maturation by Follicular Cells and
bunting yang diberikan pada umur kebuntingan 0 Molecules Present in Follicular Fluid; A
sampai 13 hari, mempengaruhi terhadap fertilitas. Hal Review. Reproduction, Nutrion,
ini dikarenakan pemberian ekstrak Andaliman yang Development, 38: 345-362.
berlangsung mulai tahap praimplantasi hingga Harahap, R. 2001. Paper Teratologi. Fakultas
organogenesis, sehingga senyawa aktif yang terdapat Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
dalam Andaliman tidak mampu induk Medan. hlm. 13-14.
mendetoksifikasikan ekstrak andaliman, sehingga zat Jacobsons. M. 1995. Antifertility Effects and
aktif yang terdapat di dalam ekstrak Andaliman tidak Population Controls Agents. VCH
dapat dieliminasi dan akan terbawa di dalam Verlagsgesell Schaft, Weinheim Germany.
pembuluh darah dan selanjutnya akan mempengaruhi Katzer, G. 2004. Sichuan Pepper Zanthoxylum
dalam proses embrio. Oleh karena itu emberio pada piperitum/simulans/bungeanum/rhetsa/
tahap cleavage tidak mampu mencapai tahap
acanthopodium and Others.
blastokista yang sempurna, dengan demikian embrio
http://www.ang.klunigraz.ac.at [02 –03-
tidak mampu implan. Dikemukan oleh Manson dan
Kang (1989) serta Jacobsons (1995), menyatakan 2004].
bahwa embrio yang berada pada periode praimplantasi Manson, J. M. & Kang, Y. J., 1989. Methods For
lebih rentan terhadap kematian oleh adanya Assesing Female Reproductive and
xenobiatik. Selanjutnya Syahrum dan Kamaludin Develompment Toxicology In Principles and
(1994) senyawa yang bersifat toksik akan Methods Of Toxicology. Second Edition.
mempengaruhi sel-sel mensenkim sehingga proliferasi A.W Hayes Raven Press, Ltd. New York.
embrio terganggu. Hasil penelitian menunjukkan, Page. 321.
bahwa ekstrak andaliman yang diberikan dengan Nalbandov, A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada
beberapa variasi konsentrasi yang diberikan secara Mamalia dan Unggas. Penerbit Universitas
oral pada umur kebuntingan 0 sampai 13 hari; (1) Indonesia Press, Jakarta. hlm. 140-141
Menurunkan secara nyata jumlah implantasi, (2) Park, J.C. 2003. Study on the Inhibitory Effects of
Meningkatkan secara nyata kehilangan praimplantasi, Korean Medicinal Plants and Their Main
dan (3) Menurun secara nyata jumlah fetus hidup. Compounds on the 1,1- diphenyl-2-
picryhydrazyl Radical. Int. J. of Phytotherapy
DAFTAR PUSTAKA & Phytopharmacology. 7 (1): 20 -25.
Roop, J.K., P.K. Dhaliwal dan SS. Guraya. 2005.
Al Gubory, K.H,M P.Bolifraud, G.Germain., A.
Extracts of Azadirachta indica and Melia
Nicole and I Ceballos-Bicot. 2003.
azrdarach Seeds Inhibit Folliculogenesis in
Antioxidant enzymatic defense systems in
sheep Corpus Luteum Thoughout Pregnancy. Albino Rats. Braz J Med Biol Res, 38: 943-
Reproduction: 128:767-774. 947.
32 SABRI J. Biologi Sumatera
Sabri, E. 1996. Pengaruh Ekstrak Kencur (Kaemferia Syahrum, M.H. & Kamaludin. 1994. Reproduksi dan
galanga L.) Terhadap Perkembangan Prenatal Embriologi, Dari satu Sel Menjadi
Mencit (Mus musculus) Swiss Webster Organisme. Penerbit Fakultas Kedokteran
Albino. [Tesis]. Pasca Sarjana. ITB, Bandung. Universitas Indonesia, Jakarta. hlm. 25-26,
69-70.
_______, D. Supriharti dan M. Tanjung. 2005.
Taylor, 1986. Practical Teratology. Academic Press,
Potensi tanaman Andaliman (Zanthoxyllum London. 14-17.
acanthopodium D.C) sebagai antifertilitas dan Wijaya, CH. 1999. Andaliman, rempah tradisioal
pengaruhnya terhadap perkembangan embrio. Sumatera Utara dengan aktivitas antioksidan
Laporan Penelitian, Dikti Proyek SP4. dan antimikroba. Buletin Teknologi Industri
Sadler, T. W. 1988. Embriologi Kedokteran. Penerbit Pangan 10: 59-61.
EGC Buku Kedokteran. hlm. 29-32. _________, 2000. Isolasi dan Identifikasi senyawa
Siregar, B.L. 2003. Andaliman (Zanthoxylum Trigeminal Aktif Buah Andaliman
acanthopodium DC) di Sumatera Utara: (Zanthoxylum acanthopodium DC). Hayati
Deskripsi dan Perkecambahan. Hayati: 7:91 –95.
Winarno, F. G. 1994. Kimia Pangan Dan Gizi.
10(1):17-20.
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,
Smith, J.B. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Jakarta. hlm. 207-210, 214.
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Yang, YQ and Wu, XY. 1987. Antifertility
Tropis. Universitas Indonesia Press, Jakarta. mechanism of Gossypol acetic acid in female
hlm. 37-49. rats. J of reproduction and Fertility, 80: 425-
Sukra, Y. 2000. Benih Masa Depan. Direktorat 429.
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Yatim, W. 1994. Reproduksi Dan Embriologi.
Pendidikan Nasional. hlm. 80-83. Penerbit Tarsito, Bandung. hlm. 65-67.
Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 33 – 36 Vol. 2, No. 2
ISSN 1907-5537
Masitta Tanjung
Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara,
Jalan Bioteknologi No. 1, Padang Bulan, Medan 20155
Abstract
Gibberellic acid (GA3) is a growth hormone of plants stimulating growth and development of the cells.
This research has been conducted to study the effectiveness of gibberellic acid (GA3) supplementation in
stimulating the Efficiency Conversion Ingested (ECI) and the efficiency conversion digested (ECD) and then
Growth of the Silkworm (Bombyx mori L.). The method used was a Completely Randomized Design (CRD)
with five treatments (0, 50, 100, 150, 200 ppm of GA3) and thirty replications. The results showed that 100 ppm
of GA3 increased consumption of dry matter per day, digestion, the efficiency conversion ingested (ECI) and the
efficiency conversion digested (ECD). Effectiveness of GA3 to the growth of silkworm can be increase the last
instars V of body weight, pupa and silk gland of weight. The GA3 increased mortality to 150 ppm GA3 also, and
shorten feeding periods or instars (100 ppm) and increasing development of the front and back parts of the
silkworm gland cells.
Giberelin diberikan dengan konsentrasi 0, 50, untuk kelompok larva yang mengkonsumsi tanpa
100, 150 dan 200 ppm. Air pembasah pakan hormon, (0 ppm) serta yang mengandung hormon
bergiberelin dan yang tidak mengandung giberelin giberelin 50 dan 100 ppm tidak berbeda nyata Namun
ditambahkan ke dalam pakan dua kali dari jumlah kelompok ini berbeda sangat nyata dengan larva yang
pakan (2 ml/g pakan kering). Pemberian perlakuan mengkonsumsi pakan yang mengandung hormon 150
dilakukan pada saat larva memasuki instar keempat dan 200 ppm yaitu 43,53% dan 43,89%. Dalam hal ini
sampai larva mengokon. Respon terhadap perlakuan terlihat semakin tinggi kadar hormon yang diberikan
dilakukan pengamatan variabel-variabel meliputi semakin berkurang daya cerna ulat sutera. Adanya
konsumsi Bahan Kering (g), daya Cerna (%), efisiensi respon balik negatif dari larva akibat dosis yang tinggi
Konversi pakan dikonsumsi (ECI) (%) dan efesiensi kemungkinan terjadi gangguan fisiologis tubuh yang
konversi pakan di cerna (ECD) (%), pertumbuhan akhirnya menurunkan nafsu makan (konsumsi bahan
(terdiri dari pertambahan bobot badan, pupa, dan kering perhari) dan daya cerna.
kelenjar sutera), daya tahan hidup (%) dan stadium Daya cerna sangat dipengaruhi oleh bobot
larva (hari). kering pakan yang dikonsumsi dan bobot kering feses
Data yang diperoleh dari pengamatan yang diekskresikan. Dalam hal ini dapat dikatakan
dianalisis dengan menggunakan metode sidik ragam bahwa pemberian giberelin dalam pakan larva dapat
(Anova). Apabila diperoleh perlakuan berbeda nyata meningkatkan absorbsi nutrisi untuk proses
dilanjutkan dengan uji lanjut jarak berganda Duncan pertumbuhan. Selain untuk proses pertumbuhan, juga
(DnMRT 5%, Duncan New Multiple Range Test) dapat disimpan dalam tubuh. Selama pertumbuhan
(Steel and Torrie, 1993). pakan yang dikonsumsi dikonversikan menjadi lemak
dan disimpan dalam bentuk sel lemak. Cadangan
HASIL DAN PEMBAHASAN energi yang disimpan sebagai lemak tubuh akan
berguna selama periode tidak makan.
Konsumsi dan Efisiensi Pakan Kadar hormon giberelin yang berbeda sangat
Hormon giberelin sebagai zat tumbuh nyata mempengaruhi (P<0,01) efisiensi konversi
tanaman berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pakan dikonsumsi (ECI) dan efisiensi konversi pakan
konsumsi bahan kering, daya cerna, efisiensi konversi dicerna (ECD). Efisiensi konversi pakan dikonsumsi
pakan dikonsumsi (ECI) dan efisiensi konversi pakan tertinggi pada pakan dengan kadar hormon giberelin
dicerna (ECD) ulat sutera (Bombyx mori), seperti 100 ppm (16,64%) dan paling rendah pada pakan
terlihat pada Tabel 1 di bawah ini. tanpa hormon (0 ppm) yaitu 12,04%. Terlihat dengan
Konsumsi bahan kering untuk masing masing peningkatan dosis hormon sampai dengan 100 ppm
perlakuan dosis giberelin yang diperlakukan tertinggi terjadi peningkatan efisiensi konversi pakan
pada pakan yang tidak mengandung giberelin (0 ppm) dikonsumsi. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
dan terus menurun sesuai dengan meningkatnya dosis dosis yang optimal untuk mendapatkan nilai efisiensi
yang diberikan. Dalam hal ini terlihat bahwa giberelin konversi pakan dikonsumsi yang tertinggi adalah 100
menurunkan konsumsi bahan kering instar V. Setelah ppm hormon giberelin. Efisiensi konversi pakan yang
diuji lanjut (Duncan) antar perlakuan tidak berbeda dicerna paling tinggi pada pakan dengan kadar
nyata (P>0,05). horman giberelin 150 ppm yaitu 34,72%, ini tidak
Kemampuan daya cerna pada kelompok larva berbeda dengan kelompok larva yang mengkonsumsi
yang mengkonsumsi pakan tanpa hormon (0 ppm) pakan yang berkadar hormon 100 ppm (34,01%).
dengan yang diberi hormon 50, 100 ppm Sedangkan nilai terendahnya terdapat pada pakan
menunjukkan angka yang berfluktuasi, pada dosis 150 tanpa hormon (0 ppm) yaitu 25,18%.
dan 200 ppm terjadi penurunan. Setelah diuji lanjut
Tabel 1. Konsumsi BK pakan, daya cerna, ECI dan ECD selama instar V dari larva yang diberi berbagai taraf
giberelin dalam pakan buatan ( x ± SD )
Perlakuan Respon
(ppm) Konsumsi BK (g) Daya Cerna (%) ECI (%) ECD (%)
0 4,02 a ± 0,39 48,22 a ± 4,32 12,04 d ± 1,14 25,18 c ± 3,29
50 3,90 a ± 0,47 46,75 a ± 4,85 15,01 bc ± 1,94 31,53 ab ± 5,93
a a a
100 3,93 ± 0,47 48,98 ± 3,31 16,64 ± 2,06 34,02 a ± 4,20
a b ab
150 3,81 ± 0,54 43,53 ± 3,44 15,80 ± 2,06 34,72 a ± 4,64
a b c
200 3,78 ± 0,49 43,89 ± 3,59 14,07 ± 1,06 29,87 b ± 5,03
Keterangan:
BK : Bahan Kering
ECI : Efficiency conversion ingested/efisiensi konversi pakan dikonsumsi
ECD : Efficiency conversi digested/efisiensi konversi pakan dicerna
Nilai rata-rata dalam baris yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01).
Vol. 2, 2007 J. Biologi Sumatera 35
Tabel 2. Bobot larva akhir instar V, bobot pupa, dan bobot kelenjar sutera (Bombyx mori) yang diberi berbagai
taraf giberelin dalam pakan buatan ( x ± SD )
Perlakuan Respon (g)
(ppm) BL BP BKD BKT BKB
0 2,24 c ± 0,44 0,91 b ± 0,12 0,0026 c ± 0,0008 0,33 c ± 0,08 0,17 a ± 0,04
50 2,67 b ± 0,33 1,03 a ± 0,08 0,0036 b ± 0,0005 0,44 b ± 0,04 0,18 a ± 0,03
a
100 3,24 ± 0,29 1,10 a ± 0,08 0,0046 a ± 0,0007 0,60 a ± 0,05 0,23 a ± 0,02
150 3,09 a ± 0,30 1,07 a ± 0,15 0,0048 a ± 0,0004 0,48 b ± 0,06 0,19 a ± 0,04
d
200 1,98 ± 0,36 0,77 c ± 0,14 0,0028 bc ± 0,0007 0,29 c ± 0,09 0,20 a ± 0,04
Keterangan:
BL : Bobot larva akhir instar V
BP : Bobot pupa
BKD : Bobot kelenjar sutera bagian depan
BKT : Bobot kelenjar sutera bagian tengah
BKB : Bobot kelenjar sutera bagian belakang
Abstract
Diversity of Macrozoobenthic in Belawan river in Medan. Sampling station was determined by using
purposive random sampling. The result showed that fifteen generas of macrozoobenthic, which were
categorized into two phylums, four classes, seven orders, twelve families. The highest index of the population
density was shown by Littorina 42.672 ind./m2 which found in stasion II. The highest index of the diversity was
found in station III: 1.67 and the lowest was found in station I: 1.52. The highest index of the equaitability was
found in station I: 0.95 and the lowest was found in station II: 0.90. The diversity of macrozoobenthic was
effected by some environment factors such as; temperature, salinity, DO, the content of organic substrate, that
were significant effected and pH was highly significant effected
a. Kepadatan Populasi (K) Tabel 1. Nilai rata-rata faktor fisik kimia air pada
Jumlah individu suatu jenis setiap stasiun pengamatan
K= No Parameter Satuan
Stasiun
Luas area pengambilan sampel I II III
o
1. Suhu C 32,00 33,33 33,17
b. Kepadatan Relatif (KR) 2. Penetrasi cm 26,67 66,67 61,67
ni cahaya
KR = x 100% 3. Kedalaman m 2,33 6,80 6,67
ΣN 4. pH - 6,23 6,80 6,87
Dengan ni : jumlah individu spesies i 5 DO mg/l 4,73 4,4 4,3
ΣN : total individu seluruh jenis 6. Salinitas /ooo 18,00 18,33 19,33
Oksigen terlarut (DO) pada ketiga stasiun dari anak sungai sehingga sedimen lumpur
berkisar 4,33-4,73. DO tertinggi pada stasiun I sebesar terakumulasi dan substrat lumpur yang dominan. Jenis
4,73 dan terendah pada stasiun III sebesar 4,33. substrat dapat menyebabkan perbedaan jenis
Tingginya DO pada stasiun I berkaitan dengan makrozoobentos yang hidup pada masing-masing
rendahnya suhu perairan tersebut. Hal ini sesuai stasiun tersebut (Nybakken, 1992).
dengan pernyataan Sastrawijaya (1991), bahwa suhu Kandungan organik subsrat pada ketiga
mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan stasiun berkisar 5,95-6,38% dengan nilai tertinggi
oksigen, jika suhu naik maka oksigen di dalam air didapatkan pada stasiun I sebesar 6,38%, dan terendah
akan menurun. Namun secara keseluruhan kandungan distasiun I sebesar 5,95%. Secara keseluruhan nilai
oksigen semua stasiun sangat mendukung kehidupan kandungan organik yang dapat pada ketiga
organisme perairan. stasiunpenelitian tergolong tinggi. Menurut Pusat
Salinitas pada ketiga stasiun berkisar 18,00- Penelitian Tanah (1983) dalam Djaenuddin et al.,
19,33o/oo. Salinitas tertinggi pada stasiun III sebesar (1994), kriteria tinggi rendahnya kandungan organik
19,33o/oo dan terendah pada stasiun I sebesar 18,00o/oo. substrat/tanah berdasarkan persentase adalah sebagai
Tingginya salinitas pada stasiun III disebabkan lebih berikut; <1% (sangat rendah); 1-2% (rendah); 2,01-
dekat dengan laut bebas. Nybakken (1992), 3% (sedang); 3,01-5% (tinggi); >5,01% (sangat
menyatakan adanya penambahan air tawar yang tinggi);
mengalir masuk ke perauran laut (muara) dapat
menurunkan salinitas. Jenis-Jenis Makrozoobentos yang Didapat pada
BOD5 pada ketiga stasiun berkisar 0,833- Setiap Stasiun
0,933 mg/l. BOD5 tertinggi pada stasiun I sebesar Berdasarkan hasil penelitian dip[eroleh jenis-
0,933 mg/l dan terendah pada stasiun III sebesar 0,833 jenis makrozoobentos yang didapatkan pada beberapa
mg/l. Tingginya BOD5 pada stasiun I disebabkan stasiun lokasi penelItian seperti Tabel 2. Pada Tabel
banyaknya limbah dari aktivitas masyarakat seperti tersebut dapat dilihat makrozoobentos yang
pertambakan, perikanan dan pembuangan limbah didapatkan sebanyak 15 genus yang di kelompokkan
masyarakat sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk dalam 2 phylum, 4 kelas, 7 ordo dan 12 famili.
mengurai bahan tersebut semakin sedikit. Brower et Makrozoobentos yang paling banyak ditemukan
al., (1990), menyatakan jika konsumsi oksigen pada adalah dari kelas Gastropoda, ini disebabkan kondisi
periode lima hari berkisar 5 ppm maka perairan lingkungan sesuai dengan kehidupannya. Menurut
tersebut tergolong baik, sedangkan jika berkisar 10-20 Hutchinson (1993), Gastropoda merupakan hewan
ppm maka perairan tersebut menunjukkan tingkat yang dapat hidup dan berkembang dengan baik pada
pencemaran oleh materio organik. berbagai jenis substrat yang memiliki kesediaan
Substrat dasar pada ketiga stasiun terdiri dari makanan dan kehidupannya selalu dipengaruhi oleh
lumpur berpasir dan lumpur berbatu. Kondisi substrat kondisi fisik kimia perairan seperti, suhu, pH maupun
yang demikian karena muara merupakan kumpulan oksigen terlarut.
Tabel 3. Nilai kepadatan (ind./m2), Kepadatan Relatif (%) dan Frekwensi Kehadiran (%) pada setiap stasiun
penelitian
I II III
TAKSA
K KR FK K KR FK K KR FK
Tubifex 26,67 37,50 100
Anadara 10,67 14,29 33,33
Monodonta 10,67 15,39 66,67 16,00 14,99 66,67
Physa 16,00 14,99 66,67
Cymatium 10,67 14,29 66,67
Linatella 10,67 10,00 33,33
Epitonium 5,33 7,13 33,33
Littorina 5,33 7,68 33,33 42,67 39,99 66,67
Goniobasis 16,00 23,08 100
Pleurocera 21,33 30,76 100
Telescopium 10,67 10,00 33,33
Pugilina 10,67 10,00 33,33
Chicoreus 10,67 14,29 33,33
Murex 10,67 14,29 66,67
Sphaerium 16,00 23,08 66,67
Total 69,33 100 106,69 100 74,69 100
Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, dan dan terendah pada stasiun II sebesar 0,904. Secara
Frekwensi Relatif Makrozoobentos keseluruhan indeks keseragaman ketiga stasiun
Hasil penelitian mendapatkan nilai kepadatan, tergolong tingg, yang berarti penyebaran individu
kapadatan relatif dan frekwensi relatif di stasiun sangat seragam dan merata. Menurut Kreb (1985)
seperti tertera pada Tabel 3. Dari Tabel tersebut dapat indeks keseragaman (E) berkisar 0-1. Bila nilai
dilihat bahwa bahwa genus Littorina yang paling mendekati 0 berarti keseragaman rendah karena
banyak dijumpai diantara ketiga stasiun penelitian adanya jenis yang mendominasi dan bila mendekati 1,
yaitu sebesar 42,67 ind./m2 (K), 39,99% (KR) dan keseragaman tinggi yang menunjukkan tidak ada jenis
33,33% (FK) yang terdapat stasiun II. Tingginya yang mendominasi.
genus ini disebabkan substrat dasar perairan lumpur
berpasir mendukung keberadaannya. Dharma (1988)
menyatakan genus Littorina banyak dijumpai pada Analisa Kolerasi Keanekaragaman Makrozoobentos
perairan dengan substrat lumpur berpasir disekitar dengan Faktor Fisik Kimia Perairan
muara. Berdasarkan pengukuran faktorfisik kimia
perairan yang telah dilakukan pada setiap stasiun
Indeks Keanekaragaman (H1) dan Indeks penelitian, dan dikolerasikan dengan Indeks
Keseragaman (E) Keanekaragaman (Diversitas Shannon-Wiener) maka
Dari Tabel indeks keanekaragaman (H1) pada diperoleh nilai kolerasi seperti terlihat pada tabel
ketiga stasiun berkisar 1,52-1,67. Indeks berikut:
keanekaragaman (H1) tertinggi sebesar 1,67 pada
stasiun III dan terendah pada stasiun I sebesar 1,52. Tabel 5. Nilai analisis kolerasi keanekaragaman
Keanekaragaman makrozoobentos pada ketiga stasiun Makrozoobentos dengan Faktor Fisik Kimia
penelitian tergolong rendah. Menurut Kreb (1985), Perairan
Keanekaragaman rendah bila 0<H1<2,30, No Parameter r t
Keanekaragaman sedang bila 2,302<H1<6,907, 1. Suhu 1,00 44,43*
Keanekaragaman tinggi bila H1 < 6,907. 2. Penetrasi cahaya 0,96 3,26tn
3. Kedalaman 0,86 1,69tn
4. pH 1,00 100,82**
Tabel 4. Nilai Keanekaragaman (H1) dan Nilai
5. DO 0,99 13,05*
Keseragaman (E) Makrozoobentos 6. Salinitas 1,00 55,03*
Stasiun 7. BOD 0,99 12,036tn
Indeks
I II III 8. Kandungan organik 0,99 26,02*
Indeks keanekaragaman (H1) 1,52 1,62 1,67 subsrat
Indeks Keseragaman (E) 0,95 0,90 0,93 Keterangan:
tn = tidak berpengaruh
Indeks Keseragaman (E) ketiga stasiun * = berpengaruh nyata
penelitian berkisar 0,904 – 0,947 dengan indeks ** = berpengaruh sangat nyata
keseragaman tertinggi pada stasiun I sebesar 0,947
Vol. 2, 2007 J. Biologi Sumatera 41
Dari Tabel 5 hasil analisis kolerasi antara (stasiun II) dan terendah pada genus Epitonium
faktor fisik kimia perairan dengan indeks sebesar 5,328 ind./m2 (stasiun III). (3)
keanekaragaman dengan uji t memberikan hasil Keanekaragaman pada ketiga stasiun tergolong rendah
bahwa suhu, DO, Salinitas dan kandungan organik (1,52-1,67) dan keseragaman tergolong tinggi (0,90-
sustrat berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman 0,95). (4) Suhu, DO, Salinitas, dan kandungan organik
makrozoobentos, sedangkan pH memberi pengaruh berpengaruh nyata sedangkan pH berpengaruh sangat
sangat nyata terhadap keanekaragaman nyata.
makrozoobentos.
Suhu berpengaruh nyata terhadap DAFTAR PUSTAKA
keanekaragaman makrozoobentos disebabkan
makrozoobentos memiliki kisaran toleransi untuk Brower, J. E. H. Z. Jerrold & Car I. N. Von Ende.
dapat hidup baik di tempat tersebut. Oksigen terlarut 1990. Field and Laboratory Methods for
salah satu faktor penting dalam suatu perairan untuk General Ecology. Third Edition. Wm C.
kelangsungan hidup makrozoobentos. Menurut Brown publisher USA, New York. hlm. 52.
Sastrawijaya (1991), untuk mempertahankan Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia.
hidupnya, organisme air bergantung pada oksigen Cetakan pertama. Sarana Graha, Jakarta hlm
terlarut. Salinitas berpengaruh terhadap kehidupan 4-27
makrozoobentos antara lain mempengaruhi laju Edmonson, W.T. 1963. Fresh Water Biologi. Second
pertumbuhan, jumlah makanan yang dikomsumsi, Edition. Jhon Willey & Sons, inc, New York.
nilai konversi makanan dan daya kelangsungan hidup hlm. 274-285
biota air. Kandungan organik substrat memberi Krebs.C. J. 1985. Experimental Analysis of
pengaruh karena habitat dari makrozoobentos terdapat Distribubution of Abudance Third edition.
di substrat dasar perairan. Menurut Hutchinson Harper & Row Publisher, New York. hal.
(1993), keanekaragaman makrozoobentos di perairan 186-187
juga dipengaruhi oleh jenis substrat dan kandungan Marsaulina, L. 1994. Keberadaan dan
organik substrat. Derajat Keasaman (pH) sangat Keanekaragaman Makrozoobentos di Sungai
penting mendukung kelangsungan hidup organisme Semayang Kecamatan Sunggal. Karya tulis.
akuatik karena pH dapat mempengaruhi jenis dan Lembaga Penelitian USU, Medan hlm 2, 6-10
susunan zat dalam lingkungan perairan dan Michael, P. 1984. Metode Ekologi untuk Penyelidikan
tersedianya unsur hara serta toksisitas unsur renik. Ladang dan Laboratorium. UI Pres, Jakarta.
Sastrawijaya (1991) kondisi perairan yang sangat hlm. 140,168.
asam atau basa akan membahayakan kelangsungan Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu
hidup organisme karena akan menyebabkan Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia, Jakarta
terganggunya metabolisme dan respirasi, dimana pH hlm. 45-48.
yang rendah menyebabkan mobilitas kelangsungan Odum, E.P. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga.
hidup organisme perairan. Dari penelitian tentang Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta.
keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai hlm. 373,397.
Belawan dapat disimpulkan sebagai barikut: (1) Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan.
Secara keseluruhan makrozoobentos yang didapatkan Rineka Cipta. Jakarta. hlm. 35, 83-87.
sebanyak 15 genera dari 12 famili, 7 ordo, 4 kelas dan Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi. Universitas
2 filum. (2) Kepadatan makrozobentos tertinggi Andalas, Padang. hlm. 58-59.
terdapat pada genus Littorina sebasar 42,672 ind./m2
Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 42 – 44 Vol. 2, No. 2
ISSN 1907-5537
Abstract
A study on biodiversity of Palmae in Mount of Sinabung Forest North Sumatera were conducted from
July to October 2006. This study was based on exploration method. The study showed that there were 8 species
including in 5 genera. They are Arenga sp., Caryota sp., Iguanura geonomaeformis, Calamus tumidus Furt., C.
palustris Griff., C. scipionum Lour. Daemonorops sp1. and Daemonorops sp2.
lembaran koran, diikat dan dimasukkan ke dalam geonomaeformis, Calamus tumidus Furt., C. palustris
kantong plastik besar, kemudian disiram dengan Griff., C. scipionum Lour. Daemonorops sp1.,
alkohol 70% sampai basah agar tidak rontok atau Daemonorops sp2. Selanjutnya berdasarkan
busuk. Kantong plastik yang sudah penuh berisi pengamatan terhadap ciri morfologi yang ada, dibuat
material diikat atau ditutup setelah mengosongkan kunci identifikasi sederhana untuk mengenal jenis-
udara seminimal mungkin dan dimasukkan ke dalam jenis Palmae Gunung Sinabung Sumatera Utara.
karung plastik. Dengan teknik ini diusahakan agar
spesimen terbungkus dengan rapi, mengingat Kunci identifikasi jenis-jenis Palmae di Hutan
spesimen Palmae sangat besar dan pada umumnya Gunung Sinabung Sumatera Utara:
berduri. 1. a. Daun terminal tidak terbelah.............................2
b. Daun terminal terbelah dua...............................3
3. Pengapitan dan Pengeringan Spesimen di 2. a. Ujung daun berlobus dalam, bergerigi
Laboratorium rata......................................................Arenga sp.
Spesimen yang diawetkan ditata kembali b. Ujung daun berlobus dangkal, bergerigi tidak
dalam lipatan kertas koran kering kemudian dipres di rata.....................................................Caryota sp.
antara dua kertas kardus atau bisa juga digunakan 3. a. Bentuk daun ovatus..............Daemonorops sp 1.
sasak. Spesimen kemudian dipres dengan cara b. Bentuk daun lanset...............Daemonorops sp 2.
mengikat kuat di antara dua sasak. Selanjutnya 4. a. Bunga biseksual......Iguannura geonomaeformis
spesimen dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC b. Bunga uniseksual...............................................5
sampai kering. Untuk mempermudah pengeringan 5. a. Braktea berduri rapat,..............Calamus tumidus
setiaap hari spesimen dibolak-balikkan posisinya. b. Braktea berduri jarang.......................................6
Spesimen yang sudah kering dimasukkan ke dalam 6. a. Staminate mempunyai 3 tingkat
pendingin dengan temperature -18oC selama 1 percabangan.........................Calamus scipionum
minggu supaya bebas hama. b. Staminate mempunyai 1 tingkat
percabangan............................Calamus palustris
4. Pemberian Label
Spesimen yang sudah dikeringkan disusun Deskripsi Jenis-Jenis Palmae Hutan Gunung
berdasarkan nomor koleksi lapangan, disiapkan label Sinabung Sumatera Utara
herbarium yang ditempelkan pada setiap sudut kiri Berdasarkan pengamatan ciri morfologi,
bawah kertas mounting yang akan digunakan. dibuat deskripsi jenis-jenis Palmae yang diperoleh di
Gunung Sinabung sebagai berikut:
5. Mounting (Pengeplakan) Arenga sp
Spesimen diletakkan di atas kertas mounting Berupa pohon, berumpun, batang tidak
yang sudah diberi label, kedudukan spesimen diatur berduri. Daun majemuk menyirip, bentuk anak daun
sedemikian rupa sehingga rapi dan tidak ada bagian fishtail, ukuran daun 24 x 4,5 cm, tidak mempunyai
spesimen yang keluar melebihi kertas mounting. tangkai, pinggir ujung daun bergerigi halus,
permukaan tidak berbulu; anak daun terminal seperti
6. Deskripsi dan Identifikasi kipas tidak terbelah, ukuran daun terminal 29 x 20 cm;
Parameter pengamatan yang digunakan adalah jarak anak daun 2 – 5 cm. Bunga tidak ditemukan.
perawakan tumbuh, morfologi batang, daun, tipe
perbungaan, morfologi bunga (jantan dan betina), Calamus palustris Griff
morfologi buah dan biji. Untuk identifikasi digunakan Berupa liana; diameter batang ± 1,8 cm. Daun
buku-buku identifikasi Palmae. Selain itu juga majemuk, pelepah berduri jarang dan tersebar,
dilakukan studi pustaka guna kelengkapan informasi panjang duri sampai 2,7 cm; panjang tangkai daun
ilmiah pada jenis-jenis yang teridentifikasi. Semua sekitar 15 cm, berduri berbentuk cakar, duri jarang-
jenis yang diperoleh dibuat deskripsinya dan kunci jarang, panjang duri sampai 1,2 cm; anak daun
identifikasi. tunggal, tersebar, bentuk lanset, bagian ujung lebih
lebar, tepi daun bergerigi dengan lobus agak dalam,
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak bertangkai, jarak antar anak daun 6 – 7 cm,
ukuran anak daun 33 x 6 cm; mempunyai cirus
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan susunan duri 2 – 4 tiap nodus, jarak antar duri
di Gunung Sinabung Sumatera Utara, diperoleh 8 pada cirus 3,5 – 4 cm, anak daun terminal terbelah
jenis Palmae yang termasuk ke dalam 5 genera. dua. Perbungaan aksilar, panjang perbungaan betina
Adapun jenis-jenis Palmae yang diperoleh adalah 65 cm, panjang rakila 6 – 11 cm, 1 rakila mempunyai
sebagai berikut: Arenga sp., Caryota sp., Iguanura 3 – 6 anak rakila, jarak antar rakila 3 – 6 cm; prophyll
44 SIREGAR J. Biologi Sumatera
tubular, berambut halus. Buah memanjang (oblong), jarak antar anak daun ± 5 – 6 mm, ukuran anak daun 8
diameter 4 mm, panjang 9 mm (buah masih muda). – 9 x 1,5 – 2 cm, daun terminal bifid, ujung anak daun
Bunga tidak ditemukan. berduri halus, permukaan daun tidak berbulu. Bunga
tidak ditemukan.
Calamus scipionum Lour
Berupa liana; diameter batang 17 mm, jarak Daemonorops sp2
internodus 14 cm, berduri besar dengan panjang 1,5 – Berupa liana. Daun majemuk menyirip,
2,5 cm, lebar 2 mm pada pangkal, duri bentuk tangkai daun dan pelepah tidak berduri, panjang
segitiga, tersebar jarang-jarang. Pelepah daun berduri, tangkai 23 – 26 cm, anak daun tidak bertangkai,
tangkai daun 27 cm, berduri; rakis berduri berbentuk bentuk daun lanset, panjang anak daun 15 – 17 x 1,5 –
cakar, tersebar jarang-jarang; anak daun tersebar, 1,8 cm, jarak antar anak daun 1–2 cm, tersebar, ujung
tidak bertangkai, bentuk linier, panjang 40 cm, lebar anak daun berduri halus, daun terminal bifid,
4,5 cm, ujung daun berduri halus, meruncing, pinggir permukaan daun tidak berambut, jumlah anak daun
daun licin, permukaan daun tidak berduri, jarak antar dalam 1 tangkai sekitar 15 daun. Bunga tidak
anak daun 4 – 6 cm, anak daun terminal terbelah dua. ditemukan.
Perbungaan aksilar, panjang 72 cm, mempunyai tiga
tingkat percabangan, masing-masing tingkat terdiri Iguanura geonomaeformis
dari 3 – 5 rakila; bunga tidak ditemukan karena gugur. Berupa pohon, tunggal. Batang tidak berduri,
diameter 1 cm, beruas-ruas, internodus sekitar 7 cm.
Calamus tumidus Furt Daun majemuk, jumlah anak daun 2–3 pasang dalam
Berupa liana. Daun majemuk, tangkai daun satu tangkai; jarak antar anak daun 3–4 cm,
dan rakis berduri jarang, tersebar, duri segitiga, tidak berhadapan, tidak bertangkai, ukuran anak daun 28 x
sama besar, daun terminal bifid; anak daun tunggal, 3-4 cm, ujung meruncing, pangkal tumpul; anak daun
tersebar, bentuk linier, tidak bertangkai, ujung dan terminal terbelah, ujungnya berlobus dangkal;
pangkal anak daun runcing, jarak antar anak daun 3 – pertulangan daun tampak menonjol, jumlah
5 cm, ukuran anak daun 39 x 6 cm, ujung anak daun pertulangan 4-6 dalam satu anak daun. Perbungaan
berduri halus, anak daun terminal terbelah dua. aksilar; panjang perbungaan kira-kira 30 cm, jumlah
Perbungaan aksilar; braktea berduri tersebar dan tidak rakila 2–3; panjang braktea 8 cm, tidak berbulu;
teratur, duri tidak sama besar, panjang braktea sekitar Bunga hermaprodit (biseksual); kelopak 3, ujungnya
22 cm; panjang perbungaan betina 40-50 cm, meruncing dan berambut, panjang kira-kira 3 mm;
mempunyai rakila 7–8, panjang rakila sampai 8 cm, 1 mahkota 3, panjang kira-kira 5 mm. Buah elip,
rakila mempunyai berisi sekitar 8 buah. Buah permukaan licin, panjang kira-kira 1,8 cm, diameter 1
berbentuk elip, diameter 1 mm, panjang 3 cm, cm.
permukaan buah ditutupi sisik (buah masih muda).
Bunga tidak ditemukan. DAFTAR PUSTAKA
Syafruddin Ilyas
Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara, Jl. Bioteknologi No. 1,
Padang Bulan, Medan 20155
Abstract
Analysis studied to Fas protein expression and caspase 3 activated at the Sprague Dawley rat.
Administration of Androgen/Progestin was done at the suppression phase of sperm. I used experiment method
and completely randomized design with 4 treatments (0, 6, 12, 18 and 24 weeks) and 5 replications. Androgen
(2,5 mg) and progestin (1,25mg) combination injection with interval of 6 and 12 weeks respectively. Result of
research during 24 weeks was found tend to increase Fas protein expression and Caspase 3 activated. Between
Fas protein and caspase 3 activated was strong correlation (r=0,92) and difference significantly (P<0,01). Sperm
concentration tend to decreased because increased of Caspase 3 activated and Fas protein of germ cell.
Pembuatan preparat testis dilakukan dengan Hasil uji perbandingan rata-rata (Mann-
metode paraffin dengan larutan fiksatif Bouin. Testis Whitney U) antara perlakuan (pemberian
dipotong setebal 6 μm dan ditempelkan pada frosted androgen/progestin) dan kontrol diperoleh adanya
slide yang telah di coated dengan poly-l-lysine perbedaan yang signifikan (P<0,05).
(Sigma) untuk pengecatan caspase 3 aktif (Cat no.
C8487 Sigma - Active antibody produced in rabbit). - Konsentrasi Spermatozoa
Sedangjan untuk analisis ekspresi protein Fas Konsentrasi spermatozoa setelah perlakuan
digunakan Antibodi primer Fas (Monoclonal Mouse, dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2
anti-human CD95, APO1/Fas, Clone DX2, Code merupakan konsentrasi spermatozoa setelah
M3654-DakoCytomation Denmark). Jaringan testis di pemberian androgen/progestin selama 24 minggu
counterstain dengan haematoxylin mayer’s. Untuk merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan
visualisasi digunakan diaminobenzidin (DAB) dan sel kelompok perlakuan.
germinal yang positif caspase 3 aktif akan berwarna
coklat. Penghitungan caspase 3 aktif dan protein Fas
Pemberian Androgen/Progestin
sel germinal dilakukan pada ±200 tubulus
seminiferus. Data dikalkulasi sebagai rata-rata dari
jumlah total dan dihitung rata-rata±SEM nya.
(Minggu)
HASIL PENELITIAN
Correlations
PEMBAHASAN KESIMPULAN
PEDOMAN PENULISAN
Naskah: Jurnal Biologi Sumatera menerima naskah Tulisan: Tulisan untuk naskah artikel hasil penelitian
dari berbagai bidang ilmu biologi baik murni maupun terdiri dari Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil,
terapan. Naskah yang dipublikasi di Jurnal Biologi dan Pembahasan. Hasil dan Pembahasan juga dapat
Sumatera (J. Biol. Sum.) merupakan naskah yang digabung. Untuk Ulas Balik dan Komunikasi Singkat
belum pernah diterbitkan dalam jurnal lainnya. ditulis sebagai naskah sinambung tanpa sub judul
Naskah dapat berupa artikel hasil penelitian (Original bahan dan metode, hasil dan pembahasan.
Article), ulas balik (Review/Minireview) dan Pendahuluan memberikan latar belakang yang cukup
komunikasi singkat (Rapid Communication). Panjang agar pembaca memahami dan memperkirakan hasil
maksimum naskah adalah 6, 8, dan 3 halaman cetak yang akan dicapai tanpa harus merujuk pada
masing-masing untuk artikel hasil penelitian, ulas penerbitan-penerbitan sebelumnya. Cara penulisan
rujukan dalam teks dengan menyebutkan penulis
balik dan komunikasi singkat. Naskah dapat ditulis
diikuti tahun penerbitan (contoh: bila di akhir teks
dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah
ditulis [Munir & Suryanto 2004) dan bila di awal teks
yang isinya tidak sesuai dengan pedoman penulisan ditulis Munir & Suryanto (2004)]. Bila penulis lebih
dan penulisannya tidak sesuai dengan kaidah bahasa dari dua, ditulis nama penulis pertama saja dan diikuti
Indonesia dan bahasa Inggris tidak akan dipublikasi dengan kata et al. yang dicetak miring (contoh
dan Editor tidak berkewajiban mengembalikan naskah Suryanto et al. 2001). Pendahuluan juga harus
bersangkutan. berisikan latar belakang beserta tujuan dari penelitian.
Pada bagian Bahan dan Metode harus berisikan
Format: Seluruh isi naskah termasuk abstrak, isi, informasi teknis sehingga peneliti lain dapat
daftar pustaka, tabel, gambar dan keterangan gambar mengulangi berdasarkan teknik percobaan yang
diketik pada kertas ukuran HVS A-4 dengan jarak dua dikemukakan. Untuk kondisi tertentu nama dan merek
spasi dengan menggunakan huruf Times New Roman alat beserta kondisi percobaan harus dicantumkan.
ukuran 12 point. Setiap lembarnya diberi nomor Hasil dapat disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau
halaman. Abstrak, isi, ucapan terima kasih, daftar isi, langsung dalam tubuh tulisan. Hasil yang disajikan
tabel, gambar, dan keterangan gambar harus dimulai dalam naskah merupakan hasil yang signifikan dan
dari halaman baru. Tabel, gambar, dan keterangan berarti penting bagi naskah. Hindari penggunaan
gambar diletakkan pada akhir naskah. Standar grafik atau gambar yang berlebihan bila dapat
abreviasi dan unit harus menggunakan standar disajikan dalam tubuh tulisan dengan singkat.
internasional. Abreviasi harus ditulis penuh untuk Pembahasan berisikan interpretasi terhadap hasil
pertama kali muncul dan penggunaan kependekan penelitian dan dikaitkan dengan hasil-hasil yang
dalam judul dan abstrak harus dihindari. Nama pernah dilaporkan. Hindari pengulangan metode dan
generik zat kimia yang digunakan harus ditulis. hasil penelitian serta hal-hal yang telah dicantumkan
Penggunaan nama genus dan spesies ditulis cetak dalam bagian Pendahuluan.
miring.
Daftar Pustaka: Daftar Pustaka ditulis memakai sistem
tahun nama (Harvard) dan diurut menurut abjad.
Judul: Judul harus singkat, spesifik, dan informatif.
Ketepatan penggunaan Daftar Pustaka merupakan
Pada bagian judul harus terdapat jenis naskah, nama tanggung jawab penuh penulis. Data yang tidak
lengkap, dan alamat penulis, dan catatan kaki terhadap dipublikasi tidak dapat digunakan sebagai sumber
koresponden harus ditujukan lengkap dengan nomor kepustakaan, akan tetapi naskah yang sudah diterima
telepon, faksimili, dan/atau e-mail. untuk publikasi tetapi belum terbit dapat dimasukkan
dalam Daftar Pustaka dengan menyebutkan nama jurnal
Abstrak: Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan diikuti oleh kata diterima untuk publikasi atau in
(Abstract) dan tidak lebih dari 250 kata. Dalam press. Seluruh nama penulis dicantumkan dalam
abstrak harus terkandung tujuan, metode, hasil, dan daftar pustaka (tidak ada penggunaan et al dalam
kesimpulan. Data yang terdapat dalam abstrak Daftar Pustaka). Nama jurnal dipendekkan menurut
merupakan data yang sangat penting. Aspek-aspek abreviasi yang lazim dari The List of Serial Title
yang baru dan penting harus tercermin dalam abstrak. Word Abreviation yang dikeluarkan oleh Pusat
Maksimum lima kata kunci dalam bahasa Inggris Internasional ISSN dan dicetak miring. Cara penulisan
ditulis di bawah abstrak. dapat mengikuti salah satu dari berikut:
Jurnal: Tabel: Tabel diberi nomor secara berurutan
Millar SL, Buyck B. 2002. Molecular phylogeny of sebagaimana muncul dalam teks. Setiap tabel diberi
the genus Russula in Europe with a comparison judul yang informatif. Bila dalam tabel terdapat
of modern infrageneric classification. Mycol Res kependekan harus dijelaskan dengan catatan kaki.
106:259-276. Lebar maksimum tabel harus sesuai dengan lebar
Buku: maksimum area cetak yaitu 8,5 cm atau 18 cm.
Boaden PJS, Seed R. 1985. An Introduction to Coastal
Ecology. New York: Blackie. Gambar: Seluruh gambar atau foto harus dirujuk di
Bab dalam Buku: dalam teks dan diberi nomor secara berurutan.
Admassu W, Korus RA. 1998. Engineering of Gambar atau foto hanya yang berwarna hitam putih
bioremediation process: Need and limitations. dan harus jelas untuk dapat diperbanyak. Masing-
Di dalam Crawford RL, Crawford DL (ed). masing gambar harus diserahkan dalam lembaran
Bioremediation: Principles and applications. yang terpisah dan siap jadi tanpa perlu perubahan
Cambridge: Cambridge University Press. ukuran dan bentuk dan masing-masingnya dilengkapi
Abstrak dengan keterangan yang cukup. Lebar maksimum
Priyani N, Simorangkir J, Flaherti V. 2003. The effect gambar harus sesuai dengan lebar maksimum area
of phosphor and nitrogen addition on crude cetak yaitu 8,5 cm atau 18 cm.
oil degradation by Candida sp. Abstrak
Seminar Nasional Kimia. Medan, 11 Oktober Kontribusi Penerbitan: Setiap penulis dibebani
2003. hlm 27. biaya cetak sebesar Rp. 100.000.- (seratus ribu rupiah)
Prosiding: untuk setiap artikel yang diterbitkan. Kelebihan
Nasution Z. 2004. The forest ecology in the Lake halaman dikenakan biaya tambahan sebesar Rp.
Toba catchment area. Di dalam: Proceedings 50.000.- (lima puluh ribu rupiah) per halaman cetak.
of The 5th International Wood Science Penulis mendapatkan satu eksemplar terbitan dan 5
Symposium JSPS-LIPI Core University (lima) salinan artikel.
Program in the Field of Wood Science.
Kyoto, September 17-19. hlm 287-293. Pengiriman Naskah: Penulis diminta untuk
Skripsi/Tesis/Disertasi: mengirimkan dua eksemplar asli beserta dokumen
Rahmawati S. 2003. Pengaruh pemberian ekstrak biji (file) dalam disket atau compact disc (CD) dengan
pepaya (Carica papaya L.) terhadap program Microsoft Word. Pada disket atau CD
gambaran sel-sel Leydig mencit (Mus dituliskan nama penulis pertama dan nama
musculus L.) jantan dewasa strain DDW. dokumennya. Naskah dikirimkan kepada:
[Skripsi]. Medan: Fakultas MIPA, Universitas
Sumatera Utara. Editor Jurnal Biologi Sumatera
Internet: Departemen Biologi, Fakultas MIPA,
Phetteplace H, Jarosz M, Uctuk R, Johnson D, Universitas Sumatera Utara,
Sporleder R. 2000. Evaluation of single cell Jln. Bioteknologi No. 1, Kampus USU,
protein as a protein supplement for finishing Medan 20155.
cattle.
http://www.ansci.colostate.edu/documents/ren File elektronik dapat dikirim ke:
ut/2000/pdf/hp001.pdf. [20 Maret 2003]. biologi.usu@lycos.com