You are on page 1of 6

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol. 2 No. 1 Th.

2014

RANCANG BANGUN ALAT PENGGILING BIJI KOPI TIPE FLAT BURR MILL

(Design Of Flat Burr Type Coffee Bean Grinder Mill)

Samuel Haposan Napitupulu1*), Saipul Bahri Daulay1, Adian Rindang1


1) Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
*) Email : sulastripanggabean@yahoo.co.id

Diterima 20 Oktober 2013/ Disetujui 27 November 2013

ABSTRAK

Milling was done to refine food materials to be powder with a certain sieve size in order to be more easily processed into
other products. The purpose of coffee beans milling was to refine the beans into coffee powder with a certain sieve size in
order to be easily brewed and gives the more optimal sensation of taste and aroma. This research was aimed to design,
make, and evaluate the flat burr mill type of bean grinder on robusta cofee bean. The bean quality evaluated was the
effective capacity of grinder mill, lost bean persentage, and economical analysis. The results showed the effective
capacity of flatt burr type grinder was 5,00 kg/hr and the lost bean persentage was 1,112%. Based on economical
analysis, the cost of robusta coffee bean milling was Rp.1.074,25/kg, break even point 2.748,9 kg/year, net present value
(NPV) 16% was Rp.6.147,25 ,NPV 20% was Rp.5.397.751,98, and Internal Rate of Return (IRR) was 52.81%.

Keywords : Coffee, flat burr mill, grinder, rotor, stator.

PENDAHULUAN teknologi pasca panen tersebut adalah dengan


menggunakan alat-alat pasca panen, misalnya
Kopi Indonesia saat ini ditilik dari hasilnya, alat penggiling biji kopi tipe flat burr mill.
menempati peringkat keempat terbesar di dunia. Pada dewasa ini biji kopi yang telah
Kopi memiliki sejarah yang panjang dan memiliki disangrai akan dihaluskan dengan alat
peranan yang penting bagi pertumbuhan penghalus (grinder) sampai diperoleh butiran
ekonomi di Indonesia. Indonesia diberkati kopi bubuk dengan kehalusan tertentu agar
dengan letak geografisnya yang sangatlah mudah diseduh dan memberikan sensasi rasa
cocok bagi tanaman kopi. Letak Indonesia dan aroma yang lebih optimal. Mesin penghalus
sangat ideal bagi iklim mikro untuk pertumbuhan yang digunakan adalah mesin penghalus
dan produksi kopi. menggunakan tipe burr mill.
Di era perdagangan bebas, komoditas Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010),
kopi sebagai bahan baku utama industri kopi mesin ini mempunyai dua buah piringan (terbuat
bubuk, menjadi penentu daya saing di pasar dari baja), yang satu berputar (rotor) dan yang
ekspor maupun dalam negeri. Dengan teknik lainnya dian (stator). Mekanisme penghalusan
budidaya dan penerapan teknologi yang baik terjadi dengan adanya gaya geseran antara
dan sesuai maka bisa dihasilkan mutu produk permukaan biji kopi sangrai dengan permukaan
(bubuk kopi) yang bagus dan sesuai dengan piringan dan sesama biji kopi sangrai. Proses
permintaan konsumen. gesekan yang sangat intensif akan
Dalam meningkatkan mutu produk kopi hal menyebabkan timbul panans dibagian
yang perlu diperhatikan adalah mengenai silindernya dan akan menyebabkan aroma kopi
penanganan pasca panen. Diperlukan usaha- bubuk berkurang. Untuk menghindari hal
usaha perbaikan, diantaranya melalui tersebut, maka mesin penghalus (grinder)
penanganan atau penerapan teknologi pasca sebaiknya dihentikan dan didiamkan sejenak.
panen yang praktis yang bertujuan untuk Penelitian ini bertujuan untuk mendesain,
mempertahankan, meningkatkan mutu, membuat dan menguji alat penggiling biji kopi
menekan tingkat kehilangan secara kuantitaif tipe flat burr mill.
dan kualitatif serta praktis dan murah. Salah
satu komponen yang menentukan penanganan

114
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol. 2 No. 1 Th. 2014

Persentase biji hilang ditandai dengan biji


BAHAN DAN METODE yang tidak tergiling, atau terbuang dan ukuran
yang lebih besar.
Bahan-bahan yang digunakan adalah air, Rumus yang digunakan adalah :
biji kopi robusta yang telah disangrai, plat besi,
baut, mur, baja campuran, motor listrik, kabel, Persentase=
cat, thinner. Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mesin las, mesin bubut,
mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, martil, Biaya Produksi
kikir, obeng, meteran, kalkulator, stopwatch, Perhitungan biaya produksi untuk
komputer. menghasilkan bubuk kopi dilakukan dengan
cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan,
Metode Penelitian yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap, atau
Metode penelitian yang akan digunakan lebih dikenal dengan biaya pokok.
dalam penelitian ini adalah metode pendekatan Rumus yang digunakan adalah :
rancangan secara umum yaitu pendekatan
rancangan fungsional dan struktural. Rancangan
fungsional menyangkut dari segi fungsi atau
kegunaan dari setiap elemen atau komponen
penyusun alat penggiling biji kopi tipe flat burr dimana :
mill terhadap komoditas biji kopi robusta BP = biaya produksi
sedangkan rancangan secara struktural BT = biaya tetap
menyangkut bagaimana alat ini dibuat dengan BTT = biaya tidak tetap
memperhitungkan faktor gaya yang bekerja X = total jam kerja pertahun (jam/tahun)
pada bahan dan alat. C = kapasitas alat (jam/satuan produksi)
Penelitian ini terdiri dari dua tahapan, yaitu
tahapan pertama adalah penelitian pendahuluan Biaya Tetap
berupa studi litelatur dan perancangan alat. Biaya penyusutan metode garis lurus,
Tahap kedua adalah penelitian utama berupa dengan rumus yang digunakan adalah :
proses perakitan dan pengujian alat.
Daya untuk memutar rotor dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
dimana :
D = biaya penyusutan (Rp/tahun)
P = nilai awal alat atau mesin (Rp)
S = nilai akhir alsin (10 % dari P) (Rp)
dimana: n = umur ekonomi (tahun)
m = massa rotor (kg) (Darun, 2002).
n = putaran rotor (rpm)
t = waktu untuk mencapai konstan Biaya Tidak Tetap
(diasumsikan 1 detik) Biaya tidak tetap terdiri dari biaya listrik,
d = diameter rotor biaya reperasi, biaya perawatan, biaya operator,
(Widiantara,2010). biaya pajak.

Parameter Penelitian Break Even Point


Kapasitas Efektif Alat Untuk mengetahui batas produksi minimal
Pengukuran kapasitas alat dilakukan yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha
dengan membagi berat bahan yang digiling yang dikelola masih layak untuk dijalankan.
terhadap waktu yang dibutuhkan untuk Rumus yang digunakan adalah :
melakukan penggilingan.
Rumus yang digunakan adalah : F
N 
R  V 
Kapasitas alat = Dimana :
N =jumlah produksi minimal untuk
Persentase Biji Hilang mencapai titik impas (kg)
F = biaya tetap pertahun (Rp)

115
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol. 2 No. 1 Th. 2014

R =penerimaan dari tiap unit produksi Bahan yang telah tersedia diukur dan
(Rp) dilakukan pemotongan berdasarkan ukuran
V = biaya titdak tetap per produksi (Kg) yang sudah ditentukan dengan menggunakan
(Waldiyono, 2008). gergaji ataupun gerinda. Bahan yang telah
dipotong, kemudian dirakit dengan
Net Present Value menggunakan mesin las, baut dan mur.
Net present value adalah kriteria yang Kemudian dilakukan pekerjaan menggerinda
digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau permukaan yang kasar agar terlihat lebih rapi
tidak untuk diusahakan. dan bagus.
Rumus yang digunakan adalah : Tahap akhir adalah pengecatan yang
berguna untuk menjaga daya tahan alat agar
n ( Bt  Ct ) lebih lama dan lebih menarik dilihat . Selain itu,
NPV   dengan melakukan pengecatan akan
t 0
1  i t menambah daya jual alat.
dimana :
B = manfaat penerimaan tiap tahun Proses Penggilingan
C = manfaat biaya yang dikelurkan tiap Penggilingan dilakukan untuk
tahun menghaluskan bahan pangan menjadi bubuk
t = tahun kegiatan usaha dengan tingkat kehalusan tertentu agar lebih
i = tingkat diskon yang berlaku. mudah diolah menjadi produk lain. Biji kopi
sangrai dihaluskan dengan tujuan untuk
Dengan kriteria : memperoleh butiran kopi dengan kehalusan
NPV > 0, berarti usaha menguntungkan dan tertentu agar mudah diseduh dan memberikan
layak dijalankan. sensasi rasa serta aroma yang lebih optimal.
NPV < 0, berarti usaha tidak layak untuk Menurut Anggara dan Marini (2011),
dijalankan dan dikembangkan. proses penggilingan biji kopi merupakan salah
NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama satu penentu kualitas produknya. Penggilingan
dengan tambahan biaya yang dikeluarkan biji kopi bertujuan untuk memperluas permukaan
(Prawirokusumo, 1990). biji kopi. Dengan demikian, proses ekstraksinya
menjadi lebih efisien dan cepat. Penggilingan
Internal Rate of Return yang baik akan menghasilkan cita rasa, aroma
Kriteria layak atau tidak layak lagi suatu dan penampilan yang baik.
usaha tani bila IRR lebih besar dari tingkat
bunga yang berlaku pada saat usaha tani itu Kapasitas Efektif Alat
diusahakan. Alat penggiling biji kopi tipe flat burr mill
Rumus yang digunakan adalah : menggunakan motor listrik dengan spesifikasi
alat, daya : 0,2 HP, tegangan : 220V / 150 Watt,
putaran motor listrik : 2100 rpm. Dimensi alat,
IRR  q % 
X
q %  p %  panjang : 19 cm, lebar : 11cm dan tinggi : 36
X Y cm. Pada rotor diameter piringan penggiling
dimana : sebesar 6 cm dan tebal 1,3 cm sedangkan pada
q% = suku bunga bank paling atraktif stator diameter piringan penggiling 6 cm dan
p% = suku bunga coba-coba tebal 0,8 cm. Dimensi hopper bagian atas
X = NPV awal p berdiameter 10,4 cm dan tinggi 11 cm, bagian
Y = NPV pada q bawah berdiameter 3,5 cm dan tinggi 1 cm.
(Purba, 1997). Bila dibandingkan dengan mesin
penggiling lain yaitu mesin penggiling multifucer
yang memiliki kapasitas untuk biji kopi robusta
HASIL DAN PEMBAHASAN 16,39 kg/jam, dimensi alat, panjang : 55cm,
lebar : 13cm dan tinggi : 62cm serta
Perancangan Alat menggunakan motor listrik dengan daya 1,5 HP.
Tahap awal yang dilakukan adalah Pada rotor diameter piringan penggiling sebesar
perancangan alat. Alat terlebih dahulu dirancang 14 cm dan tebal 1 cm sedangkan pada stator
bentuknya, ditentukan ukuran dan digambar diameter piringan penggiling 13 cm dan tebal 1
sampai berupa alat penggiling biji kopi tipe flat cm serta dimensi hopper bagian atas dengan
burr mill yang diharapkan. Bahan pembuatan diameter 18 cm dan tinggi 17 cm. Maka
alat dipilih dengan baik karena dapat kapasitas, dimensi dan daya alat flat burr mill ini
mempengaruhi kinerja alat yang dirancang.

116
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol. 2 No. 1 Th. 2014

masih dikategorikan lebih rendah dibandingkan diukur dengan membagi banyaknya bahan yang
dengan penggiling multifucer (Sembiring, 2012). digiling pada alat penggiling biji kopi tipe flat burr
Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan mill terhadap waktu yang dibutuhkan selama
produktivitas alat selama pengoperasian tiap pengoperasian alat, data dapat dilihat pada
satuan waktu. Dalam hal ini kapasitas efektif alat Tabel 1.

Tabel 1. Data kapasitas kerja alat


Ulangan Berat Bahan Waktu Penggilingan (menit) Kapasitas Efektif Alat
(kg) (kg/jam)
I 0,25 2,70 5,55
II 0,25 3,05 4,92
III 0,25 3,12 4,80
IV 0,25 3,01 4,99
V 0,25 3,13 4,79
Rataan 0,25 3,00 5,00

disekitar bagian rotor dan stator sehingga bubuk


Tabel 1 menunjukkan perolehan kapasitas
kopi yang digiling tersebut sebagian
efektif rata-rata alat penggiling biji kopi tipe flat
terperangkap pada bagian rotor dan stator, hal
burr mill sebesar 5,00 kg/jam untuk kopi
ini lah yang mengakibatkan lamanya waktu
robusta. Hasil tersebut didapat dari penelitian
penggilingan selesai.
yang dilakukan dengan menggiling bahan
sebanyak lima kali ulangan, dengan setiap Persentase Biji Hilang
ulangan perlakuan menggunakan bahan seberat Biji hilang ditandai dengan biji yang tidak
0,25 kg. Hasil pengujian menunjukkan waktu tergiling, atau terbuang dan ukuran yang lebih
rata-rata yang dibutuhkan untuk menggiling kopi besar atau yang tidak lolos dilubang
robusta seberat 0,25 kg adalah sebesar 3,00 pengeluaran. Pengukuran persentasi biji yang
menit dan pada komoditi kopi robusta memiliki hilang dilakukan dengan pengamatan secara
kerapatan 628,7-683,3 kg/m3. visual dari hasil penggilingan. Setelah
Dari hasil penelitian diperoleh hubungan penggilingan dilakukan pemisahan atau
antara kapasitas efektif alat dengan lamanya penyortiran biji yang hilang secara mekanis
waktu penggilingan, bahwa semakin lama waktu yang ditandai dengan biji yang tidak tergiling,
yang dibutuhkan untuk melakukan penggilingan atau terbuang dan ukuran yang lebih besar atau
maka kapasitas efektif alat semakin menurun. tidak lolos dilubang pengeluaran. Persentase biji
Hal ini diduga terjadi karena alat yang hilang diperoleh dengan membandingkan antara
terus menerus digunakan mengalami berat biji hilang dengan berat masukan awal
peningkatan suhu khususnya pada bagian rotor bahan yang dinyatakan dalam persen, dapat
dan stator sehingga mempengaruhi proses dilihat pada Tabel 2.
penggilingan kopi dan mengakibatkan bubuk
kopi yang digiling mengalami pelengketan

Tabel 2. Data persentase biji hilang


Ulangan Berat Bahan (kg) Biji Hilang (kg) Biji Hilang (%)
I 0,25 0.0025 1
II 0,25 0,0023 0,92
III 0,25 0,0027 1,08
IV 0,25 0,0022 1,08
V 0,25 0,0037 1,48
Rataan 0,25 0,00278 1,112

Tabel 2 menunjukkan perolehan data bahan seberat 0,25 kg. Pada ulangan kelima
persentase rata-rata biji kopi robusta hilang merupakan ulangan dengan persentase biji
adalah sebesar 1,112 %. Hasil tersebut didapat hilang terbesar, yaitu 1,48 % sedangkan pada
dari penelitian yang dilakukan dengan ulangan kedua merupakan ulangan dengan
menggiling bahan sebanyak lima kali ulangan, persentase biji hilang terkecil, yaitu 0,92 %.
dengan setiap ulangan perlakuan menggunakan

117
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol. 2 No. 1 Th. 2014

Adapun biji yang hilang ini diduga Berdasarkan data yang diperoleh pada
disebabkan oleh saluran pengeluaran dan ruang penelitian maka dapat diketahui besarnya nilai
pada mata giling yang terlalu kecil serta Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp.
rapatnya jarak rotor dan stator sehingga 6.147.021,25 untuk komoditi kopi robusta
mengakibatkan sulitnya bahan hasil gilingan sedangkan NPV 20% adalah Rp. 5.397.751,98.
keluar atau tertinggalnya hasil gilingan disekitar Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan
lubang pengeluaran. Biji hilang ini juga dapat karena nilainya lebih besar atau sama dengan
disebabkan oleh kelalaian operator yang kurang nol.
memperhatikan kebersihan pada mata giling
dan saluran pengeluaran berupa sisa – sisa biji Internal Rate Of Return
hilang yang sebelumnya terdapat pada mata Berdasarkan data yang diperoleh dari
giling dan saluran pengeluaran pada saat penelitian maka hasil yang didapat adalah
setelah pemakaian. sebesar 52,81% artinya usaha penggilingan kopi
masih layak untuk dijalankan jika pengusaha
Analisis Ekonomi melakukan peminjaman modal di bank pada
suku bunga di bawah 52,81% atau dengan kata
Biaya Pemakaian Alat lain, usaha ini masih layak dijalankan apabila
Analisis ekonomi digunakan untuk bunga pinjaman di bank tidak melebihi 52,81%.
menentukan besarnya biaya yang harus Jika bunga pinjaman di bank melebihi angka
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. tersebut maka usaha ini tidak layak lagi
Dengan analisis ekonomi dapat diketahui diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di
seberapa besar biaya produksi sehingga bank maka keuntungan yang diperoleh dari
keuntungan alat dapat diperhitungkan. Harga usaha ini semakin kecil.
bahan baku biji kopi robusta yang sudah
disangrai Rp. 45.000/kg dan berdasarkan data
yang diperoleh dari penelitian yang telah KESIMPULAN DAN SARAN
dilakukan, alat ini akan mencapai nilai break
even point pada nilai 2.748,91 kg/tahun untuk Kesimpulan
komoditi kopi robusta. Hal ini mengandung arti 1. Kapasitas efektif rata-rata pada alat
bahwa alat ini akan mencapai keadaan titik penggiling biji kopi tipe flat burr mill ini
impas apabila telah menggiling kopi sebanyak sebesar 5,00 kg/jam untuk kopi robusta.
2.748,91 kg dalam 1 tahun. 2. Persentase rata-rata biji kopi robusta yang
Dari analisis biaya, diperoleh biaya hilang adalah sebesar 1,112 %
penggilingan dengan alat ini sebesar Rp. 3. Analisis ekonomi pada alat penggiling kopi
1.074,25/kg untuk komoditi kopi robusta, yang tipe flat burr mill ini yaitu biaya pokok yang
merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap harus dikeluarkan dalam menggiling kopi
dan biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat adalah sebesar Rp. 1.074,25/kg.
penggiling biji kopi tipe flat burr mill. Untuk biaya 4. Nilai titik impas (BEP) sebanyak 2.748,91
tetap sebesar Rp. 766.062,00/tahun dan biaya kg/tahun untuk komoditi kopi robusta.
tidak tetap sebesar Rp.5.052,09/jam. 5. Net present value (NPV) 16% adalah Rp.
Berdasarkan nilai di atas dapat diketahui 6.147.021,25 sedangkan NPV 20% adalah
besarnya penerimaan dari tiap kg penggilingan Rp. 5.397.751,98 untuk komoditi kopi
kopi robusta sebesar Rp. 1.289,088/kg dengan robusta dan Internal rate of return alat
kapasitas 5,00 kg/jam. Maka harga jual kopi penggiling biji kopi tipe flat burr mill ini
robusta setelah penggilingan dengan alat adalah sebesar 52,81 %.
penggiling biji kopi tipe flat burr mill Rp. 6. Alat penggiling biji kopi tipe flat burr mill ini
50.000/kg. lebih ekonomis pada komoditi kopi. Alat ini
memiliki kapasitas alat 5,00 kg/jam, dan
Break Even Point dimensi alat yang lumayan kecil sehingga
Berdasarkan data yang diperoleh dari mudah untuk dibawa, sedangkan
penelitian yang telah dilakukan, alat ini akan penggiling multifucer memiliki kapasitas
mencapai nilai break even point pada nilai alat cukup tinggi 16,39 kg/jam dan dimensi
2.748,91 kg/tahun untuk komoditi kopi robusta. alat yang cukup besar.
Hal ini berarti alat ini akan mencapai keadaan
titik impas apabila telah menggiling kopi
sebanyak 2.748,91 kg dalam 1 tahun. Saran
1. Diharapkan ada penelitian lanjutan untuk
Net Present Value mengetahui kapasitas kerja alat dan
kesempurnaan alat penggiling biji kopi

118
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol. 2 No. 1 Th. 2014

tipe flat burr mill dengan menggunakan


jenis maupun diameter rotor dan stator Purba, R., 1997. Analisis Biaya dan Manfaat.
yang berbeda. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
2. Perlu dilakukan pengujian mengenai
kualitas produk hasil gilingan pada Sembiring, D., 2012. Skripsi : Rancang Bangun
komoditi lainya. Multifucer Tipe Disk Mill Pada Berbagai
3. Sebelum dan sesudah mengoperasikan Komoditi. Fakultas Pertanian Universitas
alat, sebaiknya alat dibersihkan kembali Sumatera Utara, Medan.
khususnya dibagian mata giling untuk
menjaga alat agar tetap terawat. Tim Karya Tani mandiri, 2010. Pedoman Budi
Daya Tanaman Kopi. Penerbit Nuansa
Aulia, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep
Anggara, A. dan S. Marini, 2011. Kopi Si Hitam Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar,
Menguntungkan Budi Daya dan Yogyakarta.
Pemasaran. Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta. Widiantara, T., 2010. Rancang Bangun Alat
Pengiris Bawang Merah Dengan Pengiris
Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Vertikal. Universitas Diponegoro,
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Semarang.
Universitas Sumatera Utara, Medan. http://eprints.undip.ac.id/28278/1/F-01.pdf.
[06 Juni 2013].
Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Usaha Tani.
BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

119

You might also like